Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Bumi yang kita pijaki ini terdiri tersusun atas berlapis-lapis, dimana pada bagian
interior bumi kita tersusun atas dua lapisan dimana pada bagian atas merupakan lapisan
litosfer diaman terdapat kerak bumi dan bagian teratas dari mantel bumi. Diabawah dari
lapisan litosfer merupakan lapisan antenosfer yang merupakan lapisan padat.
Pada lapisan litosfer terdapat lempeng-lemeng tektonik penyususn kerak bumi,
lempeng-lempeng tersebut terdiri dari tujuh lempeng besar utama dan terdapat lempenglempeng kecil lainnya. Lempeng-lempeng tektonik tersebut tidaklah diam akan tetapi
bergerak dikarenakan lempeng tersebut menumpang diatas antenosfer. Lempeng tektonik ini
bergerak relative anatara satu dan lainnya dimana pergerakanya tersebut dapat diliaht dari
batas-batas lempeng. Terdapat tiga pergerakan lempeng tektonik yaitu, divergen, konvergen
dan transform.

1.2Rumusan Masalah

Apa itu teori tektonik lempeng?


Apa saja pergerakan dari lempeng tektonik?

Bagaimana cekungan sedimen terbentuk?


Apa saja klasifikasi dari cekungan sedimen?
1.3Tujuan Penulisan
untuk mengetahui lebih dalam mengenai lempeng tektonik
Untuk mengetahi apa saja pergerakan dari lempeng tektonik
Untuk mempelajari lebih dalam mengenai bagaimana terbentukny cekungan sedimen
Untuk mengetahi apa saja klasifikasi dari cekungan sedimen

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Tektonik Lempeng

Teori tektonik lempeng merupaka teori yang menjelaskan bahwa lapisan terluar
bumi tersusun atas beberapa lempeng yang berukuran besar dan kecil dimana lempenglempeng ini bergerak relative satu sama lain. Teori ini sendiri dikembangkan untuk
menjelaskan bahwa adanya pergerakan berskala besar yang terjadi di lapisan litosfer bumi.
Teori tektonik lempeng sendiri pertama kali di kemukakan oleh Alfred Wegener
pada tahun 1912, yang merupakan hipotesis continental drift. Selanjutnya teori ini
dikembangkan dalam bukunya yang berjudul The Origin of Continents and
Oceans yang diterbitan pada tahun 1915. Dalam bukunya tersebut Alfred
Wegener mengungkapkan bahwa benua-benua yang ada sekarang dahulu
merupakan satu benua utuh yang kemudian bergerak menjauh sehingga
saling lepas. Sayangnya dikarenakan kurangnya bukti-bukti teori ini
dikesampingkan. Akan tetepi teori ini menguat kembali pada tahun 1920
yang dikemukakan oleh ilmuwan Inggris Arthur Holmes dimana dibuktikan
bahwa bagian-bagian kerak ini kemungkinan berada dibawah laut.
Dimana teorinya mengatakan bahwa arus konveksi didalam mantel bumi
merupakan kekuatan penggeraknya.
Pada tahun 1956 ditemukanlah bukti yang menyatakan bahwa
lempeng-lempeng ini bener adanya bergerak dimana ditemukannya
perbedaan arah medan magnet yang terdapat pada batuan yang memiliki
usia yang berbeda. Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi
yang

ditunjukkan

dengan

lajur-lajur

sejajar

yang

simetris

dengan

magnetisasi yang sama di dasar laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge,
tektonik lempeng menjadi diterima secara luas.
Terdapat empat factor yang menguatkan perkembanagn dari
teori tektonik lempeng:
Kenampakan relief dan penyebaran umur muda dari lantai

samudra
Keberadaan pengulangan pembalikan medan magnet

bumi dimasa lampau


Kemunculan hipotesi seafloor-spreading dan recycle kerak
samudra

Kenyataan bahwa pusat gempabumi dan akifitas vulkanik


terpusat pada sepanjang daerah palung dan punggungan
pada lantai samudra

Tektonik lempeng yang ada dilapisan litosfer ini sendiri terbagi


menjadi 7 lempeng besar utama dan beberapa lempeng kecil. Tujuh
lempeng besar utama adalah lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia,
lempeng Pasific, Lempeng Antartika, lempeng Amerika Utara, lempeng
Amerika Selatan, dan lempeng Afrika. Sedang lempeng kecilnya ialah
lemepeng Filipina, lempeng cocos, lempeng indian, lempeng Nazca dan
lainnya.

Susunan lempeng tektonik di dunia

Lempeng sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu lempeng benua dan lempeng
samudra:

Lempeng benua: merupakan lempeng yang menopang benua, lempeng ini


tersusun atas Si, Mg, Fe. Lempeng ini bersifat asam, memiliki berat jenis 3
gr

/cc, dengan ketebalan 7-10 km. lempeng ini tersusun atas batuan yang ingan

seperti granit.
Lempeng samudra: merupakan lempeng penompang samudran, lempeng ini
tersusun atas Si, dan Al, lempeng ini bersifat asam dan memiliki berat jenis
sebesar 2.85 gr/cc, dengan ketebalan berkisar 30-80 km. lempeng ini tersusun
atas batuan yang relative ringan seperti basalt.

Susunan lempeng benua dan lempeng samudra

Terdapat tiga macam batas lempeng dimana lempeng bergerak relative anatara
satu sama lain. Tiga macam batas lempeng ini berhubungan dengan fenomena-fenomena
yang terjadi dipermukaan. Berikut ini adalah tiga macam batas lempeng:
Batas Divergen
Batas ini terjadi apa bila dua lempeng bergerak saling menjauh. Apabalia
terjadi pada lempeng benua, proses pergerakan ini akan menyebabkan
rift valley, sedangkan apabila terjadi pada lempeng samudra akan
menyebabkan seafloor spreading. Salah satu batas divergen yang
terkenal ialah Mid-Atlantic Ridge yang membujur dari utara hingga ke
selatan sepanjang samudra atlantik dan membatasi benua eropa dan

Africa dengan benua amerika


Batas Konvergen
Batas ini terjadi apabila dua lempeng yang bergerak saling mendekat dan
kemudian salah satu dari lempeng menujam masuk kedalam. Wilayah
dari penujaman ini biasa disebut sebagai subduction zone dimana pada
wilayah ini terbentuk volcanic ridge dan oceanic trenches. Pada wilayah
penujaman juga sering terjadi gempa bumi.
Apabila proses divergen terjadi antara lempeng samudra dengan lempeng
benua akan terbentuk volcanic mountain range pada bagian atas litosfer
dan oceanic trenches pada wilayah penujaman, salah satu contohnya
pada kasus ini ialah pegunungan Andes. Selanjutnya apa bila proses ini

terjadi antara lempeng samudra dengan lempeng samudra akan


membentuk parit di dasar laut serta gunung api dasar laut yang parallel
dengan dengan parit tersebut, apabila puncak dari gugusan gunung api ini
muncul dipermukaan disebut volcanic ocean chain, salah satu contoh
dari kasus ini ialah pulau Aleutian di Alaska. Selanjutnya apabila proses
ini terjadi antara lempeng benua dengan lempeng benua dimana salah
satunya menujam kebawah dan meleleh, pada wilayah tumbukan akan
mengeras dan menebal lalu membentuk pegunungan non vulkanik, salah

satu contoh dari kasus ini ialah pegunungan Himalaya.


Batas Transform
Batas ini terjadi apabila dua buah lempeng yang bergerak saling
bergesekan atau bergerak sejajar dan saling berlawanan arah. Batas ini
biasa dikenal dengan transform fault. Salah satu contoh terkenal dari
batas ini ialah Sesar San Andreas di California.

Gambar batas lempeng tektonik

Batas lempeng tektonik yang terdapat di Indonesia sendiri ialah batas konvergen,
dimana dapat diliahat pada batas lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Pada
batas ini lempeng yang menujam kebawah ialah lempeng Indo-Australia yang menujam

kebawah lempeng Australia. Dengan adanya batas transform ini tidak heran apabila di
Indonesia ditemukan gugusan gunung berapi yang terbentang dari Pulau Sumatra hinnga
pulau Lombok, oleh karena itu lah Indonesia sering terjadi gempa..

Tatanan tektonik Indonesia

2.2 Cekungan Sedimen


Cekungan atau Basin merupakan suatu rendahan pada permukaan bumi yang
terbentuk akibat dari proses tektonik yang berlangsung. Cekungan merupakan temopat
dimana sedimen terjebak dan terendapkan didalamnya sehingga banyak yang menyebut
sebagai cekungan sedimen. Cekungan sendiri terbentuk akibat dari subsidence dari
permukaan bagian atas suatu kerak bumi, berikut ini penyebabnya terbentuknya cekungan
menurut Dickinson (1993) dan Ingersol dan Busby (1995) :

Penipisan kerak (crustal thinning): terjadi pada saat perenggangan, erosi selama

pengangkatan, dan penarikan akibat magmatisme.


Penebalan mantel litosper (mantle-lithospheric thickening): Pendinginan litosper yang
diikuti penghentian perenggangan atau pemanasan akibat peleburan adiabatik atau

naiknya lelehan astenosper


Pembebanan batuan sedimen dan gunungapi (sedimentary and volcanic loading):
Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan litosper regional, tergantung

kegetasan litosper, selama sedimentasi dan kegiatan gunungapi


Pembenan tektonik (tectonic loading): Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan
perenggangan litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper, selama

pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan (underpulling)


Pembenan subkerak (subcrustal loading): kelenturan litosper selama underthrusting dari

litosper padat
Aliran astenosper (asthenospheric flow): pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya

karena penunjaman litosper


Penambahan berat kerak (crustal densification): Peningkatan berat jenis kerak akibat
perubahan tekanan/ temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis tinggi ke
kerak berberat-jenis rendah
Analisis cekungan sedimen menggabungkan basis interpretatif

ilmu

sedimentology, stratigrafi, fasies, dan system pengendapan, paleoceanografi, paleogeografi,


paleoklimatologi, analisis level air laut, dan mineralogy petrografi (Klein, 1987, 1991)
Diluar sana terdapat banyak sekali klasifikasi dari cekungan sedimen, dimana
semua tergantung pada penggunaan kriteria yang bebeda serta pendapat para ahli yang
berbeda pula. Banyaknya dari klasifikasi sendiri semuanya memiliki tujuan yang sama yaitu

tujuan untuk membantu para ahli dalam memudahkan menganalisisi evolusi serta stratigrafi
dari cekungan dalam rangka pencariaan hidrokarbon.

Yang sederhana berdasarkan hubungan antara morfologi/bentuk cekungan dan kapan


sedimen mengisinya:
Syn-depositional: sedimentasi pada tipe ini berlangsung bersamaan dengan
subsidence, jenis facies sedimen pengisi cekungan akan dipengaruhi oleh
perubahan akomodasi, pola penyebaran facies dapat dari cekungan diprediksi, di

bagian pinggiran facies dangkal, di tengah cekungan facies yang lebih dalam.
Post-depositional: keadaan dimana cekungan terbentuk setelah proses sedimentasi
berlangsung. Pola penyebaran facies sedimen-sedimen yang lebih tua tidak
dikontrol oleh morfologi cekungan yang terbentuk setelahnya tapi mengikuti

cekungan yang terbentuk lebih awal


Pre-depositional: cekungan terlebih dahulu sudah ada atau sudah terbentuk, lalu
subsidence terjadi dengan cepat karena tektonik sehingga lokasi depocentre
dalam, baru kemudian sedimen masuk ke cekungan setelah tektonik berhenti.

Klasifikasi cekungan berdasarkan jenis litosfer dan gaya struktur (structural


style) menurut Kingston et al. (1983):
Continental interior sag: posisi di dalam kontinen, sag artinya subsidence karena

loading, tanpa tektonik


Continental interior fracture: posisi di dalam kontinen, fracture artinya rekah

(patahan ekstensional)
Passive continental margin, margin sarg: di pinggir kontinen, passive margin
Oceanic sag: di laut (kerak samudra), sag
Basins related to subduction: berkaitan dengan subduksi
Basins related to collision: berkaitan dengan tabrakan
Strike slip basin: berkaitan dengan sesar mendatar
Klasifikasi cekungan berdasarkan mekanisme pembentukan
proses thermal
stretching (memelar, ekstensional)
loading
strike slip
Klasifikasi cekungan berdasarkan posisinya terhadap lempeng tektonik
A. Divergent plate settings (lempengnya saling menjauh)

Rift basin: terdapat di kerak kontinen, biasanya berasosiasi dengan

volkanisme dan juga doming


Proto-ocean rift trough: di laut, kerak samudera terbentuk
Continental rises dan terraces: di pinggiran kontinen dekat batas lempeng
kontinental-samudera
Passive margin: di pinggiran kontinental ditandai dengan progradasi

sedimen ke arah "distal"


Failed rifts: rift margin yang tidak aktif, rifting berhenti
Intracratonic rift: sag basin di dalam kraton yang di bawahnya ada rift
Oceanic basins: cekungan dialasi kerak samudera pada lempeng-lempeng

divergen
B. Convergent plate settings (lempengnya saling mendekat)
Trenches (Palung): terbentuk oleh subduksi
Trench slope basins: depresi struktur lokal di komplek subduksi
Forearc basins: antara komplek subduksi dengan busur magma
Intra-arc basins: terletak didalam busur magma
Back-arc basins: di belakang busur magma
Inter-arc basins: terletak di antara 2 busur magma
Remnant oceanic basins: cekungan samudera yang sudah mengecil dan

terperangkap pada zona tabrakan lempeng


Foreland basins: terbentuk di depan kerak kontinen yang mengalami thrust

fault, juga disebut foredeep


Piggy-back basins: terletak di atas punggung thrust fault dan dibatasi thrust

fault di belakang
C. Tranform plate settings
Pull-a-part atau transtensional basins
Trenspressional basins
Transrotational basins

Klasifikasi cekungan berdasarkan tatanan tektoniknya menurut Boggs (2001)


Divergen: Rift: terrestrial rift valleys; proto-oceanic rift valleys
Antar-lempeng: Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan
intrakraton, paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak,
pematang benua. Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra
aktif, kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde and
plateau)

Konvergen: Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung,


cekungan busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.
Cekungan akibat tabrakan: cekungan retroac forels, peripheral foreland basin,

cekungan punggung babi (piggyback basin), broken forland


Tranform: Cekungan akibat sesar mendatar: cekungan transextensional,

transpressional, transrotaional
Hybrid:
Cekungan
akibat

berbagai

sebab:

cekungan-cekungan

intracontinental wrench, aulacogen, impactogen, successor


Selain banyaknya klasifikasi yang sudah dijelaskan diatas, masih terdapat
beberapa cekungan lainnya yang dianggap cukup penting terutama di Indonesia. Berikut ini
akan dibahas cekungan lain yang dianggap penting di Indonesia:

Cekungan Intercraton
Cekungan interkraton merupakan cekungan yang cukup besar dimana
cekungan ini letaknya berada ditengah suatu benua yang jauh dari tepian lempeng.
Subsiden yang terjadi pada cekungan interkraton umumnya disebabkan oleh
penebalan mantel litosfer dan pembebanan oleh batuan sedimen atau gunung api
(Boggs, 2001).
Cekungan interkraton umumnya diisi oleh endapan klastika laut, karbonat,
atau sedimen evaporit yang diendapkan mulai dari laut epikonental sampai darat.
Contoh dari cekungan interkraton ialah Cekungan

Renggang (Rift)
Cekungan alibat peregangan memiliki dimensi yang umumnya sempit akan
tetapi memanjang dimana dibatasi oleh lembahan, memiliki ukuran mulai dari
beberapa kilometer hingga mencapai panjang 300km seperti yang berada di Afrika
Timur. Cekungan ini terbentuk akibat dari tatanan tektonik dimana paling umum
disebabkan oleh divergen. Salah satu contoh cekungan modernnya ioalah cekungan
Afrika Timur.

Aulakagon

Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar


terhadap tepian benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal
dan kemudian diaktifkan kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit
dan panjang dapat menggapai sampai kraton benua dengan sudut yang besar dari
lajur sesar.
Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat berupa sedimen darat,
endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam seperti endapan turbit. Contoh dari
cekungan aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur Paleozoik
dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana
Sungai Niger membelahnya.

Cekungan Tepi Benua


cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari
sedimen yang kearah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan.
Sedimen yang terendapkan pada paparan benua cekungan ini berupa pasir neritic
dangkal, lumpur, karbonat dan endapan evaporasi, sdengakan pada lereng terdiri dari
lumpur hemipelagik, dan pada sembulan benua berupa endapan turbidit.
Contoh dari cekungan ini ialah Cekungan Blake Plateau, Cekungan Gorge
Bank dan Cekungan Nova Scotian yang terbentuk pada akhri Trias- awal Jura akibat
dari regangan dan terpisahnya Pangea.

Cekungan Berhubungan dengan Subduksi


Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benua yang mana umumnya
dicirikan oleh adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, dan arc-trench gap
yang memisahkan ke duanya. Sedimen yang terendapkan pada cekungan ini lebih
didominasi oleh endapan silisiklastik yang umumnya berupa batuan yang berasal dari
busur gunungapi.
Contoh dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru,
Chili dan Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah
cekungan busur muka Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal
range, Taiwan. Contoh cekungan busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir
Awal Kapur terbentuk di belakang Busur Andean di Chili selatan.

Cekungan Berhubungan Dengan Patahan Mendatar

Patahan yang dapat membentuk cekungan merupkan patahan mendatar yang


menoreh dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform
fault) dan patahan yang terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian
atas kerak (Sylvester, 1988).
Cekungan yang berhubungan dengan patahan mendatar regional terbentuk
sepanjang punggung pemekaran, sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian
benua dan daratan dalam lempeng benua.Di Indonesia Cekungan jenis ini banyak
terdapat sepanjang Patahan Sumatra (Semangko),

Berikut ini adalah penjelasan mengenai mekanisme pembentukan cekungan.


Relief suatu cekungan secara mekanis dapat terbuat secara regional melalui dua cara, yaitu
thermal dan flexurally. Berikut ini adalah penjelas thermal dan flexurally:

Thermal
Proses ini terjadi di lapisan litosfer terpanaskan dari bawah yang membuat
lapisan litosfer mengembang dan menjadi kurang padat. Litosfer yang kurang
padat ini mengalami penyesuaian isostatically dimana proses ini yang yang
disebut pengangkatan kerak. Isostatic akan kembali ke semula apabila terjadi
penurunan suhu pada lapisan litosfer.
Saat terjadi pengangkatan inilah lapisan kerak bumi menipis oleh proses
erosi dan mengalami penebalan ditempat lain dimana selanjutnya terjadi proses
pengendapan, jadi ketika kerak mendingin lagi reda ke posisi lebih rendah dari
semula, kondisi ini akan menciptakan cekungan yang tersedia untuk diisi dengan
material sedimen.

Daerah dengan Temperatur Tinggi Berada Pada Bata-batas Lempeng yang Aktif

Flexurally
Selain cara thermal diatas, terdapat cara lain yang dapat mmbentuk relief
cekungan, cara lainnya itu ialah dengan meletakan beban besar pada beberapa
bidang litosfer, dimana beban inilah yang akan menyebabkan lapisan litosfer
mengalami penurunan dengan penyesuaian isostatic. Model ini telah sangat
berhasil dalam pengukuran untuk fitur cekungan tanjung, yang terbentuk thrust
sheets yang besar yang pindah dari daerah orogenic ke sebelumnya yakni
undeformed litosfer cratonal

Flexurally

DAFTAR PUSTAKA

Allen, P.A., Allen, J.R. (2005), Basin Analysis : Principles and Application. Blackwell

Publishing. P.549.
Allen, P.A and Allen, J.R.. 1990.Basin Analysis ; Principles & Applications. London :

Blackwell Science
Boggs, Jr. S. 2006. Principal of Sedimentology and Stratigraphy 4th edition, Pearson
Education, inc., Upper Saddle River New Jersey.
Anonym.
2012.
Pembentukan
Cekungan.

Dikutip

dari

https://smiatmiundip.wordpress.com/2012/09/18/pembentukan-cekungan/ Pada tanggal

21 Juni 2015
Anonim.

2013.

Tektonik

Lempeng.

Dikutip

dari

http://www.ahmadsains.com/2013/05/blog-post_1961.html pada tanggal 20 September

2015
Laksana,

Surya.

2014.

Analisa

Cekungan

Sedimen.

Dikutip

dari

http://seageost.blogspot.co.id/2014_10_01_archive.html pada tanggal 20 September

2015
Rahim,

Azhary.

2013.

Teori

Tektonik

Lempeng.

Dikutip

dari

http://tambangunp.blogspot.co.id/2013/05/teori-tektonik-lempeng.html pad tanggal 20

September 2015
Slide Perkuliahan

Anda mungkin juga menyukai