Anda di halaman 1dari 14

PRODUKTIVITAS PRIMER PERAIRAN

Carissa Paresky Arisagy


12 / 334991 / PN / 12981
Manajemen Sumberdaya Perikanan

Intisari
Produktivitas primer ialah laju pembentkan senyawa-senyawa organik dari senyawa-senyawa
anorganik. Praktikum pengukuran produktivitas primer perairan ini dilaksanakan pada tanggal
2 November 2013 dan bertempat di kolam Jurusan Perikanan UGM serta danau Lembah
UGM. Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara pengukuran produktivitas primer
perairan dengan menggunakan metode botol terang-botol gelap serta mengetahui
produktivitas suatu perairan. Metode pengamatan yang digunakan adalah dengan
menginkubasi botol gelap dan terang pada kedalaman 30 cm dan 50 cm, kemudian
dilanjutkan dengan pengukuran Oksigen terlarut. Produktivitas primer kolam pada pukul
12.00 kedalaman 30 cm inlet = 0,026 outlet = 0,052; kedalaman 50 cm inlet = 0,02 outlet =
0,032 dan pada pukul 18.00 kedalaman 30 cm inlet = 0,033 outlet = 0,052; kedalaman 50 cm
inlet = 0,039 outlet = 0,0275. Sedangkan di danau pukul 12.00 kedalaman 30 cm inlet =
0,0376 outlet = 0,113; kedalaman 50 cm inlet = 0,0145 outlet = 0,075 dan untuk pukul 18.00
kedalaman 30 cm inlet = -0,00289 outlet = 0,0057; kedalaman 50 cm inlet = -0,00144 outlet =
0. Produktivitas primer paling baik yaitu perairan kolam, di mana nilai produktivitasnya tinggi
sebab pada kolam kualitas airnya lebih dapat diukur dan dikendalikan.

Kata kunci : cahaya, danau, fotosintesis, kolam, produktivitas

PENDAHULUAN
Daratan sebagai sumber utama yang menyuplai bahan organik dan sedimen,
memegang peranan penting dalam siklus ekologi. Peningkatan aktivitas di daratan seperti
pemupukan, budidaya (tanaman dan ikan di tambak), industri dan aktivitas rumah tangga
memicu peningkatan jumlah bahan organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk
sedimen. Hal tersebutlah yang sangat berpengaruh pada tingkat kesuburan dari suatu badan
perairan. Tingkat kesuburan perairan tersebut dapat ditentukan dengan mengetahui nilai
produktivitas yang dimiliki oleh suatu ekosistem perairan. Oleh karena itulah, produktivitas
primer perairan dianggap penting terutama terkait hubungannya dengan pemanfaatan suatu
badan perairan. Mengetahui dan menyadari pentingnya produktivitas primer tersebut, maka

dirasa perlu untuk memahami serta mengkaji lebih dalam mengenai produktivitas dan cara
perhitungannya melalui praktikum Limnologi acara Produktivitas Primer Perairan.
Produktivitas primer menurut Odum (1993), merupakan laju perubahan energi
matahari melalui proses fotosintesis menjadi subtansi organik yang dilakukan oleh produsen.
Produktivitas primer dapat dibedakan menjadi produktivitas kotor (bruto) yang merupakan
hasil asimilasi total, dan produktivitas bersih (neto). Produktivitas kotor adalah jumlah total
bahan organik yang dihasilkan, sedangkan produktivitas primer bersih merupakan jumlah
bahan organik yang tinggal setelah beberapa darinya dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk
mendapatkan energi respirasi (Emberlin, 1983). Tingkat produktivitas primer merupakan
deskripsi kualitas yang menyatakan konsentrasi unsur hara yang terdapat di dalam suatu
badan air yang menggambarkan laju pembentukan senyawa-senyawa organik (Parsons, 1984).
Faktor yang mempengaruhi produktivitas primer antara lain faktor fisika (suhu dan
kecerahan), faktor kimia (DO, pH, CO2, alkalinitas) dan faktor biologi (plankton) (Effendy,
2003). Perubahan masukan unsur hara ke dalam perairan akan berpengaruh terhadap
produktivitas primer, dengan demikian produktivitas primer dapat menggambarkan kondisi
perairan secara umum (Wetzel, 1975).
Adapun tujuan dilakukannya praktikum limnologi acara produktivitas primer
mengenai ekosistem perairan lentik ini adalah untuk mempelajari cara pengukuran
produktivitas primer perairan dengan menggunakan metode botol gelap botol terang. Di
samping itu, praktikum ini dilakukan untuk mengetahui produktivitas primer suatu perairan.
Kemudian selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mengetahui keterkaitan antara
produktivitas primer dengan kepadatan plankton serta jenis-jenis plankton di suatu periran

METODOLOGI
Acara praktikum produktivitas primer dilakukan pada hari Sabtu, tangal 2 November
2013, pada pukul 06.00 19.00 WIB. Praktikum ini dilaksanakan pada dua tempat yang
berbeda, yaitu kolam Jurusan Perikanan serta danau lembah Universitas Gadjah Mada.
Adapun alat dan bahan yang digunakan antara lain botol terang, botol gelap, plastik, tali rafia,
patok, plankton net, ember, botol film, mikroskop, sedwick rafter, larutan 4 % formalin, gelas
ukur, pipet ukur, pipet tetes, erlen meyer, reagen oksigen, larutan MnSO4, larutan H2SO4
pekat, kempot, larutan 1/80 N Na2S2O3, dan indikator amilum.
Metode yang digunakan dalam praktikum produktivitas primer adalah metode botol
terang gelap. Prinsip kerja yang dilakukan adalah dengan menginkubasi botol gelap dan
terang selama 6 jam dan 12 jam pada kedalaman yang berbeda, yakni 30 cm dan 50 cm, untuk

kemudian ditinjau kandungan Oksigen terlarutnya. Di samping itu, pada praktikum ini juga
dilakukan pengamatan kepadatan plankton dengan bantuan sedwick rafter dan mikroskop.
Penghitungan

Produktivitas

primer

produktivitas primer kotor =

dilakukan

dengan

menggunakan

rumus,

, dimana LB = kandungan O2 akhir botol terang;

DB = kandungan O2 akhir dalam botol gelap; 1,2 = angka pembagi untuk prposes fotosintesis;
1,375 = faktor konfersi dari pembentukan oksigen ke karbon dioksida yang digunakan, t =
waktu inkubasi. Kepadatan plankton dihitung menggunakan rumus, densitas plankton =
individu/L , dengan d = jumlah semua plankton, b = volume air dalam botol, c = volume
sedgwick rafter, a= sampel air. Indeks diversitas plankton dapat dihitung dengan rumus:
diversitas plankton (H) = -Ni/N 2logNi/N, dengan H = indeks keragaman, Ni = cacah
individu suatu genus, N = cacah individu seluruh genera.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kolam Jurusan perikanan menggunakan sistem pengairan pararel dimana air yang
sudah digunakan pada suatu kolam tidak lagi digunakan untuk kolam yang lainnya, tetapi
langsung dibuang ke perairan terbuka dan mengalir. Dalam praktikum kali ini digunakan
kolam semi intensif, di mana dasar kolam masih berupa tanah, namun pada bagian dindingnya
telah berupa bangunan permanen. Dengan kolam yang demikian, masih dapat disuplai pakan
alami dari dasar kolam. Akan tetapi, dengan bentuk kolam tersebut dapat menyebabkan
kehilangan air yang banyak karena meresap ke dalam tanah. Kolam Jurusan Perikanan ini
memiliki dasar yang berupa tanah dan kerikil. Dasar yang berupa tanah dengan kedalaman
yang rendah menyebabkan warna air kolam tersebut menjadi keruh. Pada kolam tersebut
banyak dijumpai organisme-organisme seperti siput, katak, jangkrik dan lain sebagainya.
Kolam Jurusan Perikanan ini mendapatkan suplai air dari selokan Mataram.
Danau lembah UGM memiliki struktur dasar perairan berupa lumpur, dengan berbagai
macam pepohonan tumbuh di sekitarnya. Banyaknya pepohonan yang tumbuh di sekitar
danau tersebut memberikan kesan teduh dan sejuk. Di samping itu, pada danau ini banyak
dijumpai organisme-organisme seperti ikan dan siput. Air pada Danau Lembah UGM
berwarna hijau, hal itu menunjukkan bahwa terdapat banyak plankton di perairan Danau
Lembah UGM. Air tersebut berasal dari Selokan Mataram.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran produktivitas primer pada masingmasing lokasi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Masing-masing lokasi memberikan
gambaran produktivitas yang bervariasi.

Tabel 1. Produktivitas primer Kolam Jurusan Perikanan UGM


12.00
Inlet
30cm
0.026

50cm
0.02

18.00
Outlet
30cm
0.052

Inlet
30cm
0.033

50cm
0.032

50cm
0.039

outlet
30cm
50cm
0.052
0.0275

Tabel 2. Produktivitas primer Danau Lembah UGM


12.00
inlet
30cm
0.0376

50cm
0.0145

18.00
Outlet
30cm
0.113

50cm
0.075

Inlet
30cm
50cm
-0.00289
-0.00144

outlet
30cm
50cm
0.0057
0

Menurut Odum (1993), produktivitas primer merupakan laju perubahan energi matahari
melalui proses fotosintesis menjadi subtansi organik yang dilakukan oleh produsen.
Sementara menurut Parsons (1984) produktivitas primer merupakan deskripsi kualitas yang
menyatakan konsentrasi unsur hara yang terdapat dalam suatu badan air yang
menggambarkan laju pembentukan senyawa-senyawa organik yang kaya energi dari senyawasenyawa anorganik. Pada umumnya produktivitas suatu ekosistem perairan dikendalikan oleh
kondisi lingkungan, seperti radiasi cahaya matahari, serta konsentrasi nutrien yang tersedia
oleh kemampuan fotosintesis spesies fitoplankton yang ada (Lemusluoto, 1977). Laju
produktivitas akan tinggi apabila faktor-faktor lingkungan cocok atau optimal. Adapun faktor
yang mempengaruhi produktivitas primer menurut Effendy (2003), meliputi faktor fisika
(suhu dan kecerahan), faktor kimia (DO, pH, CO2, alkalinitas) dan faktor biologi (plankton).

(mg C/m3/jam)

Produktivitas Primer Kolam Perikanan


UGM pada Kedalaman 30 cm
0.06
0.05
0.04
0.03

inlet

0.02

outlet

0.01
0
12.00

18.00
waktu

Grafik 1. Produktifitas Primer Kolam Perikanan UGM pada kedalaman 30 cm

Ditinjau bedasarkan grafik tersebut tampak bahwa pada bagian inlet kolam terjadi
kenaikan tingkat produktivitas primer dari siang hari hingga menjelang malam. Hal tersebut
dapat disebabkan karena oksigen yang dihasilkan oleh proses fotosintesis fitoplankton hanya
digunakan sebagian kecil untuk respirasi, atau dengan kata lain kandungan oksigen
terlarutnya tinggi. Sedangkan pada bagian outlet tampak bahwa tidak terjadi kenaikan
maupun penurunan nilai produktivitas primernya. Hal tersebut menandakan bahwa dalam
kurun waktu 6 jam tersebut produktivitas primernya stabil. Apabila ditinjau berdasarkan
lokasi pengamatan, nilai produktivitas primer pada bagian outlet lebih tinggi dan cenderung
stabil apabila dibandingkan dengan bagian inlet. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh pengaruh
intensitas cahaya yang masuk pada inlet sebab pada bagian inlet merupakan daerah yang

(mg C/m3/jam)

cukup teduh karena berada di dekat pepohonan.

Produktivitas Primer Kolam Perikanan


UGM pada Kedalaman 50 cm
0.05
0.04
0.03
0.02

inlet

0.01

outlet

0
12.00

18.00
waktu

Grafik 2. Produktifitas Primer Kolam Perikanan UGM pada kedalaman 50 cm

Berdasarkan grafik tampak bahwa produktivitas primer kolam dengan kedalaman 50


cm pada bagian outlet cenderung menurun, sementara pada bagian inlet cenderung meningkat.
Pada siang hari, nilai produktivitas primer pada kedalaman 50 cm baik bagian inlet maupun
outlet cenderung rendah apabila dibandingkan pada kedalaman 30 cm. Hal ini dapat
disebabkan oleh letak ketinggian botol yang berbeda, di mana pada botol 50 cm letaknya lebih
dalam sehingga mengurangi intensitas cahaya yang masuk / menembus ke dalam botol. Pada
bagian outlet kolam tampak bahwa nilai produktivitasnya menurun. Hal tersebut juga
berkaitan dengan letak kedalaman di mana proses fotosintesis tidak / kurang dapat berjalan

optimal, sehingga kandungan O2 terlarut dalam botol hanya digunakan oleh plankton untuk
respirasi, namun tidak dihasilkan O2 dari proses fotosintesis.

(mg C/m3/jam)

Produktivitas primer kolam perikanan


UGM pada pukul 12.00
0.06
inlet

0.05
0.04
0.03

outlet

0.02
0.01
0
30

50
kedalaman

Grafik 3. Produktifitas Primer Kolam Perikanan UGM pada pukul 12.00 WIB

(mg C/m3/jam)

Produktivitas primer kolam perikanan


UGM pada pukul 18.00
0.06
0.05
0.04
0.03

inlet

0.02

outlet

0.01
0
30

50
kedalaman

Grafik 4. Produktifitas Primer Kolam Perikanan UGM pada pukul 18.00 WIB

Berdasarkan Grafik 3. tampak bahwa produktivitas primer kolam perikanan UGM


pada pukul 12.00 di bagian inlet maupun outlet mengalami penurunan seiring dengan
penurunan tingkat kedalamannya. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kekeruhan
di mana pada tingkat kekeruhan yang tinggi intensitas cahaya yang ada tidak dapat menembus
pada bagian yang dalam. Oleh karena itulah, terjadi penurunan nilai produktivitas pada

kedalaman 30 cm ke 50 cm, sebab intensitas cahaya tersebutlah yang digunakan dalam proses
fotosintesis. Apabila cahayanya sedikit yang dapat diserap maka energi yang dapat digunakan
plankton untuk melakukan fotosintesis pun berkurang, maka hasilnya pun berkurang.
Dari grafik 4. juga tampak bahwa produktivitas primer kolam perikanan UGM pukul
18.00 pada bagian outlet mengalami penurunan seiring dengan penurunan tingkat
kedalamannya. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pada kedalaman tersebut intensitas
cahaya matahari tidak dapat menembus bagian / kedalaman tersebut sehingga proses
fotosintesis tidak berjalan optimal dan O2 yang terkandung di dalamnya hanya digunakan
untuk proses respirasi. Akan tetapi, pada bagian inlet terjadi kenaikan seiring dengan
penurunan kedalaman. Pada kasus ini mengalami penyimpangan yang dapat diakibatkan oleh

(mg C/m3/jam)

kesalahan praktikan dalam penentuan dan pengukuran produktivitas primernya.

Produktivitas Primer Danau Lembah


UGM pada Kedalaman 30 cm
0.12
0.1
0.08
0.06

inlet

0.04

outlet

0.02
0
-0.02

12.00

18.00
waktu

Grafik 5. Produktifitas Primer Danau Lembah UGM pada kedalaman 30 cm

Berdasarkan grafik tersebut tampak penurunan produktivitas primer dari siang hingga
menjelang malam. Hal tersebut dapat diakibatkan menurunnya intensitas cahaya yang masuk
ke dalam perairan. Pada siang hari, pukul 12.00 nilai produktivitasnya tinggi karena tingkat
fotosintesisnya tinggi namun seiring dengan berkurangnya intensitas cahaya yang dapat
masuk ke dalam perairan, tingkat fotosintesisnya pu ikut menurun. Sementara kebutuhan
organisme seperti plankton untuk melakukan respirasi tetap sama sehingga jumlah oksigen
yang terakumulasi digunakan lebih banyak dibandingkan dengan O2 yang dihasilkan sehingga
nilai produktivitasnya menurun.

(mg C/m3/jam)

Produktivitas Primer Danau Lembah


UGM pada Kedalaman 50 cm
0.08
0.06
0.04
inlet
0.02

outlet

0
12.00
-0.02

18.00
Waktu

Grafik 6. Produktifitas Primer Danau Lembah UGM pada kedalaman 50 cm

Hal serupa juga terjadi pada produktivitas primer Danau Lembah UGM dengan
kedalaman 50 cm. Di mana terjadi penurunann nilai produktivitas primer dari siang hari
hingga menjelang malam, sebab semakin sore semakin / semakin beranjak malam intensitas

(mg C/m3/jam)

cahaya matahari akan semakin berkurang.

Produktivitas primer Danau Lembah


UGM pada pukul 12.00
0.12
0.1
0.08
0.06

inlet

0.04

outlet

0.02
0
30

50
kedalaman

Grafik 7. Produktifitas Primer Danau Lembah UGM pada pukul 12.00 WIB

(mg C/m3/jam)

Produktivitas primer danau Lembah


UGM pada pukul 18.00
0.008
0.006
0.004
inlet

0.002

outlet

0
-0.002
-0.004

30

50
kedalaman

Grafik 8. Produktifitas Primer Danau Lembah UGM pada pukul 18.00 WIB

Berdasarkan grafik 7. yakni produktivitas Danau Lembah UGM pada pukul 12.00
WIB menunjukkan penurunan seiring dengan penurunan tingkat kedalamannya. Pada bagian
inlet maupun outlet nilai produktivitas primernya berkurang dari kedalaman 30 cm ke 50 cm.
Hal ini disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan. Semakin rendah
cahaya yang masuk maka fotosintesisnya pun akan berkurang, dengan demikian nilai
produktivitasnya rendah.
Pada grafik 8. produktivitas Danau Lembah pada pukul 18.00 WIB tampak berbeda
antara inlet dan outlet, di mana pada bagian inlet sesuai dengan teori di mana nilai
produktivitasnya menurun seiring dengan dengan tingkat kedalamannya. Pada kedalaman 50
cm pada baian outlet nilai produktivitasnya nol sebab tidak ada intensitas cahaya yang masuk
sehingga tidak ada O2 yang terbentuk sementara O2 yang terakumulasi telah digunakan untuk
proses respirasi organisme di dalamnya seperti plankton.

Densitas Kolam VS Waktu


80

Densitas

70
60
50

inlet

40

outlet

30
20
10
0
06.00

12.00

18.00

Waktu

Grafik 23. Densitas Plankton VS Waktu pada Kolam

Densitas Danau VS Waktu


160
140
120

Densitas

100
inlet

80

outlet

60
40
20
0
06.00

12.00

18.00

Waktu

Grafik 24. Densitas Plankton VS Waktu pada Danau

Plankton merupakan sekelompok biota akuatik baik berupa tumbuhan maupun hewan
yang hidup melayang maupun terapung secara pasif di permukaan perairan, dan pergerakan
serta penyebarannya dipengaruhi oleh gerakan arus walaupun sangat lemah (Nybakken,
1992). Densitas plankton merupakan banyaknya individu plankton yang dinyatakan dengan
persatuan luas, maka nilai itu juga disebut sebagai kepadatan (density) plankton.

Berdasarkan grafik tersebut plankton berada pada kepadatan maksimum ketika pukul
18.00 dan minimum pada pukul 06.00. Grafik densitas plankton diatas berguna untuk
mengetahui kepadatan dari plankton baik pada area inlet maupun outlet pada danau maupun
kolam. Pada inlet danau pukul 06.00 densitas plankton berkisar 77,5 ind/L, pada pukul 12.00
berkisar 102,5 ind/L, dan pada pukul 18.00 berkisar 22,5 ind/L, hal ini berarti pada pukul
12.00 terjadi kenaikan namun turun lagi pada pukul 18.00 . Untuk outlet diperoleh data untuk
pukul 06.00 yaitu berkisar 142,5 ind/L yang mengalami kenaikan pada pukul 12.00 menjadi
105 ind/L dan turun menjadi 100 ind/L. Sementara untuk inlet kolam diawali pukul 06.00
dengan 47,5 ind/L yang kemudian naik pada pukul 12.00 menjadi 55 ind/L dan terus naik
menjadi 72,5 ind/L pada pukul 18.00 . Untuk outletnya pada pukul 06.00 berada 27,5 ind/L
yang kemudian naik ke 57,5 ind/L dan terus naik mencapai 75 ind/L masing-masing pada
pukul 12.00 dan 18.00. Hubungan antara densitas dengan waktu adalah seberapa padat
plankton dalam melakukan fotosintesis pada pagi, siang serta sore hari dan ternyata
waktukepadatan berada pada siang serta sore hari yang dimana intensitas matahari tinggi dan
ketika sore mulai berkurang. Densitas plankton sedikit terjadi karena adanya unsur hara yang
banyak tersedia pada perairan dan dilengkapi dengan intensitas penyinaran matahari yang
baik. Menurut Odum (1993) semakin banyak fitoplankton di perairan dapat memberi oksigen
terlarut yang lebih banyak, selain itu dapat berguna juga sebagai produksi energi bagi ikan
pemakan plankton.

Diversitas Kolam VS Waktu


3.5

Diversitas

3
2.5
inlet

outlet

1.5
1
0.5
0
06.00

12.00

18.00

Waktu

Grafik 25. Diversitas Plankton VS Waktu pada Kolam

Diversitas Danau VS Waktu


3.5

Diversitas

3
2.5
inlet

outlet

1.5
1

0.5
0
06.00

12.00

18.00

Waktu

Grafik 26. Diversitas Plankton VS Waktu pada Danau

Dari grafik ini kita dapat mengetahui keragamana plankton yang bisa ditemukan
diperairan baik di kolam maupun danau. Berdasarkan data yang ada keragaman pada inlet
danau pada pukul 06.00 menurun pada pukul 12.00 dan kemudian naik pada pukul 18.00.
Untuk outletnya diperoleh data pada pukul 06.00

yaitu 2, sementara pada pukul 12.00

meningkat , namun pada pukul 18.00 keragamannya menurun. Sementara untuk inlet pada
kolam pada pukul 06.00 berda di angka 2.5, pada pukul 12.00 turun dan meningkat pada
pukul 18.00, sedangkan untuk area outletnya dari pukul 06.00 keragamannya menurun hingga
pukul 12.00 dan kemudian meningkat pada pukul 18.00 .
Hubungan antara waktu dan keragaman plankton adalah pada waktu siang hari dimana
intensitas penyinaran matahari yang baik, berbagai jenis plankton (fitoplankton) akan keluar
dan berkembangbiak serta melakukan fotosintesis, sementara zooplankton juga akan keluar
untuk memakan fitoplankton tersebut. Semakin tinggi keragaman plankton pada suatu
perairan, maka perairan tersebut akan semakin subur (Odum, 1993).
Dapat dilihat bahwa perairan danau memiliki kepadatan plankton yang lebih tinggi
begitupun dengan keragamannya maka dapat dikatakan bahwa perairan danau lebih subur
dibandingkan perairan di area kolam, namun perairan kolam maupun danau keduanya masih
berada dalam kondisi yang baik atau dapat digunakan untuk proses pembudidayaan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai produktivitas primernya.

Menurut Mirah (2000) perairan yang baik adalah perairan yang memiliki plankton
yang banyak khususnya fitoplankton. Di mana fitoplankton inilah yangberperan dalam proses
fotosintesis. Tentunya hal tersebut berpengaruh pada peningkatan nilai produktivitas primer
yang merupakan ukuran tingkat kesuburan suatu perairan. Berdasarkan kedua lokasi
pengamatan tersebut, yakni kolam Jurusan Perikanan dan Danau Lembah UGM masih
memiliki produktivitas primer yang cukup baik. Akan tetapi, apabila dibandingkan antara
keduanya maka kolamlah yang lebih baik, sebab nilai produktivitas primer kolam apabila
dibandingkan dengan nilai produktivitas primer danau, kolam Jurusan Perikananlah yang
memiliki produktivitas primer yang lebih tinggi.
Produktivitas primer ini perlu diukur utuk mengetahui tingkat kualitas perairan sebab
produktivitas primer menggambarkan tingkat kesuburan dari suatu periran. Apabila dalam
waktu yang panjang terjadi sedikit perubahan dalam suatu ekosistem maka menunjukkan
bahwa telah terjadi perubahan lingkunagan yang nyata serta penting terkait dengan interaksi
antar organisme. Dalam program studi Manajemen Sumberdaya Perikanan produktivitas
primer merupakan suatu hal yang penting terkait dengan penentuan kualitas dan tingkat
kesuburan suatu perairan. Dengan mengetahui hal tersebut kita dapat lebih menjaga dan
melestarikan suatu lingkungan perairan.

KESIMPULAN
Produktivitas primer perairan dapat diketahui dengan pengamatan kandungan oksigen
dengan menggunakan metode botol gelap botol terang. Produktivitas primer suatu perairan
dipengaruhi oleh suhu, kecerahan, kandungan Oksigen terlarut (DO) serta densitas dan
diversitas plankton. Produktivitas di kolam lebih baik daripada di danau, sebab pada kolam
kualitas airnya lebih dapat diukur dan dikendalikan. Semakin tinggi densitas dan diversitas
plankton maka, produktivitas primernya akan semakin baik.

SARAN
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya antar asisten mungkin perlu diadakan
persamaan persepsi terlebih dahulu agar tidak terdapat perbedaan penjelasan antara asisten
yang satu dengan asisten yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Effendy, H. 2003. Analisis Kualitas Air. Kanisius. Yogyakarta.
Emberlin, J.C. 1983. Introduction. UI Press. Jakarta.

Lehmusluoto, P. 1977. National Inventory of Major Lakes. Expedition Technical Report.


Helsinki. 71p.
Mirah,R. 2002. Pendekatan Biologis pada Perairan Budidaya. Sumber Alam. Surabaya
Nybakken, J.W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga . Gajah Mada University Press.
Jogjakarta. H. 134-162.
Parsons, T.R. et all. 1984. Biological Oceanographic Processes third edition. Pergamon press.
Oxford
Wetzel, Robert G. 1975. Limnology, Lake and River Ekosistem 3rd edition. Sounders College.
Philadelphia.

Anda mungkin juga menyukai