1. Richa Octaviani
2. Pratiwi Lestari Girsang
3. Agustina Berliana Tampubolon
(140522007)
(140522029)
(140522033)
peraturan pemerintah yang lainnya. Kecepatan masuk pasar sangatlah penting, khususnya
pada industri teknologi.
4. Mencegah pengambilalihan (avoidance of takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian oleh perusahaan lain.
Karena perusahaan yang lebih kecil lebih mudah diambil alih, beberapa diantara mereka
memakai strategi pembelian yang agresif untuk melawan usaha pengambilalihan oleh
perusahaan lain.
5. Akusisi harta tidak berwujud (acquisition of intangible assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumberdaya tidak berwujud maupun
berwujud. Maka akuisisi atas hak paten, hak atas mineral, database pelanggan , atau keahlian
manajemen mungkin mennjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.
6. Alasan-alasan lain.
Selain untuk perluasan, perusahaan-perusahaan memilih penggabungan usaha untuk
memperoleh mamfaat dari segi pajak, untuk manfaat pajak penghasilan perseorangan dan
pajak atas bangunan, dan alasan-alasan pribadi.
Bentuk Penggabungan Usaha
Menurut PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No.22 bentuk penggabungan usaha
dapat mempunyai beberapa bentuk, yaitu :
1. Merger, yaitu apabila suatu perusahaan mengambil alih operasi suatu entitas bisnis lain dan
entitas bisnis tersebut kemudian dilebur menjadi satu dengan perusahaan yang mengambil
alih.
Perusahaan
AA
Perusahaan
Perusahaan
AA
2. Konsolidasi, yaitu
BB apabila suatu perusahaan baru terbentuk dengan mengambil alih aset atau
operasi dua atau lebih entitas bisnis yang terpisah dan perusahaan-perusahaan lama tersebut
dibubarkan.
Perusahaan
AA
Perusahaan
BB
Perusahaan
CC
Perusahaan
AA
Perusahaan
AA
Perusahaan
BB
Perusahaan
BB
Hubungan yang timbul dari akuisisi disebut hubungan indukanak perusahaan (parentsubsidiary relationship). Induk perusahaan (parent company) adalah perusahaan yang
mengendalikan peruhaan lain, yang disebut anak perusahaan (subsidiary), biasanya melalui
kepemilikan mayoritas saham biasa.
Hak Minoritas (Minority Interest)
Berdasarka PSAK No. 4, maka kepemilikan saham biasa di atas 50% merupakan salah satu ciri
adanya pengendalian suatu perusahaan kepada perusahaaan lain. Kepemilikan saham anak 100%
memberi hak pengendalian penuh bagi induk. Apabila kepemilikan induk atas saham biasa kurag
dari 100% sekalipun, induk memiliki hak pengendaian atas perusahaan anak, terdapat emilik
saham lain dalam erusahaan aak yang harus diberi haknya, inilah yang disebut pemilik saham
minoritas. Pemilik saham minoritas dilindungi oleh undang-undang. Peraturan Pemerintah No.27
Tahun 1998 mensyaratkan bahwa penggabungan , peleburan, dan pengambilalihan hanya dapat
dilakukan dengan memperhatikan kepentingan pemilik saham minoritas. Pemilik saham minortas
diberi hak menjual sahamnya dengan harga yang wajar apabila tidak menyetujui penggabungan,
peleburan atau pengambilalihan yang dilakukan.
Hak atau kepemilikan minoritas adalah bagian hasil usaha dan bagian aset neto perusahaan yang
dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh induk perusahaan. PSAK No. 4
mengatur penyajian hak minoritas sebagai berikut:
1. Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pegurang dari laba bersih konsolidasi
untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak pemegang saham induk
perusahaan.
2. Hak minoritas dalam aset bersih disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi, diantara
ekuitas dan kewajiban. Hak minoritas dalam aset bersih terdiri dari:
(i)
Suatu jumlah pada saat terjadinya penggabungan usaha
(ii)
Bagian pemegang saham minoritas atas perubahan ekuitas yang terjadisetelah tangga
penggabungan usaha.
PSAK No. 4 mengharuskan hak minoritas
Didalam kombinasi bisnis penggabungan aset tak berwujud akan berdampak dengan timbulnya
goodwill karena terdapat suatu nilai investasi di dalamnya yang manfaatnya baru bisa dirasakan
di masa depan. Goodwill hanya akan timbul bila metode yang digunakan adalah metode
purchase, dan tidak akan terjadi bila metode akuntansi yang digunakan adalah pooling of
interest.
Salah satu standar yang berubah karena ada penyesuaian ke IFRS adalah pada standar akuntansi
keuangan (SAK) nomor 22 mengenai kombinasi bisnis yang menghapuskan perlakuan amortisasi
goodwill. SAK nomor 22 yang terdahulu (1994) mengatur agar goodwill di amortisasi setiap
periode selama 5 sampai dengan 20 tahun, bergantung kepada kebijakan perusahaan. Perusahaan
akan melaporkan nilai beban amortisasi goodwill yang konsisten setiap periode, dan akan
mengurangi saldo goodwill dengan nilai yang sesuai dengan amortisasi-nya. Peraturan untuk
melakukan amortisasi ini dihapuskan karena dianggap tidak dapat merefleksikan keadaan
ekonomi dan substansi yang sebenarnya. SAK nomor 22 yang baru (2010) mengatur agar
perusahaaan membukukan beban kerugian akibat penurunan nilai atau mengamortisasi hanya
jika jumlah terpulihkan (recoverable amount) lebih kecil dari jumlah yang tercatat (carrying
amount). Besarnya jumlah kerugian penurunan nilai dapat ditentukan dengan melakukan uji
penurunan nilai paling tidak setahun sekali. Sehingga dengan berlakunya standar ini, tidak ada
lagi beban amortisasi yang dilapokan perusahaan dalam laporan keuangannya. Untuk pengaturan
mengenai penurunan nilai atas goodwill ini diatur dalam SAK nomor 48 mengenai penurunan
nilai aset. Aturan untuk melakukan pengujian penurunan nilai muncul karena dianggap lebih baik
dalam merefleksikan substansi transaksi dan kondisi ekonomi yang terjadi serta agar nilai aset
yang disajikan di laporan posisi keuangan tetap mencerminkan kewajaran sumber daya
ekonomik yang dikuasai oleh entitas sehingga informasi yang disajikan tidak menyesatkan
(mislead) para pengguna laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan.
Metode Pembelian (Purchase Method)
Jika penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian mayoritas saham secara tunai oleh
perusahaan lain yang berakibat beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlakukan sebagai
pembelian (purchase) dan metode akuntansi yang digunakan adalah metode pembelian (purshase
method). Metode pembelian mencatat asset dan kewajiban berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar.
Berdasarkan metode ini net asset perusahaan yang diakusisi dihargai sebesar harga beli dan metode
ini mengakui adanya goodwill yaitu nilai lebih biaya perolehan diatas nilai wajar aktiva dan
kewajiban yang dapat diidentifikasi. Metode pembelian mengakui dan mencatat asset dan kewajiban
perusahaan yang diakusisi, sebesar nilai pasar, sedangkan laba ditahan dan agio saham tidak diakui
dalam laporan keuangan konsolidasi yang dibuat pengakusisi pada tanggal transaksi.
http://anitah89.wordpress.com/2011/05/13/rangkuman-chapter-8/
www.gunadarma.ac.id