Anda di halaman 1dari 20

i

KARAKTERISASI BIPHASIC CALSIUM PHOSPHATE BERPORI


DENGAN RASIO 60% HA dan 40% -TCP SEBELUM DAN
SESUDAH DIIMPLANKAN KE DALAM TULANG DOMBA

MAIMUNA

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

ii

LEMBAR PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
Judul Skripsi

: Karakterisasi Biphasic Calsium Phosphate Berpori dengan


Rasio 60% HA dan 40% -TCP Sebelum dan Sesudah
Diimplankan ke dalam
Tulang domba

Nama

: Maimuna

NIM

: G74110051

Disetujui oleh

Dr. Kiagus Dahlan

Setia Utami Dewi, M.Si

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Kiagus Dahlan


Kepala Bagian Biofisika IPB

iii

Disetujui tanggal:

KARAKTERISASI BIPHASIC CALSIUM PHOSPHATE BERPORI


DENGAN RASIO 60%Usulan
HA dan
40% -TCP SEBELUM DAN
Penelitian
SESUDAH DIIMPLANKAN KE DALAM TULANG DOMBA

Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan penelitian pada Departemen Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MAIMUNA
G74110051

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 3 Mei 1993. Penulis adalah
anak terakhir dari 6 bersaudara, dari pasangan Bapak Abdul Aziz dan Ibu Masayu
Maryani. Riwayat pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1999 di SD N
201 Palembang dan lulus pada tahun 2005, SMP N 39 Palembang dan lulus pada
tahun 2008, serta SMA N 12 Palembang dan lulus pada tahun 2011.
Setelah lulus SMA penulis melanjutkan pendidikan ke Institut Pertanian
Bogor, Departemen Fisika melalui jalur PMDK (USMI). Selama di IPB penulis
aktif sebagai asisten mata kuliah salah satunya Asisten Praktikum TPB IPB. Di
bidang

organisasi

kemahasiswaan

penulis

juga

mengikuti

organisasi

kemahasiswaan diantaranya Kadiv Eksternal OMDA IKAMUSI IPB, Badan


Pengawas HIMAFI, dan Ketua DIES Asrama Putri Darmaga IPB. Penulis juga
penerima Beasiswa Bidik Misi 2011-2015.

vi

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT dan shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan
hidayah Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul
Karakterisasi Biphasic Calsium Phosphate Berpori dengan Rasio 60/40 Sebelum
dan Sesudah Diimplankan ke dalam Tulang Domba. Usulan ini disusun agar
penulis dapat segera melakukan penelitian dan sebagai salah satu syarat kelulusan
program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepadakedua orang tuadan
para sahabat yang selalu memberikan nasehat, bimbingan dan semangat kepada
penulis. Kepada pembimbing skripsi yang selalu memberikan motivasi dan
semangat serta menyempatkan waktunya untuk berdiskusi mengenai penyusunan
usulan penelitian ini. Tak lupa pula kepada rekan-rekan fisika terutama rekan
fisika 48 beserta civitas akademika fisika lainnya yang telah banyak membantu
penulis selama ini.
Keterbatasan manusia membuat penulis merasa perlu kritik dan saran dari
rekan-rekan agar penelitian yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan
selesai tepat waktu. Semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi semuanya.
Bogor, 21 September 2014

Penulis

vii

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 2
1.3 Perumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.4 Hipotesis........................................................................................................ 3
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 3
2.1 Tulang ........................................................................................................... 3
2.2 Hidroksiapatit ................................................................................................ 4
2.3 - TCP .......................................................................................................... 4
2.3 Biphasic Calcium Phosphate Berpori ........................................................... 4
2.4 Domba Sebagai Hewan Uji ........................................................................... 5
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 5
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 5
3.2 Bahan ............................................................................................................ 6
3.3 Alat ................................................................................................................ 6
3.4 Prosedur Penelitian........................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................... 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan jumlah penderita patah tulang
tertinggi di Asia. Berdasarkan data dari RS. Soetomo Surabaya ada sekitar 400
kasus operasi bedah tulang tiap bulannya.1 Salah satu penyebab meningkatnya
penderita patah tulang ini disebabkan jumlah kecelakaan yang terus meningkat.
Peranan tulang sangat penting dalam menopang tubuh manusia sehingga
ketika tulang mengalami kerusakan maka akan mengganggu fungsi tubuh.
Sebenarnya sel- sel pada tulang memiliki kemampuan untuk memulihkan diri
dengan sendirinya tetapi membutuhkan waktu yang cukup lama. Tulang terus
menerus mengalami perusakan dan pembentukan yang disebut dengan proses
remodeling tulang. Proses remodeling tulang ini tersusun atas sel osteoblas dan
osteoklas. Sel osteoblas inilah yang berguna untuk proses pembentukan tulang.2
Ketika usia diatas 35 tahun, sel osteoblas semakin berkurang, sehingga tulang
tidak lagi mengalami pertumbuhan dan diperlukan material yang berguna sebagai
pengganti tulang yang dapat mempercepat pemulihan tulang secara sempurna.3,4
Biomaterial adalah suatu bahan inert yang diimplankan kedalam sistem
hidup sebagai pengganti fungsi dari jaringan hidup.5 Penggunaan biomaterial
salah satunya untuk membuat tulang tiruan atau implantasi tulang. Biomaterial
yang baik

haruslah

bersifat

bioaktif,

biokompatibiliti,

mudah

didapat,

osteokonduktif, stabil secara mekanis, biodegradabel, bioresobable, dan tidak


mengandung racun.5,6
Penelitian kali ini menggunakan biomaterial berupa Biphasic Calsium
Phosphate (BCP) yang merupakan campuran dari hidroksiapatit (HA) dan -Tri
calcium Phosphate (-TCP) dalam rasio yang tetap. BCP yang memiliki rasio
60% HA dan 40% -TCP dapat mendukung pertumbuhan implan tulang dengan
jaringan induk sehingga membentuk ikatan yang baik.7 Hidroksiapatit dan TCP
memiliki komposisi mineral yang menyerupai tulang dan bisa menjadi pengganti
tulang karena memiliki biokompatibilitas yang baik. BCP yang tepat untuk tubuh
haruslah memiliki sifat bioresobable, biocompatible dan bioaktif .

Adanya keterbatasan dalam dalam setiap material, memicu perkembangan


riset di bidang material. Hingga saat ini terus berkembang studi mengenai material
terutama BCP. Baru-baru ini perhatian khusus pada penyusunan keramik BCP
morfologi berpori. BCP berpori sangat efektif untuk memperbaiki tulang yang
rusak, karena pori-pori BCP akan memicu tumbuhnya sel-sel tulang yang baru.
Untuk mengetahui apakah BCP dapat diterima oleh tubuh maka
diperlukan hewan uji, sebelum diimplankan kedalam tubuh manusia. Hewan uji
yang cocok untuk implantasi tulang yaitu babi, anjing, kambing, kelinci dan
domba. Pada penelitian ini hewan uji yang digunakan adalah domba. Tulang
domba menunjukan kepadatan tulang yang lebih tinggi dan kekuatan yang lebih
besar dibandingkan menusia. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukan bahwa
tulang domba dan manusia memiliki pola yang serupa dalam hal proses
pertumbuhan tulang.9 Adanya implan tulang BCP diharapkan dapat larut dan
dapat membantu mempercepat proses penyembuhan tulang.

1.2 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Sintesis BCP dengan rasio HA 60% dan -TCP 40% dari cangkang telur
ayam
2. Karakterisasi BCP sebelum dimplankan melalui analisis XRD (X-Ray
Diffraction), analisis FTIR (Spektroskopi Fourier Transform Infrared) dan
analisis SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy X-Ray).
3. Karakterisasi BCP sesudah diimplankan melalui analisis XRD (X-Ray
Diffraction), analisis FTIR (Spektroskopi Fourier Transform Infrared) dan
analisis SEM-EDX (Scanning Electron Microscopy X-Ray).
4. Analisis Uji kekerasan tulang menggunakan BCP sesudah diimplankan
pada tulang domba

1.3 Perumusan Masalah


Adapun perumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Apakah rasio 60% HA dan 40 % -TCP dapat digunakan sebagai
perbandingan bahan yang akan diimplankan

2. Bagaimana karakteristik BCP sebelum diimplankan ke dalam tulang


domba melalui karakterisasi XRD, SEM-EDX dan FTIR.
3. Bagaimana karakteristik BCP setelah diimplankan ke dalam tulang domba
melalui karakterisasi XRD, SEM-EDX dan FTIR.
4. Bagaimana kekerasan tulang domba setelah diimplankan BCP

1.4 Hipotesis
BCP dengan rasio 60% HA dan 40% -TCP setelah diimplankan pada
domba selama 3 bulan akan menghasilkan BCP yang bersifat bioaktif,
biokompatibel dan berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang Lingkup Penelitian ini adalah bidang biomaterial khususnya
Biphasic Calsium Phoshate (BCP) yang dapat dimanfaatkan dalam bidang
kesehatan. Terdiri dari Pembuatan Serbuk CaO dari cangkang telur ayam,
Sintesis BCP berpori, karakterisasi XRD, FTIR, SEM-EDX , Uji kekerasan
dan Pengujian secara in vivo pada tulang domba.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tulang
Tulang tersusun atas mineral dan matriks. Senyawa mineral yang ada pada
tulang umumnya berbentuk senyawa kalsium. Senyawa kalsium dalam tulang
yang berikatan dengan fosfat disebut kalsium fosfat.10 Kalsium dapat diperoleh
secara alami maupun sintesis. Secara alami kalsium diperoleh dari susu, daging,
sayuran dan cangkang telur sedangkan sintetis diperoleh dari suplemen.
Tulang merupakan jaringan hidup yang hidup yang dinamis terbentuk dari
sel aktif.6 Tulang terus menerus mengalami perbaikan dan pembentukan yang
dikenal dengan proses remodelling tulang. Sejak masih janin sampai usia 30-35
tahun tulang mengalami proses pembentukan dan perbaikan tulang. Tetapi
umumnya diatas usia tersebut, pertumbuhan tulang selesai sehingga yang terjadi

hanya proses kerusakan tulang. Proses pertumbuhan tulang dipengaruhi oleh


asupan kalsium yang dikonsumsi.11 Selain itu proses pertumbuhan tulang dan
perbaikan juga dipengaruhi oleh hormon. Hormon ekstrogen yang menyebabkan
terjadinya penurunan aktivitas sel osteoblas dan osteoklas. Sel osteoblas adalah
sel yang bertanggung jawab dalam proses pembentukan tulang.2

2.2 Hidroksiapatit
Hidroksiapatit merupakan senyawa mineral dan anggota mineral apatit
dengan rumus kimia Ca10(PO4)6(OH)2sebagai suatu bahan keramik yang memiliki
kesamaan dengan jaringan tulang asli.12 HA merupakan senyawa kalsium fosfat
yang paling stabil, memiliki sifat bioaktif dengan bioafinitas yang tinggi, bersifat
biokompatibel, serta memiliki kesamaan komposisi dan biologis dengan tulang.
Sifat bioaktif inilah yang dapat mempercepat proses pembentukan tulang.13
Namun jika digunakan sendiri, hidroksiapatit tidak memiliki kekuatan mekanik
atau rapuh, mudah hansur karena tidak tahan terhadap tekanan.14
2.3 - TCP
Tri kalsium fosfat (TCP) merupakan biomaterial sintetik yang memiliki
kemampuan untuk berinteraksi dengan jaringan tubuh manusia. Salah satu
polimorf TCP yang banyak digunakan adalah -TCP.15 -TCP merupakan
bioceramics dengan sifat biokompatibiliti yang baik dan digunakan untuk
regenerasi tulang. Penyerapan secara biologis pada -TCP dengan laju yang tinggi,
bioresobable dan bioaktif.16 Apabila HA dan -TCP digabungkan akan
membentuk BCP yang sifatnya lebih baik dan saling melengkapi.

2.3 Biphasic Calcium Phosphate Berpori


BCP yang dihasilkan memiliki sifat yang mudah larut, sifat kelarutan BCP
tergantung pada rasio HA/-TCP. Menurut Rouvillian et al7 BCP yang memiliki
rasio 60% HA dan 40% -TCP dapat mendukung pertumbuhan implan tulang
dengan jaringan induk sehingga membentuk ikatan yang baik.HA dan -TCP
memiliki komposisi kimia yang mirip dan menyerupai komponen dalam tulang
tetapi kemampuan penyerapan biologis berbeda.16 Penelitian ini menggunakan

BCP berpori, BCP berpori dapat dilakukan dengan menambahkan bahan porogen
yang akan menghilang selama proses kalsinasi. Bahan parogen antara lain: parafin,
naftalena, pati atau beberapa polimer seperti gelatin, kitosan dan alginat.17 Pada
penelitian ini menggunakan alginat sebagai parogen karena alginat banyak
terdapat di alam salah satunya diperoleh dari alga coklat. Beberapa jenis alga
coklat ditemukan tumbuh melimpah di perairan Indonesia, salah satunya adalah
sargassum sp.18 Material alginat diperoleh secara komersil dari PT Setia Guna
Bogor, Jawa Barat.

2.4 Domba Sebagai Hewan Uji


Implan tulang dapat dikatakan memenuhi syarat biomaterial ketika telah
melewati uji in vitro maupun in vivo. Karena hasil dari uji in vitro saja tidaklah
cukup untuk dapat diterapkan pada manusia, sehingga diperlukan serangkaian uji
in vivo pada berbagai jenis hewan uji sebagai simulasi kondisi klinis manusia.
Hewan-hewan tersebut antara lain: anjing, kambing, babi, kelinci dan domba.9
Hewan uji yang akan digunakan pada penelitian ini adalah domba.
Beberapa penelitian mengenai implan tulang menunjukan bahwa tulang
domba dan tulang manusia memiliki pola yang sama dalam hal pertumbuhan
tulang.9 Menurut Newman et al19, secara makrostruktural domba dewasa memiliki
berat tubuh dan dimensi tulang panjang yang cocok untuk pemasangan implan
tulang dibandingkan spesies hewan lainnya. Walaupun dalam hal kepadatan
tulang, tulang domba menunjukan kepadatan yang lebih tinggi dan kekuatan lebih
besar dibandingkan tulang manusia.9 Tetapi dalam hal perbandingan komposisi
mineral antara tulang domba dan manusia tidak menunjukan perbedaan yang
signifikan.20 Sehingga domba bisa digunakan sebagai model untuk regenerasi
tulang manusia dan aktivitas remodelling.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014-Januari 2015 bertempat di
Laboratorium Biofisika Material, Departemen Fisika Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Kampus IPB Darmaga. Operasi Domba dilakukan di


Laboratorium Bedah dan Radiologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB Darmaga.
Karakterisasi XRD, FTIR, SEM-EDX dan Uji Kekerasan

dilakukan di

Laboratorium Analisis Bahan IPB.

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang telur ayam,
H3PO4, CaCl2, (NH4)2HPO4, aquabides, aquades, alginat, zylazine, antropin,
ketamin, fluxin. entrofluxaxin. Hewan percobaan yang digunakan domba lokal
yang berjumlah 4 ekor dengan umur 2 tahun dan berat badan 29 kg (ratarata 28,751,04).

3.3 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, labu
takar, elenmayer, furnace, gelas piala, kertas saring, buret, magnetic stirrer, pipet
tetes, hot plate, alumunium foil, XRD, FTIR, SEM-EDX, Vickers, alat bedah dan
alat suntik.

3.4 Prosedur Penelitian


Sintesis Biphasic Calcium Phosphate Berpori
Sintesis BCP dilakukan dengan mencampurkan 60% HA dan 40% TCP.
Untuk menghasilkan BCP Berpori dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
porogen salah satunya alginat. Alginat yang digunakan pada penelitian ini
diperoleh secara komersil dari PT Setia Guna Bogor, Jawa Barat. Sintesis BCP
diawali dengan pembuatan HA dan -TCP. Sebelum membuat HA, terlebih
dahulu membuat bubuk kalsium oksida (CaO) yang diperoleh dari cangkang telur
ayam. Cangkang telur yang sudah dibersihkan dari kotoran makronya, lalu
dibersihkan menggunakan aquades dan dikeringkan diudara terbuka. Selanjutnya
cangkang telur dimasukan ke dalam crucible dan dikalsinasi dalam furnace.
Kalsinasi dilakukan pada suhu 1000 0C dengan laju kenaikan suhu 1,7 0C/menit.
Hasil kalsinasi tersebut kemudian dihaluskan sehingga diperoleh bubuk CaO.
Sintesis HA dilakukan dengan mereaksikan antara Ca dari cangkang telur

sebanyak 2.8628 gram dengan (NH4)2HPO4 sebanyak 3.9579 gram dalam 100 ml
aquades. Metode yang digunakan adalah presipitasi dalam waktu 1.5 jam dan
distiring selama 1 jam. Campuran tersebut kemudian di aging dan disaring
menggunakan vakum. Hasil penyaringan dikeringkan pada suhu 110 oC dan
disintering menggunakan furnace dengan suhu 900 oC selama 5 jam. Sintesis TCP dilakukan dengan mereaksikan antara Ca dari cangkang telur 4.8096 gram
dengan H3PO4 sebanyak 4.608 ml dalam 100 ml aquabides. Pada penelitian ini
menggunakan metode presipitasi dalam waktu 2 jam pada suhu 50 oC. Campuran
tersebut kemudian disaring menggunakan vakum. Hasil penyaringan disintering
menggunakan furnace dengan suhu 1000 oC selama 7 jam.
Dalam

penggunaannya secara in vivo BCP berpori yang

digunakan

berbentuk pellet. BCP dibuat dengan mencampurkan HA dan -TCP dalam 100
ml aquabides. HA dan TCP tersebut distiring selama 30 menit dengan
kecepatan putar 300 rpm dan dikeringkan menggunakan furnace pada suhu 110
o

C selama 5 jam. Kemudian setelah terbentuk BCP maka kita sintesis BCP/alginat

dengan metode freeze drying, BCP dipreparasi dengan mencampur serbuk alginat
ke dalam larutan BCP dengan rasio 70/30. Pencampuran tersebut dilakukan
menggunakan magnetic stirrer dengan kecepatan putar 300 rpm selama 1 jam
pada suhu kamar dan dihomogenisasi dengan kecepatan putar 600 rpm.
Selanjutnya, larutan crosslink CaCl2 0,03M ditambahkan ke dalam campuran
BCP/alginat dan dilakukan homogenisasi kembali sehingga berbentuk gel. Gel
BCP/alginat yang dihasilkan pada proses tersebut kemudian di cetak di dalam plat
kultur 48-well dan didiamkan selama 1 jam (sehingga menjadi polimerisasi
sempurna). Pembekuan gel BCP/alginat dilakukan di freezer selama satu malam
dan dilanjutkan dengan pengeringan beku menggunakan freezer dryer sehingga
BCP/alginat berbentuk pellet. BCP berpori yang telah dalam bentuk pellet
dikarakterisasi melalui analisis XRD, FTIR, SEM-EDX.
Pengujian BCP secara In vivo
Proses ini dilakukan dengan mengoperasi domba. Domba yang digunakan
berumur 2 tahun. Sebelum operasi domba diberi obat bius menggunakan zylazine,
antropin, ketamine. Tulang tibia domba sebelah kanan dibor menggunakan bor
sesuai dengan ukuran implan. Kemudian memasukkan implan BCP berpori rasio

60/40 ke dalam tulang tersebut. Empat ekor domba lokal yang digunakan pada
penelitian ini, tiga ekor domba lokal yang diimplankan menggunakan BCP
berpori dan satu ekor domba sebagai kontrol tanpa implan. Seluruh domba
kemudian dipanen pada hari ke-90 pascaoperasi. Selama tiga bulan tersebut,
domba dipelihara dalam lingkungan kandang yang memadai dengan sirkulasi
udara yang cukup, pencahayaan dan temperatur normal, asupan pakan sebanyak
dua kali sehari disertai asupan. Pemeliharaan domba dilakukan selama 10 hari
sebelum operasi implantasi untuk evaluasi kondisi hewan, serta selama 30, 60,
dan 90 hari setelah operasi. Selama tiga bulan dilakukan pengamatan, parameter
pengamatan antara lain keadaan, bentuk, dan tingkat degradasi implan, ikatan
antara implan dengan tulang, dan pertumbuhan tulang baru ke dalam implan.
Setelah tiga bulan, tulang domba baik yang sebagai kontrol maupun yang
diimplankan BCP berpori akan dikarakterisasi melalui analisis XRD, FTIR, SEMEDX dan Uji kekerasan tulang. Untuk mengetahui karakteristik struktur kristal
yang dihasilkan dilakukan pengujian dengan XRD pada sampel. Pengujian XRD
ini dilakukan pada sudut 2 dari 10o sampai 80o. Pengujian gugus fungsi pada
sampel dilakukan dengan FTIR. Untuk mengetahui morfologi dan komposisi
unsur dilakukan pengujian dengan SEM-EDX. Pengujian sifat mekanik dilakukan
dengan uji kekerasan tulang untuk mengetahui tingkat kekerasan permukaan
sampel. Tulang yang diuji adalah tulang tibia sebelah kanan yang terdapat implan
BCP.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Gunawan, Malik, A., Mulyadi S., Riana, Hayani, A.2010. Karakterisastik


Fisik dan Mekanik Tulang Sapi Variasi Berat Hidup sebagai referensi
Desain Material Implan. Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin
(SNMTTM) ke 9

2.

Vaananen HK & Horton M: The osteoclast clear zone is a specialized cellextracellular matrix adhesion structure. J Cell Sci. 108, pp 2729-2732,
1995.

3.

Dahlan KA. 2010. Cangkang Telur pengganti Tulang. [Terhubung


berkala]. http://www.doktersahabatkita.com/index/article&id [18juli 2011]

4.

[Anonim].

2006.

Wanita

rentan

Terkena

Osteoporosis.

http://www.suaramerdeka.com /harian/0601/30/kot05. htm[2juli2006;5:13]


5.

Bhat, Sujata V. 2002. Biomaterials. Pangboune England: Alpha Science


International Ltd.

6.

Kalfas

IH.

Principles

of

Bone

Healing.

Neurosurgery

Focus.

2001.Departemen of Neurosougery, Section of spinal Surgery, Cleveland


Clinic Foundation: Cleveland -Ohio 10:7-10.
7.

Rouvillian JL, Lavelle F, Pascal-Mousselard H, Cattonne Y, Delatte O,


Daculsi G. Macropous biphasic calsium phosfate bioceramics wedges in
high tibial osteotomy. Key Engineering Material. 2008. 361-363:13191322

8.

Kim HS, Kim JT, Jung YJ.2007. Preparation of porous chitosan/fibrionhydroxiapatite composite matrix for tissue engineering. Macromolecular
Research 15(1): 65-73.

9.

Pearce AI, Richards RG, Milz S, Schneider E, Pearce SG. Animal models
for implant biomaterial research in bone: a review. Switzerland: AO
Research Institute, AO Foundation. 2007

10.

T. Jasalesmana, Y.W.Sari, K.DahlanD.S. Soejoko(2006). Karakterisasi


Pembuatan Komposit Polimer Fosfat Karbonat. Jurnal Biofisika, vol.2,
p.111-112

10

11.

[Anonim]. 2006. Struktur Tulang. http://www.medicastore.com [16 juli


2006;10:02am].

12.

Javidi M et al.2008. Electrophoretic depotion of natural hydroxyapatite on


medical grade 316L stainless steel. Mater Sci Eng C. 28:8

13.

Nilen RWN, Richter PW. The Thermal Stability of Hydroksiapatite in


biphasic calsium phosphate ceramics, J Mater Sci: Mater Med.
2007.(doi.10.1007/s10856-007-3252-x)

14.

Hutchens, S A., Woodward, J., Evans, B.R., and ONeil, H.M., 2004.
Composite Material, United State Patent 20040096509, May 20, 2004

15.

Y.X. Pang, X. Bao, L.Weng .2004. Preparation of Tricalsium


Phosfate/Alumina Composite Nanoparticle and Self-reinforcing Composite
by Simultaneous Precipitation, Materials Science. Vol. 39, p.6311-6323

16.

Lobo SE, Arinzeh TL. Biphasic Calsium Phosphate Ceramics for bone
regeneration and tissue enginerring applications Materials. 2010. 3:815826.

17.

Sopyan I, Mell M, Ramesh S, Khalid KA.2007. Porous hidroxyapatite for


artificial bone application. Science and Technology of Advanced Materials
8:116-123.

18.

Rasyid Abdullah.2009. Ekstraksi Natrium Alginat dari Alga Coklat.


Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 36(3):393-400

19.

Newman E, Turner AS, Wark JD. 1995. The potential of sheep for the
study of osteopenia: current status and comparison with other animal
models. Bone16:277S-284S.

20.

Ravaglioli A et al. 1996. Mineral evolution of bone. Biomaterials17:617622.

11

LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Kegiatan Penelitian
Tahun 2014/2015
Kegiatan penelitian
Penelusuran Literatur
Penyusunan Usulan
Penelitian
Seminar Usul
Penelitian
Analisa dan Penyusunan
Skripsi
Seminar Hasil

Juli

Agust

Sept

Okt

Nov

Des

Jan

Feb

12

Lampiran 2. Diagram alir penelitian


Mulai
Persiapan sampel
Pembuatan Hidroksiapatit

Pembuatan -TCP

Sintesis BCP rasio 60/40


Homogenisasi BCP dan alginat
BCP/alginat ditambahkan
CaCl2

Karakterisasi BCP dengan


XRD, FTIR,SEM-EDX
BCP berupa pellet

Pengujian In vivo

Karakterisasi BCP dengan


XRD, FTIR dan SEM-EDX
Uji kekuatan tulang

Analisis Data

Penyusuna laporan

Selesai
8i

13

Lampiran 3 Tabel Rencana Anggaran Biaya Penelitian

No

Transaksi

Satuan

Jumlah
barang

Harga satuan
(Rp)

Total (Rp)

Peralatan
1

Selang suntik

Buah

20.000

20.000

Gelas piala(1000mL)

Buah

100.000

100.000

Elenmeyer(100 mL)

Buah

50.000

50.000

Pipet tetes

Buah

10.000

10.000

Labu takar

Buah

125.000

125.000

Gergaji mata tipis

Buah

60.000

120.000

Cutter dan isi

Buah

20.000

40.000

Botol sampel

Buah

14

7.000

98.000

Subtotal

Bahan-bahan
Limbah cangkang
telur

563.000

domba

ekor

1.2500.000

5.000.000

H3PO4

Botol

64.000

64.000

CaCl2

Pack

40.000

40.000

(NH4)2HPO4

Set

100.000

100.000

Aquades

Liter

10

10.000

100.000

Aquabides

Liter

50.000

250.000

Alginat

gram

100

500

50.000

Alumunium foil

gulung

22.000

64.000

NaOH

Pack

45.000

45.000

zylazine, antropin,

Set

90.000

50.000

14

ketamin, fluxin.
Entrofluxaxin
Subtotal

5.763.000

Karakterisasi
XRD

Sampel

100.000

300.000

FTIR

Sampel

100.000

300.000

SEM-EDX

Sampel

400.000

1.200.000

Uji kekerasan tulang

Sampel

100.000

500.000

Subtotal

2.300.000

Transportasi, Akomodasi dan Publikasi


Eksempla
Proposal
6

Akomodasi Kolokium

Kali

Akomodasi Seminar
hasil

15.000

90.000

150.000

150.000

Kali

200.000

200.000

Penyusunan Tugas
akhir

Eksempla
r

50.000

300.000

Akomodasi Sidang

Kali

100.000

100.000

BogorBATAN
Bandung untuk
penelitian
(Karakterisasi XRD,
FTIR, SEM/EDAX,
Uji Kekerasan)
(pulang-pergi)

Kali

200.000

400.000

Pengambilan sampel
yang telah
dikarakterisai ke
BATAN(pulangpergi)

Kali

200.000

200.000

Subtotal

1.440.000

Total

10.066.000

Anda mungkin juga menyukai