Syarat-syarat ijma
Dari definisa ijma diatas dapat diketahui bahwa ijma itu bisa
aqdi.
Beberapa pendapat tersebut sebenarnya mempunyai
kesamaan, bahwa yang dimaksud mujtahid adalah orang
islam yang baligh, berakal, mempunyai sifat terpuji dan
mampu meng-istinbath hukum dari sumbernya. Dengan
demikian, kesepakatan orang awam (bodoh) atau mereka
yang
belum
mencapai
derajat
mujtahid
tidak
bisa
ijma,
karena
ijma
itu
harus
mencakup
keseluruhan mujtahid.
Sebagian ulama berpandangan bahwa ijma itu sah
bilaa dilakukan oleh sebagian besar mujtahid, karena yang
dimaksud kesepakatan iijma termasuk pul kesepakatan
sebagian
besar
itu
telah
mencakup
hukum
keseluruhan.
Sebagian ulama ulama yang lain berpandangan
bahwa kesepakatan sebagian besar mujtahid itu adalah
hujjah,, meskipun tidak dikategorikan sebagai ijma karena
kesepakatan sebagian besar mereka menunjukan adanya
kesepakatan
terhadap
dalil
sahih
yang
mereka
dari
menyepakayti
perbuatan-perbuatan
para
dengan
pada
suatu
masa
Ijma
dipandang
dari
segi
yakin
atau
ada
kemungkinan
lain
bahwa
hukum
dari
sesuatu
urusan
ulama-ulama
hukum.
madinah
Madzhab
Maliki
Persesuaian paham khalifah yang empat terhadap
sesuatu soal yang diambil dalam satu masa atas suatu
hukum.
5. Ijma' shaikhan, yaitu ijma' yang dilakukan oleh Abu
Bakar dan Umar bin Khattab.
D. Ijma' sebagai Metode Istinbath Hukum Islam
2 Prof. Dr. Rahmat SafeI, MA. Ilmu Ushul Fiqh. (Bandung : CV. Pustaka
Setia, 2007). Hal. 72-73
dhanni,
seperti
hadits
ahad.
Sedangkan
ulama
didukung
oleh
nash
yang
rinci,
tidak
pula
dengan
syarat
apabila
kemaslahatan
itu
para
ahli
fiqh
madinah
ber[endapat
bahwa
harga.
Landasan
kesepakatan
ini
adalah
maslahah mursalah.
Demikian juga kesepakatan ulama tentang larangan
orang yang ada hubungan kekerabatan dan suami istri
menjadi saksi dalam kasus istri atau suaminya, atau
sebaliknya.
Landasan
kesepakatan
ulama
ini
adalah
fiqh
Mesir,
maslahah mursalah.
Zakiyuddin
Syaban,
ahli
ushul
mengatakan
yang
didasarkan
bahwa
ijma
kepada
bahwa
ijma
(59 : )
Artinya :
wahai orangorang beriman, taatilah Allah dan taatilah
rasul ( Muhammad ) dan Ulil amri ( Pemegang kejuasaan )
diantara kamu. ( Q.S. an Nisa 59 )
Maksud Ulil Amri itu ada dua penafsiran yaitu Ulil
Amri Fiddunnya adalah penguasa dan Ulil Amri fiddin
adalah mujtahid atau para ulama, sehingga dari ayat ini
berarti juga memerintahkan untuk taat kepada para ulama
mengenai suatu keputusan hukum yang disepakati mereka.
b.
Hadist Rasulullah SAW
( )
Artinya : Sesungguhnya umatKu tidak akan bersepakat
atas kesesatan.
Artinya : apa yang dipandang oleh kaum muslimin baik,
maka menurut pandangan Allah juga baik..
Dalam hadist ini dijelaskan bahwa umat dalam
kedudukannya sebagai umat yang sama sama sepakat
tentang sesuatu, tidak mungkin salah. Ini berarti ijma itu
terpelihara
dari
kesalahan,
sehingga
putusannya
dipahami
sebagai
persetujuan,
karena
jika
pada
masa
apabila
sudah,
maka
wajib
bagi
kita