EVALUASI TERHADAP
PENYEDIAAN RUANG TERBUKA
HIJAU (RTH) DI KAWASAN KOTA
MALANG
Dediarta B. 3607100038
ABSTRAK
Dalam perkembangan kota Malang, pengaruh dari proses pembangunan yang
dilakukan telah mengubah kondisi dan suasana kota, dimana elemen-elemen
struktur kota yang dibentuk tidak lagi sesuai dengan struktur alam kota Malang
khususnya dalam tinjauan fungsionalnya. Ditambah lagi dengan beragam
fenomena tentang keinginan dan kebutuhan dari masyarakatnya yang semakin
memudarkan citra keberhasilan dan keindahan kota Malang. Hal tersebut dapat
dicermati dengan adanya penggunaan lahan di Kota Malang yang lebih
mengutamakan pembangunan fisik dan banyak menutup permukaan tanah
dengan perkerasan serta menggusur lahan terbuka hijau.
Oleh sebab itu, tulisan ini disusun dengan tujuan untuk meninjau dan
mengevaluasi penyediaan sarana dan prasarana ruang terbuka hijau (RTH) yang
telah direncanakan dan dilaksanakan di Kota Malang. Analisis data yang
dilakukan dalam tulisan ini adalah analisis deskriptif dan komparatif. Sebagai
batasan, identifikasi dan observasi lapangan terhadap obyek RTH yaitu mencakup
kelengkapan RTH Kota Malang yang telah tersedia, manajemen distribusinya,
pelaksanaan dan pemeliharaan, kelebihan dan kekurang, potensi yang ada, serta
kendala yang dihadapi dalam penyedian RTH Kota Malang tersebut.
2
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
PENDAHULAN
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah khususnya di Kota Malang dilatar
belakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penyediaan
infrastruktur, pertumbuhan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
dinamika kegiatan ekonomi, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi-
transportasi dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan
terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik
maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Perubahan
tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan
yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Oleh sebab itu
tulisan ini difokuskan pada tinjauan dan evaluasi terhadap penyediaan
infrastruktur Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada kawasan di Kota Malang yang
nantinya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca.
Harus ada yang menjadi korban dari dampak kegiatan tersebut. Tak terkecuali
Ruang Terbuka Hijau. Meningkatnya taraf perekonomian masyarakat
mengakibatkan meningkat pula daya beli dan konsumtif dalam masyarakat itu
sendiri. Dampak dari peningkatan hal tersebut adalah perombakan secara besar-
besaran RTH yang ada menjadi Ruang Terbuka Beton, yang notabene lebih
menguntungkan daripada tanah di biarkan kosong dan tidak di manfaatkan secara
ekonomi. Terpusatnya perekonomian menyebabkan pergeseran fungsi lahan
yang dulunya digunakan untuk RTH sekarang digunakan untuk RTB dalam skala
3
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
besar. Aplikasi nyata dari RTB ini dapat dilihat dengan semakin maraknya RUKO-
RUKO yang berjejer rapi di pinggir-pinggir jalan protokol di wilayah Malang. Selain
ruko, juga dapat dilihat banyak dibangunnya Perumahan-perumahan mewah yang
menempati beberapa areal RTH dalam kota itu sendiri.
Pembangunan dalam skala yang besar yang di lakukan di kota malang tersebut,
mempengaruhi nilai ekologis Kota Malang itu sendiri. Dampak yang nampak
adalah berkurangnya RTH sebagai paru-paru kota. Yang mana tingkat polusi
semakin tinggi karena merupakan pusat perekonomian, menyebabkan semakin
tingginya kadar CO dalam udara, yang disebabkan karena berkurangnya RTH
yang berfungsi sebagai sirkulasi penyaring udara. RTH yang semakin berkurang
menyebabkan jumlah resapan tanah juga semakin kecil. Perkerasan-perkerasan
yang dibangun untuk menutupi tanah tidak dibangun dengan sirkulasi drainase
yang baik sehingga sering terjadi genangan air kotor ketika terjadi hujan dimana-
mana. Selain RTH, pembangunan gedung-gedung di kota Malang memberikan
efek peningkatan suhu dalam skala mikro. Pantulan sinar matahari yang jatuh ke
bumi mengenai permukaan dari bangunan di kota malang dan hampir 80%
cahaya yang mengenai perkerasan di pantulkan kembali ke udara. Pantulan-
pantulan cahaya tersebut ada yang kembali ke angkasa dan ada yang memantul
ke bangunan yang lain, sehingga menyebabkan terjadinya perulangan pantulan
dalam sebuah ruang. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu dalam lingkungan
tersebut yang tak lain lagi adalah penyebab global warming.
Gejala-gejala itu cenderung terus meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang
akan terjadi seandainya masalah itu diabaikan. Berbagai kebutuhan
masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan
4
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
5
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
PEMBAHASAN
Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang
direncanakan dengan memperhatikan ruang terbuka hijau yang menyatu dengan
alam pegunungan disekitar kota, perencanaan ruang terbuka hijau ini didukung
oleh aneka ragam tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk
sepanjang tahun. Salah satu ciri khas penataan ruang Kota Malang adalah
keberadaan ruang terbuka/taman kota, dimulai dari perencanaan Thomas Karsten
(1933); tata taman/ruang terbuka yang representatif di Jln.Trunojoyo,
Kertanegara, Tugu, Gajahmada, Merbabu, Ijen, dan Jl. Suropati. Disamping
sebagai ruang terbuka untuk mendukung keberadaan bangunan pemerintahan,
taman-taman tersebut diperuntukkan bagi kepentingan orang-orang Belanda yang
tinggal di daerah perumahan elit Jalan Ijen dan sekitarnya. Kawasan pusat
pemerintahan dan kawasan perumahan tersebut, sampai sekarang tetap
dipertahankan sebagai kawasan yang dilestarikan karena dapat menjadi salah
satu monumen sejarah awal berdirinya Kota Malang.
Perencanaan RTH kota harus dapat memenuhi kebutuhan warga kota dengan
berbagai aktivitasnya. Kepmen PU No. 387 tahun 1987, menetapkan kebutuhan
2
RTH kota yang dibagi atas: fasilitas hijau umum 2,3 m /jiwa, sedang untuk
2
penyangga lingkungan kota (ruang hijau) 15 m /jiwa.
Dengan demikian, secara menyeluruh kebutuhan akan RTH kota adalah sekitar
2
17,3 m /jiwa. RTH tersebut harus dapat memenuhi fungsi kawasan penyeimbang,
konservasi ekosistem dan pencipta iklim mikro (ekologis), sarana rekreasi,
6
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Untuk itu, kelengkapan sarana infrastruktur kota (RTH) di suatu kota sangat
mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan kota itu sendiri. Namun, melihat
kondisi yang sebenarnya di lapangan, menunjukkan bahwa secara umum jumlah
ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air di Kota Malang terus
berkurang dari tahun ke tahun. Dari luas lahan 110,6 km2 saat ini menurut WALHI
hanya tersisa 2-3,5 persennya saja. Padahal idealnya jumlah RTH sebesar 30-40
persen dari luas kota. Selain itu, RTH dapat dikelompokan melalui jenis-jenis RTH
pada perkotaan yang kemudian dapat diketahui fungsi dan tujuan dari
pembangunan RTH itu sendiri.
7
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
8
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
9
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Taman Kota
Alun-Alun
Kota Malang terkenal dengan dua alun-
alunnya yaitu Alun-alun Merdeka (yang
berada di pusat kota) dan Alun-alun Tugu
(yang berada di depan gedung
Pemerintahan Kota Malang. Fasilitas
seperti kantor informasi wisata, WC umum, (a)
Kota Malang akan dimulai setelah bulan Gambar 1. Alun-alun Kota Malang (a. Alun-alun
Merdeka; b. Alun-alun Tugu), RTH dalam
Ramadhan ini. Alun-Alun Junction ini
bentuk taman kota
merupakan sebuah tempat perbelanjaan Sumber: Survey primer
yang berada dibawah tanah. Tepat di bawah
lokasi Alun-Alun Merdeka. Dalam rencananya juga, fasilitas komersial ini akan
dibuat seindah dan semenarik mungkin serta dengan tingkat keamanan yang
maksimal. Desainnya tidak kalah dengan bangunan-bangunan bawah tanah luar
negeri.
Selain akan dirancang ruang yang nyaman dan memiliki prospek wisata,
bangunan bawah tanah ini juga kan menyiapkan tempat parkir dibawah tanah
yang bisa menampung ribuan kendaraan roda dua maupun roda empat, dalam
rangka mengurangi konsentrasi kepadatan di Alun-Alun Merdeka. Pintu masuk
dibangun dengan konsep seperti terowongan yang akses masuknya minimal di
empat ruas jalan.
AAJ ini memiliki beberapa manfaat bagi masyarakat dan Kota Malang. Pertama,
memiliki fasilitas komersial yang menarik dan bisa secara signifikan meningkatkan
citra Kota Malang sebagai Kota Belanja alternatif yang indah. Setiap orang yang
10
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
datang di Kota Malang, pasti akan tambah berkesan dan kemungkinan suatu
waktu ia akan datang lagi. Keberadaan Alun-Alun Junction ini menambah daya
tarik wisata Kota Malang. Kedua, pembangunan pusat belanja bawah tanah ini
akan bisa menampung banyak tenaga kerja yang nantinya kita utamakan yang
dari Malang. Pengangguran menjadi problem bangsa kita saat ini. Apalagi pasca
naiknya harga BBM. Setiap ada sarana yang dibangun di Kota Malang, pasti akan
bisa mengurangi jumlah pengangguran. Ketiga, dengan adanya tempat parkir
bawah tanah, maka tidak akan mengganggu arus lalu lintas di atasnya. Ini juga
sebenarnya solusi, bagaimana kita memaksimalkan ruang bawah tanah untuk
menunjang kegiatan hidup masyarakat. Optimalisasi penggunaan ruang bawah
tanah untuk kegiatan ekonomi merupakan salah satu jawaban dari semakin
padatnya kota oleh peningkatan jumlah penduduk.
Sarana olahraga: jogging track, kolam renang, dan areal senam bersama
Sarana pendidikan: tanaman (flora) dan taman mini satwa (fauna)
Sarana belanja: stand produk unggulan, stand gasebo (makanan khas Malang)
Sarana tempat bermain anak
11
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Gambar 3 adalah salah satu contoh sungai (Kali Brantas) di Kota Malang yang
mengalami pergeseran fungsi. Lahan tersebut seharusnya merupakan RTH yang
lebarnya telah diatur sesuai ketentuan garis sempadan sungai. Berdasarkan
Perda Propinsi Jatim no.11 tahun 1991 tentang kawasan lindung, penataan garis
sempadan sungai adalah:
12
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Stadion Gajayana
Pada awalnya di tahun 20-30-an dirancang
dengan berbagai fasilitas antara lain sebuah
stadion, lapangan hocky, lapangan sepak bola
dua buah, sembilan lapangan tenis, club house
dan kolam renang. Kompleks taman olahraga
ini juga merupakan kelanjutan dari
perkembangan Kota Malang ke arah Timur dan
Barat.
Pada bagian barat termasuk kompleks ini akan Gambar 4. Stadion Gajayana Malang
Sumber: Survey primer
mempunyai pemandangan yang indah ke arah
pegunungan. Oleh karena itu konsepsi ini
terlihat pula pada perencanaan daerah Kolam Renang yang akan memperlihatkan
keindahan panorama pegunungan tersebut.
13
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Hutan kota Malabar yang terletak dijalan Malabar, ke arah timur gereja Ijen ini
merupakan kawasan tangkapan air yang ditengahnya terdapat kolam air dan
konon menjadi sumber untuk mengairi taman-taman kota. Menelusuri kawasan
hutan seluas 16.718 m2 ini seolah memasuki rimba belantara ditengah kota.
Berjalan disisi luar kawasan hutan yang menjadi tempat bersandar sebagian tuna
wisma kota malang ini menawarkan hawa sejuk murni yang belakangan makin
langka ditemui dikawasan perkotaan. Terlebih bila menjejakkan kaki didalamnya,
kicauan beberapa jenis burung yang bersembunyi dibalik canopy pepohonannya
seolah menjadi alunan musik yang mampu mengusir penat akan rutinitas.
Di Kota Malang, sebagian besar jalan raya telah memiliki jalur hijau. Bentuk jalur
hijau di Kota Malang ini memiliki berbagai macam variasi, diantaranya:
Taman-taman kota yang hampir sebagian besar berbentuk oval dan bulat ini
dihadirkan pada setiap sudut-sudut jalannya. Monumen-monumen yang berada di
beberapa tamannya ini seolah menjadi saksi sejarah terbentuknya kawasan yang
masih menyisakan arsitektur bergaya kolonial hampir disetiap bangunan
rumahnya. Beberapa taman peninggalan belanda seperti Tjeremeplein (taman
Cerme) di jalan Cerme, Oengaranpark (taman ungaran) dijalan ungaran, Taman
15
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Kunir dijalan Kunir ini dirawat dan dilestarikan warga setempat dengan
menanaminya dengan beraneka pepohonan.
Ruang terbuka hijau publik yang digunakan untuk kepentingan masyarakat secara
umum berupa taman, jalur hijau dan zona konservasi yang di kelola oleh
Pemerintah daerah kota malang.
Ruang terbuka hijau private berupa taman/kebun yang berada di rumah
/perkantoran yang di kelola oleh masyarakat / swasta.
16
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Pedoman pengelolaan RTH di Kota Malang mengacu pada beberapa kebijakan tata
ruang dan perundangan-undangan/peraturan ditingkat nasional dan kabupaten/kota.
• Kebutuhan RTH menurut UUPR 26 tahun 2007 adalah minimum 30% dari luas
wilayah kota
• Taman Lingkungan untuk setiap 250 jiwa
• Taman kecamatan untuk setiap 120.000 jiwa
• Taman kota untuk setiap 480.000 jiwa
• Pemakaman untuk setiap 120.000 jiwa
17
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Sebagai hasil akhir kebutuhan ruang terbuka kota adalah perhitungan jumlah dari
rata-rata kebutuhan dengan pendekatan jumlah penduduk dan pendekatan luasan
area terbangun, ditambah kebutuhan luasan hutan kota.
18
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Luas Taman
Jalur Hijau Taman Kota Lain- Lain Total
Kawasan Lingkungan
1. Klojen 883,00 20.635 259.715 63.180 98.455 44.985
Melihat data yang disajikan dalam Tabel 3 tersebut, saat ini hutan kota dan ruang
terbuka hijau (RTH) di Kota Malangterus berkurang. Penyebabnya karena
tergusur permukiman, perkantoran, pertokoan dan pusat perbelanjaan (mall).
Kenyataan ini sangat dilematis bagi kehidupan kota yang cenderung berkembang
sementara kualitas lingkungan mengalami degradasi/kemerosotan yang semakin
memprihatinkan. Ruang terbuka hijau yang notabene diakui merupakan alternatif
terbaik bagi upaya recovery fungsi ekologi kota yang hilang, harusnya menjadi
perhatian seluruh pelaku pembangunan yang dapat dilakukan melalui gerakan
sadar lingkungan, mulai dari level komunitas pekarangan hingga komunitas pada
level kota.
19
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
PELAKSANAAN DAN
PEMELIHARAAN RTH KOTA
MALANG
RTH merupakan kebutuhan pokok kota, demi manfaat masa kini dan harapan
untuk masa depan lingkungan kota yang manusiawi untuk kesehatan dan
kesejahteraan penghuninya. Perencanaan pertamanan perkotaan (urban
landscape planning) adalah bagian perencanaan lahan yang dinamis dalam tata
ruang kota. Merencana kota pada hakekatnya ialah mengatur tempat untuk
semuanya dan semua pada tempatnya. Untuk itu, demi kelangsungan hidup
diperkotaan, RTH memerlukan pemeliharaan dan pelestarian.
Pelaksanaan pembangunan RTH Kota Malang dilakukan sendiri oleh unit instansi
pemerintah daerah yang ditunjuk sebagai pengelola RTH, berdasar tugas pokok
dan fungsi serta bentuk dan kriteria unit tersebut, atau, mungkin karena ada
berbagai keterbatasan, mungkin pula untuk dikontrakkan sebagian atau seluruh
pekerjaannya kepada pihak lain yang tentu harus bisa mengelola secara
bertanggung jawab sampai dengan monitoring dan evaluasinya.
Selaras dengan semangat otonomi daerah yang berdasar azas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas perbantuan, maka Organisasi Pengelolaan dan
Pengembangan RTH Kota Malang dapat disusun sebagai berikut:
Penanggungjawab:
Kepala Wilayah (Bupati / Walikota).
Perencana & Pengendali:
Bappeda / Bapedalda / BLH / Unit PLH.
Pelaksana:
Dinas-dinas Tata Kota, Pertamanan, Pemakaman, Pertanian, Kehutanan, dan
pemilik lahan (individu/swasta).
20
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
21
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
22
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
23
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
24
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Dalam hal ini, RTH Kota Malang memiliki kekurangan dalam pengembangannya,
antara lain:
25
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Hal ini disebabkan karena tugas pokok dan fungsi yang hampir sama, seperti
Dinas Pertamanan, Dinas Pertanian dan Kehutanan; Dinas Kebersihan, Dinas
Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Keolahragaan, Dinas Pemakaman,
Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, dan Dinas Kebersihan. Rencana
penggabungan berbagai dinas terkait menjadi Dinas Tata Hijau atau Dinas
Lansekap Kota, atau nama lain dalam satu atap agar mampu meningkatkan
pelayanan pembangunan dan pengelolaan RTH, mungkin tetap perlu dikaji
ulang. Perlu ada semacam Pedoman Pembangunan dan Pengelolaan RTH di
Kawasan Perkotaan yang transparan dan akuntabel, sesuai dengan
paradigma tata pemerintahan yang baik (good governance).
26
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
27
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
komponen RTH, yang menjadikan kota indah dan sejuk, di mana aspek
kelestarian, keserasian, keselarasan, dan keseimbangan sumberdaya
alam, akan menciptakan lingkungan kota yang kondusif, nyaman, segar,
meredam pencemaran dan kebisingan, sehingga warga dan kota menjadi
sehat.
Faktor Internal
Faktor Eksternal
28
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
29
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
KESIMPULAN
Keberadaan ruang terbuka hijau Kota Malang sangat ditentukan oleh
perencanaannnya. Tanggung jawab perencanaan ruang terbuka hijau tersebut
idealnya di lakukan bersama antara pemerintah kota, swasta dan masyarakat.
Penelitian ini mencoba menggali aspek-aspek perencanaan ruang terbuka hijau
seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Dari serangkaian pembahasan
tersebut, dapat diambil kesimpulan antara lain:
30
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
REKOMENDASI
Mempertahankan dan lebih meningkatkan jalur hijau yang ada di tepi jalan,
taman-taman kota, dan boulevard di kawasan perencanaan. Jalur hijau di tepi
koridor jalan dan boulevard sebagai paru-paru kota perlu disediakan jalur hijau
dengan standart kebutuhan 15 m2 per kapita. Jalur hijau ini dapat sekaligus
berfungsi sebagai jalur pemisah jalan raya. Lahan-lahan pekarangan
perumahan yang tidak seluruhnya ditutup dengan bangunan. Selain itu yang
31
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
Bangunan
Ruang terbuka dengan memanfaatkan bagian tapak yang tidak boleh
dibangun, misalnya dengan implementasi peraturan KDB maksimum 70%
berarti tersedia 30% bagain tapak untuk ruang terbuka. Ruang terbuka ini
bisa dimanfaatkan untuk parkir, taman, penyediaan tempat untuk PKL,
pencahayaan dan penghawaan alami, dan lainya.
Makam
Lahan pemakaman tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk
pemakaman umum apabila dianggap kurang terutama pada wilayah-
wilayah yang luasnya masih memungkinkan.
Taman, Tempat bermain dan Lapangan Olah Raga
Ruang terbuka yang berfungsi sebagai taman, tempat bermain, dan
lapanan olahraga yang telah ada dipertahankan keberadaannya, serta
perlu diadakan pengembangan sesuai dengan kebutuhan baik jumlahnya
maupun luasannya.
Elemen vegetasi merupakan elemen yang penting dalam rancangan ruang
terbuka. Elemen vegetasi untuk ruang terbuka kota disamping sebagai
peneduh bagi pejalan kaki berfungsi juga sebagai kontrol visual dan mampu
mereduksi silau sinar matahari, sebagi pembatas fisik khususnya memberi
batasan antara jalur pejalan kaki dengan jalur kendaraan, sebagai kontrol
iklim makro terutama mereduksi kecepatan angin, sebagai unsur keindahan
serta sebagai pengendali pencemaran udara oleh asap kendaraan.
32
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN
RTH KOTA MALANG
Dalam rangka meningkatkan kualitas Lingkungan Kota salah satu upaya yang dilakukan
adalah penyediaan Ruang Terbuka Hijau. Ruang Terbuka Hijau lahan atau kawasan
ruang terbuka untuk tempat tumbuhnya kelompok tanaman/vegetasi yang berfungsi
sebagai pengatur iklim mikro, daerah resapan air dan estetika kota. Adapun sasaran dan
arah kebijakan program ini adalah :
a. Sasaran
Bertambahnya luas lahan RTH sehingga luas RTH yang ada porporsional
dengan luas wilayah kota Malang
Meningkatnya kualitas RTH Malang
Tersedianya fasilitas makam kota dengan kualitas yang memadai dan
sesuai dengan kebutuhan
Meningkatnya partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam penyediaan
dan pengelolaan RTH dan makam
33
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
b. Kebijakan
Dalam upaya mencapai sasaran tersebut, kebijakan pembangunan yang
ditetapkan adalah :
Pembebasan/penyediaan lahan untuk memperluas RTH di Kota Malang
Penataan dan revitalisasi RTH dalam rangka optimalisasi fungsi RTH di
kota Malang
Penyediaan lahan untuk fasilitas makam dan peningkatan kualitas
pengelolaan makam kota.
Pengendalian pelaksanaan pembangunan dengan memperhatikan
ketersediaan lahan prasarana lingkungan, utilitas umum, dan fasilitas sosial
khususnya RTH dan makam
Sosialisasi dalam rangka peningkatan partisipasi / peran masyarakat dalam
penyediaan dan pengelolaan RTH dan makam
Untuk menjalankan kebijakan tersebut dilaksanakan melalui fungsiLingkungan
Hidup yang didukung oleh program-program pembangunan, yaitu : Program
Ruang Terbuka Hijau dan Pertamanan Kota.
34
Evaluasi tehadap Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Kota Malang 2009
DAFTAR PUSTAKA
Direkrat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai
Unsur Utama Pembentuk Kota Taman. Jakarta: Depdagri.
Pemerintah Kota Malang. 2005. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kota Malang.
Bappeko.
35