Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

Daftar Isi...............................................................................................................................
1
Bab I. Pendahuluan.............................................................................................................
2
Bab II. Laporan Kasus........................................................................................................
4
Bab III. Analisis Kasus........................................................................................................
5
Bab IV. Tinjauan Pustaka...................................................................................................
13
Bab V. Kesimpulan...............................................................................................................
24
Bab VI. Daftar Pustaka.......................................................................................................
25

BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media supuratif kronik adalah peradangan mukosa telinga tengah
disertai keluarnya cairan dari telinga melalui perforasi membran timpani (gendang
telinga berlubang). Masyarakat mengenal OMSK sebagai penyakit congek, kopok,
toher atau curek. Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus atau hilang
timbul. Kejadian OMSK dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,
jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek). ISPA yang tidak tertanggulangi dengan
baik dapat menyebabkan peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan
peradangan tidak teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan
kuman yang tinggi (virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut
manjadi OMSK. 1
OMSK terdiri atas OMSK tipe aman dan tipe bahaya. Kedua tipe ini dapat
bersifat aktif(keluar cairan) atau tidak aktif (kering). Penatalaksanaan OMSK dapat
berupa pengobatan atau operasi. Tujuan operasi pada OMSK tipe bahaya terutama
untuk mencegah komplikasi. Gejala OMSK adalah keluar cairan dari telinga yang
berulang, lebih dari 2 bulan, cairan kental, dan berbau. Komplikasi yang dapat
disebabkan oleh OMSK adalah komplikasi ketulian, kelumpuhan saraf wajah, serta
penyebaran infeksi ke otak (7,5%) hingga kematian yang disebabkan oleh OMSK tipe
bahaya (33%). Gejala-gejala komplikasi infeksi otak yang disebabkan oleh OMSK
antara lain sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, dan penurunan kesadaran.
Untuk mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian
(mortalitas) akibat OMSK diperlukan usaha-usaha penanggulangan OMSK baik
secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Dalam mengupayakan usaha
tersebut diperlukan kerjasama yang terpadu dari baik masyarakat itu sendiri, Lembaga
Swadaya Masyarakat dan Pemerintah dalam hal ini institusi kesehatan. Masyarakat
melalui para kader perlu dilibatkan secara aktif dan inovatif terutama pada tingkat
promotif. Lini kesehatan terdepan misalnya Puskesmas, Balai Kesehatan, dll memiliki
peran yang besar baik di tingkat promotif, kuratif serta deteksi dini timbulnya
komplikasi akibat OMSK.
Di lain pihak jumlah spesialis THT di Indonesia berjumlah 700 orang.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah lebih kurang 214,1
2

juta jiwa, tentu jumlah tersebut masih sangat kurang. Menurut WHO dari 606
spesialis THT di Indonesia tercatat 30 orang (5%) yang dikategorikan sebagai
Otologist. Angka tersebut jauh berbeda dengan angka di Bangladesh (13,5%), India
(28,5%), dan Thailand (25,5%). Selain itu jumlah rumah sakit yang memiliki fasilitas
operasi telinga juga masih sangat terbatas. Oleh sebab itu diperlukan usaha agar
masyarakat dapat melakukan usaha-usaha pencegahan OMSK yang berdampak pada
ketulian bekerjasama dengan para kader kesehatan, institusi kesehatan, dan lembagalembaga terkait.
Agar usaha penanggulangan penyakit OMSK dan komplikasinya dapat
mencapai sasaran yaitu menurunnya morbiditas dan mortalitas akibat penyakit
OMSK, maka diperlukan pengetahuan, pengenalan, dan pencegahan penyakit OMSK
oleh masyarakat bersama-sama kader dan tenaga kesehatan. Selain itu diperlukan
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga kesehatan di lini terdepan
untuk mendiagnosis OMSK dan komplikasi yang ditimbulkan.

BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan usia 10 tahun diantar orangtuanya dengan keluhan
keluar cairan kental dari telinga kirinya.
Lima hari sebelum masuk RS, anak tersebut menderita batuk pilek disertai
demam tinggi yang diikuti dengan keluar cairan kental dari telinga kirinya. Pada usia
6 tahun , ia pernah beberapa kali keluar cairan dari telinga kanan terutama jika batuk
pilek atau sehabis berenang. Oleh orangtua, pasien selama ini diberikan obat tetes
telinga yang dibeli bebas, namun tidakt edapat perubahan.
Menurut orangtuanya, akhir-akhir ini jika dipanggil atau diajak bicara sering
kurang dengar dan minta diulang perkataannya.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Pasien demam 380C. Pada pemeriksaan THT telinga kanan didapatkan liang telinga
lapang dan membran timpani hiperemis. Pada liang telinga kiri terisi lendir
mukopurulen, membran timpani belum dapat dinilai. Retro aurikuler kanan tenang
dan retro aurikuler kiri didapatkan nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan hidung, cavum nasi sempit terisi lendir mukopurulen konka inferior
edema dan hiperemis dan tidak terdapat deviasi septum.
Pemeriksaan rongga mulut tidak terdapat trismus. Arkus faring simetris tepi
hiperemis. Uvula terletak di tengah, tonsil T3-T3 hiperemis, terdapat detritus dan
kripta melebar. Dinding posterior faring hiperemis namun tidak menonjol. Kelenjar
getah bening leher tidak membesar.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Mastoid kanan: diploik
Mastoid kiri: sklerotik

BAB III
ANALISA KASUS
Status Pasien
1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
2. Anamnesis
Keluhan utama
Keluhan tambahan

:: 10 tahun
: perempuan
:: keluar cairan kental dari telinga kiri
: akhir-akhir ini jika diajak bicara sering kurang

dengar dan minta diulang perkataannya.


Riwayat kelahiran
:Riwayat penyakit dahulu
:
6 tahun yang lalu pernah mengalami beberapa kali keluar cairan dari

telinga kiri terutama jika batuk pilek atau sehabis berenang.


5 hari yang lalu, anak menderita batuk pilek disertai demam tinggi
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat pengobatan
: oleh orang tuanya pasien selama ini diberikan

obat tetes telinga yang dibeli bebas.


Riwayat kebiasaan
:-

Anamnesis Tambahan
- adakah riwayat batuk pilek pada pasien ?
- apakah pasien mengalami gangguan tidur ?
- apakah ada nyeri ?
- sekret yang keluar dari telinga pasien berbau? Dan warnanya ?
- adakah riwayat naik pesawat ?
- sejak kapan pasien mengeluarkan sekret dari telinganya ?
- apakah pasien memiliki kebiasaan untuk membersihkan telinga ?
- apakah sebelumnya pasien menjalankan pengobatan ?
3. Hipotesis
a. Otitis Media Supuratif Kronis
Otitis media supuratif kronis (OMSK) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah
6

terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening
atau berupa nanah. OMSK berawal dari otitis media akut dengan perforasi
yang jika prosesnya melebihi 2 bulan, maka sudah disebut OMSK.
b. Otitis Media Akut
Otitis media akut (OMA) terjadi karena menurunnya pertahanan tubuh yang
mencegah masuknya mikroba ke dalam telinga tengah. Sumbatan tuba
Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Dikatakan
juga, bahwa pencetus terjadinya OMA ialah infeksi saluran napas atas. Pada
stadium perforasi, membran timpani telah ruptur sehingga nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar.
c. Otitis Media Non Supuratif
Otitis media non supuratif atau yang sering juga disebut otitis media serosa
adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah,
sedangkan membran timpani utuh. Keadaan tersebut jika tanpa disertai tandatanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut
encer maka disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti
lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
4. Pemeriksaan Fisik
Berikut ini adalah tabel hasil pemeriksaan fisik pasien beserta interpretasinya:
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

Tanda vital
Tekanan darah
Nadi

Suhu
Pernapasan
Berat badan
Tinggi badan

38C pada
-

36,5-37,2C
-

Infeksi
-

Telinga kiri

Telinga kanan

Data Pasien

Data Pasien
telinga terisi

Nilai Normal

Interpretasi

Interpretasi
lendir sekret yang dihasilkan oleh otitis media

Liang

yang telah mengalami perforasi


mukopurulen
Terjadi perforasi subtotal pada termasuk OMSK tipe aman

membran timpani
Terdapat nyeri pada penekanan kemungkinan telah terjadi mastoiditis

retroaurikuler
Liang telinga lapang

N
7

Hidung

Rongga Mulut

Membran timpani hiperemis

OMA dalam stadium pre-supuratif


N
Retroaurikuler kanan tenang
Cavum nasi sempit terisi lendir kemungkinan pasien mengalami rhinitis

mukopurulen
Konka inferior

hiperemis
N
Tidak terdapat deviasi septum
N
Tidak terdapat trismus
Arkus faring simetris tepi terjadi peradangan

hiperemis
Uvula di tengah, tonsil T3-T3 terjadi tonsillitis bakteri

edema

kemungkinan telinga kanan mengalami

dan mengalami peradangan

hiperemis, terdapat detritus dan

kripta melebar
Dinding
posterior
hiperemis

Leher

namun

menonjol.
KGB tidak membesar

faring terjadi peradangan


tidak
N

5. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil sebagai berikut:
Mastoid kanan: diploik
Mastoid kiri: sklerotik

Hasil pemeriksaan audiometric diatas menunjukkan: 3


Telinga Kanan
Tuli konduktif derajat ringan.

Telinga Kiri
Tuli campur derajat berat.

Dilihat dari BC normal <25 dB,

Dilihat dari BC >25 dB, AC lebih

AC >25 dB, dan diantara BC dan

besar dari BC, terdapat gap.

AC terdapat gap.

6. Diagnosis
Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien mengalami otitis media
akuta stadium hiperemis auris kanan dengan tuli konduktif derajat ringan , otitis
media supuratif kronis aktif tipe benigna auris kiri dengan mastoiditis dan tuli
campur derajat berat , rhinitis simpleks, dan tonsilitis kronik.
7. Penatalaksanaan
Medikamentosa
9

a. Obat pencuci telinga berupa larutan H2O2 3% selama 3-5 hari.


b. Obat tetes telinga yang mengandung antibiotika dan kortikosteroid selama 1-2
minggu.
c. Injeksi antibiotik dilanjutkan dengan antibiotik oral selama 2 minggu, apabila
tanda2 peradangan masih ada, dilakukan mastoidektomi sederhana dan
timpanoplasti.
d. Obat-obatan simtomatik apabila dibutuhkan, seperti dekongestan, analgesik,
dan antipiretik.
e. Tonsilektomi.
Non medikamentosa
a. Edukasi orang tua pasien untuk memperhatikan kebersihan mulut, telinga,
serta hidung pasien.
b. Edukasi orang tua pasien untuk menghindari penggunaan obat tetes telinga
secara bebas.
c. Tirah baring.
d. Jangan berenang atau naik pesawat selama masa penyembuhan.\
8. Komplikasi
Komplikasi terjadi bila sawar pertahanan telinga tengah yang normal dilewati,
sehingga memungkinkan infeksi menjalar ke struktur di sekitarnya. Pertahanan
pertama ini ialah mukosa kavum timpani yang mampu melokalisasi infeksi. Bila
sawar ini runtuh, maka masih ada sawar ke dua yaitu dinding tulang kavum timpani
dan sel mastoid. Bila sawar ini runtuh, maka sturuktur lunak di sekitarnya akan
terkena. Bila sawar tulkang terlampaui, suatu dinding pertahanan ketiga yaitu jaringan
granulasi akan terbentuk. Pada otitis media supuratif akut atau eksaserbasi akut
penyebarannya biasanya melalui hematogen. Sedang pada kasus kronis penyebaran
terjadi melalui erosi tulang.
1. Komplikasi di telinga tengah, hampir selalu tuli konduktif. Bila rangkaian
tulang pendengaran terputus akan menyebabkan tuli konduktif yang berat.
Paresis nervus fasialis
Nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran langsung ke kanalis fasialis
pada OMA. Pada otitis media kronik, kerusakan terjadi akibat erosi tulang
oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi disusul oleh infeksi ke
kanalis fasialis tersebut.
2. Komplikasi di telinga dalam, apabila terdapat peninggian tekanan di telinga
tengah oleh produk infeksi, ada kemungkinan produk infeksi itu akan

10

menyebar ke telinga dlaam melalui tingkap bulat. Bila infeksi mencapai


labirin maka akan menimbulkan gangguan keseimbangan dan pendengaran
seperti vertigo, mual dan muntahm serta tuli saraf.
Fistula labirin dan labirinitis
OMSK dapat menyebabkan kerusakan pada bagian vestibuler labirin
sehingga terbentuk fistula. Pada keadaan ini infeksi dapat masuk sehingga
terjadi labirinitis dan akhirnya akan terjadi komplikasi tuli total atau

meningitis.
Labirinitis
Terjadi karena penyebaran infeksi ke ruang perilimfa. Gejala dapat berupa

vertigo berat dan tuli saraf berat.


3. Komplikasi ke ekstradural
Abses ekstradural
Adalah terkumpuklnya nanah di antara durameter dan tulang. Keadaan ini
berhubungan

dengan

jaringan

granulasi

dan

kolesteatoma

yang

menyebabkan erosi tegmen timpani atau mastoid. Gejala dapat berupa

nyeri telinga hebat dan nyeri kepala.


Trombosis sinus lateralis
Invasi infeksi ke sinus sigmoid ketika lewat tulang mastoid akan

menyebabkan terjadinya trombosis sinus lateralis.


Petrositis
Terjadi penyebaran infeksi dari telinga tengah ke os petrosum secara

langsung ke sel udara tersebut.


4. Komplikasi ke susunan saraf pusat
Meningitis
Penyebaran ke arah kranial dapat menyebabkan meningitis dengan
gambaran klinik kaku kuduk, kenaikan suhu tubuh, mual, muntah yang

kadang proyektil, atau kesadaran menurun.


Abses otak
Merupakan perluasan langsung dari infeksi telinga dan mastoid atau

tromboflebitis.
Hidrosefalus otitis
Ditandai dengan peninggian tekanan lokuor serebrospinal yang hebat
tanpa adanya kelainan kimiawi dari likuor tersebut. Gejalanya diplopia,
nyeri kepala menetap, pandangan kabur, mual dan muntah.

9. Prognosis
Ad vitam

: Ad bonam dengan penanganan yang adekuat.

Ad functionam

: Dubia ad malam karena pasien sudah mengalami komplikasi

berupa tuli perspektif (organ saraf pendengaran sudah terkena) yang irreversible
11

Ad sanationam

: Dubia ad bonam karena kemungkinan untuk kambuh masih

besar bila higienitas tidak terjaga serta resiko anak kecil untuk terkena infeksi
saluran napas atas masih relatif mudah.

12

BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah


lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua
Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas
lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu
mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan
rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke
nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang
temporal.
Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus
stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang
membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial
telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran
kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat
memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis,
dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.
anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi,
13

cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini
dinamakan fistula perilimfe.
Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,
menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun
dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau
menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan
menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Histologi Telinga tengah

Di sebelah anterior ruang ini berhubungan dengan rongga prosesus mastoid yang
berisikan udara di tulang temporal. Telinga tengah dilapisi epitel selapis gepeng yang
berada diatas lamina propria tipis, yang melekat pada periosteum dibawahnya. Di
dekat tuba auditorius dan bagian dalamnya, epitel selapis yang melapisi telinga tengah
secara berangsur berubah menjadi epitel bertingkat silindris bersilia. Pada dinding
tulang telinga tengah bagian medial terdapat 2 area segiempat berlapis membran dan
tak berulang. Area-area ini adalah tingkap lonjong dan tingkap bundar.
Membran timpani berhubungan dengan tingkap lonjong melalui maleus, inkus, dan
stapes. Tulang-tulang ini memiliki sendi sinovial, ditutupi epitel selapis gepeng.4

Otitis Media Akut


Definisi

14

Otitis media akut (OMA) adalah peradangan sebagian atau seluruh


mukosa telinga tengah,tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. 5
Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga.
Daerahini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu
di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga
tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna
saluran ini adalah:
Menjaga keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya
dengantekanan udara di dunia luar.
Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga
tengah ke bagian belakang hidung.
Etiologi
Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun
bakteri. 6, 7 P a d a 2 5 % pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Virus
ditemukan pada 25% kasus dada dan n kadang menginfeksi telinga tengah bersama
bakteri. Bakteri penyebab otitis media t e r s e r i n g a d a l a h S t r e p t o c o c c u s
pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
c a t t a r h a l i s . Yan g p e r l u d i i n g a t p a d a O M A , w a l a u p u n s e b a g i a n
besar kasus d i s e b a b k a n o l e h b a k t e r i , h a n y a s e d i k i t k a s u s
y a n g m e m b u t u h k a n a n t i b i o t i k . H a l i n i dimungkinkan karena tanpa
antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan
tersingkir bersama aliran lendir.
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena
beberapa hal:5
-

Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan


Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek

sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.


Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian
a t a s ya n g b e r p e r a n d a l a m k e k e b a l a n t u b u h ) p a d a a n a k r e l a t i f
l e b i h b e s a r d i b a n d i n g o r a n g d e w a s a . P o s i s i a d e n o i d berdekatan
dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat
menggangguterbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri

15

dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga


tengah lewat saluran Eustachius.
Patofisiologi
Ter j a d i a k i b a t t e r g a n g g u n ya f a k t o r p e r t a h a n a n t u b u h y a n g
b e r t u g a s m e n j a g a k e s t e r i l a n telinga tengah. Otitis media sering diawali
dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek
yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. 4
Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan
infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi p e m b e n g k a k a n d i s e k i t a r
saluran,

tersumbatnya

saluran

menyebabkan

transudasi,

d a n datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah


putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri.
Sebagai hasilnya terbentuklah nanah d a l a m t e l i n g a t e n g a h . S e l a i n
itu

pembengkakan

jaringan

sekitar

saluran

E u s t a c h i u s menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah


terkumpul di belakang gendang telinga
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat
t e r g a n g g u k a r e n a g e n d a n g telinga dan tulang-tulang kecil penghubung
gendang telinga dengan organ pendengaran ditelinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnyasekitar 24
desibel

(bisikan

halus). 4 Namun

menyebabkangangguan

cairan

pendengaran

yang

hingga

lebih
45

banyak

desibel

dapat

(kisaran

pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. 4


Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnyadapat merobek
gendang telinga karena tekanannya.
Manifestasi Klinik
Gejala klinis otitis media akut (OMA) tergantung pada stadium
penyakit dan umur pasien.Stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan
perubahan mukosa telinga tengah :1
1. Stadium oklusi tuba

16

EustachiusTerdapat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan


negatif di dalam telinga tengah.Kadang berwarna normal atau keruh
pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sukar dibedakan dengan otitis media
serosa akibat virus atau alergi.
2. Stadium hiperemis (presupurasi)
Tampak pembuluh darah yang melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpanitampak hiperemis serta edema. Sekret yang
telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar
terlihat.
3. Stadium supurasi
Membrana timpani menonjol ke arah telinga luar akibat edema yang
hebat

pada

mukosatelinga

tengah

dan

hancurnya

sel

epitel

superfisial serta terbentuknya eksudat purulen dikavum timpani.


Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta nyeri di
telinga bertambah hebat. Apabila tekanan tidak berkurang, akan
terjadi iskemia, tromboflebitis dan nekrosis mukosa serta submukosa.
Nekrosis ini terlihat sebagai daerah yang lebih lembek dankekuningan pada
membran timpani. Di tempat ini akan terjadi ruptur.
4. Stadium perforasi
Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman
yang tinggi, dapat terjadiruptur membran timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasienyang semula gelisah
menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak.
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal
kembali. Bila terjadi p e r f o r a s i m a k a s e k r e t a k a n b e r k u r a n g d a n
m e n g e r i n g . B i l a d a ya t a h a n t u b u h b a i k d a n virulensi kuman
rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan. Otitis media
akut(OMA) berubah menjadi otitis media supuratif subakut bila perforasi
menetap dengan sekretya n g k e l u a r t e r u s - m e n e r u s a t a u h i l a n g
t i m b u l l e b i h d a r i 3 m i n g g u . D i s e b u t o t i t i s m e d i a supuratif
kronik (OMSK) bila berlangsung lebih 1,5 atau 2 bulan. Dapat meninggalkan
gejalasisa berupa otitis media serosa bila sekret menetap di kavum timpani
tanpa perforasi.
Pada anak, keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga dan
suhu tubuh yang tinggi.Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya.
17

Pada orang dewasa, didapatkan juga gangguan pendengaran berupa rasa


penuh atau kurangdengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas otitis media anak adalah suhu tubuh yang tinggi
(> 39,5 derajat celsius), gelisah, sulit tidur, tiba-tiba menjerit saat tidur,
diare, kejang, dan kadang-kadang memegang telinga yang sakit. Setelah
terjadi ruptur membran tinmpani, suhu tubuhakan turun dan anak tertidur.
Otitis Media Supuratif Kronis

Definisi
Otitis media supuratif kronik ( OMSK ) ialah infeksi kronis di telinga tengah
dengan perforasi membrane timpani dan sekret yang keluar dari telinga tengah terusmenerus atau hilang timbul, sekret dapat encer atau kental, bening atau berupa nanah.
Otitis media supuratisf kronis selian merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat
juga merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit
sekali / tidak pernah terjadi resolusi spontan.
Otitis media supuratif kronis terbagi antara benigna dan maligna, maligna
karena terbentuknya kolesteatom yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan-lahan dan penderita datang
dengan gejala-gejala penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga
tengah kronis ini dapat berganda, gangguan pertama berhubungan dengan infeksi
telinga tengah yang terus menerus ( hilang timbul ) dan gangguan kedua adalah
kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan mekanisme hantaran suara
dan kerusakan konka karena toksisitas atau perluasan infeksi langsung. 5
Etiologi dan Patogenesis

18

Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran


bakteri dari meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba
eustachius saat infeksi saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris
eksternal termasuk staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan
aspergillus.

Organisme

dari

nasofaring

diantaranya

streptococcus

viridans

( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B hemolitikus dan pneumococcus.


Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut
menjadi awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum
organisme yang virulen, terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanakkanak, atau karena rendahnya daya tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis
jaringan akibat toxin nekrotik yang dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi
perforasi pada membrane timpani setelah penyakit akut berlalu membrane timpani
tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.
Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba
eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit
infeksi telinga tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :
1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang
b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total
2. perforasi membrane timpani yang menetap
3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada
telinga tengah
4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid
5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid
6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan
mekanisme pertahanan tubuh.
Patologi
Omsk lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih
berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi,
ketidakseragaman ini disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau
kekambuhan disertai dengan efek kerusakan jaringan, penyembuhan dan
pembentukan jaringan parut secara umum gambaran yang ditemukan :

19

1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari


20 % luas membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagianbagian dari annulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan
nampak normal kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia
mukosa menjadi epitel transisonal.
3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi
sebelumnya
4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak ,
penumatisasi mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling
terhenti oleh otitis media yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut
mastoid mengalami proses sklerotik, sehingga ukuran mastoid berkurang.
Antrum menjadi lebih kecil dan penumatisasi terbatas hanya ada sedikit sel
udara saja sekitar antrum.
Tanda dan Gejala
OMSK tipe Benigna
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika
pertama kali ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan
penggunaan antibiotiklokal biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat
konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat
ketulian tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama
infeksi nekrotik akut pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani
terbatas pada mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan
tergantung derajat infeksi membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan
tebal, kadang suatu polip didapat tapi mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada
meatus menghalangi pandangan membrane timpani dan telinga tengah sampai polip
tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga timpani dan orifisium tuba
eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan local abu busuk
berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe
20

sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani
merupakan diagnosa khas pada omsk tipe benigna.5
OMSK tipe Maligna dengan Kolesteatoma
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau
dan berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil,
berwarna putih mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom
bersamaan juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans
akut. Selain tipe konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea
yaitu karena erosi pada tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik
kolesteatom.5
Tonsilitis Kronis

Definisi
Tonsilitis merupakan keradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil
yang umumnya didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain, misalnya
sinusitis, rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya. Sedangkan Tonsilitis
Kronis adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulangulang atau infeksi subklinis
Insiden
Di Indonesia 3,8% setelah nasofaring akut yaitu tahun 1994-1996 berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Suwento dan sering terjadi pada anak-anak, terutama
berusia 5 tahun dan 10 tahun.
21

Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General of
the Army America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :

25% disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa penyembuhan


tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.

25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan


kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.

Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.


Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :

1. Streptokokus hemolitikus Grup A


2. Hemofilus influenza
3. Streptokokus pneumonia
4.

Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)

5. Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).


Patofisiologi
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis
makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan
tonsilitis yang tidak adekuat.
Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses
radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada
proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini
akan mengerut sehingga kripte akan melebar.
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang
mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang
berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul
sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak-anak,
proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula.8

22

Diagnosis
Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kemudian kripta terlihat
melebar dan beberapa kripta terisi oleh debritus. Terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, kemudian pasien merasa tenggorokan kering dan nafas berbau
Indikasi Tonsilektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology- Head and Neck
Surgery ( AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi :
1. Indikasi absolut

Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas,disfagia


berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal

abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase,
kecuali jika dilakukan fase akut.

Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi

2. Indikasi relatif

Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan
pengobatan medik yang adekuat

Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan
medic

Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak


membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap -laktamase.

BAB V
KESIMPULAN

23

Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang


didapatkan bahwa pasien ini terdiagnosis menderita otitis media akut stadium
hiperemis pada auris dextra, otitis media supuratif kronis aktif tipe benigna dengan
mastoiditis pada auris sinistra, rhinitis simpleks, dan tonsillitis kronis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan bahwa pasien menderita batuk pilek disertai
demam tinggi yang mendukung diagnosa rhinitis simpleks, keluarnya sekret
mukopurulen dari telinga kiri, tampak juga adanya perforasi subtotal membran
timpani dan adanya nyeri retroaurikuler pada telinga kiri mendukung diagnosis otitis
media supuratif kronis tipe benigna dengan mastoiditis pada auris sinistra. Hal ini
juga didukung dengan anamnesis bahwa orangtua pasien telah memberikan obat tetes
telinga yang dijual secara bebas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tidak diobati
secara adekuat.
Pada anamnesis, dikatakan bahwa pasien jika dipanggil atau diajak bicara
perlu pengulangan. Hal ini didukung dengan pemeriksaan audiometri, yang mana
ditemukan bahwa telinga kanan pasien mengalami tuli konduktif dan telinga kiri
pasien mengalami tuli campur. Pada pemeriksaan fisik juga ditemukan bahwa arkus
faring simetris dengan tepi hiperemis dan terdapat detritus serta kripta melebar, hal ini
mendukung diagnosis tonsillitis kronis.

24

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
1. Staff. Otitis Media Supuratif Kronis. Available at:
www.klinikindonesia.com/tht-kl/otitis-media-kronik.php. Accessed on: 12
September 2012.
2. Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin J. & Restuti R.D. TPemeriksaan
Hidung, Telinga, Tenggorok. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010. p.1-6
3. Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin J. & Restuti R.D. Gangguan
Pendengaran dan Kelainan Telinga. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010.p.21
4. Gunawijaya FA, Kartawiguna E. Histologi Telinga. Penuntun Praktikum
Kumpulan Foto Mikroskopik Histologi. Jakarta: Penerbit Universitas
Trisakti;2009.p.58
5. Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin J. & Restuti R.D. Kelainan telinga
Tengah. In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2010. p.64-74
6. Staff. Otitis _ Media _ (Ear _ Infection). Available at:
http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/otitism.asp. Accessed on: 12 September
2012
7. S t a f f . C h r o n i c O t i t i s M e d i a ( M i d d l e E a r I n f e c t i o n ) a n d
H e a r i n g L o s s . Ava i l a b l e a t :
http://www.entnet.org/KidsENT/hearing_loss.cfm Accessed on: 12 Sepetmber 2012
8. Adams, G.L.Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. In: Harjanto, E.
Editor. Boies Buku Ajar Penyakit TH. 6th ed. Jakarta: EGC;1997. 121-4

25

LAPORAN KASUS II
SEORANG ANAK DENGAN KELUHAN KELUAR CAIRAN
KENTAL DARI TELINGA

KELOMPOK IV
030.09.252 Teresa Shinta

030.10.150 Kelly Keshia

030.09.263 Vania Paramitha

030.10.151 Kezia Marsilina

030.09.267 Widya Rahayu

030-10-152 Komang Ida W.R

030.09.284 Zaddam Wahid

030-10-154 Krisliana Jeane

030.09.287 Ardi Arfandy

030-10-155 Kumala Sari

030.10.147 Karamina Maghfirah

030-10-156 Lana Novira Ys.

P030.10.149 Kartika Hermawan

Jakarta
13 September 2012

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

26

Anda mungkin juga menyukai