Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Port
Reception
Facilities
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Daftar Isi
1 Pendahuluan
2 Klasifikasi Limbah
3 Kriteria Pelabuhan
4 Pengelolaan RF
4 Persyaratan Limbah B3
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pendahuluan
1 Latar Belakang
2 MARPOL 73/78
3 Permen LH 05/2009
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Latar Belakang
Perlindungan dan pelestarian lingkungan maritim, khususnya pencegahan pencemaran dari kapal, telah
menjadi isu internasional sejak era 1950-an1:
International Convention for the Prevention of Pollution of the Sea by Oil, 1954 (OILPOL 54) adalah
konvensi internasional pertama yang mengatur pencemaran minyak dari kapal.
International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, as modified by the Protocol
of 1978 relating thereto (MARPOL 73/78), yang kemudian diamandemen oleh Protocol of 1997, adalah
konvensi internasional pengganti OILPOL 54 yang berlaku hingga saat ini.
MARPOL 73/78 membatasi jenis dan jumlah limbah dari kapal yang dapat dibuang ke laut. Untuk
mencegah kapal melakukan pembuangan limbah secara illegal, MARPOL 73/78 mewajibkan adanya
reception facility di pelabuhan untuk menampung limbah dari kapal yang tidak dapat dibuang ke laut.
Reception Facility didefinisikan sebagai segala bentuk fasilitas tetap, terapung atau bergerak yang dapat
menampung limbah MARPOL dari kapal.
Any fixed, floating or mobile facility capable of receiving MARPOL residues/wastes from ships and fit for
that purpose. Sumber: MEPC.1/Circ.671 Guide to Good Practice for Port Reception Facility Providers and
Users, IMO (2009).
Penerapan MARPOL 73/78 di Indonesia disahkan dalam Keppres 46/1986 dan Perpres 29/2012. Ketentuan
mengenai reception facility diatur dalam Permen LH 05/2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.
1Sumber:
Pendahuluan
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
MARPOL 73/78
MARPOL 73/78 merupakan konvensi yang terbentuk dari beberapa konferensi yang diselenggarakan oleh
International Maritime Organization (IMO). Perincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Konferensi
Tahun
International Conference on
Marine Pollution
1973
International Conference on
Tanker Safety and Pollution
Prevention (TSPP Conference)
1978
International Conference of
Parties to the MARPOL 73/78
Convention
1997
Pendahuluan
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Permen LH 05/2009
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
adalah peraturan terkini yang mengatur implementasi MARPOL 73/78 di Indonesia.
Pokok pikiran dalam peraturan ini:
Pasal 1 menguraikan istilah dan definisi yang digunakan dalam peraturan ini
Pasal 3 mengatur prosedur penyerahan limbah dari kapal ke pelabuhan
Pasal 4 mengatur prosedur notifikasi penyerahan limbah
Pasal 5 menyebutkan jenis limbah yang diatur dalam peraturan ini
Pasal 6 mengatur sertifikat penyerahan limbah
Pasal 7 menyebutkan kriteria pelabuhan yang harus menyediakan fasilitas pengelolaan limbah
Pasal 10 mengatur pelaporan neraca limbah
Peraturan ini ditetapkan sebelum ratifikasi Annex III-VI MARPOL 73/78, sehingga mewajibkan fasilitas
pengelolaan limbah untuk Annex I dan Annex II saja.
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan .
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Klasifikasi Limbah
1 Annex MARPOL
2 Limbah Annex I
3 Limbah Annex II dan Annex V
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Annex MARPOL
Annex
Ketentuan RF
Mulai berlaku
Keterangan
Annex I
Oil
Regulation 12
2 Oktober 1983
Annex II
Noxious liquid substances (NLS) in
bulk
Regulation 7
6 April 1987
Annex WAJIB
Harus dipenuhi oleh negara
yang meratifikasi konvensi
Diratifikasi dalam Keputusan
Presiden No. 46 Tahun 1986
Annex III
Harmful substances in packaged
forms
Tidak diatur
1 Juli 1992
Annex IV
Sewage
Regulation 10
27 September 2003
Annex V
Garbage
Regulation 7
31 Desember 1988
Annex VI
Air pollution
Regulation 17
19 Mei 2005
Annex PILIHAN
Annex yang dapat ditolak oleh
negara yang meratifikasi
konvensi (sesuai Article 14
MARPOL 73/78)
Ditolak dalam Keppres
46/1986
Diratifikasi dalam Peraturan
Presiden No. 29 Tahun 2012
Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Limbah Annex I
Volume
(estimasi)
Jenis limbah
Annex I
Dirty ballast
water
30% DWT
10 % DWT
4-8% DWT
1-10 m3
0,2-1% DWT
Sludge
2-3% DFC
0,01-0,1% DWT
Oily
residues
(sludge)
Keterangan
Limbah berminyak
Air ballast kotor dari tangki kapal tanker berlambung
tunggal atau atau tanker dengan segregated ballast
tank (SBT).
Air bercampur minyak dari kegiatan pencucian
tangki kapal tanker.
Air bercampur minyak yang terkumpul pada ruang
bilga
Limbah berminyak yang dihasilkan dari operasi kapal
seperti sisa pemurnian, hasil penyaringan minyak,
limbah yang terkumpul di baki tumpahan (drip trays)
dan limbah sisa pelumas.
Limbah berminyak berbentuk padatan yang tersisa
dari kegiatan pencucian tangki kapal tanker.
Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Jenis limbah
Annex II
NLS water
mixture
from tank
washing
Category X
Category Y
Operational
waste
0,2-3% DWT
0,1-1,2% DWT
Annex V
Domestic
waste
Keterangan
Cargo ships
1,5 kg/pax
Passenger ships
3,0 kg/pax
Cargo associated
waste
Maintenance waste
Cargo residues
Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
1 Kriteria Umum
2 Menurut MARPOL
3 Menurut Permen 05/2009
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pelabuhan Lainnya
Annex I
Oil
Semua
Annex II
Noxious liquid substances
(NLS) in bulk
Semua
Tidak ada
Annex III
Harmful substances in
packaged forms
WAJIB dilengkapi RF
menurut Permen LH
05/2009
Tidak ada
Annex IV
Sewage
Semua
Annex V
Garbage
Semua
Annex VI
Air pollution
Catatan
Semua
DAPAT dilengkapi RF
menurut Permen LH
05/2009
Tidak ada
Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Subject to the provisions of regulation 10 of this Annex, the Government of each Party undertakes to
ensure the provision at oil loading terminals, repair ports, and in other ports in which ships have oily
residues to discharge, of facilities for the reception of such residues and oily mixtures as remain from oil
tankers and other ships adequate to meet the needs of the ships using them without causing undue delay
to ships.
2.
Reception facilities in accordance with paragraph (1) of this regulation shall be provided in:
a.
all ports and terminals in which crude oil is loaded into oil tankers where such tankers have
immediately prior to arrival completed a ballast voyage of not more than 72 hours or not more than
1,200 nautical miles;
b.
all ports and terminals in which oil other than crude oil in bulk is loaded at an average quantity of
more than 1,000 metric tons per day;
c.
d.
all ports and terminals which handle ships provided with the sludge tank(s) required by regulation
17 of this Annex;
e.
all ports in respect of oily bilge waters and other residues, which cannot be discharged in
accordance with regulation 9 of this Annex; and
f.
(f) all loading ports for bulk cargoes in respect of oil residues from combination carriers which
cannot be discharged in accordance with regulation 9 of this Annex.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
cargo loading and unloading ports and terminals shall have facilities adequate for reception without
undue delay to ships of such residues and mixtures containing noxious liquid substances as would
remain for disposal from ships carrying them as a consequence of application of this Annex; and
b.
ship repair ports undertaking repairs to chemical tankers shall have facilities adequate for the reception of
residues and mixtures containing noxious liquid substances.
Annex IV Regulation 10
The Government of each Party to the Convention undertakes to ensure the provision of facilities at ports and
terminals for the reception of sewage, without causing undue delay to ships, adequate to meet the needs of the
ships using them.
Annex V Regulation 7
The Government of each Party to the Convention undertakes to ensure the provision of facilities at ports and
terminals for the reception of garbage, without causing undue delay to ships, and according to the needs of the
ships using them.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
needs of ships using its repair ports for the reception of ozone depleting substances and equipment
containing such substances when removed from ships;
b.
needs of ships using its ports, terminals or repair ports for the reception of exhaust gas cleaning residues
from an approved exhaust gas cleaning system when discharge into the marine environment of these
residues is not permitted under regulation 14 of this Annex;
needs in ship breaking facilities for the reception of ozone depleting substances and equipment
containing such substances when removed from ships.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola limbah yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal
dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan.
2.
3.
a.
minyak; Annex I
b.
c.
d.
e.
sampah; Annex V
f.
emisi; Annex VI
g.
h.
Pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
Pasal ini meyebutkan semua jenis limbah MARPOL 73/78 yang harus dilengkapi RF, dan membolehkan
pelabuhan untuk memilih jenis limbah yang akan dikelola.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
pelabuhan yang mempunyai sarana dan prasarana untuk menangani kapal yang dilengkapi dengan tangki
lumpur minyak;
e) pelabuhan yang menangani air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya yang tidak dapat dibuang ke
media lingkungan; dan/atau
f) pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan kegiatannya terkait dengan residu minyak yang tidak dapat
dibuang ke media lingkungan hidup.
Pasal ini mewajibkan penyediaan fasilitas pengelolaan limbah bagi pelabuhan yang memenuhi kriteria sesuai
Annex I dan Annex II MARPOL 73/78.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Annex II
Noxious Liquids
Annex V
Garbage
Annex IV
Sewage
Annex VI
Air Pollution
RF untuk Annex I dan Annex II perlu perhatian khusus karena digolongkan ke dalam LIMBAH B3
RF untuk Annex V (Sampah) sama dengan pengelolaan sampah perkotaan
RF untuk Annex IV dan Annex VI belum ada pedoman dari IMO dan Undang-Undang
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
MODA PENGUMPUL
AREA PENYIMPANAN
Kapal sumber
limbah
Transfer
limbah di
dermaga
Tongkang
Tangki Timbun
Universal Shore
Connection
Gudang Drum/Bulk
Container
Kendaraan
pengumpul
Bak/Kontainer
Sampah
Kendaraan
pengangkut
3R (Reduce, Reuse,
Recycle)
Final Disposal
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pengumpulan di laut
Pengumpulan di darat
Lokasi transfer
Kolam pelabuhan
Dermaga
Dermaga
Kapasitas
Biaya
Mahal
Murah
Sedang
Mobilitas
Rendah
Tinggi
Tidak ada
Aplikasi
Infrastruktur dan
peralatan
pendukung
Universal shore
connection
Jalan akses
Garasi
Tempat cuci
Pompa & Genset
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Annex II
Annex I
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Atas: mobile tank untuk limbah cair; Bawah: Truk untuk limbah padat dan cair.
Sumber: (1) Wolterink, 2004.; (2) http://ahok.org/wp-content/uploads/2013/05/Truk_sampah_google.jpg
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Tangki Timbun
Bulk Container
Drum
Kapasitas
Besar
Biaya
Mahal
Sedang
Murah
Ya
Tidak
Tidak
Tank washings
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Oil Residue/Sludge
Ya
Ya
Ya
Standar relevan
Mobilitas
Infrastruktur dan
peralatan
pendukung
Tidak ada
Tinggi
Gudang penyimpanan
saluran dan bak penampung ceceran limbah, 110%
kapasitas kemasan terbesar
Palet
Forklift
Peralatan darurat kebakaran dan tumpahan
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Drum
kapasitas 200 liter
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Estimasi berdasarkan
persentase DWT kapal
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Pengolahan
data
GT kapal tahunan
GT kapal per jenis muatan
Kunjungan kapal per jenis muatan
Proyeksi trafik
Volume Minyak
Pelumas
Bekas
Volume
Sludge/Oil
residu
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF
Persyaratan Limbah B3
Estimasi
Keterangan
30% DWT
Kadar Minyak
100 ppm(3)
10% DWT
0.01%
1-10 m3/kapal
Tanker(1)
2%
20.000 ppm(3)
Oily tank
washings
4-8% DWT
Tanker(1)
3%
30.000 ppm(3)
Liquid oil
residue
0,2-1% DWT
Tanker (1)
Oily solids
0,01-0,1% DWT
Tanker(1)
2-3% DFC
300.000 ppm(3)
Sludge
2 m3/kapal
1 m3/kapal
Minyak pelumas
1,5 m3/1.000 kW
bekas
Sumber: (1) IMO, 1999; (2) IMO, 2006; (3) Wolterink, 2004.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah B3
1 Wadah Pengumpul
2 Penyimpanan Wadah
3 Konstruksi Bangunan
4 Persyaratan Lahan Penyimpanan
4 Tata Letak Lahan
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
2.
Limbah yang karakteristiknya tidak diketahui harus diuji di laboratorium uji yang telah diakui pihak
berwenang
3.
Wadah harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.
2.
Bentuk, ukuran dan bahan wadah mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.
3.
Wadah dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon,
SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi
dengan limbah yang disimpannya.
Prinsip Pewadahan
Limbah yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
Limbah yang sudah tersimpan dalam wadah dalam kondisi yang tidak layak harus dipindahkan ke wadah
lain yang memenuhi syarat
Wadah harus ditandai sesuai jenis limbah yang ditampungnya
Setiap kegiatan pewadahan harus dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Keterangan:
A
B
atau padat.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Bangunan yang berdampingan dengan gudang lain dibuat tembok pemisah tahan api, berupa:
tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau
tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.
b.
Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.
c.
Bangunan yang terpisah dengan bangunan lain harus berjarak minimum 20 meter.
d.
Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.
e.
Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran.
f.
g.
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan
h.
Dilengkapi dengan:
sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran;
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.
Pendahuluan
Klasifikasi Limbah
Kriteria Pelabuhan
Pengelolaan RF
Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.