Lapkas CHF
Lapkas CHF
Lapkas CHF
PEMBIMBING
PENYAJI
- Mukhsin Daulay
- Rizki Hariansyah
- Riska Meutiarani
- Shaanta Rubini
- Dheeba Kumaraveloo
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini dengan judulPurpura
Trombositopenia Imun.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Penyakit
Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yang
telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan laporan
kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah
laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 2
Daftar Isi............................................................................................................................. 3
Bab 1 Pendahuluan............................................................................................................ 4
Bab 2 Purpura Trombositopenia Imun........................................................................... 6
2.1.1. Definisi............................................................................................... 6
2.1.2. Epidemiologi...................................................................................... 6
2.1.3. klasifikasi............................................................................................ 6
2.1.4. Fisiologi.............................................................................................. 8
2.1.5. Patofisiologi........................................................................................ 11
2.1.6. Diagnosis............................................................................................ 13
2.1.7. Diagnosis Banding............................................................................. 14
2.1.8. Komplikasi......................................................................................... 15
2.1.9. Tatalaksana..........................................................................................15
2.1.10. Prognosis............................................................................................ 17
Daftar Pustaka................................................................................................................... 18
Bab 3 Laporan Kasus........................................................................................................ 19
Bab 4 Penutup.................................................................................................................... 28
Lampiran
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1
Gagal jantung kongestif atau dalam bahasa inggris disebut Congestive Heart Failure
merupakan sindrom klinis kompleks yang di dapat dri hasil gangguan jantung fungsional atau
structural yang menggang kemampuan ventrikel untuk mengisi atau mengeluarkan darah.
Tidak ada tes diagnostik yang akurat untuk Gagal Jantung Kongestive. Diagnosis GJK yang
digunakan sebagian besar dari keluhan pasien dan pemeriksaan fisik serta didukung oleh
pemeriksaan tambahan seperti rontgen dada, EKG, ECG (Figueroa & Peters, 2006).
Gagal jantung menjadi penyakit yang umu diderita didunia. Sekitar lima juta orang
Amerika Serikat menderita GJK, dimana jumlah tersebut didominasi oleh orang tua, dengan
hampir 80% kasus terjadi pada pasien diatas 65 tahun. Namun demikian, beberapa studi
menemukan bahawa GJK dikaitkan dengan angka kematian sekitar 45-50% selama kurun
waktu dua tahun terakhir.
Terapi yang diberikan pada pasien dengan GJK yaitu terapi farmakologi seperti
Diuretics, Angiostensin-converting enzyme (ACE) inhibitors, Beta-blocker, Angiostensin
Reseptor Blocker (ARB), Aldosteron agonist, dan Digoxin. Hanya mampu mengembalikan
remodeling ventricular pada jantung, dan mengurangi gejala pada gagal jantung congestive .
Namun pasien dengan GJK masih menunjukan gejala kelemahan tubuh, dyspnea, dan pasien
masih membatasi aktifitas untuk menghindari terjadinya kekambuhan sehingga pasien belum
mampu beradaptasi dengan kondisi fisiknya, sehingga akan mempengaruhi kualitas hidup
pasien.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah Bagaimana
gambaran klinis dan penatalaksanaan serta perjalanan penyakit pasien yang mengalami
Congestive Heart Failure?
1.3. TujuanPenulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini diantaranya :
1
5
3
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gagal Jantung Kongestif2
2.1.1. Definisi
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan gterhadap oksigen dan nutrient.
Gagal jantung kongestif adalah keadaan patologis berupa kelainan fungsi jantung,
sehingga jantung tidak mamppu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolism
jaringan atau kemapuannya hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolic secra
abnormal.
2.1.2 Etiologi3
Gagal jantung kongestif disebabkan oleh ;
1) Kelainan otot jantung
Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelaian otot jantung, disebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi ini yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot menckup ateriosklerosis koroner, hipertensi arterial, dan penyakit
degenerative.
2) Ateriosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan laktat). Infark
miokardium (kematian sel jantung)
7
mencakup gangguan aliran darah yang masuk ke jantung, ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah, peningkatan mendadak afterload.
6) Faktor sitemik
Terdapat sejumlah besar factor yang bereperan dalam perkembangan dan beratnya
gagal jantung. Meningkatnya laju metabolism, hipoksia, dan anemia diperlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia
dan anemia juga dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis
respiratorik atau metabolik dapat menurunkan kontraktilitas jantung
2.1.3 Epidemiologi4
Masalah kesehatan dengan gangguan system kardiovaskular termasuk didalamnya
CHF masih menduduki peringkat yang tinggi, data WHO menyebutkan bahwa sekitar 3000
penduduk Amerika menderita CHF, dimana hanya ditemukan sekitar 55,3% pasien yang
meninggal dunia akibat CHF. Walaupun angka yang pasti belum ada untuk seluruh Indonesia,
tetapi dengan bertambah majunya fasilitas kesehatan dan pengobatan dapat diperkirakan
jumlah penderita gagal jantung akan meningkat setiap tahunnya. Menurut America Heart
Asociation 5,3 juta warga Amerika mengalami CHF dan 600.000 kasus baru didiagnosa
setiap tahun, dengan kejadian mendekati 10 per 1000 penduduk dengan usia lebih dari 65
tahun.
Di inggris sekitar 100.000 pasien dirawat dirumah sakit setiap tahun untuk gagal
jantung, mempresentasikan 5 % dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari
1% dana perawatan kesehatan nasional di Negara tersebut. Menurut organisasi kesehatan
dunia dunia (WHO) , penyakit kardiovaskular akan segera menjadi penyebab terbanyak kasus
kematian di dunia.
Saat ini CHF merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular yang terus meningkat
insidensi dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Selain itu, CHF merupakan penyakit yang paling sering memerlukan
pengobatan ulang di Rumah Sakit. Meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara
optimal. Dari hasil pencatatan dan pelaporan rumah sakit menunjukan case fatality rate
tertinggi terjadi pada gagal jantung sebesar 13,42%.
Di Indonesia penyakit ini akan terus meningkat dan akan memberikan beban
kesakitan, kecacatan dan beban sosial ekonomi bagi bagi keluarga penderita, msyarakat, dan
8
Negara. Prevalensi penyakit Gagal Jantung Kongestif di Indonesia tahun 2013 berdasarkan
diagnosis dokter sebesar 0,5%. Sedangkan berdasarkan diagnosis dokter gejala sebesar 1,55.
2.1.3. Klasifikasi5
Klasifikasi gagal jantung kongestif menurut New York Heart Association
Kelas NYHA
I
II
III
IV
Sesak napas
Tidak ada
Pada aktivitas berat
Pada aktivitas sedang
Saat istirahat
2.1.4. Patofisiologi5,6
Gagal jantung bukanlah suatu keadaan klinis yang hanya melibatkan satu sistem
tubuh melainkan suatu sindroma klinik akibat kelainan jantung sehingga jantung tidak
mampu memompa memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung ditandai dengan
satu respon hemodinamik, ginjal, syaraf dan hormonal yang nyata serta suatu keadaan
patologik berupa penurunan fungsi jantung. Salah satu respon hemodinamik yang tidak
normal adalah peningkatan tekanan pengisian (filling pressure) dari jantung atau preload.
Respon terhadap jantung menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi yang bertujuan
untuk meningkatkan volume darah, volume ruang jantung, tahanan pembuluh darah perifer
dan hipertropi otot jantung. Kondisi ini juga menyebabkan aktivasi dari mekanisme
kompensasi tubuh yang akut berupa penimbunan air dan garam oleh ginjal dan aktivasi
sistem saraf adrenergik.
Pada awal gagal jantung akibat CO yang rendah, di dalam tubuh terjadi peningkatan
aktivitas saraf simpatis dan sistem renin angiotensin aldosteron, serta pelepasan arginin
vasopressin yang kesemuanya merupakan mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
tekanan darah yang adekuat. Penurunan kontraktilitas ventrikel akan diikuti penurunan curah
jantung yang selanjutnya terjadi penurunan tekanan darah dan penurunan volume darah arteri
yang efektif. Hal ini akan merangsang mekanisme kompensasi neurohumoral. Vasokonstriksi
dan retensi air untuk sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah sedangkan
peningkatan preload akan meningkatkan kontraktilitas jantung melalui hukum Starling.
Apabila keadaan ini tidak segera teratasi, peninggian afterload, peninggian preload dan
hipertrofi dilatasi jantung akan lebih menambah beban jantung sehingga terjadi gagal jantung
9
yang tidak terkompensasi. Dilatasi ventrikel menyebabkan disfungsi sistolik (penurunan
fraksi ejeksi) dan retensi cairan meningkatkan volume ventrikel (dilatasi). Jantung yang
berdilatasi tidak efisien secara mekanis (hukum Laplace). Jika persediaan energi terbatas
(misal pada penyakit koroner) selanjutnya bisa menyebabkan gangguan kontraktilitas.
2.1.5. Diagnosis7
1. Framingham Kriteria untuk diagnosa Gagal Jantung Kongestif
KRITERIA MAJOR
KRITERIA MINOR
Edema ekstremitas
Ronki paru
Dispnea d 'effort
Kardiomegali
Hepatomegali
Efusi pleura
Gallop S3
Peninggian TVJ
Takikardia ( >120/menit)
Refluks hepatojugular
10
Gambaran yang sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada
keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai
penyebab dispneu pada pasien sangat kecil kemungkinannya.
c) Ekokardiografi9
Pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi
dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang
perlu dilakukan ekokardiografi adalah semua pasien dengan tanda gagal jantung, susah
bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan dengan fibrilasi atrium,
serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tidak
terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan fungsi sistolik,
fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta mengetahui risiko emboli.
d) Pemeriksaan Laboratorium9,10
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai penyebab
susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal
jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung
yang berat.
Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya
gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan
serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretik dosis
tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada
pemberian diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat potassium sparring. Hiperkalemia
timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor
serta obat potassium sparring.
Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan LDH) gambarannya
abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin serum fungsi tiroid
dianjurkan sesuai kebutuhan.
Pemeriksaaan biomarka: Brain natriuretic peptide (BNP) dan pro-BNP sebagai
penanda biologis gagal jantung dengan kadar BNP 100pg/ml atau NT-proBNP 300pg/ml.
e) Pemeriksaan Radionuklide9
Pemeriksaan radionuklide atau multigated ventriculography dapat mengetahui fraksi
ejeksi, laju pengisian sistolik, laju pengosongan diastolik, dan abnormalitas dari pergerakan
dinding. Angiografi dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung. Angiografi
11
ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang global maupun segmental serta
mengetahui tekanan diastolik, sedangkan kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui
tekanan sebelah kanan (atrium kanan, ventrikel kanan dan
Bronchiectasis
Bronchitis
Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
Edema Paru
Tumor paru
Chronic Kidney Disease
2.1.8. Komplikasi12,13
1. Tromboemboli adalah risiko terjadinya bekuan vena (thrombosis vena dalam atau
deep venous thrombosis) dan emboli sistemik tinggi, terutama pada CHF berat.
2. Komplikasi f ibrilasi atrium sering terjadi pada CHF yang bisa menyebabkan
perburukan dramatis.
3. Kegagalan pompa progresif bisa terjadi karena penggunaan diuretik dengan dosis
ditinggikan.
4. Aritmia ventrikel sering dijumpai, bisa menyebabkan sinkop atau sudden cardiac
death( 25-50% kematian CHF).
2.1.9 Penatalaksanaan13
1. Terapi Umum dan Faktor Gaya Hidup
a. Aktifitas fisik harus disesuaikan dengan tingkat gejala. Aktifitas yang sesuai
menurunkan
memperburuk
hipertensi.
Penghentian
konsumsi
alcohol
12
2. Terapi obat-obatan
a. Diuretik digunakan pada semua keadaan dimana dikehendaki peningkatan
pengeluaran air, khususnya pada hipertensi dan gagal jantung . Diuterik yang
sering digunakan golongan diuterik loop dan thiazide.
Diuretik Loop
Diuretik
ini
menyebabkan
hiperurisemia.
Diuretik
Thiazide
13
biasanya mengimbangi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Pada
gagal jantung sedang atau berat, vasodilator arteri juga dapat menurunkan
tekanan darah .
d. Beta Blocker
(carvedilol,
bisoprolol,
metoprolol).
Penyekat
beta
2.1.10 Prognosis3
14
Respon terapi dapat mencapai 50%-70% dengan kortikosteroid. Pasien PTI dewasa
hanya sebagian kecil dapat mengalami remisi spontan penyebab kematian pada PTI biasanya
disebabkan oleh perdarahan intra kranial yang berakibat fatal berkisar 2,2% untuk usia lebih
dari 40 tahun dan sampai 47,8% untuk usia lebih dari 60 tahun.
15
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB 3
LAPORAN KASUS
Umur : 28Thn
Status: Menikah
Pendidikan : SMA
Agama : Protestan
Alloanamnes
e
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Keluhan Utama : Gusi Berdarah
Deskripsi :
17
RPT
:-
RPO
:-
Abdomen :
Normal
Alat kelamin perempuan :
Tidakadakeluhan
Ginjal dan saluran kencing :
Kuning jernih
Hematologi:
Petechie, Ekimosis
Endokrin/metabolik:
Penurunanberatbadan
Muskuloskeletal :
Tidak ada keluhan
Sistem saraf:
Tidak ada keluhan
Emosi :
Terkontrol
Vaskuler :
Tidak ada keluhan
DISKRIPSI UMUM
Kesan Sakit
Ringan
Sedang
TANDA VITAL
Berat
18
Kesadaran
CM
Nadi
Frekuensi 100x/i
Berbaring:
Tungkai kanan: 120/70 mmHg
Tungkai kiri : 120/70 mmHg
Aksila: 37,5C
Frekuensi: 24 x/menit, kesan
Normal
Tekanan darah
Temperatur
Pernafasan
Deskripsi:
Komunikasi Baik
Reguler, t/v: cukup
Duduk:
Tungkai kanan: -mmHg
Tungkai kiri : - mmHg
Rektal : tdp
Deskripsi: Torakal abdominal
Penilaian Nyeri :
19
THORAX
Depan
Inspeksi
Simetris fusiformis
Palpasi
Sf ka=ki
Perkusi
Sonor
Auskultasi SP: vesikuler
ST: -
Belakang
Simetris fusiformis
Sf ka=ki
Sonor
SP: vesikuler
ST: -
JANTUNG
Batas Jantung Relatif: Atas
: ICR3 sinistra
: simetris, petechie
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
: Peristaltik (+) N
PINGGANG
Tapping pain (-) ballotement (-)
INGUINAL
Pembesaran KGB (-)
EKSTREMITAS:
Superior: petechie (+), ekimosis (+), edema (-)
Inferior : petechie (+), ekimosis (+), edema (-)
ALAT KELAMIN:
Perempuan
NEUROLOGI:
20
Refleks Fisiologis (+) Normal
Reflek Patologis (-)
BICARA
Komunikasi baik
Hasil Lab IGD Tgl 11 Maret 2014
Darah rutin:
Hb:
9,1
g/dl;
Leukosit:
Trombosit:20.000/mm3;
7.200/mm3;
Eritrosit:
3.760.000/mm3;
28,2%;
MPV:0fL; PDW:0fL;
Neutrofil:75%; Limfosit:24%; Monosit:0%; Eosinofil:1%; Basofil:0%
Kesan: trombositopenia dan anemia
Elektrolit
Natrium : 141 mEq/L, kalium : 3,5 mEq/L, klorida : 117 mEq/L
Kesan : normal
Urinalisa : reduksi (-), protein (-), bilirubin (-), urobilinogen (+)
Kesan : normal
Ht:
21
RESUME DATA DASAR
(Diisidenganhalpositif)
PemeriksaanFisik
Kepala : Mata : conjunctiva anemis (+)/(+), ikterik (-)/(-)
Leher : Struma membesar, TVJ R-2 cmH2O, pembesaran KGB(-)
1. Abdomen
Inspeksi : simetris
Palpasi : soepel, H/L/R tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : peristaltik (+) normal
2. Ekstremitas
Sup : Petechie (+), ecchymosis (+)
Inf : Petechie (+), ecchymosis (+)
Laboratorium Rutin
1. Darah : trombositopenia
2. Kemih : normal
3. Tinja : normal
22
Tanggal
20/4/201
5
S
Gusi berdarah
O
Sens : Compos Mentis
TD : 110/60 mmHg
Pols : 88 x/i
RR : 22 x/i
T : 36
A
-
ITP +
anemia e.c
perdarahan
ITP +
anemia e.c
perdarahan
BT : 24 menit
Hb: 9,1 g/dl
Trombosit:20.000/mm3
MCV: 75fL;MCH: 24,2g;
MCHC 32,3 g/dl
IgG anti dengue : negatif
IgM anti dengue : negatif
21/4/201
5
Gusi berdarah
22/4/201
5
Gusi Berdarah
P
Terapi
Tirah Baring
Diet MB
IVFD Nacl 0,9%
20 gtt/i makro
transfusi
trombosit 4 bag
@ 50 cc
Inj
metilprednisolon
250 mg/ 12 jam
InjRanitidin 1
amp /12 jam
Inj Transamine
500 mg/ 8 jam
Diagnostik
BT
23
DR
Morfologi darah
tepi
Serologi test
HST
SI, TIBC
Retikulosit
Tirah Baring
Diet MB
IVFD Nacl 0,9%
20 gtt/i makro
Transfusi
trombosit 3 bag
Inj
metilprednisolon
250 mg/ 12 jam
Inj Ranitidin 1
amp /12 jam
Inj Transamine
500 mg/ 8 jam
Parasetamol
3x500 mg (KP)
- BT
- DR ulang
- HST
Tirah Baring
Diet MB
IVFD Nacl 0,9%
20 gtt/i makro
Inj
metilprednisolon
250 mg/ 12 jam
- BT
- DR ulang
-HST
24
25
BAB 4
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Perempuan, 28 tahunmenderita ITP + Anemia e.c Perarahan dan memperoleh trombosit
4 bag + Metilprednisolon sebagai tatalaksana awal