Anda di halaman 1dari 52

BAB III

PROPORSI BAHAN DAN RUMUS PERHITUGAN BETON RINGAN

III.1. Trial Proporsi Campuran Beton Ringan


Sesuai dengan panduan peraturan American Concrete Institute, ACI 31802, Terdapat dua cara proporsi campuran beton ringan yang dapat digunakan
sesuai persyaratan, antara lain:
1. Metode I (weight method, specific gravity pycnome-ter), agregat kasar
ringan dan agregat halus berat normal
2. Metode II (volumetric method), berat ringan total dan kombinasi agregat
berat ringan dan berat normal
Dalam pengerjaan skripsi ini penulis menggunakan Metode I yaitu
digunakan untuk agregat kasar ringan dan agregat halus berat normal
1. Prosedur ini digunakan untuk beton ringan pasir yang terdiri dari agregat
kasar ringan dan agregat pasir normal. Perkiraan bobot yang diperlukan
untuk beton ringan meliputi penentuan faktor berat jenis agregat kasar
ringan, penambahan dan penyerapan agregat kasar ringan diukur dengan
metode yang diuraikan dalam ASTM C 127.
2. Spesifikasi:
a. Semen minimum atau cementitious materials content
b. Air Content atau kadar udara
c. Slump

Universitas Sumatera Utara

d. Ukuran nominal maksimum agregat


e. Kekuatan
f. Bobot
g. Jenis penempatan alat
h. Persyaratan lain (seperti overdesign kekuatan, jenis khusus semen dan
agrega).

III. 2. Uji Coba ACI 211.1


Hasil percobaan merupakan hasil perhitungan yang diajukan oleh ACI
211.1 dimana menggambarkan penerapan prosedur proporsi dengan persyaratan
yang dipenuhi.
Persyaratan

3500 psi = 24.13 MPa ditentukan kuat tekan pada 28 hari

1200 psi = 8.27 Mpa diperlukan over-desain (per ACI 318, Bagian
5.3.2.2, tidak ada riwayat sebelumnya)

Kekuatan rata-rata yang disyaratkan dari beton (f cr ): 4700 psi =


32.41 MPa

Agregat Ringan: ASTM C 330, 3/4 in. - No 4

Pasir: ASTM C 33 No 4-0

Air-entraining dmixture (AEA) selama 6 1 persen: ASTM C 260

Water-reducing admixture (WRA) diizinkan digunakan: ASTM C


494, tipe A atau D

Slump: 4 1 in; penempatan konvensional

Universitas Sumatera Utara

Latar belakang informasi


Dari produsen agregat ringan:

Specific gravity factor - 1,48 @ 15 persen kadar air (ACI Referensi


211,2, Lampiran A)

disarankan adalah 870 lb/yd3 = 516.171

Faktor agregat kasar

Kg/m3 pada kadar air 15 persen (tengantung kondisi)


Dari pemasok pasir:

Specific gravity = 2,60, modulus kehalusan = 2,80

Dari pemasok semen:

Specific gravity = 3.14

kadar air pada saat menggunakan = 15 persen

Bobot air = 62,4 Ib/ft3 = 999.648 Kg/m3

Desain Proporsi
Langkah 1:

Menetapkan

w/c

yang

diperlukan untuk

4700

psi

kandungan udara beton = 0,42


Langkah 2:

Air yang dibutuhkan per yd3 (basis SSD), 3 untuk 4-in.


slump, kandungan udara 3/4-in. agregat = 305 kurang 11
persen untuk ATMR 271

Langkah 3:

Hitung kadar semen = 271 lb/0.42 = 645 lb

Langkah 4:

Hitung kandungan udara = 27,00 = 0,06 ft3/yd3 1,62 ft3

Universitas Sumatera Utara

Langkah 5:

Hitung volume agregat ringan mutlak 870 lb/1.48 62,4


Ib/ft3 = 9,42 ft3

Langkah 6:

Hitung volume absolut pasir dengan jumlah total semua


bahan lainnya dan mengurangkan dengan 27 ft3

Item A : Volume absolut semen = 645/3.14 6,24 = 3,29 ft3


Item B : Volume air absolut = 271 / 1 62,4 = 4,34 ft3
Item C : Volume udara (dari Langkah 4) = 1,62 ft3
Item D : Volume absolut agregat ringan (dari Langkah 5)= 9,42 ft3
Total volume absolut + volume udara = 18,67 ft3
Item E : Volume absolut pasir = 27,00-18,67 = 8,33 ft3
Sand weight = 8.33 x 2.60 x 62.4 = 1351 lb
langkah 7:

Hitung plastik satuan berat teoritis dengan menambahkan


semua bobot batch dan membaginya dengan 27.

Tabel 6 Proporsi Bahan (ACI 211.2)


Bahan

Weights: 1 yd3

1 m3

Semen

645 lb

292.83 kg

LWA (agregat ringan)

870 lb

394.98 kg

Pasir (kering)

1351 lb

613.354 kg

Air (total)

271 lb

123.034 kg

Total

3137 lb/yd3

1424.198 kg

Universitas Sumatera Utara

III.3. Analisa Beton Ringan (Lightweight Concrete)


Analisa beton ringan mengacu pada rekomendasi

American Concrete

Institute (ACI). ACI 318-2 menetapkan ketentuan-ketentuan dalam perencanaan


struktur beton ringan yang telah diulas pada BAB II pada Persyaratan dan
Ketentuan Beton Ringan. Dan dalam pengerjaan skripsi ini, penulis mengambil
ketentuan yang pertama yaitu beton ringan yang dipersyaratkan dengan
perencanaan campuran beton ringan sesuai persyaratan yang direkomendasikan
ACI 211.1
Pada ketentuan tersebut diperoleh perbandingan mutu beton ringan fct
terhadap mutu beton normal dapat dituliskan dengan persamaan:
= . .(3.1)

Dan dari persamaan ini diperoleh = 6.7 , nilai disini masih terdapat

kesulitan nantinya dalam pemsubtitusian terhadap rumus-rumus perhitungan,

untuk itu persamaan tersebut diatas perlu disederhanakan kembali dengan


mengambil suatu faktor pengali.
Tabel.7 Perbandinga Nilai fr beton ringan dan beton normal
Mutu
beton
15
20
25
30
35

0.7

2.7
3.1
3.5
3.8
4.1
jumlah
Faktor pengali

0.104 fct
1.6
2.1
2.6
3.1
3.6

0.7 /0.104 fct


1.7
1.5
1.3
1.2
1.1
6.9
1.7

Universitas Sumatera Utara

Faktor pengali didapat dari membanding modulus runtuh fr beton normal


dengan modulus runtuh beton ringan sebagai mana ditunjukkan pada tabel
Modulus runtuh fr = 0.7 dan dengan mensubtitusikan dengan persamaan
(3.1) sesuai dengan rekomendasi ACI 318-02, diperoleh persamaan modulus

runtuh untuk beton ringan adalah fr = 0.104 fct


Selanjutnya dari nilai perbandingan modulus runtuh beton terhadap
modulus runtuh beton ringan diperoleh nilai-nilai sesuai dengan tabel, kemudian
nilai-nilai perbandingan ini diambil menjadi faktor pengali. Dan dari nilai tersebut
diambil nilai terbesar sebagai faktor pengali yaitu pada mutu beton 15 MPa. Dan
selanjutnya dapat diturunkan persamaan:
= 1.7 fct .(3.2)

Kemudian selanjutnya dalam perhitungan struktur beton digunakan konsep

tegangan dan regangan beton dan baja yang diskematiskan sesuai dengan
peraturan SNI (Standard Nasional Indonesia).

0.85 fc
a = 1 c

Cc
d-1/2a

Ts
=

Gambar 3.1 diagram regangan dan tegangan dalam kondisi seimbang


Gambar 3.1 menunjukkan diagram regangan dan tegangan beton normal
dalam kondisi seimbang. Dan dari diagram tersebut dengan menggunakan
persamaan (3.2) untuk beton ringan diagram tersebut dapat kita modifikasi

Universitas Sumatera Utara

sehingga penampang tegangan pada beton ringan dapat dituliskan dan


digambarkan sebagai berikut :
0.85 fc= 1.45 fct

1.45 fct

Cc
a = 1 c

c
d h

Ts

Gambar 3.2 diagram tegangan

II1.3.1. Perhitungan Perencanaan


Dari gambar 3.2 diperoleh:
Cc = 1.45.fct..a.b ....(3.3)
Ts = As.fy ...(3.4)
Berdasarkan keseimbangan gaya H=0, C c = Ts maka persamaan (3.3) dan
(3.4) dituliskan:
1,45..fct..b.a=As..fy, .....(3.5)

dimana a = .c, dan dalam pengerjaan skripsi ini penulis hanya menggunakan
perhitungan terhadap mutu beton < 30 Mpa. Sehingga nilai untuk < 30

Mpa, = 0.85, maka persamaan (3.5) dituliskan:

1,23.b.c.fct = As.fy..(3.6)

Universitas Sumatera Utara

Kemudian dari keseimbangan momen diperoleh


Mu = C c (d-1/2 a) atau Ts (d-1/2 a) ...(3.7)

Diambil persamaan (3.4) dan disubtitusikan kedalam kedalam persamaan (3.7) Mu


= Ts (d-1/2 a) dan untuk < 30 Mpa, = 0.85, diperoleh:
Mu = As..fy(d- 1/2 .c)

Mu = As..fy(d-0.425c)..(3.8)

dan faktor reduksi =0.8, maka :


Mu= As.0,8.fy(d-0.425c)....(3.9)
Dari persamaan (6), dimana As = .b.d, maka :
1.23.b.c.fct = .b.d.fy,

selanjutnya didapat nilai c:


c=

...

1,23...

c = 0.813 .

(3.10) ....................................................(3.10)

.d.....(3.11)

Kemudian persamaan (3.9) dan (3.11) disubtitusikan dan As = .b.d akan


menghasilkan Mu:
Mu = .b.d.0,8.fy (d-0.425 .0.813 .

.d) ..............................(3.12)

Universitas Sumatera Utara

Kemudian dapat dituliskan menjadi:

= .0,8.fy (1 0.346 .

III.3.1.1. Perencanaan Penampang


b

)
.(3.13)

Gambar 3.3 diagram regangan


Gambar 3.3 menyatakan bahwa diagram regangan tekan beton dan batas
leleh baja yang disyaratkan tercapai bersamaan, regangan tekan beton cu = 0.003
dan batas leleh baja y =

. nilai Es = 2.105 MPa (2.106 Kg/cm2)

Dan dari gambar 3.3 tersebut akan diperoleh perbandingan segitiga


sebagai berikut:

cu

Maka,

c=

.......................................................(3.14)

0.003

.......................................................(3.15)

0.003

.d ..(3.16)

0.003+

0.003+

dengan mensubtitusikan persamaan (3.16) kedalam persamaan (3.6), maka akan


menghsilkan:
1.23.b.

0.003

0.003+

.d.fct = As.fy ...........................................(3.17)

Universitas Sumatera Utara

Dan As = .b.d
1.23.

0.003

0.003+

.b.d.fct = .b.d.fy .(3.18)

Dari persamaan (3.18) selanjutnya akan diperoleh nilai rasio tulangan


dalam kondisi seimbang b.

b = 1,23.

0.003

fct
.
0.003+

...(3.19)

Dimana nilai Es = 2.105 MPa (2.106 Kg/cm2), maka untuk setiap kombinasi fct
dan fy, rasio tulangan dalam kondisi seimbang dapat dirangkum pada tabel.8.
Tabel. 8. Rasio tulangan b kondisi seimbang
fct MPa (Kg/cm2)

Fy MPa
(Kg/cm2)

15 (150)

20 (200)

25 (250)

30 (300)

240 (2400)

0.05491

0.07321

0.09152

0.10982

400 (4000)

0.02768

0.0369

0.04613

0.05535

III.3.1.2. Persentase Tulangan Maksimum


Rasio tulangan maksimum untuk beton ringan direkomendasikan antara
lain:
maks = 0.85 b

..(3.20)

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 9. Rasio tulangan maksimum maks


fct MPa (Kg/cm2)

Fy MPa
(Kg/cm2)

15 (150)

20 (200)

25 (250)

30 (300)

240 (2400)

0.0466

0.0622

0.0778

0.0934

400 (4000)

0.0235

0.0314

0.0392

0.0471

III.3.1.3. Persentase Tulangan Minimum


Pertambahan tegangan baja yang tiba-tiba dapat mengakibatkan baja
mendadak putus. Untuk mencegahnya, penampang beton bertulang harus diberi
tulangan minimum tertentu. Ini dapat dinyatakan dengan nilai tulangan
minimum min.

Pada saat terjadi retak awal berlaku rumus:


Mr = fr.Wt.ret ...(3.21)

Dimana :
Mr

= momen retak pada saat diperkirakan akan terjadi retak awal

fr

= Modulus runtuh beton tarik

Wt.ret

= Momen lawan (tahanan) dari penampang yang tak retak

Nilai fr untuk beton sesuai SKSNI, fr = 0.7 , untuk beton ringan

dimodifikasi sesuai yang disyaratkan ACI, sehingga nilai fr menjadi

fr = 0.104 fct ....(3.22)

Universitas Sumatera Utara

nilai Wt.ret ditentukan


Wt.ret = 1/6 bh2 .....(3.23)
sehingga Persamaan (3.16) menjadi :
Mr = 0.104 fct. 1/6 bh2,....(3.24)
Dimana perbandingan rata-rata antara tinggi efektif d dan tinggi total h
diperkirakan sebesar

= 0.9, maka dari persamaan () selanjutnya :


Mr = 0.104 fct. 1/6 b. (d/0.9)2
Mr = 0.104 fct. 0.205 bd2

Sehingga :
Mr = 0.021 bd2. Fct .... (3.20)
Untuk = 1 berlaku rumus (3.8) Mu= As.fy(d-0.425c), dan ditentukan
(d-0.425c) = 0.9d, maka,
Mu= 0.9 As.fy.d....(3.21)
dan As = .b.d
Mu= 0.9 .fy.bd2...(3.22)
Dengan mensubtitusikan persamaan (3.10) dan (3.12) atau dengan
menyamakan Mu dan Mr selanjutnya akan memberi nilai yang teoritisnya
dianggap sebagai min.
0.021 bd2. fct = 0.9 .fy.bd2

min = 0.023

.(3.23)

Nilai-nilai min teoretis diberikan pada tabel. 10.

Universitas Sumatera Utara

Tabel. 10. Rasio tulangan minimum min


fct MPa (Kg/cm2)

Fy MPa
(Kg/cm2)

15 (150)

20 (200)

25 (250)

30 (300)

240 (2400)

0.0014

0.0019

0.0024

0.0029

400 (4000)

0.0009

0.0012

0.0014

0.0017

= .
ACI 318.02

fr = 0.7
Beton normal SNI

fr = 0.104 fct
Beton ringan ACI

= 1.7 fct
Analisa lentur beton normal

Analisa lentur beton ringan

= .0,8.fy (1 0.588 .

= .0,8.fy (1 0.346 .

b = 1,23.

0.003

fct
.
0.003+

maks = 0.85 b

min = 0.023

Gambar. Diagram modifikasi rumus beton ringan

Universitas Sumatera Utara

III.3.2. Perencanaan Tulangan Geser


Perencanaan beton bertulang terhadap gaya lintang ternyata sesuai dengan
lentur murni juga karena yang menentukan adalah perilaku struktur dalam stadium
keruntuhan.
Tegangan geser tergantung pada
-

Jumlah tulangan memanjang

Bentuk busur tekan untuk gelagar yang pendek dan lebar lain dari pada

gelagar yang ramping, antara lain akibat dri perbandingan .


-

Ukuran daerah tekan, demikian juga dengan besar momen dan kualitas
beton yang digunakan.
SKSNI T15-1991-03 Bab 3.4 menguraikan pengaruh-pengaruh serta

teknik perhitungan. Pasal 3.4.1.1 menetapkan bahwa gaya lintang yang bekerja
pada penampang yang ditinjau harus direncanakan sehingga
Vu Vn

Dimana Vu adalah gaya lintang dan Vn adalah kekuatan geser nominal.

III.3.2.1. Kekuatan Geser Vc


Peraturan

ACI

yang disumbangkan oleh beton.

mengizinkan

penggunaan

rumus

berikut sebagai

rumusan perencanaan.
1

Vc = .bw.d (3.24)
6

Untuk penampang persegi belaku sebagai besaran


berubah menjadi:

= Vc, maka akan

Universitas Sumatera Utara

Vc= ....(3.25)
6

Dan dengan memodifikasi rumus untuk beton ringan sesuai persamaan (3.1)
diperoleh:
Vc=

.fct........(3.26)

40.2

Berdaarkan SKSNI pasal 3.2.3.2 faktor reduksi kekuatan terhadap

tegangan geser diberikan sebesar = 0.6. Sehingga rumus (3.26) berubah menjadi
Vc= 0.6

.fct..(3.27)

40.2

Batas-batas nilai Vc untuk setiap mutu beton diberikan pada tabel 11 berikut:
Mutu beton fct (Mpa) 15
Vc

Tabel. 11. Nilai-nilai Vc

0.25

20

25

30

35

0.30

0.40

0.45

0.55

Bila nilai-nilai Vc yang didapat lebih kecil daripada Vu, maka

penampang beton saja tidak kuat menahan tegangan geser. Berarti untuk Vu

Vn perlu diberi tulangan tambahan

III.3.2.2. Perhitungan Sengkang


Luas penampang sengkang yang diperlukan pada pembebanan tersebut :
As =

....(3.28)

Karena jarak pusat ke pusat sengkang pada skema ini dianggap z, maka
luas penampang yang diperlukan per satuan panjang adalah:

.... (3.29)

Universitas Sumatera Utara

Besar kekuatan geser nominal yang disumbangkan oleh beton:


Vc = vc bd(3.30)

Dengan demikian, yang harus dilawan oleh sengkang adalah:

Vs =Vu Vc = vu vc .bd ....31)

Dengan mensubtitusikan persamaan (3.31) ke dalam persamaan (3.29)


diperoleh luas penampang sengkang per satuan panjang adalah:

( ).

...........(3.32)

Luas total penampang sengkang sepanjang y adalah:


( )..

..............(3.33)

Pada Rumus (3.33) Vu konstan dalam jarak y. Pada beban terbagi rata, Vu
berkelakuan linier sehingga bentuk distribusi Vu berupa linier pula.
Rumus luas total penampang sengkang adalah:
As =

1 ( ).

...(3.34)

Dalam situasi ini, jarak antara sengkang harus diatur sesuai dengan Vu.
Umumnya rumus yang berlaku untuk tulangan sengkang adalah:
As sengk =

( )

(3.35)

Andai Av adalah penampang sengkang maka y = s berlaku sebagai berikut:


Av =

( )

Dalam persamaan (2.36) di atas Av

....(3.36)

adalah luas penampang ganda dari

sengkang. Dengan Vs = Vu Vc = vu vc .bd maka didapatkan :


Av =

...(3.37)

Universitas Sumatera Utara

SKSNI T15-1990-03 memberikan persamaan (3.37) dalam bentuk sebagai


berikut:
Vs=

...(3.38)

Dalam SKSNI T15-1990-03 diijinkan pemakaian tinggi efektif d dari


harga z yang diturunkan secara teoritis sesuai dengan teori sistem rangka. Tinggi
efektif ini dimasukkan dalam rumus perhitungan sengkang total maka akan
menjadi:
As sengk =

( )

..(3.39)

Bila ditetapkan vu vc rata-rata = vs , maka vs dapat ditulis kembali

menjadi:

Vs =

.........................................(3.40)

Dari rumus (3.40) dimasukkan harga y = 1000 mm, maka selanjutnya


dirumuskan:
Vs =


1000

........................................(3.41)

Rumus (3.41) dirangkum pada tabel 8.4.a grafik dan tabel perhitugan beton
bertulang untuk berbagai As sengk dan mutu baja fy.
Jarak maksimal sengkang pada balok beton bertulang yang berpenampang
persegi menurut pasal 3.4.5.4.1 adalah :

S maks = .(3.42)
2

Untuk itu pada Vs berlaku harga maksimal sebesar


2

vs maks = bd ....(3.43)
3

Universitas Sumatera Utara

dan diturunkan kembali menjadi


2

vs maks = ..(3.44)
3

Untuk beton ringan dengan mensubtitusikan pada persamaan (3.1) berlaku:


vs maks =

Selanjutnya nilai vs

maks

10

.(.45)

untuk berbagai mutu beton diberikan pada

tabel.12.

Tabel.12 nilai vs maks untuk berbagai mutu beton ringan

Mutu beton fct (Mpa)

15

20

25

30

35

Vs maks

0.9

1.2

1.5

1.8

2.1

Apabila vu > vs

maks

maka untuk balok gelagar dengan ketinggian

yang lebih besar daripada h = 250 mm, berlaku jumlah minimum tulangan
sengkang yang dihitung menurut rumus (2.45)
Av =

......(3.46)

Rumus (3.45) dapat pula ditulis dalam bentuk yang menyatakan minimum
tulangan sengkang yang siperlukan sejarak y agar sesuai dengan rumus (3.39),
kemudian diperoleh sebagai:
Av sengk min =

......(3.47)

Universitas Sumatera Utara

III.3.3. Kontrol Terhadap Lendutan


1. Komponen struktur beton bertulang yang mengalami lentur harus
direncanakan agar mempunyai kekakuan yang cukup untuk membatasi
lendutan/deformasi apapun yang dapat memperlemah kekuatan ataupun
mengurangi kemampuan layan struktur pada beban kerja
2. Konstruksi satu arah (non-prategang):
Tebal minimum yang ditentukan dalam Tabel 13. berlaku untuk konstruksi
satu arah yang tidak menahan atau tidak disatukan dengan partisi ata u
konstruksi lain yang mungkin akan rusak akibat lendutan yang besar
kecuali bila perhitungan lendutan menunjukkan bahwa ketebalan yang
lebih kecil dapat digunakan tanpa menimbulkan pengaruh yang
merugikan.
Untuk menentukan h min untuk beton ringan digunakan rumus:
1.65 0.0003 Wc

Tabel. 13. tebal minimum h

komponen
Balok pendukung
satu arah

fy

fy

fy

fy

400 240

400 240

400 240

400 240

1/14.5 1/19.5

1/17 1/23

1/19.5 1/26.5

1/6.5 1/9.5

Universitas Sumatera Utara

III.4. Beton Normal


Sebagai pebandingan analisa struktur pada beton ringan, selanjutnya juga
dalam tugas akhir ini penulis memaparkan perhitungan untuk mendisain balok
bertulang pada

beton

normal. Dimana

nanti kita

dapat melihat

dan

membandingkan desain balok beton bertulang antara beton normal dan beton
ringan.
Perhitungan beton normal mengacu pada persyaratan yang diberikan oleh
SNI.
Perhitungan perencanaan beton normal diawali dengan penggunaan rumus
(2.48). Menghitung tulangan As= .b.d pada beton normal untuk menentukan nilai
rasio tulangan digunakan rumus (2.48) dimana disebelah kiri rumus tersebut
sudah diketahui, namun pada beton ringan rumus tersebut telah dijabarkan dalam
tabel-tabel dengan berbagai mutu beto fc dan mutu baja fy.

= .0,8.fy (1 0.588. .

..(2.48)

Dalam pengerjaan perhitungan beton normal dan untuk dapat membandingkan


dengan beton ringan pada skripsi ini penulis menggunakan tabel-tabel yang
diperoleh dari buku grafik dan tabel perhitungan beton bertulang sri IV. Dan
dalam kasus ini dengan mengetahui nilai sebelah kiri rumus (2.48),

selanjutnya dimasukkan dalam tabel dan diinterpolasikan hingga menghasilkan


nilai rasio tulangan .

III.5. Diagram Perencanaan

Universitas Sumatera Utara

Menentukan syarat-syarat batas

Menentukan panjang bentang

Menentukan ukuran balok

Menghitung Beban-beban

Menentukan Momen-momen yang menentukan

min maks

Menghitung tulangan yang dibutuhkan

Pilih tulangan

maks

> min

Hitung tulangan tekan

> maks

Memeriksa lebar retak

Menentukan besarnya gaya lintang

>

Hitung

>

Hitung
Menentukan tulangan menahan gaya lintang

Pilih tulangan

Ukuran balok dan tulangan memadai


Gambar 3.4. Diagrama alir perencanaan balok

Universitas Sumatera Utara

III.6 Kolom
Kolom merupakan beton normal yang dihitung dan direncanakan sesuai
pendoman SNI.

III.6.1 Perhitungan penampang kolom


Perhitungan penampang dapat dimungkinkan pada lentur murni dengan
bantuan persamaan kesetimbanganM = 0 dan H = 0. Dalam stadia keruntuhan
berlaku = 0,3 % dan fc = 0.85 fc. berdasarkan
tulangan berlaku = .

, maka untuk

Gambar. Merupakan contoh penampang persegi dengan beban aksial

eksentris, pada penampang dipasang tulangan rangkap dan . Eksentristas

beban aksial Pu selalu meningkat dari kiri ke kanan, pada gambar a menunjukkan
situasi tulangan maupun berada dalam tegangan tekan.
Untuk berlau anggapan bahwa =

MPa maka didapatkan =

MPa diperoleh = 0.12 %.

400

200000

, umtuk mutu baja fy = 400

= 0.002 atau 0.2%, untuk mutu baja fy = 240

Bila eksentrisitas meningkat , maka c sebagai ukuran dari garis netral akan

menurun. Peningkatan eksentrisitas mengakibatkan pada terjadi tegangan


tarik. Sehingga pada gambar b didapat = fy.

Universitas Sumatera Utara

III.6.2 Penampang dalam kondisi regangan seimbang


Pada gambar merupakan gambar penampang beton persegi dengan lebar b
dan tinggi h yang diberi tulangan rangkap simetris = , kemudian gambar
diagram regangan dan tegangannya.

Dalam diagram regangan dianggap = 0.3% dan =

. Diagaram

tersebut adalah gambaran pada saat tercapainya kehancuran beton sesaat dan batas
leleh yang telah ditetapkan.
Dalam

situasi

pembebanan

letur

dengan

beban

aksial

terjadi

kesetimbangan, bila H = 0.
H = 0 menghasilkan :
= [ + + ]

= 0.85 fc ab; untuk a = 0.85 c didapat = 0.7225 bc fc

= . . ; untuk =2.105 MPa, didapat = 2 . . 105

= . .

ditentukan dari diagram regangan pada gambar b sebagai:


=

M = 0 menghasilkan :

= .
2

Untuk a = 0.85 c menjadi


=

1
2

1
2

+ . + . ( )
2

0.7225 . . . 0.425 + 2 . . 105 . +

. . ( )

Universitas Sumatera Utara

III.6.3 Perhitungan desain


Perhitungan desain merupakan perhitungan tulangan terhadap bebanbeban yang diberikan (momen dan beban aksial) pada suatu penampang.
Perhitungan desain kolom beton normal menggunakan table dan grafik.
Pada sumbu vertical dinyatakan nalai :

. 0.85.

Nilai ini adalah suatu besaran yang tidak berdimensi, dan ditentukan baik
oleh factor beban yang dikalikan dengan beban aksial ataupun mutu beton serta
ukuran penampang.
Pada sumbu horizontal dinyatakan nilai:


. 0.85.

Dimana e telah diperhitungkan eksentrisitas e =

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
APLIKASI PERHITUNGAN

IV.1. Umum
Aplikasi perhitungan merupakan penerapan perhitungan berdasarkan
analisa struktur beton ringan dengan rumus-rumus yang telah dituliskan
sebelumnya pada Bab III. Pada aplikasi ini penulis menggunakan asumsi soal,
dimana soal yang digunakan ditentukan dan disesuaikan berdasarkan pendekatan
realistik pada aplikasi di lapangan, soal-soal yang digunakan untuk mendapatkan
nilai perbandingan antara analisa beton ringan dan beton normal

beberapa

variabel untuk beton ringan memiliki perbedaan dengan beton normal dan
beberapa yang lain sama, perbedaan dan persamaan dicantumkan pada tabel.14.
Pembahasan aplikasi merupakan perencanaan struktur dengan pemodelan
struktur portal, dengan pehitungan balok dan kolom. Sedangkan untuk pelat lantai
tidak direncakan atau dihitung namun demikian pelat lantai juga dimasukkan
dengan penentuan dimensi dan bahan yang ditentukan guna menetapkan bebanbeban pada balok pemikul, dimana beban merupakan penyaluran dari berat lantai
ke balok.
Kemudian perencanaan diambil adalah balok beton ringan dan kolom
beton normal yang kemudian dibandingkan dengan perhitungan balok beton
normal dan kolom beton normal
Sementara untuk proporsi bahan beton ringan yang digunakan pada
perhitungan disesuaikan dan diambil dengan proporsi bahan yang telah ada dan
ditetapkan oleh America Concrete Institute (ACI.211) sebagaimana yang telah
dipaparkan pada Bab III , dan untuk perhitungan digunakan penurun rumus yang
yang mengacu pada rekomendasi America Concrete Institute (ACI.318-2) dan
telah dituliskan pada Bab II.
Tabel 14 Perbandingan variabel beton ringan dan beton normal
Beban-beban

Sama

Jarak L1 dan L2

Sama

Universitas Sumatera Utara

Dimensi penampang

Sama

Berat jenis

Berbeda

Mutu beton

Sama

Mutu baja

Sama

IV.1.1 Asumsi soal


Asumsi soal yang digunakan adalah suatu struktur portal atau rangka
dengan balok dan kolom, pemodelan setruktur digambarkan pada gambar. Dengan
variable struktur, L = 5 m, L1 = 7 m, L2 = 4.5 m, H1 = 3 m, H2 = 6 m, H3 = 9m.
Kemudian juga variabel pendudukung lainnya:
-

Mutu beton ringan fct

= 25 MPa

Mutu beton normal fc

= 25 MPa

Mutu baja fy

= 400 MPa

Berat jenis beton ringan

= 14.242 kN/m3

Berat jenis beton normal

= 24 kN/m3

Gambar 4.1 denah stuktur

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.2 pemodelan struktur arah melintang

IV.1.2 Dimensi balok dan kolom


Untuk balok beton ringan, ditentukan hmin sesuai tabel 1.
hmin =

19.5

l=

19.5

7000 = 358.974 mm,

diambil tinggi balok 450 mm, dan b = 23 h = 23 450 = 300 mm. Maka dimensi
balok untuk beton ringan diperoleh 300 mm X 450 mm.
300 mm

450 mm

Untuk balok beton normal, ditentukan hmin =

21

l=

21

7000 = 333.33 mm,

dapat disimpulkan bahwa dimensi balok pada struktur beton ringan lebih besar
daripada dimensi balok pada beton normal. Namun untuk membandingkan kedua
perhitungan beton ringan dan beton normal diambil dimensi balok adalah sama,

Universitas Sumatera Utara

maka digunakan dimensi balok untuk beton ringan dan beton normal adalah 0.3 m
x 0.45 m (300 mm x 450 mm).
Untuk dimensi kolom ditentukan b x h adalah 40 cm x 40 cm. sedangkan
dimensi lantai untuk lantai atap h = 11 cm dan lantai 2 dan 3 h = 12 cm.

IV.2 Perencanaan Struktur Beton Ringan


IV.2.1 Perhitungan beban
IV.2.1.1 Penyaluran beban lantai ke balok
-

Beban segitiga

M0

=
qekiv l2
12
L = 4.5
Beban segtiga diekuivalensikan terhadap beban persegi, sehingga
2.

96

. q l2

qekiv l2

qekiv
-

12

= q = 1.25 q

beban trapezium

2.25

1.75
5

Universitas Sumatera Utara

M0

(3 2 2+ 3)
12

Beban trapezium diekuivalensikan terhadap beban persegi, sehingga


(3 2 2 + 3)
12

qekiv

=
=

12

qekiv l2

(3 2 2 + 3)
3

{53 2 2.2525 + 2.253+53 2 1.7525 + 1.753

qekiv

qekiv

= 1.48 q

53

IV.2.1.2 perhitungan beban gravitasi merata arah melintang


qekiv

= 1.25 q

1. Pada balok atap


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 1.75 x 1.0

= 1.75 kN/m

qLekiv

= 1.75 x 1.25

= 2.188 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv
-

= 1.25 x 3.276

= 4.563 kN/m
= 5.704 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

= 1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.64 + 1.6 1.75 = 5.968 kN/m

qekiv

= 5.968 x 1.48

qbs

= 0.25 x 0.3 x 14.242

= 1.068 kN/m

Pekiv

= qekiv x L

= 8.833 x 5

= 44.165 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.068 x 5

= 5.34 kN

Ptot

= 49.505 kN

= 8.833 kN

2. Pada balok lantai 3

Universitas Sumatera Utara

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 2.50 x 1.0

qLekiv

= 2.50 x 1.25

= 2.50 kN/m
= 3.125 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter

Pelat lantai = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv
-

= 1.25 x 4.802

= 4.802 kN/m
= 6.003 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

=1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.88 + 1.6 2.50 = 7.456 kN/m

qekiv

= 1.48 x 7.456

= 11.035 kN/m

qbs

= 0.25 x 0.3 x 14.242

= 1.068 kN/m

Pekiv

= qekiv x L

= 11.035 x 5 = 55.175 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.068 x 5

Ptot

= 60.515 kN

= 5.34 kN

3. Pada balok lantai 2


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 0.9


qL

= 2.50 x 0.9

= 2.25 kN/m

qLekiv

= 2.25 x 1.25

= 2.813 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv
-

= 1.25 x 4.803

= 4.803 kN/m
= 6.003 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat lantai = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

=1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.88 + 1.6 2.50 = 7.456 kN/m

qekiv

= 1.48 x 7.456

= 11.035 kN/m

Universitas Sumatera Utara

qbs

= 0.25 x 0.3 x 14.242

= 1.068 kN/m

Pekiv

= qekiv x L

= 11.035 x 5 = 55.175 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.068 x 5

Ptot

= 60.515 kN

= 5.34 kN

IV.2.1.3 Perhitungan beban gravitasi merata arah memanjang


= 1.48 q

qekiv

1. Pada balok atap


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 1.75 x 1.0

= 1.75 kN/m

qLekiv

= 1.75 x 1.48

= 2.59 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv

= 1.48 x 4.563

= 4.563 kN/m
= 6.753 kN/m

2. Pada balok lantai 3


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 2.50 x 1.0

= 2.50 kN/m

qLekiv

= 2.50 x 1.48

= 3.7 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv

= 1.48 x 4.803

= 4.803 kN/m
= 7.108 kN/m

3. Pada balok lantai 2


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 0.9


qL

= 2.50 x 0.9

= 2.25 kN/m

Universitas Sumatera Utara

qLekiv
-

= 2.25 x 1.48

= 3.33 kN/m
2

Beban mati untuk tiap-tiap meter


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 1.923 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 14.242


qDatap

qDekiv

= 1.48 x 4.803

= 4.803 kN/m
= 7.108 kN/m

IV.2.1.4 Perhitungan beban gempa


Berat total bangunan
1. Atap
Beban mati
-

Pelat

= (16 x 15) x 0.11 x 24

= 633.6 kN

Balok

= {(4x16x0.3x0.45)+(4x15x0.3x0.45)}x14.242
= 238.411 kN

Kolom

= (16x0.4x0.4x1.5)x24

= 92.160 kN

Balok anak= 15x0.25x0.3x14.242

= 16.022 kN

Dinding

= 237.15 kN

= 2x(16+15)x1.5x0.15x17

Qd Total

= 1217.343 kN

Beban hidup
-

Koefisien reduksi = 0.3

Q atap

Qatap total

= 0.3 (16x15x1.75)

= 126 kN

= 1217.343 +126

= 1343.343 kN

= (16 x 15) x 0.12 x 24

= 691.2 kN

2. Lantai 3 dan 2
Beban mati
-

Pelat

Universitas Sumatera Utara

Balok

= {(4x16x0.3x0.45)+(4x15x0.3x0.45)}x14.242
= 238.411 kN

Kolom

= (16x0.4x0.4x3)x24

Balok anak= 15x0.25x0.3x14.242

= 16.022 kN

Dinding

= 474.30 kN

= 2x(16+15)x3x0.15x17

qd total

= 184.32 kN

= 1604.253 kN

Beban hidup
-

Koefisien reduksi = 0.3

Ql

Q total

= 0.3 (16x15x2.50)

= 180 kN

= 1293.529 + 180

= 1473.529 kN

Waktu getar bangunan


Tx = Ty = 0.06 H

H=9m
Tx = Ty = 0.06 9

Tx = Ty = 0.312 detik
Koefisien gempa dasar
Dari grafik koef gempa dasar dengan Tx = 0.312 detik untuk tanah
sedang diperoleh
C1

= 0.55

= 8.5

Factor Keutamaan (I)


I

= 1.0

Gaya Geser Horizontal total akibat gempa


Vx = Vy =

Distribusi gaya geser horizontal


-

Memanjang:

Universitas Sumatera Utara

Fix =
-

.
.Vx
.

Melintang
Fiy =

.
.Vy
.

Tablel 15. Beban gempa tiap tingkat


hi
9

wi
Wi.hi
Vx,Vy
Fix,Fiy
1343.343 12090.09 277.6142 132.3919

Fix, Fiy
33.098

1473.529 8841.174 277.6142 96.81485

24.204

1473.529 4420.587 277.6142 48.40742

12.102

4290.401 25351.85

IV.2.2 Perhitungan Balok Beton Ringan


IV.2.2.1 Perhitungan Momen
Penentuan momen dari struktur portal rencana dihitung dengan
menggunakan program sap 2000 v11. Perhitungan menggunakan tiga combinasi
pembebanan yaitu
U = 1.2 D + 1.6 L
U = 1.2 D + 1.0 L + 1.0 L
U = 0.9 D + 1.0 L
Adapun output hasil program di lampirkan. Kemudian dari sap 2000 v11
diperoleh momen maksimum Mmaks, gaya lintang Vmaks, dan gaya Normal
maksimum :
Mtumpuan

= 117.44 kN/m

Mlapangan

= 94.887 kN/m

Vmaks

= 80.40 kN

Pmaks

= 414.49

IV.2.2.2 Menghitung Tulangan


Penutup beton

p = 40 mm

Universitas Sumatera Utara

Diperkirakan diameter sengkang

D = 8 mm

Tinggi balok

h = 450 mm

Diperkirakan diameter tulangan utama

D = 20 mm

Tinggi efektif d adalah:


d = h - p - sengk - tul ut = 450 40 8 .20 = 392

Tumpuan

= .0,8.fy (1 0.364 .

117.44

0.3 . 0.3922

).103

x 10-3= 0.8 400 (1-0.346

2.548 = 320 (1-5.536 )

400
25

2.548 = 320 1771.52 2


2 - 0.181 + 0.0014
Dengan menggunakan rumus abc
x12 =

24..

x12 =

0.181 (0.1812)4(1)(0.0014)

x12 =

0.181 0.027

x12 =
x1 =
x2 =

2(1)

0.1810.165
2

0.1810.165
2

0.181+0.165
2

= 0.008
= 0.173

diambil = 0.008, dimana dengan fct = 25 mPa dan fy = 400 Mpa, dari
tabel.3 diperoleh min = 0.0014. dan dari tabel.2 diperoleh maks = 0.0392. maka :
0.0014 < 0.008 < 0.0392
selanjutnya dicari As dengan menggunakan rumus As = .b.d
As = 0.008 x 0.30 x 0.392 x 106
As = 940.8 mm2
Kemudian dengan menggunakan tabel 2.2a pada Grafik dan tabel
perhitungan beton bertulang seri IV. Diketahui kondisi batang tulangan dan
dipilih tulangan 4 19 (1134 mm2 )

Universitas Sumatera Utara

Lapangan

= .0,8.fy (1 0.364 .

94.887

0.3 . 0.3922

).103

x 10-3= 0.8 400 (1-0.346

2.058 = 320 (1-5.536 )

400
25

2.058 = 320 1771.52 2


2 - 0.181 + 0.0012
Dengan menggunakan rumus abc
x12 =

24..

x12 =

0.181 (0.1812)4(1)(0.0012)

x12 =

0.181 0.028

x12 =
x1 =
x2 =

2(1)

0.1810.1673
2

0.1810.1673
2

0.181+0.1673
2

= 0.0068
= 0.1742

diambil = 0.0068, dimana dengan fct = 25 mPa dan fy = 400 Mpa, dari
tabel.3 diperoleh min = 0.0014. dan dari tabel.2 diperoleh maks = 0.0392. maka :
0.0014 < 0.0068 < 0.0392
selanjutnya dicari As dengan menggunakan rumus As = .b.d
As = 0.0068 x 0.30 x 0.392 x 106
As = 799.68 mm2
Kemudian dengan menggunakan tabel 2.2a pada Grafik dan tabel perhitungan
beton bertulang seri IV. Diketahui kondisi batang tulangan dan dipilih tulangan 4
16 (804 mm2)
IV.2.2.3 perhitungan Gaya lintang
Perhitungan Beban yang memikul
Wu

= 1.2 WD + 1.6 WL = 1.2*6.003 + 1.6*3.125 = 12.203 kN/m

Dari program Sap 2000 diperoleh gaya lintang maksimum

Universitas Sumatera Utara

Vmaks = 80.40 kN
Selanjutnya menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.4.1.2, gaya lintang yang
terjadi boleh direduksi sampai pada harga sejarak 0.392 m dari muka tumpuan,
sehingga gaya lintang diperoleh:
Vu = 80.40 0.392. 12.203 = 75.616 kN
Menghitung vu dan periksa vu vc
vu =

75616

300392

= 0.64 MPa

menurut tabel.4 untuk mutu beton ringan fct = 25 MPa ditemukan Vc

sebesar 0.40 Mpa, karena vu > vc maka harus digunakan tulangan geser.
Menentukan Panjang y sehingga vu > vc
y=

Vmaks = 80.40 kN
Vc = vc . bd

Vc = 0.4. 300.392 = 47040 N = 47.04 kN

Wu = 12.203 kN/m
y=

80.4047.04
12.203

y = 2.73 m

dengan nilai vu sepanjang 0.392 m dari tumpuan konstan dan sepanjang


2.73 0.392 = 2.342 m nilai vu menurun.

Menentukan sengkang yang diperlukan


Untuk seluruh tumpuan berlaku bahwa sejarak 0.392 m mulai dari
tumpuan nilai vu konstan. Dan sengkang yang diperlukan ditentukan dengan
menggunakan rumus (2.39) bab II
As sengk =

( )

As sengk =

(0.640.40) 300 392

0.6 .400

As sengk = 117.6 mm2

Universitas Sumatera Utara

Diambil 4 8 penampang ganda = 223 mm2 ( 8 225)


IV.2.3 Perhitungan Kolom
Dari program Sap 2000 diperoleh :
Mu maks

= 117.44 kNm

Pu maks

= 414.49 kNm

A kolom

= (40 x 40) cm2

fc

= 30 MPa

fy

= 400 MPa

et

117.44
414.49

= 0.28 m
= 280 mm
Ag

= 40 x 40
= 1600 cm2

Agperlu =
=

.103

..0.856.

414..49 103

0.6516000.8530102

= 0.156

280
400

= 0.7

Agperlu =

.103

..0.856.

= 0.156 x 0.7

= 0.109

60

400

= 0.15

Dari buku CUR 4,Grafik dan Table Perhitungan Beton Betulang, hal.93
dengan:

fc

= 0.15
= 30 MPa

Universitas Sumatera Utara

fy

= 400 MPa

= 1.0

Dari grafik diperloleh nilai r = 0.008


=rx

= 0.008 x 1.0 = 0.008


As

= x Ag

= 0.008 x 160.000
= 1280 mm2
Dipakai tulangan 8 16 (As = 1608 mm2 )
IV.3 Perencanaan Beton Normal
IV.3.1 Perhitungan Beban
IV.3.1.1 perhitungan beban gravitasi merata arah melintang
qekiv

= 1.25 q

1. Pada balok atap


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 1.75 x 1.0

= 1.75 kN/m

qLekiv

= 1.75 x 1.25

= 2.188 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24
qDatap

qDekiv
-

= 1.25 x 5.88

= 5.88 kN/m
= 7.35 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

= 1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.64 + 1.6 1.75 = 5.968 kN/m

qekiv

= 5.968 x 1.48

= 8.833 kN

Universitas Sumatera Utara

qbs

= 0.25 x 0.3 x 24

= 1.8 kN/m

Pekiv

= qekiv x L

= 8.833 x 5

= 44.165 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.8 x 5

= 9 kN

Ptot

= 53.165 kN

2. Pada balok lantai 3


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 2.50 x 1.0

= 2.50 kN/m

qLekiv

= 2.50 x 1.25

= 3.125 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat lantai = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24
qDatap

qDekiv
-

= 1.25 x 6.12

= 6.12 kN/m
= 7.65 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

=1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.88 + 1.6 2.50 = 7.456 kN/m

qekiv

= 1.48 x 7.456

qbs

= 0.25 x 0.3 x 24

Pekiv

= qekiv x L

= 11.035 x 5 = 55.175 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.8 x 5

Ptot

= 64.175 kN

= 11.035 kN/m
= 1.8 kN/m

= 9 kN

3. Pada balok lantai 2


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 0.9


qL

= 2.50 x 0.9

= 2.25 kN/m

qLekiv

= 2.25 x 1.25

= 2.813 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24
qDatap

= 6.12 kN/m

Universitas Sumatera Utara

qDekiv
-

= 1.25 x 4.803

= 7.65 kN/m

Beban akibat balok anak


Pelat lantai = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

=1.2 qD + 1.6 qL = 1.2 2.88 + 1.6 2.50 = 7.456 kN/m

qekiv

= 1.48 x 7.456

= 11.035 kN/m

qbs

= 0.25 x 0.3 x 24

= 1.8 kN/m

Pekiv

= qekiv x L

= 11.035 x 5 = 55.175 kN

Pbs

= qbs x L

= 1.8 x 5

Ptot

= 64.175 kN

= 9 kN

IV.3.1.2 Perhitungan beban gravitasi merata arah memanjang


qekiv

= 1.48 q

1. Pada balok atap


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 1.75 x 1.0

= 1.75 kN/m

qLekiv

= 1.75 x 1.48

= 2.59 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.11 x 24

= 2.64 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24
qDatap

qDekiv

= 1.48 x 5.88

= 5.88 kN/m
= 8.702 kN/m

2. Pada balok lantai 3


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 1.0


qL

= 2.50 x 1.0

= 2.50 kN/m

qLekiv

= 2.50 x 1.48

= 3.7 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24

Universitas Sumatera Utara

qDatap
qDekiv

= 1.48 x 4.803

= 6.12 kN/m
= 9.058 kN/m

3. Pada balok lantai 2


-

Beban hidup untuk tiap-tiap meter2 , koefisien reduksi = 0.9


qL

= 2.50 x 0.9

= 2.25 kN/m

qLekiv

= 2.25 x 1.48

= 3.33 kN/m

Beban mati untuk tiap-tiap meter2


Pelat atap = 1.0 x 0.12 x 24

= 2.88 kN/m

Balok

= 3.24 kN/m

= 0.3 x 0.45 x 24
qDatap

qDekiv

= 1.48 x 4.803

= 6.12 kN/m
= 9.058 kN/m

IV.3.1.3 Perhitungan beban gempa


Berat total bangunan
1. Atap
Beban mati
-

Pelat

= (16 x 15) x 0.11 x 24

Balok

= {(4x16x0.3x0.45)+(4x15x0.3x0.45)}x24m = 401.76 kN

Kolom

= (16x0.4x0.4x1.5)x24

Balok anak= 15x0.25x0.3x24

= 27 kN

Dinding

= 237.15 kN

= 2x(16+15)x1.5x0.15x17

Qd Total

= 633.6 kN

= 92.160 kN

= 1391.67 kN

Beban hidup
-

Koefisien reduksi = 0.3

Q atap

Qatap total

= 0.3 (16x15x1.75)

= 126 kN

= 1391.67 +126

= 1517.67 kN

Universitas Sumatera Utara

2. Lantai 3 dan 2
Beban mati
-

Pelat

= (16 x 15) x 0.12 x 24

Balok

= {(4x16x0.3x0.45)+(4x15x0.3x0.45)}x24 = 401.76 kN

Kolom

= (16x0.4x0.4x3)x24

Balok anak= 15x0.25x0.3x24

= 27 kN

Dinding

= 474.30 kN

= 2x(16+15)x3x0.15x17

qd total

= 691.2 kN

= 184.32 kN

= 1778.58 kN

Beban hidup
-

Koefisien reduksi = 0.3

Ql

Q total

= 0.3 (16x15x2.50)

= 180 kN

= 1778.58 + 180

= 1958.58 kN

Waktu getar bangunan


Tx = Ty = 0.06 H

H=9m
Tx = Ty = 0.06 9

Tx = Ty = 0.312 detik

Koefisien gempa dasar


Dari grafik koef gempa dasar dengan Tx = 0.312 detik untuk tanah
sedang pada wilayah gempa 3 diperoleh
C1

= 0.55

= 8.5

Factor Keutamaan (I)


I

= 1.0

Gaya Geser Horizontal total akibat gempa

Universitas Sumatera Utara

Vx = Vy =

Distribusi gaya geser horizontal


-

Memanjang:
Fix =

.
.Vx
.

Melintang
Fiy =

.
.Vy
.

Tablel 16. Beban gempa tiap tingkat

hi
9

wi
1517.67

Wi.hi
13659.03

Vx,Vy
351.665

Fix,Fiy
153.531

Fix, Fiy
38.38

1958.58

11751.48

351.665

132.089

33.02

1958.58

5875.74

351.665

66.045

22.015m

5434.83

31286.25

IV.3.2 Perhitungan Balok Beton Normal


IV.3.2.1 Perhitungan Momen
Penentuan momen dari struktur portal rencana dihitung dengan
menggunakan program sap 2000 v11.
Adapun output hasil program di lampirkan pada lampiran. Kemudian dari
sap 2000 v11 diperoleh momen maksimum (Mmaks), gaya lintang (Vmaks), dan
gaya Normal maksimum (Pmaks):
Mtumpuan

= 133.879 kN/m

Mlapangan

= 103.379 kN/m

Vmaks

= 89.51 kN

Pmaks

= 471.82 kN

IV.3.2.2 Menghitung Tulangan


Penutup beton

p = 40 mm

Diperkirakan diameter tulangan utama

D = 8 mm
Universitas Sumatera Utara

D = 20 mm

Diperkirakan diameter sengkang


Tinggi balok

h = 450 mm

Tinggi efektif d adalah:


d = h - p - sengk - tul ut = 450 40 8 .20 = 392
Tumpuan
Untuk mendapatkan nilai pada beton normal digunakan rumus:

= .0,8.fy (1 0.588 .

Namun pada perhitungan beton normal, nilai

).10-3

untuk mendapatkan rasio

tulangan telah dipermudah dengan menggunaka tabel-tabel dengan berbagai


mutu beton fc dan mutu baja fy.
Dengan mutu beton fc = 25 Mpa dan Mutu beton fy = 400 Mpa serta =

0.8, digunakan tabel 5.1.c grafik dan tabel perhitungan beton bertulang seri
IV,maka :

133.879

0.3 . 0.3922

= 2904 kN/m2

dari tabel digunakan interpolasi

30002904

30002800

96

200

0.0056

0.01040.0096

0.0104

0.0008

0.0768 = 2.08 200

200 = 2.0032
= 0.0100

Kemudian dari tabel 7. dasar-dasar perencanaan beton bertulang, diketahui untuk


fy = 400 MPa, min = 0.0035. dan dari tabel 8. dasar-dasar perencanaan beton
bertulang, untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa, diperoleh maks = 0.0203,
sehingga:
0.0035 < 0.0100 < 0.0203
Selanjutnya ditentukan As dengan menggunakan rumus As = .b.d
As = 0.0100 * 300 * 392 = 1176

Universitas Sumatera Utara

Digunakan tulangan (dari tabel 2.2a grafik dan tabel perhitungan beton
bertulang), 4 20 (1257 mm2)
Lapangan

103.379

0.3 . 0.3922

= 2243 kN/m2

dari tabel 5.1.c grafik dan tabel perhitungan beton bertulang seri IV, maka
digunakan interpolasi
24002243

24002200
157

200

0.0081

0.0081

0.00810.0074

0.0008

0.1256 = 1.62 200

200 = 1.4944
= 0.0075

Kemudian dari tabel 7. dasar-dasar perencanaan beton bertulang, diketahui untuk


fy = 400 MPa, min = 0.0130. dan dari tabel 8. dasar-dasar perencanaan beton
bertulang, untuk fc = 25 MPa dan fy = 400 MPa, diperoleh maks = 0.0203,
sehingga:
0.0035 < 0.0075 < 0.0203
Selanjutnya ditentukan As dengan menggunakan rumus As = .b.d
As = 0.0075 * 300 * 392 = 882
Digunakan tulangan (dari tabel 2.2a grafik dan tabel perhitungan beton
bertulang), 4 19 (1134 mm2)
IV.3.2.3 perhitungan Gaya lintang
Perhitungan Beban yang memikul
Wu

= 1.2 WD + 1.6 WL = 1.2*7.65 + 1.6*3.125 = 14.18 kN/m


Dari program Sap 2000 diperoleh gaya lintang maksimum
Vmaks = 89.51 kN
Selanjutnya menurut SKSNI T15-1991-03 pasal 3.4.1.2, gaya lintang yang

terjadi boleh direduksi sampai pada harga sejarak 0.392 m dari muka tumpuan,
sehingga gaya lintang diperoleh:

Universitas Sumatera Utara

Vu = 89.51 0.392. 14.18 = 83.951 kN


Menghitung vu dan periksa vu vc
vu =

83951

300392

= 0.71 MPa

menurut tabel.4 untuk mutu beton ringan fct = 25 MPa ditemukan Vc

sebesar 0.50 Mpa, karena vu > vc maka harus digunakan tulangan geser.
Menentukan Panjang y sehingga vu > vc
y=

Vmaks = 89.51 kN
Vc = vc . bd

Vc = 0.5. 300.392 = 58800 N = 58.80 kN

Wu = 14.18 kN/m
y=

89.5158.80
14.18

y = 2.166 m
dengan nilai vu sepanjang 0.392 m dari tumpuan konstan dan sepanjang
2.166 0.392 = 1.774 m nilai vu menurun.

Menentukan sengkang yang diperlukan


Untuk seluruh tumpuan berlaku bahwa sejarak 0.392 m mulai dari
tumpuan nilai vu konstan. Dan sengkang yang diperlukan ditentukan
As sengk =

( )

As sengk =

(0.710.50) 300 392

0.6 .400

As sengk = 102.9 mm2

Diambil 4 8 penampang ganda = 223 mm2 ( 8 225)


IV.3.3 Perhitungan Kolom
Dari program Sap 2000 diperoleh :
Mu maks

= 133.879 kNm
Universitas Sumatera Utara

Pu maks

= 471.82 kNm

A kolom

= (40 x 40) cm2

fc

= 30 MPa

fy

= 400 MPa

et

133.879
471.82

= 0.284 m
= 284 mm
Ag

= 40 x 40
= 1600 cm2

Agperlu =
=

.103

..0.856.

471.82 103

0.6516000.8530102

= 0.178

284
400

= 0.71

Agperlu =

.103

..0.856.

= 0.178 x 0.71

= 0.126

60

400

= 0.15

Dari buku CUR 4,Grafik dan Table Perhitungan Beton Betulang, hal.93
dengan:

fc

= 0.15
= 30 MPa

fy

= 400 MPa

= 1.0

Dari grafik diperloleh nilai r = 0.012


=rx

= 0.012 x 1.0 = 0.012

Universitas Sumatera Utara

As

= x Ag

= 0.012 x 160.000
= 1920 mm2
Dipakai tulangan 8 19 (As = 2268 mm2 )
IV.4 Kesimpulan Hasil Perhitungan
Setelah melakukan perhitunga tersebut diatas, kemudian hasil
perhitungan dapat dirangkum untuk mengatahui perbedaan perencanaan balok
beton ringan dan balok beton normal juga kolom beton normal pada pemodelan
struktur portal.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 17. Ragkuman Hasil Perencanaan Balok


Beton Ringan
Tumpuan
Dimensi Balok

Lapangan

4 19

2 16

As Perlu

940.8

AS pakai

4 19 (1134)

As Sengkang

Beton Normal

8 225 (223)

Tumpuan

2 19

4 16

Lapangan

4 20

2 20

2 19

4 19

799.68

1176

882

4 16 (804)

4 20 (1257)

4 19 (1134)

8 225 (223)

Tabel 18. Ragkuman Hasil Perencanaan kolom


Balok Beton Ringan

Balok Beton Normal

As Perlu

1280

1920

As Pakai

8 16 (1608)

8 19 (2268)

Dimensi Kolom

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 KESIMPULAN
1. Dari rekomendasi perhitungan America Conrete institute (ACI) 211.2, tlah
diatur dan ditetepkan peraturan-peraturan dn ketentuan mengenai proporsi
dan campuran bahan beton ringan, dan diperoleh kesimpulan mutu beton
ringan fct sebesar 25 MPa dengan berat Jenis 1420 kg/cm2
2. Perbandingan
rekomendasi

mutu beton ringan terhadap beton normal


America

Conrete

institute

(ACI)

318-2

sesuai

diperoleh

= 6.7, dan dengan penyerdehanan dapat dituliskan lagi menjadi

= 1.7 fct,

3. Dengan menggunakan nilai perbandingan = 1.7 fct, untuk beton ringan


didapat rumus perhitungan

= .0,8.fy (1 0.346 .

4. Dari aplikasi perhitungan beton ringan dan beton normal diperoleh hasil
sesuai tabel.12 adalah untuk balok beton ringan dengan mutu beton K25
untuk tulangan tumpuan diperoleh diameter 4 19 dan lapangan 4 14,

untuk balok beton normal mutu beton K25 diperoleh untuk tumpuan
diameter tulangan 4 20 dan lapangan 4 16, dan untuk beton normal

mutu beton K35 diperoleh tulangan tumpuan 4 19 dan tulangan

lapangan 4 14.

5. Untuk tulangan sengkang beton ringan dan beton normal diperoleh


diameter 8 225. Sedangkan untuk pendimensian balok diperoleh

tulangan sesuai hasil rangkuman pada tabel.13 yaitu untuk beton ringan
diameter 4 16 dan untuk beton normal K25 dan K35 diperoleh diameter

tulangan 4 19.

6. Hasil kesimpulan menunjukkan bahwa desain penulangan untuk beton


ringan menghasilkan pendimensian tulangan yang lebih kecil dari pada

Universitas Sumatera Utara

beton normal dengan mutu beton yang sama, sedangkan untuk mutu beton
ringan K25 memiliki pendekatan diameter yang sama terhadap mutu beton
normal K35. Dan untuk penulangan kolom beton ringan lebih kecil dari
pada penulangan kolom beton normal.
7. Disimpulkan bahwa beton ringan lebih ekonomis dengan kukuatan yang
sama, dimana hal ini terjadi dikarnakan factor berat jenis beton dan juga
oleh karna perbedaan rumus perhitungan sesuai yang direkomendasikan
ACI 318-02 untuk beton ringan.

V.2 SARAN
1. Dengan menyimpulkan juga dari perbandingan tulangan yang digunakan
beton ringan lebih kecil dari pada beton ringan artinya beton ringan lebih
ekonomis dari pada beton ringan, maka untuk itu penulis menyarankan
penggunaan beton ringan pada stuktur bangunan lebih ditingkatkan lagi
dan dari bahan-bahan beton ringan pengganti pasir seperti abu sekam padi,
pozolan, abu terbang dan bahkan limbah-limbah lainnya sangat mudah
didapat. Hanya saja kita sering meragukan kekuatan beton ringan padahal
beton ringan memiliki kekuatan yang memadai dan pada aplikasinya beton
ringan structural banyak digunakan di Amerika dan negara-negara eropa.
2. Hasil penelitian analisa yang penulis tuangkan pada skripsi ini tentunya
masih jauh dari yag diharapkan, untuk itu penulis menyarankan untuk
rekan-rekan dan adek-adek mahasiswa khususnya Teknik Sipil USU
dalam pengerjaan tugas ahkir lebih banyak lagi menuliskan tentang beton
ringan structural bahkan lebih baik dengan menggunakan uji laboratoium.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai