Anda di halaman 1dari 2

Review Artikel

Pengaruh Karbon terhadap Produktivitas Lipid Mikroalga


Review artikel ilmiah dilakukan untuk memahami pengaruh karbon dari
berbagai macam sumber dan tingkatan konsentrasi karbon terhadap produktivitas
lipid. Judul artikel pertama yang akan direview adalah Lipid Induction in
Dunaliella salina Culture Aerated with Various Levels CO 2 and Its Biodiesel
Production. Dalam artikel ini, peneliti bertujuan untuk mengetahui pengaruh
berbagai tingkat CO2 dalam aliran udara pada produksi biomassa dan akumulasi
lipid dari kultur Dunaliella salina. D. Salina dikultivasi dengan variasi tingkatan
CO2 dari 0,01; 0,03; 3,0; 9,0 dan 12%. Asam lemak dianalisis dengan
menggunakan Agilent Technologies 6890 N Network GC-system.
Dari hasil penelitian, produktivitas lipid tertinggi pada tingkat CO 2 9%
sebesar 28,36%. Artikel ini mengatakan bahwa dengan tingginya konsentrai CO 2,
biosintesis lipid dapat ditingkatkan karena kandungan lipid yang tinggi sebagai
akibat dari strategi adaptif untuk mitigasi CO 2 di lingkungan. Mikroalga dapat
mentolerir tingkat CO2 hingga 12%.

Dengan tingkat CO2 yang tinggi dapat

meningkatkan pertumbuhan sampai 3-12%.


Artikel selanjutnya berjudul Lipid Production by Microalgae Chlorella
protothecoides with Volatile Fatty Acids (VFAs) as Carbon Sources in
Heterotrophic Cultivation and Its Economic Assessment. Peneliti ingin
mengetahui pengaruh produktivitas lipid dengan menggunakan VFAs sebagai
sumber karbon dalam kultur heterotrofik. VFAs ini berasal dari limbah makanan,
sehingga dapat menambah potensi ekonomi dalam mengkultivasi kultur
mikrolaga. Selain itu untuk mengurangi biaya dalam kultivasi, karena biasanya
sumber karbon yang digunakan berasal dari glukosa yang menghabiskan biaya
yang cukup mahal. Peneliti melakukan variasi ratio VFAs untuk melihat
produktivas lipid yang dihasilkan. Terdapat 4 variasi ratio VFAs yaitu 4:3:3 ; 8:1:1
; 6:1:3 dan 7:2:1 (asam asetat: asam propionat: asam butirat). Dari hasil yang
didapatkan bahwa produksi lipid tertinggi sebesar 0,317 g / L dengan rasio VFA
dari 8:1:1. Secara umum, konsentrasi asam asetat lebih tinggi disediakan untuk
pertumbuhan sel lebih dan akumulasi lipid. Konsumsi asam asetat didominasi

selama pertumbuhan sel dan produksi lipid. Sebelum penipisan asam asetat dalam
kultur, asam butirat dan asam propionat yang habis hanya 10-20%. Namun,
tingkat konsumsi asam propionat dan asam butirat meningkat menjadi 50%
setelah menipisnya asam asetat dari medium kultur. Ini Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asam asetat lebih cocok untuk produksi lipid oleh C.
protothecoides daripada asam propionat dan asam butirat untuk kultur
heterotrofik. Bedasarkan hasil tersebu bahwa VFAs efektif sebagai pengganti
glukosa sumber karbon untuk kultur heterotrofik sehinggan VFAs memiliki nilai
potensi ekonomi dalam memanfaatkan limbah makanan.
Kelemahan dari jurnal pertama adalah tidak dilakukan variasi tingkat CO2
sampai terjadinya penurunan laju pertumbuhan dan produktivitas lipid terhadap
mikroalga. Karena mikroalga memiliki batas maksimum tolerir terhadap
konsentrasi CO2 yang diberikan. Kemudian kelemahan dari jurnal kedua yaitu
tidak dilakukan perbandingan antara medium dengan sumber karbon dari glukosa
dan sumber karbon dari VFAs sehingga tidak dapat diketahui secara spesifik
seberapa efektifnya VFAs dalam menggantikan glukosa sebagai sumber karbon
dalam kultur heterotrofik.
DAFTAR PUSTAKA
Abd El Baky, H.H., El-Baroty, G.S. & Bouaid, A. 2014. Lipid Induction in
Dunaliella salina Culture Aerated with Various Levels CO2 and Its
Biodiesel Production. J. Aquac Res Development. 5: 1-6.
Fei, Q., Fu, R., Shang, L., Brigham, C.J. & Chang, N.H. 2014. Lipid Production
by Microalgae Chlorella protothecoides with Volatile Fatty Acids (VFAs)
as Carbon Sources in Heterotrophic Cultivation and Its Economic
Assessment. Bioprocess Biosyst Eng. 38: 691-700.

Anda mungkin juga menyukai