Gambar 1. Refrigeran
(sumber : Prakarsa, 2010)
Dalam pemilihan refrigeran, sifat refrigeran yang penting antara lain sifat
termodinamika, kimia, dan fisik. Sifat termodinamika yang penting antara lain
titik didih, tekanan penguapan dan pengembunan, tekanan dan suhu kritis, titik
beku, volume uap, COP, tenaga per ton refrigerasi. Sifat kimia berhubungan
dengan reaksi refrigeran terhadap keadaan sekitar, antara lain tidak mudah
terbakar, tidak beracun, tidak bereaksi dengan air, minyak dan bahan konstruksi.
Sedangkan sifat fisik refrigeran berhubungan dengan bahan itu sendiri,antara lain
konduktivitas dan kekentalan. Adapun parameter yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1) Tekanan penguapan harus cukup tinggi
2) Sebaiknya refrigeran memiliki suhu pada tekanan yang lebih tinggi,
sehingga dapat dihindari kemungkinan terjadinya vakum pada evaporator
dan turunnya efisiensi volumetrik karena naiknya perbandingan
kompresi
3) Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi, apabila tekanan
pengembunannya terlalu rendah, maka perbandingan kompresinya
menjadi lebih rendah, sehingga penurunan prestasi kondensor dapat
dihindarkan, selain itu dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin
dapat bekerja lebih aman karena kemungkinan terjadinya kebocoran,
kerusakan, ledakan dan sebagainya menjadi lebih kecil.
4) Kalor laten penguapan harus tinggi, refrigeran yang mempunyai kalor
laten penguapan yang tinggi lebih menguntungkan karena untuk kapasitas
refrigerasi yang sama, jumlah refrigeran yang bersirkulasi menjadi lebih
kecil
5) Volume spesifik ( terutama dalam fasa gas ) yang cukup kecil, Refrigeran
dengan kalor laten penguapan yang besar dan volume spesifik gas yang
kecil (berat jenis yang besar) akan memungkinkan penggunaan kompresor
dengan volume langkah torak yang lebih kecil. Dengan demikian untuk
kapasitas refrigerasi yang sama ukuran unit refrigerasi yang bersangkutan
menjadi lebih kecil
6) Koefisien prestasi harus tinggi, dari segi karakteristik termodinamika dari
refrigeran, koefisien prestasi merupakan parameter yang terpenting untuk
menentukan biaya operasi
7) Konduktivitas termal yang tinggi, konduktivitas termal sangat penting
untuk menentukan karakteristik perpindahan kalor
8) Viskositas yang rendah dalam fasa cair maupun fasa gas, dengan turunnya
tahanan aliran refrigeran dalam pipa, kerugian tekanannya akan berkurang
9) Konstanta dielektrika dari refrigeran yang kecil, tahanan listrik yang besar,
serta tidak menyebabkan korosi pada material isolator listrik
10) Refrigeran hendaknya stabil dan tidak bereaksi dengan material yang
dipakai, jadi juga tidak menyebabkan korosi
11) Refrigeran tidak boleh beracun
12) Refrigeran tidak boleh mudah terbakar dan mudah meledak
13) Sebaiknya refrigeran menguap pada tekanan sedikit lebih tinggi dari pada
tekanan atmosfir. Dengan demikian dapat dicegah terjadinya kebocoran
udara luar masuk sistem refrigeran karena kemungkinan adanya vakum
pada seksi masuk kompresor (pada tekanan rendah).
Titik didih refrigeran merupakan salah satu faktor yang sangat penting:
Refrigeran yang memiliki titik didih rendah biasanya dipakai untuk keperluan
operasi pendinginan temperatur rendah (refrigerasi). Refrigeran yang memiliki
titik didih tinggi digunakan untuk keperluan pendinginan temperatur tinggi
(pendinginan udara). Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan
apakah refrigeran dapat menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi
pada tekanan yang tidak terlalu rendah. Dari segi termodinamika R12, R22, R500,
R502, ammonia dapat dipakai untuk daerah suhu yang luas, dari keperluan
pendinginan udara sampai ke refrigerasi. Sifat termofisik dari beberapa refrigeran
disajikan pada tabel 5.1.
Parameter
Simbol Kimia
R-717
NH3
R-718
H2O
17
-33.3
-77.8
1.31
132.8
1423.4
1314.2
18
100
Berat Molekul
Td (C, 1 atm)
Tb (C, 1 atm)
Cp/Cv (g)
T kritis (C)
P kritis (kPa)
Panas laten
penguapan
(kJ/kg)
120.9
-29.8
-157.8
1.13
112.2
4115.7
161.7
86.5
-40.8
-160.0
1.18
96.1
4936.1
217.7
170.9
3.6
99.29
-33.3
112
-45.6
1.40
hanya sebagian saja atom hidrogen yang digantikan oleh Cl dan atau F maka
refrigeran yang terbentuk disebut hydrochlorofluorocarbon (HCFC).
Refrigeran halokarbon yang tidak mengandung atom khlor disebut
hydrofluorocarbon (HFC). CCl3F (trichlorofluoromethane) dituliskan sebagai
R-11 atau CFC-11. CCl2F2 (Dichlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-12
atau CFC-12. CHClF2 (Chlorodifluoromethane) dituliskan sebagai R-22 atau
HCFC-22. C2Cl3F3 dituliskan sebagai R-113 atau CFC-113. Metana (CH 4)
dituliskan sebagai R-50, etana (C2H6) adalah R-170, propane (C3H8) R-290
dan seterusnya.
Refrigeran yang mempunyai banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F
ditambahkan agar senyawa menjadi stabil. Refrigeran yang mempunyai
banyak atom Cl cenderung beracun. Atom F ditambahkan agar senyawa
menjadi stabil.
R-718 : air
R-720 : Neon (Ne)
R-729 : Udara
R-732 : O2
R-740 : Argon
R-744 : CO2
R-744A : N20
R-764 : SO2
7. Kelompok refrigeran senyawa organik tak jenuh
Kelompok refrigeran ini mempunyai nomor empat digit, dengan
menambahkan angka kempat yang menunjukkan jumlah ikatan rangkap
didepan ketiga angka yang sudah dibahas dalam sistem penomoran refrigeran
halokarbon. Contoh dari jenis refrigeran ini adalah:
R-1130 1,2-dichloroethylene (CHCl=CHCl)
R-1150 Ethylene (CH2=CH2)
R-1270 Propylene (C3H6)
R- 50 Metane (CH4)
R-170 Ethane (CH3CH3)
Berdasarkan penggunaannya, refrigeran dibagi menjadi refrigeran primer
dan sekunder. Refrigeran yang digunakan dalam sistem kompresi uap
dikelompokkan menjadi refrigeran primer. Sedangkan jika fluida digunakan untuk
memindahkan panas, maka fluida ini disebut sebagai refrigeran sekunder.
1. Refrigeran Primer
Refrigeran primer adalah refrigeran yang digunakan pada sistem kompresi
uap. Refrigeran yang digunakan pada sistem pendinginan kompresi uap harus
mempunyai mempunyai sifat-sifat kimia, fisika, termodinamika tertentu yang
sesuai dengan kondisi penggunaan. Jenis refrigeran yang digunakan adalah
refrigeran dari golongan halokarbon, inorganik, hidrokarbon, dan azeotrop.
2. Refrigeran Sekunder
Refrigeran sekunder merupakan fluida yang membawa panas dari benda
yang didinginkan ke evaporator suatu sistem pendinginan. Suhu refrigeran
sekunder akan berubah saat refrigeran mengambil panas namun tidak berubah
fasa. Air dapat digunakan sebagai refrigeran sekunder, namun hanya untuk
kondisi operasi di atas titik beku air. Refrigeran yang umum digunakan adalah
campuran garam dan air (brine) atau anti beku yang mempunyai titik beku di
bawah 00C. Beberapa anti beku yang umum digunakan adalah campuran air
dengan etilen glikol, propiln glikol atau kalsium klorida. Etilen glikol dapat
digunakan dalam industri makanan karena tidak beracun.
Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Refrigerant. (Online). http://klinikac.com/index.php/tips/93refrigerant. (Diakses pada 14 September 2015).
Anonim.
2008.
Teknik
Pendinginan.
(Online).
http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik
%20Pendinginan/bab5.php. (Diakses pada 14 September 2015)
Hundy, G.F. 2008. Refrigeration and Air Conditioning. United Kingdom :
Elsevier Science and Technology