Anda di halaman 1dari 46

Kerangka Dasar dan Penyusunan Laporan Keuangan

Tujuan dan Peranan


Kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para pemakai eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk
digunakan sebagai acuan bagi:
1. komite penyusun standar akuntansi keuangan, dalam pelaksanaan tugasnya
2. penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur
dalam standar akuntansi keuangan
3. auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
4. para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informaL yang disajikan dalam laporan
keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan.
Kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan tidak mendefinisikan standar
untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan tertentu. Dalam hal terdapat pertentangan
antara kerangka dasar dan standar akuntansi keuangan, maka ketentuan standar akuntansi
keuangan yang harus diunggulkan relatif terhadap kerangka dasar ini. Namun berhubung
kerangka dasar ini dimaksudkan sebagai acuan bagi komite penyusun standar akuntansi
keuangan dalam pengembangan standar akuntansi keuangan di masa depan dan dalam
peninjauan kembali terhadap standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka banyaknya kasus
konflik tersebut akan berkurang dengan berjalannya waktu.
Ruang Lingkup
Kerangka dasar ini membahas tentang :
1. tujuan laporan keuangan
2. karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan
3. definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan dan
4. konsep modal serta pemeliharaan modal.

Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum termasuk laporan
keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun
sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai. Beberapa di antara pemakai ini
memerlukan dan berhak untuk memperoleh informasi tambahan di samping yang tercakup dalam
laporan keuangan. Namun banyak pemakai sangat tergantung pada laporan keuangan sebagai
sumber utama informasi keuangan, karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan
disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka. Laporan keuangan dengan tujuan
khusus seperti prospektus, dan perhitungan yang dilakukan untuk tujuan perpajakan tidak
termasuk dalam kerangka dasar ini.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan
(yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus
dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari
laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan
dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga.
Kerangka dasar ini berlaku untuk laporan keuangan bagi semua jenis perusahaan komersial, baik
sektor publik maupun sektor swasta. Perusahaan pelapor adalah perusahaan yang laporan
keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai
sumber utama informasi keuangan perusahaan.
Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan,
pemberi pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi :
Investor : Penanam modal berisiko dan penasehat mereka berkepentingan dengan risiko yang
melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan
informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli menahan atau menjual investasi

tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk
menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Karyawan : Karyawan tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
Pemberi pinjaman : Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan
mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh
tempo.
Pemasok dan kreditur usaha lainnya : Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan
informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan
dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang
waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman.
Pelanggan : Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup
perusahaan, terutama jika terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau tergantung pada,
perusahaan.
Pemerintah : Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya
berkepentingan dengan alokasi sumber daya. Mereka juga membutuhkan informasi untuk
mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
Masyarakat : Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian
aktivitasnya.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bersifat umum. Dengan demikian tidak
sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan informasi setiap pemakai. Manajemen perusahaan
memikul tanggung jawab utama dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan.
Manajemen juga berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang
membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan
keputusan. Manajemen memiliki kemampuan untuk menentukan bentuk dan isi informasi
tambahan tersebut untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Namun demikian, pelaporan
informasi semacam itu berada di luar ruang lingkup kerangka dasar ini. Bagaimanapun juga,
laporan keuangan yang diterbitkan didasarkan pada informasi yang digunakan manajemen
tentang posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan.
Tujuan Laporan Keuangan :
1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja setiap perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomik
2. Memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi keuangan yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan
3. Menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggung jawaban manajemen
atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
4. Memberikan pengungkapan mengenai informasi lain yang berkaitan dengan laporan
keuangan, misalnya informasi mengenai kebijakan akuntansi yang diatur perusahaan, seperti
penentuan metode depresiasi dan penilaian persediaan.

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN


A. LAPORAN KEUANGAN
Laporan keungan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja
keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan
pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan
beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, dan arus kas.
1. Komponen Laporan Keuangan Lengkap
Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
- Laporan posisi keuangan (neraca) pada akhir periode.
- Laporan laba rugi komprehensif selama periode.
- Laporan arus kas selama periode.
- Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi
penjelasan lain, dan
- Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrosfektif atau membuat penyajian kembali pospos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
2. Karakteristik Umum
a. Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan Terhadap SAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus
kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari
transaksi, peristiwa lain, dan kondisi sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset,
liabilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap
menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Entitas yang laporan keuangannya telah
patuh terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa

laporan keuangan telah patuh terrhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebu telah patuh
terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang disyaratkan
dalam SAK.
B. STRUKTUR DAN ISI
1. Identifikasi laporan Keuangan
Entitas mengidentifikasi laporan keuangan secara jelas dan membedakannya dari
informasi lain dalam dokumen publikasi yang sama. Entitas mengidentifikasikan secara jelas
setiap laporan keuangan dan catatan atas laporan keuangan. Di samping itu, entitas menyajikan
informasi berikut ini secara jelas, dan mengulangnya jika dibutuhkan sehingga dapat dipahami:
a) Nama entitas pembuat laporan keuangan atau identitas lain, dan setiap perubahan informasi
dari akhir periode laporan sebelumnya.
b) Apakah merupakan laporan keuangan satu entitas atau suatu kelompok entitas.
c) Tanggal akhir periode pelaporan atau periode yang di cakup oleh laporan keuangan atau
catatan atas laporan keuangan.
d) Mata uang pelaporan sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 52: Mata Uang Pelaporan, dan
e) Pembulatan yang digunakan dalam penyajian jumlah dalam laporan keuangan.
2. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos, berikut: aset
tetap, property investasi, aset tidak berwujud, aset keuangan, investasi dengan menggunakan
metode ekuitas, persediaan, piutang dagang dan piutang lainnya, kas dan setara kas, total aset
yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijal dan aset yang termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58
(revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang dihentikan, utang
dagang dan terutang lain, provisi, liabilitas keuangan, liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagai
mana didefinisikan dalam PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan, liabilitas dan aset pajak
tangguhan, liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasi sebagai dimiliki
untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 (revisi 2009), kepentingan non pengendali disajikan sebagai
bagian dari ekuitas, dan modal saham dan cadangan yng dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk.

3. Laporan Laba Rugi Komprehensif


Entitas menyajikan seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode:
a) Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau
b) Dalam bentuk dua laporan:
- Laporan yang menunjukan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah); dan
- Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukan komponen pendapatan komprehensif
lain (laporan laba rugi komprehensif).
Informasi yang disajikan dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi komprehensif
minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut periode:
a) Pendapatan;
b) Biaya keuangan;
c) Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas;
d) Beban pajak;
e) Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari; laba rugi setelah pajak dari operasi yang
dihentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan
dalam rangka operasi yang dihentian).
f) Laba rugi;
g) Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang dilasifikasikan sesuai dengan sifat.
h) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan ventura bersama yang dicatat
dengan menggunakan metode ekuitas, dan
i) Total laba rugi komprehensif.
4. Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan:
a) Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah total
jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non
pengendali.

b) Untuk tiap komponen ekuitas pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara
retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan;
c) Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir
periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari; laba rugi,
masing-masing pos pendapatan komprehensif lain, dan transaksi dengan pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan
distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak
menyebabkan hilang pengendalian.
5. Laporan Arus kas
Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai
kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam
menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 (revisi 2009): Laporan Arus Kas mengatur persyaratan
penyajian dan pengungkapan informasi arus kas.
6. Catatan Atas Laporan Keuangan
Struktur catatan atas laporan keuangan, sebagai berikut:
a) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
tertentu yang digunakan.
b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan

dibagian

manapun dalam laporan keuangan, dan


c) Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi
informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan keuangan secara sistematis. Entitas
membuat referensi silang atas setiap pos dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas untuk informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.
7. Pengungkapan lain

Entitas mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan: a) Jumlah dividen yang
diusulkan atau diumumkan sebelum tanggal penyesuaian laporan keuangan tetapi tidak diakui
sebagai distribusi kepada pemilik selama periode serta jumlah dividen per lembar saham;dan b)
jumlah dividen preferen komulatif yang tidak diakui. Entitas mengungkapkan hal-hal berikut ini,
jika tidak diungkapkan di bagian mana pun dalam informasi yang dipublikasikan bersama
dengan laporan keuangan: a) domisili dan bentuk hukum, negara tempat pendirian, alamat kantor
pusat entitas (atau lokasi utama kegiatan usaha, jika berbeda dari lokasi kantor), b) keterangan
mengenai sifat operasi dan kegiatan utama, c) nama entitas induk dan nama entitas induk
terakhir dalam kelompok usaha, dan d) bagi entitas yang mempunyai umur terbatas, informasi
tentang lama umur entitas.

LAPORAN ARUS KAS


Pengertian Laporan Keuangan Arus Kas - Arus kas (cash flow) adalah suatu laporan
keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan
kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu
perusahaan selama satu periode.
Menurut PSAK No.2 (2002 :5) Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau
setara kas. Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan
bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan dari penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun buku).
Laporan arus kas (cash flow) mengandung dua macam aliran/arus kas yaitu :
1. Cash inflow
Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas
(penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

Hasil penjualan produk/jasa perusahaan.

Penagihan piutang dari penjualan kredit.

Penjualan aktiva tetap yang ada.

Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas.

Pinjaman/hutang dari pihak lain.

Penerimaan sewa dan pendapatan lain.

2. Cash out flow


Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban
pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash out flow) terdiri dari :

Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain.

Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan.

Pembelian aktiva tetap.

Pembayaran hutang-hutang perusahaan.

Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan.

Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan pengeluaran lain-lain.

Menurut PSAK No.2 (2002:9) Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
Aktivitas Operasi
Aktivitas operasi menimburkan pendapatan dan beban dari operasi utama suatu
perusahaan. Karena itu aktivitas operasi mempengaruhi laporan laba rugi, yang dilaporkan
dengan dasar akrual. Sedangkan laporan arus kas melaporkan dampaknya terhadap kas. Arus
masuk kas terbesar dari opersi berasal dari pengumpulan kas dari langganan. Arus masuk kas
yang kurang penting adalah penerimaan bunga atas pinjaman dan dividen atas investasi saham.
Arus keluar kas operasi meliputi pembayaran terhadap pemasok dan karyawan, serta pembayaran
bunga dan pajak.
Aktivitas Investasi
Aktivitas investasi meningkatkan dan menurunkan aktiva jangka panjang yang digunakan
perusahaan untuk melakukan kegiatannya. Pembelian atau penjualan aktiva tetap seperti tanah,
gedung, atau peralatan merupakan kegiatan investasi, atau dapat pula berupa pembelian atau
penjualan investasi dalam saham atau obligasi dari perusahaan lain.
Aktivitas Pendanaan
Aktivitas pendanaan meliputi kegiatan untuk memperoleh kas dari investor dan kreditor
yang diperlukan untuk menjalankan dan melanjutkan kegiatan perusahaan. Kegiatan pendanaan
mencakup pengeluaran saham, peminjaman uang dengan mengeluarkan wesel bayar dan
pinjaman obligasi, penjualan saham perbendaharaan, dan pembayaran terhadap pemegang saham
seperti dividen dan pembelian saham perbendaharaan. Pembayaran terhadap kreditor hanyalah
mencakup pembayaran pokok pinjaman.

PERSEDIAAN
Persediaan adalah barang yang dimiliki untuk dijual atau untuk diproses selanjutnya
dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka perusahaan jasa tidak memiliki persediaan,
perusahaan dagang hanya memiliki persediaan barang dagang sedang perusahaan industri
memiliki 3 jenis persediaan yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan
persediaan barang jadi (siap untuk dijual).
Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat penting karena baik
laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun tanpa mengetahui nilai persediaan.
Kesalahan dalam penilaian persediaan akan langsung berakibat kesalahan dalam laporan
Rugi/Laba maupun neraca.
Dalam perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya
Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+PEMBELIAN BERSIH PERSEDIAAN AKHIR
Untuk mencatat taransaksi-transaksi yang mempengaruhi nilai persediaan, terdapat 2 metode
sebagai berikut :
1. Metode Pisik/Periodik (Periodik/Phisical Inventory System)
Dalam metode ini pencatatan persediaan hanya dilakukan pada akhir periode akuntansi
melalui ayat jurnal penyesuaian. Transaksi yang mempengaruhi persediaan, dicatat masingmasing dalam perkiraan tersendiri sebagai berikut: Pembelian , Retur pembelian , Penjualan dan
Retur penjualan.
Untuk mendapatkan nilai persediaan secara periodik dilakukan perhitungan fisik (Stock
Opname).
Metode ini sudah mulai ditinggalkan karena secara jelas tidak mendukung integrasi
system dimana, sepanjang peridode akuntansi berjalan tidak tersedia data mengenai posisi
persediaan. Hal ini menyebabkan data bagian akuntansi kurang mendukung operasional.
Laporan neraca dan rugilaba tidak akan dapat dibuat sebelum nilai persediaan diketahui.
2. Metode Perpetual (Continual Inventory System)
Dalam metode ini pencatatan persediaan dilakukan setiap terjadi transaksi yang
mempengaruhi persediaan. Saldo perkiraan persediaan akan menunjukan saldo persediaan yang
sebenarnya. Dengan demikian pada saat penyusunan laporan keuangan tidak diperlukan ayat

jurnal penyesuaian. Pencatatan transaksi kedalam perkiraan persediaan, adalah berdasarkan harga
pokok produksi, baik transaksi pembelian maupun penjualan. Metode ini akan menampilkan
dapat menyediakan laporan neraca setiap saat baik untuk di print_out maupun secara visual.
Walaupun system perpetual menyediakan data persediaan secara terus menerus namun
tetap diperlukan perhitungan fisik yang berfugnsi untuk mencocokan fisik dengan catatan buku.
Penilaian Persediaan
Masalah-masalah yang timbul dalam penilaian persediaan dalam satu periode adalah :
Menetapkan jumlah dan nilai persediaan yang sudah terjual / sudah menjadi biaya.
Menentukan jumlah dan nilai persediaan yang belum terjual (yang harus dilaporkan dineraca)

ASET TETAP

1. Karakteristik asset tetap


- Asset tetap adalah asset yang bersifat jangka panjang atau secara relative memiliki sifat
permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang. Asset ini merupakan asset berwujud
karena memiliki bentuk fisik.
- Asset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak di jual sebagai bagian dari kegiatan
operasi normal.
Penggolongan biaya
- Jika barang yang dibeli bersifat jangka panjang, maka barang tersebut harus dikapitalisasi,
artinya harus ditampilkan dalam neraca sebagai asset.
- Jika bersifat jangka pendek, maka biaya harus dilaporkan sebagai beban di laporan laba/rugi
- Biaya yang dikapitalisasikan biasanya diharapkan akan habis lebih dari satu tahun.
- Jika asset juga digunakan untuk tujuan produktif, yang melibatkan kegunaan atau manfaat
berulang-ulang maka asset tersebut digolongkan sebagai asset tetap, seperti tanah, gedung, atau
peralatan.
- Suatu asset tidak perlu digunakan secara teratur untuk menjadi asset tetap. Sebagai contoh,
peralatan yang siap digunakan pada saat terjadi kerusakan pada peralatan yang biasa dipakai atau
pada saat periode penuh termasuk dalam asset tetap.
- Aseet tetap yang telah ditinggalkan atau tidak digunakan lagi tidak dimasukan sebagai asset
tetap.
- Asset tetap dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak ditawarkan untuk dijual kembali.
- Asset yang bersifat jangka panjang dan disimpan untuk dijual kembali tidak digolongkan
sebagai asset tetap, tetapi harus di sajikan di neraca dalam bagian investasi. Sebagai contoh,
tanah yang belum dikembangkan dan diperoleh sebagai investasi untuk di sewakan dan dijual
kembali akan di golongkan sebagai investasi, bukan tanah (asset tetap).
Biaya aset tetap
Biaya perolehan asset tetap mencakup seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan
asset hingga siap digunakan.
- Biaya umum untuk memperoleh asset tetap, biaya ini harus dicatat dengan mendebit akun asset
tetap terkait seperti tanah, gedung, pengembangan tanah,atau mesin dan peralatan.

- Biaya-biaya yang tidak perlu dan tidak meningkatan kegunaan asset dicatat sebagai beban.
Pengeluaran Modal dan Pendapatan
Saat asset telah diperoleh dan siap digunakan, pengeluaran dapat terjadi untuk perawatan
pan perbaikan biasa, untuk meningkatkan nilai asset atau untuk perbaikan luar biasa yang dapat
memperpanjang masa kegunaan asset. Pengeluaran yang berguna untuk periode berjalan disebut
pengeluaran pendapatan (revevue expenditure). Pengeluaran yang meningkatkan nilai asset atau
mamperpanjang masa kegunaan asset disebut pengeluaran modal (capital expenditure)
Perawatan dan perbaikan biasa
Pengeluaran

yang terkait dengan perawatan dan perbaikan asset tetap yang dicatat

sebagai beban periode berjalan,disebut pengeluaran pendapatan dan dicatat sebagai kenaikan
pada beban perbaikan dan perawatan.
Peningkatan Nilai Asset
Setelah asset tetap disiapkan. Pengeluaran dapat terjadi untuk meningkatkan nilai asset.
Pengeluaran semacam ini di sebut pengeluaran modal dan dicatat sebagai kenaikan pada akun
asset tetap.
Perbaikan Luar Biasa
Setelah asset tetap disiapakan, pengeluaran dapat terjadi untuk memperpanjang masa
kegunaan asset.
Sewa Aset Tetap
- Sewa adalah suatu perjanjian atas pengunaan asset dalam periode waktu tertentu.
- Ada dua pihak di dalam sewa yaitu:
1. Pemberi sewa (lessor)
2. Penyewa (lessee)
- Penyewa berkewajiban untuk melakukan pembayaran sewa secara berkala selama masa sewa.
- Sewa akan dicatat oleh penyewa sebagai modal (capital lease) atau sebagai sewa operasi
(operating lease)
- Sewa modal (capital lease) dicatat ketika penyewa seolah-olah membeli asset yang
bersangkutan. Penyewa mendebitkan akun asset sebesar nilai pasar asset dan mengkreditkan
akun kewajiban sewa jangka panjang.

DEPRESIASI

Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi biaya selama masa
manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis.
Faktor Depresiasi
Depresiasi didasarkan pada 3 faktor :
1. harga perolehan : biaya yang dikeluarkan sampai aktiva siap digunakan
2. nilai sisa : jumlah yang akan diterima pada saat aktiva itu dijual atau ditarik dari
penggunaannya
3. masa manfaat : jangka waktu pemakaian aktiva yang diharapkan oleh perusahaan.
a. factor fisik contoh : kerusakan
b. factor ekonomi, yaitu: 1) ketidaklayakan : apabila suatu aktiva tidak berguna lagi bagi
perusahaan tertentu karena permintaan akan produk perusahaan itu telah meningkat.2)
penggantian, penggantian suatu aktiva dengan aktiva lainnya yang lebih efisien.
Metode depresiasi
1. metode garis lurus (straight line method)
berdasarkan metode ini bagian yang sama dari harga perolehan aktiva (diatas nilai
sisanya) dialokasikan ketiap periode yang menggunakannya. Biaya depresiasi perperiode
dinyatakan sebagai :
- harga perolehan nilai sisa
- taksiran umur manfaat
2. metode unit produksi (unit of production method)
Depresiasi dihitung berdasarkan pada unit output atau unit produksinya missal jam, kg
depresiasi = depresiasi perunit x pemakaian
depresiasi = harga perolehan nilai sisa x pemakaian
umur taksiran (dalam unit)

3. metode saldo menurun ganda (double declining method)

Dalam menghitung depresiasi dengan metode ini tidak diakui adanya nilai sisa. Berdasar
metode ini tariff depresiasi garis lurus tanpa nilai sisa dikalikan dua dan dipakai untuk
menentukan depresiasi saldo menrun ganda dengan cara mengalikan tariff yang telah dikalikan
dua tersebut dengan nilai buku aktiva pada tiap awal periode
nilai buku awal tahun x tariff depresiasi = biaya depresiasi
tariff depresiasi = 100% x 2
taksiran umur manfaat
4. metode jumlah angka tahun (sum of year)
Jumlah depresiasi dihitung berdasarkan pada serangkaian angka pecahan yang
denominator atau penyebutnya diambil dari jumlah rentetan angka tahun tersebur. Angka tahun
yang terbesar digunakan sebagai numerator atau pembilang dari angka pecahan untuk depresiasi
tahun pertama.
harga perolehan nilai sisa x pecahan angka tahun = biaya depresiasi

PROPERTI, INVESTASI, SEWA

Aset tetap adalah aset berwujud yang (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif
dan (b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode (PSAK 16.06)
Properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau
keduanya) yang dikuasai (oleh pemilik atau lesee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan
rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, dan tidak untuk (a) digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau (b) dijual dalam kegiatan
usaha sehari-hari (PSAK 13.05)
PSAK 58, Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan
menyatakan bahwa : Entitas mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar (atau kelompok lepasan)
sebagai dimiliki untuk dijual jika jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi
penjualan daripada melalui pemakaian berlanjut.
Aset Tetap VS Properti Investasi
Suatu perusahaan membangun bangunan dengan 6 lantai untuk disewakan . Apakah bangunan ini
aset tetap atau properti investasi?
Suatu perusahaan membangun bangunan dengan 6 lantai untuk disewakan . Apakah bangunan ini
aset tetap atau properti investasi?
Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa aset tidak lancar (misalnya tanah dan bangunan)
diklasifikasikan sebagai aset tetap jika digunakan selama lebih dari satu tahun dan digunakan
untuk menghasilkan produk atau jasa dalam operasi utama perusahaan.
Sedangkan properti investasi adalah aset tidak lancar (properti) yang dikuasai perusahaan untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau keduanya, tetapi tidak untuk digunakan
dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Perhatikan, terdapat kesamaan di dalam definisi aset tetap dan properti investasi, yaitu kata
rental.

Jika perusahaan menyewakan (merentalkan) suatu aset tidak lancar, kapan aset tersebut diakui
sebagai aset tetap? Kapan diakui sebagai properti investasi?
Untuk mengetahui kapan rental merupakan aktivitas operasi utama dan kapan rental bukan
merupakan operasi utama, PSAK 13 memberikan panduan untuk membedakannya..
PSAK 13 paragraf 6-15 menyediakan panduan implisit dalam mengklasifikasikan suatu aset
tidak lancar sebagai properti investasi atau aset tetap yang akan saya sajikan secara singkat
berikut ini.
Beberapa hal perlu diperhatikan untuk mengklasifikasikan suatu aset tidak lancar sebagai
properti investasi atau aset tetap:
Dalam PSAK 13 paragraf 7 (selanjutnya disingkat menjadi PSAK 13.XX, di mana XX
merupakan paragraf, jadi contohnya PSAK 13.07) disebutkan bahwa properti investasi
menghasilkan arus kas yang sebagian besar tidak bergantung pada aset lain yang dikuasai oleh
entitas. Misalnya, perusahaan multinasional seperti Trans Corp. (yang beberapa propertinya
antara lain Trans Studio Mall dan Trans Luxury Hotel di Bandung, numpang promosi.. hehe.. )
membeli sebuah bangunan di Jakarta. Jika Trans menyiapkan bangunan tersebut secara
signifikan dalam rangka agar dapat dioperasionalkan sebagai pusat perbelanjaan yang memadai
(dijadikan mall), maka bangunan merupakan aset tetap bukan properti investasi. Tapi jika Trans
hanya menyewakan saja bangunan tersebut kepada merchant-merchant untuk berdagang, tanpa
menyediakan bangunan tsb dengan fasilitas yang memadai untuk dijadikan pusat perbelanjaan,
maka properti tersebut adalah properti investasi. Persyaratan ini disebut dengan Independence of
Generation of cash flow (atau disingkat Generation of cash flow).
Jadi, secara konseptual, generation of cash flow merupakan kriteria untuk menentukan apakah
suatu properti digunakan untuk kegiatan operasional atau bukan. Kalau perusahaan menyediakan
fasilitas yang signifikan agar bangunan dapat digunakan untuk dioperasikan sebagai pusat

perbelanjaan maka bangunan tersebut adalah aset tetap karena dengan fasilitas yang signifikan
berarti perusahaan menjalankan usaha pengelolaan pusat perbelanjaan.
Tapi kalau fasilitas untuk melengkapi bangunan tidak signifikan, berarti bangunan tersebut
diibaratkan bangunan kosong yang hanya disewakan. Sehingga bangunan diklasifikasi sebagai
properti investasi.
Penentuan signifikansi fasilitas atau aset lain yang terdapat di dalam suatu bangunan atau
properti tergantung dari judgement profesional (penyusun laporan keuangan).
Masih dengan contoh bangunan yang digunakan sebagai pusat perbelanjaan. Di dalam pusat
perbelanjaan biasanya akan terdapat sarana dan prasarana pendukung, seperti ruangan-ruangan
toko, kios, eskalator, lift, toilet, dan lain-lain. Signifikan atau tidaknya fasilitas yang diberikan
tergantung dari apakah Trans menyediakan secara signifikan fasilitas pusat perbelanjaan yang
diperlukan, misalnya Trans dapat membangun eskalator, lift, toilet, dan ruangang-ruangan untuk
toko, tetapi pedagang yang hendak berdagang dengan kios harus menyediakan sendiri kiosnya.
Dalam kasus demikian dapat disimpulkan Trans menyediakan fasilitas yang signifikan , sehingga
bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap.
Tapi kalau Trans hanya menyewakan bangunan kepada pengelola pusat perbelanjaan , dan
manajemen pusat perbelanjaan yang mengadakan dan mengelola seluruh fasilitas pusat
perbelanjaan, maka bangunan diklasifikasikan sebagai properti investasi.
Mall dengan sarana dan prasarananya
Mall dengan sarana dan prasarananya
PSAK 13.11 menyatakan bahwa suatu properti diperlakukan sebagai properti investasi jika
entitas menyediakan jasa tambahan yang tidak signifikan terhadap penghuni properti yang
dimilikinya. Persyaratan ini adalah terkait signifikansi jasa tambahan (Significance of ancillary
services). Serupa dengan Generation of cash flow, hanya saja dalam persyaratan ini, yang diukur
signifikansinya adalah jasa tambahan yang diberikan perusahaan.

Contoh, misalnya masih dalam kasus pusat perbelanjaan. Jasa yang diberikan perusahaan
pengelola pusat perbelanjaan antara lain misalnya jasa customer service, tata ruang bangunan
toko, cleaning service, sekuriti, dan lain-lain. Kalau Trans menyediakan seluruh jasa tersebut,
berarti bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap karena diasumsikan Trans menjalankan
usaha pengelolaan pusat perbelanjaan menggunakan bangunan tersebut. Tetapi kalau Trans,
misalnya, hanya menyediakan jasa customer service dan sekuriti maka diasumsikan jasa
tambahan yang diberikan tidak signifikan sehingga bangunan diperlakukan sebagai properti
investasi.
Dalam definisi properti investasi terdapat yang dikuasai (oleh pemilik atau lessee melalui
sewa pembiayaan) sehingga mensyaratkan properti investasi dikuasai atau disewa dalam suatu
kontrak finance lease. Jadi, hanya properti yang dibeli atau disewa dalam sewa pendanaan
(finance lease) yang boleh diklasifikasikan sebagai properti investasi.
Ketiga kriteria pengklasifikasian properti investasi harus terpenuhi (properti dapat menghasilkan
arus kas secara independen dari aset yang lain, jasa tambahan yang diberikan tidak signifikan,
dan dikuasai atau dilease melalui finance lease) agar suatu properti dapat diklasifikasikan sebagai
properti investasi.
Kalau salah satu dari ketiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, maka bisa jadi properti terkait
merupakan aset tetap. Judgement diperlukan untuk menganalisis properti tersebut apakah aset
tetap atau properti investasi.
Satu Properti terdiri dari Aset Tetap dan Properti Investasi
Entitas bisa saja memiliki satu bangunan yang digunakan untuk berbagai kegiatan. Jadi, dalam
satu bangunan bisa terdapat aset tetap dan juga properti investasi. Sebagai contoh, sebuah
bangunan dibeli oleh yayasan untuk dijadikan universitas. Bangunan tersebut memiliki sepuluh
lantai: lantai dasar merupakan foodcourt dan sisanya digunakan untuk sarana perkuliahan.

Bagaimana mengklasifikasikan bangunan universitas ini menjadi aset tetap atau properti
investasi?
Bangunan tersebut dapat diklasfikasi menjadi dua jenis aset: aset tetap dan properti investasi jika
bagian properti dapat dijual atau dilease (finance lease) kepada pihak lain maka bagian properti
tersebut merupakan properti investasi. Namun jika bagian dari properti tidak dapat dijual atau
dilease (finance lease), bagian properti tersebut diklasifikasikan sebagai properti investasi hanya
jika bagian tersebut jumlahnya signifikan dibandingkan bagian yang digunakan untuk operasi
utama perusahaan.
Dalam kasus universitas tersebut, karena bagian foodcourt tidak signifikan (hanya sebagian dari
lantai dasar) dibandingkan bagian properti yang digunakan untuk aktivitas perkuliahan (9 lantai),
maka keseluruhan bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap.
Aset Tetap vs Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual
Terakhir, aset tidak lancar juga dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar yang dimiliki
untuk dijual.
Misalnya, masih melanjutkan kasus Trans, Trans memiliki bangunan yang dijadikan pusat
perbelanjaan (diasumsikan bangunan diklasifikasikan sebagai aset tetap). Namun, karena
rendahnya penghasilan yang diperoleh dari pengoperasian bangunan tersebut, Trans berencana
untuk menjual bangunan itu. Apakah bangunan tersebut diklasfikasikan sebagai aset tetap atau
aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual?
Untuk menentukan apakah suatu aset diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual, aset tidak
lancar harus merupakan aset tidak lancar yang jumlah tercatatnya akan dipulihkan terutama
melalui transaksi penjualan daripada melalui pemakaian berlanjut (PSAK 58.08)

Aset tidak lancar yang nilai tercatatnya akan dipulihkan terutama melalui transaksi penjualan
adalah aset yang berada dalam keadaan dapat dijual dengan syarat-syarat yang biasa dan umum
diperlukan dalam penjualan aset dan penjualannya harus sangat mungkin terjadi (PSAK 58.09)
Agar penjualan sangat mungkin terjadi, maka:
manajemen di tingkat yang sesuai harus berkomitmen terhadap rencana penjualan aset dan
memulai program aktif untuk mencari pembeli dan menyelesaikan rencana tersebut
aset harus dipasarkan secara aktif pada harga yang pantas sesuai dengan nilai wajarnya kini
penjualan akan dilakukan dalam waktu 1 tahun setelah tanggal klasifikasi
tindakan yang diperlukan untuk menyelesaikan rencana penjualan aset mengindikasikan bahwa
tidak mungkin terjadi perubahan signifikan atau pembatalan atas rencana tersebut (PSAK 58.10)
Seluruh kriteria tersebut harus terpenuhi agar aset dapat diklasifikasikan sebagai aset tdk lancar
yang dimiliki untuk dijual.
Tetapi, mungkin Trans tidak dapat menyelesaikan penjualan aset dalam 1 tahun (kriteria 3 di
atas) mungkin karena Trans sedang membangun pusat perbelanjaan baru sehingga bangunan
yang akan dijual masih tetap digunakan atau karena kondisi pasar yang kurang kondusif
sehingga bangunan memerlukan waktu lebih lama untuk terjual. Lalu, apakah bangunan tsb tetap
dapat diklasifikasikan sbg dimiliki untuk dijual?
PSAK 58 memberikan panduan implementasi untuk membantu kita menerapkan kriteria-kriteria
dalam paragraf 9 dan 10.
Dalam pedoman ilustrasi, contoh 1 terdapat panduan bilamana entitas menunda penjualan aset
hingga entitas menyelesaikan konstruksi bangunan baru. Penundaan waktu pengalihan gedung
yang ditentukan oleh entitas (sebagai penjual) menunjukan bahwa gedung tidak tersedia untuk
segera dijual. Sehingga bangunan tidak diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual.

PENDAPATAN LABA RUGI BERSIH


Laporan laba rugi (Inggris:Income Statement atau Profit and Loss Statement) adalah
bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi
yang menjabarkan unsur-unsur pendapatan dan beban perusahaan sehingga menghasilkan suatu
laba (atau rugi) bersih.(wikipedia.org).
Laporan laba rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatan-pendapatan dan
biaya-biaya dari suatu unit usaha untuk suatu periode tertentu. Selisih antara pendapatanpendapatan dengan biaya merupakan laba yang diperoleh atau rugi yang diderita oleh
perusahaan. Laporan laba rugi yang kadang-kadang disebut laporan penghasilan atau laporan
pendapatan dan biaya merupakan laporan yang menunjukkan kemajuan keuangan perusahaan.
Peran dari laporan laba rugi adalah sebagai sebagai alat untuk mengetahui kemajuan
yang dicapai perusahaan serta mengetahui berapakah hasil bersih atau laba yang didapat dalam
suatu periode.
Dalam laporan rugi laba terdapat beberapa istilah yang sering digunakan. Istilahistilah tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan (Revenue)
Adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan utangnya, bisa
merupakan kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau
produksi barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan.
2. Biaya (Expense)
Adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang, bisa merupakan
kombinasi keduanya selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan perusahaan.
3. Penghasilan (Income)
Adalah selisih penghasilan-penghasilan sesudah dikurangi biayabiaya. Bila pendapatan lebih
kecil daripada biaya, selisihnya sering disebut rugi.
4. laba (profit)
Adalah kenaikan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali kenaikan
modal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik, seperti pada laba yang timbul dari penjualan
aktiva tetap.
5. Rugi (Loss)
Adalah penurunan modal atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi utama perusahaan dan
transaksi sampingan dari suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu kecuali yang timbul
dari biaya atau distribusi pada pemilik, seperti pada rugi penjualan surat berharga.
6. Harga Perolehan (Cost)
Adalah jumlah uang yang dikeluarkan atau utang yang timbul untuk memperoleh barang atau
jasa. Jumlah ini pada saat terjadinya transaksi akan dicatat sebagai aktiva, seperti pada
pembelian mesin, dan pembayaran uang muka sewa. Dalam akuntansi biaya harga perolehan
juga dapat berarti harga pokok atau biaya produksi yang dikeluarkan untuk membuat barang
Bentuk Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi dapat disusun dalam dua model sebagai berikut:
1. Bertahap (Multiple Step)
Bentuk multiple step adalah bentuk laporan laba rugi di mana dilakukan beberapa
pengelompokkan terhadap pendapatanpendapatan dan biaya-biaya yang disusun dalam uruturutan tertentu sehingga bisa dihitung penghasilan-penghasilan sebagai berikut:
Laba bruto, yaitu hasil penjualan dikurangi harga pokok penjualan.
Penghasilan usaha bersih, yaitu laba bruto dikurangi biaya-biaya usaha.
Penghasilan bersih sebelum pajak, yaitu penghasilan usaha bersih ditambah dan
dikurangi dengan pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya di luar usaha.
Penghasilan bersih sesudah pajak, yaitu penghasilan bersih sebelum pajak dikurangi
pajak penghasilan.
Penghasilan bersih dari elemen-elemen luar biasa, yaitu penghasilan bersih sesudah pajak
ditambah dan/atau dikurangi dengan elemen-elemen yang tidak biasa sesudah
diperhitungkan pajak penghasilan untuk pos luar biasa.
2. Single Step
Dalam bentuk ini tidak dilakukan pengelompokkan pendapatan dan biaya ke dalam kelompokkelompok usaha dan di luar usaha, tetapi hanya dipisahkan antara:
Pendapatan-pendapatan dan laba-laba
Biaya-biaya dan kerugian-kerugian.
Unsur-unsur laporan laporan laba rugi biasanya terdiri dari:
Pendapatan dari penjualan
Dikurangi Beban pokok penjualan
Laba/rugi kotor
Dikurangi Beban usaha
Laba/rugi usaha
Ditambah atau dikurangi Penghaslan/beban lain
Laba/rugi sebelum pajak
Dikurangi Beban pajak
Laba/rugi bersih

KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh manajemen
dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan
secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk
pembuatan laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan
dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan
atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang
paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk
keadaan keuangan dan hasil operasi.
B. Tujuan Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi dibuat untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:
1. relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan
2. dapat diandalkan, dengan pengertian: mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi
keuangan organisasi; menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya; netral yaitu bebas dari berpihakan; mencerminkan kehatihatian; dan mencakup semua hal yang material.
C.

Sifat Dasar Informasi Akutansi


Ciri-ciri dasar informasi akuntansi adalah informasi itu tersedia untuk umum dengan

sedikit biaya/tidak sama sekali, biaya publikasi dan produksinya ditanggung perusahaan.
Beberapa teori akuntansi dapat berfokus pada masalah khusus, seperti preferensi manajemen,
akuntan, perorangan, atau pasar, atau kelompok lain. Tetapi, kebijakan akuntansi nasional harus
mempertimbangkan kesejahteraan sosial yang lebih luas.

D.

Keseragaman Dan Keterbandingan


Keseragaman (uniformity) sering dianggap untuk kepentingan sendiri. Tujuan yang

sebenarnya haruslah keterbandingan (komparabilitas). Dalam hal tidak terdapat bukti satu
prosedur lebih baik daripada prosedur lain, perbedaan prosedur yang digunakan oleh berbagai
perusahaan dalam suatu industri diperkenankan hanya bila kondisi dalam beberapa perusahaan
tidak sama. Karena tidak mungkin mengantisipasi semua konsekuensi ekonomi, ada baiknya
perusahaan diperkenankan membuat beberapa pilihan selama para investor dan kreditor tidak
dirugikan dari tindakan itu. Akibatnya, disarankan kebijakan akuntansi harus berdasarkan
pertimbangan teknis sehingga tidak berat sebelah terhadap pihak-pihak berkepentingan.
E.

Pertimbangan Kebijakan Akuntansi


Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan

penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:


1. Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam
penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia
atau disembunyikan.
2. Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan
hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau
kejadian.
3. Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang
mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.
Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi
yang berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara maupun
antar negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar
laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu
pemakai laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah

digunakan untuk suatu komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan
lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.
F. Kebijakan Akutansi Bagi Pemakai Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengandung informasi bagi pemakai yang berbeda-beda, seperti
pemegang saham, kreditur dan karyawan. Pemakai penting lain meliputi pemasok, pelanggan,
organisasi perdagangan, analis keuangan, calon investor, penjamin, ahli statistik, ahli ekonomi,
petugas pajak dan pihak yang berwenang membuat peraturan.
G. Kebijakan Akuntansi
1. Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan dan
Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (sekarang Bapepam dan LK)
Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan
(historical cost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain,
sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut, antara lain
persediaan yang dinyatakan sebesar nilai uang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai
realisasi bersih (the lower of cost or net realizable value). Laporan keuangan konsolidasi ini
disusun dengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.
Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung dengan
mengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi adalah
mata uang Rupiah (Rp).
2. Prinsip Konsolidasi
Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak
perusahaan yang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50 %, baik langsung
maupun tidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan

keuangan dan operasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak
perusahaan

tersebut.

Sebuah

anak

perusahaan

tidak

dikonsolidasikan

apabila

sifat

pengendaliannya adalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan
akan dijual kembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang
mempengaruhi kemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.
Saldo atas transaksi termasuk keuntungan atau kerugian yang belu direalisasi atas
transaksi antar perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha
Perusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.
Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang
sama untuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama. Apabila anak perusahaan
menggunakan kebijakan akuntansi yang berbeda dari kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
laporan keuangan konsolidasi, maka dilakukan penyesuaian yang diperlukan terhadap laporan
keuangan anak perusahaan tersebut.
Hak minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan dinyatakan sebesar proporsi
pemegang saham minoritas atas laba bersih dan ekuitas anak perusahaan tersebut sesuai dengan
presentase kepemilikan pemegang saham minoritas pada anak perusahaan tersebut.
Kerugian yang menjadi bagian pemegang saham minoritas pada suatu anak perusahaan
dapat melebihi bagiannya dalam modal disetor. Kelebihan tersebut dan kerugian lebih lanjut
yang menjadi bagian pemegang saham minoritas, harus dibebankan kepada pemegang saham
mayoritas, kecuali terdapat kewajiban yang mengikat pemegang saham minoritas untuk
menutupi kerugian tersebut dan pemegang saham minoritas mampu memenuhi kewajibannya.
Apabila pada periode selanjutnya, anak perusahaan melaporkan laba, maka laba tersebut harus
terlebih dahulu dialokasikan kepada pemegang saham mayoritas sampai seluruh bagian kerugian
pemegang saham minoritas yang dibebankan pada pemegang saham mayoritas dapat ditutup.

KEWAJIBAN KONTINJENSI
Kewajiban kontinjensi adalah:
a) kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu, dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa depan yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah; atau
b) kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui
karena:
(i) tidak terdapat kemungkinan besar (not probable ) pemerintah mengeluarkan sumber daya
yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikan kewajibannya; atau
(ii) jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.
Keuntungan kontinjensi
Keuntungan kontinjensi (gain contingencies) adalah klaim atau hak untuk menerima
aktiva (atau memiliki kewajiban yang menurun) yang keberadaannya tidak pasti tetapi pada
akhirnya akan menjadi sah. Jenis keuntungan kontoinjensi yang khas adalah :
1.

Penerimaan yang mungkin atas uang dari hadia, sumbangan, bonus, dan lain sebagainya.

2.

Kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas kelebihan pajak

3.

Penundaan kasus pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan

4.

Kerugian pajak yang dikompensasi ke depan

Kerugian Kontinjensi
Kerugian kontingensi (loss contiengencies) adalah situasi yang melibatkan ketidakpastian
atas kemungkinan terjadinya kerugian. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian
kontinjensi menurut defenisinya disebut sebagai kewajiban kontinjen. Kewajiban kontijen
(contiegencies liabilities) adalah kewajiban yang bergantung pada terjadinya atau tidak
terjadinya satu atau lebih kejadian di masa depan untuk mengkonfirmasi jumlah hutang, pihak
yang dibayar, tangal pembayaran, atau keberadaannya.

Apabila terdapat kerugian kontinjensi, maka kemungkinan bahwa kejadian di masa depan akan
menguatkan terjadinya kewajiban dapat berkisar dari sangat mungkin hingga kurang mungkin.
Pengakuan
Banyak peristiwa masa lalu yang dapat menimbulkan kewajiban kini. Walaupun
demikian, dalam beberapa peristiwa yang jarang terjadi, misalnya dalam tuntutan hukum, dapat
timbul perbedaan pendapat mengenai apakah peristiwa tertentu sudah terjadi atau apakah
peristiwa tersebut menimbulkan kewajiban kini. Jika demikian halnya, perusahaan menentukan
apakah kewajiban kini telah ada pada tanggal neraca dengan mempertimbangkan semua bukti
yang tersedia, termasuk misalnya pendapat ahli. Bukti yang dipertimbangkan mencakup, antara
lain, bukti tambahan yang diperoleh dari peristiwa setelah tanggal neraca. Atas dasar bukti
tersebut, apabila besar kemungkinan bahwa kewajiban kini belum ada pada tanggal neraca,
pemerintah mengungkapkan adanya kewajiban kontingensi. Pengungkapan tidak diperlukan jika
kemungkinan arus keluar sumber daya kecil. Kewajiban kontingensi dapat berkembang ke arah
yang tidak diperkirakan semula. Oleh karena itu, kewajiban kontingensi harus terus-menerus
dikaji ulang untuk menentukan apakah tingkat kemungkinan arus keluar sumber daya bertambah
besar(probable ). Apabila kemungkinan itu terjadi, maka manajemen akan mengakui kewajiban
diestimasi dalam laporan keuangan periode saat perubahan tingkat kemungkinan tersebut terjadi,
kecuali nilainya tidak dapat diestimasikan secara andal. Pengukuran Besaran kewajiban
kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan pertimbangan profesional oleh
pihak yang berkompeten. Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban kontingensi tidak disajikan
pada neraca , namun demikian perusahaan harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada
Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.
Pengukuran
Besaran kewajiban kontingensi tidak dapat diukur secara eksak. Untuk itu diperlukan
pertimbangan profesional oleh pihak yang berkompeten

Penyajian Dan Pengungkapan


Kewajiban

kontingensi

tidak

disajikan

pada

neraca,

namun

demikian

harus

mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis
kewajiban kontingensi pada tanggal neraca
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
1. karakteristik kewajiban kontingensi;
2. estimasi dari dampak finansial yang diukur;
3. indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu aruskeluar sumber
daya;
4. kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga

AKUNTANSI EKUITAS
EKUITAS
Istilah ekuitas berasal dari kata equity atau equity of ownership yang berarti kekayaan
bersih perusahaan. Secara sederhana, ia diformulasikan sebagai total aktiva dikurangi total
pasiva. Ekuitas merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan
tersebut.pada dasarnya ekuitas berasal dari investasi pemilik dan hasil usaha perusahaan. Ekuitas
akan berkurang terutama dengan adanya penarikan kembali penyertaan oleh pemilik, pembagian
keuntungan atau karena kerugian.
Komponen Ekuitas Pemegang Saham
Ekuitas pemilik tercermin dalam neraca terdiri dari:
1.

Modal disetor, yaitu jumlah setoran pemilik ke perusahaan sebesar nilainominal saham.

Setoran ini akan dilaporkan dalam bentuk modal saham.


2.

Tambahan modal disetor, yaitu selisih jumlah setoran yang melebihi nilai nominal saham.

Kelebihan jumlah setoran ini bisa juga disebut denganagio saham.


3.

laba ditahan yaitu akumulasi perolehan laba (rugi) sejak perusahaanberdiri sampai dengan

periode terakhir.
Ekuitas pemegang saham mencerminkan kepentingan pemilik atau pemegang saham pada
perusahaan bisnis yang merupakan kepentingan residu(residual interest ) jumlah ekuitas
pemegang saham setiap periode merupakan kumulatif dari kontribusi bersih pemegang saham
ditambah (dikurangi) laba ditahan atau rugi perusahaan. Dengan demikian dua sumber utama
perubahan ekuitas adalah:
1.
2.

Kontribusi pemegang saham (modal disetor) dan


Laba(penghasilan) yang ditahan oleh perusahaan. Dua komponen ini harus dihitungdan

dilaporkan oleh setiap perusahaan pada setiap akhir periode.ilustrasi 11.1 pada halaman berikut
menunjukkan sumber ekuitas danperubahannya yang biasanya ada di perusahaan.
Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan
Pembedaan antara dua komponen ekuitas pemegang saham merupakan hal yang sangat penting.
Dari segi administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indikator daya melaba sehingga laba

ditahan harus dipisahkan dengan modal setoran meskipin jumlah akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan juga penting secara yuridis karena modal
setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk menunjukkan perlindungan
pada pihak lain, sedangkan laba ditahan adalah jumlah rupiah yang secara yuridis dapat
digunakan untuk pembagian deviden.
BENTUK PERUSAHAAN
Terdapat beberapa bentuk perusahaan yaitu perusahaan perorangan, persekutuan dan perseroan
terbatas serta koperasi. Walaupun secara hukum perusahaan perseorangan tidak diakui sebagai
entitas yang terpisah dengan pemiliknya, namun menurut pandangan akuntansi perusahaan
perorangan terpisah dari pemiliknya. Perseroan terbatas menurut pandangan hukum merupakan
entitas yang dapat melakukan kegiatan seperti manusia sehingga dapat dikatakan bahwa PT
merupakan entitas buatan (artificial entity). Pada bab ini pembahasan ditekankan pada perseroan
terbatas.
Karakteristik Perseroan Terbatas
Jika dilihat dari sudut pandang akuntansi, PT adalah suatu perusahaan yang kepemilikannya
diwujudkan dengan saham. Saham merupakan sertifikat yang dikeluarkan oleh perseroan.
Seseorang atau lembaga yang ikut serta menyerahkan sumber daya (harta) ke perseroan akan
diberikan saham. Mereka disebut pemegang saham.
Perseroan adalah bentuk perusahaan yang kepemilikannya terbagi atas sejumlah saham. Dengan
demikian pemilik dari usaha perseroan adalah lebih dari satu dengan jumlah kepemilikan
tercermin pada jumlah saham yang dipegangnya. Perseroan dapat diklasifikasikan dari segi
kepemilikannya sebagaiberikut
a)

Perseroan sektor masyarakat/publikperseroan jenis ini saham-sahamnya dimiliki oleh unit-

unit pemerintahatau operasi bisnis yang dimiliki unit-unit pemerintah.


b)
i.

perseroan sektor swasta


Bukan saham

Perseroan jenis ini adalah perseroan yang bersifat nirlaba dan tidak menerbitkan saham. Contoh
dari bentuk ini adalah yayasan gereja,yayasan sosial dan sekolah, dll.
ii.

Saham

Merupakan perseroan yang menerbitkan saham untuk menunjukkankepemilikan. Jadi perseroan


berbentuk saham, kepemilikan padaperusahaan tercermin dalam jumlah saham yang
dipegangnya. Jenisperseroan bentuk ini terbagi menjadi dua yaitu:

Perseroan tertutup (non-publik): yaitu perseroan yang sahamnya dipegang oleh beberapa

pemegang saham (mungkin satu keluarga)dan tidak tersedia untuk pembelian umum.b)

Perseroan terbuka (perusahaan publik ): perseroan yangkepemilikannya berbentuk saham dan

saham perseroan inidiperdagangkan pada suatu pasar yang disebut dengan pasar modal.pemilik
atau pemegang saham jenis perseroan bentuk ini bisaberubah-ubah setiap saat, tergantung
penjualan dan pembeliansaham di bursa efek.untuk perusahaan yang berbentuk perseroan,
Perlakuan Akuntansi Dan Pelaporan Saham
Jenis-jenis saham terdapat dua bentuk saham sebagai tanda hak milik pada perusahaan yaitu:

Saham biasa (common stock ) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak perseroan

secara umum dan pemegangnya menanggung risiko terbatasatas kerugian dan menerima manfaat
bila terjadi keuntungan. Saham ini tidak dijamin akan menerima dividen atau tidak dijamin atas
pembagian ase bila perusahaan dilikuidasi. Namun pemegang saham ini memiliki hak suara
terkait dengan penentuan kebijakan operasional perusahaan

Saham preferen (preferred stock) adalah saham dimana pemegangnya memiliki hak-hak

istimewa di perusahaan terutama berkaitan dengan pembagian dividen dan pembagian aset saat
perusahaan dilikuidasi. Pemegang saham preferen akan selalu mendapatkan dividen sebesar
prosentase tertentu (tercantum dalam lembar saham preferen) dari nilai pari atau nilai
nominalnya. Namun pemegang saham preferen ini tidak memiliki hak suara dalam hal penentuan
kebijakan operasi perusahaan.
Akuntansi Untuk Penerbitan Saham
a.

akuntansi penerbitan saham

untuk memperlihatkan informasi penerbitan saham pada nilaipari/nilai nominal, akun-akun


berikut harus dipertahankan untuk masing-masing saham sebagai berikut :
1.

Saham preferen atau saham biasa

Akun ini memperlihatkan jenis saham yang diterbitkan dengan nilai parinya.akun ini dikredit
ketika saham pertama kali diterbitkan, dan tidak adapenambahan ayat jurnal pada akun ini
kecuali ada penambahan sahamyang diterbitkan atau adanya penarikan saham.
2.

Tambahan modal disetor akun ini menunjukkan kelebihan modal disetor di atas nilai pari

saham.tambahan modal disetor ini meliputi agio saham atau disagio saham
b. Akuntansi penerbitan saham atas dasar pesanan
Dua perkiraan baru digunakan apabila saham dijual atas dasar pesanan,yaitu (1) saham biasa atau
preferen yang dipesan menunjukkan kewajibanperseroan untuk menerbitkan saham setelah
pembayaran akhir saldo pesananoleh mereka yang telah memesan saham, (2) piutang pesanan,
menunjukkan jumlah yang harus ditagih sebelum saham pesanan akan diterbitkan. kontroversial
terjadi sehubungan dengan penyajian piutang pesanan saham dineraca. Beberapa orang
mengemukakan bahwa piutang pesanan sebaiknya dilaporkan pada seksi aset lancar. Piutang
dagang muncul dari transaksi penjualan pada kegiatan bisnis seperti yang biasa sedangkan
piutang pesanan berhubungan dengan penerbitan saham sendiri dan merupakan kontribusi modal
yang belum dibayarkan kepada perseroan
Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Bukan PT
Akuntansi untuk ekuitas badan usaha bukan PT harus dilaporkan sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku untuk badan usaha tersebut dan standarakuntansi keuangan yang
berlaku khusus untuk industri yang bersangkutan,misalnya koperasi.
Akuntansi Ekuitas Untuk Badan Usaha Berbentuk PT
Modal saham meliputi saham preferen, saham biasa dan akun tambahan moda disetor . Pos
modal lainnya seperti modal yang berasal dari sumbangan dapat disajikan sebagai bagian dari
tambahan modal disetor.

Unsur penambahan modal disetor PT

Akun tambahan modal disetor terdiri dari berbagai macam unsur penambah modal, seperti; agio
saham, tambahan modal dari perolehan kembali saham dengan harga yang lebih rendah dari pada
jumlah yang diterima pada saat pengeluaran, tambahan modal dari penjualan saham yang
diperoleh kembali dengan harga di atas jumlah yang dibayarkan pada saat perolehannya,

tambahan modal dari perbedaan kurs modal disetor dan lain sebagainya . Akun tambahan modal
disetor tidak boleh didebit atau dikredit dengan pos laba/rugi usaha maupun laba/rugi luar biasa .

Pencatatan penambahan modal disetor PT

Penambahan modal disetor dicatat berdasarkan


a)
b)

Jumlah uang yang diterima.


Setoran saham dalam bentuk uang, sesuai transaksi nyata. Untuk jenissaham yang diatur

dalam bentuk rupiah dalam akta pendirian, setoransaham tunai dalam bentuk mata uang asing
dinilai dengan kurs berlakutanggal setoran.untuk jenis saham yang diatur dalam mata uang asing
dalam aktapendiriannya, setoran tunai baik rupiah atau mata uang asing lain harusdikonversi ke
mata uang asing dalam akta pendirian sesuai kurs resmi yangberlaku pada tanggal setoran,
kecuali akta pendirian atau keputusanpemerintah menentukan kurs tetap. Selisih kurs mata uang
asing yang timbulsehubungan dengan transaksi modal, harus dibukukan sebagai bagian
darimodal dalam akunselisih kurs atas modal disetordan bukan merupakanunsur laba rugi.
c)

besarnya tagihan yang timbul atau hutang yang dikonversi menjadi modal.

d)

Setoran saham dalam dividen saham dilakukan dengan harga wajar saham,yaitu harga pasar

tanggal transaksi untuk PT yang sahamnya terdaftar dibursa efek, atau nilai wajar yang
disepakati rapat umum pemegang sahamuntuk saham yang tidak ada harga pasarnya.
e)
f)

Nilai wajar aktiva bukan kas yang diterima.


Setoran saham dalam bentuk barang (inbreng), menggunakan nilai wajaraktiva bukan kas

yang diserahkan, yaitu nilaiappraisaltanggal transaksi yangdisetujui dewan komisaris untuk PT


yang sahamnya terdaftar di bursa efek,atau nilai kesepakatan dewan komisaris dan penyetor
bentuk barang.

Pencatatan pengurangan modal disetor PT

Pengurangan modal disetor lazimnya dicatat berdasarkan


a)

Jumlah uang yang dibayarkan; atau

b)

Besarnya hutang yang timbul; atau

c)

Nilai wajar aktiva bukan kas yang diserahkan.

Pengeluaran saham dicatat sebesar nilai nominal yang bersangkutan. Bila jumlahyang diterima
dari pengeluaran saham tersebut lebih besar dari pada nilainominalnya, selisih yang terjadi
dibukukan pada akun agio saham. Bila ketentuan hukum yang ada memungkinkan penarikan
kembali saham yangtelah dikeluarkan, maka pencatatan transaksi ini dilakukan dengan mendebet

akun modal saham dan mengkredit modal saham yang diperoleh kembali sebesar jumlahyang
dibukukan pada saat perolehan kembali saham yang bersangkutan. Saham yang dikeluarkan
sehubungan dengan penyertaan modal dalam bentukpenyerahan aktiva bukan kas atau pemberian
jasa umumnya dinilai sebesar nilaiwajar aktiva/jasa tersebut atau nilai wajar saham yang
bersangkutan, tergantungmana yang lebih jelas.

Penebusan/penarikan kembali modal saham PT

Perolehan kembali saham beredar dengan cost method


jika perusahaan memperoleh kembali saham yang telah dikeluarkan, selisihantara jumlah
yang dibayarkan pada saat perolehan kembali dengan jumlah yangditerima pada saat
pengeluaran saham tidak diakui sebagai laba atau rugiperusahaan. Perolehan kembali saham
yang telah dikeluarkan dapat dicatat denganmenggunakan cost atau par value method. Dengan
cost method, saham yangdiperoleh kembali dicatat sebesar harga perolehan kembali dan
disajikan sebagaipengurang atas jumlah modal. Saham yang dibeli kembali dicatat sesuai harga
perolehan kembali, disajikansebagai pengurang akun modal saham, untuk saham sejenis,
disajikan dalam jumlah lembar dan nilai nominal. Kemudian, selisih harga perolehan kembali
dengan nilai nominal disajikan sebagai pengurang atau penambah akun agio saham, disajikanper
jenis saham dan rupiah, dengan judul tambahan (pengurang) agio modal dariperolehan kembali
saham. Apabila agio saham menjadi defisit (disagio) karenatransaksi perolehan kembali, defisit
tersebut dibebankan pada saldo laba.
Perolehan kembali saham beredar dengan par value method
Metode nilai nominal ataupar value methodlazimnya digunakan dalam halsaham yang diperoleh
kembali tersebut akan dikeluarkan lagi dikemudian hari.dengan metode nilai nominal (par value
method), saham yang diperoleh kembalidicatat sebesar nilai nominal saham yang bersangkutan
dan disajikan sebagaipengurang aku nmodal saham. Apabila saham yang diperoleh kembali
tersebutsemula dikeluarkan dengan harga di atas pari, akun agio saham
Akan didebitdengan agio saham yang bersangkutan.dalam hal jumlah yang dibayarkan lebih
besar dari pada jumlah yang diterima padasaat pengeluarannya, selisih tersebut dibukukan
dengan mendebet akun saldo laba .sebaliknya bila jumlah yang dibayarkan lebih kecil, selisihnya
dianggap sebagaiunsur penambah modal dan dibukukan dengan mengkredit akun tambahan

modaldari perolehan kembali saham. Metode ini lazimnya digunakan bila perolehankembali
dilakukan dalam rangka penarikan saham.
Perolehan kembali saham sumbangan
saham yang diperoleh kembali dari sumbangan lazimnya dicatat sebesar jumlahyang diterima
ada saat pengeluarannya dengan mendebet akunmodal saham yang diperoleh kembali dan
mengkredit akun modal yang berasal dari sumbangan . Padasaat saham tersebut dijual kembali,
selisih antara jumlah yang tercatat denganharga jualnya ditambahkan pada akunmodal yang
berasal dari sumbangan.

Dividen PT

Bentuk pembagian dividen


kewajiban perusahaan untuk membagi dividen timbul pada saat deklarasi dividen, dan dengan
demikian

pada

saat

tersebut

saldo

laba

akan

dibebani

dengan

jumlah

dividen

termaksud.kewajiban yang timbul lazimnya disajikan dalam kelompok kewajiban lancar.


Biladividen dibagikan dalam bentuk aktiva bukan kas, maka saldo laba akan didebitsebesar nilai
wajar aktiva yang diserahkan. Dasar pencatatan untuk pembagiandividen dalam bentuk aktiva
bukan kas dan saham harus diungkapkan dalam catatanatas laporan keuangan.
Dividen saham
Pembagian dividen termasuk dividen saham berasal dari saldo laba. Pembagiandividen saham
adalah pembagian saldo laba kepada pemegang saham, yangdi nvestasikan kembali oleh mereka
dalam bentuk modal disetor. Pembagian dividensaham dicatat berdasarkan nilai wajar saham.
Termasuk dalam pengertian nilaiwajar adalah harga pasar saham PT yang sahamnya terdaftar di
bursa efek atauharga sesuai peraturan dalam akta pendirian PT yang sahamnya tidak terdaftar
dibursa efek, dengan syarat telah disetujui rapat umum pemegang saham serta tak bertentangan
dengan peraturan perundangan yang berlaku.
Konversi agio menjadi saham
Konversi agio menjadi saham digolongkan sebagai modal disetor sebesar nilainominal. Konversi
agio menjadi saham tak boleh digolongkan sebagai pembagian dividen.
Penyajian Dan Pengungkapan
1.

Penyajian modal

Penyajian modal dalam neraca harus dilakukan sesuai dengan ketentuan pada akta pendirian
perusahaan dan peraturan yang berlaku serta menggambarkanhubungan keuangan yang ada.
Modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor, nilai nominal danbanyaknya
saham untuk setiap jenis saham harus dinyatakan dalam neraca. Bila terdapat lebih dari satu jenis
saham, hak preferen dari suatu golongansaham atas dividen dan pelunasan modal pada saat
likuidasi harus dicantumkandalam laporan keuangan. Dalam hal terdapat tunggakan dividen atas
saham preferen dengan hak dividenkumulatif, jumlah tunggakan tiap saham dan jumlah
keseluruhan dividen periodesebelumnya harus diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.perubahan atas modal yang ditanam dalam tahun berjalan harus diungkapkandalam
catatan atas laporan keuangan.modal disajikan dalam neraca setelah kewajiban. Bentuk
penyajiannya sesuaiakta pendirian badan usaha tersebut, misalnya: saham adalah penyertaan
modaldalam kepemilikan perseroan terbatas.pada perusahaan yang terdaftar pada bursa efek,
saham dapat ditempatkandengan dasar pesanan. Dengan dasar ini saham hanya akan dikeluarkan
jikapemesan telah membayar penuh harga saham yang bersangkutan. Pesanan sahamdicatat
dengan mendebet akun piutang kepada pemesan saham dan mengkreditakun modal saham yang
dipesan. Akun modal saham yang dipesan disajikan dalamkelompok modal di bawah akun modal
saham. Akun piutang kepada pemesan saham sebesar sisa harga saham yang belumdilunasi
dalam transaksi semacam ini lazimnya disajikan dalam kelompok aktivalancar. Apabila piutang
ini tidak dimaksudkan untuk ditagih dalam waktu dekat, akunini dapat disajikan dalam kelompok
mengurangi akun modal saham yang dipesan. Pada saat harga saham sudah dibayar penuh, akun
modal saham yang dipesan akan didebit dan akun modal saham dikredit. Dalam hal pemesan
gagal melunasi sisa pembayarannya, maka tergantung pada kebijakan perusahaan dan
dilandaskan padaperaturan hukum yang berlaku, perusahaan dapat mengambil salah satu
tindakan dibawah ini:.
a)

Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan;b.

b)

Mengembalikan jumlah pembayaran yang telah dilakukan dikurangi dengan jumlah tertentu

c)

Jumlah pembayaran yang telah dilakukan diakui sebagai unsur penambahmodal dan

disajikan sebagai tambahan modal dari pembatalan penjualansaham;d.


d)

Mengeluarkan saham yang sebanding dengan jumlah pembayaran yang telahdilakukan.

PAJAK PENGHASILAN
Pengertian Pajak Penghasilan
Dalam Undang- undang Nomor 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada
negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undangundang, dengan tidak mendapatkan intreprestasi secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.
Sedangkan pengertian penghasilan dalam Undang- undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan adalahsetiap tambahan kemampuan ekonomisyang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia, yang dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama
dan dalam bentuk apapun. Namun dalam penerapannya tidak setiap penghasilan dapat dikenai
pajak penghasilan.
2.1.2 Objek Pajak Penghasilan
Objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk:
a.

Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau

diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun,
atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang- undang ini ;
b.

Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan ;

c.

Laba usaha

d.

Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk :

1.

Keuntungan karena pengaliahan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya

sebagai pengganti saham atau penyertaan modal

2.

Keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang

diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya


3.

Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau

pengambilalihan usaha atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apapun
4.

Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan dianggap

sebagai penghasilan bagi yang mengalihkan, kecuali harta tersebut dialihkan kepada keluarga
sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial, termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan
kecil yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak
ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak- pihak
yang bersangkutan
5.

Keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,

tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan penambangan
e.

Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan

pembayaran tambahan pengembalian pajak.


f.

Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang

g.

Dividen dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pemegang polis dari pembagian sisa hasil usaha koperasi.
h.

Royalti atau imbalan atas penggunaan hak

i.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

j.

Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala

k.

Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah


l.

Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

m.

Selisih lebih karena penilaian kembali aset

n.

Premi asuransi

o.

Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari atas

Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas


p.

Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak

q.

Penghasilan dari usaha syariah

r.

Imbalan bungasebagaimana dimaksud dalam Undang- undang yang mengatur mengenai

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


s.

Surplus Bank Indonesia

2.1.3 Penghasilan yang dikenai pajak yang sifatnya Final


Dalam pasal 4 ayat (2) Undang- undang tentang Pajak Penghasilan bahwa penghasilan yang
dikenai pajak yang sifatnya final adalah
a.

Penghasilan berupa bunga deposito dan tabunagan lainnya, bunga obligasi dan surat

utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi
orang pribadi.
b.

Penghasilan berupa hadiah undian

c.

Penghasilan dari transaksi saham sekuritas lainnya, transaksi dervatif yang

diperdagangkan dibursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada
perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
d.

Penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/ bangunan, usaha jasa

konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan
e. Penghasilan tertentu lainnya.
2.1.4 Bukan Objek Pajak Penghasilan
Yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan adalah :

a. 1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga
amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat
yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterma oleh lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah
dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang
pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atas
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ;
Sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara
pihak- pihak yang bersangkutan.
b. Warisan
c. Harta termasuk setoran tunai Yang diterima oleh badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1)huruf b sebagai pengganti penyertaan modal ;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/ atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau pemerintah diberikan
oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang
menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
15 ;
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
f. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang
didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan, dan

2. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan baik yang dibayar oleh pemberi kerja atau pegawai
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud huruf g,
dalam bidang- bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggotadari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif.
j. Dihapus
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan
syarat badan pasangan tersebut :
1. Merupakan perusahaan mikro kecil, menegah, atau yang menjalankan kegiatan dalam sektorsektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
l. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuaannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
m. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dibidang
pendidikan dan/ atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi
yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/ atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

n. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai