Anda di halaman 1dari 76

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL :
TRANSPARANSI SISTEM PELAKSANAAN DANA HIBAH DESA 1
MILYAR DALAM UPAYA REVOLUSI MENTAL di KABUPATEN
SITUBONDO
BIDANG KEGIATAN:
PKM-AI

Diusukan oleh:
Gian Dika Pratama Islam 120910301086
Endah Savitri

120910301067

Dhaifi Rohmawati

130910301042

UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2015

TRANSPARANSI SISTEM PELAKSANAAN DANA HIBAH DESA 1


MILYAR DALAM UPAYA REVOLUSI MENTAL di KABUPATEN
SITUBONDO.
Oleh
Gian Dika P.I, Endah Savitri & Dhaifi Rohmawati (Jl.Kalimantan Kampus
Bumi Tegalboto/ Universitas Jember)

Abstrak
Dengan adanya Undang-Undang tentang desa yang telah disahkan. maka
desa akan mendapatkan potensi transfer tunai dari pemerintah pusat sebesar Rp 1
miliar per desa, dan ada kesempatan bagi warga desa untuk menentukan
penggunaan anggaran yang dimiliki oleh desanya sesuai isi dari UU desa yang
menjelaskan didalamnya. Penggunaan anggaran untuk pembangunan desa
seharusnya mampu menumbuhkembangkan semangat bermusyawarah dengan
bijak dan adil, perangkat desa juga memiliki kapasitas untuk melakukan
perencanaan partisipatif yang melibatkan warga secara aktif.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat serta mendiskripsikan dan
menganalisa objek penelitian. Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana metode
penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik dan berhubungan
dengan sifat datayang murni kualitatif. Oleh karena itu untuk memahami
fenomena, penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
mengumpulkan data. Dengan demikian metode adalah cara yang digunakan oleh
peneliti baik dalam mengumpulkan data maupun dalam analisis data untuk
memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah kebenarannya
serta dapat memahami fenomena-fenomena yang diteliti.
Kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Yaitu
bisa dikatakan bahwa penggunaan ADD belum bersifat transparansi tepatnya pada
persoalan penggelontoran Dana Progam 1 milyar Desa. Bisa diasumsikan bahwa
Kabupaten situbondo masih Belum siap dalam pengelolaan alokasi dana desa
yang bersifat partisipatif dengan pertimbangan aspek transparansi yang terjadi
desa-desa tersebut.

Kata kunci : transparansi, dana, desa

Abstract
As the law of village has been validated, so every village will earn the
opportunity of one billion transfer cash from the central goverment and every
villagers have chances to determine the use of the budget in accordance with the
contents of the village law which has been explained there. The use of the budget
which is used for the village development should be able to increase the spirit of
wise and fair deliberation. The village orgware laso has the capacity in doing the
participative planning which involves the active villagers.
The purpose of this research is to look, describe and also analyse the objects
of the research. The research is about how does the transparancy system of
implementation and planning grants amounting to one billion village in Mental
Revolution Efforts in Situbondo city.
The study is using descriptive qualitative which delas more with description,
naturalystic and the data is purely qualitative. To understand the phenomenon, this
study will use the qualitative research in collecting the data. Thereby, method is
one way which is used the rearcher whether in collecting the data or analysing the
data to get the result that can be justified scientifically and all the phenomenon are
easy to be examined.
The conclusion of the research is that the using of ADD is not transparency
yet especially in the case of spending the grants amounting to one billion village
program. It can be assumed that Situbondo city is not ready yet in managing the
participative grants village fund with the consideration of transparancy aspect
which is happened in that village itself.
Keywords: transparancy, fund, village.

PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang sangat luas,
dan memiliki ribuan desa. Menurut data Kemendagri buku induk kode dan data
wilayah administrasi pemerintahan per provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan
seluruh Indonesia tahun 2013, terdapat 72.944 wilayah administrasi desa dan
8.309 wilayah administrasi kelurahan. Sehingga total wilayah administrasi
setingkat desa dan kelurahan 81.253. Rancangan Undang-Undang tentang Desa
disahkan menjadi UU oleh DPR. DPR mengetuk palu mengesahkan undangundang baru tersebut dalam rapat paripurna ke-14. Pengesahan UU ini dipercaya
akan memberikan perubahan signifikan bagi pembangunan Indonesia ke depan.
Akan ada harapan perubahan orientasi pembangunan dari sebelumnya cenderung
meng-anak-emas-kan kota, kini diharapkan bisa melihat desa sebagai tulang
punggung pembangunan manusia dan ekonomi Indonesia (dalam media informasi
swasta di http://www.indosiar.com).
Dengan adanya Undang-Undang tentang desa yang telah disahkan ini desa
akan memiliki perangkat yang dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah,
pendirian Badan Permusyawaratan Desa (BPD), potensi transfer tunai dari
pemerintah pusat maupun daerah hingga Rp 1 miliar per desa, dan ada
kesempatan bagi warga desa untuk menentukan penggunaan anggaran yang
dimiliki oleh desanya. Keberadaan BPD yang diharapkan sebagai wadah
menampung aspirasi warga akan penggunaan anggaran untuk pembangunan desa
seharusnya mampu menumbuhkembangkan semangat bermusyawarah dengan
bijak dan adil, perangkat desa juga memiliki kapasitas untuk melakukan
perencanaan partisipatif yang melibatkan warga secara aktif.
Dalam dekade terakhir, ada beberapa program pemerintah yang telah
mencoba mensimulasikan implementasi UU Desa, salah satunya adalah PNPM
Mandiri Perdesaan. Tentu dari program yang telah berjalan ini, pemerintah bisa
memetik pembelajaran hal apa saja yang perlu didukung agar UU Desa ini menuai
hasil efektif dan efesien, seperti pelatihan penganggaran, skema perencanaan
partisipatif, dan juga pola pengawasan dalam desa. Kita tentu berharap dengan

keberadaan UU Desa ini dapat memberikan kekuatan kepada desa agar semakin
berdaya dan mampu menarik warga muda untuk berkarya dan mengembangkan
desa.
Besar harapan dari proses penganggaran di desa bisa menelurkan program
bersifat produktif dan berorientasi jangka panjang, seperti inisiasi potensi
ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, dan perbaikan infrastruktur dasar. UU
Desa telah disahkan, ini bukanlah akhir dari perjuangan untuk membangun
Indonesia dengan kekuatan desa. Justru ini adalah babak baru yang perlu
disiapkan secara komprehensif oleh seluruh potensi keilmuan dan kebijakan
Indonesia.
Dana hibah untuk desa akan mulai diluncurkan pada tahun ini, dana
tersebut turun ke kabupaten lalu dikucurkan ke setiap desa yang ada di kabupaten
tersebut. Di provinsi Jawa Timur terdapat 29 kabupaten dan 9 kota. Salah satu
kabupaten di provinsi Jawa Timur yang masih dalam taraf menengah bawah
dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusianya adalah kabupaten Situbondo,
dengan IPM 65,13% pada tahun 2013 yang bersumber dari data BPS kabupaten
Situbondo. (Situbondo Dalam Angka tahun 2012, Bappeda.situbondo.gp.id)
Kabupaten Situbondo terletak di ujung timur Pulau Jawa bagian utara.
Terkenal dengan sebutan daerah waisata pantai pasir putih. Sebelah utara
berbatasan dengan Selat Madura, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas Kabupaten
Situbondo adalah 1.638,50 km2 bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih
kurang 150 km (Situbondo Dalam Angka tahun 2012, Bappeda.situbondo.gp.id).
Upaya peningkatan pembangunan di kabupaten Situbondo terus dilakukan.
Hal ini selaras dengan beberapa penghargaan yang di dapat seperti penghargaan
adipura pada tahun 2014, penghargaan BKKBN, dan penghargaan PERTURA.
Program-program yang berhasil di kabupaten Situbondo antara lain Partisipasi KB
Kaum Pria Baru 1,5 Persen dan pelayananan inovatif. (Dalam surat kabar di
http://regional.kompas.com)

Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan desa yang
diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD
kabupaten/kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10%.
Dana desa yang telah di luncurkan ke desa-desa kini menuai banyak
permasalahan, dana yang sebenernya dialokasikan untuk desa guna memajukan
pembangunan di desa malah masuk ke kantong pribadi para perangkat desa,
seperti yang terjadi di Desa Sumbertengah kabupaten Situbondo, Kepala Desa
menilap

dana

ADD

sebesar

Rp.50

Juta.

(Dalam

surat

kabar

di

http://regional.kompas.com).
Dari uraian permasalahan diatas tentang sistem pengalokasian dana yang
masih kurang serta sumber daya manusia tidak mampu mengelola sehingga dapat
menimbulkan permasalahan pada upaya penyelewengan dana oleh pemerintah
desa. Sehingga perlu dikaji dan ditelaah lebih dalam lagi tentang bagaimana
transparasi sistem pelaksanaan dan perencanaan dana hibah desa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan ungkapan di latar belakang diatas maka dijelaskan bahwa
ternyata ADD di situbondo masih rawan korupsi, dimana sistem tidak siap
sehingga perlu lagi ditelaah lebih dalam tentang transparansi. Berdasarkan itu
maka peneliti membentuk suatu rumusan masalah untuk mengungkap fenomena
yang terjadi.
Secara ilmiah Perumusan masalah diperlukan dalam suatu penelitian untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Perumusan masalah timbul karena adanya
tantangan, kesangsian ataupun kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena.
Dari fenomena tersebut maka rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti
adalah mendiskripsikan Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo.

Fokus Kajian
Rawannya perilaku korupsi yang terjadi pada lembga eksekutif,legeslatif
dan yudikatif menjadi sebuah permasalahan yang kompleks di negara ini.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para elite politik ternyata tak cukup
kuat untuk menekan kasus korupsi yang terjadi. Hal tersebut berdampak pada
kejenuhan politik yang di rasakan oleh rakyat, menurunnya rasa kepercayaan
rakyat terhadap sistem pemerintah. Sehingga perilaku apatis terhadap politik ini
menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya program-program yang di
berlakukan oleh pemerintah yang tujuannya adalah untuk membangun bangsa.
Program dana hibah Desa 1 milyar telah disahkan, dengan tujuan
membangun upaya revolusi mental. Dan bagaimana upaya pemerintah dalam
menarik partisipasi masyarakat terhadap program ini. Realisasi yang seperti apa
dalam menanggapi program tersebut. Agar kepercayaan rakyat terhadap sistem
pemerintah ada atau muncul, terlebih lagi pada golongan masyarakat Desa yang
mayoritas masih awam akan berpolitik. Oleh karenanya yang menjadi fokus
dalam fenomena ini adalah Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo dilakukan.
Transparansi yang dikemukakan oleh Krina (2003-24) Menjelaskan bahwa
Transparansi merupakan Prisip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi menegenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang
dicapai. prinsip ini menekankan kepada dua aspek:
1. Komunikasi publik oleh pemerintah
2. Hak masyarakat terhadap akses informasi
Sama halnya dengan pendapat Mardiasmo (2002-54), transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan
aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan
informasi.

Tujuan Penelitian
Secara ilmiah Tujuan penelitian merupakan suatu hakekat mengapa
penelitian harus dilakukan. Tujuan penelitian diarahkan untuk memenuhi
fenomena sosial.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk melihat, mendiskripsikan dan
menganalisa objek penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun
tujuan dari peneliti ini berusaha untuk mendiskripsikan dan mengkaji sebuah
permasalahan yaitu Mendiskripsikan Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo. Dalam fokus utamanya mendiskripsikan lebih detail
sesuai tolok ukur indikator transparansi menurut Krina & Mardiasmo.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah memaparkan kegunaan hasil dari penelitian yang
akan dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, pemerintah ataupun masyarakat luas.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah informasi bagi Pemerintah Daerah terhadap keberlangsungan
sistem perangkat Desa dalam mengoptimalkan program.
2. Mendukung Pemerintah Daerah dalam menciptakan ruang demokratis
melalui partisipasi aktif bagi masyarakat.
3. Menambah wawasan berpolitik bagi masyarakat Desa.
Mampu menumbuhkan jiwa kritis dikalangan Masyarakat Desa terhadap
Pemerintah.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Irawan
(2006:52), metode penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik
dan berhubungan dengan sifat datayang murni kualitatif. Oleh karena itu untuk
memahami fenomena di atas, penelitian ini akan menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk mengumpulkan data. Dengan demikian metode adalah cara yang
digunakan oleh peneliti baik dalam mengumpulkan data maupun dalam analisis
data untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
kebenarannya serta dapat memahami fenomena-fenomena yang diteliti.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
diskriptif. Dimana pendekatan diskriptif digunakan untuk menggambarkan dan
memahami kondisi sosial secara keseluruhan. Tujuan pendekatan diskriptif untuk
dapat menguraikan tentang karakteristik suatu keadaan, sehingga penelitian ini
hanya pada taraf pengumpulan fakta-fakta semata. Dalam hubungannya denngan
upaya revolusi mental yang terjadi di desa yang dilakukan melalui adanya
transparansi sistem dana hibah desa yang dilakukan oleh desa. Sehingga dapat
mendiskripsikan proses terjadinya hal tersebut.
Lokasi Penelitian
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa timur yang
cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya
berada di ujung Timur pulau Jawa bagian Utara dengan posisi di antara 7 35 - 7
44 Lintang Selatan dan 113 30 - 114 42 Bujur Timur.
Letak Kabupaten Situbondo, disebelah utara berbatasan dengan Selat
Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Probolinggo.
Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km2 atau 163.850 Ha, bentuknya
memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 150 km. Pantai Utara umumnya
berdataran rendah dan disebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar

wilayah lebih kurang 11 km. Luas wilayah menurut Kecamatan, terluas adalah
Kecamatan Banyuputih 481,67 km2 disebabkan oleh luasnya hutan jati di
perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan wilayah Banyuwangi Utara.
Sedangkan luas wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu 26,41 km 2
Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14 kecamatan memiliki
pantai dan 4 Kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang,
Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo dan Kecamatan Panji (situbondo
dalam angka, Bappeda 2013).
Dalam penelitian ini obyek yang dijadikan wilayah sebagai tempat
penelitian adalah Kabupaten Situbondo, dengan memilah menjadi 3 (tiga)
keterwakilan daerah. Dimana desa yang dipilih berdasarkan karakteristik yang
ditentukan oleh peneliti. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan yang dipilih
maka yang menjadi pertimbangan karakteristik desa adalah desa yang tergolong :
Desa Maju, Desa Berkemabang, dan Desa Tertinggal. Karakteristik tersubut
diukur

melalui

indikator

dari

perkembangan

perekonomian,

kepadatan

penduduknya dan Aset transportasi yang dimiliki masyarakat.


Waktu Penelitian
Waktu penelitian selama 30 Hari atau selama 1 Bulan (13 februari sampai
13 Maret 2015). Adapun susunan Kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
capaian sesuai jadwal skedjul yang ditentukan.
Jadwal tahapan pekerjaan kegiatan Penelitian mingguan. Disajikan pada tabel 1
No Kegiatan Penelitian
Minggu 1 Minggu 2
(capaian)
1. Menyiapkan Perangkat
(Instrumen)Atau
Panduan Pelaksanaan
2. Uji Coba Instrument
Secara Internal (dalam
Lingkungan Peneliti)
dan
Penyempurnaan
Instrumen.
3. Praktek Pengumpulan
Data dan Informasi
4. Audit trial tim internal

Minggu 3

Minggu 4

5.
6.

Analisa
Data
dan
Informasi
Kesimpulan
Hasil
Penelitian di Lapangan

Metode untuk memperoleh data dan analisis yang akan dilakukan. Secara
terperinci penelitian kualitatif tersebut akan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Menyiapkan Perangkat (Instrumen) Atau Panduan Pelaksanaan
Penelitian.
Antara lain panduan wawancara terstruktur, panduan observasi,
penetapan sasaran-sasarannya, baik tujuan maupun informan. Teknik
penarikan sampel menggunakan Pur-posive Sampling dimana desa yang
dipilih

berdasarkan

karakteristik

yang

ditentukan

oleh

peneliti.

Karakteristiknya obyek yaitu :


a. Mewakili desa, di tiga wilayah Kabupaten Situbondo. Tiga
wilayah terbagi menjadi Situbondo Timur, Tengah dan Barat.

Situbondo timur di wakili oleh kecamatan Banyuputih


dimana secara geografis lokasi berada pada wilayah
bagian paling timur dari Kabupaten Situbondo.

Situbondo Tengah diwakili oleh kecamatan Panarukan


dimana secara geografis lokasi berada pada wilayah
bagian tengah dari Kabupaten Situbondo

Situbondo Barat diwakili oleh kecamatan Banyuglugur


dimana secara geografis lokasi berada pada wilayah
bagian paling barat dari Kabupaten Situbondo

b. Desa dikondisi kedalam tiga aspek: Maju, Berkembang dan


Tertinggal.
c. Desa dengan kondisi aktifitas perkonomian misalnya mata
pencarian masyarakat yang berbeda-beda sesuai tingkatakan
(Maju, Berkembang, & Tertinggal).

Berdasarkan 3 karakteristik maka peneliti memilih tiga desa yang akan


mewakili menjadi lokasi penelitian di Kabupaten Situbondo :
1) Desa Kilensari mewakili wilayah Kabupaten Situbondo tengah,
di kecamatan Panarukan.
Wilayah Situbondo tengah atau kota yang terwakili oleh
Kecamatan Panarukan. keterwakilan desa oleh Desa Kilensari
Dimana desa yang tergolong dalam kategori Maju. Secara
karakteristik desa berada dalam lingkup akses sentral karena
berada di pusat kota. Dan mata pencarian masyarakat juga
beragam, mulai dari produksi pertanian, tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan sarana perdagangan.
2) Desa Sumber Anyar mewakili wilayah Kabupaten Situbondo
Timur, di kecamatan Banyuputih.
Wilayah Situbondo Timur yang terwakili

oleh Kecamatan

Banyuputih, dan keterwakilan desa oleh Desa Sumber Anyar.


Dimana desa yang tergolong dalam kategori Berkembang.
Secara karakteristik desa berada dalam lingkup akses yang baik
dimana masih dalam lintas jalan pantura. Dan mata pencarian
masyarakat tidak bergantung pada lahan pertanian saja namun
juga memiliki sarana perdagangan.
3) Desa Selobanteng mewakili wilayah Kabupaten Situbondo
Timur, di kecamatan Banyuglugur.
Wilayah Situbondo Barat yang terwakili oleh Kecamatan
Banyuglugur, serta keterwakilan desa oleh Desa Selobanteng.
Dimana desa yang tergolong dalam kategori Tertinggal.
Secara karakteristik desa berada jauh dari pusat perkotaan
(lemah secara akses). Dan mata pencarian masyarakat sebagian
besar masih bergantung pada lahan pertanian.
1) Panduan wawancara terstruktur.
Panduan wawancara berstruktur disusun sesuai dengan kesesuaian
dari beberapa isi UU No 06 Tahun 2014. UU ini terdiri dari 16 Bab

dan 122 pasal yang mengatur di dalamnya. Secara garis besar bisa di
katagorikan dalam Bab dan pasal-pasal yang sifatnya pokok seperti
dibawah ini.
No

Ketentuan sesuai BAB

1.
2.
3.

BAB I KETENTUAN UMUM


BAB III PENATAAN DESA
BAB
V
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAH DESA
BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN DAN
MASYARAKAT DESA
BAB VIII KEUANGAN DESA DAN ASET
DESA

4.
5.

6.

BAB IX PEMBANGUNAN DESA DAN


PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

7.

BAB X BADAN USAHA MILIK DESA

8.

BAB XI KERJASAMA DESA

9.

BAB XII LEMBAGA KEMASYARAKATAN


DESA DAN LEMBAGA ADAT DESA

10. BAB
XIV
PENGAWASAN

PEMBINAAN

DAN

Ketentuan
PASAL
Pasal 3 sampai 4
Pasal 7
Pasal 23, Pasal 26
sampai 27 c & d
Pasal 67 sampai
68
Pasal 72 sampai
73 &
Pasal 78
Pasal 78 sampai
83 serta
Pasal 85 & 86
Pasal 87 sampai
90
Pasal 91 sampai
93
Semua
pasal
dalam
Bab
tersebut.
Pasal 112 &
Pasal 113

2) Observasi Non-partisipan
Datang ke lokasi penelitian secara tidak formal, dimana peneliti
tidak mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi
disekitar wilayah atau lingkungan. Disini peneliti hanya melakukan
penilaian secara subyektif dengan ketentuan apa yang dilihatnya
dan berdasarkan pada temuan-temuan sementara.
lokasi meliputi:
Kantor Desa
Lingkungan Desa
Kondisi Sosial Masyarakat Desa.
3) Penetapan key informan.
Karakteristik Penentuan informan dipilih secara mewakali desa
meliputi :

10

Informan pokok adalah :


-

Pemerintah Desa
Key informan dikarenakan Pemerintah Desa merupakan
penerima dana ADD dari program 1 Milyar. Dan sebagai
pelaksana dari sistem itu sendiri.

Informan tambahan adalah :


- Tokoh Agama
Key informan dikarenakan secara karakteristik Daerah, tokoh
agama merupakan unsur dari kearifan lokal.
- Tokoh Masyarakat
Key informan dikarenakan dari kalangan masyarakat Desa
memiliki unsur menghormati sesama warga yang dimana
tokoh masyarakat tersebut memiliki kapabilitas tinggi di
sebuah Desa tersebut.
- Tokoh Pemuda
Key informan dikarenakan unsur pemuda tidak bisa lepas
dari proses partisipasi publik terlebih lagi golongan-golangan
terpelajar dan berpendidikan.
Unsur Masyarakat Marjianl (miskin, perempuan)
Key informan dikarenakan unsur masyarakat Marjinal lebih
banyak yang tergolong sebagai penerima program.
2) Uji coba Instrument Secara Internal (dalam Lingkungan Peneliti) dan
Penyempurnaan Instrumen.
Uji coba instrument secara internal ini bertujuan menyempurnakan
instrumen penelitian yang akan dipakai di lapangan sehingga hasil data
dan informasi penelitian ini bisa sesuai dengan yang diharapkan dalam
tujuan penelitian ini, lebih focus dan sistematis.
Pengujian instrument dengan TIM dimana mencocokkan serta
mengkoreksi ulang bahan instrument yang akan digunakan dalam
penlitian. Adapun bahan instrument yang akan di bahas meliputi:
rancangan dari Wawancara terstruktur, Panduan Observasi dan Penetapan
Informan.

Kesesuaian Wawancara tersrtuktur


Panduan Observasi
Penetapan Informan

11

3) Praktek Pengumpulan Data dan Informasi


Data dan informasi yang dikumpulkan adalah:
a. Data sekunder diambil dari desa.
Data sekunder berupa bukti-bukti autentik seperti dokumen,
browsur, gambar (foto), dan material lain. Data ini didapatkan
melalui Pemerintah Desa (Kantor Desa). Ketika data sekunder yang
didapat telah mampu menjawab rumusan masalah & mengarah pada
fokus kajian. Maka untuk pengambilan data primer bisa dilewati
namun dengan ketentuan ada klarifikasi data, dari data sekunder oleh
data primer.
b. Data primer dilakukan melalui:
Guide

Interview

dalam

wawancara

terstruktur.

Wawancara

terstruktur disesuaikan dengan Fokus Kajian yang akan di bahas


serta untuk menjawab Rumusan Masalah.
4) Audit trial tim internal
Pengadaan diskusi kembali oleh TIM, dimana diskusi ini dilakukan untuk
melihat ketepatan , kelengkapan, dan akurasi informasi dan data. Jika data
dianggap kurang lengkap maka tim akan melakukan penggalian data ulang
ke lokasi penelitian.
5) Analisa Data dan Informasi

Analisa dilakukan dengan melakukan check dan cross check atas


informasi yang diterima untuk melihat persamaan dan keselarasan,
dan juga perbedaan

pembuatan

rangkuman

secara

deskriptif,

dengan

melihat

persamaan dan perbedaaan pendapat dan pandangan yang ada di


masyarakat.
6) Kesimpulan Hasil Penelitian di Lapangan
Proses pembuatan kesimpulan tersebut harus melalui kredibilitas data
sehingga data dan informasi yang diterima bisa teruji validitasnya.
Mengkredibilitaskan data peneliti akan menggunakan :

12

1. Trianggulasi Data
Dengan trianggulasi data peneliti akan :
a. Membandingkan antara data dan hasil pengamatan dengan data dan
hasil wawancara dan kuisioner
b. Membandingkan data berdasarkan pendapat umum dengan data yang
berdasarkan data pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepa njang waktu
d. Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain serta membandingkan antara
hasil wawancara dengan dokumen.
Dengan trianggulasi data peneliti akan hal ini bertujuan
untuk Membandingkan antara data dan hasil pengamatan dengan
data dan hasil wawancara terstruktur. Pengumpulan Data sekuler
yang didapat dari pemerintah Desa baik yang bersifat media,
dokumen, gambar atau foto dll. Maka setelah itu di cocokkan atau
membandingkannya dengan hasil wawancara terstruktur.
2. Pengambilan Kesimpulan
Menyimpulkan
dilakukannya

data

trianggulasi

yang
data

telah
dan

didapatkan
trianggulasi

setelah
metode.

Pengambilan kesimpulan menggunakan metode induktif dari hasil


penelitian yang dilakukan agar mendapatkan sebuah kesimpulan
yang reliable (terhindar dari bias).

13

Jadwal tahapan-tahapan pekerjaan kegiatan penelitian. Disajikan pada tabel 2


Tabel 2. Jadwal kegiatan Penelitian Transparansi Sistem Pelaksanaan Dana
Hibah Desa 1 Milyar Dalam Upaya Revolusi Mental di Kabupaten Situbondo
Tahun 2015-2016.
Hari ke
Jenis Kegiatan
1
MINGGU 1
Menyiapkan Perangkat (Instrumen)Atau
Panduan Pelaksanaan penelitian.
1. Menyusun kerangka wawancara
terstruktur yang meliputi (angket
wawancara)
2. Menyusun Panduan observasi
Penelitian.
3. Melakukan Penetapan sasaran-sasaran
(objek penelitian), dan informan.
Uji Coba Instrument Secara Internal (dalam
Lingkungan Peneliti) dan Penyempurnaan
Instrumen.

1. Pengujian instrument yang sudah


terkumpul (angket wawancara, panduan
observasi, data penetapan informan)

MINGGU 2
Praktek Pengumpulan Data dan Informasi
1. Pengambilan data sekunder dari Kantor
Desa.
2. Pengambilan data primer melalu
Wawancara berstruktur.

MINGGU 3
Audit trial tim internal
1. Tim Berkumpul melakukan diskusi,
serta pengumpulan data kemudian
memberikan pemaparan dari data yang

14

telah didapatkan.

Analisa Data dan Informasi


1.Pengokreksian data yang dilakukan
Tim, setelah dilakukannya Audit trial tim
2.pembuatan
rangkuman
secara
deskriptif, dengan melihat persamaan dan
perbedaaan pendapat dan pandangan yang
ada di masyarakat.

MINGGU 4
Kesimpulan Hasil Penelitian di Lapangan
1. Mengkredibilitaskan data dengan cara
trianggulasi data.
2. Mengkredibilitaskan data dengan cara
trianggulasi metode.
3. pengambilan Kesimpulan.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Profil Desa
1. Desa Selobanteng
Desa Selobanteng (Katagori Desa Tertinggal). Desa Selobanteng
memiliki karakteristik luas wilayah 14.73 km2 dengan jumlah penduduk 1.852
jiwa serta memiliki kepadatan penduduk 126 jiwa/km2. Terlihat kerapatan
penduduk yang belum merata dan belum tersebar di wilayah desa tersebut
sehingga tingkat adapun aktivitas perekonomian Desa Selobanteng tergolong
rendah. Dari data mata pencaharian

penduduk warga Desa Selobanteng

didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini juga merupakan faktor yang menunjang
Desa Selobanteng dikatakan sebagai desa swadaya karena penduduknya yang
jarang dan mata pencaharian yang homogen dan bersifat agraris.

16

Keterangan : Kondisi Rumah warga di desa Selobanteng


Keseharian pekerjaan masyarakat Desa Selobangteng adalah bertani, dari
pukul 06.00 pagi sampai 12.00 atau bahkan menjelang sore. Seperti gambar
berikut yang kami ambil dari salah satu pentduduk yang ingin pergi menuju
ladang sawahnya.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

17

keterangan : Hasil panen Jagung yang dipilah, dan siap untuk dijual

Keterangan : sawah pertanian yang ditanami jagung & siap panen. Ada pula
anak-anak Desa yang sedang inngin bermain kesawah
Desa Selobanteng di Kecamatan Banyuglugur sebagai salah satu desa
yang tergolong tertinggal karena memiliki indikator kapasitas yang rendah.
Dikatakan memiliki kapasitas rendah dilihat dari sarana pendukung perdagangan
desa yang belum memenuhi kebutuhan aktivitas perekonomian di desa tersebut.

18

Di desa ini tidak memiliki pasar tradisional. Masyarakat desa Selobanteng


bergantung pada warung-warung kecil dan penjual sayur keliling dalam menjalani
aktivitas perekonomian untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sebagainya.

Keterangan : kios kecil dan aktifitas belanja sayur mayur penduduk desa
Ketertinggalan fasilitas penunjang sarana aset perekonomian desa juga
menjadi faktor mengapa Desa tersebut dalam kondisi tertinggal. Hal ini
dibuktikan dengan belum adanya Koperasi Untuk Desa (KUD) yang juga

19

merupakan sarana pendukung perdagangan untuk aktivitas ekonomi. Kemudian


sektor perhubungan yang tidak kalah pentingnya dalam rangka menunjang
pembangunan desa di Kecamatan Banyuglugur. Desa Selobanteng juga belum
memiliki sarana perhubungan seperti kantor pos pembantu, wartel dan telepon
umum dalam taraf desa.
Ditambah lagi dengan Akses jalan di desa yang juga tergolong
memprihatinkan, banyak jalan rusak dan sangat tidak nyaman untuk dilalui.
Masyarakat desa pula masih memiliki kebiasaan menggunakan MCK secara
bersamaan seperti yang terjadi pada gambar berikut.

Keterangan : tempat MCK masyarakat Desa dan area jalan di Desa

20

2. Desa Sumber Anyar


Desa Sumberanyar (Katagori Desa Berkembang). Desa Sumberanyar
memiliki karakteristik luas wilayah 97.71 km2 dengan jumlah penduduk sebesar
16.014 jiwa serta memiliki kepadatan penduduk 163.89 jiwa/km2. Terlihat jumlah
penduduk dan luas wilayah yang seimbang. Desa ini tepat berada pada area jalan
raya (Jalur Pantura). Sehingga sekilas aktifitas lebih ramai dari Desa Selobanteng.

Keterangan : Kondisi perumahan Desa Sumber Anyar


Dari data mata pencaharian penduduk Desa Sumberanyar didominasi oleh
produksi pertanian tanaman pangan dan peternakan. Dan desa ini juga memiliki
pasar tradisional yang bisa melancarkan transaksi perkonomian baik secara

21

pemasaran hasil tani maupun peternakannya. Desa Sumber Anyar memiliki dua
pasar desa dan 51 toko serta 362 kios/warung.

Keterangan : sektor pertanian Desa Sumber Anyar


Sepinggir jalan dari Desa Sumber Anyar merupakan kawasan persawahan
warga. Pada saat ini adalah masa penanaman padi. Cukup luas area persawahan di
desa ini, oleh karena terbilang masih banyak warga yang melakukan aktifitas
pejerjaannya sebagai petani.

22

(Keterangan : Pasar tradisional Di desa Sumber Anyar)


Desa Sumberanyar pada Kecamatan Banyuputih sebagai salah satu desa
yang tergolong berkembang karena memiliki kapasitas yang sedang. Dikatakan
memiliki kapasitas sedang dilihat dari perkembangan jumlah sarana perdagangan
yang merupakan salah satu pendukung kebutuhan aktivitas ekonomi di desa
tersebut.

23

keterangan bebarapa kios-kios kecil di pinggir jalan dan pedagang kaki


lima
Warung-warung kecil banyak berada disepinggir jalan, lalu-lalai dari
keramaian menjadi menguntungkan bagi mereka untuk mejajaki peruntungan
dalam mencari nafkah.

24

3. Desa Kilensari
Desa Kilensari (Dalam Katagori Desa Maju). Desa Kilensari memiliki
karakteristik luas wilayah 3.92 km2 dengan jumlah penduduk 12.684 jiwa serta
memiliki kepadatan penduduk 3.236 jiwa/km2. Terlihat kerapatan penduduk yang
merata dan tersebar di wilayah desa Kilensari sehingga dapat diasumsikan bahwa
terjadinya aktivitas perekonomian desa tergolong tinggi dan ramai. Dari data mata
pencaharian

penduduk warga Desa Kilensari beragam yaitu sektor pertanian

tanaman pangan (padi swah, jagungm kacang tanah dan kedelai), perkebunan
(kelapa dan tebu), perikanan (nelayan dan tamabk udang) dan peternakan (ternak
sapi,kerbau, dan kambing). Hal ini juga merupakan faktor yang menunjang Desa
Kilensari dikatakan sebagai desa maju karena beragamnya mata pencarian warga
Desa.

Keterangan : Kantor Desa Kilensari

25

Keterangan : kondisi rumah di Desa Kilensari

Keterangan : kondisi rumah di Desa Kilensari


Kondisi rumah yang ditempati oleh kebanyakan pendudukpun sudah
terkesan layak huni atau dalam taraf mapan. Seperti contoh gambar diatas. Desa
Kilensari terletak di sepanjang jalur Pantura. Sehingga memudahkan akses
transportasi dan transaksi perekonomian.

26

Keterangan : Pasar desa dan toko modern (indomaret)


Aktifitas di pasar tradisional ketika siang hari di desa Kilensari. Dan
nampak suasana seperti kecamatan bukan lagi desa. indomaretpun telah
beroperasi di Desa Kilensari. Seperti yang tercuplik pada salah satu gambar
diatas. Desa Kilensari benar-benar tergolong maju secara infrastruktur dan
kegiatan perekonomiannya. Terleebih lagi aktifitas desa yang tergolong ramai di
lokasi ini. Buktinya saja seperti apa yang telah tergambarkan oleh kondisi diatas.

27

B. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta
hasil-hasil yang dicapai. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak
yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait seperti berbagai peraturan
dan perundang-undangan serta kebijakan pemerintah. Tranparansi juga dibangun
atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai disediakan untuk dipahami
dan dapat dipantau. Dengan ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut
sekaligus mengawasi sehingga kebijakan public yang muncul bisa memberikan
hasil yang optimal bagi masyarakat, serta mencegah terjadinya kecurangan dan
manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat
saja secara tidak proporsional.
Menurut Krina (2003) dan Mardiasmo (2002) indikator-indikator dari
transparasansi adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan informasi yang jelas tetang tanggung jawab
2. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan dilanggar
atau peraturan untuk membayar uang suap
3. Kemudahan akses informasi.
4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa
dan lembaga non pemerintah.
5. Terdapat pengumuman kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan
keuangan dan asset daerah.
6. Tersedia laporan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset
daerah yang mudah diakses.
7. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.
8. Tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat.
9. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.
Secara

garis

besar

dari

kesimpulan

mengenai

indikator-indikator

transparansi yang dikemukakan oleh Krina dan Mardiasmo adalah memuat pada
dua aspek sebagai berikut:

28

a. Komunikasi publik oleh pemerintah


b. Hak masyarakat terhadap akses informasi
Adapun perolehan temuan yang didapatkan terkait dari kedua aspek di atas
adalah sebagai berikut:
1) Transparansi Desa Selobanteng
a) Komunikasi publik oleh pemerintah
Bentuk komunikasi publik tidak mendukung pada arah terjadinya
transparansi di Desa Selobanteng. Hal ini dibuktikan dengan bebarapa data
yang diambil di kantor Desa Selobanteng dimana desa tidak memiliki.

Tidak adanya sosialisasi progam-program tekait. Kepada masyarakat


mengenai kegiatan pembangunan Desa, atau Agenda Pemerintah Desa.
Sosialisasi mengenai pembangunan Desa atau Agenda pemerintah
Desa tidak pernah dilakukan. Selama kepala Desa menjabat sampai masa
saat ini, tidak ada hal semacam sosialisasi di Desa Selobanteng.
Hal ini juga dibenarkan oleh beberapa pernyataan dari 3 orang
warga Desa. yaitu AR, BP, AD. AR adalah merupakan tokoh masyarakat
di Desa Selobanteng, BP adalah seorang pemuda dan AD merupakan
masyarakat biasa.
gak pernah ada Dek, jangankan sosialisasi acara memperingati
17 agustus aja gak ada. Apalagi kegiatan sosialisasi!.. (pak AR,
06 Maret 2015)
tidak pernah ada Dek, jangankan untuk acara sosialisasi untuk
memperingati acara 17 agustus saja tidak pernah ada.. apalagi
kegiatan sosialisasi!.. (pak.AR, 06 Maret 2015)
gak tau yah kak, tapi seingatku gak pernah tu ada acara
sosialisasi-sosialisasi.. kalau disini tentram kak, gak ada kegiatan
apa-apa.. hehe adem ayem pokoknya... (BP, 06 Maret 2015)
tidak tahu yah kak, tapi seingat saya tidak pernah ada acara
sosialisasi disini. Kalau disini tentram (tidak ada kegiatan), hehe..
sepi tidak ada agenda pokoknya... (BP, 06 Maret 2015)
tadek lek, tadek pah-apah reah neng dinnak. Yeh ngakreah lah
seppeh.. kantor disah beih wak ngakruah seppeh.. (AD, 06 Maret
2015)

29

tidak ada Dek, disini tidak ada kegiatan apa-apa.. yah seperti ini
sudah ligkungannya sepi, Kantor Desa saja sepi... (AD, 06 Maret
2015)
Pernyataan dari ketiga informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa Tidak adanya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai kegiatan pembangunan Desa, atau
Agenda Pemerintah Desa. Kemudian ketika direfleksi pada indikator
transparansi oleh Mardiasmo (2002) yaitu terdapat pengumuman
kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah.
Dan banyak warga desa yang masih tidak mengetahui atau tidak pernah
mendapatkan kegiatan sosialisasi seperti yang ditekankan.

Tidak adanya sosialisasi mengenai Progam Dana Hibah Desa 1 Milyar, di


Desa Selobanteng.
Tidak ada sosialisasi progam dana hibah desa satu milyar, rata-rata
dari penduduk Desa Selobanteng tidak mengetahui tentang alokasi dana
desa ADD, ada bebarapa kalangan yang sekilas tahu tentang program
tersebut itupun mengetahuinya melalui berita di televisi. Kala itu pasca
pengesahan UU desa, dan alokasi dana satu milyar untuk desa.
Fakta ini juga searah dengan pernyataan dari 5 orang warga desa.
yaitu AR, BP, AD, Pak NI dan bu ST AR adalah merupakan tokoh
Masyarakat di Desa Selobanteng, BP adalah seorang Pemuda, Pak NI
penjual kopi, Bu ST seorang Janda (lansia)

dan AD merupakan

masyarakat biasa,
ohh.. iyah tahu Dek, janjinya Pak.Jokowi itu pas kampanye yah..
tapi apa benar itu bakalan ada, sepertinya tidak akan terjadi, yah
walaupun ada! Pasti yang enak orang-orang atas.. (pak.AR, 06
Maret 2015)
ohh..iyah tahu Dek, janji dari bapak Jokowi ketika berkampanye
yah.. tapi apa benar itu akan terealisasikan, sepertinya tidak akan
terjadi.. yaah walaupun benar terjadi! Yang akan menikmati pasti
oarang-orang elit politik (legislatif dan eksekutif).. (pak.AR, 06
Maret 2015)
iyah tahu kak, yang di berita tv-tv itu kan.. satu Desa dapat 1
milyar katanya. Tapi kalau disini gak ada kabar tu... hahahaha ..
(BP, 06 Maret 2015)
30

iyah tahu kak, ada berita di televisi itu kan.. satu Desa dapat 1
Milyar katanya. Tapi kalau disini tidak ada kabar tu...hahahaha..
(BP, 06 Maret 2015)
tak taoh jek lek, apah roh .. bantuan ta?.. tadek reah neng dinnak,
tadek pa apah koh..tak taoh kok (AD, 06Maret 2015)
tidak tahu Dek, apa itu.. bantuan pemerintah ta?.. disini tidak ada
apa-apa kok.. saya tidak tahu mengenai itu.. (AD, 06 Maret 2015)
tak taoh jek kok cong, tadek program-program mon e dinnak..mon
bedheh yeh paleng se arassah begien oreng atas (pak NI, 07
Maret 2015)
tidak tahu saya nak, tidak ada program semacam itu disini..
kalaupun ada pasti yang menikmati dana adalah golongan aparat
Desa (pak NI, 07 Maret 2015)
tak oning buleh cong, aponapah geruah.. guleh pon seppo,
eparengih sehat gi pon ontong... (bu ST, 07 Maret 2015)
tidak tahu saya nak, apalagi saya sudah tua.. diberikan kesehatan
saja sudah senang... (bu ST, 07 Maret 2015)
Pernyataan dari kelima informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
sosialisasi mengenai Progam dana hibah desa satu milyar, di Desa
Selobanteng. Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh
Mardiasmo (2002) yaitu: Terdapat pengumuman kebijakan mengenai
pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah. Dan banyak warga
Desa yang masih tidak mengetahui atau tidak pernah mendapatkan
kegiatan sosialisasi seperti yang yang seharusnya mengatur dalam UU
Desa.

Ketidak berfungsian BPD sebagai lembaga chek and balanceing


pemerintahan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa yang seharusnya menjadi kontrol
dan media dari penyampai aspirasi warga ternyata tidak diketahui secara
jelas perannya apa dan sebagai apa di Desa Selobanteng ini. Diungkapkan
oleh bebarapa informan warga desa. yaitu AR, BP, AD. Sebagai berikut:

31

Dulu disini ada Dek BPD itu, semasa waktu kakek saya masih
hidup.. beliau adalah anggota BPD Desa Selobanteng, tapi gak tau
yah sekarang.. gak ada kabar tu BPD... (pak. AR, 06 Maret 2015)
Dulu keberadaan BPD masih aktif, saat kakek saya masih hidup..
beliau adalah salah satu anggota BPD Desa Selobanteng, tapi kalau
sekarang, tidak tahu itu bagaimana BPD.. (pak. AR, 06 Maret
2015)
hahaha...jangan ditanya kak, gak aktif blas... (BP, 06 Maret
2015)
hahaha..(tertawa), jangan ditanya kalau soal BPD, disini tidak
aktif sama sekali... (BP, 06 Maret 2015)
gak ada Dek, gak da Kerjanya BPD disini.. tapi gak tau yah.. itu
anggotanya juga sapa aja... (AD, 06 Maret 2015)
tidak ada Dek, tidak aktif BPD disini.. tidak tahu juga siapa
anggotanya.. (AD, 06 Maret 2015)
Ketidak berfungsian BPD di Desa Selobanteng telah terungkap dengan
pembenaran argument atau informasi yang disampaikan oleh beberapa unsur
masyarakat Desa.

Tidak adanya publikasi mengenai penggunaan Alokasi Dana Desa.


Publikasi mengenai penggunaan alokasi dana desa tidak pernah terjadi

di Desa Selobanteng. Sudah jelas terjadi ketika melihat kondisi kantor desa
yang tidak memiliki selembar kertas tempel informasi, terlebih lagi dengan
melakukan publikasi masal hal itu tidak pernah terjadi. Fakta ini turut
dibenarkan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat.
memang gak kok Dek, dan gak pernah diadakan publikasipublikasi gitu.. biasalah kayak yang gak tau politik.. hahahaha
(tertawa)... (pak AR, 06 Maret 2015)
memang tidak ada Dek, dan tidak pernah diadakan publikasipublikasi tersebut... sudah menjadi lumrah dalam dunia politik..
hahaha (tertawa)... (pak AR, 06 Maret 2015)

32

Menjadi cukup jelas adanya fakta bahwa desa selobanteng tidak


pernah mengadakan kegiatan mempublikasikan penggunaan Alokasi Dana
Desa tersebut.
b) Hak masyarakat terhadap akses informasi
Tidak tersedianya akses terhadap informasi dari setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah desa. Dan hal ini menjadi gambaran bagaimana
transparansi yang terjadi di Desa Selobanteng. Adapun hal berikut macamnya:

Tidak pernah ada laporan pertanggung jawaban tahunan dari


aparat Desa kepada Warganya tentang Dana Desa.
Laporan pertanggungjawaban yang seharusnya menjadi agenda

rutin tahunan dari pemangku kebijakan atau pelaksana kebijakan


terutamanya sistem, sama halnya dengan pemerintahann desa. juga perlu
memiliki laporan pertanggungjawaban dari rekam jejak keberlangsungan
daerahnya. Dan kalangan masyarakat desa mayoritas tidak tahu apa itu
LPJ kecuali bagi tokoh akademisi dan tokoh masyarakat. Mereka tahu
mengenai apa LPJ itu. Namun mereka membenarkan bahwa Pemerintah
Desa tidak pernah melibatkan warga desa dalam kegiatan laporan
perrtanggung jawaban. Adapun pernyataan dari keduanya ialah pak AR
dan BP.
gak pernah ada Dek, kayak gitu itu.. kegiatannya aja gk pernah
tau saya..gimana mau ngajak warga Desa.. (AR, 06 Maret 2015)
tidak pernah ada Dek, LPJ itu.. kegiatan saja tidak ada..lalu
bagaimana mau melibatkan warga Desa.. (AR, Maret 2015)
tidak ada tu.. LPJ-LPJ.. takut kali .. hahaha (tertawa) (BP, 06
Maret 2015)
Tidak ada LPJ-LPJ di Desa ini.. mungkin takut mereka (aparat
pemerintah).. (BP, 06 Maret 2015)

Ketidakberanian warga untuk melaporkan praktek money politic


di Desa.
Money politic menjadi tradisi di Desa Selobanteng, setiap dekade

pemilihan baik itu caleg (calon legislatif), kepala Desa (terutamanya) dan
Cabub (calon bupati). Paraktek money politik masih marak sekali di
tempat ini. Dan warga sudah Desa sudah terbiasa dengan kondisi seperti

33

itu. Namun masih terdapat pula warga desa yang tidak suka dengan
kebiasaan ini. Diantaranya adalah pak AR dan AD.
disini (Pemerintah Desa) jarang atau bahkan gak mengadakan
kegiatan untuk warga Dek... yah kalau pas pemilihan aja, baru
banyak yang Hot.. panas-panasan antara calon satu dengan yang
lain tambah besar uang sama plus-plusnya...hahahaha
(tertawa),..coba aja pas pemilihan gitu adek maen kesini, biar
tahu.. (pak AR, 06 Maret 2015)
pemerintah Desa disini jearang atau bahkan tidak pernah
mengadakan kegiatan untuk warga Dek.. yah kalau saat pemilu
(pemilihan) saja, baru banyak yang Hot.. panas-panasan (tendensi)
kandidat pemilu satu dengan yang lain sehingga tambah banyak
uang yang diberikan serta tambahan lainnya ...hahaha (tertawa)..
coba saja ketika pemilihan adek berkunjung kesini agar tahu
kondisinya... (pak AR, 06 Maret 2015)
iyah memank.. kalau pas pemilihan aja yang rame disini, selain
itu gak da wes.. gak da kegiatan apa-apa.. dan gak maen-maen
kalau soal serangan fajar disini dek.. tapi mau gimana yah kadang
kita sadar itu gak bener yah.. toh mau kita laporin, kita juga gak
berani dengan lingkungan sekitar.. dikira sok-sokan bersih...
(AD, 06 Maret 2015)
iyah memang.. kalau saat pemilihan saja yang ada kegiatan
disini..selain itu tidak ada, dan tidak segan-segan kalau untuk
serangan fajar disini dek.. tapi mau gimana lagi terkadang kita
sadar itu hal yang tidak baik yah.. lagi pula mau dilaporkan, kita
juga tidak berani, melihat lingkungan sekitar... terus dianggap soksokan saja nantinya... (AD, 06 Maret 2015)
Tidak semua warga desa menikmati tradisi politik uang yang terjadi,
nyatanya masih ada beberapa warga desa yang jenuh dengan kondisi
seperti ini. Dan ada yang tidak tahu bagaimana cara mereka untuk
berpartisipatif dalam menangani hal ini.

Tidak adanya Publikasi serta penggandaan buku Pedoman


penyusunan pembangunan untuk dibagikan ke bebarapa kalangan
masyarakat terkait.
Pedoman publikasi penyusunan pembangunan tidak pula ada di desa

tersebut. Sehingga banyak atau bahkan mayoritas penduduk desa tidak tau
mengenai agenda pembangunan dan bagaimana proses berjalannya baik
secara penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.

34

Hal ini diselaraskan dengan bebarapa pembenaran dari masyarakat


desa jika tidak adanya sarana penyampaian informasi atau papan info dan
publikasi pedoman penyusunan pembangunan dari aparat desa (kantor
Desa). Berikut yaitu AR, BP.
Gak ada Dek, coba saja adek liat sendiri di Kantor Desa kalau
ada hal seperti itu.. tidak ada kan! Lagian penduduk sini juga
mana paham sama hal seperti itu,.. mereka sudah bisa kerja dan
panen memuaskan sudah senang.. (AR, 07 Maret 2015)
Tidak ada Dek, coba saja adek melihatnya sendiri kekantor Desa
mengenai papan info atau pedoman.. tidak ada kan! Dan juga
penduduk disini juga tidak mengerti tentang papan info atau
pedoman.. mereka bisa bekerja dan hasil panennya bagus, sudah
senang .. (AR, 07 Maret 2015)
tidak ada lah mas, boro-boro papan info sama buku pedoman..
ngasik hiburan pas acara 17 agustus aja dari pemerintah Desa gak
ada.. (BP, 07 Maret 2015)
tidak ada mas, jangankan papan info sama buku pedoman,
mengadakan acara kegiatan 17 agustusan tidak pernah ada dari
pemerintah Desa.. (BP, 07 Maret 2015)
Pernyataan dari kedua informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
papan informasi dan publikasi serta penggandaan buku pedoman
penyusunan pembangunan untuk dibagikan ke bebarapa kalangan
masyarakat terkait di Desa Selobanteng. Serta menjadi kontens ketika
direfleksi pada indikator transparansi Menurut Krina (2003) Penyediaan
informasi yang jelas tetang tanggung jawab dan Kemudahan akses
informasi
Maka dari itu masih kebanyakan warga desa masih tidak mengetahui
tentang informasi-informasi mengenai desa dan kebijakan progam-program.
Serta pedoman-pedoman pengelolaan anggaran desa.
Kemudian

yang

lebih

mengejutkan

lagi

adalah,

adanya

pembangunan gedung baru namun informasi mengenai penganggaran dari


APBD daerah tidak ada. Akan tetapi pembangunan gedung baru ini
dihasilkan oleh dana bantuan pihak luar. Adapun bukti gambar yang kami
ambil seperti dibawah ini.

35


(Keterangan Kantor Desa tampak samping)

Pembangunan atau rehab gedung yang dilakukan, di danai oleh Bantuan


PT.IPMOMI - PAITON ENERGY pada November 2011.
Masyarakat desa membenarkan jika tidak adanya bantuan-bantuan
yang sering didapat dari perusahaan-perusahaan Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU). Salah satunya adalah pembangunan bebarapa gedung di
kantor desa. Berikut pernyataan dari warga AR, BP. AD & pak NI.
iah bener Dek, kalau bantuan-bantuan gitu disni paling sering
biasanya di kasik oleh perusahaan-perusahaan yang ada di PLTU,
yah contoh nyatanya bangun kantor Desa depan rumah ini
sudah.. (AR, 07 Maret 2015)

36

iyah benar Dek, kalau bantuan-bantuan sosial dan semacamnya


biasanya ada dan yang memebrikan itu adalah perusahaan yang ada
di PLTU.. contohnya saja bangunan kantor Desa yang ada di depan
rumah saya ini sudah.. (AR, 08 Maret)
iah kak, bener kalau itu... disini sering dibantu sama perusahaanperusahaan gitu.. (BP, 08 Maret 2015)
iyah mas. Benar kalau itu.. disini sering diberi bantuan
perusahaan-perusahaan.. (BP, 08 Maret 2015)
engghi bendher lek, mon bentoan bentoan kassak biasanah se
segut jet derih perusahaan, nggi engak pembangunan gedung
Disah genikah pon contonah... (AD, 08 Maret 2015)
iyah benar Dek, kalau bantuan-bantuan biasanya sering dari
perusahaan, iyah contohnya seperti Kantor Desa itu sudah.. (AD,
08 Maret)
ohhh.. gedung kantor disah kassak gi cong, engghi jet caen olle
bentoan dherih PLTU.. genikah mon tak kaleroh se ebangun taon
2011 bik taon berrik, 2013 mon tak kleroh.. (pak NI, 08 Maret
2015)
ohh..iyah memang benar kalau gedung Kantor Desa mendapat
bantuan dari PLTU,. Kalau tidak salah pada tahun 2011 dan
sebelahnya itu masih barusan, tahun 2013.. (pak NI, 08 Maret
2015)
Pernyataan dari keempat informan diatas semakin memperkuat
data yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa bantuanbantuan yang sering ada di Desa Selobanteng berasal dari pihak luar yaitu
perusahaan bukan pemerintah daerah setempat.

Dibuktikan dengan Tidak adanya papan informasi yang di miliki oleh


Kantor Desa.

37

Keterangan : kantor Desa Selobanteng

Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.

Keterangan dari kantor Desa Selobanteng, Kecamatan Banyuglugur

38

Dan nampak terjadi dari gambar yang diambil, menunjukkan


bahwa tidak ada aktifitas kerja, dari aparat pemerintah desa. Hal ini
diselaraskan dengan bebarapa pembenaran dari masyarakat Desa jika
jarang mereka melihat aktifitas kerja dari aparat Desa. Berikut pernyataan
dari pak JP dan bu MN. Pak JP dan Bu MN bekerja sebagai petani.
tadek lek, mon kepala Disah biasanah bedhe e bungkonah,
deddinah mon bedheh perloh apah yeh entar ka bungkonah..
makeh dekyeh jet lakoh seppeh kantor Disah reah.. tadek pah apah
neng e dinnak ... (JP, 05 Maret 2015)
tidak ada Dek, kalau kepala Desa biasanya selalu dirumah, jadi
kalau ada keperluan apa-apa biasanya warga langsung
kerumahnya.. lagi pula di kantor Desa memang selalu sepi, tidak
ada kegiatan apa-apa.. (JP, 05 Maret 2015)
tak taoh jek cong, mon engak bek abeen tak taoh pa apah ka
urusan jiyeh.. lah can se endik kuasah, mon bedeh ye norrok mon
tadek yeh neng neng.. (MN, 05 Maret 2015)
tidak tau Nak, kayak ibu tidak tau apa-apa kalau urusan seperti
itu.. kita ikut saja apa kata yang menjabat (Kepala Desa) sekarang
ini, kalau ada himbauan kita ikuti kalau tidak ada kita diam.. (MN,
05Maret 2015)
Pernyataan dari kedua informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
fasilitas media penyampaian aspirasi warga desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk kotak saran, kemudian ketika direfleksi pada
indikator transparansi oleh Mardiasmo (2002) dimana salah satunya adalah
tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat. Itu tidak terjadi di
Desa Selobanteng saat ini.

39

2) Transparansi Desa Sumber Anyar


Bentuk komunikasi publik tidak mendukung pada arah terjadinya
transparansi di Desa Sumber Anyar. Hal ini didukung dengan bebarapa data yang
diambil di kantor Desa Sumber Anyar:

keterangan : Kantor Desa Sumber Anyar


Di sebelah kiri,
Lembaga terkait dalam mendukung kinerja
Pemerintah Desa. Yang terdiri BPD, PKK,
LPM, HIPPA SIDO MAKMUR, MUTIARA
BANGSA.

a) Komunikasi publik oleh pemerintah Desa


Bentuk komunikasi publik yang dibangun oleh pemerintah desa tidak
mendukung pada arah terjadinya transparansi di Desa Sumber Anyar. Hal ini
didukung dengan bebarapa data yang diambil di kantor Desa Sumber Anyar
dimana sebagai berikut :

40

sosialisasi progam-program tekait. Kepada masyarakat mengenai


kegiatan pembangunan Desa, atau Agenda Pemerintah Desa terjadi tidak
melibatkan warga secara aktif.
Sosialisasi mengenai pembangunan desa atau agenda pemerintah
desa tidak pernah dilakukan secara terbuka untuk warga desa. kegiatan
sosialisasi atau pemaparan program-program terkait agenda pemerintah
desa biasanya hanya diikuti oleh aparat desa dan lembaga terkait. Hal ini
senada dengan pernyataan dari salah satu aparat desa. yaitu:
ohh .. kalau itu ada Dek, rapat koordinasi seperti itu, yah
pesertanya aparat desa dan lembaga terkait seperti BPD, PKK dan
,LPM.. kalau warga Desa kan sudah diwakilkan BPD, tapi untuk
keberlanjutan warga Desa tau atau tidak tentang program kita itu
wewenang BPD dalam mempublikasikan.. (pak HP, 06 Maret
2015).
ohh..kalau itu ada dek, namanya rapat koordinasi.. dan peserta
rapat adalah aparat Desa dan lembaga terkait seperti BPD, PKK
dan ,LPM.. kalau warga Desa sudah terwakilkan oleh BPD, tapi
untuk keberlanjutan warga Desa untuk mrngetahui atau tidak
tentang program kita itu wewenang BPD dalam mempublikasikan..
(pak HP, 06 Maret 2015).
Pernyataan dari aparat desa selaku informan diatas semakin memperkuat

data yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
keterlibatan aktif masyarakat mengenai kegiatan pembangunan desa, atau agenda
pemerintah desa. Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh
sehingga masih banyak warga desa yang tidak mengetahui atau tidak pernah
mendapatkan kegiatan sosialisasi seperti yang ditekankan.

Tidak adanya sosialisasi mengenai UU Desa yang mengatur Progam


Dana Hibah Desa 1 Milyar, di Desa Sumber Anyar.
Tidak ada kegiatan sosialisasi mengenai progam dana hibah desa satu

milyar kepada warga desa, di benarkan adanya oleh aparat desa. Yaitu oleh
bapak HP. Dalam salah satu perbincangan. Sumber ini menjadi informasi
kunci dalam tahap wawancara kala itu, sebab data atau fakta bermuara dari
aparat sistem. Oleh karenanya tidak perlu melanjutkan pada informan
tambahan. Berikut pernyataan dari pak HP.

41

gak da tu Dek, untuk agenda sosialisasi mengenai Progam Dana


Hibah Desa 1 Milyar kita tidak mengagendakan kepada
masyarakat Desa, tapi bukankah suara mereka sudah diwakilkan
oleh keterlibatan Badan Permusyawarahan Desa (BPD).. jadi saya
rasa itu sudah cukup.. (HP, 09 Maret 2015)
tidak ada Dek, untuk agenda sosialisasi mengenai program dana
Desa 1 milyar.. kita tidak mengadakan kepada masyarakat Desa.
karena mereka sudah diwakilkan oleh keterlibatan Badan
Permusyawarahan Desa (BPD).. jadi saya rasa itu sudah cukup..
(HP, 09 Maret 2015)
Pernyataan dari pak HP selaku informan, diatas semakin
memperkuat data dan fakta yang ada. Dan semakin memperjelas bahwa
Tidak adanya sosialisasi mengenai progam dana hibah desa satu milyar, di
Desa Sumber Anyar. Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi
oleh Mardiasmo (2002) yaitu: Terdapat pengumuman kebijakan mengenai
pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah.
Kegiatan sosialisasi tidak pernah diadakan dan akibatnya masih
banyak warga desa yang tidak mengetahui mengenai dana desa. Kegiatan
sosialisasi seperti yang seharusnya bertujuan untuk memenuhi atau
mencapai dari apa yang menjadi isi UU No. 06 2014 Tantang Desa.

Pembatasan ruang demokrasi terhadap peran BPD sebagai lembaga


chek and balanceingdi pemerintahan Desa.
Badan Permusyawaratan Desa yang seharusnya menjadi kontrol
dan media dari penyampai aspirasi warga ternyata tidak memiliki ruang
bebas dalam perannya sebagai penyampai aspirasi warga desa. hal ini juga
diungkapkan oleh bebarapa informan warga desa yang pernah menjadi
anggota BPD beberapa tahun silam. yaitu pak.TN. Sebagai berikut:
BPD itu tidak diberi ruang oleh kantor Desa secara leluasa, itu
benar Dek, seakan-akan mereka itu tidak mau kita pantau.. dalam
agenda rapat-rapat atau terjun lapangan kita jarang diikutkan..
yah kalau rapat memang sering kita ikut, tapi kalau sudah
dilapangan kita (BPD) itu gak dapat kabar.... (pak.TN, 10 Maret
2015).

42

BPD itu tidak diberi ruang oleh kantor Desa secara leluasa, itu
benar Dek, seakan-akan mereka itu tidak mau kita pantau.. dalam
agenda rapat-rapat atau terjun lapangan kita jarang diikutkan.. yah
kalau rapat memang sering kita ikut, tapi kalau sudah dilapangan
kita (BPD) itu gak dapat kabar.... (pak.TN, 10 Maret 2015).
Singkronisasi antara BPD dan aparat Desa Sumber Anyar menjadi
fakta yang mengejutkan dengan pembenaran argument atau informasi yang
disampaikan oleh pak TN mantan anggota BPD Desa Sumber Anyar.

Tidak adanya publikasi mengenai penggunaan Alokasi Dana Desa.


Publikasi mengenai penggunaan alokasi dana desa tidak pernah ada di

Desa Sumber Anyar. Sudah jelas terjadi ketika melihat kondisi kantor desa
yang tidak memiliki kotak saran dan papan informasi yang tidak digunakan,
terlebih lagi dengan melakukan publikasi masal hal itu tidak pernah terjadi.
Fakta ini turut dibenarkan oleh salah satu aparat Desa Sumber Anyar tersebut.
kalau saya ia-ia saja Dek, toh tidak ada aturan dari pusat untuk
mempublis penggunaan ADD, kalau seandainya ada aturan dari
kabupaten mungkin kita lakukan.. tapi begini Dek, apa iyaa?? Apa
Kepala Desa berani..hahahaha (tertawa)..itu sama saja kita buka
aib daerah,.. (pak HP, 09 Maret 2015)
kalau saya sendiri ia-ia saja untuk mempublikasikan anggaran,
tapi nyatanya juga tidak ada aturan dari pusat untuk melakukan itu.
Kalau seandaianya ada aturan yang mengharuskan maka kita
lakukan.. namun apa iyaa?? Dan apa kepala Desa mau dan bersedia
(berani) hahaha (tertawa)... itu sama saja kita membuka aib daerah
(pak HP 09 Maret 2015)
Menjadi cukup jelas adanya fakta bahwa desa Sumber Anyar tidak
pernah mengadakan kegiatan mempublikasikan penggunaan alokasi dana
desa tersebut. Terlebih lagi mereka tidak siap dengan konskensi dari upaya
publikasi tersebut dan juga aparat desa merasa tidak ada aturan khusus yang
mengharuskan mereka mempublikasikan penggunaan alokasi dana desa.
b) Hak masyarakat terhadap akses informasi

Tidak pernah ada laporan pertanggung jawaban tahunan dari aparat


Desa kepada Warganya tentang Dana Desa.

43

Laporan pertanggungjawaban yang seharusnya menjadi agenda


rutin tahunan dari pemangku kebijakan atau pelaksana kebijakan
terutamanya sistem, sama halnya dengan pemerintahann desa. juga perlu
memiliki laporan pertanggungjawaban dari rekam jejak keberlangsungan
daerahnya. Dan kalangan masyarakat desa mayoritas tidak tahu apa itu
LPJ. Dan hal tersebut dibenarkan oleh pernyataan salah satu aparat desa
yang mengatakan.
gak pernah ada Dek, kalau LPJ pas ngajak warga gitu itu... yah
kalau LPJ cukup bagian aparat Desa saja, toh BPD kalau ikut
didalamnya juga bisa dianggap keterwakilan dari warga Desa
kan.. (pak.HP ,09 Maret 2015)
tidak pernah ada Dek kalau mengenai LPJ kemudian mengikut
sertakan warga Desa.. sebab LPJ itu merupakan kegiatan aparat
Desa saja kalaupun BPD ikut didalamnya bukankah itu sudah
mewakili dari suara (keterlibatan warga Desa).... (pak.HP,09
Maret 2015)
Cukup jelas sudah bahwa secara kontekstual keseluruhan, aparat
Desa tidak pernah mengikut sertakan langsung warga Desa dalam acara
kegiatan laporan pertanggung jawaban di Desa Sumber Anyar tersebut.

Ketidakberanian warga untuk melaporkan praktek money politic di


Desa.
Keberdaan Money politic juga pula ada di Desa Sumber Anyar,
setiap dekade pemilihan baik itu caleg (calon legislatif), kepala desa
(terutamanya) dan Cabub (calon bupati). Paraktek politik uang masih
marak sekali di tempat ini. Dan warga desa sudah terbiasa dengan kondisi
seperti itu. Namun masih terdapat pula warga desa yang geram (tidak
suka) dengan kebiasaan ini. Diantaranya adalah pak PT (tokoh
masyarakat) dan BD (tokoh pemuda)
sama lah Dek...hahahaha (tertawa),..didesa manapun selama itu
Situbondo pasti ada yang namanya politik uang itu (pak PT,09
Maret 2015)
sama saja ya Dek...hahaha (tertawa).. desa dimana saja selama itu
masih kabupaten Situbondo, yang namanya politik uang itu pasti
ada (pak PT, 09 Maret 2015)

44

iyah memank ada pas pemilihan kades kemaren.. tapi gak


sama sih, ada yang 20 ribu dapatnya, ada yang 15 ribu macemmacem sudah... (BD, 09 Maret 2015)
iyah memang ada waktu pemilihan kepala Desa tahun lalu ..
tetapi tidak sama jumlah yang diberikan, ada yang sebesar 20 ribu
kemudian ada 15 ribu, bermacam-macam kalau untuk membeli
suara itu (BD, 09 Maret 2015)
Tidak semua warga desa menikmati tradisi politik uang yang terjadi,
nyatanya masih ada beberapa warga desa yang jenuh dengan kondisi seperti
ini. Dan ada yang tidak tahu bagaimana cara mereka untuk berpartisipatif
dalam menangani hal ini.

Tidak adanya Publikasi serta penggandaan buku Pedoman penyusunan


pembangunan untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait.
Pedoman publikasi penyusunan pembangunan ada namun tidak ada

sosialisasi terhadap masyarakat desa. Sehingga banyak atau bahkan mayoritas


penduduk desa tidak tau mengenai agenda pembangunan dan bagaimana
proses berjalannya baik secara penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan
pembangunan. Hal serupa juga dibenarkan adanya oleh aparat desa bapak HP.
Dalam salah satu perbincangan.
kita ada buku pedoman penyusunan pembangunan beserta
anggaran yang ditetapkan. RKPD 2016.. tapi tidak perlulah
masyarakat tahu semua, lagian untuk apa coba?.. ini cukup
pemerintah Desa yang tahu, tapi kalau ada yang bersedia minta
yah saya kasi tapi atas ijin bapak Kepala desa dulu.. (HP, 09
Maret 2015)
kita ada buku pedoman penyusunan pembangunan beserta
anggaran yang ditetapkan. RKPD 2016.. tapi tidak perlu juga untuk
dipublikasikan kepada masyarakat. Lagi pula untuk apa hal itu
mereka tahu?.. ini cukup pemerintah Desa yang tahu, tapi kalau ada
yang bersedia minta bisa saya berikan tapi atas ijin bapak Kepala
desa terlebih dahulu.. (HP, 09 Maret 2015)
hahahahaha..kalau seandainya APBDes harus dipublikasikan,
mana mungkin bisa terjadi Dek, pertanyaannya adalah Apakah
Kepala Desa Bersedia??.. itu sama saja kita membuka aib
Daerah.. kita harus realistis sekarang, apa beliau mau... (HP, 09
Maret 2015)
hahahahaha..kalau seandainya APBDes harus dipublikasikan,
mana mungkin bisa terjadi Dek, pertanyaannya adalah Apakah

45

Kepala Desa Bersedia??.. itu sama saja kita membuka aib Daerah..
kita harus realistis sekarang, apa beliau mau... (HP, 09 Maret
2015)
Pernyataan dari pak HP selaku informan pokok semakin
memperjelas fakta yang ada. Bahwa tidak adanya papan informasi dan
Publikasi atau penggandaan buku pedoman penyusunan pembangunan
untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait di Desa Sumber
Anyar. Karena dirasa tidak ada kewajiban yang mengatur untuk melakuka
hal tersebut dan lagi jika hal tersebut dilakukan, ada ketakutan sistematis
dari aparat pemerintah daerah. Hal ini menjadi salah satu bentuk tidak
terjadinya transparansi jika direfleksi pada indikator transparansi menurut
Krina (2003) sebagai berikut:
1. Penyediaan informasi yang jelas tetang tanggung jawab
2. Kemudahan akses informasi
Maka dari itu masih banyak (mayoritas) warga desa masih tidak
mengetahui tentang informasi-informasi mengenai desa dan kebijakan
progam-program. Serta pedoman-pedoman pengelolaan anggaran dana desa
Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2016. Sudah dibentuk
namun tidak ada publikasi dari dokumen ini.

keterangan: hard copy RKP-Des Tahun Anggaran 2016

46

Di

Kantor

Desa

Sumber

Anyar

Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2016

memil;iki

Rencana

Kerja

(RKPD 2016). Sengaja tidak

dipublikasikan dengan alih karena tidak ada himbauan dari pusat maupun
kepala desa untuk mempublikasikan atau mensosialisasikan pedoman Rencana
Kerja Pembangunan Desa Tahun Anggar an 2016 (RKPD 2016).

Penggunaan papan informasi tidak produktif dan kebanyakan warga tidak


tahu peran serta fungsinya sebagaimana.
Di Desa Sumber Anyar, terjadinya tidak berdaya fungsi dari akses

terhadap informasi pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Desa.
Pemerintah menyediakan papan Informasi akan tetapi itu tidak digunakan
untuk penyampaian keterkaitan agenda kegiatan, atau kabar-kabar strategis
tentang desa. Justru papan Informasi hanya sekedar papan yang ada sebagai
bentuk formalitas saja.

(Keterengan : Tampak Depan


bersebalahan dengan kantor Kepala Desa)

47

Keterangan : papan informasi tidak tepat guna, kertas yang tertempel


merupakan informasi PNPM 2012
Papan informasi yang dimiliki Kantor Desa Sumber Anyar, tidak
dalam penggunaan secara optimal. Tidak ada informasi yang bersangkutan
dengan desa, kertas-kertas yang tertempel adalah milik dari PNPM yang
terdahulu.
Hal serupa juga dibenarkan adanya oleh aparat desa oleh bapak HP.
Berikut pernyataan dari pak HP.
papan informasi yah.. ada kayaknya, tapi kita yah gak pernah
pakek tu Dek...hahaha. itu bahkan lebih sering di pakek sama
bagian PNPM.. gak tau nempel apa!.. (HP, 09 Maret 2015)
papan informasi yah.. ada sepertinya, tapi kita (Pemerintah Desa)
jarang menggunakannya dan sepertinya belum kita gunakan itu
Dek...hahaha. itu bahkan lebih sering di pakek sama bagian
PNPM.. tidak tahu untuk penyampain informasi apa!.. (HP, 09
Maret 2015)

Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.

keterangan : tampak depan balai Kantor Desa Sumber Anyar

48

keterangan : tampak samping balai Kantor Desa Sumber Anyar


Tidak tersedianya Kotak saran sebagai media aspirasi bagi masyarakat
Desa, juga dibenarkan adanya oleh aparat Desa.
iyah tidak ada memang Dek.. kita tidak menyediakan Kotak
saran..lagian
untuk
apa
coba,
warga
tidak
akan
menggunakannya.. (HP, 09 Maret 2015)
iyah tidak ada memang Dek.. kita (Pemerintah Desa) tidak
menyediakan kotak saran.. lagi pula untuk apa, warga juga tidak
akan menggunakannya.. (HP, 09 Maret)
Pernyataan dari pak HP selaku informan, diatas semakin memperkuat data
dan fakta yang ada. Bahwa tidak memiliki fasilitas media penyampaian aspirasi
warga desa, baik secara lisan dan tulisan, seperti bentuk kotak saran. Kemudian
ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh Mardiasmo (2002) dimana salah
satunya adalah tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat. Dan itu tidak
ada di Desa Sumber Anyar tersebut.

49

3) Transparansi Desa Kilensari


Perkembangan pada Desa Kilensari sebagai katagori desa maju maka dalam
urusan transparansi sistem seharusnya menjadi contoh bagi desa lain yang masuk
dalam katagori tertinggal atau berkembang. Proses terjaminnya akses atau
kebebasan bagi setiap orang (Masyarakat Desa) untuk memperoleh informasi
tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi menegenai kebijakan,
proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang dicapai. Di Desa Kilensari
seharusnya menjadi contoh terjadinya transparansi Sistem yang bisa dikatakan
baik. transparansi, yang harus menekankan kepada dua aspek seperti:
a) Komunikasi publik oleh pemerintah Desa
Bentuk komunikasi publik ternyata tidak mendukung pada arah terjadinya
transparansi di Desa Kilensari Hal ini dibuktikan dengan bebarapa data yang
diambil di kantor Desa Kilensari sebagai berikut :

Adanya Sosialisasi progam-program tekait atau agenda pemerintah Desa


hanya melibatkan aparat Desa dan keterwakilan lembaga.
Sosialisasi program yang dilakukan Desa Kilensari terkait agenda

pemerintah daerah nyatanya hanya dilakukan oleh jajaran aparat desa dan
keterwakilan lembaga. Peran aktif dari masyarakat atau keikut sertakan
masyarakat atau warga tidak diberikan kesempatan. Aparat desa menganggap
suara mereka sudah diwakilkan dengan adanya lembaga seperti PKK dan
BPD. Hal ini dibenarkan adanya oleh pernyataan bebarapa informan yaitu
Bu.FS (Tokoh Marjinal) dan Pak FZ (Masyarakat Biasa) mengatakan.
sebenernya memang bener Dek, itu sudah diwakilkan sama ibuibu PKK biasanya kalau rapat-rapat gitu, tapi orang - orang kayak
kita ini gak tau apa-apa Dek.. jadi ikut-ikuttan saja wes.. (Bu.Fs
12 Maret 2015)
Memang bener Dek, kalau ibu-ibu PKK yang mengikuti rapat
sebagai keterwakilan dari kaum perempuan. Tetapi orang - orang
pinggiran seperti kita ini tidak tahu apa-apa tentang itu Dek..
jadinya hanya mengikuti saja kepeutusannya.. (Bu.Fs 12 Maret
2015)
iyah sudah BPD itu yang ikut Dek.. tapi yah gak tau juga Dek.. isi
rapatnya apa, dan kegiatannya apa... buktinya kita begini-begini
saja tidak ada apa-apa.. (pak FZ, 12 Maret 2015)

50

iyah memang BPD yang mengikuti kegiatan-kegiatan Dek.. tetapi


tidak tahu mengenai apa Dek.. isi rapatnya apa, dan kegiatannya
apa... buktinya kita tetap saja seperti ini, tidak ada apa-apa.. (pak
FZ, 12 Maret 2015)
Keterlibatan warga secara langsung akan akses kegiatan masih rendah,
terlebih lagi dalam mengikuti kegitan sosialisasi progam-program tekait atau
agenda pemerintah desa dimana keterlibatan keterwakilan lembaga belum juga
menjadikan sistem benar-benar teransparansi. Buktinya saja masih ada warga
desa yang tidak mau tahu akan hal tersebut.

Tidak adanya sosialisasi mengenai Progam Dana Hibah Desa 1 Milyar, di


Desa Kilensari.
Ternyata banyak dari warga yang tidak mengetahui mengenai
ADD satu milyar di Desa Kilensari. Dari lima warga yang saya temui dan
berlokasi tinggal didekat kantor desa mereka menyatakan tidak tau tentang
pengguanaan ADD. Diantaranya adalah Pak NK (tokoh Masyarakat), FT
(tokoh pemuda), ZN (tokoh masyarakat biasa), Bu. JM (tokoh marjinal)
dan Bu. SM (masyarakat umum). Berikut pernyataan mereka.
tidak percaya saya kalau program 1 milyar Desa bisa berjalan,
mana buktinya.. masyarakat disini yah gitu-gitu aja, adek lihat saja
sendiri.. itu hanya janji palsu pemerintah saja Dek, demi
mengambil simpati masyarakat.. yah politik pasti gitu sudah...
(pak NK, 12 Maret 2015)
tidak percaya saya kalau program 1 milyar Desa bisa berjalan,
mana buktinya.. masyarakat disini tetap saja tidak ada perubahan,
bisa adek lihat sendiri.. itu hanya janji palsu pemerintah saja Dek,
demi menarik simpati masyarakat.. yah politik selalu seperti itu
sudah (kekecewaan terhadap sistem)... (pak NK, 12 Maret 2015)
boh..bantuan lagi mas, mana yah kok gak ada... gak denger saya
mas. Yah kalau ada semoga benar-benar digunakan untuk warga
lah kedepannya... (FT, 12 Maret 2015)
boh..bantuan lagi mas, mana yah kok tidak ada...saya tidak pernah
mendengar tentang bantuan itu. Yah kalau ada semoga benar-benar
digunakan untuk warga lah kedepannya... (FT, 12 Maret 2015)
program 1 milyar untuk Desa memang sudah di Sah kan yah
setau saya baca berita waktu itu.. tapi saya tidak yakin akan
berjalan efektif mas kalau disini.. saya rasa semua daerah sama
yah, kalau bantuannya berupa uang ujung-ujungnya pasti ada

51

main dibelakang.. sudah jadi hal yang umum kayak itu mas...
(ZN, 12 Maret 2015)
program 1 milyar untuk Desa memang sudah di Sah kan yah,
setau saya baca berita waktu itu.. tapi saya tidak yakin akan
berjalan efektif mas kalau disini (Desa Kilensari).. saya rasa semua
daerah sama yah, kalau bantuannya berupa uang ujung-ujungnya
pasti ada main dibelakang (korupsi).. sudah jadi hal yang umum
kayak itu mas... (ZN, 12 Maret 2015)
Ibu gak tahu tu Dek.. itu bantuan dari siapa emanknya Dek,
kalau seperti ibu ini dapet gak ya biasanya...... (JM, 11 Maret
2015)
ibu tidak tahu Dek.. itu bantuan dari siapa memangnya Dek, kalau
seperti ibu ini dapet gak ya biasanya...... (JM, 11 Maret 2015)
gak tau yah Dek.. gak pernah denger tu ada program itu.. kalau
bantuan BBM itu tau sih, tapi ibu gak dapet.. pedahal ibu yah
butuh... (SM, 12 Maret 2015)
tidak tahu Dek.. tidak pernah mendenger kalau ada program itu..
kalau bantuan BBM itu tau sih, tapi ibu tdak terkenai program..
pedahal ibu juga membutuhkan... (SM, 12 Maret 2015)
Ternyata masih belum ada sosialisasi dari pemerintah desa kepada
masyarakat umum mengenai bantuan ADD satu milyar desa. Sehingga
mayoritas penduduk desa tidak mengetahui tentang daya serap anggaran,
sedikit yang mengetahui tentang program satu milyar untuk desa itu
mengetahui dari pemebritaan di televisi.
Pernyataan dari kelima informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa Tidak adanya
sosialisasi mengenai progam dana hibah desa satu milyar, di Desa Kilensari.
Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh Mardiasmo
(2002)

Terdapat

pengumuman

kebijakan

mengenai

pendapatan,

pengelolaan keuangan dan asset daerah.


Pada Desa Kilensari bisa dikatakan tidak terjadinya tansparansi
tersebut. Buktinya saja banyak warga desa yang masih tidak mengetahui
atau tidak pernah mendapatkan kegiatan sosialisasi seperti yang yang
seharusnya mengatur dalam isi UU No. 06 2014 Tantang Desa.

52

keberadaan BPD sebagai lembaga chek and balanceing pemerintahan


Desa tidak didukung oleh peran aktif warga Desa.
beberapa warga Desa Kilensari tidak mengetahui peran BPD, hal

tersebut dikemukakan oleh beberapa informan (pak FZ) yang mengatakan.


ndak tahu yah Dek, tapi selama saya jadi tukang ojek didepan
kantor Desa ini.. saya gak tahu tu tugasnya BPD apa??.. lagian
untuk apa ngurus-ngurus gituan.. politik itu kotor Dek... (pak FZ,
12 Maret 2015)
tidak tahu saya Dek apa kegunaannya dari BPD, selama saya kerja
didekat Kantor Desa ini, saya tidak tahu tugasnya BPD apa??.. lagi
pula untuk apa juga saya mengurus itu.. politik itu kotor Dek..
(pak FZ 12 Maret 2015)
Apatisme masyarakat terhadap lembaga pemerintahan semakin kuat.
Perilaku-perilaku ketidak pedulian masyarakat terhadap sistem menjadi sangat
krusial bagi keberlangsungan kebijakan yang dihasilkan maupun programprogram yang di berikan oleh pemerintah daerah.

Tidak adanya publikasi Anggaran Dana Desa.


Tidak adanya publikasi terhadap anggaran dana desa semakin

memperkuat pandangan atau opini-opini negatif publik, bahwa dana yang


selama ini ada kemungkinan besar menjadi penyelewengan tindak korupsi.

53

b) Hak masyarakat terhadap akses informasi

Tidak pernah ada laporan pertanggung jawaban tahunan dari aparat


Desa kepada Warganya tentang Dana Desa.
Laporan pertanggungjawaban yang seharusnya menjadi agenda rutin

tahunan dari pemangku kebijakan atau pelaksana kebijakan terutamanya


sistem, sama halnya dengan pemerintahann desa. juga perlu memiliki laporan
pertanggungjawaban dari rekam jejak keberlangsungan daerahnya. Dan
kalangan masyarakat Desa mayoritas tidak tahu apa itu LPJ. Dan hal tersebut
dibenarkan oleh pernyataan salah satu aparat desa yang mengatakan.
LPJ?.. Laporan Pertanggung Jawaban Kantor Desa Kilensari?..
gak tauh yah Dek, baru denger saya kata-kata itu...haha (tertawa),
maklumlah Dek saya kan Cuma lulusan sanawiyah, tahunya yah
ngaji.. tapi setau saya gak kok Dek (pak.ZN ,12 Maret 2015)
LPJ?.. Laporan Pertanggung Jawaban Kantor Desa Kilensari?..
Tidak tahu Dek, baru denger saya tu Dek...haha (tertawa), harap
dimaklumi Dek saya kan hanya lulusan sanawiyah, tahunya yah
ngaji, tetapi setau saya tidak ada kok Dek (pak.ZN ,12 Maret
2015)
Cukup jelas sudah bahwa secara keseluruhan aparat Desa tidak pernah
mengikut sertakan langsung warga desa dalam acara kegiatan laporan
pertanggung jawaban di Desa Kilensari tersebut.

54

Di Desa Kilensari Pemerintah tidak menyediakan papan Informasi. Yang


dapat digunakan untuk penyampaian keterkaitan agenda kegiatan, atau
isu-isu strategis tentang Desa.

Keterangan : kantor Desa Kilensari


Kantor Desa Kilensari tidak memiliki papan informasi. Hal serupa
juga dibenarkan adanya oleh masyarakat desa. yaitu Pak NK (tokoh
Masyarakat), Berikut pernyataannya.
papan info apa Dek? dak ada disini.. coba lihat sendiri sudah
kekantor Desa.. ada gak?? Kalau ada yah ada, tapi seingat saya
tidak ada tu... yah gitu-gitu aja sudah Dek.. (pak NK, 12 Maret
2015)
papan info apa Dek? Tidak ada disini itu.. coba saja adek lihat ke
kantor Desa, ada apa tidak?? Kalau ada yah ada .. tapi seingat
Bapak tidak ada itu,. Yah seperti itulah Dek.. (pak NK, 12 Maret)

55

Tidak adanya Publikasi serta penggandaan buku Pedoman penyusunan


pembangunan untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait.
Pedoman publikasi penyusunan pembangunan tidak pula ada di Desa
tersebut. Sehingga banyak atau bahkan mayoritas penduduk Desa tidak tau
mengenai agenda pembangunan dan bagaimana proses berjalannya baik
secara penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.
Hal ini diselaraskan dengan bebarapa pembenaran dari masyarakat
desa jika tidak adanya sarana penyampaian informasi atau papan info dan
publikasi pedoman penyusunan pembangunan dari aparat desa (kantor
Desa). yaitu Pak NK (tokoh Masyarakat), FT (tokoh pemuda), ZN
(masyarakat biasa). Berikut pernyataannya.
gak tahu saya kalau soal itu,.. yah tapi kenyataannya masak ada
yang berani buku-bukaan kayak gitu Dek, iyah kalau pak.Ahok
yang jakarta itu... (ZN, 12 Maret 2015)
tidak tahu saya kalau soal itu,.. yah tapi kenyataannya apa ada
yang berani transparans seperti itu Dek, iyah kalau pak.Ahok yang
jakarta itu...!! (ZN, 12 Maret 2015)
buku pedoman apa yah Dek, ndak pernah ada tu disini.. gak tau
yah Dek.. (FT, 12 Maret 2015)
buku pedoman apa yah Dek, tidak pernah ada itu disini.. gak tau
yah Dek.. (FT, 12 Maret 2015)
ndak ada Dek, itukan dokumen kantor.. masyarakat seperti kita
yah mana boleh tahu, arsip kantor seperti itu... (Pak NK, 12
Maret 2015)
Tidak ada Dek, itukan dokumen kantor.. masyarakat seperti kita
yah mana boleh tahu, arsip kantor (buku pedoman pembangunan &
perencanaan anggaran) seperti itu... (Pak NK, 12 Maret 2015)
Pernyataan

dari

ketiga

informan

tambahan

diatas

semakin

memperjelas fakta yang ada. Bahwa Tidak adanya papan informasi dan
Publikasi serta penggandaan buku Pedoman penyusunan pembangunan
untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait di Desa Kilensari.
Warga membenarkan tentang tidak adanya papan informasi dan terbilang
tidak memepedulikan keberadaan hal tersebut. Kemudian mengenai buku
pedoman pedoman penyusunan pembangunan dari aparat Desa (kantor

56

Desa) warga juga enggan berkomentar karena itu menjadi wewenang aparat
Desa dan cukup pemerintah desa yang tahu sedang warga tidak perlu
banyak tahu tentang hal itu.
Secara jelas bisa dikatakan bahwa hal ini menjadi salah satu bentuk
tidak terjadinya transparansi. Terlebih lagi jika direfleksi pada indikator
transparansi Menurut Krina (2003) Penyediaan informasi yang jelas tetang
tanggung jawab dan Kemudahan akses informasi. Maka dari itu masih
banyak (mayoritas) warga desa masih tidak mengetahui tentang informasiinformasi mengenai desa dan kebijakan progam-program. Serta pedomanpedoman pengelolaan anggaran dana desa.

Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.

Keterangan : kantor Desa Kilensari


Kondisi kantor desa begitu sepi tidak ada aktifitas yang
menunjukkan adanya kegiatan. Kondisi bangunan tampak lebih rapi dan
bersih bila dibandingakan dengan dua desa sebelumnya yaitu Selobanteng
dan Sumber Anyar. Namun sejauh mata memandang pada kantor desa di
Kilensari. Tidak ditemukannya kotak saran sebagai sarana penyampaian
aspirasi publik.

57

Keterangan : kantor Desa Kilensari


Menurut pendapat salah bebarapa warga desa yang tinggal didekat
wilayah kantor desa yaitu Bu. JM (tokoh marjinal) dan Bu. SM (masyarakat
umum). Berikut penyataannya.

58

kotak saran memang gak ada kok Dek. Kalau Kotak saran.. di
Kantor Desa, yah kalau kami ada keperluan biasanya langsung
ngomong saja kedalam..tapi yah apa juga keperluannya jarang
ada yang lapor-lapor gtu, paling kebanyakan kalau sudah ada
suntik imuns atau pembagian bantuan baru masyarakat kekantor
Desa (Bu JM, 11 Maret 2015)
kotak saran memang tidak ada Dek.. di Kantor Desa, jika kami
memiliki permasalahan, maka kami
biasanya langsung
menyampaikan secara lisan kepada pihak (aparat Desa).. itu pun
jarang terjadi apalagi untuk hal laporan, paling kebanyakan kalau
sudah ada suntik imuns atau pembagian bantuan baru masyarakat
kekantor Desa (Bu JM, 11 Maret 2015)
gak ada Dek... yah buat apa juga yah kotak saran! Kami ini
orang melarat, jadi nurut sajalah apa kata orang-orang yang
punya kuasa.. (Bu SM, 11 Maret 2015)
tidak ada Dek... lagi pula untuk apa juga peran kotak saran! Kami
ini rakyat kecil (miskin), jadi mengikuti apa yang jadi kepentingan
para penguasa (pemerintah Desa).. (Bu SM, 11 Maret 2015)
Pernyataan dari bu.JM dan bu.SM selaku informan, diatas semakin
memperkuat data dan fakta yang ada. Bahwa kantor Desa Kilensari tidak
memiliki fasilitas media penyampaian aspirasi warga desa, baik secara
lisan dan tulisan, seperti bentuk kotak saran. Kemudian ketika direfleksi
pada indikator transparansi oleh Mardiasmo (2002) dimana salah satunya
adalah tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat. Dan itu tidak
terjadi di Desa Kilensari tersebut yang tergolong dalam katagori desa
maju.
C. Revolusi Mental
Revolusi mental adalah hasrat yang dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan
yang kita peroleh melalui struktur lingkugan. Pembiasaan untuk mencipatakan
lingkungan yang kompeten dan terpercaya terutamanya pada sektor sistem
pemerintahan. Akan membawa perubahan sosial yang cenderung membangun
kearah positif. Baik dari sisi pemangju kebijakan maupun dari pelaksana
kebijakan. Dalam lingkup sistem maka kebijakan yang berjalan dua melalui
partisipasi publik diharapkan dapat mengaarah kepada hal yang membangun
bukan menjatuhkan atau bahkan apatisme. Nilai, kepercayaan dan sanksi menjadi
indikator penting dalam mewujudkan revolusi mental.

59

Pengetahuan terhadap nasioanaliesme dimana memprkuat jiwa kebangsaan


serta menjunjung tinggi idealisme pancasila. Dimana bersatu dalam kesatuan,
revolusi mental bertujuan untuk membangun semua kalangan unsur yang berada
dalam suatu negara. Oleh karenanya sangat penting apabila karakter-karakter dari
setiap individu-individu tidak teruji secara kompeten. Dan menciptakan keadilan
bagi seluruh rakyat indonesia.
Pembahasan dan Pemecahan Masalah
Adapun konteks secara garis besar dari ketiga permasalahan yang
ditemukan di 3 Desa yang telah menjadi observasi penelitian dapat dijabarkan
sebagai berikut bersama dengan solusi atau pemecahan yang 60ias dilaksanakan.
No
1.

Desa

Masalah Utama Terkait


Solusi
Transparansi
Desa Selobanteng 1. Komunikasi publik oleh
(Kategori
Desa pemerintah :
Tertinggal)
a. Tidak ada
a. Pengadaan kegiatan
Sosialisasi. progamsosialisasi mengenai
program tekait atau
Program-program
agenda pemerintah
terkait dan agenda
Desa.
pemerintah Daerah.
b. Tidak ada
sosialisasi
mengenai UU Desa
yang mengatur
Dana Desa 1 milyar
kepada warga Desa

b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
dan
keberfungsian Dana
Desa.

c. Ketidak berfungsian c. Reiorientasi BPD,


BPD sebagai
mengembalikan
lembaga chek and
fungsi BPD sebagai
balanceing
lembaga
pemerintahan Desa.
penyeimbang
pemerintah Desa.
d. Tidak ada publikasi
anggaran Dana
Desa.

60

d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media

informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.
2. Hak masyarakat terhadap
akses informasi :
a. Tidak pernah ada
laporan
pertanggung
jawaban tahunan
dari aparat Desa
kepada Warganya
tentang Dana Desa.

a. Mengadakan
kegiatan
laporan
pertanggung
jawaban
(LPJ)
Tahunan
bagi
pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa

b. Ketidakberanian
warga untuk
melaporkan praktek
money politic di
Desa.

b. Menyediakan
fasilitas
media
independent. Seperti
jurnalisme warga,
dimana
memberi
kesempatan warga
untuk
menyampaikan
keberanian
melaporkan faktafakta
yang
ditemukan.

c. Tidak ada bentuk


partisipatif
penyusunan Buku
pedoman
pembangunan &
perencanaan.

c. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.

d. Tidak ada Papan


informasi di Kantor
Desa.

d. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

61

e. Tidak adanya Kotak e. Pemberian


Kotak
Saran di Kantor
Saran
dan
Desa.
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

2.

Desa
Sumber 1. Komunikasi publik oleh
Anyar
(Kategori pemerintah :
Desa Berkembang)
a. Sosialisasi progamprogram tekait kepada
masyarakat mengenai
kegiatan pembangunan
atau agenda pemerintah
Desa. tidak melibatkan
warga secara aktif.

a. Pengadaan kegiatan
sosialisasi mengenai
Program-program
terkait dan agenda
pemerintah Daerah.

b. Tidak ada sosialisasi


mengenai UU Desa
yang mengatur Dana
Desa 1 milyar kepada
warga Desa

b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
keberfungsian Dana
Desa.

c. Pembatsan ruang
demokrasi terhadap
peran BPD sebagai
lembaga chek and
balanceing di
pemerintahan Desa.

c. Reiorientasi BPD,
mengembalikan
fungsi BPD sebagai
lembaga
penyeimbang
pemerintah Desa.

d. Tidak adanya publikasi


anggaran Dana Desa.

d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media
informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.

2. Hak masyarakat terhadap


akses informasi :
a. Tidak pernah ada
laporan pertanggung
jawaban tahunan dari

62

a. Mengadakan
kegiatan
laporan
pertanggung

aparat Desa kepada


Warganya tentang Dana
Desa.

jawaban
(LPJ)
Tahunan
bagi
pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa

b. Ketidakberanian warga b. Menyediakan


untuk melaporkan
fasilitas
media
praktek money politic
independent. Seperti
di Desa.
jurnalisme warga,
dimana
memberi
kesempatan warga
untuk
menyampaikan
keberanian
melaporkan faktafakta
yang
ditemukan.
c. Tidak ada bentuk
partisipatif penyusunan
Buku pedoman
pembangunan &
perencanaan.

c. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.

d. Ada Papan informasi


namun tidak berfungsi
aktif dan warga Desa
tidak tahu tentang
keberadaannya dan
kegunaannya.

d. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

e. Tidak adanya Kotak


Saran di Kantor Desa.

e. Pemberian
Kotak
Saran
dan
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

63

3.

Desa
Kilensari 1. Komunikasi publik oleh
(Kategori
Desa pemerintah :
Maju)
a. adanya Sosialisasi.
progam-program tekait
atau agenda pemerintah
Desa hanya melibatkan
aparat Desa dan
keterwakilan lembaga.

a. Melakukan upaya
pelibatan
masyarakat
atau
warga Desa secara
aktif,
melakukan
musyawarah
mingguan,
atau
bulanan
sesuai
kesepakatan
bersama.

b. Tidak ada sosialisasi


mengenai UU Desa
yang mengatur Dana
Desa 1 milyar kepada
warga Desa

b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
dan
keberfungsian Dana
Desa.

c. keberadaan BPD
sebagai lembaga chek
and balanceing
pemerintahan Desa
tidak didukung oleh
peran aktif warga Desa.

c. Mengadakan
kegiatan
hiring
bersama antara BPD
dan warga Desa.

.
d. Tidak adanya publikasi
Anggaran Dana Desa.

d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media
informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.

2. Hak masyarakat terhadap


akses informasi :
a. Tidak pernah ada
a. Mengadakan
laporan pertanggung
kegiatan
laporan
jawaban tahunan dari
pertanggung
aparat Desa kepada
jawaban
(LPJ)
Warganya tentang Dana
Tahunan
bagi

64

Desa.

pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa.

b. Tidak ada bentuk


partisipatif penyusunan
Buku pedoman
pembangunan &
perencanaan.

b. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.

c. Tidak adanya papan


informasi dan warga
Desa tidak tahu tentang
kegunaannya.

c. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

d. Tidak adanya Kotak


Saran di Kantor Desa.

d. Pemberian
Kotak
Saran
dan
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.

Untuk memperjelas permasalahan dari ketiga desa yang ada di Situbondo


maka secara pembahasan dapat disampaikan bahwa ternyata ketiga desa tidak
menunjukkan apresiasi terhadap terjadinya transparansi sistem. Satu dari tiga desa
secara formalitas memiliki media dalam upaya transparansi seperti (kotak saran,
papan informasi, pedoman dokumen perencaan & pelaksanaan). Namun media
tersebut tidak digunakan secara tepat daya. Sehingga masyarakat desa tetap saja
buta akan informasi mengenai sistem maupun tidak memiliki wawasan politik
yang cukup sebut saja Desa Sumber Anyar dan dua desa yang tidak memiliki
media fasilitas informasi adalah Desa Selobanteng dan Kilensari.
Sosialisasi mengenai alokasi dana desa juga tidak terjadi di masing-masing
desa, baik dari desa Maju, Berkembang, dan Tertinggal. Hal ini dapat
menunjukkan iklim atau suasana yang negatif (tidak membangun) dimana
masyarakat desa tidak memiliki ruang aktif untuk berpartisipasi dalam
65

mendukung pembangunan desa. Hal keluar dari tujuan di sahkannya UU Desa dan
apa yang diningankan oleh pemerintahan nasional tidak dapat berjalan secara baik
dimana sesuai apa yang diharapkan oleh Presiden Repblik Indonesia yaitu
terjadinya revolusi mental. Semua narasumber yang berkomentar rata-rata tidak
mengetahui tentang alokasi dana desa dan juga didukung dengan memang tidak
adanya bentuk transparansi sistem mengenai ADD tersebut.
Sangat disayangkan apabila kinerja sistem tidak bisa berjalan dua arah
dimana kebijakan pada bentuk keterlibatan masyarakat desa saling mengisi.
Maka dari itu seharusnya program penggelontoran dana oleh APBN, tidak
lansung di berikan begitu saja. Perlunya mempersiapkan pelaku program dengan
matang adalah aparat pemerintah desa, memperkuat unsur transparansi daerah
dalam menanggapi program tersebuit serta melibatkan unsur masyarakat desa
secara nyata tidak formalitas belaka. Maka dari itu perlunya pengawasan dan
kontrol yang kuat dari pemerintah nasional terhadap penggelontoran dana
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan program yang tepat sasaran, tepat
guna dan meminimalisir peluang penyelewengan anggaran. Adapun upaya yang
bisa dilakukan adalah :
a. Pemerintah

seharusnya

mempersiapkan

aparat

Desa

dalam

pembekalan upaya kondisi Transparansi Alokasi Dana Desa. lebih


fokusnya pada penggunaan Alokasi Dana Desa.
b. Upaya pengenalan Media fasilitas informasi terkait penyampaian
aspirasi, saran, dan kritik sehingga kebijakan yang dilahirkan dapat
bersifat partisipatif dari masyarakat desa benar-benar direalisasikan.
Dengan begitu apa yang menjadi tujuan dari penerbitan UU Desa dan
penggelontoran dana terjadi sesuai fungsi dan capaiannya. Paling tidak upaya
tersebut dapat mengekang peluang terjadinya korupsi atau penyalahgunaan
alokasi dana desa seperti yang terdahulu. Dan tidak menutup kemungkinan apa
yang menjadi visi dan misi Presiden RI yaitu Desa Membangun atau
Membangun Desa dengan upaya Revolusi Mental dapat terealisasikan secara
berkelanjutan. Sebab didukung oleh keterlibatan semua pihak yaitu pemangku
kebijakan dan pelaksana kebijakan.

66

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan Perencanaan Dana Hibah Desa
1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di Kabupaten Situbondo. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Transparansi sistem merupakan upaya yang dapat menunjang tindakan
partisipan dari masyarakat. Dan membawa kebijakan pemerintah kepada alur dua
arah dimana dari sisi pelaksana (pemerintah) dan penerima (rakyat). Sehingga
terciptanya karakter individu yang membangun, kemudian karakter individu yang
teruji dan individu yang reaktif. Dari ketiga Desa yang telah diteliti ternyata tidak
melaksanakan upaya transparansi.
Seperti Desa Selobanteng yang terkatagori sebagai Desa Tertinggal ternyata
semua mayoritas penduduk desa tidak mengetahui tentang Alokasi dana Desa. dan
semua bukti dokumentasi telah menunjukkan kondisi tidak adanya media dari
Kantor desa dalam mengupayan Transparansi Sistem.
Kemudian Desa Sumber Anyar yang terkatagori sebagai Desa Berkembang,
memang memiliki media sarana transparansi seperti kotak saran, papan informasi
dan buku pedoman pembangunan. Namun media tersebut tidak digunakan secara
tepat daya hanya sebagai sarana formalitas. Dan tidak menunjukakan hasil yang
kompeten bagi masyarakat Desa, sebab mereka tetap buta akan informasi dan
tidak memiliki ruang penyampaian aspirasi secara jelas. Karena sebelumnya tidak
ada upaya komunikasi dari Pemerintah Desa kepada penduduk Desa yang sifatnya
adalah pengenalan Sistem. Dan mayoritas penduduk Desa Sumber Anyar tidak
mengetahui tentang Alokasi Dana Desa. ditambah lagi dengan pembenaran dari
aparat Desa bahwa mereka (pemerintah Desa) tidak pernah mempublikasikan
penggunanaan Alokasi Dana Desa pada publik dikarenakan itu bisa menjadi
membuka aib/kebobrokan dari desa itu sendiri.
Desa Kilensari yang terkatagori sebagai Desa Maju, justru menunjukkan
kinerja yang kurang baik dimana tidak ada sarana media transparansi seperti kotak
saran dan papan informasi. Penduduk setempat pula terbilang awam akan

67

informasi dari kinerja desa. dan mayoritas nara sumber mengatakan tidak tahu
tentang Alokasi Dana Desa. Walaupun secara kondisi ekonomi dan sosial Desa
Kilensari lebih unggul dari dua desa sebelumnya. Namun bentuk transparansi
sistem sama saja dengan dua desa sebelumnya.
Kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Yaitu
bisa dikatakan bahwa penggunaan ADD belum bersifat transparansi tepatnya pada
persoalan penggelontoran Dana Progam 1 milyar Desa. Bisa diasumsikan bahwa
Kabupaten situbondo masih Belum siap dalam pengelolaan alokasi dana desa
yang bersifat partisipatif dengan pertimbangan aspek transparansi yang terjadi
desa-desa tersebut.

68

Ucapan Terima Kasih


Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat,
hidayah serta karunia-Nya kepada umat di seluruh penjuru jagad raya.Sehingga,
TIM dapat menyelesaikan PKM-AI yang berjudul Transparansi Sistem
Pelaksanaan Dan Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya
Revolusi Mental di Kabupaten Situbondo.
Dengan terselesaikannya penelitian ini, TIM menyampaikan rasa terima
kasih kepada berbagai pihak atas segala bantuan, kerjasama, dan kontribusi
pemikiran yang diberikan. Penghargaan serta rasa terimakasih penulis sampaikan
setulus-tulusnya kepada:

1. Dra. Nur Dyah Gianawati M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial Universitas Jember.
2. Arif S.sos, M.AP, selaku Dosen Pembimbing PKM-AI
3. Terima kasih untuk teman-teman dalam kelompok Endah Savitri dan

Dhaifi Rohmawati kalian selalu bersemangat dalam melakukan pekerjaan


penelitian

ini.

Dan

telah

bersemangat

mengapresiasikan ke bentuk tulisan.

untuk

berkarya

dalam

DAFTAR PUSTAKA
Buku

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Dia FISIP UI
Krina, P.,2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, transparansi &
partisipasi, Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Mardiasmo.2002,Tentang Akuntansi Sektor Publik Dalam Mewujudkan Good
Governance Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dalam Desentralisasi
Fiskal Menuju Indonesia Baru. Yogyakarta: Andi.
Sumber Lain

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Situbondo. 2013. Situbondo


Dalam Angka.
Perundang-undangan:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Tentang UU
Desa
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana
Desa
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 06 Tahun 2014 Tentang Desa
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Desa
Internet

Sumber: Tempo Interaktif Kamis, 13 Januari 2011 di


http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=8379&l=kasus-korupsi-di-jawa-timurtertinggi-di-indonesia
Sumber: Tempo Interaktif. Selasa, 02 September 2008 di
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=500&l=korupsi-kas-situbondo-tujuhtersangka-ditahan
Sumber : Radar Banyuwangi, Minggu, 9 Mei 2010 di
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=5860&l=tilap-dana-add-rp-50-juta
kades-sumbertengah-situbondo-masuk-bui
Sumber : Regional kompas. Selasa, 27 November 2012 di
http://infokorupsi.com/id/korupsi.php?ac=10325&l=korupsi-rp-20-jutakades-perempuan-ditahan

Anda mungkin juga menyukai