Anda di halaman 1dari 46

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Port
Reception
Facilities

Disusun oleh: Dickey Anggara - 15001058

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Daftar Isi

1 Pendahuluan
2 Klasifikasi Limbah
3 Kriteria Pelabuhan
4 Pengelolaan RF
4 Persyaratan Limbah B3

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Pendahuluan
Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pendahuluan

1 Latar Belakang
2 MARPOL 73/78
3 Permen LH 05/2009

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Pendahuluan
Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Latar Belakang
Perlindungan dan pelestarian lingkungan maritim, khususnya pencegahan pencemaran dari kapal, telah
menjadi isu internasional sejak era 1950-an1:
International Convention for the Prevention of Pollution of the Sea by Oil, 1954 (OILPOL 54) adalah
konvensi internasional pertama yang mengatur pencemaran minyak dari kapal.
International Convention for the Prevention of Pollution from Ships, 1973, as modified by the Protocol
of 1978 relating thereto (MARPOL 73/78), yang kemudian diamandemen oleh Protocol of 1997, adalah
konvensi internasional pengganti OILPOL 54 yang berlaku hingga saat ini.
MARPOL 73/78 membatasi jenis dan jumlah limbah dari kapal yang dapat dibuang ke laut. Untuk
mencegah kapal melakukan pembuangan limbah secara illegal, MARPOL 73/78 mewajibkan adanya
reception facility di pelabuhan untuk menampung limbah dari kapal yang tidak dapat dibuang ke laut.
Reception Facility didefinisikan sebagai segala bentuk fasilitas tetap, terapung atau bergerak yang dapat
menampung limbah MARPOL dari kapal.
Any fixed, floating or mobile facility capable of receiving MARPOL residues/wastes from ships and fit for
that purpose. Sumber: MEPC.1/Circ.671 Guide to Good Practice for Port Reception Facility Providers and
Users, IMO (2009).
Penerapan MARPOL 73/78 di Indonesia disahkan dalam Keppres 46/1986 dan Perpres 29/2012. Ketentuan
mengenai reception facility diatur dalam Permen LH 05/2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan.

1Sumber:

IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.

Pendahuluan
Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

MARPOL 73/78
MARPOL 73/78 merupakan konvensi yang terbentuk dari beberapa konferensi yang diselenggarakan oleh
International Maritime Organization (IMO). Perincian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

Konferensi

Tahun

Konvensi yang dihasilkan

International Conference on
Marine Pollution

1973

International Convention for the Prevention of Pollution


from Ships
Protocol I (Provision concerning Reports on Incidents
Involving Harmful Substances)
Protocol II (Arbitration)

International Conference on
Tanker Safety and Pollution
Prevention (TSPP Conference)

1978

International Convention for the Prevention of Pollution


from Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978
relating thereto (MARPOL 73/78)
Annex I Oil
Annex II Noxious Liquid Substances in Bulk
Annex III Harmful Substances Carried by Sea in Packaged
Form
Annex IV Sewage
Annex V Garbage

International Conference of
Parties to the MARPOL 73/78
Convention

1997

Protocol of 1997 to amend MARPOL 73/78


Annex VI Air Pollution

Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan
Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Permen LH 05/2009
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
adalah peraturan terkini yang mengatur implementasi MARPOL 73/78 di Indonesia.
Pokok pikiran dalam peraturan ini:
Pasal 1 menguraikan istilah dan definisi yang digunakan dalam peraturan ini
Pasal 3 mengatur prosedur penyerahan limbah dari kapal ke pelabuhan
Pasal 4 mengatur prosedur notifikasi penyerahan limbah
Pasal 5 menyebutkan jenis limbah yang diatur dalam peraturan ini
Pasal 6 mengatur sertifikat penyerahan limbah
Pasal 7 menyebutkan kriteria pelabuhan yang harus menyediakan fasilitas pengelolaan limbah
Pasal 10 mengatur pelaporan neraca limbah

Peraturan ini ditetapkan sebelum ratifikasi Annex III-VI MARPOL 73/78, sehingga mewajibkan fasilitas
pengelolaan limbah untuk Annex I dan Annex II saja.

Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan .

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Klasifikasi Limbah

1 Annex MARPOL
2 Limbah Annex I
3 Limbah Annex II dan Annex V

Persyaratan Limbah B3

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Annex MARPOL
Annex

Ketentuan RF

Mulai berlaku

Keterangan

Annex I
Oil

Regulation 12

2 Oktober 1983

Annex II
Noxious liquid substances (NLS) in
bulk

Regulation 7

6 April 1987

Annex WAJIB
Harus dipenuhi oleh negara
yang meratifikasi konvensi
Diratifikasi dalam Keputusan
Presiden No. 46 Tahun 1986

Annex III
Harmful substances in packaged
forms

Tidak diatur

1 Juli 1992

Annex IV
Sewage

Regulation 10

27 September 2003

Annex V
Garbage

Regulation 7

31 Desember 1988

Annex VI
Air pollution

Regulation 17

19 Mei 2005

Annex PILIHAN
Annex yang dapat ditolak oleh
negara yang meratifikasi
konvensi (sesuai Article 14
MARPOL 73/78)
Ditolak dalam Keppres
46/1986
Diratifikasi dalam Peraturan
Presiden No. 29 Tahun 2012

Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Limbah Annex I
Volume
(estimasi)

Jenis limbah

Annex I
Dirty ballast
water

Single hull Tanker

30% DWT

Tanker with SBT

10 % DWT

Oily tank washings (slops)

4-8% DWT

Oily bilge water

1-10 m3

Liquid oil residues

0,2-1% DWT

Sludge

2-3% DFC

Scale & sludge from tank cleaning


(oily solids)

0,01-0,1% DWT

Oily
residues
(sludge)

Keterangan
Limbah berminyak
Air ballast kotor dari tangki kapal tanker berlambung
tunggal atau atau tanker dengan segregated ballast
tank (SBT).
Air bercampur minyak dari kegiatan pencucian
tangki kapal tanker.
Air bercampur minyak yang terkumpul pada ruang
bilga
Limbah berminyak yang dihasilkan dari operasi kapal
seperti sisa pemurnian, hasil penyaringan minyak,
limbah yang terkumpul di baki tumpahan (drip trays)
dan limbah sisa pelumas.
Limbah berminyak berbentuk padatan yang tersisa
dari kegiatan pencucian tangki kapal tanker.

Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah
Klasifikasi
Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Limbah Annex II dan Annex V


Volume
(estimasi)

Jenis limbah

Annex II
NLS water
mixture
from tank
washing

Category X
Category Y

Operational
waste

Cairan kimia berbahaya dalam bentuk curah

0,2-3% DWT
0,1-1,2% DWT
Annex V

Domestic
waste

Keterangan

Air bercampur limbah dari kegiatan pencucian tangki


kapal tanker.
Sampah
Semua jenis sampah dari akomodasi
penumpang/awak kapal, misalnya sampah makanan,
sampah medis, plastik, kaleng, botol, kertas, kardus,
dll.

Cargo ships

1,5 kg/pax

Passenger ships

3,0 kg/pax

Cargo associated
waste

Limbah sisa kegiatan bongkar muat kargo, misalnya


palet, dunnage, shoring, lining dan strapping.

Maintenance waste

Limbah sisa perawatan mesin dan dek kapal,


misalnya suku cadang bekas, karat, cat, dll.

Cargo residues

Limbah sisa kargo yang tidak diatur oleh Annex


lainnya.

Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan yang harus dilengkapi RF

1 Kriteria Umum
2 Menurut MARPOL
3 Menurut Permen 05/2009

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan yang harus dilengkapi RF


Pelabuhan Curah Cair
Fasilitas Perbaikan Kapal
Fasilitas Pencucian Tangki

Pelabuhan Lainnya

Annex I
Oil

Semua

Oily bilge water


Oil residue (sludge)

Annex II
Noxious liquid substances
(NLS) in bulk

Semua

Tidak ada

Jenis limbah MARPOL


ke Reception Facility

Annex III
Harmful substances in
packaged forms

WAJIB dilengkapi RF
menurut Permen LH
05/2009

Tidak ada

Annex IV
Sewage

Semua

Annex V
Garbage

Semua

Annex VI
Air pollution

Catatan

Semua

DAPAT dilengkapi RF
menurut Permen LH
05/2009

Tidak ada

Catatan:
1. Limbah Annex III tidak ditampung dalam RF.
2. Reception Facility untuk limbah Annex IV dan Annex VI belum diatur lebih mendalam oleh IMO.
Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut MARPOL (1/3)


Annex I Regulation 12
1.

Subject to the provisions of regulation 10 of this Annex, the Government of each Party undertakes to
ensure the provision at oil loading terminals, repair ports, and in other ports in which ships have oily
residues to discharge, of facilities for the reception of such residues and oily mixtures as remain from oil
tankers and other ships adequate to meet the needs of the ships using them without causing undue delay
to ships.

2.

Reception facilities in accordance with paragraph (1) of this regulation shall be provided in:
a.

all ports and terminals in which crude oil is loaded into oil tankers where such tankers have
immediately prior to arrival completed a ballast voyage of not more than 72 hours or not more than
1,200 nautical miles;

b.

all ports and terminals in which oil other than crude oil in bulk is loaded at an average quantity of
more than 1,000 metric tons per day;

c.

all ports having ship repair yards or tank cleaning facilities;

d.

all ports and terminals which handle ships provided with the sludge tank(s) required by regulation
17 of this Annex;

e.

all ports in respect of oily bilge waters and other residues, which cannot be discharged in
accordance with regulation 9 of this Annex; and

f.

(f) all loading ports for bulk cargoes in respect of oil residues from combination carriers which
cannot be discharged in accordance with regulation 9 of this Annex.

Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut MARPOL (2/3)


Annex II Regulation 7
The Government of each Party to the Convention undertakes to ensure the provision of reception facilities
according to the needs of ships using its ports, terminals or repair ports as follows:
a.

cargo loading and unloading ports and terminals shall have facilities adequate for reception without
undue delay to ships of such residues and mixtures containing noxious liquid substances as would
remain for disposal from ships carrying them as a consequence of application of this Annex; and

b.

ship repair ports undertaking repairs to chemical tankers shall have facilities adequate for the reception of
residues and mixtures containing noxious liquid substances.

Annex IV Regulation 10
The Government of each Party to the Convention undertakes to ensure the provision of facilities at ports and
terminals for the reception of sewage, without causing undue delay to ships, adequate to meet the needs of the
ships using them.
Annex V Regulation 7
The Government of each Party to the Convention undertakes to ensure the provision of facilities at ports and
terminals for the reception of garbage, without causing undue delay to ships, and according to the needs of the
ships using them.

Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut MARPOL (3/3)


Annex VI Regulation 17
The Government of each Party to the Protocol of 1997 undertakes to ensure the provision of facilities adequate
to meet the:
a.

needs of ships using its repair ports for the reception of ozone depleting substances and equipment
containing such substances when removed from ships;

b.

needs of ships using its ports, terminals or repair ports for the reception of exhaust gas cleaning residues
from an approved exhaust gas cleaning system when discharge into the marine environment of these
residues is not permitted under regulation 14 of this Annex;

without causing undue delay to ships, and


c.

needs in ship breaking facilities for the reception of ozone depleting substances and equipment
containing such substances when removed from ships.

Sumber: IMO, 2006. MARPOL 73/78 Consolidated Edition. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut Permen 05/2009 (1/3)


1.

Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola limbah yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal
dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan.

2.

Limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

3.

a.

minyak; Annex I

b.

material cair dan/atau padat berbahaya dalam bentuk curah; Annex II

c.

kemasan bekas bahan berbahaya; Annex V

d.

limbah cair domestik; Annex IV

e.

sampah; Annex V

f.

emisi; Annex VI

g.

limbah elektronik; dan/atau

h.

limbah bekas kapal.

Pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

Pasal ini meyebutkan semua jenis limbah MARPOL 73/78 yang harus dilengkapi RF, dan membolehkan
pelabuhan untuk memilih jenis limbah yang akan dikelola.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut Permen 05/2009 (2/3)


Pasal 7 Ayat 1
Setiap pelabuhan umum dan pelabuhan khusus wajib menyediakan fasilitas pengelolaan limbah yang berasal
dari usaha dan/atau kegiatan kapal.
Pasal 7 Ayat 2
Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberlakukan bagi pelabuhan umum dan pelabuhan khusus
yang memenuhi kriteria:
a) pelabuhan tempat minyak mentah dimuat ke dalam kapal tanker minyak yang:
1) mempunyai prioritas melakukan ballast paling lama 72 (tujuh puluh dua) jam;
2) lego jangkar pada DLKP dan DLKR Pelabuhan Laut; dan/atau
3) telah menempuh perjalanan minimal 1.200 (seribu dua ratus) mil laut.
b) pelabuhan tempat kapal memuat minyak selain minyak mentah curah dengan tingkat rata-rata lebih dari
1.000 (seribu) metrik ton perhari;
c) pelabuhan yang mempunyai sarana dan prasarana:
1) perbaikan kapal;
2) pembersihan tangki kapal tanker pengangkut minyak; dan/atau
3) pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia;

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan
Kriteria
Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

Kriteria Pelabuhan RF menurut Permen 05/2009 (3/3)


Pasal 7 Ayat 2 (lanjutan)
d)

pelabuhan yang mempunyai sarana dan prasarana untuk menangani kapal yang dilengkapi dengan tangki
lumpur minyak;

e) pelabuhan yang menangani air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya yang tidak dapat dibuang ke
media lingkungan; dan/atau
f) pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan kegiatannya terkait dengan residu minyak yang tidak dapat
dibuang ke media lingkungan hidup.

Pasal ini mewajibkan penyediaan fasilitas pengelolaan limbah bagi pelabuhan yang memenuhi kriteria sesuai
Annex I dan Annex II MARPOL 73/78.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Pengelolaan RF

1 Pola Pengelolaan Limbah


2 Pola Transfer Limbah
3 Moda Pengumpulan Limbah
4 Wadah Pengumpul
5 Estimasi Limbah

Persyaratan Limbah B3

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Pola Pengelolaan Limbah


Annex I
Oil

Annex II
Noxious Liquids

Annex V
Garbage

Pengumpulan dan penampungan sementara dikelola Operator Pelabuhan


Pengelolaan lanjutan dapat diserahkan kepada pihak ketiga
Digolongkan ke dalam limbah B3 dalam Permen LH 03/2007
Persyaratan teknis sesuai Kepka Bapedal 01/1995

Annex IV
Sewage

Pengumpulan dan penampungan sementara dikelola Operator Pelabuhan


Pengelolaan lanjutan biasanya diserahkan kepada Dinas Perkotaan
(Municipal Service)
Persyaratan teknis sesuai Perda setempat

Annex VI
Air Pollution

Belum ada peraturan/pedoman terperinci dalam IMO dan Undang-Undang

RF untuk Annex I dan Annex II perlu perhatian khusus karena digolongkan ke dalam LIMBAH B3
RF untuk Annex V (Sampah) sama dengan pengelolaan sampah perkotaan
RF untuk Annex IV dan Annex VI belum ada pedoman dari IMO dan Undang-Undang
Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Pola Transfer Limbah MARPOL di Pelabuhan


DLKR ATAU DLKP PELABUHAN
(PASAL 8 PERMEN LH 05/2009)

PORT RECEPTION FACILITY

MODA PENGUMPUL

AREA PENYIMPANAN

Transfer limbah di kolam


pelabuhan

Kapal sumber
limbah

Transfer
limbah di
dermaga

Tongkang

Tangki Timbun

Universal Shore
Connection

Gudang Drum/Bulk
Container

Kendaraan
pengumpul

Bak/Kontainer
Sampah

Kendaraan
pengangkut

3R (Reduce, Reuse,
Recycle)

Final Disposal

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Moda Pengumpulan Limbah


Faktor
pembanding

Pengumpulan di laut

Pengumpulan di darat

Pengumpulan lewat pipa


layan

Lokasi transfer

Kolam pelabuhan

Dermaga

Dermaga

Kapasitas

Besar (10-1.000 m3)

Kecil (5-25 m3)

Sedang (tergantung pompa)

Biaya

Mahal

Murah

Sedang

Mobilitas

Rendah

Tinggi

Tidak ada

Aplikasi

Semua jenis limbah satu


tongkang dapat terdiri atas
beberapa tangki untuk
limbah yang berbeda

Semua jenis limbah satu


truk untuk satu jenis
limbah, tergantung
perlengkapan.

Hanya limbah cair encer


(dirty ballast, bilge water,
tank washing)

Infrastruktur dan
peralatan
pendukung

Universal shore
connection

Pompa & Genset

Tugboat (jika bukan


self-propelled)
Dermaga
Pipa penyalur
Pompa & Genset

Jalan akses
Garasi
Tempat cuci
Pompa & Genset

Sumber: IMO, 1999 dan Wolterink, 2004.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Kendaraan Pengumpul di Laut (1/3)

Tongkang pengumpul Limbah Annex I (minyak)


Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Kendaraan Pengumpul di Laut (2/3)

Tongkang dan perahu pengumpul Limbah Annex V (sampah)


Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Kendaraan Pengumpul di Laut (3/3)


Annex V

Annex II

Annex I

Tongkang pengumpul limbah kombinasi


http://www.port-montreal.com/files//images/port-info/aout2012/urgence-marine/Portinfo-aut2012_urgence-barge.jpg

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Kendaraan Pengumpul di Darat

Atas: mobile tank untuk limbah cair; Bawah: Truk untuk limbah padat dan cair.
Sumber: (1) Wolterink, 2004.; (2) http://ahok.org/wp-content/uploads/2013/05/Truk_sampah_google.jpg

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (1/6)


Faktor pembanding

Tangki Timbun

Bulk Container

Drum

API 650, NFPA 30

IMDG Code, NFPA 30

IMDG Code, NFPA 30

Kapasitas

Besar

Sedang (1000 liter)

Kecil (200 liter)

Biaya

Mahal

Sedang

Murah

Dirty ballast water

Ya

Tidak

Tidak

Tank washings

Ya

Tidak

Tidak

Oily bilge water

Ya

Ya

Tidak

Oil Residue/Sludge

Ya

Ya

Ya

Standar relevan

Mobilitas
Infrastruktur dan
peralatan
pendukung

Tidak ada

Sistem tangki dan


pondasi
Secondary containment
(bak sekunder, 110%
kapasitas tangki)
Pompa & Genset
Peralatan darurat
kebakaran dan
tumpahan

Tinggi

Gudang penyimpanan
saluran dan bak penampung ceceran limbah, 110%
kapasitas kemasan terbesar
Palet
Forklift
Peralatan darurat kebakaran dan tumpahan

Sumber: IMO, 1999 dan Wolterink, 2004.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (2/6)

Tangki Timbun di RF Pelabuhan Tanjung Priok


Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (3/6)

Tangki Timbun di RF Pelabuhan Tanjung Perak


Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (4/6)

Tangki Timbun di RF Pelabuhan Belawan


Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (5/6)

Drum
kapasitas 200 liter

Intermediate Bulk Container (IBC)


kapasitas 1000 Liter

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Wadah Pengumpul (6/6)

Intermediate Bulk Container di RF Pelabuhan Tanjung Perak


Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Estimasi Limbah Annex I (1/3)

Volume limbah dalam


Statistik Pelabuhan

Biasanya volume limbah dari kapal tidak terekam


dalam statistik pelabuhan

Data Wawancara Kapal

Akurat, namun butuh waktu panjang untuk


pengumpulan data real

Estimasi berdasarkan
persentase DWT kapal

Volume limbah dihitung berdasarkan data statistik


pelayanan kapal yang biasanya terekam dengan
baik

Sumber: IMO, 1999. Comprehensive Manual on Port Reception Facilities. London: IMO.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Estimasi Limbah Annex I (2/3)


Data Ship Call
Data time series memuat:
GT Kapal
Waktu kunjung
Jenis Muatan

Pengolahan
data

GT kapal tahunan
GT kapal per jenis muatan
Kunjungan kapal per jenis muatan
Proyeksi trafik

Total GT per jenis kapal pada


akhir tahun layan
Konversi
data
Total KW per
jenis kapal
pada akhir
tahun layan

Total DWT per


jenis kapal
pada akhir
tahun layan

Volume Minyak
Pelumas
Bekas

Volume
Sludge/Oil
residu

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF
Pengelolaan
RF

Persyaratan Limbah B3

Estimasi Limbah Annex I (3/3)


Tipe buangan
Dirty ballast
water

Estimasi

Keterangan

30% DWT

Tanker berlambung tunggal(1)

Kadar Minyak
100 ppm(3)

10% DWT

Tanker dengan segregated


ballast tank(1)

0.01%

Oily bilge water

1-10 m3/kapal

Tanker(1)

2%

20.000 ppm(3)

Oily tank
washings

4-8% DWT

Tanker(1)

3%

30.000 ppm(3)

Liquid oil
residue

0,2-1% DWT

Tanker (1)

Oily solids

0,01-0,1% DWT

Tanker(1)

2-3% DFC

Kapal bertenaga mesin(1)


30%

300.000 ppm(3)

Sludge

2 m3/kapal

Kapal >=4000 GT(2)

1 m3/kapal

Kapal <4000 GT(2)

Minyak pelumas
1,5 m3/1.000 kW
bekas

Kapal bertenaga mesin(3)

Sumber: (1) IMO, 1999; (2) IMO, 2006; (3) Wolterink, 2004.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah B3

1 Wadah Pengumpul
2 Penyimpanan Wadah
3 Konstruksi Bangunan
4 Persyaratan Lahan Penyimpanan
4 Tata Letak Lahan

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Wadah Pengumpul Limbah B3 (1/2)


Persyaratan Pra Pewadahan
1.

Karakteristik limbah yang akan ditampung harus diketahui dengan pasti.

2.

Limbah yang karakteristiknya tidak diketahui harus diuji di laboratorium uji yang telah diakui pihak
berwenang

3.

Bentuk dan bahan wadah harus sesuai dengan karakteristik limbah

Persyaratan Umum Pewadahan


1.

Wadah harus dalam kondisi baik, tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta kebocoran.

2.

Bentuk, ukuran dan bahan wadah mempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan dalam
penanganannya.

3.

Wadah dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC) atau bahan logam (teflon, baja karbon,
SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan tersebut tidak bereaksi
dengan limbah yang disimpannya.

Prinsip Pewadahan
Limbah yang tidak saling cocok tidak boleh disimpan secara bersama-sama dalam satu kemasan;
jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
Limbah yang sudah tersimpan dalam wadah dalam kondisi yang tidak layak harus dipindahkan ke wadah
lain yang memenuhi syarat
Wadah harus ditandai sesuai jenis limbah yang ditampungnya
Setiap kegiatan pewadahan harus dilaporkan sebagai bagian dari kegiatan pengelolaan limbah
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Wadah Pengumpul Limbah B3 (2/2)


Tatacara Pewadahan Limbah dalam Kemasan
Kemasan (drum, tong atau bak kontainer) yang digunakan
harus:
Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak;
Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik
limbah B3 yang akan disimpan;
Mampu mengamankan limbah yang disimpan di
dalamnya;
Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya
tumpahan saat dilakukan pemindahan atau pengangkutan
Tatacara Pewadahan Limbah dalam Tangki

Rancang bangun tangki harus disetujui badan yang


berwenang (Bapedal)
Dilengkapi penampungan sekunder (secondary
containment):
Pelapisan di luar tangki

Keterangan:
A
B
atau padat.

adalah kemasan drum penyimpan limbah B3 cair


adalah kemasan drum untuk limbah B3 sludge

Tanggul (vault, berm), atau


Tangki berdinding ganda
Sistem deteksi kebocoran
Pemeriksaan tangki dilakukan minimal 1 kali sehari
Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Penyimpanan Wadah Limbah B3 (1/2)


Penyimpanan Wadah dalam bentuk Kemasan

Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak


minimum antar blok

Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan menggunakan rak

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Penyimpanan Wadah Limbah B3 (2/2)


Penempatan Wadah dalam bentuk Tangki
Di sekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang menuju bak
penampung.
Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110% dan kapasitas maksimum
volume tangki.
Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah tanggul dan tidak akan
menimpa tangki lain.

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Konstruksi Bangunan Penyimpanan Limbah B3 (1/4)


Persyaratan Lokasi Bangunan Penyimpanan
Merupakan daerah bebas banjir
Jarak dengan fasilitas umum minimal 50 meter.
Persyaratan Umum Konstruksi Bangunan
Penyimpanan
rancang bangun dan luas yang sesuai dengan
jenis limbah
terlindung dari masuknya air hujan
dibuat tanpa plafon
Dilengkapi dengan:
Ventilasi udara
Sistem penerangan
Penangkal petir
Label/tanda sesuai ketentuan

Sirkulasi udara dalam ruang penyimpanan limbah B3

Lantai harus kedap air, landai ke arah saluran


menuju bak penampungan

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Konstruksi Bangunan Penyimpanan Limbah B3 (2/4)


Bangunan Penyimpanan Limbah Mudah Terbakar
a.

Bangunan yang berdampingan dengan gudang lain dibuat tembok pemisah tahan api, berupa:
tembok beton bertulang, tebal minimum 15 cm; atau
tembok bata merah, tebal minimum 23 cm; atau
blok-blok (tidak berongga) tak bertulang, tebal minimum 30 cm.

b.

Pintu darurat dibuat tidak pada tembok tahan api pada butir a.

c.

Bangunan yang terpisah dengan bangunan lain harus berjarak minimum 20 meter.

d.

Struktur pendukung atap terdiri dari bahan yang tidak mudah menyala.

e.

Konstruksi atap dibuat ringan, dan mudah hancur bila ada kebakaran.

f.

Penerangan harus tidak berisiko menimbulkan percikan listrik

g.

lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan

h.

Dilengkapi dengan:
sistem pendeteksi dan pemadam kebakaran;

persediaan air untuk pemadam api;

hidran pemadam api dan perlindungan terhadap hidran.

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Konstruksi Bangunan Penyimpanan Limbah B3 (3/4)


Bangunan Penyimpanan Limbah Mudah Meledak
Bangunan penyimpanan harus memiliki lantai, dinding dan atap yang kuat terhadap ledakan.
Bangunan harus sedemikian sehingga cahaya matahari tidak langsung masuk ke dalam ruangan
Konstruksi lantai dan dinding harus lebih kuat dari konstruksi atap sehingga jika terjadi ledakan yang kuat,
maka ledakan akan mengarah ke atas (tidak ke samping)
Ruang pengumpulan dilengkapi dengan pencatat suhu dan pengatur suhu
Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruangan
Penerangan harus tidak berisiko menimbulkan percikan listrik
lampu penerangan harus dipasang minimal 1 meter di atas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus
terpasang di sisi luar bangunan.

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Konstruksi Bangunan Penyimpanan Limbah B3 (4/4)


Bangunan Penyimpanan Limbah Korosif, Reaktif atau Beracun
Konstruksi dinding harus dibuat mudah untuk dilepas sehingga penanganan limbah dalam keadaan darurat
lebih mudah untuk dilakukan
konstruksi bangunan (atap, lantai dan dinding) harus terbuat dari bahan yang tahan korosi dan api/panas
Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas di dalam ruang pengumpulan
Memiliki sistem penerangan yang memadai untuk operasional penggudangan atau inspeksi rutin
Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasang minimum 1 meter di atas kemasan
dengan sakelar (stop contact) harus terpasang di sisi luar bangunan.

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Lahan Penyimpanan Limbah B3


Lokasi Lahan
Luas lahan minimal 1 (satu) hektar;
merupakan daerah bebas banjir tahunan;
Lokasi harus cukup jauh dari fasilitas umum dan ekosistem tertentu:
150 meter dari jalan utama atau jalan tol; 50 meter dari jalan lainnya;
300 meter dari fasilitas umum, perairan dan daerah yang dilindungi seperti cagar alam, hutan lindung,
kawasan suaka, dll.
Fasilitas Tambahan di Lahan Penyimpanan
Laboratorium
Fasilitas pencucian

Fasilitas bongkar muat


Kolam penampungan darurat
Peralatan penanganan tumpahan

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Pendahuluan

Klasifikasi Limbah

Kriteria Pelabuhan

Pengelolaan RF

Persyaratan Limbah
Persyaratan
LimbahB3
B3

Tata Letak Lahan Penyimpanan B3

Sumber: Lampiran Kep-01/Bapedal/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3.

Anda mungkin juga menyukai