Anda di halaman 1dari 36

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

ILMU KEDOKTERAN JIWA

SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

OLEH:
MARIA ULFA
09310093

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
RUMAH SAKIT JIWA
SUMATRA UTARA

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang membahas tentang
SKIZOFRENIA HIBEFRENIK ini dapat selesai sesuai waktunya, makalah ini
ditunjukan guna memenuhi tugas akhir Ilmu Kedokteran Jiwa.
Saya ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini, makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penyusun
mengharapkan kritik dan saran guna kesempurnaan makalah ini dan guna perbaikan di
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca dan dapat
bermanfaat bagi Ilmu Kedokteran Jiwa pada khususnya.

Binjai, Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar

................................................................................. 3

Daftar Isi

................................................................................. 3

BAB I. Pendahuluan
1.1 Latar

Belakang

................................................................................. 4

1.2 Tujuan

Penulisan

................................................................................. 6

1.3 Manfaat

Penulisan

................................................................................. 7

BAB II. Pembahasan


2.1 Pengertian

................................................................................. 8

2.2 Etiologi

................................................................................. 10

2.3 Tanda dan Gejala ................................................................................. 12


2.4 Psikofisiologi

................................................................................. 15

2.5 Diagnosis

................................................................................. 17

2.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 18


2.7 Prognosis

................................................................................. 29

BAB III. Kesimpulan dan Saran


3.1. Kesimpulan

................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu gangguan jiwa yang merupakan permasalahan kesehatan di
seluruh dunia adalah skizofrenia. Para pakar kesehatan jiwa menyatakan bahwa
semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin besar pula stressor
psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh sakit karena
tidak mampu mengatasinya. Salah satu penyakit itu adalah gangguan jiwa
skizofrenia

Dalam sejarah perkembangan skizofrenia sebagai gangguan klinis,


banyak tokoh psikiatri dan neurologi yang berperan. Mula-mula Emil
Kreaplin (18-1926) menyebutkan gangguan dengan istilah dementia prekok
yaitu suatu istilah yang menekankan proses kognitif yang berbeda dan onset
pada masa awal. Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen
Bleuler (1857-1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara
pikiran, emmosi dan perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini.
Bleuler mengindentifikasi symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal
dengan 4A antara lain : Asosiasi, Afek, Autisme dan Ambivalensi.

Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering, hampir 1%


penduduk dunia menderita psikotik selama hidup mereka di Amerika.
Skizofrenia lebih sering terjadi pada Negara industri terdapat lebih banyak
populasi

urban

dan

pada

kelompok

sosial

ekonomi

rendah.

Walaupun insidennya hanya 1 per 1000 orang di Amerika Serikat, skizofrenia


seringkali

ditemukan

di

gawat

darurat

karena

beratnya

gejala,

ketidakmampuan untuk merawat diri, hilangnya tilikan dan pemburukan


sosial yang bertahap. Kedatangan diruang gawat darurat atau tempat praktek
disebabkan oleh halusinasi yamg menimbulkan ketegangan yang mungkin
dapat mengancam jiwa baik dirinya maupun orang lain, perilaku kacau,
inkoherensi, agitasi dan penelantaran
Diagnosis skizofrenia lebih banyak ditemukan dikalangan sosial
ekonomi rendah. Beberapa pola interaksi keluarga dan faktor genetik diduga
merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya skizofrenia. 5 75% penderita
skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan
dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh
stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan
lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau
yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanakkanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri,
menunjukkan

gerakan-gerakan

aneh,

mengucap

berulang-ulang

dan

kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial


(Dadang Hawari, 2001:64-65).
Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan
gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi
kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena
menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya.
Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut
usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya adalah untuk memberikan
gambaran ringkas mengenai Skizofrenia Hebefrenik terutama dalam hal
gejala klinis, diagnosis serta penanganan yang tepat pada pasien dan keluarga
pasien.
1.3. Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis serta pembaca
mengenai Skizofrenia Hebefrenik. Selain itu, makalah ini juga akan dijadikan
untuk melengkapi persyaratan kepaniteraan klinik di bagian Psikiatri Ilmu
Kedokteran Jiwa.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.

Pengertian
Skizofrenia
ditandai

dengan

adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang


kekacauan

kepribadian,

distorsi

terhadap

realitas,

ketidakmampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Atkinson


dkk, 1992), perasaan dikendalikan olehn kekuatan dari luar dirinya,
waham/delusi, gangguan persepsu (PPDGJ, 1983)
Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan
mengganggu di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan
yang jauh dari tekanan modern sekalipun. Umunya gangguan ini muncul pada

usia yang sangat muda, dan memuncak pada usia antara 25-35 tahun.
Gangguan yang muncul dapat terjadi secara lambat atau dating secara tibatiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri yang mengalami stress
(Atkinson dkk, 1992)
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.
Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara
lain:
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai
dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah
dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim.
(Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan
perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham
dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary),
perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
umumnya maneurisme (Depkes RI, 1993:111-112).
Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau
balau yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa
kekanak-kanakan,
menyeringai

yang

terpecah-pecah,

dan

perilaku

aneh

seperti

sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan aneh, mengucap

berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari


hubungan sosial (Dadang Hawari, 2001:64-65).

Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan


perubahan

prilaku

yang

tidak

bertanggung

jawab

dan

tak

dapat

diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku


menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan
ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami disorganisasi
dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada
individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)
2.2 Etiologi
Etiologi Skizofreni Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi
skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan:

1. Faktor predisposisis

Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada munculnya respon


neurobiologi

seperti

pada

harga

diri

rendah

antara

lain

a. Faktor genetik

Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan melalui


kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapa
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam
tahap penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6
dengan kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak

kembar identik memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia


sebesar 50% jika salah satunya mengalami skizofrenia, sementara
jika dizigot peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu
orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara bila kedua orang
tuanya

skizofreia

maka

peluangnya

menjadi

35%.

b. Faktor neurologis

Ditemukan bahwa korteks prefrotal dan korteks limbik pada klien


skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga pada
klien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang
abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya
dopamine, serotonine, dan glutamat.
c. Studi neurotransmiter

Skizofrenia diduga juga disebkan oleh adanya ketidakseimbangan


neurotransmiter dopamine yang berlebihan.
d. Teori virus

Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat menjadi


factor predispossisi skizofrenia.

10

e. Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas,
terlalu melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah
yang mengambil jarak dengan anaknya.

2. Faktor fisiologis
Faktor-faktor

pencetus

respon

neurobiologis

meliputi

a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan


memproses
b.

informasi

Mekanisme

di

thalamus

penghantaran

listrik

dan
di

frontal
saraf

otak.

terganggu.

c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan


perilaku.

2.3.

Tanda dan Gejala


Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase
prodromal, fase aktif dan fase residual.
Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang
lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset
psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri.

11

Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah


keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang
dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya.
Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah
laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek.
Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat
pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami
eksaserbasi atau terus bertahan.
Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya
sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah
berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas,
penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan
berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif
(atensi, konsentrasi, hubungan sosial).
Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat tanda dan gejala yang
khas, antara lain;
1.

Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa
maksudnya.

2.

Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketololtololan.

3.

Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa


puas diri atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

12

4.

Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai
suatu kesatuan.

5.

Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai


satu kesatuan.

6.

Gangguan proses berfikir

7.

Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakangerakan aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan
cenderung untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial (Dadang
Hawari, 2001 :640).

Gejala-gejala pencetus respon biologis :

Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama


sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya
latihan dan hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.

Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga,


kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas
sehari-hari, kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sosial,
kurangnya dukungan sosial, tekanan kerja, stigmasisasi, kemiskinan,
kurangnya alat transportasi dan ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.

Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan


kendali diri(demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut, merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia
maupun kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif,

13

perilaku kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan


penanganan gejala.
Beberapa tanda dang gejala yang paling sering ditemukan pada pasien-pasien
Skizofrenia Hebefrenik adalah,

Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar
belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh
pasien dan tidak dapat ditangguhkan.

Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat melihat


sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi yang
sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran).
Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.

Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui
alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang
lain. Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincangbincang dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga
mengatakan pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau
ditarik/diambil oleh kekuatan lain.

2.4.

Psikofisiologi
1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa
a. Tahap comforting
Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa,
klien biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping

14

imajinasi sehingga merasa senang dan terhindar dari ancaman.


b. Tahap condeming
Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi
selanjutnya klien merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut
apabila orang lain ikut mendengarkan apa-apa yang ia rasakan
sehingga timbul perilaku menarik diri ( with drawl ).
c. tahapcontering
Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul
tetapi suara tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan
klien susah berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut
hilang klien merasa sangat kesepian atau sedih.
d. Tahap conquering
Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila
tidak diikuti perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul
perilaku suicide.
2.Waham
Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya
menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa
waham kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara
abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks. Tidak dijumpai Gangguan lain,
hanya depresi bisa terjadi secara intermitten. Onset biasanya pada usia
pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh yang salah
dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering

15

dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran


pada kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang
berhubungan dengan wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang
tersebut adalah normal.Waham ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

2.5. Diagnosis
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia ;
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja
atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis. Untuk

diagnosis

hebefrenia

yang

menyakinkan

umumnya

diperlukan pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk


memastikan bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar
bertahan : Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan,
serta mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan dan hampa perasaan;
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering
disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied),
senyum sendirir (self-absorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang
diulang-ulang

(reiterated

phrases);

Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu


16

(rambling) serta inkoheren. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta


gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi dan waham mungkin
ada tetapi biasanya tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and
hallucinations).

Dorongan

kehendak

(drive)

dan

yang

bertujuan

(determination) hilang serta sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita


memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless) dan tanpa
maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan
bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin
mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien. Menurut DSM-IV
skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.

2.6. Penatalaksanaan

Terapi Somatik (Medikamentosa)


----Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut
antipsikotik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan
perubahan pola fikir yang terjadi pada Skizofrenia. Pasien mungkin dapat
mencoba beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau
kombinasi obat antipsikotik yang benar-benar cocok bagi pasien. Antipsikotik
pertama diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan
pertama yang efektif untuk mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat
antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer
atypical antipsycotics, dan Clozaril (Clozapine).
a. Antipsikotik Konvensional

17

----Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya disebut antipsikotik


konvensional.Walaupun sangat efektif, antipsikotik konvensional sering
menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat antipsikotik
konvensional antara lain :
1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)
2. Mellaril (thioridazine)

6. Thorazine ( chlorpromazine)

3. Navane (thiothixene)

7. Trilafon (perphenazine)

4. Prolixin (fluphenazine)
----Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik
konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer
atypical antipsycotic.
----Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional). Pertama,
pada pasien yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat
menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.
Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian
antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien mengalami kesulitan minum pil
secara reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang
lama (long acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot
formulations). Dengan depot formulation, obat dapat disimpan terlebih
dahulu di dalam tubuh lalu dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot
formulation ini tidak dapat digunakan pada newer atypic antipsycotic.
b. Newer Atypcal Antipsycotic

18

----Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip


kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan
dengan antipsikotik konvensional.
Beberapa contoh newer atypical antipsycotic yang tersedia, antara lain :
Risperdal

(risperidone)

Seroquel (quetiapine)
Zyprexa

(olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasienpasien dengan Skizofrenia.
c. Clozaril
----Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal
yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% pasien yang tidak
merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan,
Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada
kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah
putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat
Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara reguler. Para
ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2 dari obat
antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

Cara penggunaan

19

Pada

dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek

klinis) yang sama pada dosis ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping
sekunder.
Pemilihan

jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis
ekivalen.
Apabila

obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam

dosis yang
sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat
psikosis lain (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis
ekivalennya dimana profil efek samping belum tentu sama.
Apabila

dalam riwayat penggunaan obat anti psikosis sebelumnya jenis obat

antipsikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek
sampingnya, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang
Dalam

pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

oOnset

efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

oOnset

efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam

oWaktu

paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)

o Dosis

pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek

samping
(dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu
kualitas hidup pasien

20

Mulai

dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2


minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12
minggu (stabilisasi) diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance
dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2
hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop
Untuk

pasien dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi

pemeliharaan dapat diberikan palong sedikit selama 5 tahun.


Efek

obat psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari

setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.


Pada

umumnya pemberian obat psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3

bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali.
Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap setelah
hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu - 2bulan.
Obat

antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi ketergantungan


obat kecil sekali.
Pada

penghentian yang mendadak dapat timbul gejala Cholinergic rebound

yaitu:
gangguan lambung, mual muntah, diare, pusing, gemetar dan lain-lain.
Keadaan ini akan mereda dengan pemberian anticholinergic agent (injeksi
sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet trihexypenidil 3x2 mg/hari)

21

Obat

anti pikosis long acting (perenteral) sangat berguna untuk pasien yang

tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap
medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan
pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan. Pambarian anti psikosis
long acting hanya untuk terapi stabilisasi danpemeliharaan terhadap kasus
skizofrenia.
Penggunaan

CPZ (Chlorpromazine) injeksi sering menimbulkan hipotensi

ortostatik pada waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha adrenergik blokade).
Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (effortil IM)
---Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama
----Newer atypical antipsycoic merupakan terapi pilihan untuk penderita
Skizofrenia episode pertama karena efek samping yang ditimbulkan minimal
dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia lebih rendah.
----Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa saat untuk
mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan
diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat
selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril)
Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)
----Biasanya timbul bila penderita berhenti minum obat, untuk itu, sangat
penting untuk mengetahui alasan mengapa penderita berhenti minum obat.
Terkadang penderita berhenti minum obat karena efek samping yang
ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter dapat

22

menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti


dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah.
----Apabila penderita berhenti minum obat karena alasan lain, dokter dapat
mengganti obat oral dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan tiap
2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi lebih simpel dalam
penerapannya.
----Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah mengkonsumsi obat
sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya
dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik konvensonal dapat
diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau newer atipycal antipsycotic
diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat menjadi
cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-obatan diatas gagal.
Pengobatan Selama fase Penyembuhan
----Sangat penting bagi pasien untuk tetap mendapat pengobatan walaupun
setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien yang berhenti
minum obat setelah episode petama Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli
merekomendasikan

pasien-pasien

Skizofrenia

episode

pertama

tetap

mendapat obat antipskotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba


menurunkan dosisnya. Pasien yang menderita Skizofrenia lebih dari satu
episode, atau balum sembuh total pada episode pertama membutuhkan
pengobatan yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan
merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.
Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

23

----Karena penderita Skizofrenia memakan obat dalam jangka waktu yang


lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita yang
menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan
otot-otot yang disebut juga Efek samping Ekstra Piramidal (EEP). Dalam hal
ini pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada
tangan

dan

kaki.

Kadang-kadang

dokter

dapat

memberikan

obat

antikolinergik (biasanya benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik


untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.
----Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana
terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan
facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi
dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila
penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive
dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan
antipsikotik atipikal.
----Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat menyebabkan gangguan fungsi
seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri pemakaian
obat-obatan

tersebut.

Untuk

mengatasinya

biasanya

dokter

akan

menggunakan dosis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical


antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit.

24

----Peningkatan berat badan juga sering terjadi pada penderita Sikzofrenia


yang memakan obat. Hal ini sering terjadi pada penderita yang menggunakan
antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga dapat membantu mengatasi masalah
ini.
----Efek samping lain yang jarang terjadi adalah neuroleptic malignant
syndrome, dimana timbul derajat kaku dan termor yang sangat berat yang
juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam, penyakit-penyakit lain.
Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

Terapi Psikososial
a. Terapi perilaku
----Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan
sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah
didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang
diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah sakit. Dengan
demikian, frekuensi perilaku maladaptif atau menyimpang seperti berbicara
lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh aneh dapat
diturunkan.
b. Terapi berorintasi-keluarga
----Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali dipulangkan
dalam keadaan remisi parsial, dimana pasien skizofrenia kembali seringkali
mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap
hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas

25

didalam terapi keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan


kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas
mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan
aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal
dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang
keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien
mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah
penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam
menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps
adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 %
dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.
c. Terapi kelompok
----Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,
masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya
dalam cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.
d. Psikoterapi individual
----Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam
pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu
dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam

26

psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan


terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat
dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan
keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.
----Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang ditemukan di
dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali
sulit dilakukan, pasien skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap
keakraban dan kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas,
bermusuhan, atau teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang
cermat dari jauh dan rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,
dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah lebih disukai daripada
informalitas

yang

prematur

dan

penggunaan

nama

pertama

yang

merendahkan diri. Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan


adalah
tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,
manipulasi, atau eksploitasi.

Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)


----Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau
membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan dasar.
----Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus ditegakkan adalah
ikatan efektif antara pasien dan sistem pendukung masyarakat. Rehabilitasi

27

dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan rumah sakit harus


direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta
keluarga pasien tentang skizofrenia.
----Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit
tergantung dari keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan. Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki
orientasi praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup,
pekerjaan, dan hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan
untuk mengikat pasien dengan fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien.
Pusat perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang membantu pasien
dalam memperbaiki kualitas hidup.

2.7. Prognosis
Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe
lainnya, prognosisnya

pada umumnya kurang begitu menggembirakan.

Sekitar 25% pasien dapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya
dapat kembali pada tingkat prodromal (sebelum munculnya gangguan
tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah pulih dan perjalanan penyakitnya
cenderung memburuk. Sekitar 50% berada diantaranya, ditandai dengan
kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi dengan efektif kecuali
untuk waktu yang singkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis skizofrenia

28

1.Keluarga
Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari keluarganya.
jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami Skizofrenia dengan
orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan Skizofrenia
mudah tersinggung.
2.Inteligensi
Pada umumnya pasien Skizofrenia yang mempunyai Inteligensi yang tinggi
akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang inteligensinya
rendah.
3.Pengobatan
Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil pasien
(kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali jumlah
fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamine
disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun pasien
skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.
4.Reaksi Pengobatan
Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi terhadap obat
lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak bereaksi
terhadap pemberian obat.
5.Stressor Psikososial
Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka akan mempunayi
dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu dapat
diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor

29

datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir
maka prosgnosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.
6.Kekambuhan
penderita skizofrenia yang sering kambuh prognosisnya lebih buruk.
7.Gangguan Kepribadian
Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan kepribadian akan sulit
disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki peran yang sangat
besar terhadap kesembuhan.
8.Onset
Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang lambat
dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih
baik.
9.Proporsi
Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional) mempunyai
prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya tidak
proporsional.
10.Perjalanan penyakit
Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal prognosisnya
lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase residual.
11.Kesadaran
Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih. Hal
inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

30

Prognosis Baik
Onset lambat

Prognosis Buruk
Onset muda

Faktor pencetus yang

Tidak ada factor pencetus

jelas

Onset tidak jelas

Onset akut

Riwayat

Riwayat

sosial,

seksual

dan

pekerjaan
yang

baik

mood

pekerjaan

premorbid yang buruk


Prilaku menarik diri atau autistic

duda
Sistem pendukung yang buruk

gangguan
(terutama

gangguan depresif)

Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal

Menikah
Riwayat

keluarga

gangguan mood
Sistem

dan

Tidak menikah, bercerai atau janda/

premorbid

Gejala

social

pendukung

Tidak ada remisi dalam 3 tahun


Banyak relaps
Riwayat penyerangan

yang baik
Gejala positif

31

32

BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik.
Beberapa pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara
lain:
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai
dengan perilaku klien regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah
dungu, tertawa-tawa aneh, meringis dan menarik diri secara ekstrim.
(Townsend, alih bahasa Helena, 1998:143).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan
perubahan afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham
dan halusinasi yang bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary),
perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
umumnya

maneurisme

(Depkes

RI,

1993:111-112).

Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balau


yang ditandai dengan inkoherensi, affect datar, perilaku dan tertawa kekanakkanakan, yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri,

33

menunjukkan

gerakan-gerakan

aneh,

mengucap

berulang-ulang

dan

kecenderungan untuk menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial


(Dadang Hawari, 2001:64-65).
Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan
perubahan

prilaku

yang

tidak

bertanggung

jawab

dan

tak

dapat

diramalkan,ada kecenderungan untuk selalu menyendiri, dan prilaku


menunjukkan hampa prilaku dan hampa perasaan, senang menyendiri,dan
ungkapan kata yang di ulang ulang, proses pikir mengalami disorganisasi
dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri pada
individu. ( Rusdi Maslim,Dr.PPDGJ- III 2001: 48)
Dari ketiga pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
Skizofrenia hebefrenik atau Skizofrenia disorganized adalah suatu gangguan
yang yang ditandai dengan regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, serta
menarik diri secara ekstrim dari hubungan sosial. Gangguan jiwa skizofrenia
merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia
sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul
pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik,
psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya
sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).

34

DAFTAR PUSTAKA

35

1. Kaplan, HI, Sadock BJ, Greb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis Psikiatri, ed
7, vol 1, Binarupa aksara, 1997
2. Maslim, Rusdi dr. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkasan
dari PPDGJ III Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya, Jakarta,
2001.
3. Skizofrenia

dan

gangguan

psikotik

lainnya.

Diunduh

dari

http//www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm

tanggal

16

November 2010

4. Skizofrenia.

Naruto.

blogspot.

file:///C:/Documents%20and

%20Settings/F%20A%20D%20L%20I/My%20Documents/makalahskizofrenia.html

5. www.psikomedia.com/article/psikologi-klinis/1006/skizofrenia
tanggal 19 september 2011

36

diunduh

Anda mungkin juga menyukai