Asdasddad
Asdasddad
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis kelamin
Tempat/Tanggal Lahir
Status perkawinan
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Suku / Bangsa
Agama
Alamat sekarang
Tanggal MRS
Cara MRS
Tanggal pemeriksaan
Tempat pemeriksaan
No Telpon
II.
: Tn. S. I
: 31 tahun
: Laki-laki
: Manado, 01 September 1983
: Belum Kawin
: SMP
:: Minahasa/ Indonesia
: Kristen protestan
: Maumbi, Lorong Kampis Jaga II
: 6 September 2014
: Pasien diantar oleh keluarga
: 23 April 2015
: Ruang Alabadiri RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
:-
RIWAYAT PSIKIATRIK
Pasien dibawa oleh keluarga ke RS Prof. DR.V.L. Ratumbuysang pada tanggal 6
September 2014.
Riwayat psikiatri diperoleh dari :
-
A. Keluhan Utama
Marah-marah tanpa sebab, mendengar bisikan-bisikan, bicara-bicara sendiri,
jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas (12 tahun lalu). Pada saat dilakukan
pemeriksaan langsung, pasien lebih suka menyendiri.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya dengan keluhan marahmarah. Keluarga mengatakan pasien marah-marah tanpa alasan yang jelas secara
tiba-tiba, kemudian pasien akan memarahi seisi rumahnya. Pasien mengaku
1
marah-marah karena mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk marahmarah dan memukul orang disekitarnya. Pasien mengaku sudah mendengar
bisikan itu sudah sejak lama dan sering melakukan apa yang diperintahkan oleh
bisikan-bisikan itu.
Selain itu, keluarga mengatakan bahwa pasien sering berbicara sendiri tanpa
ada yang menemani. Pasien mengaku berbicara sendiri untuk menanggapi suara
bisikan di telinganya. Suara bisikan-bisikan tersebut menyuruhnya untuk marahmarah dan membunuh orang di sekitarnya. Selain mendengar bisikan-bisikan,
pasien juga mengeluhkan melihat sesuatu yang aneh, seperti naga maupun
bayangan hitam. Bayangan naga yang dilihat pasien tersebut berada dimana-mana
seperti di dalam kamar atau di ruang tamu. Sedangkan bayangan hitam yang
dilihat oleh pasien tidak dapat dijelaskan secara terperinci, hanya dikatakan
bahwa bayangan hitam tersebut berukuran besar sehingga membuat pasien
menjadi sangat takut.
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien suka jalan-jalan keluar sendiri
tanpa tujuan yang jelas dan tanpa sepengetahuan keluarga. Pasien mengaku jalanjalan sendiri karena dia merasa jika di rumah dia akan terus mendengar bisikanbisikan dan melihat naga serta bayangan hitam tersebut.
Bisikan-bisikan tersebut juga mengganggu pasien saat tidur. Jika di tempat
tidur pasien membolak-balikkan badannya secara terus menerus, dan jika masih
tidak bisa tertidur pasien mengaku jalan-jalan di sekitar rumah serta mengganggu
orang yang ada di sekitarnya. Pasien sering mengeluhkan hal ini kepada ibu
pasien tetapi ibu pasien hanya menganggap seperti biasa. Pasien mengaku bahwa
hubungannya dengan keluarga memang tidak harmonis, apalagi ketika ayahnya
meninggal. Pasien merasa keluarganya sering tidak memperhatikan dan
menyayanginya.
Saat dilakukan pemeriksaan, pasien mengaku sudah tidak mendengar suarasuara bisikan di telinga dan sudah tidak melihat naga maupun bayangan hitam.
Pasien mengaku masih mendengar bisikan tersebut sekitar kurang lebih 2 tahun
lalu, ketika pasien mendengar bisikan-bisikan yang menyuruhnya untuk marah
pasien mencoba untuk mengabaikannya dengan menutup telinga dan berusaha
untuk tidak mengikuti perintahnya, karena pasien menyadari bahwa bisikanbisikan itu tidak harus diikuti.
Sekarang pasien mengaku lebih suka menyendiri di rumah sakit. Pasien juga
dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan baik, seperti makan, mandi, tidur
dan minum obat walaupun harus diperintah terlebih dahulu.
Menurut keterangan ibunya, pasien pernah dipulangkan dari rumah sakit.
Ketika di rumah, pasien sudah tidak marah-marah tanpa sebab lagi, bahkan
melakukan pekerjaan seperti dahulu, membantu menjaga warung milik
keluarganya. Menurut pengakuan ibunya, pasien sempat kembali mendengar
bisikan-bisikan, marah-marah tanpa sebab, terutama ketika pasien tidak meminum
obat, tetapi apabila pasien sudah mulai merasakan hal-hal tersebut, pasien
langsung meminum obat yang diberikan oleh dokter dari rumah sakit.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Berdasarkan catatan rekam medik, pernah berobat di RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang dan mendapatkan pengobatan serta dirawat jalan. Pertama kali
pengobatan pada tanggal 7 November 2003. Dari tanggal pertama kali masuk
sampai sekarang, sudah 15 kali pasien keluar masuk RS. Prof. Dr. V. L.
Ratumbuysang. Pasien sering keluar masuk dikarenakan tidak rutin meminum
obat secara teratur sehingga pasien kambuh lagi dan keluarga memutuskan untuk
membawa pasien ke rumah sakit. Pasien didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid
(F20.0).
Pada tahun 2003, pasien masuk dengan keluhan sering marah-marah tanpa
sebab, merontak, merusak barang dan melempar barang, mendengar bisikan,
mudah tersinggung, tertawa sendiri, suka telanjang.
D. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien mengkonsumsi obat yang diberikan dokter namun tidak rutin
meminumnya. Pasien mengatakan merokok sejak SMP dan masih merokok
sampai sekarang. Selain merokok, pasien juga meminum minuman beralkohol
sejak SMP tetapi sudah berhenti kurang lebih 7 tahun yang lalu. Pada waktu kelas
3 SMA, pasien mengkonsumsi minuman alkohol yang dicampur dengan obatobatan yang diberikan temannya tetapi pasien tidak mengetahui jenis obat
tersebut.
3
III.
Pada stadium identitas lawan difusi peran, pasien kurang senang bermain dan
akrab dengan saudara-saudaranya. Untuk masalah pribadi, pasien merupakan
orang yang tertutup sehingga tidak pernah menceritakan pada orang tua, ataupun
kakak dan adiknya mengenai lawan jenisnya. Saat SMP pasien pernah terlibat
dengan masalah di sekolah. Pasien memukul temannya karena tidak diberikan
rokok. Pasien pertama kali merokok dan minum minuman alkohol pada saat SMP
bersama-sama dengan temannya. Pasien sering keluar dengan teman-teman ke
cafe, tempat main billiard atau tempat anak muda lainnya dan pasien memiliki
banyak teman. Orientasi seksual pasien adalah lawan jenisnya yang sebaya. Pada
waktu SMA, pasien pernah putus cinta dengan pacarnya. Setelah itu pasien
dengan teman-temannya pergi minum minuman alkohol yang dicampur dengan
obat-obat dan lainnya. Setelah pasien meminum minuman tersebut pasien menjadi
pusing, sulit tidur, dan menjadi lebih marah-marah tidak jelas.
GUDANG
KAMAR
PINTU
PINTU
U
PINTU
pintu
RUANG TAMU
PIN
TU
U
W
AR
UN
G
S
U
M
U
R
PAGAR
PIN
TU
U
GARASI
i.
Riwayat Keluarga
KAMA
R
MANDI
PINTU
RUANG
U
PINTU
U
DAPUR
KAMAR
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Telah meninggal
IV.
2) Isi pikir
dapat
mengarahkan,
mempertahankan,
Segera
: Tampak sehat
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Kepala
Leher
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
B. Status Neurologikus
GCS
: E4M6V5
TRM
: Tidak ada
Mata
10
104.1 mg/dl
Uric acid
4.9 mg/dl
Creatinine (crea)
0.8 mg/dl
11
Urea
18.9 mg/dl
Gamma GT
41.4 U/L ()
GOT
15.0 U/L
GPT
16.5 U/L
Natrium
139 mmol/L
Kalium
3.3 mmol/L ()
Clor
103 mmol/L
Darah Rutin
V.
RBC
4.58 x 1012
HCT
35.30 %
PLT
430.000
WBC
9.900
HB
12.3 g/dl
Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis dan beberapa data diperoleh dari rekam
medik) didapatkan pasien laki-laki berumur 31 tahun, pendidikan terakhir SMA tapi tidak
tamat, belum menikah dan memiliki 3 orang saudara, tidak bekerja, agama kristen
protestan, bertempat tinggal di Maumbi. Pasien datang diantar oleh keluarga dengan
keluhan mendengar adanya bisikan-bisikan, berbicara sendiri, berontak, berjalan tanpa
tujuan, marah-marah dan sulit tidur.
Riwayat penyakit sebelumnya, berdasarkan pasien dan data yang ada, pasien
sudah pernah di berobat di RS Prof DR.V.L. Ratumbuysang. Namun tidak teratur minum
obat sehingga keluhan muncul kembali seperti marah-marah, merontak, mendengar
bisikan-bisikan.
Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya,dan
berpakaian sesuai. Selama wawancara pasien duduk dengan tenang dan bersikap
12
kooperatif dalam menjawab setiap pertanyaan, artikulasi jelas, volume sedang dan
intonasi jelas, serta dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimik. Arus pikiran ditemukan
koheren. Isi pikir ditemukan adanya waham paranoid, tetapi gejala yang dialami saat ini
sudah lebih ringan dari pada sebelumnya. Penilaian realitas tidak terganggu. Tingkat
tilikan derajat IV yakni pasien menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya kelainan
organik. Oleh karena itu diagnosis gangguan mental organik dapat disingkirkan.
Formulasi diagnostik ini berdasarkan DSM V. Pasien dalam keadaan remisi dari
keadaan akut tetapi masih memperlihatkan gejala-gejala residual (penarikan diri secara
sosial, afek datar atau tak serasi, perilaku eksentrik, asosiasi longgar atau pikiran tak
logis). Berdasarkan anamnesis, ditemukan bahwa gejala-gejala psikiatrik seperti adanya
halusinasi auditorik, bicara kacau, marah-marah tanpa sebab, jalan-jalan tanpa tujuan
sudah tidak terjadi. Namun pasien memperlihatkan gejala residual yaitu pasien lebih suka
untuk menyendiri, dan abulia, yakni tidak punya inisiatif dan melakukan pekerjaan hanya
bila disuruh. Maka diagnosis yang diambil adalah skizofrenia residual. Pada aksis I, hal
ini sesuai dengan kriteria diagnostik skizofrenia residual.
Pada aksis II, ciri kepribadian pasien yaitu gangguan kepribadian antisosial, hal
ini sesuai dengan riwayat kehidupan pasien, yaitu pasien tidak bertanggung jawab
terhadap peraturan, mudah frustasi, sering bertindak agresif, tidak mampu menerima
kesalahan, dan cenderung menyalahkan orang lain atau rasionalisasi atas perbuatannya
jika mengalami konflik sosial.
Pada aksis III, pada pasien tidak ditemukan gangguan medis organik lain.
Walaupun sebelumnya pasien pernah menderita tuberculosis paru, namun telah sembuh,
yang dapat dilihat dari hasil pemeriksaan sputum BTA pasca pengobatan yang negatif.
Pada aksis IV, masalah pada pasien berkaitan dengan lingkungan sosial.
Memang sejak pasien masuk rumah sakit, persepsi lingkungan sosial terhadap pasien
menganggap bahwa ia mengalami gangguan jiwa karena kedatangan pasien ke rumahnya
membuat masyarakat disekitar merasa tidak nyaman. Pasien merasa malu dengan
saudaranya, karena hanya dia sendiri yang belum menikah dan berkeluarga dan masih
13
dalam keadaan sakit. Pasien juga ingin bekerja dan ingin memperoleh pasangan hidup ke
depannya sampai ke pernikahan.
Pada aksis V, Global Assesment of Functioning (GAF) scale, Current 70-61
yaitu beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum
masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 80-71, yaitu gejala sementara, dan
dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, dan lain-lain.
VII.
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
Aksis I
: Skizofrenia residual (F20.5)
Aksis II : Gangguan kepribadian antisosial (F60.2)
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah keluarga dan berkaitan dengan lingkungan sosial
Aksis V : GAF Scale 70-61 Beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik.
GAF Scale HLPY 80-71, yaitu gejala sementara, dan dapat diatasi,
VIII.
IX.
PERENCANAAN TERAPI
A. Psikofarmaka
Risperidone 2 mg 2x1 tablet/hari
Trihexyphenidyl 2 mg 3x1 tablet/hari
Vitamin B-kompleks tablet 3 x 1
B. Psikoterapi dan intervensi psikososial
Terhadap pasien :
1) Memberikan edukasi dan support terhadap pasien agar memahami
gangguannya lebih lanjut, cara pengobatan, efek samping yang dapat
muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat.
2) Memberikan dukungan kepada pasien untuk perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik.
3) Memotivasi dan memberikan dukungan kepada pasien agar pasien tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya dalam menghadapi hidup ini
tidak kendur.
14
Terhadap keluarga
1) Meminta keluarga untuk tetap memastikan pasien tetap berada dalam
pengawasan keluarga.
2) Memberikan pengertian dan dukungan kepada keluarga akan pentingnya
peran keluarga pada perjalanan penyakit.
3) Meminta keluarga untuk tetap memberikan perhatian penuh terhadap
pasien dan mengawasi pasien dalam minum obat.
4) Memberikan psiko-edukasi yaitu menyampaikan informasi kepada
keluarga mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa
memberikan dukungan selama masa pengobatan.
X.
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad funsionam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
X. EDUKASI
Edukasi kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga pasien
mengonsumsi obatnya dengan teratur. Usahakan pasien berada dalam pengawasan
keluarga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian
kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.
XI. DISKUSI
A. Diagnosis
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia residual. Gejalanya
didahului dengan gejala positif, dan dalam waktu minimal 1 tahun telah timbul gejala
negatif. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa, awalnya saat keluhan muncul pasien
sering memberontak dan marah-marah tidak jelas, pasien suka membanting barangbarang di rumah, bicara kacau, bahkan mendengar bisikan-bisikan dari seseorang,
berjalan sendiri tanpa tujuan. Gejala ini merupakan gejala positif dari pasien
skizofrenia.1,2 Pasien juga mempunyai riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa
lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia, yaitu pasien sudah pernah
sakit seperti ini pada tahun 2003, dan sudah dinyatakan bisa rawat jalan.
15
16
menurun),
dan
gangguan
otonomik
(hipotensi,
Psikoterapi supportif
Ventilasi : memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaan dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
Konseling : memberikan penjelasan kepada pasien sehingga dapat membantu
Rumah pemanen dengan dinding beton, beratapkan seng dan berlantai tegel. Di
rumah tersebut terdapat kamar sebanyak 3 kamar, dengan dihuni oleh 4 orang. Sumber air
dari PAM, sumber listrik dari PLN. Toilet sebanyak 1 buah, toilet jongkok. Penanganan
sampah dengan cara di buang di tempat pembuangan akhir. Keadaan lingkungan rumah
pasien bersih dan terdapat hewan peliharaan berupa anjing dan burung. Hubungan dengan
para keluarga baik.
A: Pemeriksa
B: Pasien
18
________________________________________________________________________
A : Selamat siang pak
B : Siang.
A : Perkenalkan saya dokter muda Reta, nama bapak siapa?
B : S.I
A : Saya boleh tanya-tanya sedikit pak S.?
B : Boleh.
A : Pak S. Umur berapa?
B : 33 tahun
A : Tinggal di mana pak?
B : Di maumbi
A : Pekerjaan bapak apa?
B : Cuma di rumah kita
A : Kalau boleh tahu pendidikan terakhir bapak apa ya?
B : SMA, sampe kelas 3.
A : Bapak berapa bersaudara?
B : Ada 4 bersaudara, kita yang kedua dokter. Yang pertama laki-laki, yang ketiga
perempuan dan yang terakhir laki-laki tapi sudah meninggal.
A : Di rumah bapak tinggal dengan siapa?
B : Kita tinggal dengan kita pe mama.
A : Papa dang?
B : Kalau papa su meninggal 7 tahun yang lalu, gara-gara sakit paru kwa karena
barokok.
A : Pak S. so menikah?
B : Belum dokter. Mar ada noh kita pe cewek.
A : Kong bapak pe cewek di mana dang?
B : Hmmm, begitu no dokter.
A : Ada barokok atau minum alkohol pak S.?
B : Ada dokter, su barokok dari SMP deng baminum le dari SMP. Mo baminum so
brenti gara-gara so d rumah sakit, so boleh 7 tahun brenti. Kalau rokok masih trus.
A : Pak S. Tau jalan pulang ke rumah?
19
B : Tau dokter, kalu dari sini naik oto 45 trus naik paal 2 trus naik oto airmadidi turun
di maumbi.
A : Pak S. so berapa lama di sini?
B : So hamper 7 bulan disini, mar ada ja pulang-pulang, dapat kasi ijin.
A : Kapan pertama kali maso kang di sini?
B : Tahun 2003 dokter, dorang mama yang ada bawa.
A : Kalau boleh tau pak S. masuk rumah sakit karena kenapa?
B : Macam dengar suara bagitu no.
A : Boleh tau, suara macam bagaimana itu pak?
B : Ada suara laki-laki atau perempuan jaga ba bilang suruh pukul orang lah, bunuh
orang, kita nda mo bikin. Trus itu suara so marah-marah pa kita lantaran nda iko.
A : Trus selain dengar suara-suara ada apa lagi pak? Ada liat-liat ato cium-cium
sesuatu padahal disekitar situ ga ada?
B : Oh.. kalau itu cium-cium bau nda ada, cuma kalau ba liat-liat begitu ada dokter. Ada
liat 2 macam kwa dokter. Ada lihat naga besar deng banyangan hitam besar.
A : Ada liat itu naga dimana so pak S. ?
B : Oh kita ada liat tu naga di kita pe rumah, di dalam kamar, ada no dimana mana. Jadi
tako kita dok.
A : Kalau bayangan hitam dang bagaimana?
B : Kalau bayangan hitam dok, besar sekali itu bayangan kong jaga iko-iko pa kita trus.
Dia kwa ja ba muncul kalau so sore mo malam begitu.
A : Pernah punya keinginan melukai diri sendiri?
B : Nda dok
A : Pernah ada rasa takut atau curiga tidak?
B : Pernah dok, tako pa itu bayangan hitam no. Dia jaga iko-iko pa kita trus.
A : Jaga minum obat di rumah?
B : Ada dokter rutin tiap 2 kali sehari mo tapi itu obat jaga habis. Bilang pa mama
ambe obat ke rumah sakit mo antua mau di puskesmas kata.
A : Pak S. waktu sekolah bagaimana?
B : Kalau waktu SD suka ja ba marah-marah par guru. Kalau bateman banyak noh dok.
Suka jalan keluar sama sama deng teman. Pernah sih kita tatinggal kelas satu kali.
20
Waktu kecil le kita jarang ketemu orang tua. Sibuk dorang deng kita pe adik dan
kaka lee, sibuk-sibuk terus.
A : Kalau SMP deng SMA?
B : Waktu SMP pernah ada jadi masalah no dokter. Kita ada pukul kita pe teman karena
dia nda mau kasih kita rokok. Waktu SMP kita kwa so barokok deng ba minum.
Kalau bateman banyak dokter, jaga pi keluar jalan-jalan ke cafe, tempat billiard,
tempa-tempa anak muda. Jaga ba minum sama-sama dengan teman. SMA sama le
dokter, mo nda ada masalah. Mo waktu SMA kita pe teman ja ba kasih obat. Kita ja
minum saja no dokter, habis minum rasa itu badan jadi beda. Oh io, kita le suka main
band, kita jadi dia pe vokalis.
A : Bapak rajin ikut ibadah ga?
B : Ada dokter. Kita kwa jaga phi sekolah minggu waktu kecil noo. Kalau su besar biasa
jaga pergi pemuda dengan remaja. Itu biasa di hari rabu atau kamis. Jaga pi ibadah
dengan teman-teman.
A : Oke, pak S. Sudah selesai ya. Nanti saya datang lagi ya kalau ada yang kurang
B : Ia, dok
A : Makase banyak ya Pak S.
B : Sama-sama dokter.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan H, Sadock B, Grebb J. Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid I. Binarupa Aksara Publisher. 2010.
2. Elvira S, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 2010.
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing; Washington
DC. 2013.
4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia. Edisi III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2001.
5. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III. Bagian
Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya; Jakarta. 2007.
22