ISBN: 978-602-70012-0-6
Pendahuluan
Komponen yang terbuat dari logam banyak digunakan di lapangan, dan korosi
menjadi salah satu penyebab kegagalan komponen tersebut karena interaksinya dengan
lingkungan. Korosi dapat menimbulkan dampak yang cukup besar, salah satunya adalah
pemborosan sumber daya alam. Selain itu korosi juga dapat mengakibatkan lingkungan
tercemar karena terjadi kerusakan pada logam, sehingga dapat memakan korban jiwa.
Dari segi estetika, korosi menyebabkan buruknya penampilan suatu material. Untuk dapat
mencegah dampak yang ditimbulkan korosi, harus dilakukan pengendalian korosi atau
menghambat laju korosi sehingga dapat menghemat penggunaan sumber daya alam dan
memperpanjang umur material. Berbagai metode pengendalian korosi mempunyai
keunggulan masing-masing. Aplikasi coating memiliki keunggulan yang unik, selain dapat
berfungsi sebagai pelindung logam, coating juga memiliki fungsi dekoratif. Selain itu,
coating termasuk cara proteksi korosi yang mudah diaplikasikan dan lebih ekonomis.
Karena itulah aplikasi coating paling banyak digunakan dibandingkan metode proteksi
korosi lain. Namun demikian, aplikasi coating memiliki keterbatasan dalam persiapan
permukaan logam yang akan diproteksi.
Cat yang telah melapisi suatu logam sangat mudah terkelupas akibat pengaruh
lingkungan yang fluktuatif sehingga peran komponen menjadi berkurang dan akan
menyebabkan resiko. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu pemilihan
material coating yang kurang baik, persiapan permukaan atau aplikasi coating yang
kurang baik. Dari ketiga faktor diatas, kegagalan coating paling banyak disebabkan
karena surface preparation yang tidak baik. Maka diperlukan pre-treatment sebelum
MET02 - 1
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
komponen logam akan di cat. Hal ini diperlukan karena akan berpengaruh pada daya
rekat (adhesi) antara material coating dengan benda kerja.
Daya kohesi antara partikel cat biasanya lebih kuat daripada daya adhesi logam
dengan cat. Hal ini menyebabkan cat tidak mudah menempel pada logam tanpa media
khusus. Proses pre-treatment tersebut adalah phosphating yang merupakan suatu proses
pelapisan logam secara kimiawi. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan proses
phosphatasi dengan menggunakan Fe, Zn dan Mn. Pembentukan lapisan phospat
berasal dari zinc, besi (Iron) maupun manganese fosfat (berbentuk kristal) yang
menempel dan melapisi permukaan logam. Jumlah kristal fosfat yang menempel pada
permukaan plat (coating weight) dinyatakan dengan satuan miligram per meter persegi.
Pada aplikasinya di dunia industri, phosphating yang paling banyak digunakan
adalah seng fosfat. Penelitian sebelumnya telah meneliti daya rekat cat terhadap
komponen dan ketahanan korosi komponen dengan proses seng fosfat. Untuk
mengoptimalkan proses seng fosfat, maka perlu dilakukan penelitian berikutnya guna
memperoleh proses yang lebih efektif. Penelitian ini mencoba mempelajari pengaruh
variabel temperatur proses pretreatment dengan penambahan accelerator menggunakan
seng fosfat terhadap ketahanan
korosi. Dan juga untuk mengetahui pengaruh
penambahan accelerator dengan variabel temperatur terhadap ketebalan lapisan fosfat
yang terbentuk
Studi Pustaka
1.1 Coating
Coating atau pelapisan merupakan teknik pengendalian atau proteksi logam yang
paling sederhana dan umum dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, teknik
pengendalian ini merupakan alternatif pilihan pertama sebelum diterapkan teknik
pengendalian lainnya. Selain dimaksudkan untuk memproteksi benda kerja atau logam,
coating juga berfungsi untuk memperindah penampakan permukaan benda kerja. Pada
umumnya, bahan pelapis yang digunakan terdiri dari bahan-bahan organik, anorganik,
atau logam.
Sebelum coating umumnya dilakukan suatu tahapan pendahuluan yang bertujuan
untuk membersihkan permukaan benda kerja dari kotoran-kotoran seperti grease, garamgaram, lapisan-lapisan oksida sperti scale dan karat. Tahapan ini disebut cleaning dan
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pelapisan yang
dihasilkan. Dapat dikatakan bahwa teknik pelapisan yang biasa saja dengan tahapan
cleaning yang baik adalah lebih baik daripada teknik pelapisan yang canggih tetapi
tahapan cleaning buruk karena mutu pelapisan yang dihasilkan akan buruk. Oleh karena
itu diperlukan kehati-hatian dalam memilih dan mengontrol tahapan cleaning. Standar
spesifikasi tahap cleaning yang diterapkan di Amerika menggunakan standar SSPC (Steel
Structures Painting Council).
MET02 - 2
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
Karena cat tidak menempel baik pada logam, proses pembersihan dan pretreatment
sangat penting. Pretreatment kimiawi mengubah permukaan logam, sehingga lebih cocok
untuk adhesi primer. Pretreatment populer untuk baja galvanis secara tradisional seng
fosfat dan yang lebih baru, oksida kompleks dan perawatan kering ditempat. Seng fosfat
dianggap oleh kebanyakan lebih efektif sebagai inhibitor korosi pada goresan dan tekukan
parah, terutama di lingkungan agresif.
Langkah pertama yaitu aplikasi pembersihan, pretreatment dan aplikasi primer yang
paling penting untuk memastikan perlindungan adhesi dan korosi di film. Pretreatment
membuat lapisan primer dan meningkatkan perlindungan korosi, dan lapisan primer
membuat lapisan atas menempel. Setelah pendinginan primer, lapisan teratas biasanya
diterapkan pada ketebalan target 0,75 mil. Total ketebalan dry-film kedua lapisan adalah
0.9-1.0 mil. Proses dua lapisan ini adalah standar industri komersial dan sistem yang
paling umum digunakan di Amerika Utara.
1.2
Conversion Coating
Istilah pelapisan konversi ini digunakan untuk menggambarkan coating di mana
logam substrat menyediakan ion yang menjadi bagian dari lapisan pelindung. Lapisan
lapisan tersusun dari senyawa anorganik yang secara kimia inert. Senyawa inert ini pada
permukaan mengurangi daerah anodik dan katodik dan menunda pengendapan dari zat
reaktif ke dasar logam. Hasil ini meningkat berdasarkan kemiringan kurva polarisasi dari
anodik dan katodik sehingga mengurangi tingkat korosi substrat.
1.
2.
3.
4.
Yang termasuk dalam kelompok ini ialah fosfat, kromat, oksida, dan pelapisan
anodise. Lapisan ini tersusun dari produk korosi yang telah dibentuk secara artifisial oleh
reaksi-reaksi kimia atau elektrokimia pada larutan tertentu. Produk korosi yang seperti
inilah dibentuk untuk membangun penghalang perlindungan pada substrat logam.
Penghalang ini mengurangi keaktifan di daerah permukaan basis logam, dengan
demikian akan menunda transportasi zat pengoksidasi dan zat agresif. Dengan demikian,
lapisan tersebut menghambat pembentukan sel korosi. Tingkat penghalang sekunder
tergantung pada yang kekompakan, kontinuitas, dan stabilitas dari produk lapisan korosi.
Masing-masing konversi pelapis melindungi dasar logam terhadap korosi dengan
dua atau tiga kemampuan pelindung berikut:
1. penghalang sekunder dari produk korosi
2. tindakan menghambat dari senyawa larut yang terkandung dalam produk korosi
3. meningkatkan kerekatan pelapisan oleh pembentukan lapisan produk korosi yang
rata [Schweitzer, Philip A : 2010].
1.3
Phosphating
Phosphating merupakan suatu proses pelapisan logam secara kimiawi.
Pembentukan lapisan phospate berasal dari seng, besi maupun alumunium fosfat
(berbentuk kristal) yang menempel dan melapisi permukaan part. Jumlah kristal phospat
yang menempel pada permukaan plat (coating weight) dinyatakan dengan satuan
miligram per meter persegi. Phosphating merupakan suatu perubahan dari permukaan
logam menjadi permukaan baru yang mempunyai sifat-sifat non-metalik dan nonkonduktif. Setelah terbentuk lapisan fosfat, maka diperlukan pemanasan pada suhu
tertentu yakni berkisar antara 150 - 180 C, sehingga phosphating menghasilkan kristal
fosfat yang kecil-kecil dan rata. Pada suhu tersebut, air yang berada di lapisan fosfat akan
menguap. Bila panas yang diberikan berlebihan (melebihi 200 C) kristal yang terbentuk
MET02 - 3
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
akan pecah, sehingga terjadi celah-celah yang akan menurunkan daya lekat cat dan
menyebabkan timbulnya korosi. Secara umum kriteria yang perlu diperhatikan dari proses
phosphating adalah ketahanan korosinya.
Metode yang selalu digunakan pada pelapisan fosfat yaitu dengan pencelupan,
menggunakan urutan yang meliputi degreasing dan tahap phosphating, dan masingmasing tahap diatas dilakukan pencucian. Rentang waktu perlakuan yang diberikan yaitu
dari 3 sampai 5 menit untuk lapisan seng fosfat yang tipis dan diatas 30 sampai dengan
60 menit untuk lapisan seng, besi atau mangan fosfat yang tebal. Proses seng fosfat
dipercepat dengan menggunakan power spray dan waktu proses dapat berkurang 1 atau
kurang dari 1 menit. Penggunaan power spray sangat menguntungkan untuk produksi
massal seperti mobil dan lemari es, sebagai konveyor yang dapat dijalankan langsung
melalui spray tunnel, yang menggabungkan tahapan-tahapan degreasing, rinsing,
phosphating, rinsing, dan drying [ Shreir, L.L : 1994].
Selama bertahun-tahun, phosphating adalah salah satu teknik seni yang diakui
untuk pra perawatan bagian beragam peralatan untuk industri otomotif, rekayasa dan
banyak cabang industri lainnya. Phosphating yang bertujuan untuk mencapai:
1. peningkatan adhesi lapisan coating;
2. peningkatan perlindungan korosi;
3. tidak ada gangguan di proses coating karena kegagalan pada permukaan;
4. struktur lapisan homogen.
1.4
Zinc Phosphate
Butiran halus lapisan seng fosfat biasanya digunakan untuk ikatan cat dan menahan
terjadinya karat. Pengendalian butiran halus lapisan seng fosfat menghasilkan ketahanan
korosi lebih baik daripada lapisan besi fosfat secara umum. Dengan semakin
meningkatnya peraturan lingkungan yang berkaitan dengan pembuangan air bilas yang
mengandung logam berat dan sludges, popularitasnya terbatas untuk operasi-operasi
besar dengan fasilitas pengolahan limbah yang rumit.
Lapisan seng fosfat diproduksi pada permukaan logam ferrous dan nonferrous
dalam larutan yang dibuat dari senyawa konsentrat cair. Konsentrat cair mengandung
seng-bantalan garam dan asam fosfat bebas. Ini juga dapat berisi seperti accelerator
seperti klorat, nitrat, atau senyawa organik. Nitrit atau peroksida dapat ditambahkan
secara langsung pada larutan.
Senyawa seng fosfat tertentu mungkin berisi ion logam bivalent untuk memperbaiki
struktur kristal lapisan fosfat. Penambahan fluorida atau garam mungkin diperlukan untuk
mendorong pengendapan lapisan pada logam non - ferrous.
MET02 - 4
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
1.6
Accelerator
Percepatan proses phosphating dalam praktek, reaksi phosphating cenderung
lambat karena polarisasi disebabkan oleh hidrogen yang berevolusi dalam reaksi katodik.
Untuk mencapai lapisan pembentukan dalam waktu yang praktis, beberapa mode
akselerasi harus digunakan. Berbagai cara percepatan pembentukan lapisan fosfat dapat
secara luas diklasifikasikan menjadi tiga metode, salah satunya adalah percepatan kimia.
Percepatan kimia
Zat pengoksidasi dan logam lebih mulia daripada besi seperti, Cu, Ni, dll,
merupakan bagian yang paling penting dari percepatan kimia. Mereka mempercepat
proses pengendapan melalui mekanisme yang berbeda. Agen pengoksidasi
mendepolarisasi reaksi setengah sel katoda dengan mencegah akumulasi hidrogen
pada area katodik, sedangkan ion logam mulia mendorong pelarutan logam dengan
menyediakan over-potensial katoda rendah oleh pengendapan mereka. Karena
percepatan melalui depolarisasi dipilih hanya untuk mendorong pelarutan logam, agen
pengoksidasi telah ditemukan penggunaannya luas daripada logam. Selain itu, mereka
mencegah terbentuknya besi berlebihan di larutan, yang dapat merusak lapisan yang
baik. Accelerator oksidator yang paling umum digunakan adalah nitrit, klorat, nitrat,
peroksida dan senyawa nitro organik baik sendiri atau dalam berbagai kombinasi.
Kombinasi yang umum adalah asam nitrat nitrit, nitrit-klorat-nitrat dan klorat-nitrobenzene
sulfonik. Karakteristik dari beberapa accelerator oksidator yang umum digunakan
diberikan dalam tabel 2.3. Beberapa agen pereduksi seperti logam alkali sulphites,
hypophosphites, phosphites, formaldehida, benzaldehida, hydroxylamine, asam
acetaldehyde, piridina N-asam, morpholine N-asam, quinones dll, juga dicoba sebagai
accelerator tetapi tidak sesukses accelerator oksidator dari sudut pandang industri.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini meliputi proses zink phosphating, dimana sampel baja berukuran 6,5 x
2,6 cm dengan tebal 0,8 mm sebanyak 45 buah. Kemudian dilakukan proses surface
cleaning dilakukan dengan larutan soda api 200 ml kosentrasi 5% selama 4 menit pada
temperatur 75 0C. Proses pembilasan dilakukan dengan air hangat sebanyak 200 ml
selama 30 detik pada temperatur 60 0C. Selanjutnya diproses pickling dengan larutan
asam sulfat sebanyak 200 ml kosentrasi 1,9M selama 1 menit. Proses pembilasan
dilakukan dengan air mengalir selama 30 detik. Sampel dicelupkan kedalam larutan seng
fosfat dengan variasi temperatur 60 0C, 70 0C, dan 80 0C dan penambahan accelerator
NaNO2 0 g/l, 0,1g/l, 0,2g/l, 0,3g/l, dan 0,4g/l. Kemudian dilakukan drying dan proses
pembilasan dengan air selama 30 detik dan terakhir diproses acid sealing dengan
menggunakan asam kromat selama 30 detik pada temperatur kamar.
Pengamatan dilakukan dengan mikroskop elektron dan optik, dimana sampel
diletakkan ke dalam chamber. Pemeriksaan sampel dilakukan dengan menggunakan
Scanning Electron Microscopy pada perbesaran 200x, 1200x, dan 1750x. Sedangkan
untuk mengetahui tebal lapisan phosphat yang terbentuk maka sampel dipreparasi
metalografi dan diamati dengan mikroskop optik. Untuk pengamatan korosi, dilakukan
pengujian salts spray yang menggunakan ruang kabut garam
Hasil dan Pembahasan
Pengaruh Temperatur Phosphating Dan Accelerator Terhadap Ketebalan Lapisan
Zinc Phosphate
Ketebalan lapisan zinc phosphate yang dihasilkan melalui proses immersion sangat
di pengaruhi oleh waktu pencelupan, konsentrasi larutan, dan juga temperatur larutan.
Selain itu, penambahan accelerator juga dapat mempengaruhi lapisan yang terbentuk.
Pada penelitian kali ini, waktu yang digunakan untuk tiap percobaan adalah 20 menit, dan
konsentrasi larutan zinc phosphate 0.35M. Variasi temperatur adalah 60oC, 70oC, dan
80oC dan accelerator yang ditambahkan kedalam larutan zinc phosphate adalah NaNO2,
banyaknya sebesar 0.1 g/l, 0.2 g/l, 0.3 g/l, dan 0.4 g/l. Percobaan juga dilakukan dengan
Proceedings Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti
Gd. Hery Hartanto, Teknik Mesin - FTI - Usakti, 20 Februari 2014
MET02 - 5
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
pencelupan baja ke dalam baja tanpa penambahan NaNO2. Tebal lapisan zinc phosphate
dihitung dengan metode gravimetri, yaitu berat logam setelah di phosphating di kurangi
berat awal logam di bagi luas penampang logam yang terlapisi zinc phosphate. Hasil
percobaan dapat dilihat pada Gambar 2.
MET02 - 6
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
MET02 - 7
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
asam konten yang digunakan 0.05% . Konsentrasi asam kromat yang lebih tinggi pada
pembilasan akan meningkatkan ketahanan korosi, sebagian pasifasi dari logam atau poripori dalam lapisan fosfat, tetapi terutama penyerapan ke lapisan. Ketahanan korosi naik
terus dengan peningkatan konsentrasi asam kromat, tetapi asam kromat di atas 0,2%
lapisan fosfat cenderung akan larut [Shreir, 1994].
Jika dilihat secara visual, ada dua sampel yang memiliki ketahanan korosi paling
baik yaitu sampel dengan penambahan accelerator 0,1 g/l pada temperatur 60 o C dan 70
o
C. hasil perhitungan laju korosi dapat dilihat pada gambar berikut ini :
MET02 - 8
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
(a)
(b)
Gambar 4 (Struktur lapisan (a). Sampel 1, (b). Sampel 7
Pengamatan menggunakan SEM dengan perbesaran 1750x diharapkan dapat
terlihat butiran-butiran seng fosfat yang terbentuk. Pada Gambar 4 (a) merupakan struktur
lapisan seng fosfat pada sampel yang dilakukan pencelupan dengan temperatur 60 oC,
sedangkan Gambar 4 (b) adalah hasil SEM baja dengan temperatur pencelupan 70 oC
dan penambahan NaNO2 0.1 g/l.
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Temperatur efektif proses zinc phosphating dengan penambahan konsentrasi
accelerator yang optimal dapat mempengaruhi bentuk lapisan sehingga menghasilkan
ketahanan korosi paling baik. Temperatur optimal adalah 70oC dengan penambahan
0,1 g/l NaNO2.
2. Penambahan accelerator tidak berpengaruh terhadap ketebalan yang dihasilkan,
hanya mempercepat proses pembentukan lapisan. Tetapi semakin tinggi temperatur
proses, akan meningkatkan ketebalan lapisan yang tebentuk.
Ucapan Terima kasih
Penelitian ini dibiayai oleh Assosiasi Coating Indonesia (Ascoatindo) Bandung
Jawa Barat Tahun Akademik 2012/2013.
Daftar pustaka
Fachikov, L, Ivanova, D. 2007. Phosphating Of Cold Galvanized Carbon Steel University
of Chemical Technology and Metallurgy. Bulgaria
Fachikov,L,etal. 2006. Zinc manganese phospating of Carbon Steels Characteristic
Solution and Coating. University of Chemical Technology and Metallurgy. Bulgaria
Gale seamon. Pretreatment and surface preparation for liquid paint system
Haddock, Rob. 2002. Paint Finishes for Metal
M.S. Boulos
Adhesion
for
Rubber
Bonding
and
Paint
MET02 - 9
SNTMUT - 2014
ISBN: 978-602-70012-0-6
Mohammed Hliyil Hafiz. 2007. Effect of Zinc phosphating on Corrosion Control for Carbon
Steel Sheets
Narayanan, T.S.N Sankara. 2005. Surface Pretreatment By Phospate Conversion
Coating A review. India
Popic , JP. 2011. The effect of deposition temperature on the surface coverage and
morphology of iron-phosphate coatings on low carbon steel. University of Belgrade.
Serbia
Prof. Dr. O. Rentz. 2002. Best Available Techniques (BAT) for the Paint- and Adhesive
Application in Germany
Roberge, R Piere.1994. Handbook Of Corrosion Engineering.New York
Schweitzer,Philip A, 2010. Fundamental of Corrosion. CRC Press. London
Shreir, L.L.,R.A Jarman,G.T Bursten.1994.Corrosion Control Third Edition. Oxford:
Butterworth Heinemann Ltd
Waldie,JM. 1974. Surface coating Vol 2- Paints and Their Aplications.The educational
Books. Australia.
MET02 - 10