Anda di halaman 1dari 23

Portofolio

GASTROENTERITIS AKUT
DEHIDRASI RINGAN-SEDANG

Oleh
dr. Imam Syahuri Gultom

Pembimbing
dr. Islamiyah

RSUD KABUPATEN BALANGAN


KALIMANTAN SELATAN
JUNI 2015

PORTOFOLIO KASUS MEDIK

Borang portofolio
Topik

: Gastroenteritis (GEA) Dehidrasi Ringan Sedang

Tanggal (kasus)

: 8 Mei 2015

Nama peserta

: dr. Imam Syahuri Gultom

Nama Pendamping

: dr. Islamiyah

Nama Wahana

: RSUD Balangan- Balangan

Objek Presentasi

: Tinjauan Pustaka

Subjek

: Anak

Deskripsi

: Sejak 2 hari SMRS anak BAB cair lebih dari 5 kali sehari.
Anak juga mengalami muntah lebih dari 5 kali berisi
makanan dan minuman yang dimakan

Tujuan

: Mendiagnosa

GEA

dehidrasi

ringan

sedang

serta

penanganannya
Bahan bahasan

: kasus

Cara membahas

: diskusi

LAPORAN KASUS

I.

Identitas
Nama

: An. M Husin Nafarin

Usia

: 1 tahun 4 bulan

Jenis kelamin

: Perempuan

Alamat

: Desa Sirap

Pekerjaan

:-

Tanggal masuk

: 6 Mei 2015

No RM

: 022383

II.

Anamnesis
Alloanamnesis ibu kandung penderita
1.

Keluhan Utama : BAB Cair

2.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit, anak BAB cair lebih dari
5 kali sehari, sebanyak + gelas, berampas, warna kekuningan, berlendir,
darah tidak ada. Anak juga mengalami muntah lebih dari 5 kali berisi
makanan dan minuman yang dimakan, sekali muntah + gelas, tidak ada
darah. Selama 2 hari anak juga mengalami demam, hilang timbul, tidak
menggigil. Selama sakit anak haus sering minum, BAK sedikit, dan rewel.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Anak jarang sakit dan ini pertama kalinya dirawat di rumah sakit.

4.

Riwayat Antenatal
Selama hamil, ibu sering memeriksakan kehamilannya ke bidan di
Puskesmas atau Posyandu. Pernah mendapat imunisasi TT 2 kali dan tablet
penambah darah. Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat selain yang
diberikan bidan. Makan ibu lebih banyak dibandingkan sebelum hamil.

5.

Riwayat Natal
Bayi lahir dengan normal ditolong bidan di rumah. Berat badan
lahir 3.000 gram.

6.

Riwayat Neonatal
Bayi lahir langsung menangis, gerakan aktif, warna kulit
kemerahan.

7.

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan


Sampai saat ini anak sudah bisa berlari, perkembangan sesuai
dengan anak sebayanya.

8.

Riwayat Imunisasi
BCG pernah 1 kali, DPT 3 kali, Polio 3, Hepatitis B 2 kali, campak
1. Anak mendapatkan imunisasi di Posyandu.

9.

Riwayat Makanan
ASI

: 0 6 bulan

PASI: 6 bulan sekarang


Jenis

: Sun pisang, bubur, Lectogen 1

Frekuensi

: 3 kali sehari.

10.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang sedang berak-berak encer akhir-akhir ini.

11.

Riwayat Psikososial
Anak tinggal dengan kedua orang tua dan neneknya. Jumlah
anggota keluarga keseluruhan 5 orang. Rumah terbuat dari kayu ulin
dengan ventilasi cukup. Cahaya matahari langsung masuk ke dalam rumah.
Sumber air minum dari PDAM.

III.

Pemeriksaan Fisik
1.
2.

Keadaan Umum
Tanda Vital

4.

Kulit

: Anak tampak rewel dan lemas


: Nadi
: 108 kali/menit
suhu
: 38,3 oC
Respirasi
: 28 kali/menit
berat badan : 8 kg
: Kulit berwarna putih, tidak terdapat adanya
sianosis dan hemangioma, turgor lambat kembali,

5.

Kepala/leher
Rambut

kelembaban cukup, tidak pucat/anemis.


:
: rambut berwarna hitam, tipis, distribusi jarang,

Kepala

karakteristik lurus, tidak ada alopesia


: Bentuk bulat lonjong, simetris, UUB dan UUK

Mata

cekung belum menutup, wajah simetris.


: Mata cekung, palpebra tidak edema, alis dan bulu
mata tidak mudah dicabut, konjungtiva tidak
pucat, sklera ikterik, pupil berdiameter 3 mm/3

Telinga
Hidung

mm, isokor, reflek cahaya +/+.


: Bentuk simetris, tidak ada sekret dan serumen.
: Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung tidak
ada, tidak terdapat epistaksis, kotoran hidung dan

Mulut

sekret.
: Bentuk simetris, mukosa bibir kering, gusi tidak
mudah berdarah, pembengkakan tidak ada, anemis

Lidah

tidak ada.
: Bentuk simetris, tidak anemis, tremor (-), kotor (-),

Pharing
Tonsil
Vena jugularis

warna lidah merah muda.


: Hiperemis (-), edema (-), abses (-)
: Warna merah muda, pembesaran (-)
: Pulsasi tidak tampak, tekanan tidak meningkat,
pembesaran kelenjar leher (-), kaku kuduk (-),

5.
6.

Leher
Toraks
Inspeksi
a. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi

massa (-).
Kuduk kaku tidak ada, tidak tortikolis.
:
: Bentuk simetris, gerak napas simetris, retraksi (-).
: Bentuk simetris, inspirasi dan ekspirasi tidak
memanjang, frekuensi 28 kali/menit.
: Fremitus vokal simetris
: Sonor
: suara napas bronkovesikuler, suara tambahan tidak
ada.

b. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi

: Vousseure cardiaque, pulsasi dan iktus tidak


terlihat.
: Thrill tidak ditemukan.
: Batas kanan : ICS II - VI LPS kanan
Batas kiri

7.

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi

: ICS II - V LMK kiri

Batas atas : ICS II LPS kanan


: S1 dan S2 tunggal, tidak ada takikardia
: Bentuk simetris, dinding perut lebih tinggi dari
dinding dada.
: Supel, nyeri tekan (-), defend muscular (-), hati
tidak teraba, lien tidak teraba, massa (-)

Perkusi
Auskultasi
Ekstremitas
Atas

8.

: timpani (+)
: Bising usus meningkat
: Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),

Bawah

sianosis (-/-)
: Akral hangat, gerak aktif, edema (-/-), parese (-/-),

Tonus otot
Refleks

sianosis (-/-)
: Normal
: Fisiologis : biceps (+/+), triceps (+/+), patella
(+/+), achilles (+/+)
Patologis : banimsky (-), chaddok (-),
oppenheim (-)
Rangsang meningeal : kaku kuduk (-), Brudzinsky
(-), kernig (-).

IV.

Laboratorium

Jenis pemeriksaan

Satuan

Nilai Normal

3 Mei 2015

Hemoglobin

gr/dl

9.5 14.0

11,7

Leukosit

ribu /u l

4.0 10.5

13,2

Eritrosit

juta /u l

3.50 5.20

6,32

Hematokrit

vol%

29 43

34,1

Trombosit

ribu /u l

150 450

375

V.

Diagnosa
Gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan sedang
VI.

Rencana Tatalaksana
Pemeriksaan laboratorium
-

Feses lengkap

Rencana terapi :
- IVFD KAEN 3B 70 cc/kgBB selama 5 jam selanjutnya 12 tpm

- Zink syr 1x1 cth


- L-Bio 2x1 sach
- Domperidon syr 3 x cth
- PCT syr 3x1 cth

Follow up
Tanggal 7 Mei 2004
S :

BAB Cair (+) 3 kali kehijauan, lendir (+), muntah (+) 1 kali, minum (+), BAK

O:

(+)
HR : 100 x/menit
RR : 28 x/menit

A:
P:

T : 37 oC
Kesadaran
Kulit
Kepala

: compos mentis
: kelembaban cukup, turgor cepat kembali
: UUB dan mata tidak cekung, produksi air mata cukup,

Leher
Thorak

mukosa bibir basah, telinga/hidung dalam batas normal


: kaku kuduk (-)
: gerak napas simetris, retraksi (-), cor: S1S2 tunggal, pulmo:

sn.vesikuler, Wh (-/-), ronkhi (-/-)


Abdomen
: datar, supel, kembung (-), nyeri tekan (-), BU (+) meningkat
Ekstremitas : dalam batas normal
GE dehidrasi ringan sedang
IVFD KAEN 3B 12 tpm
L-Bio 2x1 sach
Zink syr 1x1 cth
Domperidon syr 3x cth
PCT syr 3x1 cth

Tanggal 8 Mei 2004

S :
O:

BAB Cair (-), muntah (-) 1 kali, makan/minum (+), BAK (+)
HR : 100 x/menit
RR : 30 x/menit

A:
P:

T : 36 oC
Kesadaran
Kulit
Kepala

: compos mentis
: kelembaban cukup, turgor cepat kembali
: UUB dan mata tidak cekung, produksi air mata cukup,

Leher
Thorak

mukosa bibir basah, telinga/hidung dalam batas normal


: kaku kuduk (-)
: gerak napas simetris, retraksi (-), cor: S1S2 tunggal, pulmo:

sn.vesikuler, Wh (-/-), ronkhi (-/-)


Abdomen
: datar, supel, kembung (-), nyeri tekan (-), BU (+) normal
Ekstremitas : dalam batas normal
GE dehidrasi ringan sedang
IVFD KAEN 3B 12 tpm
L-Bio 2x1 sach
Zink syr 1x1 cth
Domperidon syr 3x cth KP
PCT syr 3x1 cth
BLPL

XI. Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio


Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang
meningkat dari biassanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi tinja
yang lebih lembek atau cair . Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak
dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare
yang terjadi lebih dari 2 minggu disebut diare kronis. (1,2,3,5,6)
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu: (1,3,5,6)
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
Infeksi enteral ini meliputi:

Infeksi bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,


Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.

Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),


Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.

Infestasi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),


Protozoa

(Entamoeba

histolytica,

Giardia

lamblia,

Trichomonas

hominis), jamur (Candida albicans).


b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama tcrdapat pada bayi dan anak
berumur di bawah 2 tahun.

2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi Iaktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intuteransilaktrosai
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang,dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.

Patogenesis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
mcnyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.

10

2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan sclanjutnya diare
timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan bcrkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus
menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh bcricbihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula. (1)

Patogenesis diare akut


1.

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah herhasil
melewati rintangan asam lambung.

2.

Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.

3.

Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik)

4.

Akibat

toksin

tersebut

terjadi

hipersekresi

yang

selanjutnya

akan

menimbulkan diare. (1)

Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronis akan terjadi: (7,8)
1.

Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya


gangguan keseimbangan asam-basa (asidcsis metabolik, hipokalemia dan
sebagainya)

11

2.

Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang,


pengeluaran bertambah)

3.

Hipoglikemia

4.

Gangguan sirkulasi darah

Gejala klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari Iaktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir dan
mulut serta kulit tampak kering.(1,7,8)
Pada diare akan terjadi kekurangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan
asam-basa (asidosis metabolik), yang secara klinis berupa pernapasan Kussmaul,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi. (3,7,8)
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi
ringan, sedang dan berat, sedangkan berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi
menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik dan hipertonik. (1)

12

Tabel 1. Penilaian Derajat Dehidrasi (3)


Penilaian

Keadaan umum

Baik, sadar

Gelisah, rewel

Mata
Air mata
Mulut dan lidah

Normal
Ada
Basah
Minum biasa tidak

Cekung
Tidak ada
Kering
Haus, ingin minum

haus

banyak

Kembali cepat

Kembali lambat

C
Lesu, lunglai, atau
tidak sadar
Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Malas minum atau

Rasa haus
Turgor kulit

tidak mau minum


Kembali sangat
lambat

Dehidrasi ringan
Hasil pemeriksaan

Tanpa dehidrasi

Dehidrasi berat
sedang

Pada kasus ini, dari anamnesa diketahui bahwa anak BAB cair lebih dari 5
kali sehari sejak 2 hari, sebanyak + gelas, berampas, warna kekuningan, berlendir,
darah tidak ada. Tidak ada BAB yang disertai darah dan lendir, sehingga penderita
ini didiagnosa sebagai gastroenteritis/diare akut.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda dehidrasi ringan sedang
berupa adanya mata dan UUB yang cekung, rewel, serta turgor kulit yang kembali
dengan lambat.

Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan tinja
a. makroskopis dan mikroskopis

13

b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila
diduga terdapat intoleransi gula.
c. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi
2.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan


menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).

3.

Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

4.

Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan


fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang). (1,3)
Pada kasus ini, dari hasil pemeriksaan laboratorium darah tidak didapatkan

hasil yang spesifik, biakan kuman dari feses tidak dilakukan. Pemeriksaan terhadap
kadar asam-basa darah juga tidak dilakukan pada penderita ini.

Komplikasi
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti: (1,3,8)
1.

Dehidrasi (ringan, sedang, bcrat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).

2.

Renjatan hipovolemik

3.

Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah,


bradikardia, perubahan pada elektrokardiogram)

4.

Hipoglikemia.

5.

Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase


karena kerusakan vili mukosa usus halus.

14

6.

Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik

7.

Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah, penderita


juga mengalami kelaparan.
Pada kasus ini, penderita mengalami komplikasi berupa dehidrasi ringan-

sedang.

Pengobatan
Pada prinsipnya ada 5 pilar tatalaksana diare menurut WHO 9
1.

Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat)


Berikut alur tatalaksana diare sesuai derajat dehidrasinya
Diare akut dehidrasi berat

Rehidrasi intravena, 100 cc/kgBB cairan RL atau ringer asetat (jika tidak
ada gunakan salin normal) dengan ketentuan :
Pertama, beri

Selanjutnya,

30 cc/KgBB dalam
70 cc/KgBB dalam
Umur < 12 bulan
1 jam
5 jam
Umur > 12 bulan
30 menit
2,5 jam
Diikuti rehidrasi oral 5 cc/kgBB jika sudah dapat minum

Periksa kembali status hidrasi anak setiap 15-30 menit, klasifikasi ulang
derajat dehidrasi setelah 3 jam (untuk anak) atau 6 jam (untuk bayi).
Tatalaksana selanjutnya diberikan sesuai derajat dehidrasinya

Jika tidak ada fasilitas intravena, pasang pipa nasogastrik dan beri 20
cc/kgBB/jam selama 6 jam atau rujuk ke RS

Diare akut dehidrasi ringan sedang

15

Pasien dipantau di RS/puskesmas

Berikan oralit dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75 cc/kgBB, ajarkan


ibu beri oralit sedikit sedikit tapi sering. Bila anak muntah tunggu 10
menit, lalu lanjutkan dengan lebih lambat.

Lanjutkan ASI

Periksa kembali dan klasifikasi ulang setelah 3 jam

Diare akut tanpa dehidrasi

Dapat dilakukan rawat jalan

Beri cairan tambahan seperti ASI yang lebih sering dan lama. Jika tidak
mendapatkan ASI ekslusif berikan oralit, air matang, atau cairan
makanan.

Pada kasus diare dengan dehidrasi, berikan oralit 6 bungkus, berikan 100
cc tiap kali BAB.

Edukasi kapan harus kembali

2.

Dukungan nutrisi
Makanan

harus

diteruskan

bahkan

ditingkatkan

selama

diare

untuk

menghindarkan efek buruk pada status gizi.


3.

Pemberian antibiotik sesuai indikasi


Antibiotik dan antiparasit tidak boleh digunakan secara rutin

16

4.

Pemberian Zink
Obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas dan adsorben, serta obat-obat anti
muntah tidak boleh diberikan pada anak <5 tahun.

5.

Edukasi orang tua

Penderita ini mendapat penatalaksanaan berupa rehidrasi dengan pemberian


cairan intravena dengan infus KAEN 3B 70 cc/kgBB selama 5 jam selanjutnya 12
tpm. Jika menurut pedoman WHO pemberian diare dengan derajat dehidrasi ringan
sedang adalah dalam waktu 3 jam pertama sebanyak 75 cc/kgBB. Penggunaan
KAEN 3B lebih diindikasikan pada penyakit diare hipertonik dan protein-energy
malnutrition karena memiliki kadar Na rendah, K tinggi, dan terdapat glukosa untuk
suplai kalori. Pasien juga diberi suplementasi zink, dan probiotik L-Bio.
Pada saat diare, anak akan kehilangan zinc dalam tubuhnya. Pemberian zinc
mampu menggantikan kandungan zinc alami tubuh yang hilang tersebut dan
mempercepat penyembuhan diare. Zinc juga meningkatkan sistem kekebalan tubuh
sehingga dapat mencegah resiko terulangnya diare selama 2-3 bulan setelah anak
sembuh dari diare dan dapat mengurangi lamanya diare akut dan persisten, namun
bagaimana mekanisme zinc dalam mengatasi efek diare tidak suluruhnya dapat
diterangkan. Berdasarkan studi WHO selama 20 tahun, manfaat zinc sebagai
pengobatan diare adalah 10 :
1. Mengurangi prevalensi diare sebesar 34%
2. Menurangi insidens pneumonia sebesar 26%
3. Mengurangi durasi diare akut sebesar 20%

17

4. Mengurangi durasi diare persisten sebesar 24%


5. Mengurangi kegagalan terapi atau kematian akibat diare persisten sebesar 42%
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan kemampuannya
meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Zinc merupakan mineral penting bagi tubuh.
Lebih dari 300 enzim dalam tubuh yang bergantung pada zinc. Zinc juga dibutuhkan
oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan mukosa saluran cerna. Semua yang
berperan dalam sistem kekebalan tubuh, memerlukan zinc. Jika zinc diberikan pada
anak yang sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan baik, maka akan
dapat meningkatkan sistem kekebalan dan dapat melindungi anak dari penyakit
infeksi. Itulah sebabnya kenapa anak yang diberikan zinc (sesuai dosis) selama 10
hari berturut-turut beresiko lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan
pneumonia 10,11.
Probiotik

merupakan

bakteri

hidup

yang

mempunyai

efek

yang

menguntungkan pada host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik


didalam lumen saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki
oleh bakteri probiotik melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati
fenomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan
pengobatan diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain,
pseudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian
antibiotika yang tidak rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan travelerss diarrhea
12,13,14

.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana

diare akut pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk

25

menyatakan lactobacillus

aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan

18

lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari
ke dua pemberian sebanyak 1 2 kali. Kemungkinan mekanisme efek probiotik
dalam pengobatan diare adalah : Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi
bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi
patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada
mukosa usus dan imunno modulasi.12,14.

19

PENUTUP

Telah dilaporkan sebuah kasus gastroenteritis akut dengan dehidrasi ringan


sedang pada seorang anak berusia 1 tahun 4 bulan. Setelah dilakukan perawatan
didapatkan perbaikan gejala pada penderita, penderita diperbolehkan pulang setelah
dirawat selama 3 hari.

20

DAFTAR PUSTAKA

1.

Hasan R, Alatas H, Ed. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak 2 cet ke-6. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1985

2.

Behrman RE, Vaughn VC, Nelson WE, eds. Ilmu kesehatan anak nelson 1.
Alih bahasa : Siregar MR, Maulany RF, EGC. Jakarta : 1992 ; 266-7

3.

Masjour Arif et al, kapita selekta Kedokteran. Media Eusculapius FKUI


Jakarta. 2000.

4.

Powell C. New Formula for Oral Rehydration Salts Save Millions of Lives.
WHO. http://www.who.int/mediacentre /releases/release35/en/

5.

Rutherford K. Gastrointestinal Infections and Diarrhea. Kidshealth.


http://kidshealth.org/parent/medical/digestive/gastrointestinal.html

6.

Mayo Clinic
id=DS00292

7.

Staff.

Diarrhea.

http://www.mayoclinic.com/invoke.cfm?

Diarrhea. NIDDK. http://digestive.nih.gov/ddiseases/pubs/diarrhea/index.htm

8.

Gastroenteritis.
http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php

Medicastore.

9.

Tanto Chris et al. Diare. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta : Media
Aesculapius, 2014.

10.

ivadin. Manfaat Zinc Pada Diare. (online) (http://www. google.com , diakses


10 November 2009)

11.

Lukacik Marek, Thomas Ronald L, Aranda Jacob V. A Meta-analysis of the


Effects of Oral Zinc in the Treatment of Acute and Persistent Diarrhea.
Pediatrics 2008;121;326-336.

12.

Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran


cerna.dalam Sari pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

13.

15. Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen diare pada


bayi dan anak. Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/ diakses 7 februari
2010

21

14.

Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu


penyakit anak diagnosa dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1
Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103

22

Anda mungkin juga menyukai