JUDUL :
TRANSPARANSI SISTEM PELAKSANAAN DANA HIBAH DESA 1
MILYAR DALAM UPAYA REVOLUSI MENTAL di KABUPATEN
SITUBONDO
BIDANG KEGIATAN:
PKM-AI
Diusukan oleh:
Gian Dika Pratama Islam 120910301086
Endah Savitri
120910301067
Dhaifi Rohmawati
130910301042
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2015
Abstrak
Dengan adanya Undang-Undang tentang desa yang telah disahkan. maka
desa akan mendapatkan potensi transfer tunai dari pemerintah pusat sebesar Rp 1
miliar per desa, dan ada kesempatan bagi warga desa untuk menentukan
penggunaan anggaran yang dimiliki oleh desanya sesuai isi dari UU desa yang
menjelaskan didalamnya. Penggunaan anggaran untuk pembangunan desa
seharusnya mampu menumbuhkembangkan semangat bermusyawarah dengan
bijak dan adil, perangkat desa juga memiliki kapasitas untuk melakukan
perencanaan partisipatif yang melibatkan warga secara aktif.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat serta mendiskripsikan dan
menganalisa objek penelitian. Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Dimana metode
penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik dan berhubungan
dengan sifat datayang murni kualitatif. Oleh karena itu untuk memahami
fenomena, penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif untuk
mengumpulkan data. Dengan demikian metode adalah cara yang digunakan oleh
peneliti baik dalam mengumpulkan data maupun dalam analisis data untuk
memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah kebenarannya
serta dapat memahami fenomena-fenomena yang diteliti.
Kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Yaitu
bisa dikatakan bahwa penggunaan ADD belum bersifat transparansi tepatnya pada
persoalan penggelontoran Dana Progam 1 milyar Desa. Bisa diasumsikan bahwa
Kabupaten situbondo masih Belum siap dalam pengelolaan alokasi dana desa
yang bersifat partisipatif dengan pertimbangan aspek transparansi yang terjadi
desa-desa tersebut.
Abstract
As the law of village has been validated, so every village will earn the
opportunity of one billion transfer cash from the central goverment and every
villagers have chances to determine the use of the budget in accordance with the
contents of the village law which has been explained there. The use of the budget
which is used for the village development should be able to increase the spirit of
wise and fair deliberation. The village orgware laso has the capacity in doing the
participative planning which involves the active villagers.
The purpose of this research is to look, describe and also analyse the objects
of the research. The research is about how does the transparancy system of
implementation and planning grants amounting to one billion village in Mental
Revolution Efforts in Situbondo city.
The study is using descriptive qualitative which delas more with description,
naturalystic and the data is purely qualitative. To understand the phenomenon, this
study will use the qualitative research in collecting the data. Thereby, method is
one way which is used the rearcher whether in collecting the data or analysing the
data to get the result that can be justified scientifically and all the phenomenon are
easy to be examined.
The conclusion of the research is that the using of ADD is not transparency
yet especially in the case of spending the grants amounting to one billion village
program. It can be assumed that Situbondo city is not ready yet in managing the
participative grants village fund with the consideration of transparancy aspect
which is happened in that village itself.
Keywords: transparancy, fund, village.
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki wilayah yang sangat luas,
dan memiliki ribuan desa. Menurut data Kemendagri buku induk kode dan data
wilayah administrasi pemerintahan per provinsi, kabupaten/kota dan kecamatan
seluruh Indonesia tahun 2013, terdapat 72.944 wilayah administrasi desa dan
8.309 wilayah administrasi kelurahan. Sehingga total wilayah administrasi
setingkat desa dan kelurahan 81.253. Rancangan Undang-Undang tentang Desa
disahkan menjadi UU oleh DPR. DPR mengetuk palu mengesahkan undangundang baru tersebut dalam rapat paripurna ke-14. Pengesahan UU ini dipercaya
akan memberikan perubahan signifikan bagi pembangunan Indonesia ke depan.
Akan ada harapan perubahan orientasi pembangunan dari sebelumnya cenderung
meng-anak-emas-kan kota, kini diharapkan bisa melihat desa sebagai tulang
punggung pembangunan manusia dan ekonomi Indonesia (dalam media informasi
swasta di http://www.indosiar.com).
Dengan adanya Undang-Undang tentang desa yang telah disahkan ini desa
akan memiliki perangkat yang dijamin kesejahteraannya oleh pemerintah,
pendirian Badan Permusyawaratan Desa (BPD), potensi transfer tunai dari
pemerintah pusat maupun daerah hingga Rp 1 miliar per desa, dan ada
kesempatan bagi warga desa untuk menentukan penggunaan anggaran yang
dimiliki oleh desanya. Keberadaan BPD yang diharapkan sebagai wadah
menampung aspirasi warga akan penggunaan anggaran untuk pembangunan desa
seharusnya mampu menumbuhkembangkan semangat bermusyawarah dengan
bijak dan adil, perangkat desa juga memiliki kapasitas untuk melakukan
perencanaan partisipatif yang melibatkan warga secara aktif.
Dalam dekade terakhir, ada beberapa program pemerintah yang telah
mencoba mensimulasikan implementasi UU Desa, salah satunya adalah PNPM
Mandiri Perdesaan. Tentu dari program yang telah berjalan ini, pemerintah bisa
memetik pembelajaran hal apa saja yang perlu didukung agar UU Desa ini menuai
hasil efektif dan efesien, seperti pelatihan penganggaran, skema perencanaan
partisipatif, dan juga pola pengawasan dalam desa. Kita tentu berharap dengan
keberadaan UU Desa ini dapat memberikan kekuatan kepada desa agar semakin
berdaya dan mampu menarik warga muda untuk berkarya dan mengembangkan
desa.
Besar harapan dari proses penganggaran di desa bisa menelurkan program
bersifat produktif dan berorientasi jangka panjang, seperti inisiasi potensi
ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, dan perbaikan infrastruktur dasar. UU
Desa telah disahkan, ini bukanlah akhir dari perjuangan untuk membangun
Indonesia dengan kekuatan desa. Justru ini adalah babak baru yang perlu
disiapkan secara komprehensif oleh seluruh potensi keilmuan dan kebijakan
Indonesia.
Dana hibah untuk desa akan mulai diluncurkan pada tahun ini, dana
tersebut turun ke kabupaten lalu dikucurkan ke setiap desa yang ada di kabupaten
tersebut. Di provinsi Jawa Timur terdapat 29 kabupaten dan 9 kota. Salah satu
kabupaten di provinsi Jawa Timur yang masih dalam taraf menengah bawah
dilihat dari angka Indeks Pembangunan Manusianya adalah kabupaten Situbondo,
dengan IPM 65,13% pada tahun 2013 yang bersumber dari data BPS kabupaten
Situbondo. (Situbondo Dalam Angka tahun 2012, Bappeda.situbondo.gp.id)
Kabupaten Situbondo terletak di ujung timur Pulau Jawa bagian utara.
Terkenal dengan sebutan daerah waisata pantai pasir putih. Sebelah utara
berbatasan dengan Selat Madura, sebelah timur berbatasan dengan Selat Bali,
sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta
sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo. Luas Kabupaten
Situbondo adalah 1.638,50 km2 bentuknya memanjang dari Barat ke Timur lebih
kurang 150 km (Situbondo Dalam Angka tahun 2012, Bappeda.situbondo.gp.id).
Upaya peningkatan pembangunan di kabupaten Situbondo terus dilakukan.
Hal ini selaras dengan beberapa penghargaan yang di dapat seperti penghargaan
adipura pada tahun 2014, penghargaan BKKBN, dan penghargaan PERTURA.
Program-program yang berhasil di kabupaten Situbondo antara lain Partisipasi KB
Kaum Pria Baru 1,5 Persen dan pelayananan inovatif. (Dalam surat kabar di
http://regional.kompas.com)
Alokasi Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan desa yang
diperoleh dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan
keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten. Menurut Peraturan
Menteri Dalam Negeri nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD
kabupaten/kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat
dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk desa paling sedikit 10%.
Dana desa yang telah di luncurkan ke desa-desa kini menuai banyak
permasalahan, dana yang sebenernya dialokasikan untuk desa guna memajukan
pembangunan di desa malah masuk ke kantong pribadi para perangkat desa,
seperti yang terjadi di Desa Sumbertengah kabupaten Situbondo, Kepala Desa
menilap
dana
ADD
sebesar
Rp.50
Juta.
(Dalam
surat
kabar
di
http://regional.kompas.com).
Dari uraian permasalahan diatas tentang sistem pengalokasian dana yang
masih kurang serta sumber daya manusia tidak mampu mengelola sehingga dapat
menimbulkan permasalahan pada upaya penyelewengan dana oleh pemerintah
desa. Sehingga perlu dikaji dan ditelaah lebih dalam lagi tentang bagaimana
transparasi sistem pelaksanaan dan perencanaan dana hibah desa.
Rumusan Masalah
Berdasarkan ungkapan di latar belakang diatas maka dijelaskan bahwa
ternyata ADD di situbondo masih rawan korupsi, dimana sistem tidak siap
sehingga perlu lagi ditelaah lebih dalam tentang transparansi. Berdasarkan itu
maka peneliti membentuk suatu rumusan masalah untuk mengungkap fenomena
yang terjadi.
Secara ilmiah Perumusan masalah diperlukan dalam suatu penelitian untuk
mencapai hasil yang diharapkan. Perumusan masalah timbul karena adanya
tantangan, kesangsian ataupun kebingungan terhadap suatu hal atau fenomena.
Dari fenomena tersebut maka rumusan masalah yang dirumuskan oleh peneliti
adalah mendiskripsikan Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo.
Fokus Kajian
Rawannya perilaku korupsi yang terjadi pada lembga eksekutif,legeslatif
dan yudikatif menjadi sebuah permasalahan yang kompleks di negara ini.
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh para elite politik ternyata tak cukup
kuat untuk menekan kasus korupsi yang terjadi. Hal tersebut berdampak pada
kejenuhan politik yang di rasakan oleh rakyat, menurunnya rasa kepercayaan
rakyat terhadap sistem pemerintah. Sehingga perilaku apatis terhadap politik ini
menjadi salah satu indikator tidak berhasilnya program-program yang di
berlakukan oleh pemerintah yang tujuannya adalah untuk membangun bangsa.
Program dana hibah Desa 1 milyar telah disahkan, dengan tujuan
membangun upaya revolusi mental. Dan bagaimana upaya pemerintah dalam
menarik partisipasi masyarakat terhadap program ini. Realisasi yang seperti apa
dalam menanggapi program tersebut. Agar kepercayaan rakyat terhadap sistem
pemerintah ada atau muncul, terlebih lagi pada golongan masyarakat Desa yang
mayoritas masih awam akan berpolitik. Oleh karenanya yang menjadi fokus
dalam fenomena ini adalah Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo dilakukan.
Transparansi yang dikemukakan oleh Krina (2003-24) Menjelaskan bahwa
Transparansi merupakan Prisip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap
orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan, yakni
informasi menegenai kebijakan, proses pembuatan, pelaksanaan, dan hasil yang
dicapai. prinsip ini menekankan kepada dua aspek:
1. Komunikasi publik oleh pemerintah
2. Hak masyarakat terhadap akses informasi
Sama halnya dengan pendapat Mardiasmo (2002-54), transparansi adalah
keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan
aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan
informasi.
Tujuan Penelitian
Secara ilmiah Tujuan penelitian merupakan suatu hakekat mengapa
penelitian harus dilakukan. Tujuan penelitian diarahkan untuk memenuhi
fenomena sosial.
Penelitian dilakukan bertujuan untuk melihat, mendiskripsikan dan
menganalisa objek penelitian. Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun
tujuan dari peneliti ini berusaha untuk mendiskripsikan dan mengkaji sebuah
permasalahan yaitu Mendiskripsikan Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan
Perencanaan Dana Hibah Desa 1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di
Kabupaten Situbondo. Dalam fokus utamanya mendiskripsikan lebih detail
sesuai tolok ukur indikator transparansi menurut Krina & Mardiasmo.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah memaparkan kegunaan hasil dari penelitian yang
akan dicapai, baik untuk kepentingan ilmu, pemerintah ataupun masyarakat luas.
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Menambah informasi bagi Pemerintah Daerah terhadap keberlangsungan
sistem perangkat Desa dalam mengoptimalkan program.
2. Mendukung Pemerintah Daerah dalam menciptakan ruang demokratis
melalui partisipasi aktif bagi masyarakat.
3. Menambah wawasan berpolitik bagi masyarakat Desa.
Mampu menumbuhkan jiwa kritis dikalangan Masyarakat Desa terhadap
Pemerintah.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Irawan
(2006:52), metode penelitian kualitatif cenderung bersifat deskriptif, naturalistik
dan berhubungan dengan sifat datayang murni kualitatif. Oleh karena itu untuk
memahami fenomena di atas, penelitian ini akan menggunakan metode penelitian
kualitatif untuk mengumpulkan data. Dengan demikian metode adalah cara yang
digunakan oleh peneliti baik dalam mengumpulkan data maupun dalam analisis
data untuk memperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
kebenarannya serta dapat memahami fenomena-fenomena yang diteliti.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan
diskriptif. Dimana pendekatan diskriptif digunakan untuk menggambarkan dan
memahami kondisi sosial secara keseluruhan. Tujuan pendekatan diskriptif untuk
dapat menguraikan tentang karakteristik suatu keadaan, sehingga penelitian ini
hanya pada taraf pengumpulan fakta-fakta semata. Dalam hubungannya denngan
upaya revolusi mental yang terjadi di desa yang dilakukan melalui adanya
transparansi sistem dana hibah desa yang dilakukan oleh desa. Sehingga dapat
mendiskripsikan proses terjadinya hal tersebut.
Lokasi Penelitian
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa timur yang
cukup dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih yang letaknya
berada di ujung Timur pulau Jawa bagian Utara dengan posisi di antara 7 35 - 7
44 Lintang Selatan dan 113 30 - 114 42 Bujur Timur.
Letak Kabupaten Situbondo, disebelah utara berbatasan dengan Selat
Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah selatan berbatasan
dengan Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi, serta sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Probolinggo.
Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km2 atau 163.850 Ha, bentuknya
memanjang dari Barat ke Timur lebih kurang 150 km. Pantai Utara umumnya
berdataran rendah dan disebelah Selatan berdataran tinggi dengan rata-rata lebar
wilayah lebih kurang 11 km. Luas wilayah menurut Kecamatan, terluas adalah
Kecamatan Banyuputih 481,67 km2 disebabkan oleh luasnya hutan jati di
perbatasan antara Kecamatan Banyuputih dan wilayah Banyuwangi Utara.
Sedangkan luas wilayah yang terkecil adalah Kecamatan Besuki yaitu 26,41 km 2
Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 14 kecamatan memiliki
pantai dan 4 Kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang,
Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo dan Kecamatan Panji (situbondo
dalam angka, Bappeda 2013).
Dalam penelitian ini obyek yang dijadikan wilayah sebagai tempat
penelitian adalah Kabupaten Situbondo, dengan memilah menjadi 3 (tiga)
keterwakilan daerah. Dimana desa yang dipilih berdasarkan karakteristik yang
ditentukan oleh peneliti. Oleh karena itu sesuai dengan ketentuan yang dipilih
maka yang menjadi pertimbangan karakteristik desa adalah desa yang tergolong :
Desa Maju, Desa Berkemabang, dan Desa Tertinggal. Karakteristik tersubut
diukur
melalui
indikator
dari
perkembangan
perekonomian,
kepadatan
Minggu 3
Minggu 4
5.
6.
Analisa
Data
dan
Informasi
Kesimpulan
Hasil
Penelitian di Lapangan
Metode untuk memperoleh data dan analisis yang akan dilakukan. Secara
terperinci penelitian kualitatif tersebut akan dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut:
1) Menyiapkan Perangkat (Instrumen) Atau Panduan Pelaksanaan
Penelitian.
Antara lain panduan wawancara terstruktur, panduan observasi,
penetapan sasaran-sasarannya, baik tujuan maupun informan. Teknik
penarikan sampel menggunakan Pur-posive Sampling dimana desa yang
dipilih
berdasarkan
karakteristik
yang
ditentukan
oleh
peneliti.
oleh Kecamatan
dan 122 pasal yang mengatur di dalamnya. Secara garis besar bisa di
katagorikan dalam Bab dan pasal-pasal yang sifatnya pokok seperti
dibawah ini.
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. BAB
XIV
PENGAWASAN
PEMBINAAN
DAN
Ketentuan
PASAL
Pasal 3 sampai 4
Pasal 7
Pasal 23, Pasal 26
sampai 27 c & d
Pasal 67 sampai
68
Pasal 72 sampai
73 &
Pasal 78
Pasal 78 sampai
83 serta
Pasal 85 & 86
Pasal 87 sampai
90
Pasal 91 sampai
93
Semua
pasal
dalam
Bab
tersebut.
Pasal 112 &
Pasal 113
2) Observasi Non-partisipan
Datang ke lokasi penelitian secara tidak formal, dimana peneliti
tidak mengikuti secara langsung kegiatan-kegiatan yang terjadi
disekitar wilayah atau lingkungan. Disini peneliti hanya melakukan
penilaian secara subyektif dengan ketentuan apa yang dilihatnya
dan berdasarkan pada temuan-temuan sementara.
lokasi meliputi:
Kantor Desa
Lingkungan Desa
Kondisi Sosial Masyarakat Desa.
3) Penetapan key informan.
Karakteristik Penentuan informan dipilih secara mewakali desa
meliputi :
10
Pemerintah Desa
Key informan dikarenakan Pemerintah Desa merupakan
penerima dana ADD dari program 1 Milyar. Dan sebagai
pelaksana dari sistem itu sendiri.
11
Interview
dalam
wawancara
terstruktur.
Wawancara
pembuatan
rangkuman
secara
deskriptif,
dengan
melihat
12
1. Trianggulasi Data
Dengan trianggulasi data peneliti akan :
a. Membandingkan antara data dan hasil pengamatan dengan data dan
hasil wawancara dan kuisioner
b. Membandingkan data berdasarkan pendapat umum dengan data yang
berdasarkan data pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakan sepa njang waktu
d. Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang lain serta membandingkan antara
hasil wawancara dengan dokumen.
Dengan trianggulasi data peneliti akan hal ini bertujuan
untuk Membandingkan antara data dan hasil pengamatan dengan
data dan hasil wawancara terstruktur. Pengumpulan Data sekuler
yang didapat dari pemerintah Desa baik yang bersifat media,
dokumen, gambar atau foto dll. Maka setelah itu di cocokkan atau
membandingkannya dengan hasil wawancara terstruktur.
2. Pengambilan Kesimpulan
Menyimpulkan
dilakukannya
data
trianggulasi
yang
data
telah
dan
didapatkan
trianggulasi
setelah
metode.
13
MINGGU 2
Praktek Pengumpulan Data dan Informasi
1. Pengambilan data sekunder dari Kantor
Desa.
2. Pengambilan data primer melalu
Wawancara berstruktur.
MINGGU 3
Audit trial tim internal
1. Tim Berkumpul melakukan diskusi,
serta pengumpulan data kemudian
memberikan pemaparan dari data yang
14
telah didapatkan.
MINGGU 4
Kesimpulan Hasil Penelitian di Lapangan
1. Mengkredibilitaskan data dengan cara
trianggulasi data.
2. Mengkredibilitaskan data dengan cara
trianggulasi metode.
3. pengambilan Kesimpulan.
15
didominasi oleh sektor pertanian. Hal ini juga merupakan faktor yang menunjang
Desa Selobanteng dikatakan sebagai desa swadaya karena penduduknya yang
jarang dan mata pencaharian yang homogen dan bersifat agraris.
16
17
keterangan : Hasil panen Jagung yang dipilah, dan siap untuk dijual
Keterangan : sawah pertanian yang ditanami jagung & siap panen. Ada pula
anak-anak Desa yang sedang inngin bermain kesawah
Desa Selobanteng di Kecamatan Banyuglugur sebagai salah satu desa
yang tergolong tertinggal karena memiliki indikator kapasitas yang rendah.
Dikatakan memiliki kapasitas rendah dilihat dari sarana pendukung perdagangan
desa yang belum memenuhi kebutuhan aktivitas perekonomian di desa tersebut.
18
Keterangan : kios kecil dan aktifitas belanja sayur mayur penduduk desa
Ketertinggalan fasilitas penunjang sarana aset perekonomian desa juga
menjadi faktor mengapa Desa tersebut dalam kondisi tertinggal. Hal ini
dibuktikan dengan belum adanya Koperasi Untuk Desa (KUD) yang juga
19
20
21
pemasaran hasil tani maupun peternakannya. Desa Sumber Anyar memiliki dua
pasar desa dan 51 toko serta 362 kios/warung.
22
23
24
3. Desa Kilensari
Desa Kilensari (Dalam Katagori Desa Maju). Desa Kilensari memiliki
karakteristik luas wilayah 3.92 km2 dengan jumlah penduduk 12.684 jiwa serta
memiliki kepadatan penduduk 3.236 jiwa/km2. Terlihat kerapatan penduduk yang
merata dan tersebar di wilayah desa Kilensari sehingga dapat diasumsikan bahwa
terjadinya aktivitas perekonomian desa tergolong tinggi dan ramai. Dari data mata
pencaharian
tanaman pangan (padi swah, jagungm kacang tanah dan kedelai), perkebunan
(kelapa dan tebu), perikanan (nelayan dan tamabk udang) dan peternakan (ternak
sapi,kerbau, dan kambing). Hal ini juga merupakan faktor yang menunjang Desa
Kilensari dikatakan sebagai desa maju karena beragamnya mata pencarian warga
Desa.
25
26
27
B. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan,
yakni informasi tentang kebijakan proses pembuatan dan pelaksanaannya serta
hasil-hasil yang dicapai. Transparansi berarti terbukanya akses bagi semua pihak
yang berkepentingan terhadap setiap informasi terkait seperti berbagai peraturan
dan perundang-undangan serta kebijakan pemerintah. Tranparansi juga dibangun
atas pijakan kebebasan arus informasi yang memadai disediakan untuk dipahami
dan dapat dipantau. Dengan ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut
sekaligus mengawasi sehingga kebijakan public yang muncul bisa memberikan
hasil yang optimal bagi masyarakat, serta mencegah terjadinya kecurangan dan
manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok masyarakat
saja secara tidak proporsional.
Menurut Krina (2003) dan Mardiasmo (2002) indikator-indikator dari
transparasansi adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan informasi yang jelas tetang tanggung jawab
2. Menyusun suatu mekanisme pengaduan jika ada peraturan dilanggar
atau peraturan untuk membayar uang suap
3. Kemudahan akses informasi.
4. Meningkatkan arus informasi melalui kerjasama dengan media massa
dan lembaga non pemerintah.
5. Terdapat pengumuman kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan
keuangan dan asset daerah.
6. Tersedia laporan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset
daerah yang mudah diakses.
7. Tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu.
8. Tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat.
9. Terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.
Secara
garis
besar
dari
kesimpulan
mengenai
indikator-indikator
transparansi yang dikemukakan oleh Krina dan Mardiasmo adalah memuat pada
dua aspek sebagai berikut:
28
29
tidak ada Dek, disini tidak ada kegiatan apa-apa.. yah seperti ini
sudah ligkungannya sepi, Kantor Desa saja sepi... (AD, 06 Maret
2015)
Pernyataan dari ketiga informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa Tidak adanya
sosialisasi kepada masyarakat mengenai kegiatan pembangunan Desa, atau
Agenda Pemerintah Desa. Kemudian ketika direfleksi pada indikator
transparansi oleh Mardiasmo (2002) yaitu terdapat pengumuman
kebijakan mengenai pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah.
Dan banyak warga desa yang masih tidak mengetahui atau tidak pernah
mendapatkan kegiatan sosialisasi seperti yang ditekankan.
dan AD merupakan
masyarakat biasa,
ohh.. iyah tahu Dek, janjinya Pak.Jokowi itu pas kampanye yah..
tapi apa benar itu bakalan ada, sepertinya tidak akan terjadi, yah
walaupun ada! Pasti yang enak orang-orang atas.. (pak.AR, 06
Maret 2015)
ohh..iyah tahu Dek, janji dari bapak Jokowi ketika berkampanye
yah.. tapi apa benar itu akan terealisasikan, sepertinya tidak akan
terjadi.. yaah walaupun benar terjadi! Yang akan menikmati pasti
oarang-orang elit politik (legislatif dan eksekutif).. (pak.AR, 06
Maret 2015)
iyah tahu kak, yang di berita tv-tv itu kan.. satu Desa dapat 1
milyar katanya. Tapi kalau disini gak ada kabar tu... hahahaha ..
(BP, 06 Maret 2015)
30
iyah tahu kak, ada berita di televisi itu kan.. satu Desa dapat 1
Milyar katanya. Tapi kalau disini tidak ada kabar tu...hahahaha..
(BP, 06 Maret 2015)
tak taoh jek lek, apah roh .. bantuan ta?.. tadek reah neng dinnak,
tadek pa apah koh..tak taoh kok (AD, 06Maret 2015)
tidak tahu Dek, apa itu.. bantuan pemerintah ta?.. disini tidak ada
apa-apa kok.. saya tidak tahu mengenai itu.. (AD, 06 Maret 2015)
tak taoh jek kok cong, tadek program-program mon e dinnak..mon
bedheh yeh paleng se arassah begien oreng atas (pak NI, 07
Maret 2015)
tidak tahu saya nak, tidak ada program semacam itu disini..
kalaupun ada pasti yang menikmati dana adalah golongan aparat
Desa (pak NI, 07 Maret 2015)
tak oning buleh cong, aponapah geruah.. guleh pon seppo,
eparengih sehat gi pon ontong... (bu ST, 07 Maret 2015)
tidak tahu saya nak, apalagi saya sudah tua.. diberikan kesehatan
saja sudah senang... (bu ST, 07 Maret 2015)
Pernyataan dari kelima informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
sosialisasi mengenai Progam dana hibah desa satu milyar, di Desa
Selobanteng. Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh
Mardiasmo (2002) yaitu: Terdapat pengumuman kebijakan mengenai
pendapatan, pengelolaan keuangan dan asset daerah. Dan banyak warga
Desa yang masih tidak mengetahui atau tidak pernah mendapatkan
kegiatan sosialisasi seperti yang yang seharusnya mengatur dalam UU
Desa.
31
Dulu disini ada Dek BPD itu, semasa waktu kakek saya masih
hidup.. beliau adalah anggota BPD Desa Selobanteng, tapi gak tau
yah sekarang.. gak ada kabar tu BPD... (pak. AR, 06 Maret 2015)
Dulu keberadaan BPD masih aktif, saat kakek saya masih hidup..
beliau adalah salah satu anggota BPD Desa Selobanteng, tapi kalau
sekarang, tidak tahu itu bagaimana BPD.. (pak. AR, 06 Maret
2015)
hahaha...jangan ditanya kak, gak aktif blas... (BP, 06 Maret
2015)
hahaha..(tertawa), jangan ditanya kalau soal BPD, disini tidak
aktif sama sekali... (BP, 06 Maret 2015)
gak ada Dek, gak da Kerjanya BPD disini.. tapi gak tau yah.. itu
anggotanya juga sapa aja... (AD, 06 Maret 2015)
tidak ada Dek, tidak aktif BPD disini.. tidak tahu juga siapa
anggotanya.. (AD, 06 Maret 2015)
Ketidak berfungsian BPD di Desa Selobanteng telah terungkap dengan
pembenaran argument atau informasi yang disampaikan oleh beberapa unsur
masyarakat Desa.
di Desa Selobanteng. Sudah jelas terjadi ketika melihat kondisi kantor desa
yang tidak memiliki selembar kertas tempel informasi, terlebih lagi dengan
melakukan publikasi masal hal itu tidak pernah terjadi. Fakta ini turut
dibenarkan oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat.
memang gak kok Dek, dan gak pernah diadakan publikasipublikasi gitu.. biasalah kayak yang gak tau politik.. hahahaha
(tertawa)... (pak AR, 06 Maret 2015)
memang tidak ada Dek, dan tidak pernah diadakan publikasipublikasi tersebut... sudah menjadi lumrah dalam dunia politik..
hahaha (tertawa)... (pak AR, 06 Maret 2015)
32
pemilihan baik itu caleg (calon legislatif), kepala Desa (terutamanya) dan
Cabub (calon bupati). Paraktek money politik masih marak sekali di
tempat ini. Dan warga sudah Desa sudah terbiasa dengan kondisi seperti
33
itu. Namun masih terdapat pula warga desa yang tidak suka dengan
kebiasaan ini. Diantaranya adalah pak AR dan AD.
disini (Pemerintah Desa) jarang atau bahkan gak mengadakan
kegiatan untuk warga Dek... yah kalau pas pemilihan aja, baru
banyak yang Hot.. panas-panasan antara calon satu dengan yang
lain tambah besar uang sama plus-plusnya...hahahaha
(tertawa),..coba aja pas pemilihan gitu adek maen kesini, biar
tahu.. (pak AR, 06 Maret 2015)
pemerintah Desa disini jearang atau bahkan tidak pernah
mengadakan kegiatan untuk warga Dek.. yah kalau saat pemilu
(pemilihan) saja, baru banyak yang Hot.. panas-panasan (tendensi)
kandidat pemilu satu dengan yang lain sehingga tambah banyak
uang yang diberikan serta tambahan lainnya ...hahaha (tertawa)..
coba saja ketika pemilihan adek berkunjung kesini agar tahu
kondisinya... (pak AR, 06 Maret 2015)
iyah memank.. kalau pas pemilihan aja yang rame disini, selain
itu gak da wes.. gak da kegiatan apa-apa.. dan gak maen-maen
kalau soal serangan fajar disini dek.. tapi mau gimana yah kadang
kita sadar itu gak bener yah.. toh mau kita laporin, kita juga gak
berani dengan lingkungan sekitar.. dikira sok-sokan bersih...
(AD, 06 Maret 2015)
iyah memang.. kalau saat pemilihan saja yang ada kegiatan
disini..selain itu tidak ada, dan tidak segan-segan kalau untuk
serangan fajar disini dek.. tapi mau gimana lagi terkadang kita
sadar itu hal yang tidak baik yah.. lagi pula mau dilaporkan, kita
juga tidak berani, melihat lingkungan sekitar... terus dianggap soksokan saja nantinya... (AD, 06 Maret 2015)
Tidak semua warga desa menikmati tradisi politik uang yang terjadi,
nyatanya masih ada beberapa warga desa yang jenuh dengan kondisi
seperti ini. Dan ada yang tidak tahu bagaimana cara mereka untuk
berpartisipatif dalam menangani hal ini.
tersebut. Sehingga banyak atau bahkan mayoritas penduduk desa tidak tau
mengenai agenda pembangunan dan bagaimana proses berjalannya baik
secara penyusunan perencanaan maupun pelaksanaan pembangunan.
34
yang
lebih
mengejutkan
lagi
adalah,
adanya
35
(Keterangan Kantor Desa tampak samping)
36
37
Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.
38
39
40
data yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa tidak adanya
keterlibatan aktif masyarakat mengenai kegiatan pembangunan desa, atau agenda
pemerintah desa. Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh
sehingga masih banyak warga desa yang tidak mengetahui atau tidak pernah
mendapatkan kegiatan sosialisasi seperti yang ditekankan.
milyar kepada warga desa, di benarkan adanya oleh aparat desa. Yaitu oleh
bapak HP. Dalam salah satu perbincangan. Sumber ini menjadi informasi
kunci dalam tahap wawancara kala itu, sebab data atau fakta bermuara dari
aparat sistem. Oleh karenanya tidak perlu melanjutkan pada informan
tambahan. Berikut pernyataan dari pak HP.
41
42
BPD itu tidak diberi ruang oleh kantor Desa secara leluasa, itu
benar Dek, seakan-akan mereka itu tidak mau kita pantau.. dalam
agenda rapat-rapat atau terjun lapangan kita jarang diikutkan.. yah
kalau rapat memang sering kita ikut, tapi kalau sudah dilapangan
kita (BPD) itu gak dapat kabar.... (pak.TN, 10 Maret 2015).
Singkronisasi antara BPD dan aparat Desa Sumber Anyar menjadi
fakta yang mengejutkan dengan pembenaran argument atau informasi yang
disampaikan oleh pak TN mantan anggota BPD Desa Sumber Anyar.
Desa Sumber Anyar. Sudah jelas terjadi ketika melihat kondisi kantor desa
yang tidak memiliki kotak saran dan papan informasi yang tidak digunakan,
terlebih lagi dengan melakukan publikasi masal hal itu tidak pernah terjadi.
Fakta ini turut dibenarkan oleh salah satu aparat Desa Sumber Anyar tersebut.
kalau saya ia-ia saja Dek, toh tidak ada aturan dari pusat untuk
mempublis penggunaan ADD, kalau seandainya ada aturan dari
kabupaten mungkin kita lakukan.. tapi begini Dek, apa iyaa?? Apa
Kepala Desa berani..hahahaha (tertawa)..itu sama saja kita buka
aib daerah,.. (pak HP, 09 Maret 2015)
kalau saya sendiri ia-ia saja untuk mempublikasikan anggaran,
tapi nyatanya juga tidak ada aturan dari pusat untuk melakukan itu.
Kalau seandaianya ada aturan yang mengharuskan maka kita
lakukan.. namun apa iyaa?? Dan apa kepala Desa mau dan bersedia
(berani) hahaha (tertawa)... itu sama saja kita membuka aib daerah
(pak HP 09 Maret 2015)
Menjadi cukup jelas adanya fakta bahwa desa Sumber Anyar tidak
pernah mengadakan kegiatan mempublikasikan penggunaan alokasi dana
desa tersebut. Terlebih lagi mereka tidak siap dengan konskensi dari upaya
publikasi tersebut dan juga aparat desa merasa tidak ada aturan khusus yang
mengharuskan mereka mempublikasikan penggunaan alokasi dana desa.
b) Hak masyarakat terhadap akses informasi
43
44
45
Kepala Desa Bersedia??.. itu sama saja kita membuka aib Daerah..
kita harus realistis sekarang, apa beliau mau... (HP, 09 Maret
2015)
Pernyataan dari pak HP selaku informan pokok semakin
memperjelas fakta yang ada. Bahwa tidak adanya papan informasi dan
Publikasi atau penggandaan buku pedoman penyusunan pembangunan
untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait di Desa Sumber
Anyar. Karena dirasa tidak ada kewajiban yang mengatur untuk melakuka
hal tersebut dan lagi jika hal tersebut dilakukan, ada ketakutan sistematis
dari aparat pemerintah daerah. Hal ini menjadi salah satu bentuk tidak
terjadinya transparansi jika direfleksi pada indikator transparansi menurut
Krina (2003) sebagai berikut:
1. Penyediaan informasi yang jelas tetang tanggung jawab
2. Kemudahan akses informasi
Maka dari itu masih banyak (mayoritas) warga desa masih tidak
mengetahui tentang informasi-informasi mengenai desa dan kebijakan
progam-program. Serta pedoman-pedoman pengelolaan anggaran dana desa
Rencana Kerja Pembangunan Desa Tahun Anggaran 2016. Sudah dibentuk
namun tidak ada publikasi dari dokumen ini.
46
Di
Kantor
Desa
Sumber
Anyar
memil;iki
Rencana
Kerja
dipublikasikan dengan alih karena tidak ada himbauan dari pusat maupun
kepala desa untuk mempublikasikan atau mensosialisasikan pedoman Rencana
Kerja Pembangunan Desa Tahun Anggar an 2016 (RKPD 2016).
terhadap informasi pada setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah Desa.
Pemerintah menyediakan papan Informasi akan tetapi itu tidak digunakan
untuk penyampaian keterkaitan agenda kegiatan, atau kabar-kabar strategis
tentang desa. Justru papan Informasi hanya sekedar papan yang ada sebagai
bentuk formalitas saja.
47
Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.
48
49
pemerintah daerah nyatanya hanya dilakukan oleh jajaran aparat desa dan
keterwakilan lembaga. Peran aktif dari masyarakat atau keikut sertakan
masyarakat atau warga tidak diberikan kesempatan. Aparat desa menganggap
suara mereka sudah diwakilkan dengan adanya lembaga seperti PKK dan
BPD. Hal ini dibenarkan adanya oleh pernyataan bebarapa informan yaitu
Bu.FS (Tokoh Marjinal) dan Pak FZ (Masyarakat Biasa) mengatakan.
sebenernya memang bener Dek, itu sudah diwakilkan sama ibuibu PKK biasanya kalau rapat-rapat gitu, tapi orang - orang kayak
kita ini gak tau apa-apa Dek.. jadi ikut-ikuttan saja wes.. (Bu.Fs
12 Maret 2015)
Memang bener Dek, kalau ibu-ibu PKK yang mengikuti rapat
sebagai keterwakilan dari kaum perempuan. Tetapi orang - orang
pinggiran seperti kita ini tidak tahu apa-apa tentang itu Dek..
jadinya hanya mengikuti saja kepeutusannya.. (Bu.Fs 12 Maret
2015)
iyah sudah BPD itu yang ikut Dek.. tapi yah gak tau juga Dek.. isi
rapatnya apa, dan kegiatannya apa... buktinya kita begini-begini
saja tidak ada apa-apa.. (pak FZ, 12 Maret 2015)
50
51
main dibelakang.. sudah jadi hal yang umum kayak itu mas...
(ZN, 12 Maret 2015)
program 1 milyar untuk Desa memang sudah di Sah kan yah,
setau saya baca berita waktu itu.. tapi saya tidak yakin akan
berjalan efektif mas kalau disini (Desa Kilensari).. saya rasa semua
daerah sama yah, kalau bantuannya berupa uang ujung-ujungnya
pasti ada main dibelakang (korupsi).. sudah jadi hal yang umum
kayak itu mas... (ZN, 12 Maret 2015)
Ibu gak tahu tu Dek.. itu bantuan dari siapa emanknya Dek,
kalau seperti ibu ini dapet gak ya biasanya...... (JM, 11 Maret
2015)
ibu tidak tahu Dek.. itu bantuan dari siapa memangnya Dek, kalau
seperti ibu ini dapet gak ya biasanya...... (JM, 11 Maret 2015)
gak tau yah Dek.. gak pernah denger tu ada program itu.. kalau
bantuan BBM itu tau sih, tapi ibu gak dapet.. pedahal ibu yah
butuh... (SM, 12 Maret 2015)
tidak tahu Dek.. tidak pernah mendenger kalau ada program itu..
kalau bantuan BBM itu tau sih, tapi ibu tdak terkenai program..
pedahal ibu juga membutuhkan... (SM, 12 Maret 2015)
Ternyata masih belum ada sosialisasi dari pemerintah desa kepada
masyarakat umum mengenai bantuan ADD satu milyar desa. Sehingga
mayoritas penduduk desa tidak mengetahui tentang daya serap anggaran,
sedikit yang mengetahui tentang program satu milyar untuk desa itu
mengetahui dari pemebritaan di televisi.
Pernyataan dari kelima informan diatas semakin memperkuat data
yang telah didapatkan. Dan semakin memperjelas bahwa Tidak adanya
sosialisasi mengenai progam dana hibah desa satu milyar, di Desa Kilensari.
Kemudian ketika direfleksi pada indikator transparansi oleh Mardiasmo
(2002)
Terdapat
pengumuman
kebijakan
mengenai
pendapatan,
52
53
54
55
dari
ketiga
informan
tambahan
diatas
semakin
memperjelas fakta yang ada. Bahwa Tidak adanya papan informasi dan
Publikasi serta penggandaan buku Pedoman penyusunan pembangunan
untuk dibagikan ke bebarapa kalangan masyarakat terkait di Desa Kilensari.
Warga membenarkan tentang tidak adanya papan informasi dan terbilang
tidak memepedulikan keberadaan hal tersebut. Kemudian mengenai buku
pedoman pedoman penyusunan pembangunan dari aparat Desa (kantor
56
Desa) warga juga enggan berkomentar karena itu menjadi wewenang aparat
Desa dan cukup pemerintah desa yang tahu sedang warga tidak perlu
banyak tahu tentang hal itu.
Secara jelas bisa dikatakan bahwa hal ini menjadi salah satu bentuk
tidak terjadinya transparansi. Terlebih lagi jika direfleksi pada indikator
transparansi Menurut Krina (2003) Penyediaan informasi yang jelas tetang
tanggung jawab dan Kemudahan akses informasi. Maka dari itu masih
banyak (mayoritas) warga desa masih tidak mengetahui tentang informasiinformasi mengenai desa dan kebijakan progam-program. Serta pedomanpedoman pengelolaan anggaran dana desa.
Fasilitas media penyampaian aspirasi warga Desa, baik secara lisan dan
tulisan. Seperti bentuk Kotak saran.
57
58
kotak saran memang gak ada kok Dek. Kalau Kotak saran.. di
Kantor Desa, yah kalau kami ada keperluan biasanya langsung
ngomong saja kedalam..tapi yah apa juga keperluannya jarang
ada yang lapor-lapor gtu, paling kebanyakan kalau sudah ada
suntik imuns atau pembagian bantuan baru masyarakat kekantor
Desa (Bu JM, 11 Maret 2015)
kotak saran memang tidak ada Dek.. di Kantor Desa, jika kami
memiliki permasalahan, maka kami
biasanya langsung
menyampaikan secara lisan kepada pihak (aparat Desa).. itu pun
jarang terjadi apalagi untuk hal laporan, paling kebanyakan kalau
sudah ada suntik imuns atau pembagian bantuan baru masyarakat
kekantor Desa (Bu JM, 11 Maret 2015)
gak ada Dek... yah buat apa juga yah kotak saran! Kami ini
orang melarat, jadi nurut sajalah apa kata orang-orang yang
punya kuasa.. (Bu SM, 11 Maret 2015)
tidak ada Dek... lagi pula untuk apa juga peran kotak saran! Kami
ini rakyat kecil (miskin), jadi mengikuti apa yang jadi kepentingan
para penguasa (pemerintah Desa).. (Bu SM, 11 Maret 2015)
Pernyataan dari bu.JM dan bu.SM selaku informan, diatas semakin
memperkuat data dan fakta yang ada. Bahwa kantor Desa Kilensari tidak
memiliki fasilitas media penyampaian aspirasi warga desa, baik secara
lisan dan tulisan, seperti bentuk kotak saran. Kemudian ketika direfleksi
pada indikator transparansi oleh Mardiasmo (2002) dimana salah satunya
adalah tersedianya sarana untuk suara dan usulan rakyat. Dan itu tidak
terjadi di Desa Kilensari tersebut yang tergolong dalam katagori desa
maju.
C. Revolusi Mental
Revolusi mental adalah hasrat yang dibentuk melalui kebiasaan-kebiasaan
yang kita peroleh melalui struktur lingkugan. Pembiasaan untuk mencipatakan
lingkungan yang kompeten dan terpercaya terutamanya pada sektor sistem
pemerintahan. Akan membawa perubahan sosial yang cenderung membangun
kearah positif. Baik dari sisi pemangju kebijakan maupun dari pelaksana
kebijakan. Dalam lingkup sistem maka kebijakan yang berjalan dua melalui
partisipasi publik diharapkan dapat mengaarah kepada hal yang membangun
bukan menjatuhkan atau bahkan apatisme. Nilai, kepercayaan dan sanksi menjadi
indikator penting dalam mewujudkan revolusi mental.
59
Desa
b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
dan
keberfungsian Dana
Desa.
60
d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media
informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.
2. Hak masyarakat terhadap
akses informasi :
a. Tidak pernah ada
laporan
pertanggung
jawaban tahunan
dari aparat Desa
kepada Warganya
tentang Dana Desa.
a. Mengadakan
kegiatan
laporan
pertanggung
jawaban
(LPJ)
Tahunan
bagi
pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa
b. Ketidakberanian
warga untuk
melaporkan praktek
money politic di
Desa.
b. Menyediakan
fasilitas
media
independent. Seperti
jurnalisme warga,
dimana
memberi
kesempatan warga
untuk
menyampaikan
keberanian
melaporkan faktafakta
yang
ditemukan.
c. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.
d. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.
61
2.
Desa
Sumber 1. Komunikasi publik oleh
Anyar
(Kategori pemerintah :
Desa Berkembang)
a. Sosialisasi progamprogram tekait kepada
masyarakat mengenai
kegiatan pembangunan
atau agenda pemerintah
Desa. tidak melibatkan
warga secara aktif.
a. Pengadaan kegiatan
sosialisasi mengenai
Program-program
terkait dan agenda
pemerintah Daerah.
b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
keberfungsian Dana
Desa.
c. Pembatsan ruang
demokrasi terhadap
peran BPD sebagai
lembaga chek and
balanceing di
pemerintahan Desa.
c. Reiorientasi BPD,
mengembalikan
fungsi BPD sebagai
lembaga
penyeimbang
pemerintah Desa.
d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media
informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.
62
a. Mengadakan
kegiatan
laporan
pertanggung
jawaban
(LPJ)
Tahunan
bagi
pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa
c. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.
d. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.
e. Pemberian
Kotak
Saran
dan
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.
63
3.
Desa
Kilensari 1. Komunikasi publik oleh
(Kategori
Desa pemerintah :
Maju)
a. adanya Sosialisasi.
progam-program tekait
atau agenda pemerintah
Desa hanya melibatkan
aparat Desa dan
keterwakilan lembaga.
a. Melakukan upaya
pelibatan
masyarakat
atau
warga Desa secara
aktif,
melakukan
musyawarah
mingguan,
atau
bulanan
sesuai
kesepakatan
bersama.
b. Melakukan
sosialisasi mengenai
UU
Desa
dan
keberfungsian Dana
Desa.
c. keberadaan BPD
sebagai lembaga chek
and balanceing
pemerintahan Desa
tidak didukung oleh
peran aktif warga Desa.
c. Mengadakan
kegiatan
hiring
bersama antara BPD
dan warga Desa.
.
d. Tidak adanya publikasi
Anggaran Dana Desa.
d. Melakukan
sosialisasi tentang
anggaran
Dana
Desa dan membuat
cetakan
media
informasi
(baleho,benner,span
duk) dll.
64
Desa.
pemerintah
Desa
dengan
mengikut
sertakan
warga
Desa.
b. Mengikut sertakan
Warga Desa secara
partisipatif Dalam
merancang
Pembangunan Desa
serta,menggandakan
pedoman
sebagai
acuan
wawasan
pembangunan Desa.
c. Pemberian
Papan
Info
&
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.
d. Pemberian
Kotak
Saran
dan
disosialisasikan,keb
erfungsiaan
serta
mafaatnya.
mendukung pembangunan desa. Hal keluar dari tujuan di sahkannya UU Desa dan
apa yang diningankan oleh pemerintahan nasional tidak dapat berjalan secara baik
dimana sesuai apa yang diharapkan oleh Presiden Repblik Indonesia yaitu
terjadinya revolusi mental. Semua narasumber yang berkomentar rata-rata tidak
mengetahui tentang alokasi dana desa dan juga didukung dengan memang tidak
adanya bentuk transparansi sistem mengenai ADD tersebut.
Sangat disayangkan apabila kinerja sistem tidak bisa berjalan dua arah
dimana kebijakan pada bentuk keterlibatan masyarakat desa saling mengisi.
Maka dari itu seharusnya program penggelontoran dana oleh APBN, tidak
lansung di berikan begitu saja. Perlunya mempersiapkan pelaku program dengan
matang adalah aparat pemerintah desa, memperkuat unsur transparansi daerah
dalam menanggapi program tersebuit serta melibatkan unsur masyarakat desa
secara nyata tidak formalitas belaka. Maka dari itu perlunya pengawasan dan
kontrol yang kuat dari pemerintah nasional terhadap penggelontoran dana
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menciptakan program yang tepat sasaran, tepat
guna dan meminimalisir peluang penyelewengan anggaran. Adapun upaya yang
bisa dilakukan adalah :
a. Pemerintah
seharusnya
mempersiapkan
aparat
Desa
dalam
66
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang
Bagaimana Transparansi Sistem Pelaksanaan Dan Perencanaan Dana Hibah Desa
1 milyar dalam Upaya Revolusi Mental di Kabupaten Situbondo. Maka dapat
disimpulkan sebagai berikut.
Transparansi sistem merupakan upaya yang dapat menunjang tindakan
partisipan dari masyarakat. Dan membawa kebijakan pemerintah kepada alur dua
arah dimana dari sisi pelaksana (pemerintah) dan penerima (rakyat). Sehingga
terciptanya karakter individu yang membangun, kemudian karakter individu yang
teruji dan individu yang reaktif. Dari ketiga Desa yang telah diteliti ternyata tidak
melaksanakan upaya transparansi.
Seperti Desa Selobanteng yang terkatagori sebagai Desa Tertinggal ternyata
semua mayoritas penduduk desa tidak mengetahui tentang Alokasi dana Desa. dan
semua bukti dokumentasi telah menunjukkan kondisi tidak adanya media dari
Kantor desa dalam mengupayan Transparansi Sistem.
Kemudian Desa Sumber Anyar yang terkatagori sebagai Desa Berkembang,
memang memiliki media sarana transparansi seperti kotak saran, papan informasi
dan buku pedoman pembangunan. Namun media tersebut tidak digunakan secara
tepat daya hanya sebagai sarana formalitas. Dan tidak menunjukakan hasil yang
kompeten bagi masyarakat Desa, sebab mereka tetap buta akan informasi dan
tidak memiliki ruang penyampaian aspirasi secara jelas. Karena sebelumnya tidak
ada upaya komunikasi dari Pemerintah Desa kepada penduduk Desa yang sifatnya
adalah pengenalan Sistem. Dan mayoritas penduduk Desa Sumber Anyar tidak
mengetahui tentang Alokasi Dana Desa. ditambah lagi dengan pembenaran dari
aparat Desa bahwa mereka (pemerintah Desa) tidak pernah mempublikasikan
penggunanaan Alokasi Dana Desa pada publik dikarenakan itu bisa menjadi
membuka aib/kebobrokan dari desa itu sendiri.
Desa Kilensari yang terkatagori sebagai Desa Maju, justru menunjukkan
kinerja yang kurang baik dimana tidak ada sarana media transparansi seperti kotak
saran dan papan informasi. Penduduk setempat pula terbilang awam akan
67
informasi dari kinerja desa. dan mayoritas nara sumber mengatakan tidak tahu
tentang Alokasi Dana Desa. Walaupun secara kondisi ekonomi dan sosial Desa
Kilensari lebih unggul dari dua desa sebelumnya. Namun bentuk transparansi
sistem sama saja dengan dua desa sebelumnya.
Kesimpulan dari seluruh kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan. Yaitu
bisa dikatakan bahwa penggunaan ADD belum bersifat transparansi tepatnya pada
persoalan penggelontoran Dana Progam 1 milyar Desa. Bisa diasumsikan bahwa
Kabupaten situbondo masih Belum siap dalam pengelolaan alokasi dana desa
yang bersifat partisipatif dengan pertimbangan aspek transparansi yang terjadi
desa-desa tersebut.
68
1. Dra. Nur Dyah Gianawati M.A selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesejahteraan
Sosial Universitas Jember.
2. Arif S.sos, M.AP, selaku Dosen Pembimbing PKM-AI
3. Terima kasih untuk teman-teman dalam kelompok Endah Savitri dan
ini.
Dan
telah
bersemangat
untuk
berkarya
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif Untuk Ilmu Sosial.
Jakarta: Dia FISIP UI
Krina, P.,2003. Indikator & Alat Ukur Prinsip Akuntabilitas, transparansi &
partisipasi, Jakarta: Sekretariat Good Public Governance Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional.
Mardiasmo.2002,Tentang Akuntansi Sektor Publik Dalam Mewujudkan Good
Governance Dalam Perspektif Otonomi Daerah Dalam Desentralisasi
Fiskal Menuju Indonesia Baru. Yogyakarta: Andi.
Sumber Lain