Anda di halaman 1dari 14

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis

di Puskesmas Kecamatan Klari Kabupaten Karawang


Periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014

Petricia
11.2013.134
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No.6, Jakarta Barat
Petricia_25@yahoo.com
Abstrak
Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari kelompok
Mycobacterium, yaitu Mycobacterium Tuberculosis. Sumber penularan adalah melalui droplet
penderita TB BTA positif. Menurut WHO pada tahun 2013, Indonesia merupakan negara dengan
pasien TB terbanyak ke 5 di dunia setelah India, Cina, Nigeria dan Pakistan. Sekitar 75% pasien TB
merupakan kelompok usia paling produktif (15-50 tahun) dan diperkirakan sekitar 95% kasus TB
serta 98% kematian TB di dunia terjadi pada negara berkembang termasuk Indonesia. Menurut
Riskesdas 2013, Jawa Barat merupakan provinsi dengan prevalensi TB tertinggi. 1-3 Evaluasi program
ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan Program Pencegahan dan Penanggulangan Tuberkulosis
(P2TB) periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 di wilayah kerja Puskesmas Klari
dengan metode pendekatan sistem sehingga dapat memberikan penyelesaian masalah yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Klari. Materi yang di
evaluasi dalam program ini laporan triwulanan P2TB di Puskesmas Klari dengan membandingkan
cakupan terhadap target. Dari hasil evaluasi program didapatkan masalah yaitu pada cakupan
penjaringan suspek 77% dari target 80%,Case Detection Rate (CDR) 73% dari target 90%, cure rate
80% dari target 85%, dan penyuluhan kelompok 75% dari target 100%. Dari lingkungan fisik, masih
banyak rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang kurang. Sedangkan pada lingkungan non fisik
mayoritas tingkat pendidikan dan ekonomi penduduk adalah rendah. Untuk mengatasi masalah
tersebut antara lain dengan mengoptimalisasi kinerja petugas puskesmas, melakukan pembinaan
masyarakat untuk turut dalam P2TB dengan cara melatih kader, membuat perencanaan dan dan
penyuluhan secara teratur dan berkala, serta menjalin kerja sama dengan fasilitas kesehatan setempat.
Kata Kunci : Tuberkulosis, TB BTA positif , P2TB.

Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) paru merupakan
penyakit
menular
langsung
yang
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis
yang
sebagian
besar
menyerang paru, namun dapat pula
menyerang organ tubuh lainnya. Sumber
penularan adalah penderita TB BTA positif
yang melalui droplet berisi sekitar 3000
kuman TB menyebarkannya ketika batuk
atau bersin. Berdasarkan karakteristik
penduduk, prevalensi TB paru cenderung
meningkat dengan bertambahnya umur,

pendidikan rendah dan tidak bekerja.


Faktor yang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi pasien TB antara lain
daya tahan tubuh yang rendah akibat
HIV/AIDS dan malnutrisi. Penyebab
utama meningkatnya beban masalah TB
antara lain kemiskinan terutama pada
negara berkembang, gagalnya program
TB,
tidak
memadainya
organisasi
pelayanan
TB,
tidak
memadainya
tatalaksana kasus, salah presepsi terhadap
manfaat dan efektifitas BCG,infrastruktur
kesehatan yang buruk akibat krisis
1

ekonomi, perubahan demografik akibat


meningkatnya penduduk dunia dan
struktur umur kependudukan, serta
dampak
HIV/AIDS.
Penyakit
TB
merugikan ditinjau dari segi ekonomi
karena penderita TB dalam usia produktif
diperkirakan kehilangan waktu kerja
sekitar 3-4 bulan sehingga berdampak
pada kehilangan pendapatan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika penderita
TB meninggal, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Dalam
segi sosial, penderita TB mendapat stigma
buruk hingga tak jarang dikucilkan dari
masyarakat.3,4
Menurut WHO 2009, sekitar
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman TB. Dari seluruh dunia, sekitar 9
juta orang mengalami penyakit TB dan
terdapat 1,5 juta orang meninggal akibat
TB termasuk diantaranya 360.000 orang
penyandang HIV positif. Sekitar 75%
pasien TB adalah kelompok usia paling
produktif dengan rentang 15-50 tahun.
Diperkirakan 95% kasus TB dan 98%
kematian TB di dunia terjadi pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Menurut
WHO 2011, Indonesia merupakan negara
dengan pasien TB terbanyak ke-4 di dunia
setelah India,Cina dan Afrika Selatan.
Menurut Depkes 2011, jumlah pasien TB
di Indonesia sekitar 5,8% dari total jumlah
pasien TB di dunia. Menurut WHO tahun
2013 diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus
TB pada tahun 2012 dimana 1,1 juta orang
(13%) diantaranya adalah pasien TB
dengan HIV positif. Pada tahun 2012,
diperkirakan terdapat 450.000 orang yang
menderita TB MDR dan 170.000 orang
diantaranya meninggal dunia.1-4 Insidensi
kasus TB BTA positif di indonesia sekitar
102 per 100.000 penduduk.Menurut
Riskesdas 2013, lima provinsi dengan
prevalensi TB tertinggi di Indonesia adalah

Jawa Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI


Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%),Banten
(0,4%) dan Papua Barat (0,4%).
Berdasarkan data Depkes 2011, prevalensi
TB paru di Jawa Barat sebesar 81 per
100.000 penduduk. Dari seluruh penduduk
yang didiagnosis TB paru oleh tenaga
kesehatan, hanya 44.4% diobati dengan
strategi DOTS. Lima provinsi terbanyak
yang mengobati TB dengan DOTS adalah
DKI Jakarta (68.9%), DI Yogyakarta
(67,3%), Jawa Barat (56,2%), Sulawesi
Barat (54,2%) dan Jawa Tengah (50.4%).5
Materi yang dievaluasi dalam
program ini diperoleh dari Laporan
Triwulanan Program Penanggulangan
Tuberkulosis
Paru
di
Puskesmas
Klariperiode
Januari
2014
hingga
Desember 2014 Dari data Dinas
Kabupaten Karawang diperkirakan suspek
TB paru sebanyak 24.044 orang dengan
pencapaian suspek adalah 9.444 dan
ditemukan BTA positif 1187 orang. Angka
penemuan BTA positif di Puskesmas
Kecamatan Klariadalah 45,71%.6,7
Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini
didapat dari data bulanan, triwulanan dan
tahunan
Program
Penanggulangan
Penyakit
Tuberkulosis
(P2TB)
di
Puskesmas Klari dan Dinas Kesehatan
Karawang periode Januari sampai dengan
Desember 2014. Materi yang dievaluasi
meliputi:
1. Penemuan tersangka penderita
(case finding) TB paru.
2. Penentuan diagnosis TB paru.
3. Pengobatan penderita TB paru
dengan menggunakan strategi
DOTS.
4. Periksa ulang dahak (follow up)
penderita TB paru.
5. Angka konversi (Conversion Rate)
2

6. Angka kesembuhan (Cure Rate)


7. Pencatatan dan pelaporan.
Metode
Evaluasi program ini dilakukan dengan
cara menganalisis data cakupan Program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
(P2TB) di Puskesmas Klariperiode Januari
sampai dengan Desember 2014melalui
pendekatan sistem.
Hasil evaluasi
disajikan dalam bentuk tekstular dan
tabular.
Kerangka Teori

3.

4.

5.

Menurut Ryans, sistem adalah gabungan


dari
elemen-elemen
yang
saling
dihubungkan oleh suatu proses atau
struktur dan berfungsi sebagai salah satu
kesatuan organisasi dalam
upaya
menghasilkan
sesuatu
yang
telah
ditetapkan.
1. Masukan (input)
Kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam sistem dan terdiri dari
unsur tenaga (man), dana (money),
sarana
(material)
dan
metoda
(methode) yang merupakan variabel
dalam melaksanakan evaluasi Program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
(P2TB).
2. Proses (process)
Kumpulan bagian atau elemen yang
terdapat dalam system dan terdiri dari
unsur
perencanaan
(planning),
organisasi (organization), pelaksanaan

6.

(activities)
dan
pengawasan
(controling) yang berfungsi untuk
mengubah masukan menjadi keluaran
yang
direncanakan
dalam
melaksanakan
evaluasi
Program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
(P2TB).
Keluaran (output)
Kumpulan bagian atau elemen yang
dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem dari kegiatan Program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
(P2TB).
Lingkungan (environment)
Adalah dunia di luar dari sistem yang
tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap
Program Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis (P2TB) yang terdiri dari
lingkungan fisik dan non fisik.
Umpan balik (feed back)
Kumpulan bagian atau elemen yang
merupakan keluaran dari sistem dan
sekaligus sebagai masukan dalam
Program Penanggulangan Penyakit
Tuberkulosis (P2TB).
Dampak (impact)
Adalah akibat yang dihasilkan oleh
keluaran
dalam
Program
Penanggulangan Penyakit Tuberkulosis
(P2TB)

Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri atas variabel - variabel :
Masukan, Proses, Keluaran, Lingkungan,
Umpan balik dan Dampak yang digunakan
sebagai pembanding atau target yang harus
dicapai dalam Program Penanggulangan
Penyakit Tuberkulosa (P2TB). Tolok Ukur
pada program P2TB didapatkan dari
Pedoman Nasional TB tahun 2014 dan
ketentuan dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang.
Penyajian Data6
3

Sumber data dalam evaluasi ini diambil


dari data sekunder yang berasal dari data
demografi Puskesmas Klaritahun 2013 dan
tahun 2014, kartu pengobatan (TB01),Register TB Unit Pelayanan Kesehatan
(UPK) periode Januari 2013-Desember
2013 dan Januari 2014-Desember 2014
(TB-03), daftar tersangka penderita yang
diperiksa dahak SPS (TB 06), dan data
evaluasi Kabupaten Karawang tahun 2014
oleh Dinaks Kabupaten Karawang.
Lokasi Puskesmas Klari terletak di Jl.
Raya
Kosambi
Kecamatan
Klari,
Kabupaten Karawang. Luas wilayah kerja
Puskesmas 693,878 Ha, yang terdiri dari
tanah pertanian 1.638 Ha dan tanah darat
702 Ha, 8 desa, 69 Rw, 268 Rt. Batas
wilayah kerja Puskesmas Klari adalah
sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan
dengan wilayah kerj Puskesmas Teagasari,
sebelah selatan berbatasan dengan wilayah
kerja Puskesmas Curug, sebalah barat
berbatasan
dengan
wilayah
kerja
Puskesmas Anggadita dan sebelah timur
berbatasan
dengan
wilayah
kerja
Puskesmas Purwasari .Jumlah penduduk
Klariadalah 95029 jiwa, yang terdiri dari
96 RT, 17004 orangpenduduk laki-laki,
15987 orang jumlah penduduk perempuan,
16012 KK, dan 15643 rumah tangga.

Sarana Kesehatan
Jenis sarana kesehatan yang tersedia di
wilayah kerja Puskesmas Klari, antara lain
puskesmas pembantu 2 buah, dokter umum
1 orang, dokter gigi 1 orang, bidan
18 orang, tidak terdapat klinik 24 jam,
paaraji 20 orang, dokter praktek swasta 1
orang.

Tenaga yang tersedia antara lain 1 dokter,


4 perawat, 1 petugas P2TB dan 10 orang
kader TB. Dana yang tersedia berasal dari
anggaran pendapatan dan belanja daerah,
bantuan operasional kesehatan dan
kapitasi. Material yang tersedia berupa
sarana medis seperi stetoskop, termometer,
tensimeter, senter, timbangan berat badan,
spuit, persediaan obat TB per kategori, alat
dan bahan laboratorium. Sarana non medis
berupa ruang pendaftaran, ruang tunggu
terbuka, ruangan untuk memeriksa pasien,
ruang administrasi, ruang laboratorium,
ruang obat, lemari penyimpanan obat, rak
obat, meja,kursi,lemari,tempat tidur untuk
memeriksa pasien, alat penyuluhan, tempat
sampah, sabun, kartu status pasien dan
formulir pencatatan (TB 01, TB 02, TB 03,
TB 04, TB 05,TB 06, TB 09, TB 10,
formulir permohonan obat TB)
Metode3,4
1. Penemuan suspek penderita TB
Dilakukan dengan cara baik passive
maupun active case finding. Penemuan
passive case finding yaitu penemuan
tersangka penderita TB paru yang
datang
ke
puskesmas,
yang
menunjukkan
gejala-gejala
yang
mendukung diagnosis TB paru, seperti
gejala utama yang ditandai batuk
berdahak selama 2-3 minggu atau lebih
dan gejala tambahan berupa dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak
nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun,
malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih
dari satu bulan, dan ada kontak serumah
dengan penderita TB paru.
2. Penemuan suspek TB paru dewasa

Data Khusus
Masukan6
4

Tabel 1. Alur Diagnostik TB Paru3,4

Melalui
pemeriksaan
dahak
mikroskopis dengan mengumpulkan 3
spesimen dahak yang dikumpulkan
dalam dua hari kunjungan yang
berurutan
berupa
Sewaktu-PagiSewaktu
(SPS)
melalui
protap
pemeriksaan sediaan sahak (Metode
Ziehl Neelsen) dan pemeriksaan foto
rontgen thoraks untuk menunjang
pemeriksaan sputum SPS. Cara
pemeriksaan SPS:
S(sewaktu): Dahak dikumpulkan
pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali ke
puskesmas. Pada saat pulang,
suspek membawa sebuah pot dahak
untuk mengumpulkan dahak pada
pagi hari kedua (keesokannya).
P(pagi): Dahak dikumpulkan di
rumah pada pagi hari kedua, segera
setelah suspek bangun tidur. Pot
dibawa dan diserahkan sendiri
kepada petugas di puskesmas.
S(sewaktu): Dahak dikumpulkan di
puskesmas pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
3. Skoring TB paru anak
Tabel 2. Skoring TB Anak8

4. Pengobatan penderita
Pengobatan TB dilakukan dalam 2
tahap, yaitu:
Tahap awal / intensif

Pada
tahap
intensif,
pasien
mendapat obat setiap hari dan perlu
diawasi secara langsung untuk
mencegah terjadinya resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif
tersebut diberikan secara tepat,
biasanya pasien menular menjadi
tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA
positif menjadi BTA negatif
(konversi) dalam 2 bulan.
Tahap lanjutan

Pada
tahap
lanjutan
pasien
mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang
lebih lama.
Tahap lanjutan penting untuk
membunuh
kuman
persisten
sehingga
mencegah
terjadinya
kekambuhan.
Menggunakan
strategi
DOTS
(Directly
Observed
Treatment
Shortcourse) dari WHO sesuai
5

dengan kategori pengobatan TB


paru
7.

Kategori 1: 2HRZE/4H3R3
Kategori
2:
2HRZES/1HRZE/5H3R3E3
Kategori Sisipan: HRZE
Kategori Anak: 2HRZ/4HR
5. Pengendalian pengobatan dibawah
pengawasan PMO (Pengawas
Menelan Obat)
PMO bertugas :

6.

Mengawasi pasien TB agar


menelan obat secara teratur sampai
selesai pengobatan.

Memberi dorongan kepada pasien


agar mau berobat teratur.

Mengingatkan pasien untuk periksa


ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.

Memberi penyuluhan pada anggota


keluarga
pasien
TB
yang
mempunyai gejala-gejala yang
mencurigakan TB untuk segera
memeriksa diri ke Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
Pemeriksaan Ulang Sputum (Follow
up) penderita TB paru
Pemeriksaan
secara
mikroskopis
langsung, dilakukan sesuai jadwal per
kategori pengobatan, yaitu :

Kategori 1 : akhir fase intensif,


sebulan sebelum akhir pengobatan,
dan akhir pengobatan.

Kategori 2 : akhir fase intensif,


sebulan sebelum akhir pengobatan,
dan akhir pengobatan.
Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif
jika kedua spesimen dahak (sewaktu dan
pagi) tersebut negatif. Jika salah satu
spesimen positif atau keduanya positif,

8.

maka hasil pemeriksaan ulang dahak


dinyatakan positif.
Penyuluhan

Perorangan
Penyuluhan menggunakan metode
penyuluhan langsung dengan cara
tanya jawab. Lokasinya adalah di
puskesmas. Materi penyuluhan
adalah semua informasi tentang TB
paru. Sering dijelaskan bahwa sakit
TB dapat disembuhkan dengan cara
berobat secara teratur dan bertindak
mencegah
penularannya.
Penyuluhan akan diberikan pada
awal pengobatan dan pada setiap
kali pasien datang untuk mengambil
obat di puskesmas.

Kelompok
Penyuluhan menggunakan metode
penyuluhan langsung dengan cara
ceramah atau seminar mengenai TB
paru kepada masyarakat wilayah
kerja
puskesmas.
Materi
penyuluhan adalah semua informasi
tentang TB paru yaitu mengenai apa
itu TB, penyebabnya, gejala, cara
penularan, cara pengobatan, dan
cara pencegahan TB. Penyuluhan
kelompok
dibantu
dengan
kerjasama lintas sektor dan lintas
program puskesmas.
Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan :
Ada dan tertulis secara rinci, setiap
hari kerja di Puskesmas Kecamatan
Klaridengan formulir TB yang ada
di puskesmas, dilakukan oleh
petugas P2M.
Menggunakan formulir program
P2TB yang ada di puskesmas yaitu,
TB 01. Kartu pengobatan TB, TB
02. Kartu identitas penderita, TB 03.
Register TB kabupaten, TB 04.
6

Register Laboratorium TB, TB 05.


Formulir permohonan laboratorium
TB untuk pemeriksaan dahak, TB
06. Daftar tersangka penderita
(suspek) yang diperiksa dahak SPS,
TB 09. Formulir rujukan/pindah
penderita, TB 10. Formulir hasil
akhir pengobatan dari penderita TB
pindahan
Pelaporan
Dilaporkan 1 kali pertriwulan ke
Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Karawang yang dilakukan oleh
petugas P2M. Pelaporan yang
diberikan adalah buku laporan TB
03.

Proses6
Perencanaan
1. Penemuan Tersangka Penderita TB Paru
Dengan cara penemuan pasien TB
secara passive dan active case finding.
Penjaringan suspek, direncanakan untuk
dilakukan di Balai Pengobatan Umum
(BPU) oleh dokter BPU dan perawat,
dilakukan setiap hari kerja yaitu dari
hari Senin hingga Jumat mulai jam
07.3014.30 WIB hari Sabtu jam 07.3013.30 WIB diPuskesmas Klari.
2. Penentuan Diagnosis Penderita TB Paru
Dilakukan oleh dokter dan perawat
BPU berdasarkan gejala yang ada pada
penderita, pemeriksaan fisik, kemudian
diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak SPS mikroskopis,
rontgen
atau
uji
tuberkulin.
Pemeriksaan dilakukan setiap Senin
hingga Jumat mulai jam 07.30-14.30
WIB dan Sabtu mulai jam 07.30-13.30
WIB.
3. Pengobatan Penderita TB Paru dengan
DOTS

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Dengan perencanaan untuk membuka


Klinik TB pada setiap hari Senin dan
Rabu mulai jam 07.30-14.30 WIB.
Walaupun begitu, petugas P2TB tetap
ada di puskesmas sekiranya pasien TB
datang untuk berobat selain dari harihari tersebut.
Pengendalian Pengobatan dibawah
Pengawasan PMO (pengawas minum
obat)
Perencaan ada yaitu dengan melantik
seorang dari anggota keluarga pasien
sebagai PMO.
Follow Up Penderita TB Paru
Perencanaan ada yaitu dengan cara
dilakukan follow upsesuai dengan
kategori pasien. Follow up dilakukan di
laboratorium
Puskesmas.Klaripada
setiap hari Senin hingga Jumat mulai
jam 07.3014.30 WIB dan sabtu jam
07.30-13.30 WIB
Penyuluhan perorangan
Perencanaan ada yaitu dengan cara akan
dilakukan penyuluhan pada setiap
suspek dan dilakukan setiap hari kerja
mulai jam 07.30 14.30 WIB oleh
petugas P2TB Puskesmas Klari, dokter,
dan perawat BPU dengan materi semua
informasi tentang TB paru.
Penyuluhan kelompok
Penyuluhan
langsung
melalui
ceramah,seminar dll. Materi yang
diberikan semua informasi tentang
penyakit TB. Dilakukan 4 kali dalam
setahun di dalam gedung Puskesmas
Klaridan luar gedung dalam wilayah
kerja Puskesmas Klari.
Pencatatan
Ada perencanaan untuk menulis secara
rinci data pasien yang direncanakan
akan dilakukan pada setiap hari kerja di
Puskesmas Klaridengan menggunakan
formulir TB yang ada di puskesmas.
Pelaporan
7

Ada perencanaan untuk melaporkan TB


03 dan TB 06 setiap bulan ke Kepala
Puskesmas dan setiap triwulanan ke
Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang

menggunakan strategi DOTS sesuai


dengan klasifikasi/tipe TB.
4. Pengendalian pengobatan di bawah
pengawasan PMO
Pada desa Sampalan PMO dilakukan
Pengorganisasian
oleh kader TB yang berjumlah 10
Terdapat struktur tertulis dan pembagian
kader.Sedangkan 6 desa lainnya PMO
tugas yang teratur dalam melaksanakan
dipercayakan kepada anggota keluarga
tugasnya
pasien yang disegani.
Bagan
1.
Struktur
Organisasi
5. Periksa ulang dahak (follow up)
Puskesmas Klari
penderita TB
Dilakukan sesuai metode, setiap hari
Kepala puskesmas
kerja, pk 07.30-14.30 WIB, di
Dr. Dini Nurdianti M,Epid
Puskesmas
Kecamatan
Klari.
Pemeriksaan dahak setiap penderita
sesuai jadwal kembali periksa dahak
penderita bersangkutan.
Kader tiap desa Pengawasan
1. Internal
Pengawasan dari Kepala Puskesmas 1
Kasubag Tata Usaha
kali per bulan.
2. Eksternal
Pengawasan dari Dinkes Kabupaten
Karawang sebanyak 4 kali per tahun
Koordinator Pengendalian Penyakit TB Paru
oleh bagian P2M, dan pengawasan dari
H.enthus Kurtubi
Dinkes Propinsi Jawa Barat sebanyak 2
kali per tahun oleh bagian P2M.
Pelaksanaan
1. Penemuan tersangka penderita TB
Dilakukan oleh perawat, Setiap hari
Senin Sabtu pada jam 07.00-14.30 di
Puskesmas Kecamatan Klarisecara
Pasive case finding.
2. Penentuan diagnosis TB
Setiap hari Senin Sabtu
07.30-14.30 di Puskesmas
dokter,perawat
dan
laboratorium berdasarkan
Nasional Pengendalian TB.
3. Pengobatan penderita TB
Setiap hari Senin Sabtu
07.30-14.30 di Puskesmas
dilakukan
oleh
P2TB

pada jam
Klarioleh
petugas
Pedoman

pada jam
Klariyang
dengan

Keluaran
Perkiraan jumlah suspek
= 107/100.000x jumlah penduduk x
10
= 107/100.000x 95029 x 10

= 1017
Angka penjaringan suspek
=
Jumlah
suspek
yang
diperiksa/jumlah
penduduk
x
100.000
=140/32.991 x 100.000
= 424 per 100.000 jiwa
Proporsi penjaringan suspek
8

Target yang harus dicapai 80%


= Jumlah suspek yang diperiksa
dahaknya/ perkiraan jumlah suspek
x 100%
= 788/1017 x 100%
= 77%
Proporsi pasien TB paru BTA+
diantara suspek TB
=Jumlah pasien baru BTA+/ jumlah
seluruh terduga TB paru yang
diperiksa x 100%
=75/102 x 100%
= 73%
Proporsi pasien TB anak di seluruh
pasien TB
Target yang harus dicapai <15%
=jumlah pasien TB anak 0-14
tahun yang diobati/jumlah seluruh
pasien TB yang diobati x 100%
=75/788 x 100%
=9%
Case Detection Rate (CDR)
Target yang harus dicapai 90%
= Jumlah pasien TB paru BTA+
yang dilaporkan dalam TB 07/
perkiraan jumlah pasien baru TB
BTA+ x 100%
=75/102 x 100%
=73%
Angka Conversion Rate
Target yang harus dicapai 80%
= jumlah penderita baru BTA+
yang mengalami konversi/ jumlah
penderita BTA + yang diobati x
100%
=70/75 x 100%
=93%
Angka Cure Rate
Target yang harus dicapai 85%
=jumlah penderita baru BTA+ yang
sembuh/ jumlah penderita baru
BTA+ yang diobati x 100%
=60/75 x 100%

=80%
Penyuluhan
Penyuluhan perorangan = 100%
Penyuluhan kelompok =75%
Pencatatan dan Pelaporan
100 % dilakukan pencatatan
kegiatan program.
100 % dilakukan pelaporan
kegiatan program.

Lingkungan

Umpan Balik
1.
Pencatatan dan pelaporan yang
lengkap dan sesuai dengan waktu
yang ditentukan akan dapat
digunakan sebagai masukan.
2.
Pencatatan kegiatan program ada
setiap hari kerja
3.
Pelaporan kegiatan bulanan ada
setiap bulan
4.
Rapat kerja yang membahas
laporan kegiatan setiap bulannya
untuk mengevaluasi program yang
telah dijalankan ada setiap bulan
Dampak
1.
Langsung
Jumlah penderita TB menurun
Menurunnya rantai penularan
penyakit TB
2.
Tidak langsung
TB masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat belum
dapat dinilai
Meningkatnya
derajat
kesehatan masyarakat secara
optimal belum dapat dinilai.

Pembahasan Masalah
9

Tabel 3. Pembahasan Masalah


Variabel

Tolok ukur

Pencapaian

Kesenjangan

Penjaringan suspek

80%

73%

(+)3%

Cure rate

85%

80%

(+) 5%

Keluaran

Perumusan Masalah
A. Menurut Keluaran
1. Besar angka penjaringan suspek
masih kurang, yaitu 77% dari target
80% per tahun. Besar masalah
adalah 3%
2. Besar cure rate masih kurang, yaitu
80% dari target 85% per tahun.
Besar masalah adalah 5%.

B. Besar cure rate masih kurang, yaitu


85% dari target 80% per tahun.
Besar masalah adalah 5%.

N
o
1
2

B. Masalah Masukan
a.
Tenaga
Kurangnya tenaga pelaksana
program,
karena
petugas
P2TB, di Puskesmas Klari
hanya 1 orang yang merangkap
berbagai tugas, pencatatan dan
pelaporan program.
Kurangnya kader P2TB untuk
6 desa lainnya.

b.

Proses
Pelaksanaan
Fasilitas kesehatan lainnya
kurang
kooperatif
dengan
puskesmas Klaridalam program
P2TB.

Prioritas Masalah
A. Besar angka penjaringan suspek
masih kurang, yaitu 77% dari target
80% per tahun. Besar masalah
adalah 3%

4
5

Tabel 3. Prioritas Masalah


Parameter
A B C
Besarnya
masalah
Besar ringan
akibat yang
ditimbulkan
Keuntungan
sosial karena
selesainya
masalah
Teknologi
yang tersedia
Sumber daya
yang tersedia
untuk
menyelesaika
n masalah
Total

3
3

2
1

2
0

1
9

Keterangan derajat masalah:


5 = Sangat penting
4 = Penting
3 = Cukup penting
2 = Kurang penting
1 = Sangat kurang penting
Prioritas masalah adalah:

10

A. Besar angka penjaringan suspek


masih kurang, yaitu 77% dari target
80% per tahun. Besar masalah
adalah 3%
B. Besar angka cure rate masih kurang
yaitu 80% dari target 85%. Besar
masalah 5%.
Penyelesaian Masalah
Masalah 1
Besar angka penjaringan suspek masih
kurang, yaitu 40% dari target 80% per
tahun. Besar masalah adalah 50% dengan
perhitungan metode non-skoring dengan
metode sederhana pada prioritas masalah
menempati urutan pertama dengan poin 21
Penyebab masalah :
1. Hanya perawat yang bertugas di
BPU sehingga dalam penentuan
diagnosis TB yang membutuhkan
pertimbangan
dokter
seperti
pembacaan
rontgen
kurang
maksimal.
2. Penemuan tersangka penderita TB
hanya dilakukan secara penemuan
pasif dengan pasien datang berobat
ke puskesmas.
3. Pasien TB yang berobat di fasilitas
pelayanan swasta tidak tercantum
dalam formulir tersangka penderita
TB.
4. Perencanaan tertulis terkait jadwal
waktu, tempat, dan pembagian
tugas tentang kegiatan penyuluhan
kelompok kurang.
Penyelesaian masalah :
1. Menambah tenaga dokter dan
perawat.
penambahan
tenaga
dokter diperlukan untuk kasuskasus
tertentu
TB
yang
membutuhkan pertimbangan dari
dokter.

2. Melakukan pelacakan secara aktif


dengan bantuan lintas program
seperti
Puskesmas
Keliling,
kunjungan keluarga, Posyandu
yang dilakukan terutama di desadesa wilayah kerja yang jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan.
3.
Menjalin kerja sama dengan
fasilitas dan tenaga kesehatan lain
yang ada di wilayah kerja
Puskesmas
Kecamatan
Klari,
terutama dalam hal pencatatan dan
pelaporan mengenai penderita TB
yang ada, karena puskesmas bukan
satu-satunya tempat untuk deteksi
tuberkulosis.
Dengan
adanya
tambahan laporan dan pencatatan
yang baik dari fasilitas atau tenaga
kesehatan tersebut, diharapkan
angka deteksi kasus TB akan
meningkat.
4. Melakukan monitoring ke RS
Swasta dan klinik swasta minimal
1 kali dalam sebulan.
Masalah 2
Besar angka Pasien TB Paru BTA+
diantara semua pasien TB paru
tercatat/diobati masih kurang, yaitu 44,4%
dari target >65% per tahun. Besar masalah
adalah 28,58% dengan perhitungan metode
non-skoring dengan metode sederhana
pada prioritas masalah menempati urutan
kedua dengan poin 20.
Penyebab masalah
1. Penemuan tersangka penderita TB
cenderung
dilakukan
secara
penemuan pasif dengan pasien
datang berobat ke puskesmas.
2. Hanya perawat yang bertugas di
BPU sehingga dalam penentuan
diagnosis TB yang membutuhkan
pertimbangan
dokter
seperti
11

pembacaan
rontgen
kurang
maksimal.
3. Petugas P2TB memiliki pekerjaan
rangkap sebagai P2 kusta dan pada
petugas BPU sehingga kinerja
program P2TB kurang maksimal.
4. Penyuluhan kelompok yang kurang
akibat jadwal waktu, tempat, dan
pembagian tugas tentang kegiatan
penyuluhan kelompok kurang.
Penyelesaian Masalah
1. Melakukan pelacakan secara aktif
dengan bantuan lintas program
seperti
Puskesmas
Keliling,
kunjungan keluarga, Posyandu
yang dilakukan terutama di desadesa wilayah kerja yang jauh dari
fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Menambah tenaga dokter untuk
kasus-kasus tertentu TB yang
membutuhkan pertimbangan dari
dokter.
3. Menambah
tenaga
untuk
mengambil alih tugas P2kusta dan
agar petugas P2TB dapat fokus
bekerja menjalankan program.
4. Menjalin kerja sama dengan
fasilitas dan tenaga kesehatan lain
yang ada di wilayah kerja
Puskesmas
Kecamatan
Klari,
terutama dalam hal pencatatan dan
pelaporan mengenai penderita TB
yang
ada.
Dengan
adanya
tambahan laporan dan pencatatan
yang baik dari fasilitas atau tenaga
kesehatan tersebut, diharapkan
angka deteksi kasus TB akan
meningkat.

Kesimpulan
Telah dilaksanakan evaluasi program
kesehatan Program Pemberantasan TB
dengan pendekatan sistem, ditemukan
adanya masalah pada;
1. Proporsi penjaringan suspek
2. Proporsi BTA positif diantara suspek
3. Besar proporsi TB paru BTA positif
diantara semua penderita TB yang
dicatat/diobati
4. Cakupan pasien TB anak di antara
seluruh pasien TB
5. Cakupan Case Detection Rate
6. Case Notification Rate
7. Penyuluhan kelompok periode Januari
2014 sampai dengan Desember 2014
di Puskesmas Klari.
Saran
Saran yang diberikan kepada kepala
puskesmas, Dinas Kesehatan Kabupaten
Karawang, dan evaluator selanjutnya agar
Program TB di Puskesmas Klaridi periode
yang akan datang dapat berhasil dan
berjalan dengan baik, dan untuk
memperbaiki masalah yang ada serta agar
masalah tersebut tidak terulang kembali di
tahun berikutnya.
Saran untuk Kepala Puskesmas, yaitu:
1. Dibuatnya struktur organisasi tertulis
yang jelas sehingga pembagian tugas
dan fungsi masing-masing tugas dalam
pelaksanaan kegiatan program lebih
jelas.
2. Membuat perencanaan untuk dilakukan
active case finding untuk 1 tahun ke
depan.
3. Membangun kerjasama lintas program
dan atau lintas sektoral.

Daftar Pustaka
12

1. Herchlin TE. 2014. Tuberculosis


[Disitasi 11 Juli 2014]. Diunduh
dari:
http://emedicine.medscape.com/arti
cle/230802-overview
2. Depkes RI.Pedoman nasional
pengendalian tuberkulosis.Jakarta:
Dinkes RI;2014.
3. Depkes RI. Penanggulangan
nasional penanggulangan
tuberkulosis.Jakarta: Dinkes
RI;2008.
4. Perkumpulan pemberantasan
tuberkulosis Indonesia (PPTI).
Diunduh dari:
http://www.ppti.info/2012/09/tbcdi-indonesia-peringkat-ke-5.html.
Diunduh tanggal 25 Juni 2015.

5. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Hasil Riskesdas 2013.
11 juli 2014.Diunduh dari:
http://www.depkes.go.id/resources/
download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013. pdf.
Diunduh tanggal 25 Juni 2015.
6. Data pencatatan dan pelaporan
triwulanan periode Juni 2014
sampai dengan Mei 2015 Program
P2TB Puskesmas Klari.
7.
Data Demografi UPTD Puskesmas
Klaritahun 2014.
8. Kemenkes RI. Petunjuk teknis
manajemen TB anak Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI;2013.

13

Anda mungkin juga menyukai