PRAKATA.................................................................................................................... 4
1.
2.
3.
Pendahuluan .................................................................................................. 8
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
Pendahuluan ................................................................................................ 32
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Pendahuluan ................................................................................................ 63
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.
5.
6.
3.10
3.11
3.12
3.13
3.14
3.15
3.16
3.17
3.18
4.2
4.3
4.4
4.5
Proteksi Cadangan Rele 51V Atau Dengan Rele Jarak ............................... 118
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
Proteksi Generator Terhadap Gangguan Sistim Dan Salah Operasi .......... 129
4.11
4.12
4.13
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
6.7
6.8
6.9
6.10
6.11
6.12
6.13
PRAKATA
Perlunya pengembangan sistim tenaga listrik modern didorong dengan semakin
mahalnya sumber-sumber energi primer yang sudah semakin langka. Dengan
teknologi yang semakin maju dan dengan semakin majunya teknik isolasi, saat ini
sudah banyak transmisi yang beroperasi pada tegangan hingga ribuan kilo volt yang
memungkinkan penggunaan saluran tegangan ultra tinggi dengan panjang hingga
ribuan kilometer dapat dilaksanakan untuk menyalurkan daya yang sangat besar
secara efisien dengan rugi-rugi minimal. Dari data-data yang bisa dilihat dari internet,
di Rusia misalnya terdapat transmisi tegangan ultra tinggi 1150 kV AC dengan jarak
transmisi sangat panjang yaitu 2362 kM. Sementara di Jepang tegangan ultra tinggi
saluran transmisi 1000 kV AC sepanjang 427 kM. Akhir-akhir ini pengembangan
transmisi UHV di China sudah banyak dilakukan baik tegangan AC maupun tegangan
DC. Saluran UHV 1000 kV AC dari Nangyang-Jingmei sepanjang 654 kM dengan
kapasitas penyaluran sebesar 6000 MVA sudah beroperasi sejak tahun 2004.
Pada sisi lain saluran arus searah bertegangan UHV 800 kV DC sudah beroperasi
sepanjang 1438 kM untuk mengevakuasi daya sebesar 5000 MW dari Yunan ke
Guangdong. Ada juga saluran UHV 800 kV DC dengan panjang 1907 kM dari
Xianjiabo ke Shanghai yang sudah beroperasi meyalurkan daya hingga 6400 MW. Sejak
tahun 2009 mereka sedang melaksanakan pembangunan saluran transmisi arus searah
yang sangat panjang yaitu sekitar 2096 kM pada tegangan tegangan ultra tinggi UHV
800 kV DC untuk mengevakuasi daya yang sangat besar yaitu sebesar 7000 MW. Di
Indonesia khususnya di Jawa penggunaan saluran transmisi EHV 500 kV sudah mulai
beroperasi sejak tahun 1986. Kemajuan pengembangan tegangan ektra tinggi
maupun tegangan ultra tinggi ini tentunya didorong dengan semakin langkanya
sumber-sumber energi dan seperti diuraikan diatas jarak mereka dari pusat-pusat
industri bisa sangat jauh hingga ribuan kilometer.
Tergantung dari jenis tegangan dan urgensi jaringan, kebijakan-kebijakan maupun
pertimbangan-pertimbangan yang ditempuh dalam memilih sistim proteksi adalah
berbeda-beda. Pada sistim-sistim distribusi tegangan menengah, sistim pengamanan
masih bisa dilakukan dengan waktu tunda (time delay) yang dikordinasikan secara
hierarkis sesuai dengan posisi peralatan-peralatan yang mau diamankan dalam
jaringan. Namun pada saluran tegangan yang semakin tinggi setiap gangguan harus di
isolasi dengan sesegera mungkin tanpa ada waktu tunda. Hal ini mengingat besarnya
pengaruh gangguan yang terjadi yang dapat mempengaruhi stabilitas, keandalan
operasi sistim tenaga listrik dan termasuk faktor ekonomis mengingat harga peralatan
sistim tenaga listrik yang sangat mahal bila sampai mengalami kerusakan. Belum lagi
mempertimbangkan pengaruh padamnya pasokan daya yang bisa sangat merugikan
industri maupun masyarakat umum.
Sistim rele proteksi bersama semua komponen-komponen yang terdapat pada suatu
gardu induk seperti pemutus (circuit breaker), pemisah (disconecting switch), trafo
arus (current transformer), trafo tegangan (voltage transformer), trafo daya (power
transformer) dan lain sebagainya adalah merupakan perangkat-perangkat yang harus
dipahami oleh para insinyur sistim tenaga listrik khususnya bagi mereka yang mau
berkecimpung dalam sistim proteksi. Namun hingga saat ini tidak banyak buku yang
khusus membahas praktek-praktek sistim proteksi. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut penulis mencoba menyusun buku tentang praktek-praktek sistim proteksi
sistim tenaga listrik yang umum dijumpai dengan harapan dapat digunakan sebagai
rujukan dalam memahami dasar-dasar sistim proteksi yang akan mereka hadapi
sehari-hari. Isi dan sistematika penulisan buku disesuaikan dengan buku-buku manual
maupun jurnal-jurnal yang berkaitan dengan judul buku. Karena berbagai
keterbatasan perlu diakui bahwa penulisan buku yang membahas praktek-praktek
sistim proteksi tenaga listrik secara lengkap tidak mungkin bisa ditulis hanya dengan
mengandalkan pengalaman-pengalaman lapangan semata. Untuk bisa dituangkan
menjadi sebuah buku praktis maka pengalaman-pengalaman yang ada perlu
digabungkan dengan hasil rujukan buku-buku lain terutama manual-manual para
pabrikan baik sebagian maupun seutuhnya. Untuk lebih memudahkan mengikuti
naskah-naskah aslinya maka semua buku-buku yang digunakan dalam penyusunan
buku ini dicantumkan pada referensi yang terdapat pada akhir buku.
Penekanan isi dan susunan buku dilakukan dengan lebih mengedapankan cara-cara
untuk memahami praktek-praktek sistim proteksi ketimbang pemahaman teori
gangguan-gangguan. Lagi pula penekanan terhadap sisi praktek-praktek sistim proteksi
dimaksudkan pula agar dapat mencapai cakupan para pembaca yang lebih luas dengan
berbagai latar belakang pendidikan teknik yang mungkin berbeda-beda.
Dalam buku ini berbagai istilah teknis dalam bahasa Inggris yang masih dirasa sulit
mencari padanan yang pas dalam bahasa Indonesia dengan terpaksa tetap
dipertahankan namun ditulis dengan garis miring. Sejak dahulu rele-rele proteksi yang
digunakan pada sistim tenaga listrik kebanyakan terdiri dari rele-rele elektromekanis
yang secara lambat laut sudah berubah mengikuti perkembangan aplikasi elektronika,
komputer dan telekomunikasi. Ide awal untuk membuat rele elektronik sudah dimulai
sejak tahun 1960, namun mengingat pada waktu itu perangkat-perangkat elektronik
dan perangkat keras komputer masih sangat mahal dan kinerjanya masih belum
seperti prosessor sekarang maka arah perkembangan aplikasi pada sistim proteksi
pada waktu itu masih belum jelas. Lagi pula mengingat pengetahuan para insinyur
sistim tenaga dibidang elektronik masih sangat terbatas, mereka enggan untuk
melakukan perubahan sehingga sampai akhir tahun 1970 rele statis belum
memperlihatkan kemajuan yang pesat.
Barulah pada awal tahun 1980 pengembangan rele-rele statik mulai dikembangkan
kembali yang pada saat yang sama rele-rele elektromekanik secara perlahan-lahan
mulai ditinggalkan. Bahkan sejak beberapa tahun terakhir hampir semua rele-rele
proteksi sistim tenaga listrik sudah beralih ke rele-rele dijital maupun rele-rele numeris
di mana sistim kerjanya ditentukan bukan hanya oleh perangkat keras namun juga
oleh perangkat lunak yang dilengkapi pada masing-masing perangkat proteksi.
Sesuai dengan perkembangan dan kemajuan teknologi rele-rele dijital dan numeris,
saat ini sudah tersedia berbagai literatur dan standar-standar internasional tentang
rele-rele dijital maupun rele numeris yang dapat digunakan oleh berbagai kalangan
sebagai dasar perancangan produksi mereka sehingga tidak akan terkendala masalah
Sebagai telah disinggung diatas tujuan dari penyusun buku semata-mata adalah untuk
dapat digunakan oleh para praktisi lapangan sebagai buku pegangan dalam praktekpraktek sistim proteksi tenaga listrik. Namun agar bisa diterapkan secara real, para
pembaca harus merujuk pada berbagai buku-buku manual rele yang diterbitkan oleh
berbagai kalangan industri seperti AREVA, ABB, SIEMENS, Toshiba, Hitachi, General
Electric, Schweitzer-SEL atau Basler Electric dan berbagai produsen-produsen rele
lainnya yang tidak mungkin diikutkan dalam buku ini. Penyusun menyadari isi buku ini
masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan baik karena kesalahan ketik
maupun ketidak telitian dalam penyusunan dan pengutipan teks dari buku-buku
aslinya. Dalam hal ini penyusun berharap mendapat masukan-masukan dari para
pembaca baik berupa kritik-kritik maupun saran-saran yang dapat digunakan sebagai
bahan-bahan yang sangat berharga dalam melakukan perbaikan dan penyempurnaanpenyempurnaan isi buku selanjutnya.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Ir Charles Manaloe, MM dan Ir. Makden
Siagian, MT atas waktu-waktu yang diberikan dalam berdiskusi dan koreksi-koreksi dan
komentar-komentar yang diberikan selama penyusunan buku. Demikian juga kepada
Sdr Adi Gunawan, Suratno dan Sutrisno yang telah banyak memanfaatkan waktuwaktu luang dalam kesibukan mereka sehari-hari untuk membantu penyusun dalam
menyiapkan gambar-gambar yang sangat diperlukan dalam melengkapi penjelasanpenjelasan yang diberikan. Tanpa bantuan dan partisipasi mereka tentunya buku ini
tidak mungkin tersusun sebagaimana adanya. Pada akhirnya penyusun mengucapkan
terimakasih banyak kepada semua staff dan Direksi PT Energi Information Datasystem
Ir Adil Munadjad dan Tigor Nauli Adrian, ST, MM yang telah mendorong dan
memberikan fasilitas yang diperlukan selama penyusunan buku.
Jakarta April 2010,
Penyusun
PENDAHULUAN
Gangguan-gangguan pada saluran hantaran udara tegangan tinggi terdiri atas tiga
katagori gangguan sebagai berikut:
a.
b.
Semi-permanen.
c.
Permanen.
Gangguan yang paling banyak atau boleh dibilang hampir 80 sampai 90% gangguanganguan pada hantaran udara adalah gangguan sementara. Sedang sisanya sebanyak
10 sampai 20% gangguan tersebut bersifat semi-permanen dan gangguan permanen.
Gangguan sementara transien pada umumnya disebabkan oleh sambaran petir atau
kontak tidak langsung dengan benda-benda sekeliling seperti misalnya dengan pohonpohon. Gangguan-gangguan sementara ini pada umumnya dapat ditanggulangi
dengan melakukan tripping pada satu atau lebih alat PMT (Pemutus Tenaga) terkait.
Setelah dilakukan tripping, biasanya penutupan kembali dapat dilakukan dengan
berhasil sehingga sistim dapat pulih sebagaimana semula. Saluran transmisi yang
melintasi hutan-hutan dapat mengalami gangguan semi menetap yang diakibatkan
oleh pohon-pohon sekitar transmisi tersebut. Gangguan jenis semi menetap ini gak
bisa sekaligus ditanggulangi dengan satu kali tripping, biasanya gangguan ini bisa
dihilangkan dengan cara membiarkan gangguan untuk beberapa waktu sehingga daundaun atau cabang pohon-pohon yang mengganggu layu dan menjauh dari jalur
transmisi dengan sendirinya. Gangguan menetap seperti misalnya hubung singkat
karena kawat putus atau sebagian dari saluran kabel bawah tanah mengalami hubung
singkat tidak dapat ditanggulangi dengan segera. Setiap gangguan menetap yang
terjadi perlu dilakukan lokalisasi dan penentuan letak gangguan, baru kemudian dapat
dilakukan rencana penanggulangan gangguan tersebut. Pada kebanyakan gangguan
sementara, maka pemulihan sistim biasanya dapat dilakukan dengan melakukan
penutupan balik (auto reclosing). Untuk melakukan reclosing, maka dibutuhkan waktu
tertentu sebelum penutupan kembali dilakukan.
Waktu tersebut adalah waktu yang dibutuhkan untuk memberikan kesempatan untuk
merubah udara yang sudah terionisasi kembali menjadi isolasi sehingga kejadian
restriking pada waktu reclosing dapat dicegah. Sistim penutupan kembali dapat
memperbaiki kontinuitas pasokan daya, mempertahankan stabilitas dan sinkronisasi
sistim. Gambar 1.1 dan 1.2 adalah skema mekanisme kerja penutupan kembali
1
otomatis single shot .
1.2
a.
Waktu Padam
Waktu padam atau dead time adalah waktu sejak busur api pada proses
pembukaan kontak sudah berakhir (padam) sampai kontak PMT terhubung
kembali.
Dead time rele auto reclosing adalah waktu terjadinya sinyal pada rele auto
reclosing (energise) hingga kontak circuit PMT menutup kembali dengan
sempurna. Waktu ini biasanya bisa diatur dan biasanya bisa ditandai dengan
dial terkalibrasi.
b.
Reclaim time
Adalah waktu mulai dari penerapan pulsa tegangan pada rele auto reclosing
hingga rele siap tutup kembali untuk merespons gangguan berikutnya
(sesudah reclosing berhasil) yang akan me-reset skema atau mengunci skema
sebagaimana dibutuhkan.
Waktu ini bisa tetap atau variable tergantung pada dead time setelan. Pada
skema multi shot masing-masing reclaim time bisa dibuat sama atau dibuat
ajustable.
c.
Kerja
Reset
Waktu
Kerja
Proteksi
Kontak
Trip Coil
Dapat Perintah PMT Pemadaman Terbuka
Sempurna
Busur
(Energised) Terbuka
Closing Coil
PMT PMT Tertutup
Energised Tertutup
Penuh
Gangguan
Transien
Pemutus
Tenaga
PMT
Waktu
Kerja
Waktu Kerja
Rele Auto Recloser
di Start Oleh
Rele Proteksi
Waktu
Tutup
Waktu
Busur
Waktu Kosong / Dead Time
Sistim Gangguan Waktu
Waktu
Gambar 1.1: Skema Kerja Penutupan Kembali Otomatis Single Shot Pada Gangguan
Transien
Jenis proteksi.
b.
Jenis gardu.
c.
d.
Kerja
Reset
Kerja
Reset
Waktu
Kerja
Proteksi
PMT
Trip Coil
Pemadaman Terbuka
Dapat Perintah PMT
Sempurna
Busur
(Energised) Terbuka
Closing Coil
PMT PMT Tertutup
Energised Tertutup
Penuh
PMT
Kontak
Pemadaman Terbuka
PMT
Sempurna
Busur
Terbuka
Gangguan
Transien
Pemutus
Tenaga
PMT
Waktu
Kerja
Waktu
Tutup
Waktu
Busur
Waktu Kerja
Trip Coil
Dapat Perintah
(Energised)
Waktu Reclaim
Waktu
Gambar 1.2: Skema Urutan Kerja Penutupan Kembali Single Shot Terhadap Gangguan
Menetap
1.3
Aplikasi reclosing otomatis khususnya pada jaringan radial dapat diterapkan dengan
baik mengingat masalah stabilitas pada sistim ini tidak ada. Keuntungan reclosing
otomatis pada sistim radial antara lain adalah:
a.
b.
Pada sistim ini bisa diterapkan rele tripping dengan kecepatan tinggi
(instantaneous), dengan antara lain mempersingkat lamanya gangguan,
mengurangi resiko gangguan dan termasuk untuk menghindari resiko
gangguan berkembang menjadi gangguan permanen.
Karena 80% gangguan hantaran udara adalah gangguan sementara, maka untuk
mengurangi lama gangguan dapat dilakukan dengan menerapkan reclosing otomatis
yang dalam praktisnya dapat memberi keuntungan-keuntungan sebagai berikut;
10
a.
b.
11
1.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dead time, reclaim time dan jumlah
reclose akan didiskusikan sebagai berikut.
1.4.1
Waktu Padam
Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan waktu padam atau dead time antara
lain adalah:
a.
b.
c.
d.
12
Dalam prakteknya pada sistim-sistim dengan banyak sumber maka sistim skema
reclose selalu dilengkapi dengan perangkat pengecekan sinkronsasi (check synchro)
sehingga pada waktu terjadi penutupan kembali secara otomatis selalu terjadi pada
sistim yang sinkron dimana sudut fasa, tegangan dan frekuensi bagian-bagian jaringan
yang mau dihubungkan adalah sama.
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pertimbangan masalah penutupan kembali
setelah gangguan adalah pengaruh jenis-jenis beban terhadap waktu padam pada
sistim-sistim tegangan tinggi dapat dijelaskan pada uraian-uraian berikut ini.
Jenis Beban
Sebagaimana disebutkan diatas, pada system tegangan tinggi, salah satu persoalan
utama yang perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan waktu padam adalah
pengaruh dari jenis beban sistim.
a.
Pelanggan industri
Seperti diketahui pada umumnya beban industri terdiri dari beban campuran
yang terdiri dari motor-motor induksi, lampu-lampu, proses control dan
beban-beban statis atau bahkan sering juga terdapat motor-motor sinkron.
Hal yang paling penting dan perlu diperhatikan dalam mempertimbangkan
waktu lamanya waktu padam pada sistim yang dilengkapi dengan skema
rangkaian penutup kembali otomatis adalah karakteristik motor-motor
sinkron dan motor-motor induksi. Lama waktu interupsi suply daya yang
dapat ditolerir oleh motor sinkron tanpa kehilangan sinkronisasi adalah
tergantung dari inersia motor dan beban lainnya, tapi pada umumnya sangat
pendek.
Dalam prakteknya motor yang mendapat gangguan harus diputus sesegera
mungkin; dan waktu padam harus dibiarkan cukup lama supaya motor-motor
sempat keluar dari sistim pada waktu kehilangan pasokan. Pada waktu catu
daya kembali pulih, penyalaan kembali motor-motor sepenuhnya tergantung
pada sistim kendali motor-motor yang diprogram secara aman dan sering
harus cukup cepat sehingga proses produksi tidak sempat terganggu. Motormotor induksi pada sisi lain dapat mentolerir waktu padam catu daya,
tergantung pada karakteristik mereka.
Waktu padam minimum untuk motor-motor sinkron disarankan tidak lebih
dari 0.3 detik dan untuk motor-motor induksi waktu kehilangan daya
maksimum adalah 0.5 detik. Umumnya waktu padam sekitar 0.4 detik bisa
dipilih dalam mempertimbangkan proses reclosing.
Tetapi kriteria tersebut tidak menjamin sistim reclosing berjalan dengan
sempurna, sebab masih ada yang perlu diketahui yaitu kondisi sistim kendali
motor, roda gigi, karakteristik motor dan kondisi beban. Kesulitan yang paling
besar adalah resiko dan pengaruh variasi beban yang dapat menyebabkan
tripping terhadap beberapa motor sementara itu motor-motor lain tetap
berputar yang bisa menyebabkan ketidak serempakan kerja mesin-mesin
sehingga bisa menimbulkan kerugian-kerugian dalam proses pabrikasi.
13
Lampu-lampu jalan
Pengaruh waktu padam pada lampu-lampu jalanan ternyata juga perlu
diperhatikan khususnya dalam hari-hari sibuk dan padat lalu lintas. Dalam hal
ini semakin cepat waktu pemutusan daya akan semakin baik. Waktu
pemutusan daya lebih dari 10 detik bisa sangat berbahaya sebab dalam hal ini
para pengemudi perlu menyesuaikan tingkat penerangan yang ada misalnya
dengan cara mengurangi kecepatan kenderaan mereka hingga terhindar dari
bahaya. Untuk lampu-lampu jalan perlu diusahakan agar lama waktu
pemutusan daya bisa terjadi pada interval waktu 1 sampai 2 detik.
Hal ini mengingat pada waktu tersebut lampu-lampu jalan bisa pulih kembali
sebelum pengaruhnya dapat dirasakan oleh para pengguna jalanan.
c.
Pelanggan biasa
Pertimbangan-pertimbangan fatal dan faktor kerugian berat lain dalam
pertimbangan sistim reclosing instalasi para pelanggan biasa tidak begitu
diperlukan, sebab yang paling diperlukan para pelanggan adalah besarnya
kompensasi yang dibutuhkan pelanggan untuk setiap terputusnya aliran daya
mereka.
Hal ini berarti bahwa kehilangan daya beberapa detik atau bahkan menit
tidak terlalu berakibat luas dan tidak begitu signifikan dan penting
sebagaimana pada pelanggan industri maupun komersial dimana kontinuitas
catu daya untuk fasilitas seperti lift, konveyer, AC central, fasilitas masak
restoran atau tempat-tempat entertain lainnya sangat vital.
14
tidak dapat diikuti dengan pengisian per kembali. Oleh karena itu PMT-PMT pada
sistim-sistim yang membutuhkan skema-skema reclosing selalu dipilih dengan
perangkat sistim mekanis yang dapat mengisi per secara otomatis dengan motormotor penggerak.
Waktu tunda yang melekat pada PMT selama proses tripping dan operasi reclosing
harus diperhatikan pada waktu mempertimbangkan kemungkinan penerapan
reclosing otomatis kecepatan tinggi.
a.
Waktu operasi
Mengingat gangguan bisa mengakibatkan sistim tegangan turun, maka dead
time efektif dapat ditingkatkan dengan waktu kerja pemutus tenaga.
Pada PMT-PMT modern waktu operasi berada pada batas-batas antara 50
sampai 100 milidetik. Waktu operasi PMT ini dapat dilihat dari buku-buku
manual alat pemutus tenaga yang akan digunakan.
b.
c.
Mekanisme PMT membutuhkan waktu padam minimum terdiri dari jumlah waktu
1
pada Titik a) dan b) diatas. Gambar 1.3 mengillustrasikan kinerja suatu PMT modern .
PMT lainnya yang lebih tua mempunyai mekanisme waktu penutupan yang lebih lama
dari pada yang diperlihatkan pada Gambar tersebut. T5 adalah waktu dead time
minimum yang dibolehkan oleh perangkat pemutus tenaga.
15
Waktu (detik)
Pemadaman Busur
Inisiasi
Tripping
t1
t2
t3
t4
PMT Tertutup
Sempurna
t6
t5
t1
t2
t3
t4
t5
t6
Minyak
11 kV
Vacum
15 kV
Minyak
32 kV
Udara
380 kV
SF6
132 kV
SF6
380 kV
0.06
0.1
0.08
0.16
0.24
0.02
0.038
0.053
0.023
0.048
0.28
0.07
0.03
0.06
0.2
0.35
0.55
0.01
0.035
0.045
0.235
0.065
0.3
0.02
0.04
0.07
0.03
0.08
0.11
0.12
0.02
0.05
0.01
0.06
0.07
0.04
Catatan : Data untuk 200 kV juga berlaku untuk 400 kV, semua waktu dalam detik
16
diperlukan paling sedikit harus sama dengan waktu ini. Bila dibutuhkan waktu dead
time yang lebih kecil, maka rele proteksi harus direset pada waktu yang cepat
(instantaneous). Kebutuhan ini hanya mungkin dapat diperoleh secara lebih baik
dengan menggunakan rele statis, rele-rele digital atau rele IDMT numeris.
1.4.2
Waktu Reclaim
Faktor-faktor yang mempengaruhi setelan waktu reclaim didiskusikan pada bagianbagian berikut ini.
Jenis Proteksi
Untuk memungkinkan suatu rele proteksi dapat bekerja pada waktu pemutus tenaga
tertutup kembali pada hal gangguan masih bertahan atau permanen maka waktu
reclaim harus dibuat cukup panjang. Bentuk proteksi yang paling umum yang banyak
diterapkan pada jaringan tegangan tinggi adalah rele jenis I.D.M.T atau rele arus lebih
definite time dan rele gangguan tanah.
Waktu operasi maksimum pada level gangguan yang kecil pada tipe rele terdahulu bisa
sampai 30 detik, sementara itu untuk gangguan dengan level sampai beberapa kali
rating bisa sampai 10 detik atau kurang.
Dalam hal proteksi definite time, secara umum setelan waktu 3 detik atau kurang
banyak diterapkan pada batas maksimum absolute 10 detik. Dalam praktek-praktek
umum, waktu reclaim banyak digunakan selama 30 detik yaitu pada skema reclosing
otomatis jaringan tegangan tinggi. Namun, terdapat bahaya pada setelan waktu
sepanjang 30 detik ini, yaitu bahaya-bahaya yang bisa terjadi selama waktu terjadinya
guruh atau petir dimana gangguan-gangguan transien bisa terjadi pada frekuensi yang
tinggi dimana pemutus tenaga bisa menutup kembali (reclose) dengan sukses sesudah
satu tripping, kemudian trip lagi dan diam (terkunci) pada posisi terbuka (lock out)
untuk gangguan kedua yang terjadi dalam waktu waktu reclaim tersebut.
Untuk mengatasi hal ini, maka reclaim time bisa dipersingkat misal menjadi 15 detik
sehingga gangguan yang datang berikutnya dapat dipandang sebagai gangguan
tersendiri yang tidak berhubungan dengan gangguan sebelumnya sehingga bisa
kembali diikuti reclosing lebih lanjut.
Jika level arus gangguan rendah, kita akan mengalami kesulitan dalam memilih setelan
waktu I.D.M.T dengan grading waktu yang mempunyai batas waktu operasi 15 detik
dan kemudian akan timbul pertanyaan dan kesulitan dalam memilih dan mengatur
reclaim time yang sesuai dengan dengan rele I.D.M.T tersebut. Adalah umum
memasang rele proteksi gangguan tanah sensitif sebagai tambahan terhadap proteksi
normalnya yaitu untuk mendeteksi gangguan tanah yang mempunyai tahanan tinggi.
Proteksi ini tidak mungkin stabil terhadap gangguan eksternal (through fault) yang
mengalir, sehingga perlu diset pada waktu operasi lebih lama dari waktu operasi
proteksi utama.
Waktu setelan yang lebih lama ini perlu diperhatikan pada waktu mendefenisikan
waktu reclaim. Kawat hantaran udara yang putus dan tersentuh pada tanah yang
kering atau pagar dari kayu bisa merupakan jenis penyebab gangguan ini. Gangguan
ini memang jarang tetapi bisa berbahaya terhadap manusia. Oleh karena itu sistim
17
proteksi perlu dilengkapi dengan rele gangguan tanah sensitive dimana salah satu
kontaknya digunakan untuk memblok proses reclosing dan sekalian untuk mengunci
pemutus tenaga PMT tetap pada posisi terbuka. Bila digunakan rele proteksi
kecepatan tinggi, reclaim time pada orde 1 detik atau kurang bisa jadi sudah
mencukupi. Namun dalam praktek waktu demikian singkat jarang digunakan sebab
bisa membebani perangkat pemutus tenaga kerja berat.
Waktu Pengisian Per
Bila digunakan mekanisme motor per spiral sebagai energi penutup PMT maka reclaim
time harus paling sedikit sama dengan waktu spring winding time.
Hal ini untuk memastikan bahwa PMT tidak merupakan subjek yang akan kerja misal
reclosing dimana enersi per belum terisi secara penuh. Kalau waktu pengisian per
(spring winding time) adalah 30 detik atau lebih dimana waktu sepanjang ini adalah
lebih panjang dari waktu operasi rele maka adalah mungkin untuk menyederhanakan
rele auto reclose dengan menggunakan mekanisme gulungan spring sebagai perangkat
reclaim. Namun pada PMT-PMT yang sudah lebih modern yang mempunyai waktu isi
(winding time) sebesar 3 detik, perangkat-perangkat pewaktu reclaim harus dibuat
tersendiri.
1.4.3
Jumlah Shot
Tidak ada aturan tertentu yang bisa digunakan untuk menentukan berapa kali
reclosing bisa dioperasikan, tetapi dalam praktek harus dilakukan berbagai
pertimbangan teknis dan praktis tergantung pada beberapa faktor dan kondisi
jaringan instalasi sebagai berikut.
18
a.
b.
Kondisi Sistim
Bila data-data statistik pada sistim tertentu menunjukkan prosentasi
gangguan semi permanen cukup lumayan dan dapat di burned out
(dilelehkan) setelah 2 atau 3 kali trip yang sengaja diperlambat, maka
reclosing dengan multishot mungkin dapat diterapkan. Keadaan ini sering
dilakukan pada saluran-saluran yang melintasi daerah perhutanan. Situasi
lainnya, dimana fuse tees bisa digunakan seperti pada level arus gangguan
yang rendah, sebab waktu lebur bisa tidak terdiskriminasi oleh rele I.D.M.T.
Penggunaan beberapa shot akan memanaskan sekring sampai keadaan
tertentu sehingga bila gangguan masih bertahan maka sekring tersebut bisa
terbakar sehingga pada akhirnya gangguan dapat disolasi secara permanen.
c.
1.5
Dengan merujuk pada buku-buku Analisa Sistim Tenaga Listrik dan dengan melakukan
beberapa penyederhanaan, besar daya yang dapat ditransfer dari satu Gardu ke Gardu
lainnya dapat dinyatakan dengan persamaan
. Dimana V1 dan V2 adalah
tegangan Gardu 1 dan Gardu 2 dan adalah pergeseran sudut antar V1 dan V2, sedang
X adalah impedansi saluran antara kedua gardu.
Dengan demikian pertimbangan yang sangat penting pada penerapan reclosing
otomatis pada jaringan tegangan ekstra tinggi adalah persoalan stabilitas dan
sinkronisasi sistim-sistim yang mengalami gangguan. Disamping itu perlu juga
dipertimbangkan kondisi pembebanan apakah saluran tersebut dibebani rendah atau
berat. Pada beban rendah, tripping transmisi bisa menyebabkan pergeseran sudut fasa
yang berlebihan diantara terminal PMT yang mau melaksanakan reclosing sehingga
beresiko gagalnya reclosing. Pada sistim dengan beban berat, dimana tingkat
perubahan sudut fasa akibat tripping lebih rendah, sehingga reclosing masih bisa
dilakukan meskipun pada waktu yang agak lambat.
1
Sebagai illustrasi , terdapat dua sistim tenaga yang diinterkoneksi seperti terlihat pada
Gambar 1.4. Dalam keadaan sehat, jumlah daya yang ditransmisikan adalah P, yang
melintasi kurva daya-sudut OAB pada titik X. Disini terlihat bahwa pergeseran sudut
fasa antara kedua sistim (V1 dan V2) adalah 0. Dalam keadaan terganggu, transfer
daya berubah mengikuti kurva daya-sudut yaitu OCB, dimana titik kerja berubah
ketitik Y. Bila di anggap daya yang masuk pada kedua ujung transmisi adalah konstan,
maka akan ada akselerasi perubahan aliran daya sebesar XY. Akibatnya Titik kerja
pindah ke Z, pada saat ini sudut pergeseran antara kedua sistim naik menjadi 1.
Pada titik ini PMT akan trip dan memutuskan hubungan kedua sistim sehingga
perbedaan sudut kedua sistim akan terus berkembang dan naik pada rate tertentu
tergantung dari inersia masing-masing generator. Untuk mempertahankan
sinkronisasi, maka kedua PMT harus bisa ditutup kembali pada waktu yang singkat
sebelum pergeseran sudut kedua sistim berkembang melebihi sudut 2. Secara praktis
bisa dikatakan sistim akan tetap sinkron bila reclosing terjadi pada titik-titik dimana
luas area 2 lebih luas dari area 1.
19
~
Gangguan
Beban
Daya (watt)
Beban
A
C
Garis input
Z
Y
1
Kondisi gangguan
B
Pergeseran fasa
Gambar 1.4: Pengaruh Reclosing Otomatis Kecepatan Tinggi Pada Stabilitas Sistim
Pada prakteknya terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan pada waktu
merencanakan skema penutupan otomatis seperti kondisi beban, kecepatan kerja
PMT, waktu dead time yang dibolehkan. Sebagai contoh pada kondisi beban rendah
maka pada waktu hubung singkat akan ada percepatan perubahan daya yang cukup
besar yang dapat membuat kedua sistim keluar dari kondisi sinkron.
Untuk menghindarkan kesulitan ini maka sistim reclosing otomatis harus dirancang
dengan dead time yang singkat. Ini berarti pemilihan sistim proteksi maupun
pemilihan PMT yang diperlukan harus mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan
sangat cepat. Sebaliknya bila beban sistim tinggi, maka lepasnya saluran interkoneksi
kedua sistim secara praktis tidak akan mempengaruhi sinkronisasi kedua sistim
sehingga kebutuhan reclosing dengan kecepatan tinggi praktis tidak begitu diperlukan.
Sebab meskipun penutupan kembali agak lambat namun sinkronisasi kedua sistim
tetap dapat dipertahankan.
Pertimbangan-pertimbangan diatas perlu dipertimbangkan pada waktu merencanakan
skema penutup otomatis (auto reclosing) khususnya pada saluran tegangan tinggi dan
saluran tegangan ekstra tinggi.
1.6
Hal pertama yang diperlukan dalam penerapan penutup balik otomatis (autoreclosing) adalah berapa lama waktu terjadinya gangguan dapat dibiarkan berlangsung
tanpa mengorbankan stabilitas sistim. Lebih lanjut perlu dilakukan studi-studi
stabilitas transien untuk melihat berbagai kondisi sistim terhadap berbagai jenis
gangguan-gangguan.
Dengan memahami sistim proteksi dan ciri-ciri kerja perangkat pemutus tenaga serta
lamanya waktu pemadaman busur api, kita dapat melakukan studi tentang penerapan
skema penutup balik otomatis kecepatan tinggi. Faktor-faktor tersebut akan kita
bicarakan pada uraian-uraian berikut.
20
1.6.1
Karakteristik Proteksi
Pertimbangan penggunaan perangkat proteksi berkecepatan tinggi seperti rele jerak
atau skema unit proteksi yang mempunyai waktu kerja lebih kecil dari 50 mdetik
adalah faktor yang sangat penting dalam sistim proteksi tenaga listrik. Kombinasi
antara pemutus tenaga berkecepatan tinggi dengan rele berkecepatan tinggi
sesungguhnya dapat mengurangi lama terjadinya busur api gangguan sekaligus
mengurangi waktu total gangguan.
Untuk mendapatkan proteksi yang efektif perlu diusahakan agar pada waktu gangguan
kedua pemutus tenaga yang mengapit saluran yang terganggu harus dapat trip dengan
secepat mungkin. Sebab meskipun salah satu PMT sudah trip, namun bila PMT pada
ujung lain tidak ikut trip maka saluran tersebut masih tetap mendapat tegangan dari
sisi berlawanan sehingga dengan demikian maka busur api pada gangguan juga akan
tetap berlangsung.
Dengan demikian waktu efektif dead time akan berkurang sehingga usaha untuk
melakukan penutupan balik akan terkendala yang bisa berujung pada kegagalan. Hal
inilah yang menjadi pertimbangan mengapa pada penerapan rele jarak selalu
dikombinasikan dengan skema intertripping sehingga gangguan terjadi dekat salah
satu ujung saluran selalu diikuti dengan tripping serempak kedua PMT yang mengapit
gangguan. Ini akan diuraikan pada Bab 1.8
1.6.2
Pemadaman Busur Api
Waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan busur api kembali normal atau
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk men-deionisir (pemadaman) busur api
gangguan perlu diketahui sebelum melakukan penutupan kembali, sehingga bisa
dihindarkan kegagalan berulang (restriking) pada waktu penerepan tegangan kembali
pada waktu reclosing.
Waktu de-ionisasi jalur busur api yang tak terkendali dalam udara bebas tergantung
dari tegangan saluran, jarak antar penghantar, besar arus gangguan, lama gangguan,
kecepatan angin dan kapasitansi antara pengahantar. Faktor terpenting dari
kesemuanya faktor-faktor diatas adalah tegangan sistim. Secara umum dapat
dikatakan, bahwa semakin tinggi tegangan maka semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk de-ionisasi udara sekeliling sampai busur api kembali sebagai isolator dengan
sempurna. Tabel 1.1 memperlihatkan waktu deionisasi busur api tipikal pada berbagai
1
sistim tegangan saluran .
Tegangan
Saluran (kV)
Waktu De-ionisasi
Minimum (detik)
66
110
132
220
275
400
525
0.2
0.28
0.3
0.35
0.38
0.45
0.55
Tabel 1.1: Waktu Deionisasi Busur Api Pada Berbagai Sistim tegangan
21
Bila digunakan tripping single fasa dan reclosing otomatis, maka kopling kapasitansi
antar fasa-fasa yang sehat cenderung mempertahankan busur sehingga waktu dead
time yang diperlukan juga perlu diperpanjang. Hal ini merupakan persoalan tersendiri
pada saluran tegangan ekstra tinggi yang panjang.
1.6.3
Karakteristik Pemutus Tenaga
Gangguangangguan pada katagori level tinggi yang terjadi pada saluran EHV perlu
diperhatikan dalam mempertimbangkan beberapa tugas-tugas suatu pemutus tenaga
yang diperlukan pada skema reclosing otomatis berkecepatan tinggi. Siklus breakmake-break yang dapat diterima yang dibutuhkan untuk memutuskan arus gangguan,
menutuk balik (reclose) saluran sesudah beberapa waktu delay sampai 0.2 detik dan
memutuskan arus gangguan kembali bila gangguan ternyata masih bertahan. Jenis
Pemutus Tenaga yang umum digunakan pada saluran EHV adala jenis oil, air blast dan
Pemutus Tenaga SF6.
Pemutus Tenaga Minyak
Pemutus Tenaga jenis minyak banyak digunakan pada saluran-saluran bertegangan
sampai 300 kV. PMT jenis minyak ini dapat dibagi atas dua jenis yaitu; jenis bulk oil
dan jenis small oil volume. Jenis small oil volume dirancang untuk mengurangi bahaya
yang sering terjadi pada jenis bulk oil yang berisi minyak dengan volume yang besar
dimana bila terjadi ledakan minyaknya dapat menyebar secara luas. Operating
mekanisnya terdiri dari dua jenis yaitu fixed trip dan trip free. Namun jenis trip free
yang paling banyak digunakan. Pada jenis trip free, siklus reclosing harus memberikan
waktu pada sistim mekanis untuk reset sesudah tripping sebelum memberikan closing
impulse.
Perangkat khusus harus digunakan untuk menentukan waktu dead time yang singkat
yang dibutuhkan pada skema reclosing kecepatan tinggi. Beberapa sistim mekanis
untuk keperluan ini sudah banyak dilakukan untk memenuhi kebutuhan reclosing
kecepatan tinggi ini yang antara lain sebagai berikut;
i.
ii.
Spring.
iii. Pneumatic.
PMT jenis mekanis solenoid tidak cocok digunakan untuk reclosing otomatis kecepatan
tinggi hidrolik dan pneumatic secara umum banyak digunakan pada level tegangan
yang lebih tinggi karena mempunyai waktu closing yang lebih cepat. Gambar 1.3
memperlihatkan waktu kerja (operation time) berbagai jenis pemutus tenaga
tegangan ekstra tinggi, termasuk waktu dead time yang bisa dicapainya.
Pemutus Tenaga Air Blast
Pemutus Tenaga jenis air blast banyak dikembangkan pada saluran transmisi tegangan
yang sangat tinggi. Terdapat dua kategori sebagai berikut;
a.
b.
22
Pada pressurized head PMT, udara yang dikompres disimpan dalam tabung yang
diletakkan sekitar kontak utama. Bilamana signal tripping diterima, sistim auxiliary
udara (air system) memisahkan kontak-kontak utama dan sela yang terjadi antar
kontak utama disembur dengan udara bertekanan yang keluar dari tabung udara
sehingga busur api yang terjadi antara kontak-kontak PMT bisa dipadamkan.
Pada waktu kontak PMT sudah terbuka sempurna maka tangki udara kembali diisi
udara bertekanan tinggi melalui kompressor. Oleh karena itulah digunakan isolator
dengan urutan seri yaitu yang akan mengisolir kontak utama setelah melakukan
tripping banyak pada pemutus tenaga jenis air blast. Karena sistim ini secara
komparatif lambat pada waktu pembukaan maka kerja mereka harus dicegah pada
waktu reclosing diperlukan. Untuk keperluan ini disediakan kontak bantu rele auto
reclose. Sedangkan kerja pemutus tenaga dengan jenis non-pressurised head lebih
lambat dari jenis PMT pressurized.
Pemutus Tenaga SF6
Kebanyakan PMT-PMT tegangan ekstra tinggi dirancang dengan menggunakan SF6
sebagai isolasi dan sekaligus sebagai pemadam busur api yang terjadi antara kontak
PMT baik pada waktu menutup maupun pada waktu membuka (tripping).
Pada dasarnya rancangan sistim ini dengan rancangan PMT air blast adalah sama dan
pada umumnya dirancang tetap dapat mempertahankan kemampuan ketahanan
tegangan yang sama bahkan meskipun pada waktu tekanan gas SF6 turun sampai
tekanan atmosfer. Meskipun dalam hal ini tidak diperlukan isolator yang secara
berurutan terhubung seri seperti pada jenis air blast, tetapi pada pertimbangan
tertentu isolator-isolator tersebut kadang-kadang diperlukan juga untuk mencegah
kerusakan PMT akibat sambaran petir pada waktu saluran pada posisi terbuka (open
ended). Dalam hal ini paling tidak harus ada provisi atau kondisi tertentu yang harus
dirancang untuk mencegah sequencial series insulation selama perioda auto-reclose.
1.6.4
Pemilihan Waktu Dead time
Pada saluran tegangan tinggi diatas 220 kV, waktu de-ionisasi biasanya digunakan
untuk menentukan waktu dead time minimum, sering menjadi faktor lebih dominan
ketimbang faktor pertimbangan pembatasan-pembatasan pada PMT-PMT lainnya. Ini
dapat dilihat dari Tabel 1.1. Setelan waktu dead time pada rele reclosing otomatis
harus dibuat cukup panjang untuk memastikan terjadinya de-ionisasi busur api dapat
berlangsung dengan sempurna. Perlu dicatat bahwa pada sistim tegangan ekstra tinggi
kegagalan penutupan kembali harus diusahkan secara minimum sebab bisa lebih
berbahaya dari pada sistim yang tidak mempunyai skema penutupan kembali. Secara
sederhana dapat dikatakan lebih baik suatu sistim tidak dilengkapi dengan skema
penutup otomatis kalau sistim tersebut tidak terjamin kehandalannya.
1.6.5
Pemilihan Waktu Reclaim
Pada pertimbangan pemutus tenaga EHV jenis minyak, waktu reclaim harus
mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan oleh sistim mekanisme penutupan PMT
yaitu untuk re-set ready pada pekerjaan reclosing berikutnya. Sebagai contoh, PMT-
23
PMT peneumatik membutuhkan waktu closing piston kembali pada posisi normalnya
yang membutuhkan waktu 10 detik. PMT jenis per spring membutuhkan waktu
rewinding sampai 30 detik sebelum dapat kembali melakukan penutupan.
Waktu reclaim untuk PMT jenis udara bertekanan (air blast), harus memungkinkan
tekanan udara kembali pulih kembali ke tekanan normal setelah tripping. Sedang
waktu reclaim pada PMT jenis SF6 harus memungkinkan sistim mekanis (hidrolik)
untuk mengisi kembali dan pada beberapa rancangan dengan dua jenis tekanan untuk
memungkinkan tanki SF6 terisi kembali.
1.6.6
Jumlah Perintah Penutup Balik
Sistim pentutup balik otomatis pada sistim tegangan ekstra tinggi pada umumnya
dipraktekkan hanya dengan sistim satu kali penutupan untuk setiap gangguan (single
shot). Hal ini mengingat reclosing berlulang-ulang bisa mempengaruhi sistim stabilitas.
Oleh karena itu untuk setiap perintah penutupan kembali (reclose) yang pertama
maka pada tripping berikutnya PMT harus langsung di kunci secara permanen pada
posisi terbuka dan tidak boleh tutup kembali secara otomatis. Untuk lebih tegasnya
kalau pada sistim HV dimana reclosing berulang sering dilakukan terhadap gangguangangguan semi permanen maka pada sistim EHV perintah tutup kembali (reclosing)
secara berulang jarang diterapkan. Penormalan kembali gangguan yang tidak berhasil
ditutup kembali melalui recloser pada sistim tegangan ekstra tinggi harus dilakukan
secara manual yaitu setelah dipastikan bahwa gangguan sudah hilang.
1.7
Pada umumnya gangguan-ganguan yang sering terjadi pada kawat hantaran udara
dapat dipandang sebagai gangguan satu kawat fasa ketanah. Bila kita menggunakan
PMT tiga fasa yang dilengkapi dengan rangkaian penutup balik (reclosing) tiga fasa,
maka bila terjadi tripping tiga fasa kedua sistim dapat terpisah sebentar dan sudut fasa
mereka dapat tergeser saling menjauh sebagaimana dijelaskan pada Bab 8.5. Disini
penyaluran daya antara kedua sistim yang trip terpaksa tidak dapat dilakukan yaitu
selama waktu kosong (dead time). Namun sebaliknya bila tripping dibuat hanya pada
fasa yang terganggu, maka penyaluran daya masih tetap dapat berjalan dan saling
dipertukarkan paling tidak melalui kedua fasa lain yang sehat yang tidak mengalami
gangguan. Dengan demikian perbedaan fasa antara dua sistim akan sangat berkurang,
sehingga akan sangat membantu pada waktu melakukan reclosing.
Masing-masing PMT fasa tunggal khususnya PMT SF6 dan PMT air blast dilengkapi
dengan closing dan tripping coil sendiri-sendiri termasuk sistim mekanisme mereka
masing-masing yang bekerja secara independen. Oleh karena itu sistim wiring PMT
fasa tunggal jauh lebih kompleks ketimbang wiring PMT sistim tiga fasa. Disamping itu,
sistim proteksi kemungkinan memerlukan rangkaian-rangkaian tambahan seperti
misalnya ragkaian-rangkaian lojik pemilihan fasa.
Pada waktu terjadinya gangguan fasa ketanah, maka trip akan terjadi hanya pada fasa
yang mengalami gangguan dan kemudian berarti hanya fasa tersebut yang
memerlukan penutupan kembali. Dengan demikian dapat dilihat bahwa fungsi reclose
yang terdapat dalam rele mempunyai tiga elemen rangkaian yang terpisah satu sama
24
lain, yaitu satu elemen untuk setiap fasa. Suksesnya Reclose yang dihasilkan oleh lojik
auto-reclose akan reset pada waktu akhir dari reclaim time, yaitu siap kembali untuk
merespons gangguan berikutnya. Bila gangguan masih tetap bertahan dan usaha
untuk reclose tidak berhasil, maka ketiga fasa PMT akan ditrip dan kemudian dikunci
pada posisi terbuka secara permanen.
Uraian diatas hanya merupakan salah satu contoh dari banyak kemungkinan lain yang
bisa terjadi. Kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa terjadi dan perlu diperhatikan
antara lain adalah:
a.
Trip tiga fasa dan dikunci untuk gangguan fasa-fasa atau tiga fasa atau bila
kedua fasa-fasa lain yang mungkin akan mengalami gangguan selama dead
time.
b.
c.
Kombinasi auto reclosing fasa tunggal atau tiga fasa; gangguan fasa tunggal
ke tanah mengawali (inisiate) tripping dan reclose single fasa dan gangguan
fasa-fasa yang akan membangkitkan pulsa tripping dan reclosing tiga fasa.
Rele-rele numeris modern umumnya sudah dilengkapi dengan fasilitas untuk bisa
mengakomodasi lojik untuk semua kemungkinan diatas, tergantung pada pilihan
skema mana yang mereka pilih sesuai dengan kebutuhan dan berbagai kebijakan dan
pertimbangan-pertimbangan yang perlu dilakukan. Para insinyur proteksi dapat
mendefenisikan atau mendekripsikan skema-skema proteksi yang mereka kehendaki
sesuai dengan fitur-fitur lojik yang tersedia pada rele numeris tersebut.
Keuntungan-keuntungan penggunaan penutupan kembali otomatis (reclosing) satu
fasa antara lain adalah;
a.
b.
Kerugian utamanya adalah waktu de-ionisasi yang lebih panjang yang dihasilkan oleh
kapasitansi kopling antara fasa yang terganggu dan fasa-fasa yang sehat. Ini tentunya
akan mengakibatkan perlunya reclaim time yang lebih panjang. Lagi pula kesalahan
operasi rele gangguan tanah pada saluran dua sirkit akibat mengalirnya arus urutan
nol dapat juga terjadi. Kejadian ini misalnya sebagai akibat induksi bersama (mutual
induction) antara fasa yang terganggu dengan fasa-fasa yang sehat.
1.8
Perlunya tripping PMT-PMT cepat pada ujung-ujung saluran yang terganggu yang
dilengkapi dengan fasilitas penutupan kembali otomatis (auto-reclose) berkecepatan
tinggi sudah dibicarakan pada Bab 8.6. Pada saluran yang dilengkapi dengan rele jarak
25
penerapan auto-recloser sering tidak dapat diterapkan dengan baik dan bahkan sering
menghadapi banyak kesulitan.
Hal ini misalnya sebagai akibat kesalahan yang timbul pada waktu menentukan setelan
nilai tahanan rele jarak, dimana tidak mungkin menset zone 1 dapat mencakup daerah
proteksi seratus persen secara sempurna (lihat Bab 5). Biasanya zone 1 di set untuk
mencakup 80 hingga 85% dari keseluruhan panjang saluran, dimana sisa jaringan akan
dicakup oleh proteksi zone 2 dengan kelambatan waktu tertentu. Gambar 1.5
menggambarkan keadaan diatas untuk skema rele jarak tiga zone yang mencakup dua
saluran transmisi.
Pada konfigurasi jaringan ini akan terlihat bahwa gangguan yang terjadi pada kedua
bagian ujung saluran akan ditripping secara tidak bersamaan atau dengan kata lain
ditrip secara berurutan. Daerah ini berkisar sekitar 20 hingga 40% panjang saluran.
Sementara itu gangguan-gangguan yang terjadi pada bagian lain yaitu sekitar 60
sampai 80% akan akan segera diatasi secara sekejap oleh PMT-PMT pada kedua ujung
saluran.
Zone 3 (J)
Zone 3 (G)
Zone Tengah
Ujung
Zone
Zone 1 (G)
Zone 2 (G)
Ujung
Zone
H
Zone 2 (J)
Zone 1 (J)
J
Zone 1 (H)
Zone 1 (K)
Zone 2 (H)
Zone 2 (K)
Zone 3 (K)
Zone 3 (H)
26
1.8.1
Kanal Sinyaling
Cara yang sangat baik untuk melakukan tripping cepat pada gangguan-gangguan
dimanapun sepanjang saluran adalah dengan menggunakan kanal sinyaling antara
kedua ujung transmisi. Sinyaling dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya
melalui kabel pilot, PLC, fiber optik atau radio gelombang pendek.
Pada sistim ini tripping yang terjadi dengan cepat pada kedua ujung saluran yang
terganggu, memungkinkan penggunaan auto-reclosing dapat dilakukan dengan baik.
1.8.2
Ekstension Zone 1
Pada skema ini perluasan daerah proteksi dilakukan sedemikian rupa sehingga tripping
bisa dilakukan secara cepat dan pada waktu bersamaan terhadap kedua PMT ujungujung saluran. Capaian zone 1 normalnya diperluas sampai 120% panjang saluran dan
kemudian akan re-set kembali ke 80% pada saat perintah lojik auto-reclose diterima.
Lojik auto-reclose ini harus terjadi sebelum pulsa closing diterapkan pada PMT dan
tetap bekerja sampai akhir dari waktu reclaim time.
1.9
Pada sistim interkoneksi jaringan tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi dimana
tripping yang terjadi pada salah satu jaringan tidak menyebabkan kedua sistim saling
menjauh dan kehilangan sinkronisasi, maka proses penutupan kembali dapat
diterapkan dengan waktu tertunda. Dalam praktek lapangan waktu-waktu dead time
berkisar antara 5 hingga 60 detik.
Hal ini karena pada sistim tersebut tidak ada masalah yang disebabkan oleh waktu deionisasi busur api maupun akibat karakteristik opersasi PMT dan ayunan daya sebelum
reclosing. Pada umumnya peluang sukses reclosing pada sistim-sistim auto-reclosing
tertunda adalah lebih tinggi dari pada skema auto-reclosing kecepatan tinggi. Hal lain
yang perlu juga diperhatikan adalah bahwa rangkaian kontrol skema tripping dan
skema penutupan kembali sistim tiga fasa adalah lebih sederhana dibandingkan
rangkaian kontrol sistim skema satu fasa.
1.9.1
Skema Operasi
Urutan kerja skema auto-reclose dapat dijelaskan dengan merujuk pada Gambar 1.6.
Gambar ini menunjukkan sebuah saluran yang menghubungkan dua gardu induk A dan
B. PMT pada gardu A dan B tripping pada waktu terjadi gangguan saluran.
Dalam prakteknya sistim auto-reclose yang terdunda tidak akan menyebabkan
hilangnya sinkronsiasi. Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa transfer daya
melalui tie-line yang tersisa pada sistim dapat mengakibatkan berkembangngya
perbedaan sudut secara berlebihan antara Gardu A dengan Gardu B. Akibatnya, kalau
terjadi reclose maka sistim akan mengalami kejutan yang melebihi batas yang
diijinkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya sistim auto-reclose perlu dilengkapi
dengan rele check sinchronisasi sehingga reclosing bisa dilakukan pada batas-batas
perbedaan sudut fasa yang masih bisa ditolerir. Sesudah mentripping gangguan, maka
pada umumnya reclose dilakukan pertama kali pada salah satu PMT disalah satu ujung
saluran.
27
Proses ini dikenal sebagai live bus-dead line charging. Kemudian reclosing PMT lainnya
berarti dapat dilakukan dengan rele chek sinkronisasi yang dalam hal ini reclose terjadi
pada kondisi live bus-live line reclosing. Sebagai contoh, bila kita sudah memutuskan
untuk memuati saluran dimulai dari A, maka waktu dead time rele auto-reclose pada A
akan diset, katakanlah 5 detik, sementara rele auto-reclose pada B diset katakanlah 15
detik. Maka PMT pada A akan reclose sesudah 5 detik dengan catatan bahwa rele A
telah melihat tegangan bus A dalam keadaan live sedang saluran dalam kedaan dead
atau tidak bertegangan.
Dengan saluran sudah diberi tegangan dari A, maka rele auto-reclose pada B akan
kerja bersama-sama dengan rele check synchronisasi, sesudah tertunda selama 2 detik
yaitu waktu yang dibutuhkan oleh elemen rele untuk sinchronisasi. Bila karena dengan
alasan apapun saluran gagal diberi tegangan dari GI A, reclose PMT B baru akan terjadi
setelah 15 detik. PMT pada A yang kemudian akan diberi kesempatan reclose
bersama-sama dengan rele check synchro.
A
~
a)
Proteksi bekerja
(lokal atau intertrip)
&
AR terkunci
AR dalam progress
PMT tertutup
0
ti
&
Waktu AR inhibit
Waktu reclaim
tR
PMT buka
Proteksi reset
&
td
&
PMT sehat
Sistim sehat
tR : Waktu reclaim
t i : Waktu inhibit
td : Waktu kosong / dead
ii.
Tegangan.
Setelan sudut fasa biasanya diset pada 20 sampai 45 , kalau beda sudut fasa lebih dari
sudut tersebut, maka proses reclose biasanya langsung dihalangi. Kemudian skema
reclose akan menunggu peluang lain sampai beda sudut berada pada nilai-nilai setelan
28
diatas. Namun bila reclose gagal dalam waktu tertentu biasanya dalam waktu 5 detik
maka PMT akan di lock out.
Pengecekan tegangan dibuat untuk menghindari terjadinya reclose pada berbagai
keadaan yang dapat mengganggu. Terdapat beberapa cara yang berbeda-beda yang
dapat digunakan. Hal ini umumnya adalah tegangan kurang pada kedua besaran
tegangan yang diukur, tegangan diferensial atau kedua kondisi tersebut. Lojik juga
digunakan untuk pengecekan beda frekuensi baik itu dengan menggunakan
pengukuran langsung ataupun dengan menggunakan timer dalam hubungannya
dengan pengecekan sudut fasa.
Pada yang terakhir ini, bila digunakan timer 2 detik, maka rangkaian lojik
mengeluarkan output hanya bila beda fasa tidak lebih dari setelan sudut fasa selama
perioda waktu 2 detik. Hal ini akan membatasi beda frekuensi (dalam hal setelan sudut
0
fasa 20 ) pada harga maksimum sebesar 0.11% dari frekuensi 50 Hz, sesuai dengan
0
0
ayunan sudut dari mulai 20 sampai -20 selama 2 detik. Sementara itu perbedaan
frekuensi agaknya tidak akan berubah banyak khususnya selama kelambatan reclose
tertunda, namun ketersediaan timer memungkinkan pengecekan ini bisa dilakukan
sebagai pengaman tambahan. Sebagaimana halnya penutupan balik pada kondisi live
bus-dead line maupun pada kondisi live bus-live line maka penutupan balik pada
kondisi live line-dead bus dalam prakteknya sering juga dilakukan.
Rele numeris biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas yang dapat digunakan untuk
melakukan kombinasi-kombinasi lain yang mungkin diperlukan. Setelan tegangan
untuk membedakan kondisi live maupun dead harus dipilih secara sangat hati-hati.
Lagi pula, lokasi-lokasi VT-VT harus juga diketahui dan periksa apakah signal tegangan
sudah dihubungkan pada input saluran atau input bus secara benar.
1.10
Terdapat beberapa fitur-fitur yang penting yang berhubungan dengan berbagai variasi
rangkaian kontrol skema penutupan balik otomatis akan diuraikan pada Bab berikut
ini.
1.10.1
Jenis Proteksi
29
(pada rele auto-reclose atau kontak lain terpisah), yang dapat digunakan untuk
mengenergise coil reset sebelum proses reclosing dapat berlangsung.
1.10.2 Pewaktu
Pewaktu dead timer mempunyai kisaran setelan untuk mencakup kesanggupan untuk
bekerja mulai pada reclosing kecepatan tinggi ataupun reclosing tertunda. Setiap
interlock yang dibutuhkan untuk mempertahankan (hold up) reclosing sampai kondisi
tertentu tercapai dapat dihubungkan pada rangkaian pewaktu dead timer.
1.10.3 Impulse Reclosing
Panjang atau lamanya durasi impulse reclosing harus disesuaikan dengan karakteristik
mekanis closing dari PMT. Pada skema rele auto-reclose yang menggunakan springclosed breaker, mengoperasikan kontak pada akhir dari waktu dead time untuk
mengenergise rele latch realese coil pada mekanisme spring-reclose sudah cukup.
Kontak auxiliary PMT dapat digunakan untuk membatalkan pulsa closing dengan orde
1 sampai 2 detik, yaitu yang diperlukan untuk membuat solenoid energized untuk
waktu yang singkat sesudah kontak utama selesai menutup. Ini memastikan bahwa
mekanisme disettle pada posisi latched secara penuh.
Mekanisme pneumatic atau hidrolik yang diterapkan pada PMT minyak atau SF6
menggunakan kontak auxiliary untuk menterminasi pulsa closing yang diterapkan pada
rele auto-reclose.
1.10.4 Divais Anti Getar
Fungsi divais anti getar digunakan untuk mencegah PMT berkerja tutup-buka secara
berturutan dalam waktu yang singkat sebagai akibat terjadinya pulsa tutup pada saat
pulsa tripping baru terjadi. Kejadian ini juga bisa terjadi pada waktu pelaksanaan
penutupan PMT pada kondisi jaringan masih dalam dalam keadaan terhubung singkat
(switch on to fault) misalnya dalam kondisi pemeliharaan dimana saluran sedang
ditanahkan. Kalau pulsa perintah tutup lebih panjang dari pulsa tripping maka PMT
bisa tutup-buka-tutup dalam waktu yang singkat.
Kejadian ini dapat dijelaskan dengan misalnya suatu PMT diperintah untuk menutup
pada hal gangguan masih ada didepannya. Begitu PMT menutup, rele akan melihat
arus gangguan yang sangat besar sehingga langsung melakukan perintah trip. Sesudah
trip ternyata pulsa perintah tutup masih ada sehingga begitu trip PMT akan kembali
tutup dengan waktu yang sangat singkat.
Kejadian ini bisa mengganggu stabilitas sistim sehingga harus dapat dihindarkan yaitu
dengan menggunakan divais anti buka-tutup-buka secara cepat. Perlu dicatat bahwa
PMT-PMT yang dilengkapi dengan mekanisme trip free tidak membutuhkan kondisi
ini. Tetapi pada PMT-PMT yang bekerja berdasarkan kumparan solenoid tidak boleh
ada kontak bantu PMT yang terhubung secara seri dengan kumparan penutup.
Gejala osilasi tutup-buka-tutup bisa tergantung dari jenis PMT (Pneumatic, Air blast,
Solenoid) yang digunakan dan sangat penting diperhatikan pada waktu disain skematik
rangkaian kendali PMT tersebut. Misalnya dengan memperpendek pulsa waktu
perintah tutup lebih pendek dari pulsa waktu tripping dan sebagainya.
30
31
2. PROTEKSI BUSBAR
2.1
PENDAHULUAN
Busbar pada suatu sistim tenaga listrik adalah jaringan interkoneksi antara dua
jaringan atau lebih yang terdapat pada gardu induk. Jumlah pembangkit, transmisi
atau trafo yang terhubung ke busbar bervariasi tergantung dari posisi gardu dan letak
strategisnya ditengah-tengah jaringan. Mengingat busbar ini merupakan titik tumpu
sejumlah jaringan-jaringan yang saling terhubung maka setiap gangguan yang terjadi
pada busbar tersebut bisa menyebabkan kerugian yang besar yang bahkan bisa
menganggu stabilitas sistim tenaga secara keseluruhan. Oleh karena itu penerapan
sistim proteksi busbar harus dikaji secara mendalam dan hati-hati baik secara teknis
maupun secara ekonomi.
Sebenarnya sistim proteksi suatu sistim tenaga listrik pada prinsipnya harus mencakup
semua aspek terhadap semua kemungkinan jenis gangguan yang bisa terjadi termasuk
gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada busbar. Sistim proteksi saluran
transmisi sebenarnya dapat memenuhi kebutuhan sistim proteksi sistim tenaga tanpa
memperdulikan dimanapun letak gangguan yang terjadi. Seperti misalnya rele arus
lebih ataupun rele jarak yang dipasang secara independent. Masalahnya terletak pada
waktu clearing yang mungkin berbeda tergantung dari letak gangguan. Gangguan yang
terjadi pada daerah busbar sebenarnya dapat juga ditangani oleh rele arus lebih
ataupun dengan rele jarak tetapi dengan waktu delay tertentu yang mungkin sudah
terlalu lama sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan.
Namun mengingat berbagai alasan ekonomis dan teknis dalam prakteknya tidak
semua gardu induk yang perlu dilengkapi dengan sititim proteksi busbar. Dibawah ini
terdapat beberapa alasan mengapa busbar sering dibiarkan tanpa proteksi khusus,
sebagai berikut:
a.
Busbar dan gardu telah dirancang dengan tingkat keandalan yang tinggi,
sedemikian rupa dapat dipandang sudah berada pada titik yang secara
intrinsik aman dari segala kemungkinan gangguan.
b.
c.
32
daya (MVA) yang sangat besar yang mengalir menuju titik gangguan yang bisa
menyebabkan gardu tersebut terbakar habis dan mengalami kerusakan yang hebat.
Disamping itu aspek lain yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan pemakaian
proteksi busbar adalah waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki gardu yang
mengalami kerusakan berat yang memerlukan penggantian semua peralatan dan
membutuhkan waktu relatif sangat lama sehingga waktu pemadaman listrik juga
menjadi sangat lama pula.
Pada sisi lainnya untuk mengatasi gangguan total, kadang busbar dipecah-pecah
menjadi beberapa seksi, dengan masing-masing bagian mempunyai sistim proteksi
terpisah. Tujuannya adalah, bila salah satu bagian mengalami gangguan, maka
gangguan tersebut tidak perlu menyebabkan keseluruhan busbar terganggu tetapi
hanya sebagian. Dengan demikian, beban-beban penting masih tetap dapat dipasok
dari satu atau lebih bagian bus bar yang sehat.
Proteksi busbar modern sudah sangat selektif, stabil dan bebas dari kemungkinan
salah operasi selama gangguan berlangsung. Berbagai catatan maupun manualmanual peringatan sudah tersedia sebagai bahan yang dapat digunakan untuk
menghindari kemungkinan pengaruh luar yang dapat menyebabkan kesalahan operasi.
Namun demikian, sistim proteksi sering tidak dapat mencakup semua daerah proteksi
yang sesuai. Misalnya suatu proteksi rele arus lebih yang diterapkan pada jaringan
distribusi yang kecil bisa dianggap sudah cukup baik, tetapi proteksi jaringan yang
lebih kompleks tidak cukup hanya dilengkapi dengan rele arus lebih semata tetapi
perlu dilengkapi dengan rele-rele lain sehingga dapat mengamankan jaringan secara
keseluruhan. Tambahan lagi, meskipun rele-rele jarak yang diterapkan pada semua
penyulang dapat juga berfungsi sebagai proteksi busbar GI berikutnya, akan tetapi
cakupan proteksinya berada hanya pada zone dua dimana waktu kerja sistim proteksi
dianggap sudah sangat lambat yang tidak sesuai dengan kebutuhan realnya.
Secara umum dapat dikatakan, proteksi busbar diperlukan bila sistim proteksi saluran
tidak mencakup proteksi busbar atau karena proteksi busbar kecepatan tinggi
memang diperlukan untuk mempertahankan stabilitas sistim. Kinerja unit proteksi
busbar akan lebih baik pada busbar-busbar yang terdiri atas beberapa seksi yang
masing-masing dihubungkan oleh seksionaliser-seksionaliser. Pada kondisi ini
gangguan bisa ditanggulangi sesuai dengan letak gangguan sehingga hanya seksi yang
mengalami gangguan yang perlu diisolir tanpa mengganggu busbar lainnya.
2.2
GANGGUAN BUSBAR
Dari hasil statistik yang dikumpulkan di Inggris , lebih dari setengah gangguan busbar
terjadi karena kegagalan isolasi dan loncatan yang disebabkan oleh sambaran petir.
Sepertiga dari gangguan tersebut karena kesalahan manusia dan sisanya sekitar
sepuluh persen karena berbagai penyebab seperti adanya kerusakan komponen
gardu. Dan kebanyakan gangguan-gangguan tersebut adalah gangguan satu fasa
ketanah, namun ada juga gangguan-gangguan gangguan inter fasa. Sebaliknya pada
gardu berselubung metal atau metal enclosed dimana kawat fasa-fasa mempunyai
tabung gas SF6 yang terpisah sendiri-sendiri, maka gangguan yang mungkin terjadi
umumnya hanya gangguan fasa ke tanah.
33
Dalam hal ini yang diperlukan hanya sistim proteksi dengan sensitifitas gangguan fasa
ketanah. Dengan kata lain, kemampuan tanggap terhadap gangguan fasa ketanah
inilah menjadi dasar pertimbangan yang terpenting. Namun kiranya perlu diingatkan
bahwa tingkat sensitifitas terhadap gangguan fasa-fasa tetap masih memerlukan
perhatian yang memadai meskipun pada taraf yang relatif tidak begitu penting. Sistim
proteksi busbar tergantung dari jenis konfigurasi bisa terdiri mulai dari sistim yang
sederhana hingga sistim yang kompleks yang perlu dikaji sesuai dengan letak strategis
dan peranan gardu tersebut.
Terdapat beberapa jenis konfigurasi bus-bar yang dapat diterapkan sesuai dengan
kebutuhan seperti terlihat pada gambar-gambar yang akan diuraikan secara sepintas
sebagai berikut:
1.
Zona
Proteksi differensial
NC
52
NC
52
NC
NC
NC
NC
Bus
VTs
52
52
NC
NC
NC = Dalam keaadaan
normal posisi tertutup
34
pembakit hilang maka PMT bus tie akan menutup sehingga semua beban
akan dipasok dari satu pembangkit yang sehat.
Disini digunakan dua sistim proteksi diferensial dengan zona proteksi masingmasing seperti garis terputus-putus terlihat pada Gambar 2.2. Bila salah satu
zona mengalami gangguan maka bus-bar lain masih tetap dapat beroperasi
pada bus lainnya yang sehat.
Differensial
Zona Proteksi Bus B
Differensial
Zona Proteksi Bus A
NC
Bus A
NC
52
NC
Bus B
52
NC
NC
52
52
NC
52
NC = Normal tertutup
NC
NC
NC
NC
Gambar 2.2: Busbar Ganda Dengan Bus Tie Dan Zona Proteksi
3.
35
Bus
NO
NO
NO
NO
NC
NC
NC
NC
52 1
NC
52 2
NC
52 3
NC
52 4
NC
NC
52
NC
Bus
Utama
NC = Dalam keadaan normal tertutup
VTs
Gambar 2.3: Busbar Ganda (Main Dan Transfer) Dengan PMT Tunggal
4.
36
Bus 1 diffrensial
proteksi zone
Bus 2
NO
NC
52
Bus 1
52
NC
NC
NC
NC
NO
NO
NC
NO
NC
52
NO
NC
NC
NC
NC
NO
NO
NC
52
NO
52
NC
NC
Bus 2 diffrensial
proteksi zone
6.
Bus-bar Lingkar
Di Amerika penggunaan bus lingkar (ring bus) banyak digunakan khususnya
untuk keperluan switching sistim tegangan tinggi seperti terlihat pada
Gambar 2.6.
Dengan cara ini kita dapat memperoleh sistim yang sangat fleksibel namun
dengan jumlah perangkat PMT minimum. Disini masing-masing PMT dapat
dapat melayani dua saluran sekaligus. Sebaliknya dari segi proteksi dapat juga
dikatakan bahwa satu saluran dilayani oleh dua PMT yang kedua-duanya akan
trip pada setiap gangguan yang terjadi pada salah satu saluran.
37
Bus seleksi antara PMT-PMT menjadi bagian dari saluran, sehingga tidak
diperlukan proteski bus-bar.
Interkoneksi antara trafo-trafo arus untuk sistim proteksi pada masingmasing saluran dapat dilihat seperti ditunjukkan garis terputus-putus dimana
setiap gangguan pada saluran akan mentrip dua PMT pengapit.
Bila karena alasan tertentu (bus-bar lingkar) terpaksa terpisah, maka
gangguan pada satu saluran lainnya dapat menyebabkan saluran-saluran
maupun busbar lain terpecah yang bisa menyebabkan pemadaman yang
cukup signifikan.
Kelemahan ini harus menjadi pertimbangan perencanaan sistim operasi
termasuk pada waktu perencanaan kordinasi rele.
Zone proteksi dapat dibagi-bagi sesuai dengan garis terputus-putus seperti
terlihat pada Gambar 2.6.
NC
NC
52
52
VTs
52
NC
52
NC
NC
VTs
NC
52
NC
VTs
NC
NC
52
NC
NC
NC
VTs
NC
52
NC
NC
52
NC
38
1
L1
VTs
52
NC
NC
52
NC
NC
L4
L2
VTs
52
NC
L3
VTs
52
NC
NC
NC
VTs
NC = Normal tertutup
L3
4
VT S
VTs
NC
52
NC
NC
NC
52
Zona Proteksi
diferensial Bus A
NC
NC
52
Zona Proteksi
diferensial Bus B
NC
52
52
L1
VTs
NC
NC
NC
52
VTs
L2
2
39
8.
NC
Zona Proteksi
differensial
52
NC
Tidak ada
PMT
Trafo
VTs
52
52
NC
52
NC
NC
Gambar 2.8: Busbar Kombinasi, Trafo Empat Bay Dengan Masing-masing PMT
Tunggal Dan Proteksi Diferensial Kombinasi
Seperti sudah disebut-sebut pada setiap konfigurasi busbar diatas,
pengelompokan daerah atau zona proteksi bus-bar untuk masing-masing
konfigurasi bus-bar pada gambar-gambar diatas diperlihatkan dengan daerah
yang dibatasi oleh garis terputus-putus.
2.3
KARAKTERISTIK PROTEKSI
Pada dasarnya karaktersitik sistim proteksi busbar yang dibutuhkan tidak mempunyai
perbedaan yang prinsipal dengan sistim proteksi lainnya, dimana faktor utama pada
proteksi busbar terletak pada kecepatan dan stabilitas seperti yang akan dibicarakan
pada bagian-bagian berikut ini.
40
2.3.1
Kecepatan
Proteksi busbar utamanya berguna untuk;
1.
2.
Kawat putus yang mungkin terjadi pada rangkaian sekunder trafo arus dapat
menyebabkan ketidak seimbangan arus yang memungkinkan dapat terjadinya
tripping beban pada harga-harga setelan efektifnya. Hal ini bisa terjadi juga
pada arus gangguan lewat (through fault), yang meskipun berada diluar
daerah proteksi namun dapat menghasilkan arus gangguan tidak seimbang
yang cukup besar yang dapat menyebabkan tripping yang tidak perlu terjadi.
41
b.
c.
Interfensi terhadap rele secara tidak sengaja, misalnya akibat salah prosedur
dalam pemeliharaan dapat juga menyebabkan tripping yang tidak diinginkan.
Dalam rangka untuk mempertahankan tingkat integritas yang tinggi yang dibutuhkan
proteksi busbar, maka dalam prakteknya tripping dilakukan berdasarkan pengukuran
dua besaran gangguan yang yang satu sama lain saling terkait misal besar pengukuran
arus fasa diferensial dan arus yang mengalir ke tanah.
Selain itu, bila tripping PMT-PMT yang berada dalam satu zone di jalankan dari satu
rele pengukur bersama, maka perlu ada dua atau lebih elemen-elemen lain yang perlu
diikutkan sebagai pra-kondisi secara terpisah yang harus bekerja sesuai dengan kondisi
masing-masing satu demi satu sehingga semua tripping dapat dilakukan secara tepat
dan benar. Dahulu, kadang-kadang rele-rele dibuat terpisah satu sama lain sekitar 2
meter untuk menghindarkan gangguan mekanis yang mungkin terjadi sekaligus pada
kedua rele pada saat yang bersamaan.
Untuk menghindari kegagalan, sistim proteksi busbar dapat dibuat dari dua sistim
diferensial yang masing-masing menggunakan cara pengukuran yang berbeda atau
tetap hanya menggunakan satu sistim diferensial tetapi perlu dilengkapi dengan sistim
pengecekan misal dengan sistim frame-earth sebelum melakukan tripping atau
pengecekan dengan menggunakan rele gangguan tanah yang di-energised oleh trafo
arus dalam penghantar netral trafo atau dengan rele arus lebih.
Bila dua sistim unit proteksi atau rele jenis lain yang sama digunakan, maka dengan
menggunakan skema diferensial impedansi tinggi yang tidak dibias (unbiased) kedua
rele harus di-energised dari trafo arus terpisah.
Hal ini bisa dicapai dengan menduplikasi ring trafo arus dengan banyak sekunder
dengan satu penghantar primer bersama, tetapi rangkaian-rangkaian sekunder
tersebut harus bebas dan saling independen satu sama lain.
Dalam hal impedansi rendah, skema diferensial mampu mengatasi perbedaan rasio
trafo arus yang tidak sama dan dapat juga di-energised baik dari satu atau dua pasang
trafo arus yang terpisah. Kriteria operasi berlapis sebelum melakukan tripping dapat
tetap dilaksanakan dengan provisi dua pasang trafo arus interposing setiap rangkaian.
Bila digunakan rele dengan kontak tripping banyak; kontak-kontak tersebut kadangkadang perlu juga diduplikasi yang perlu dilakukan untuk keperluan rele diskriminasi.
Kontak-kontak tripping rele-rele ini kemudian dihubungkan sedemikian rupa secara
seri sepasang demi sepasang sehingga diperoleh kontak keluaran tripping bersyarat
yang dikenhendaki.
Rele-rele tripping terpisah yang masing-masing mengendalikan satu PMT sendirisendiri biasanya akan lebih aman dan sistim wiringnya juga akan lebih sederhana. Hal
ini karena rele demikian tidak lagi memerlukan penduplikasian kontak yang perlu diwiring sebagaimana rangkaian tripping dengan menggunakan rele tripping kontak
banyak bersama. Pada sistim dua busbar, sistim proteksi busbar dibuat terpisah pada
masing-masing seksi busbar. Disini dibuat sistim pemerikasaan general (overall chek),
42
mencakup semua seksi kedua PMT-PMT busbar. Zone terpisah atau tersendiri dibuat
mempunyai cakupan lebih (overlap) bagian bus seleksi (switch) busbar, sehingga
gangguan yang terjadi pada daerah PMT tersebut akan mentrip kedua zone yang
saling berdekatan.
Tetapi karena bisa menyebabkan padam total, cara ini bisa dihindari dengan cara
mengintrodusir konsep perbedaan waktu trip pada masing-masing PMT yang ikut pada
sistim proteksi busbar, misal dengan mentrip PMT bus-seleksi lebih dahulu disusul
dengan trip breaker-breaker lain dengan kelambatan waktu 0.5 detik.
Dalam hal ini hanya zone pada sisi gangguan dari PMT pemisah Bus yang bekerja untuk
melakukan trip yang diperlukan; sementara itu zone lain yang sudah terisolir akan
dengan sendirinya kembali reset tanpa melakukan tripping sehingga jaringan-jaringan
yang terhubung pada bagian busbar yang sehat tetap dapat beroperasi secara normal.
Spekulasi ini, hanya bisa diterapkan pada gangguan PMT yang sangat jarang terjadi,
dimana kita harus mengambil resiko dimana rele proteksi busbar akan bekerja dengan
waktu tunda yang bisa berakibat sangat serius. Tetapi cara pentahapan kelambatan
waktu kerja ini jarang dilakukan.
Terdapat banyak kemungkinan kombinasi sistim proteksi bus-bar yang dapat
diterapkan, namun yang terpenting adalah bahwa setiap gangguan pada sisi sekunder
(misal kawat sekunder putus) harus tidak berakibat tripping PMT manapun yang
terkait dengan proteksi busbar secara sia-sia. Oleh karena itu sering diperlukan
suvervisi rangkaian sekunder trafo arus, dimana rangkaian sekunder yang mungkin
terputus bisa dideteksi dan diamankan untuk tidak menyebabkan tripping yang tidak
perlu.
Untuk mencapai tingkat sekuriti maupun tingkat stabilitas sistim proteksi busbar yang
aman yang diperlukan pada pengoperasian sistim tenaga listrik maka rele proteksi
biasanya telah dilengkapi dengan perangkat-perangkat yang dapat melakukan
pengecekan-pengecekan tertentu yang harus dipenuhi (missal pengecekan zone, jenis
ganggauan, rangkaian trafo arus..) sebelum melakukan eksekusi tripping.
Dengan demikian secara praktis tripping yang dilakukan sebelumnya sudah mengalami
pengujian-pengujian pada rangkaian-rangkaian diskriminator tambahan secara tepat
dan benar sehingga terhindar dari kesalahan operasi.
2.4
Terdapat beberapa cara dan jenis sistim proteksi busbar yang dapat dibuat untuk
mengamankan busbar, namun hanya beberapa yang akan dibahas sebagai berikut:
a.
Sistim proteksi lain (rele jarak, arus lebih) yang digunakan mencakup busbar.
b.
Proteksi frame-earth.
c.
Proteksi diferensial.
d.
e.
43
Sistim a) cocok digunakan pada gardu induk yang kecil, sedang d) dan e) sudah
ketinggalan jaman atau obsolete. Lebih lanjut akan lebih banyak membicarakan
proteksi sesuai dengan c). Proteksi dengan menggukan frame rele b) meskipun masih
digunakan pada instalasi GIS tertentu hanya akan dibicarakan secara umum. Yang
terakhir (c) merupakan proteksi diferensial yang dibias, seperti versi Transrlay atau
dengan menggunakan harmonic restraint, yang menggantikan proteksi diferensial high
impedance yang tidak dibias.
Proteksi diferensial banyak digunakan karena sistimnya yang sederhana,
pemakaiannya relatif mudah (kinerjanya dapat diperhitungkan) dan sudah teruji
dimana pemakaiannya sudah banyak digunakan pada berbagai perusahaan listrik
diberbagai negara.
Tetapi dengan majunya teknologi semikonduktor, diiringi dengan kemampuan untuk
mengakomodasikan perbedaan rasio trafo arus, telah mendorong peninjauan ulang
pada skema biasa, yang umumnya menggunakan rele statis, khususnya pada
pemakaian yang lebih luas lagi. Sementara itu sistim proteksi frame-earth juga telah
banyak digunakan sejak bertahun-tahun, utamanya pada busbar kecil pada tegangan
distribusi dan pada gardu-gardu metal clad seperti busbar berisolasi gas SF6. Beberapa
jenis proteksi yang berbeda-beda didiskusikan pada bagian-bagain berikut ini.
2.5
Sistim proteksi dengan menggunakan rele arus lebih atau rele jarak sebenarnya secara
inherent juga akan bekerja sebagai proteksi busbar. Tapi dalam prakteknya rele arus
lebih sering digunakan hanya untuk melindungi jaringan distribusi sederhana atau
sebagai proteksi cadangan, yang diset dengan menggunakan time delay.
Sementara itu meskipun rele jarak secara otomatis dapat juga melindungi busbar,
namun daerah kerjanya paling berada pada zone 2 atau bahkan sering pada zone-zone
berikutnya sehingga tidak begitu dapat diandalkan. Pada kedua jenis aplikasi rele
diatas, proteksi busbar akan berlangsung dengan waktu yang relatif lama dan biasanya
hanya mampu sekedar membatasi resiko kerusakan.
Kecuali pada konfigurasi busbar tertentu yang memungkinkan kedua jenis rele bisa
difungsikan sebagai proteksi busbar, namun secara umum karena waktu kerja yang
relatif lambat mereka jarang digunakan sebagai rele proteksi busbar.
Dalam keadaan khusus bila trafo arus diletakkan pada sisi saluran pada sistim mesh,
maka sirkit proteksi pada rangkaian ini tidak akan mencakup daerah proteksi busbar
dan oleh karena itu perlu dibuat proteksi busbar terpisah yang dikenal sebagai mesh
corner protectsion (lihat contoh-contoh aplikasi rele pada berbagai buku-buku
manual).
2.6
Dahulu jenis proteksi arus bocor rangka ke tanah (frame-earth) atau sering juga
1
dinamai proteksi Howard sudah banyak digunakan dalam berbagai situasi yang
berbeda. Terdapat beberapa variasi skema ke bocoran rangka (frame leakage), yang
44
Prinsip hubungan ketanah dan trafo arus tidak ter-bypass, yaitu dengan
menaikkan setelan efektif. Dengan menaiknya setelan efektif, maka
kemungkinan salah operasi juga akan naik. Namun dalam prakteknya resiko
ini kecil kemungkinannya.
Kerangka Besi Gardu Induk
2
1
3
3
Trip
Semua
Zone 2
Trip
123
Trip
345
Zone 1
Zone 3
Rele
Check
45
b.
Arus tanah yang mengalir pada gangguan dimana saja pada sistim tidak boleh
mengalir kedalam atau keluar frame gardu melalui dua titik hubung, sebab ini
dapat mengakibatkan kerja rele. Jadi harus digunakan satu titik penatahan.
Dengan demikian agar gardu terisolasi secara penuh, biasanya dilakukan dengan
meletakkan tiang-tiang diatas isolasi yang ditempatkan dipermukaan pondasi beton.
Baut-baut harus diperhatikan supaya jangan sampai menjadi media sambungan antara
rangka dengan tanah.
Beberapa bagian dari pondasi harus dipapas untuk memungkinkan grouting
sedemikian sehingga tidak mungkin menyentuh bagian-bagian metal frame. Dengan
cara ini biasanya frame gardu akan terisolasi dengan tanah pada nilai tahanan yang
1
tidak begitu besar, hanya sekitar 10 ohms .
Pada waktu merencanakan jaringan pentanahan sistim kebocoran rangka (skema
frame leakage), sebaiknya dilakukan dengan menggunakan satu elektroda bersama
terhadap rangka dan netral sistim. Sebab bila menggunakan dua elektroda maka jalur
gangguan akan melalui dua elektroda yang terhubung secara paralel. Bila salah satu
atau kedua-duanya mempunyai resistan tinggi atau mempunyai kapasitas mengalirkan
arus yang cukup, maka besar arus gangguan yang mengalir akan terbatas dan menjadi
kecil sedemikian sehingga alat proteksi mungkin tidak dapat bekerja secara benar.
Tambahan lagi, bila elektroda pentanahan rangka gardu merupakan tahanan, maka
bila dialiri arus, tegangan rangka bisa naik ke harga yang berbahaya pada manusia.
Penggunaan elektroda bersama diusahakan dengan nilai tahanan yang kecil yang
cukup menjamin besar arus gangguan yang bisa mengerjakan rele tanpa menimbulkan
naiknya tegangan rangka besi ke nilai yang membahayakan.
Seperti sudah disinggung diatas bahwa dengan majunya rele-rele numeris terutama
jenis rele diferensial impedansi rendah dimana rele-rele terdahulu sudah banyak
ditinggalkan maka pembahasan lebih lanjut akan lebih fokus pada rele diferensial
sebagaimana pada bagian-bagian berikut.
2.7
Prinsip sistim proteksi diferensial pada sistim dengan banyak saluran sebenarnya
langsung diperoleh dengan menerapkan hukum Kirchoff pertama. Penggerak rele
biasanya adalah arus sirkulasi yang timbul sebagai akibat penjumlahan arus-arus pada
trafo -trafo arus yang terhubung parallel ke rele melalui kawat-kawat penghubung.
Dalam keadaan normal arus sirkulasi yang menuju rele sama dengan nol, sehingga rele
tidak akan kerja. Rele tersebut baru aktif bila busbar mengalami gangguan hubung
singkat ketanah yang menyebabkan arus yang mengalir melalui kumparan rele tidak
lagi sama dengan nol tetapi sudah berubah menjadi arus diferensial pada nilai yang
sudah melebihi setelan yang sudah ditentukan.
Skema proteksi dapat terdiri dari rele tunggal yang terhubung pada bus wire yang
menghubungkan semua trafo arus yang terhubung paralel, satu pasang per sirkit,
terkait dengan zone proteksi sebagaimana terlihat pada Gambar 2.10 (a, yaitu
rangkaian proteksi gangguan tanah busbar.
46
K
I d>
Rele
Diferensial
a). Skema dasar arus sirkulasi (Hanya untuk proteksi gangguan tanah)
A
B
C
N
Rele Diferensial
I d>
Id>
Id>
b). Gangguan Fasa Dan Skema Arus Sirkulasi Dengan Menggunakan Tiga Elemen Rele
Gambar 2.10: Skema Arus Sirkulasi
Bila trafo-trafo arus dihubungkan pada fasa-fasa yang diberi beban seimbang
bersama-sama dengan ketiga elemen rele seperti terlihat pada Gambar 2.10 (b, maka
disamping proteksi gangguan tanah rele proteksi ini dapat juga melakukan fungsi
proteksi gangguan fasa. Namun pada sistim ini, rele diferensial arus lebih harus di set
untuk mem bypass kesalahan pengukuran arus yang mungkin timbul pada waktu
terjadinya gangguan eksternal. Kadang-kadang sistim proteksi ini dilengkapi dengan
pewaktu (time delay) untuk mencegah rele kerja pada waktu ada satu atau beberapa
trafo arus sedang mengalami saturasi yang ditimbulkan oleh komponen arus searah
pada sisi primer khususnya pada waktu gangguan-gangguan transien eksternal yang
tidak berkaitan dengan busbar.
Biaya sistim proteksi busbar pada umumnya relatif agak mahal dibandingkan sistim
proteksi lainnya. Hal tersebut sebenarnya bukan karena harga perangkat keras rele
tersebut, namun lebih ditentukan oleh biaya-biaya yang diperlukan untuk studi dan
enjinering yang perlu dilakukan untuk menjamin sistim yang mereka disain harus
andal, stabil dan dapat bekerja dengan sempurna. Untuk melakukan studi sistim
proteksi busbar perlu dilakukan dengan hati-hati terutama pada sistim-sistim
pembangkit dan gardu-gardu induk strategis lainnya.
47
Zone A
Zone B
BS
BC
BC
Zone C
48
Karena masing-masing jaringan dapat ditransfer dari satu busbar ke busbar lainnya
tergantung posisi sakelar pemisah (DS), maka sirkit trippingnya juga harus ditransfer
ke zone busbar terkait melalui auxiliary kontak early make dan auxiliary kontak late
break. Persyaratan ini diperlukan untuk memastikan bahwa pada waktu terjadi
pemindahan posisi DS menutup, auxiliary kontak switch menutup sebelum kontak
utama DS menutup. Demikian juga pada waktu DS mau membuka, kontak utama DS
terbuka lebih dahulu sebelum auxiliary switch terbuka. Akibatnya adalah bahwa
rangkaian sekunder trafo arus dari ke dua zone terkait pada saat peralihan akan
terhubung secara paralel atau dengan kata lain selama proses transfer kedua trafo
arus akan menyatu dan saling terhubung melalui kontak-kontak perangkat pemisah
(disconnecting switch). Dengan demikian selama terjadinya transfer dari satu busbar
ke busbar lainnya arus sekunder tidak pernah terputus.
2.7.2
Pengaruh Letak Trafo Arus
Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu penerapan proteksi busbar adalah
peletakan trafo arus. Idealnya zone proteksi terpisah dan sirkit-sirkit proteksi
individual seharusnya harus saling tumpang tindih (overlap) satu sama lain. Untuk
keperluan ini maka kita perlu meletakkan trafo arus pada kedua sisi circuit breaker.
Peletakan trafo arus demikian memang akan relatif menjadi mahal terutama bila
diterapkan pada gardu-gardu ukuran kecil, tetapi pada gardu-gardu yang relatif besar
dan fungsinya penting maka peletakan trafo arus pada kedua sisi PMT relatif
ekonomis.
Dengan menempatkan kedua sirkit trafo arus pada satu sisi PMT, zone-zone proteksi
bisa jadi akan overlap pada trafo arus, namun gangguan yang terjadi antara trafo arus
dan PMT tidak akan dapat diproteksi sebagaimana seharusnya (Gambar 2.12 b). Hal ini
perlu diperhatikan pada semua gardu induk yang menerapkan metoda peletakan
trafo-trafo arus demikian, terutama pada gardu-gardu out door yang terpasang
terpisah. Dimana biasanya untuk jenis gardu ini digunakan hanya satu trafo arus
dengan banyak kumparan sekunder sebagaimana dapat ditunjukkan pada Gambar
2.12b dibawah.
(a)
(b)
Proteksi Busbar
Gangguan
Proteksi
Saluran
Gambar 2.12: Zone Yang Tidak Terproteksi Pada Trafo arus Yang Dipasang
Hanya Pada Satu Sisi PMT
49
Gambar 2.12 (a) memperlihatkan susunan pemasangan trafo arus yang ideal dimana
proteksi saluran dan proteksi zone busbar saling tindih (overlap) untuk memproteksi
semua daerah yang perlu diproteksi.
Sedang Gambar 2.12 (b), memperlihatkan semua trafo arus terpasang hanya pada
satu sisi PMT sehingga ada sebagian kecil dari jaringan yang tidak terlindungi. Daerah
kecil yang tidak terlindungi ini biasanya disebut short zone. Tanda gangguan akan
menyebabkan rele proteksi bekerja untuk mentrip PMT, namun meskipun PMT sudah
trip gangguan masih tetap bertahan, sebab sumber tenaga pada sisi saluran masih
tetap terhubung dengan gangguan. Oleh karena itu untuk kasus ini maka setiap
penanggulangan gangguan busbar perlu diikuti dengan intertrip circuit breaker pada
ujung jauh dari saluran terkait. Dengan demikian maka sistim proteksi yang diterapkan
akan berubah menjadi unit proteksi.
Dengan merujuk pada Gambar 2.12 (b), proteksi khusus short zone dapat dibuat
untuk mendeteksi bahwa circuit breaker sudah terbuka tetapi arus gangguan masih
terus mengalir. Dalam kondisi ini, sistim proteksi dapat menginisiasi signal intertrip
yang akan dikirim ke ujung jauh saluran terkait. Cara atau teknik ini dapat digunakan
khususnya bila sistim mempunyai generator yang terhubung pada jaringan remote.
Dalam hal ini intertrip akan memperlihatkan bahwa lokasi penyebab gangguan ada
pada sisi gardu induk dan bukan ada pada sisi pembangkit. Pembangkit ini dengan
demikian trip secara elektris dan tidak perlu shut down pada sisi mekaniknya (turbin)
sehingga dengan demikian bila gangguan sudah ditanggulangi maka generator dapat
dihubungkan kembali dengan segera kesistim sebagaimana sebagaimana sebelumnya
tanpa perlu melakukan start ulang.
2.8
Rele impedansi tinggi adalah rele yang mempunyai kumparan kerja terdiri dari
impedansi tinggi. Impedansi tinggi diperoleh dengan menghubungkan secara seri
sebuah tahanan yang relatif besar dengan kumparan kerja rele dengan tujuan
utamanya adalah untuk membatasi besarnya arus yang mengalir pada kumparan kerja
rele yang bisa timbul akibat perbedaan karakteristik trafo-trafo arus khususnya pada
waktu gangguan-gangguan eksternal.
Disamping karena perbedaan karakteristik trafo-trafo arus, kesalahan pengukuran bisa
juga terjadi pada sistim banyak jaringan dimana distribusi arus gangguan tidak sama
pada setiap cabang jaringan. Dalam hal ini bisa terjadi keadaan dimana beban-beban
trafo-trafo arus tidak merata satu sama lain, misalnya ada trafo arus yang jenuh
sementara yang lain bekerja pada daerah liner.
Tegangan rele yang terhubung pada trafo-trafo arus dimana salah satu trafo arus
sudah mencapai kejenuhan bisa naik mencapai nilai tegangan maksimum yang
mungkin dapat menyebabkan rele salah kerja dan bahkan mungkin dapat merusak rele
tersebut. Inilah sebabnya pada rele-rele impedansi tinggi selalu dipasang tahanan
nonliner yang berfungsi sebagai pembatas tegangan sekaligus sebagai penyeimbang
arus-arus yang mengalir melalui kumparan rele. Umumnya untuk menghindari salah
kerja terhadap gangguan-gangguan eksternal maka dalam prakteknya trafo-trafo arus
50
yang digunakan dibuat identik satu sama lain. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam penerapan proteksi busbar dengan rele diferensial impedansi tinggi antara lain
adalah seperti pada uraian-uraian berikut.
2.8.1
Stabilitas
Stabilitas rele dikatakan baik bila rele tersebut tidak tanggap terhadap gangguangangguan yang berada diluar daerah proteksinya dan tidak berespons terhadap arusarus luber yang disebabkan kesalahan-kesalahan pengukuran.
Sebagaimana dapat dilihat pada Apendiks 3, arus gangguan transien bisa terdiri dari
komponen-komponen arus searah yang dapat menyebabkan kenaikan kerapatan flux
pada inti trafo arus. Tetapi meskipun demikian flux transien yang terjadi pada trafotrafo arus tidak akan mengganggu kerja sistim proteksi sepanjang dia masih bertahan
pada daerah linier kurva magnetisasi trafo arus tersebut.
Disamping itu walaupun arus gangguan cukup besar dan mempunyai konstanta waktu
transien yang panjang, dimana kerapatan flux sudah melewati daerah saturasi kurva
magnetisasi; namun selama trafo-trafo arus tersebut indentik dan mempunyai burden
yang sama maka luberan out put yang mengalir melalui kumparan rele tidak akan
cukup besar untuk menggerakkan rele. Persoalannya, tidak ada trafo-trafo arus yang
benar-benar identik satu sama lain dan dalam prakteknya sering juga mempunyai
burden yang berbeda-beda sehingga selalu diperlukan teknik-teknik tertentu untuk
mengkompensasi arus-arus luber yang dapat menyebabkan salah kerja.
Lebih lanjut suatu busbar yang terhubung dengan banyak saluran dapat mengalami
gangguan eksternal yang terjadi pada salah satu saluran tunggal dimana arus
gangguannya terdiri dari jumlah arus-arus yang mengalir pada saluran-saluran lain
yang memasuki busbar. Saluran yang mengalami gangguan tentunya akan mengalirkan
arus yang relatif jauh lebih besar ketimbang arus-arus yang mengalir pada saluran lain.
Disinipun bisa terjadi masalah sebab pada kondisi demikian trafo arus pada bagian
yang terganggu akan mengalami saturasi berat, sementara trafo-trafo arus lainnya
masih berada pada daerah linier kurva magnitisasinya.
Dengan demikian disana sini bisa terjadi beberapa ketidak seimbangan, yang pada
kondisi gangguan eksternal tertentu arus luberan dapat melebihi setelan arus
sehingga bisa mengakibatkan rele salah kerja.
Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan stabilitas
terhadap gangguan eksternal seperti dengan melengkapi rele diferensial dengan time
delay yang dapat digunakan sebagai filter dengan membiarkan komponen transien
berlalu sebelum melakukan trip. Tetapi karena sifatnya yang spekulatif cara ini bisa
beresiko fatal sehingga umumnya cara ini jarang digunakan.
Cara lain adalah dengan menyisipkan tahanan yang dihubung seri dengan belitan kerja
rele sebagaimana dapat dijelaskan lebih lanjut. Perhatikan diagram proteksi busbar
seperti pada Gambar 2.13. Pada gambar tersebut trafo-trafo arus digantikan oleh
trafo-trafo ideal yang membentuk suatu rangkaian ekivalen sistim arus sirkulasi
dimana masing-masing trafo mengasup rangkaian ekivalen pengganti yang terdiri dari
rugi-rugi magnetis, rugi-rugi tahanan sekunder dan rugi-rugi kabel-kabel penghubung.
51
G
R TAG
R LG
R LH
R TAH
RR
ZEG
Id>
ZEH
52
Itulah sebabnya rele demikian disebut rele diferensial impedansi tinggi atau sering
juga disebut rele diferensial yang tidak dibias (unbiased). Dari persamaan 9.4 dapat
juga dilihat bahwa hanya tegangan drop pada terminal rele dan besarnya setelan
arus yang perlu diperhatikan.
Dengan demikian suatu rele dapat dirancang sebagai divais pengukur tegangan
dengan impedansi tinggi dimana konsumsi arusnya sangat kecil sehingga bisa
diabaikan dan akan tetap stabil meskipun setelan tegangan melebihi harga
.
Sebenarnya, setelan tegangan VS tidak perlu melebihi
, tetapi karena turunan
Persamaan 9.4 termasuk kondisi ketidak seimbangan yang bisa terjadi secara ekstrim
antara trafo arus G dan trafo arus H belum sepenuhnya ikut diperhitungkan, maka
rentang pengaman (safety margin) tetap dibuat minimal sama dengan
atau bahkan
lebih besar.
Perlu dicatat, bahwa arus
pada persamaan 9.4 adalah fungsi arus gangguan dan
arus luberan yang mengalir melalui rele, yang dalam kondisi terbatas akan mempunyai
bentuk yang sama. Tetapi bila waktu kerja rele dapat dibuat lebih lama dari durasi
waktu efektif hadirnya komponen transien DC atau dengan melengkapi rele dengan
kemampuan khusus untuk memblok komponen komponen DC, maka faktor transien
ini dapat ditiadakan sehingga tegangan
dapat dihitung dengan menggunakan harga
arus simetris yang bisa langsung dimasukkan kedalam persamaan 9.4.
Sebaliknya pada rele dengan kecepatan yang lebih tinggi, yaitu rele yang mampu
bekerja dalam satu siklus (cycle) namun tidak dilengkapi dengan fitur khusus untuk
memblok komponen arus searah, maka hanya nilai efektif (r.m.s) gelombang offset
yang pertama yang perlu diperhatikan. Harga ini, untuk offset gelombang penuh tanpa
(1)
ada pengurangan komponen arus searah adalah
.
Bila rele jenis instantaneous yang digunakan, maka nilai arus
akan menjadi offset
puncak maksimum. Maka persamaan stabilitas skema proteksi dapat ditulis sebagai
1
berikut :
2.5
Dimana;
= stabilitas skema proteksi.
= setelan tegangan sirkit rele.
= Tahanan kabel-kabel penghubung + tahanan kumparan trafotrafo arus.
K = faktor yang tergantung pada rancangan rele, berkisar antara 0.7 s/p 2.0.
Tegangan setelan rele
adalah tegangan pada terminal trafo arus pada harga arus
sekunder maksimum. Untuk mendapatkan sistim proteksi yang akurat tegangan
setelan ini harus lebih kecil dari tegangan lutut trafo arus. Besarnya tegangan lutut
trafo arus dapat dilihat dari kurva magnetisasi trafo arus yang diberikan pabrik
pembuat. Untuk menghindari kesalahan trafo arus maka kriteria umum yang banyak
digunakan dalam pemilihan trafo arus adalah bahwa besarnya tegangan lutut trafo
arus paling sedikit mempunyai harga dua kali atau lebih dari tegangan setelan rele.
53
2.8.2
Setelan Efektif
Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam penerapan rele diferensial impedansi
tinggi adalah setelan efektif yaitu nilai minimal arus kerja efektif sisi primer jaringan
dimana rele dapat bekerja dengan tepat pada kecepatan yang pas dan efektif
terhadap semua jenis gangguan busbar yang mungkin terjadi. Efektif berarti tidak
boleh lambat, tanggap terhadap semua jenis gangguan busbar, tidak akan trip pada
arus beban maksimum namun tidak boleh jauh menyimpang diluar daerah kerjanya.
Pada prakteknya setelan arus kerja efektif menurut buku Protective Relays Aplication
1
Guide , adalah setelan rele yang tidak boleh lebih besar dari 30% arus gangguan fasa
tanah dan tidak boleh kurang dari arus beban maksimum yang bisa mengalir pada
jaringan tersebut. Banyak parameter-parameter yang harus dipertimbangkan pada
waktu menentukan setting arus primer efektif seperti antara lain jenis pentanahan
sistim, jenis hubung singkat, besarnya daya hubung singkat, banyaknya saluran yang
terhubung dengan busbar, karakteristik-karakteristik trafo arus yang harus identik dan
faktor-faktor lain yang pada kesempatan ini tidak akan dibahas secara lebih jauh. Bagi
yang berkecimpung dalam proteksi busbar rele diferensial impedansi tinggi dapat
merujuk buku-buku manual rele diferensial tersebut.
2.8.3
Pengecekan Zona Proteksi
Pengecekan zona proteksi (Check Zone) pada suatu skema proteksi busbar diperlukan
untuk melihat letak gangguan yang dirasakan oleh rele difrensial apakah gangguan
terjadi pada busbar, bagian busbar atau diluar busbar. Kontak rele check zone
biasanya diseri dengan kontak-kontak rele difrensial sehingga setiap tripping yang
terjadi dapat berlangsung secara tepat, efektif dan selektif. Pada skema gangguan
fasa, chek zone bagian-bagian busbar biasanya dilakukan dengan cara yang sama
1
seperti diterapkan pada gardu zone tunggal . Lihat Gambar 2.14.
Zone R
c1
52
c2
H 52
Zone M1
a1
Zone M2 b1
52
F
52
c1
52
a1
c2
b2
Fasa A, B, C
Fasa A, B, C
N
Check zone R
Check 2 / Check 3 /
Check 4
Relay check zone M2
Catatan :
M1 Busbar utama pertama
M2 Busbar utama kedua
R Busbar cadangan
NC = Normal Tertutup
Tahanan penstabil
Rele supervisi 95
Metrosil
(Tahanan non-linier)
id>
Id>
Rele impedansi
tinggi arus sirkulasi
Gambar 2.14: Skema Rele Proteksi Arus Sirkulasi 3 Zone Berimpedansi Tinggi
54
Untuk rangkaian feeder atau trafo dimana trafo-trafo arusnya bisa ditransfer dari
satu Bus ke Bus lainnya maka diperlukan dua set kumparan trafo arus yang saling
terpisah yaitu satu set digunakan untuk membedakan (seleksi atau diskriminasi) zonezone sesuai dengan posisi alat pemisah busbar kemana trafo arus tersebut terhubung,
sedang satu kumparan lagi untuk chek zone.
Pada rangkaian Bus Kople dan Bus Seksion dimana tidak perlu ada switching rangkaian
trafo arus maka trafo arus yang diperlukan untuk chek zone, tidak memerlukan dua
set kumparan trafo arus sebagaimana pada rangkaian feeder atau rangkaian bay trafo
lainnya.
2.8.4
Suvervisi Rangkaian Sekunder Trafo Arus
Bila rangkaian sekunder trafo arus yang tersambung ke bus wire interkoneksi ada
yang putus atau terlepas dari terminal penghubung maka arus yang mengalir dalam
rangkaian-rangkaian akan mengalami ke tidak seimbangan sistim, yang nilainya
ekivalen dengan besar beban yang dilalukan oleh rangkaian primer terkait. Meskipun
tingkat spurious out put atau arus yang mengalir pada rele akibat ketidak seimbangan
tersebut mungkin lebih rendah dari setelan efektif namun kondisi ini perlu dicermati
dan tak dapat dibiarkan begitu saja.
Sebab kejadian ini bisa sebagai pendahulu ketidak stabilan yang dapat menyebabkan
rele salah kerja sebagaimana pada kondisi gangguan yang sebenarnya. Oleh karena itu
sistim proteksi busbar perlu dilengkapi dengan rangkaian suvervisi yang dapat
memantau kontinuitas setiap kawat sekunder. Bila rangkaian supervisi ini melihat ada
kawat sekunder trafo arus yang putus, maka alat tersebut akan segera mengubung
singkat kumparan rele sehingga tidak akan menyebabkan tripping yang tidak perlu.
Supervisi dapat dilakukan dengan mendeteksi kondisi tersebut dengan cara
menyambungkan rele alarm yang sensitif pada setiap terminal bus wire pada masingmasing zone. Untuk skema fasa dan tanah dapat dilakukan dengan menggunakan
penyearah tiga fasa internal yang dapat mempengaruhi jumlah tegangan pada bus
wire pada rele alarm tunggal.
Rele alarm di set sedemikian sehingga rele tidak akan kerja pada kondisi busbar yang
sehat dan dalam kondisi beban normal. Sesuai dengan kondisi tersebut, rele alarm
dibuat sepeka mungkin; menurut Alstom setelan arus primer dibuat 125 amper atau
1
10% dari rating arus terendah, manapun yang lebih besar . Mengingat rele pada level
sensitifitas ini sudah dapat bekerja terhadap arus gangguan yang mengalir, maka
untuk menghindari alarm yang tidak benar, mereka menyarankan agar rele ini
dilengkapi dengan perangkat time delay sekitar tiga detik.
2.8.5
Susunan Koneksi Trafo Arus
Sudah diperlihatkan pada persamaan 9.4 bahwa setelan tegangan pada level stabilitas
yang telah ditentukan berhubungan langsung dengan tahanan rangkaian sekunder
trafo arus. Yaitu terdiri dari tahanan kumparan sekunder, kawat-kawat penghubung,
tahanan rele dan elemen rangkaian lain yang terhubung. Dengan memperhatikan
cara-cara praktis penggelaran kabel-kabel bus wire trafo arus sebaiknya digelar secara
melingkar mengelilingi gardu induk sehingga koneksi antar semua elemen seperti
55
hubungan dengan kontak bantu pemisah dengan kumparan sekunder dan interkoneksi
lainnya dapat dilakukan dengan mudah.
Pada gardu induk dua busbar, kabel-kabel trafo arus harus diambil langsung dari
switch-switch pemilih trafo arus yang mempunyai kontak-kontak bantu early make
dan lately open. Biasanya ruting kabel pada gardu induk dua busbar dibuat sebagai
berikut:
a.
b.
c.
Rele-rele untuk tiap-tiap zone dihubungkan ke satu titik bus wire. Untuk perkabelan
yang lebih baik, rele zone utama dihubungkan dengan menggunakan kabel banyak inti
(multicore cabel) antara rele panel dengan marshalling kios. Busbar zone cadangan
dan rele chek zone akan dihubungkan bersama-sama dengan kabel yang merambat ke
marshaling kios bus kopel. Dalam kondisi khusus dimana terdapat kondisi lingkungan
yang agak sulit, maka perkabelan tadi bisa di bypass dan dibuat perkabelan dengan
ring yang lain tergantung dari kondisi lapangan.
Penampang kabel-kabel penghubung biasanya tidak boleh kurang dari 2.5 sqm atau
dengan kawat pilin terdiri dari 7 x 0.67 mm, tetapi ukuran kabel antara bus wire
dengan trafo arus yang lebih besar misalnya dengan penampang 6 sqm dapat juga
digunakan. Kabel-kabel dari bus wire ke rele-rele tidak perlu menggunakan kabel
dengan ukuran besar. Bila busbar cadangan dipisahkan oleh bus seksion dan kedua
bagian diproteksi sebagai zone terpisah, maka perlu untuk menggabung bus wire
dengan kontak-kontak auxiliari, sehingga pada waktu bus seksion dalam keadaan
tertutup kedua zone tersebut dapat dibuat menjadi satu zone.
2.9
Berbeda dengan rele diferensial impedansi tinggi dimana tingkat stabilitas proteksi
diperbaiki dengan menyisipkan tahanan penstabil secara seri dengan kumparan rele,
pada rele diferensial impedansi rendah stabilitas proteksi terhadap gangguangangguan eksternal diperbaiki dengan menggunakan sebagian dari arus-arus yang
tidak seimbang yang dihasilkan karena kerja trafo-trafo arus yang tidak simetris
digunakan untuk membias kumparan rele sehingga tidak akan tanggap dengan
gangguan-gangguan eksternal.
Teknik bias ini pada awalnya diterapkan di Inggris khususnya untuk mengatasi ketidak
stabilan dan kemungkinan salah kerja terhadap gangguan-gangguan eksternal dimana
trafo-trafo arus bekerja pada titik kerja yang berbeda-beda.
Dalam keadaan ekstrim suatu gangguan eksternal dapat menyebabkan salah satu trafo
mencapai kejenuhan sedang trafo-trafo lainnya bekerja pada daerah linier yang belum
jenuh. Besarnya arus bias tergantung dari jumlah total arus gangguan dan biasanya
dapat diperoleh dengan menggunakan dioda-dioda yang dirangkai mencapai semua
kumparan sekunder trafo arus dan kumparan bias seperti terlihat pada Gambar 2.15.
56
Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa besarnya arus bias adalah sebanding
dengan jumlah aljabar semua arus sekunder trafo arus sedangkan arus total yang
mengalir pada kumparan kerja diferensial adalah jumlah vektor semua arus sekunder
trafo arus.
Arus bias tersebut kemudian disearahkan dan dialirkan melalui kumparan restraining
sehingga kesalahan kerja terhadap gangguan eksternal dapat dikoreksi.
Bias Coil
Operating
Coil
57
bay-bay terhubung. Bila gardu induk hanya terdiri dari satu busbar maka rele dapat
dihubungkan tanpa perlu memperhatikan posisi alat pemisah sebab posisi jaringan
bisa diidentifikasi melalui arus yang mengalir. Misal bila arus nol maka posisi switch
dapat dianggap terbuka sedang bila ada arus berarti pemisah DS maupun PMT dalam
keadaan masuk.
Pada dasarnya rele-rele switching ini dibuat menirukan atau sebagai replika busbar
pada sistim proteksi dan dapat digunakan untuk seleksi busbar secara logis. Faktorfaktor yang perlu diperhatikan dalam penerapan sistim proteksi busbar dengan rele
diferensial impedansi rendah akan dibahas pada bagian-bagian berikut.
10.9.1 Stabilitas
Dalam prakteknya stabilitas sistim proteksi diferensial yang dibias tidak sepenuhnya
dapat dijamin hanya dengan mengandalkan arus bias yang mengalir pada kumparan
restrain. Untuk mencapai tingkat kestabilan yang baik sering dilakukan dengan
menambahkan resistor penstabil yang mempunyai nilai yang dapat dihitung sebagai
berikut ini.
Arus kerja efektif minimum rele impedansi rendah akan naik karena arus gangguan
eksternal sebagai dapat diperlihatkan sebagai berikut:
.........2.6
Dimana;
= arus kerja effektif minimum.
= setelan arus rele.
= arus gannguan yang mengalir.
= persentasi bias (restrain).
Karena
.
Dari persamaan 9.4, nilai resistor penstabil (stabilizing resistor) dapat dihitung sebagai
berikut:
.............2.7
Dapat dicatat bahwa nilai resistor penstabil tidak tergantung dari besarnya arus dan
terlihat tidak ada batas level stabilitas arus gangguan.
Perlu diingat bahwa pada gangguan internal, meskipun nilai tahanan stabilisator ini
lebih rendah dari tahanan yang digunakan pada rele impedansi tinggi namun dia
akan tetap merupakan burden yang cukup signifikan yang perlu diperhatikan pada
waktu menentukan pilihan kapasitas trafo arus.
Cara dan teknik lain yang dapat digunakan untuk mengindarkan salah kerja adalah
dengan menggunakan sistim rele diferensial impedansi rendah yang dibias, antara lain
adalah dengan memblok pengukuran diferensial selama waktu periode dimana trafo
58
arus berada pada keadaan saturasi. Tetapi dalam hal ini berarti rele tersebut harus
mampu mengenali setiap trafo arus yang mengalami kejenuhan inti besi yang
disebabkan oleh arus-arus gangguan transien. Kalau hal ini misal dapat dilakukan
dengan cara menghubung singkat sesaat jalur diferensial, maka burden trafo arus akan
menjadi sangat kecil. Dengan cara ini sirkit diferensial dapat dibuat untuk tidak
menanggapi arus luberan (spill current) yang timbul akibat arus eksternal sehingga
dengan demikian dapat terhindar dari kesalahan kerja.
Perlu dicatat bahwa dengan teknik apapun yang digunakan untuk meninggikan kinerja
stabilitas khususnya terhadap gangguan-gangguan eksternal (through fault), yang
penting adalah bahwa cara-cara perbaikan stabilitas tersebut tidak boleh sampai
mengurangi kepekaan rele terhadap gangguan internal yang bagaimanapun kecilnya
harus dapat ditrip dengan tepat dan cepat.
10.9.2 Setelan Efektif
Setelan arus kerja efektif (IR) terhadap gangguan internal seharusnya harus berada
diatas setelan standar (dasar) IS, terlepas dari efek arus bias yang dihasilkan
penjumlahan arus-arus medan yang diumpankan kedalam rangkaian bias. Dengan
skema khusus sistim bias diferensial ber impedansi rendah dimana busbar hanya
mempunyai beberapa saluran maka dalam prakteknya pengaruh arus bias tersebut
dapat diabaikan.
Pada dasarnya setelan arus dasar IS didefenisikan sebagai arus minimum yang
dibutuhkan mengalir pada rangkaian diferensial sehingga rele dapat bekerja dengan
efektif. Namun mengingat arus tersebut tidak semata-mata mengalir melalui
kumparan rele tetapi sebagian juga harus dilalukan melalui kumparan bias maka
definisi arus minimum tersebut perlu dikoreksi. Inilah sebabnya mengapa arus kerja
minimum yang dibutuhkan untuk mengerjakan rele dalam prakteknya selalu lebih
tinggi dari setelan arus dasar nominal.
Pada praktek-praktek dilapangan defenisi arus kerja minimum yang digunakan adalah
sesuai dengan definisi setelan rele hasil perhitungan dimana besar arus yang mengalir
paling tidak melalui setengah kumparan bias.
Secara praktis setelan arus kerja efektif sisi primer minimum dapat dinyatakan dengan
, dimana N adalah rasio trafo arus,
adalah arus eksitasi
1
masing-masing trafo arus dan B adalah prosentasi restrain . Jika arus kerja efektif
minimum dari skema proteksi sudah mencapai harga yang pas dan pemeriksaan zona
(check zone) sudah dilakukan, maka setelan arus diharapkan dapat berlaku pada trafotrafo yang terhubung paralel.
Umumnya para praktisi sistim proteksi lebih memilih untuk mempertahankan arus
kerja primer yang hanya sedikit diatas arus beban maksimum. Tapi untuk mencegah
proteksi busbar tidak sampai salah kerja pada harga arus beban maksimum maka
perlu dibuat sirkit sekunder lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya
kesalahan wiring. Sirkit sekunder tersebut khususnya digunakan untuk keperluan
pemeriksaan zone proteksi yaitu dengan menggunakan kumparan trafo-trafo
tersendiri terpisah dari kumparan trafo arus yang tersambung dengan rele diferensial.
59
2.10
Beberapa tahun yang lalu aplikasi teknologi rele numeris pada proteksi busbar sedikit
tertinggal dibelakang fungsi-fungsi proteksi lainnya. Pada saat itu skema proteksi
dengan menggunakan technologi statis tidak mengalami banyak perubahan, namun
sekarang ini rele-rele numeris sudah tersedia dan siap untuk diaplikasikan sebagai
proteksi busbar untuk berbagai konfigurasi termasuk gardu induk berselubung SF6.
Pengembangan teknologi yang paling mutakhir sudah mempertimbangkan berbagai
aspek, misal penerepan data bus yang bisa dihubungkan dengan berbagai-bagai unit
dan elemen-elemen yang terkait dan sistim-sistim tersebut juga sudah dilengkapi
dengan terminal komunikasi redundan sehingga alat tersebut sudah bersifat fault
tolerance dimana bila salah satu kanal hilang maka kanal lain yang standby masih
berfungsi.
Para pabrikan mengembangkan sistim-sistim ini dengan semangat kompetisi yang
tinggi, tekun dan teliti, sedemikian sehingga proteksi busbar dapat bekerja dengan
robust dan kebal terhadap kesalahan operasi sehingga sistim dapat bekerja secara
sempurna.
Prinsip dasar yang digunakan adalah dengan prinsip pengukuran yang dilakukan dalam
proses sistim terdistribusi. Setiap feeder masing-masing mempunyai unit pemroses
data sendiri-sendiri, masing-masing berfungsi mengumpulkan informasi-informasi dan
status setiap feeder (arus, tegangan, status posisi PMT, DS dll) dan berkomunikasi
satu sama lain dengan unit sentral melalui kanal komunikasi kecepatan tinggi. Untuk
gardu yang besar, mungkin diperlukan lebih dari satu sentral unit tergantung dari
jumlah feeder, sementara pada sistim yang kecil yang terdiri dari hanya beberapa bay,
sentral unit dapat dibuat terpusat pada satu unit sebagaimana pada sistim arsitektur
tradisional. Hal ini bisa dilihat dari buku manual rele diferensial tersebut.
Untuk feeder yang sederhana, perangkat-perangkat interface yang terpasang pada
masing-masing bay dapat digunakan dimana data ditransmisikan pada sentral tunggal
yang ditempatkan sekeliling unit-unit tersebut. Unit sentral berfungsi melakukan
perhitungan-perhitungan yang dibutuhkan untuk fungsi proteksi. Fungsi-fungsi yang
tersedia antara lain misalnya adalah fungsi proteksi, breaker failure, proteksi dead
zone, proteksi cadangan arus lebih dan lain sebagainya. Namun pada sistim-sistim
modern terdapat juga fungsi tambahan lain seperti fungsi-fungsi untuk pemantauan
status PMT, DS, fasilitas perekam gangguan (disturbance recording) dan fungsi lain
seperti perangkat supervisi trafo arus.
Pada rele numeris terdapat unit peripheral yang bertanggung jawab untuk
mengumpulkan data-data seperti data tegangan, arus dan kemudian memproses datadata tersebut menjadi data-data digital sebelum ditransmisikan ke unit sentral.
Modeling tanggapan trafo arus juga tersedia untuk mengurangi pengaruh-pengaruh
kesalahan yang mungkin timbul karena trafo arus mengalami saturasi. Fungsi
perekaman gangguan rele numeris juga tersedia untuk keperluan pemantauan feeder
yang bisa di download pada perangkat penampil lainnya guna keperluan lebih lanjut.
Karena masing-masing unit peripheral hanya konsern pada masing-masing feeder,
maka algoritma proteksi harus ditempatkan pada unit sentral.
60
Algoritma proteksi diferensial saat ini sudah sangat jauh lebih maju sesuai dengan
teknologi mutakhir, dimana sudah banyak dilakukan perbaikan-perbaikan termasuk
pada kemampuan prosessingnya. Fungsi lain yang dapat dilakukan disamping fungsifungsi penjumlahan besaran-besaran pengukuran antara lain adalah kemampuan
algoritma yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sample-sample arus yang datang
secara berurutan, hal ini dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan-perubahan
yang dapat mengindikasikan terjadi gangguan secara dini. Sebelumnya sudah diisikan
nilai-nilai threshold (database) seperti pada perubahan beban normal. Sebagian dari
besaran kondisi inrush diset tidak melebihi harga threshold. Pertimbangan yang sama
dapat juga diterapkan pada sudut fasa arus, tingkat kenaikan perubahan sudut fasa
dan lain lain.
Salah satu keuntungan dari tekhnologi numeris adalah kemampuannya untuk cepat
dapat di re konfigurasi untuk mendapatkan proteksi yang dapat disesuaikan mengikuti
perubahan konfigurasi gardu induk. Sebagai misal, kalau feeder baru ditambahkan
maka perlu diikuti dengan menambah unit peripheral, port-port fiber optik ke unit
sentral dan pengintegrasian feder baru tersebut ke unit sentral dapat dilakukan
dengan melalui MMI. Lebih lanjut, dalam pertimbangan pengenalan skema proteksi
busbar numeris, dianggap pemakai sudah memperhatikan isu-isu keandalan seperti
sekuriti dan ketersediaan.
Skema impedansi tinggi konvensional sudah merupakan salah satu skema proteksi
utama yang digunakan pada proteksi busbar. Konsep dasar pengukuran yang
digunakan adalah sederhana dan mempunyai hanya beberapa komponen.
Perhitungan stabilitas dan parameter-parameter setelan dilakukan langsung pada
layar tampilan dan kinerja skema proteksi dapat diprediksi tanpa membutuhkan biayabiaya pengetesan yang tinggi. Dalam prakteknya, skema proteksi busbar dengan
impedansi tinggi telah terbukti sebagai proteksi yang sangat handal.
Sebaliknya, skema proteksi numeris (impedansi rendah) adalah lebih kompleks dengan
kisaran fasilitas pengaturan yang jauh lebih luas yang dilengkapi dengan berbagai
komponen-komponen penunjang lainnya yang diperlukan. Pada teknik bias impedansi
rendah ini sesungguhnya algoritma-algoritma perhitungan setelan juga jauh lebih
kompleks.
Namun, studi-studi perbandingan keandalan yang dilakukan antar rele konvensional
impedansi tinggi dan rele-rele numeris modern memperlihatkan bahwa penilaian
relatif terhadap keandalan tidaklah sederhana. Rele numeris mempunyai dua
keuntungan terhadap skema impedansi tinggi sebagai berikut;
a.
b.
61
pada semua rangkaian proteksi sehingga setiap saat dapat dijamin berfungsi
dengan baik.
Analisa keandalan antara lain dilakukan dengan melakukan pengujian-pengujian
terhadap kemampuan kerja secara otonomi dan pengetesan tingkat keamanan
(sekuriti) rele misal kemampuannya untuk tidak tanggap pada gejala-gejala banjiran
eksternal yang seharusnya tidak perlu ditanggapi. Dari pengalaman-pengalaman
1
Alstom telah memperlihatkan hasil-hasil berikut ini :
a.
Tingkat kemandirian rele numeris lebih baik dari rele-rele impedansi tinggi.
b.
Tambahan lain fitur penting dari skema rele numeris adalah fasilitas sistim monitoring
yang sudah tersedia secara in-built. Kelebihan lain adalah kemampuan rele numeris
untuk mensupervisi semua sistim kerja rele dan memberikan alarm bila terdapat
gangguan-gangguan pada masing-masing komponen yang ditemukan tidak berfungsi.
Kelebihan ini tidak terdapat pada sistim konvensional, misalnya kesalahan pada waktu
penormalan kembali sesudah pemeliharaan yang tidak dapat terdeteksi sampai suatu
ketika dimana kesalahan tersebut baru bisa disadari pada waktu menemukan skema
proteksi ternyata tidak bekerja pada gangguan yang seharusnya dia harus bekerja.
Kalau hal ini terjadi, berarti ketersediaan rele selama kesalahan tersebut sebenarnya
adalah nol sehingga rele yang harganya relatif cukup mahal tersebut akan menjadi siasia belaka.
62
PENDAHULUAN
Pengembangan sistim tenaga listrik modern sangat terkait dengan perkembangan dan
majunya sistim rancangan trafo daya. Dengan teknologi yang semakin maju saat ini
sudah tersedia berbagai ukuran trafo mulai dari ukuran yang kecil yang hanya
beberapa kVA hingga dengan kapasitas beberapa ratus MVA yang diperlukan sesuai
dengan berbagai aplikasinya dalam sistim tenaga listrik. Demikian juga dengan
semakin majunya teknik isolasi, saat ini sudah banyak trafo yang beroperasi hingga
ribuan kilo volt yang memungkinkan penggunaan saluran tegangan ultra tinggi dengan
panjang hingga ribuan kilometer dapat dilaksanakan untuk menyalurkan daya yang
sangat besar. Seperti sudah disinggung pada awal buku ini, penggunaan tegangan
Ekstra Tinggi hingga tegangan Ultra Tinggi sudah banyak dilakukan baik pada sistim
arus bolak-balik maupun pada saluran transmisi arus searah seperti Di Rusia, Jepang
dan China dengan jarak yang sangat panjang hingga ribuan kilometer. Kemajuan
pengembangan tegangan ektra tinggi maupun tegangan ultra tinggi ini tentunya tidak
bisa dilepaskan dari kemajuan teknologi isolasi yang sekarang ini sudah mampu hingga
ribuan kilo volt khususnya dalam penerapannya dalam pembuatan trafo-trafo ekstra
tinggi maupun ultra tinggi tersebut.
Tergantung dari jenis tegangan dan urgensi trafo pada jaringan, kebijakan-kebijakan
maupun pertimbangan-pertimbangan yang ditempuh dalam memilih sistim proteksi
trafo daya adalah berbeda-beda. Namun sistim proteksi trafo daya pada prinsipnya
dilakukan dengan menghindarkan trafo mengalami panas ataupun gaya-gaya
elektrodinamis yang berlebihan berlangsung pada waktu yang cukup lama. Ini berarti,
bila gangguan terjadi maka trafo tersebut harus diisolir dengan sesegera mungkin.
Secara teknis dan ekonomis Trafo Distribusi yang kecil dapat diamankan dengan baik
hanya dengan menggunakan sekring-pengaman lebur atau rele arus lebih. Sejauh ini
sistim pengamanan masih bisa dilakukan dengan waktu tunda (time delay) yang
dikordinasikan secara hierarkis sesuai dengan posisi peralatan-peralatan yang mau
diamankan dalam jaringan. Namun untuk Trafo Daya yang besar, setiap gangguan
harus di isolasi dengan sesegera mungkin tanpa kelambatan waktu. Hal ini mengingat
besarnya pengaruh gangguan yang terjadi yang dapat mempengaruhi stabilitas,
keandalan operasi sistim tenaga listrik dan termasuk faktor ekonomis mengingat harga
trafo yang sangat mahal bila sampai mengalami kerusakan.
Gangguan-gangguan trafo pada umumnya dapat diklasissifikasikan atas beberapa
katagori sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
63
3.2
GANGGUAN KUMPARAN
Sebagaimana pada sistim proteksi lainnya, faktor yang sangat penting dalam
merencanakan sistim proteksi suatu trafo adalah besar arus gangguan. Besarnya
gangguan-gangguan pada sebuah trafo tergantung dari beberapa faktor sebagai
berikut:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Impedansi sumber.
Reaktansi bocor trafo.
Tegangan gangguan.
Jenis hubungan kumparan trafo.
Hubungan kumparan.
Sehubungan faktor-faktor diatas, berikut ini adalah berbagai kasus arus gangguan
trafo-trafo tenaga yang akan kita tinjau satu demi satu sebagai berikut;
Titik Netral Ditanahkan Melalui Impedansi
Pada sistim dengan netral ditanahkan dengan impedansi, besarnya arus
gangguan kumparan ketanah tergantung dari nilai impedansi pentanahan dan
juga sebanding dengan jarak letak gangguan dari titik netral trafo atau
besarnya tegangan pada titik gangguan tersebut.
Besar arus pada kumparan primer pada waktu terjadi gangguan pada
kumparan sekunder tergantung dari perbandingan lilitan primer dengan
lilitan sekunder yang terganggu. Dengan demikian, besar arus primer juga
berbeda-beda tergantung dari lokasi letak gangguan tersebut pada kumparan
sekunder. Ini berarti bahwa arus gangguan primer ditentukan oleh pangkat
dua dari bagian kumparan yang terhubung singkat. Gangguan-gangguan yang
terjadi pada bagian-bagian kumparan yang dekat dengan titik netral. Pada
sistim dengan netral ditanahkan dengan impedansi pada keadaan tertentu
kadang tidak terasa pada sisi kumparan primer sehingga sulit dideteksi oleh
64
65
Pada sisi lain trafo tegangan tinggi yang tersambung dengan jaringan sistim
transmisi dapat mengalami tegangan surja dengan muka curam yang
diakibatkan oleh sambaran petir atau tegangan surja hubung maupun
gangguan lain yang memasuki trafo tersebut. Besar tegangan surja tersebut
dapat beberapa kali dari tegangan nominal sistim. Mengingat muka
gelombang surja bisa mengandung atau terdiri dari komponen frekuensi
tinggi maka pada waktu memasuki trafo, tegangan surja tersebut akan
terkonsentrasi atau menumpuk pada ujung belitan kumparan trafo yaitu pada
belitan terdekat yang tersambung dengan saluran. Selanjutnya tegangan akan
terdistribusi secara non linier hingga ke ujung titik netral.
Dalam keadaan acak, beberapa dari belitan tersebut dapat mengalami
resonansi sehingga dapat mengalami tegangan sampai 20 kali lipat dari
tegangan nominalnya. Meskipun mungkin secara teknis dapat diusahakan
untuk meningkatkan kekuatan isolasi antar gulungan disekitar ujung
kumparan namun tidaklah praktis bila dinaikkan sampai melebihi kekuatan
isolasi ketanah yang relatif tinggi.
Dengan demikian bila terjadi resonansi, bisa aja akan terjadi kegagalan parsial
antar gulungan. Bila kemungkinan kegagalan ini tidak terantisipasi pada tahap
lebih dini pada akhirnya akan dapat mengakibatkan kerusakan yang parah.
Hubung singkat antar beberapa belitan kumparan dalam prakteknya hanya
akan menghasilkan arus gangguan yang sangat kecil yang mengalir pada sirkit
tertutup.
Gangguan Inti Besi
Kontak langsung antara lamel-lamel inti Trafo dapat menimbulkan arus Eddy
yang dapat menimbulkan panas berlebihan yang serius. Baut-baut yang
mengapit lamel-lamel biasanya diisolasikan untuk menghindari tingginya arus
Eddy. Bila bagian-bagian dari inti trafo tersebut mengalami cacat maka pada
akhirnya dapat menghasilkan panas pada bagian yang cacat tersebut yang
pada akhirnya dapat merusak isolasi inti sehingga lama kelamaan kumparan
tersebut akhirnya rusak.
Meskipun rugi-rugi inti tambahan dapat menaikan pemanasan local, namun
tidak akan secara signifikan dapat mempengaruhi besarnya arus yang
mengalir pada kumparan dan dengan demikian biasanya tidak dapat
terdeteksi oleh alat pengaman biasa. Tetapi apapun kondisinya harus
diusahakan agar gejala-gejala tersebut dapat dideteksi sebelum terjadi
gangguan yang lebih serius. Dalam trafo jenis Oil Immersed pemanasan inti
secara signifikan dapat mengakibatkan kerusakan isolasi dari minyak trafo
yang diikuti oleh timbulnya gas. Gas-gas yang timbul akan menyelinap
kedalam konservator yang akhirnya dapat digunakan untuk menggerakkan
suatu rele mekanis.
Gangguan Tangki
Berkurangnya minyak trafo akibat adanya kebocoran pada bagian tangki bisa
mengakibatkan persoalan yang sangat serius, seperti berkurangnya kekuatan
isolasi kumparan atau karena berkurangnya kemampuan minyak untuk
66
Beban lebih.
Sistim gangguan.
Tegangan lebih.
Frekuensi sistim turun.
Beban Lebih
Beban lebih dapat menaikkan rugi-rugi tembaga dan sekaligus dapat
menyebabkan kenaikan temperature. Pembebanan trafo secara berlebihan
dapat memperburuk isolasi yang pada akhirnya dapat medahului kegagalan.
Gangguan hubung singkat eksternal yang hanya dibatasi oleh besarnya
reaktansi trafo bisa jadi juga menimbulkan panas berlebihan bila tidak
ditanggulangi dengan cepat. Cara pembebanan lebih trafo jenis Oil Immersed
yang bisa dilakukan pada trafo dapat dilihat pada Standar IEC 60354.
Dalam prakteknya, trafo selalu dilengkapi dengan perangkat yang dapat
digunakan untuk memantau temperatur kumparan dan minyak trafo dan
biasanya akan membangkitakan alarm bila temperatur kumparan ataupun
minyak naik melebihi batas tertentu. Nilai konstanta waktu panas dari trafo
jenis pendingin alami (natural cooled trafo) berada sekitar 2.5 sampai dengan
5 Jam. Nilai konstanta yang lebih pendek bisa diperoleh bila kita gunakan
sistim pendingin paksa jenis forced-cooled trafo.
Gangguan Yang Dapat Ditahan
Arus hubung singkat relatif sangat berperan dalam derajat kenaikan
pemanasan suatu trafo penyulang. Disini rugi-rugi tembaga naik sebanding
dengan pangkat dua arus gangguan yang mengalir. Menurut IEC 600076 lama
arus hubung singkat yang dapat ditahan oleh trafo tanpa merusak bila arus
hanya dibatasi oleh reaktansi sendiri kumparan trafo dapat dilihat pada Tabel
1
3.1 dibawah ini .
Reaktansi Trafo
(%)
Arus Gangguan
(Perkalian Arus Rating)
Lama Gangguan
Yang Diijinkan
(Detik)
25
20
16.6
14.2
67
3.3
SERBUAN MAGNETISASI
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam penerapan rele pengaman trafo adalah
gejala maknetisasi. Pada waktu suatu trafo di nyalakan maka akan terjadi suatu gejala
yang biasanya disebut serbuan maknetisasi (magnetizing inrush). Gejalah ini terjadi
68
Fluks
secara transien dan bukan gangguan. Oleh karena bukan merupakan gangguan maka
setiap waktu gejalah ini terjadi, trafo tetap harus tetap stabil.
Puncak Fluks Normal
Arus Magnetisasi
Sumbu Nol
Sumbu Nol
69
sebagai arus serbu atau arus inrush yang dapat terjadi selama beberapa siklus. Besar
arus inrush tergantung dari flux permanen yang terperangkap pada inti besi trafo dan
pada kondisi gelombang tegangan pada saat mana switching terjadi dan faktor lain
yang secara umum dapat diringkas sebagai berikut:
a.
Flux permanen yang terperangkap pada inti besi trafo dapat mempengaruhi
besar inrush pada trafo. Suatu trafo yang belum pernah dienergise akan
mengalami inrush maksimum ketika pada waktu pertama kali diberi
tegangan. Pemberian tegangan pada trafo-trafo yang sudah pernah
dienergise tetap masih akan menimbulkan gejalah inrush tetapi
magnitudenya tidak sebesar pada waktu trafo pertama kali diberi tegangan.
Namun secara umum dalam keadaan jelek bisa terjadi pada puncak flux yaitu
sebesar 280% dari harga normalnya.
b.
c.
Inrush juga dapat terjadi pada waktu mengenergise sebuah trafo dimana
trafo tetangganya sudah beroperasi sebelumnya. Sebagai contoh, pada waktu
memparalel sebuah trafo dengan trafo lain yang sudah beroperasi.
Komponen DC dari gelombang inrush yang dihasilkan oleh trafo kedua ini
dapat mempengaruhi kurva maknetisasi trafo yang sudah beroperasi
sehingga bisa juga mengalami inrush yang signifikan. Penjumlahan arus
transien dan arus inrush trafo pertama yang sudah energise offset arus
simetris total dengan frekuensi sangat rendah yang bisa mempengaruhi rele
proteksi.
Meskipun kerapatan flux dengan nilai sangat tinggi seperti yang sudah kita bicarakan
diatas sejauh ini berada diluar kerja normal, tetapi hal ini bisa menaikkan
permeabilitas mendekati satu sehingga indukstansi belitan turun ke harga dekat
induktansi besi-udara.
Gelombang arus, dimulai dari nol, pada awal naik secara perlahan, flux mempunyai
harga persis diatas harga residual dan permeability dari inti besi adalah tinggi. Karena
flux naik melebihi harga flux pada waktu kerja normal dan memasuki karakteristik
maknetisasi pada bagian yang jenuh, maka induktansi turun dan arus naik sampai
puncak dengan sangat cepat yang bisa mencapai harga hingga 500% dari harga arus
maknetisasi dalam keadaan steady state.
Ketika melewati puncak pada gelombang tegangan nol berikutnya, setengah siklus
gelombang negatif dari tegangan mengurangi flux sampai harga awal. Arus gelombang
dengan demikian sepenuhnya berubah namun dapat di dipulihkan (restored) ke
kondisi normal (steady state) yaitu melalui redaman yang ditimbulkan oleh rugi-rugi
70
rangkaian. Konstanta waktu peralihan berada pada harga 0.1 (untuk trafo 100 kVA) ke
1.0 (untuk trafo besar).Mengingat arus maknetisasi tidak linier, maka amplop
pembungkus arus transien tidaklah dalam bentuk eksponensial, arus maknetisasi
masih dapat di amati sampai 30 menit sesudah pemasukan tegangan.
Pengaruh harmonik pada gelombang arus maknetisasi trafo bisa menaikkan puncak
kerapatan flux yang dapat meningkatkan kondisi kejenuhan inti trafo. Dari analisa
1,3,4,5
berbagai ahkli
, ternyata arus maknetisasi trafo mengandung harmonisa ketiga,
kelima dan seterusnya dengan nilai yang semakin kecil secara proporsional. Kalau
tingkat saturasi secara progressif naik, maka bukan hanya kandungan harmonisa
ketiga yang naik secara signifikan, tetapi komponen harmonisa ke lima ikut juga naik
melebihi harga harmonisa ke tiga tersebut. Pada level yang masih tinggi lagi, pengaruh
harmonisa ketujuh pada sistim-sistim frekuensi tinggi lainnya dapat juga
mempengaruhi besarnya inrush tersebut. Namun pada trafo sistim tenaga biasanya
pengaruh harmonisa ketujuh dan harmonisa lainnya yang lebih tinggi dapat diabaikan
tanpa menimbulkan masalah berarti.
3.4
PANAS LEBIH
3.5
71
mungkin terjadi pada trafo-trafo daya yang terhubung pada suatu sistim tenaga listrik.
Tabel 3.2 dibawah ini merupakan ringkasan berbagai cara penanggulangan gangguan
terhadap berbagai jenis gangguan-gangguan. Bab-bab berikut akan membahas lebih
rinci dan detail masing-masing sistim pengamanan. Ada yang menarik dan perlu
dicatat dari perkembangan teknologi rele hingga saat ini yang sudah semakin maju
dimana fungsi satu jenis rele sudah menjadi sangat fleksibel dan luas dengan konsumsi
daya yang semakin kecil yang tidak terdapat pada rele-rele electromekanis.
Disamping fungsi yang sangat fleksibel, kemajuan teknologi rele numeris sangat terasa
khususnya dalam pemilihan trafo-trafo arus yang sekarang ini menjadi relatif lebih
kecil dibanding dengan trafo-trafo arus terdahulu yang menggunakan banyak rele-rele
elektromekanis.
Jenis Gangguan
Diferensial
Difrensial: Bucholz
Gangguan Inti
Difrensial: Bucholz
Gangguan Tanki
Gangguan Overfluxing
Overfluxing
Over Heating
Relay Thermal
3.6
Pengamanan trafo terhadap arus lebih dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
pengaman lebur atau sekring dan dengan rele arus lebih. Sistim pengamanan dengan
menggunakan pengaman lebur cocok digunakan untuk memproteksi trafo-trafo kecil.
Disni bila trafo dilalui arus melebihi kemampuan hantarnya maka sekring akan
melebur sehingga trafo tersebut dengan sendirinya akan terisolasi dari sumber
listriknya. Tetapi untuk trafo-trafo ukuran besar penggunaan sekring sebagai
pengaman dirasa sudah tidak mencukupi khususnya dalam mengamankan trafo dari
arus hubung singkat yang besar dan haruslah dengan menggunakan rele-rele bersamasama dengan alat pemutus tenaga. Lagi pula suatu sekring memang tidak mempunyai
kemampuan memutuskan arus gangguan sebagaimana halnya circuit breaker.
72
3.6.1
Pengaman Sekring
Sekring atau dikenal sebagai Fuse, banyak digunakan untuk mengamankan trafo-trafo
ukuran kecil umumnya sampai 1 MVA pada tegangan menengah. Dalam kebanyakan
aplikasi pengamanan dengan sekring tidak memerlukan alat Pemutus Tenaga atau
Circuit Breaker. Biasanya pengaman dengan fuse dilakukan secara otomatis bila ada
arus lebih mengikuti kurva karakteristik leburnya. Sekring harus mempunyai rating
arus diatas arus beban nominal trafo dan harus mampu menahan beban arus rebih
untuk waktu tertentu yang singkat yang mungkin terjadi pada jaringan distribusi.
Demikian juga sebuah sekring harus mampu menahan arus serbu (inrush) maknetik
yang timbul pada waktu awal pemasukan tegangan trafo tersebut. Meskipun sekring
jenis High Rupturing Capacity (HRC) dapat bekerja untuk gangguan hubung singkat
yang besar namun dia bekerja relatif sangat lambat terhadap arus gangguan yang
kurang dari tiga kali arus nominal. Sekring merupakan alat pengaman yang paling
sederhana yang banyak digunakan untuk pengamanan trafo distribusi.
Tabel 3.3 adalah rating sekring yang banyak digunakan untuk trafo distribusi sampai
1
tegangan 11kV seperti terlihat dibawah ini .
Rating Trafo
Sekring-Fuse
kVA
Arus Nominal
(A)
100
5.25
16
3.0
200
10.5
25
3.0
315
10.5
36
10.0
500
26.2
50
20.0
1000
52.6
90
30.0
73
perbaikan sistim pengaman dapat ditempuh dengan dua cara; yaitu satu dengan cara
menghindarkan kelambatan (delay) waktu lebur skring HRC yang terlalu lama
sekalipun terhadap arus-arus gangguan kecil. Yang kedua adalah dengan cara
memperbaiki dan menyempurnakan keterbatasan rele arus lebih seperti misalnya
dapat dilakukan dengan menambahkan rele-rele gangguan tanah. Kelambatan waktu
kerja rele dapat dihindarkan dengan pemilihan tripping karakteristik yang tepat pada
sisi sekunder trafo.
Cara-cara lainnya adalah dengan menggunakan setelan tinggi (high set) elemen rele
instantaneous yang biasanya sudah tersedia pada fasilitas setelan rele modern dimana
setelan arus dapat dipilih untuk menghindari sistim bekerja terhadap gangguan
hubung singkat disisi sekunder atau pada gangguan eksternal. Namun bila gangguan
bersifat internal maka rele ini akan bekerja dengan sangat cepat sehingga bisa
terhindar dari kerusakan yang parah.
Elemen rele setelan tinggi juga digunakan untuk menghindari terjadinya tripping
terhadap arus maknetisasi inrush yang terjadi pada waktu awal pemberian tegangan
pada trafo.
3.7
Seperti sudah diuraikan pada Bab 4, rele over current dengan menggunakan rele arus
lebih tidak sepenuhnya mampu memberikan proteksi terhadap semua jenis gangguan
khususnya yang bisa terjadi pada trafo dengan kumparan yang terhubung bintang
dengan netral ditanahkan melalui impedansi. Salah satu cara yang dapat dilakukan
dimana tingkat sistim pengamanan dapat diperbaiki dengan sangat baik adalah
dengan menggunakan pengamanan restricted earth fault atau sering disingkat REF.
REF adalah satuan proteksi terhadap gangguan-gangguan kumparan yang tidak dapat
diproteksi rele arus lebih dan rele diferensial dengan sempurna khususnya gangguangangguan yang terjadi pada belitan trafo yang berdekatan dengan titik netral. Rele REF
ini bisa terdiri dari rele high impedance atau dengan menggunakan rele jenis low
impedance seperti dapat terlihat pada Gambar 3.3.
Rele 51N pada gambar tersebut adalah rele arus lebih gangguan tanah untuk semua
gangguan trafo. Untuk rele jenis high impedance, arus residual yang dihasilkan tiga
trafo arus pada salah satu sisi tegangan menengah di seimbangkan dengan arus
keluaran dari trafo arus yang dipasang pada penghantar netral pentanahan.
Pada rele jenis low impedance arus residual ketiga trafo arus dan arus netral menjadi
masukan bias pada elemen rele differensial. Sistim ini bekerja pada gangguangangguan pada daerah antara trafo-trafo arus yang terpasang pada kawat fasa dan
trafo arus netral yaitu untuk gangguan pada kumparan-kumparan yang terhubung
dengan bintang dan tetap stabil dan tidak bekerja terhadap gangguan-gangguan diluar
daerah pengamanan. Kelebihan sistim pengamanan REF ini tidak hanya karena
fungsinya yang dapat bekerja sebagai rele instantaneous dengan setelan rendah,
tetapi juga karena rele ini sekaligus dapat mengukur semua arus gangguan yang bisa
timbul pada kumparan trafo termasuk gangguan-gangguan yang terjadi dekat titik
netral trafo.
74
a
c
b C
OP
R
R
Rele diferensial
impedansi tinggi/
rendah
51N
Gambar 3.3 Sistem Pengamanan Dengan Rele REF Kumparan Hubungan Bintang
Dengan demikian, meskipun level arus gangguan menurun secara progresif sesuai
dengan lokasi gangguan hingga mendekati ujung titik netral, namun dengan
kemampuan untuk diset rendah secara efektif sebagian besar gangguan pada
kumparan dapat diatasi. Sistim pengamanan dengan REF sering juga dilakukan pada
trafo hubung bintang dengan netral terhubung langsung ke tanah.
Hal ini karena arus gangguan masih tetap cukup besar meskipun gangguan terjadi
pada kumparan akhir ujung belitan dekat netral. Ini merupakan perbaikan terhadap
sistim pengamanan yang tidak mengikutkan arus netral.
Pengaman gangguan tanah pada trafo hubungan delta atau hubungan bintang yang
netralnya tidak ditanahkan tidak dapat diproteksi dengan REF karena pada hubungan
demikian kumparan-kumparan trafo tidak dapat dialiri arus gangguan tanah urutan
nol. Sementara itu untuk trafo-trafo yang netralnya diketanahkan pada kedua sisi
trafo, maka kedua kumparan trafo dapat diproteksi secara terpisah dengan
menggunakan masing-masing rele REF kecepatan tinggi terhadap arus-arus gangguan
tanah yang terjadi pada semua bagian kumparan trafo terkait. Misalnya dengan
menggunakan rele high impedance yang dapat bekerja cepat pada tingkat stabilitas
yang baik.
3.8
PENGAMAN DIFERENSIAL
Skema teknik proteksi yang terbaik hingga saat ini adalah proteksi sistim diferensial.
Pada sistim proteksi diferensial, prinsip yang digunakan sama seperti pada pengaman
dengan sistim REF dimana dalam keadaan normal jumlah arus yang masuk dan yang
keluar daerah proteksi adalah nol. Kalau jumlah arus-arus tersebut tidak sama dengan
nol berarti ada gangguan yang terjadi pada rangkaian-rangkaian yang berada dalam
daerah proteksi diferensial tersebut. Kalau pada sistim proteksi REF hanya berfungsi
75
untuk mengamankan satu sisi kumparan trafo, maka pada sistim proteksi diferensial
dapat mengamankan semua gangguan yang bisa terjadi pada kedua kumparan trafo.
Sistim proteksi diferensial pada umumnya dapat digunakan untuk mengamankan
hampir semua kompnen sistim tenaga listrik seperti pengaman generator, motormotor, bus-bar, trafo, saluran transmisi, kapasitor-kapasitor, reaktor-reaktor dan
kadang-kadang kombinasi mereka seperti trafo generator atau trafo penyulang dan
lain-lain.
Teknik dasar sistim proteksi diferensial dapat dilihat seperti pada Gambar 3.4. Dalam
prakteknya perangkat yang mau diproteksi bisa terdiri dari banyak rangkaian, namun
untuk penyederhanaan hanya dua rangkaian yang diperlihatkan. Dalam keadaan
normal jumlah arus yang mengalir masuk dan arus yang keluar dari daerah proteksi
adalah sama.
Dalam keadaan normal dan atau dalam keadaan gangguan eksternal, arus sekunder
yang mengalir pada rele seperti pada Gambar 3.4a adalah perbedaan arus penguat
kedua trafo arus pada sisi sebelah kanan dan sisi sebelah kiri. Arus-arus yang mengalir
baik dalam rangkaian primer maupun rangkaian sekunder yang ditunjukkan dalam
gambar adalah dalam per unit. IP adalah arus primer yang memasuki dan keluar dari
daerah proteksi. Sedang IP-Ie adalah arus primer dibagi dengan rasio belitan trafo arus
dikurang dengan arus penguat trafo arus. Meskipun dengan rasio dan jenis trafo arus
yang persis sama, arus IOP memang sangat kecil tetapi tidak pernah sampai nol.
Arus yang kecil ini timbul karena adanya rugi-rugi yang berbeda pada kedua sisi
rangkaian yang diproteksi dan juga karena adanya ketidak samaan antara kedua trafo
arus itu sendiri. Sejauh ini kedua arus bekerja pada daerah linier kurva magnetisasi.
Dengan menggunakan jenis trafo arus dan rasio yang berbeda arus yang mengalir
pada rele bisa jauh lebih besar lagi sehingga rele tersebut harus diset untuk tidak
bekerja untuk setiap arus yang lewat dari daerah proteksi.
Selama terjadi gangguan eksternal, tanggapan transien trafo-trafo arus terhadap arusarus yang mendadak naik dan terhadap komponen DC dapat membangkitkan arus
kerja transien yang lumayan besar. Dengan demikian adalah sulit dan tidak praktis
untuk membuat rele diferensial bekerja secara instantaneous, yang umum adalah
dengan menggunakan waktu tunda yang perlu diterapkan secara hati-hati.
Ip
Ip
I F1
Daerah proteksi
Is
Is
Rele
Is - Ie
Iop
Is - Ie
Iop = Ie - Ie
Ip
Is =
N = Rasio trafo
N
(a)
76
I F2
Daerah proteksi
Is
Is
Rele
Iop
IF1
- Ie
N
IF2
-I
N e
Iop = I F1 + I F2 - ( I + I )
e e
N
(b)
Rele
R
I R
Iop
R
IR
Rele
Iop
R
Atau
arus nol
Gambar 3.4: Prinsip Pengamanan Trafo Dengan Menggunakan Rele diferensial (a dan
b) sedang gambar (c dan d) menunjukkan prinsip kerja rele diferensial dengan
3,4,5
kumparan restrain
Pada gangguan internal seperti pada Gambar 3.4b, terlihat bahwa arus diferensial
yang mengalir melalui rele adalah jumlah arus-arus yang mengalir ke titik gangguan.
Ini adalah arus gangguan total pada rangkaian sekunder dalam satuan amper. Selama
arus gangguan tidak terlalu kecil, suatu rele diferensial biasa boleh dibilang cukup
bagus dalam mendeteksi gangguan yang terjadi pada daerah yang diproteksi.
Untuk mendapatkan rele diferensial yang sensitif terhadap gangguan internal yang
kecil dengan tingkat stabilitas yang tinggi terhadap gangguan eksternal pada
umumnya digunakan rele diferensial jenis prosentasi. Gambar 3.4c dan Gambar 3.4d
adalah rangkaian rele jenis prosentasi yang disederhanakan sesuai dengan rangkaian
diferensial pada Gambar 3.4 a) dan b) sebelumnya.
Kumparan sekunder trafo arus dihubungkan dengan kumparan restrain R yang
menjadi bagian yang disatukan dengan kumparan kerja rela, dimana arus yang
mengalir dibuat cenderung untuk memblok rele tidak bekerja, sementara arus yang
mengalir pada kumparan kerja rele cenderung untuk mengerjakan rele. Hubungan
antara arus restrain dengan arus kerja biasanya dapat digambarkan pada sumbu absis
(arus restrain) dengan ordinat (arus kerja) berupa garis-garis lurus dengan slope yang
berbeda-beda tergantung perbandingan arus lewat dan arus kerja sebagai parameter
(tap-tap setelan yang tersedia). Pada rele-rele numeris pengaturan dan fasilitas
setelan rele sudah tersedia dalam bentuk perangkat lunak dan dapat digunakan
dengan mudah sesuai dengan kondisi sistim yang dihadapi.
Beberapa faktor-faktor penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan rele
diferensial untuk memproteksi trafo-trafo daya terhadap gangguan-gangguan internal
antara lain adalah faktor-faktor sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
3.8.1
Pertimbangan-Pertimbangan Rele Diferensial
Dalam penerapan prinsip pengaman diferensial suatu trafo daya, terdapat beberapa
pertimbangan yang perlu diperhatikan sebagai berikut.
a.
b.
77
c.
d.
e.
Pada tradisi skema diferensial trafo terdahulu, kebutuhan koreksi fasa dan
rasio dapat diatasi dengan menggunakan trafo arus interposing (ICT),
kumparan sekunder merupakan replika dari kumparan primeratau
menghubungkan trafo-trafo arus dengan hubungan delta untuk melakukan
fasa.
koreksi
karena
dengan
koreksi
Pada rele-rele numeris koreksi fasa dan rasio dilakukan dengan menggunakan
perangkat lunak yang sudah tersedia bersama perangkat keras rele, sehingga
pengaturannya bisa lebih fleksibel dalam berbagai kombinasi penerapan terlepas dari
bagaimana hubungan kumparan primer.
Fasilitas kompensasi yang terdapat pada perangkat lunak ini dapat menghemat ruang
pemakaian panel karena tak perlu membeli barang perangkat interposing trafo arus
sebagaimana pada sistim konvensional.
3.8.2
Rating Kawat Primer Trafo Arus
Kawat primer sebuah trafo mempunyai rating arus yang dipilih mendekati sama atau
lebih besar dengan rating arus kumparan-kumparan trafo.
Rating arus primer biasanya diambil pada harga yang paling dekat dengan rating trafo
arus yang tersedia sesuai dengan standar trafo arus yang tersedia dipasaran.
3.8.3
Penyesuaian Sudut Fasa
Suatu rele proteksi diferensial akan beroperasi dengan benar bila arus masukan sisi
primer dan sisi sekunder yang diukur oleh rele yang bersangkutan berada dalam satu
fasa. Padahal pada suatu trafo 150/70 kV yang terhubung delta-bintang seperti
terlihat pada Gambar 3.5 dibawah, arus-arus fasa akan mengalami pergeseran sudut
fasa.
Oleh karena itu pergeseran sudut fasa arus-arus pada trafo tersebut tidak dapat
dibiarkan tanpa melakukan koreksi sebab dalam kondisi tersebut sebuah rele
diferensial bisa melihatnya sebagai arus gangguan yang tidak seimbang yang dapat
menyebabkan rele kerja pada keadaan normal. Agar rele diferensial dapat bekerja
dalam keadaan stabil sebagai proteksi utama trafo yang terhubung delta-bintang perlu
dilakukan koreksi sudut fasa.
Koreksi fasa pada pemakaian rele elektromekanik ataupun rele statik lainnya dalam
sistim pengamanan diferensial dilakukan dengan menggunakan hubungan trafo-trafo
arus interposing (ICT) yang sesuai sehingga arus pada sisi primer dan pada sisi
sekunder berada pada fasa yang sama. Untuk rele numeris, pada umumnya semua
trafo-trafo arus dihubungkan dengan bintang dan koreksi fasa digunakan melalui
perangkat lunak. Tergantung dari jenis rele hanya data tentang vektor group dari trafo
yang dibutuhkan. Kompensasi fasa dengan demikian akan secara otomatis dilakukan
oleh perangkat lunak.
78
Trafo
150/70 kV
A
B
Ia - Ib
Ia
Ia
Ib - Ic
Ia
Ib
Ib
Ib
Ic - Ia
Ic
Ic
Ic
a
B
OP
Ia - Ib
Ib - Ic
Ic - Ia
Ia - Ib
Ib - Ic
Ic - Ia
OP
OP
79
Hubungan
Trafo
Pergeseran
Phase Trafo
(Derajat)
Vektor
Jarum Jam
(Derajat)
Kompensasi
Fase Yang
Dibutuhkan
(Derajat)
YY0
Zd0
Filter
Urutan Nol
Sisi
Tegangan
Tinggi
Filter
Urutan Nol
Sisi
Tegangan
Rendah
Ya
Ya
Ya
0
Dz0
Ya
Dd0
Yz1
Yd1
Ya
Zy1
-30
30
Ya
Ya
Dy1
Ya
Yy6
Ya
Zd6
Ya
Ya
Dz6
180
180
30
11
-30
Ya
Dd6
Yy11
Yd11
Dy11
Ya
Zy11
Ya
Ya
Ya
Tabel 3.4 Hubungan Trafo Arus Untuk Trafo Daya Pada Berbagai Vektor Group
3.8.5
Koreksi Rasio Trafo
Supaya sebuah rele diferensial dapat bekerja dengan benar sesuai dengan kebutuhan
maka arus primer dan sekunder harus seimbang baik dalam keadaan berbeban normal
ataupun dalam keadaan gangguan. Mengingat rasio trafo arus pada sisi primer
maupun sekunder boleh jadi tidak sepenuhnya cocok maka umumnya pada rele
numeris sudah tersedia fasilitas yang dapat digunakan untuk mengoreksi kesalahan
rasio yaitu dengan memilih faktor koreksi rasio yang sesuai dengan masing-masing
karakteristik trafo arus.
Faktor koreksi dapat dihitung secara otomatis dengan mengetahui rasio trafo arus dan
rating daya (MVA) trafo yang dihadapi. Tetapi bila digunakan trafo arus interposing,
faktor koreksi mungkin menjadi tidak sederhana sebab dalam hal hubungan trafotrafo arus secara delta maka faktor
perlu dikalikan ke harga arus sekunder yang
dihasilkan trado arus. Kalau trafo dilengkapi dengan tap changer maka rasio trafotrafo arus dan faktor koreksi umumnya dipilih dengan menganggap bahwa
keseimbangan arus terjadi pada titik tengah kumparan tap dari trafo tersebut.
Disamping itu perlu juga diperhatikan bahwa ketidak sesuaian yang bisa terjadi pada
kerja tap off nominal tidak boleh menimbulkan reaksi kerja secara berlebihan.
80
3.8.6
Setelan Bias
Bias yang diterapkan pada pengamanan trafo jenis diferensial sama dengan
pertimbangan yang digunakan pada penerapan sistim pengaman diferensial lain yang
pada prinsipnya dimaksudkan untuk memastikan stabilitas terhadap gangguan
eksternal sekaligus untuk memungkinkan sensitifitas yang baik pada gangguan
internal. Keadaan ini akan sedikit lebih kompleks bila trafo dilengkapi dengan tap
changer.
Faktor koreksi terhadap ketidak sesuaian rasio trafo-trafo arus dan atau interposinginterposing trafo arus (ICT) perlu dilakukan untuk mendapatkan keseimbangan arus
pada tap nominal sehingga pada kondisi tap off nominal, rele diferensial dapat melihat
kondisi ini sebagai gangguan internal.
Dengan memilih bias minimum yang lebih besar dari jumlah tap maksimum trafo dan
kemungkinan kesalahan trafo arus kita bisa menghindarkan salah kerja rele. Beberapa
rele menggunakan karakteristik bias dengan tiga seksi seperti terlihat pada Gambar
3.6. Seksi pertama di set lebih tinggi dari arus maknetisasi trafo. Seksi kedua di set
untuk memungkinkan setelan off-nominal tap. Sedang seksi ketiga mempunyai sudut
bias yang lebih besar yang dimulai diatas arus rating untuk memperhitungkan kondisi
gangguan berat.
3
2
Kerja
Kemiringan
70%
1
Restrain
Kisaran Setting
0
(0.1 0.5 Id)
Kemiringan
30%
2
3
4
Arus Bias Efektif (x In)
2.
81
3.
Pengamanan trafo daya tiga kumparan dimana salah satu kumparan terhubung
dengan sumber sedang dua kumparan lain terhubung dengan beban, dapat dilakukan
dengan satu rele yang terhubung dengan kumparan-kumparan trafo arus seperti
terlihat pada Gambar 3.7a. Disini kedua arus beban yang saling terpisah dijumlahkan
dalam CT sekunder dan jumlah ini akan seimbang dengan arus yang mengalir pada sisi
sumber.
Kekurangan konfigurasi ini adalah bila terdapat lebih dari satu sumber dimana arus
gangguan yang terjadi bisa menimbulkan arus sirkulasi diantara kedua kumparan yang
terhubung parallel tanpa menimbulkan bias yang diperlukan untuk menggerakkan
rele. Untuk mengatasi kendala ini maka rele yang digunakan adalah rele dengan tiga
kumparan restrain yang dihubungkan dengan kumparan-kumparan trafo arus terpisah
seperti pada Gambar 3.7 b. Bilamana kumparan ketiga terdiri dari hubungan delta
pada sisi tersier yang tidak tersambung kemana-mana maka trafo ini bisa dipandang
sebagai satu trafo dua kumparan biasa seperti terlihat pada Gambar 3.7c.
Pada Gambar 3.7d terlihat hubungan kumparan-kumparan trafo arus dengan
kumparan-kumparan restrain rele diferensial pada trafo daya tiga kumparan dimana
dua netral kumparan bintang ditanahkan sedang kumparan lain terhubung delta.
Untuk menghindari salah operasi terhadap gangguan tanah eksternal maka trafo-trafo
arus yang terhubung pada kedua kumparan bintang harus dihubungkan delta.
Sedangkan trafo-trafo arus yang terhubung pada kumparan delta harus dihubungkan
0
bintang untuk mengoreksi pergeseran sudut fasa sebesar 30 .
Sumber
Beban
I d>
a.
Sumber
Kemungkinan
Pasokan
Gangguan
I d>
b.
82
Sumber
Kemungkinan
Pasokan
Gangguan
I d>
c.
Trafo Tiga Kumparan Dengan Kumparan Tersier Delta Yang Tidak Dibebani
Ia
Ia
Ia
150 kV
Transformer
500 kV
Ia
Ia
Ia
Ib
Ib
Ib
Ib
Ib
Ic
a
Ia
Ib
b
Ib
Ic
Ic
Ic
a
Ic
Ic
c
Ic
Ia - Ic Ib - Ia Ic - Ib
C
c
B
70 kV
Transformer
Ia - Ic
Ib - Ia
Ic - Ib
d.
Ia - Ic
OP
Ia - Ic
OP
Ib - Ia
Ib - Ia
OP
Ic - Ib
Ic - Ib
1,3
Untuk memilih trafo-trafo arus dan rele yang diperlukan untuk memproteksi trafo ini,
perlu dilakukan langkah-langka berikut. Perhatikan kumparan sisi sebelah kiri dimana
arus-arus Ia, Ib dan Ic adalah arus-arus ketiga fasa dalam keadaan seimbang yang
mengalir sesuai anak fanah. Arus-arus ini akan melewati pasangan kumparan bintangdelta ke rangkaian ABC sebagai arus-arus Ia-Ic, Ib-Ia dan Ic-Ib. Analisa dilakukan untuk
satu pasang kumparan dengan menganggap kumparan bintang ketiga sebelah kanan
terbuka sehingga tidak ada arus-arus yang mengalir. Trafo-trafo arus yang terhubung
83
pada rangkaian ABC akan mengalirkan arus-arus yang sama pada rangkaian restrain
rele diferensial dan harus diseimbangkan oleh arus-arus yang mengalir melalui
kumparan restrain trafo-trafo arus sebelah kiri yang terhubung delta. Kemudian tinjau
kembali pasangan kumparan kedua yaitu kumparan bintang sebelah kiri dan
kumparan bintang sebelah kanan dimana tidak ada arus yang mengalir pada
kumparan tersier hubung delta. Arus-arus yang mengalir pada kumparan restrain
sebelah kiri Ia-Ic, Ib-Ia dan Ic-Ib harus mengalir keluar ke kumparan restrain sebelah
kanan. Arus Ia, Ib dan Ic yang mengalir ke arah kanan pada trafo hubung bintang
sebelah kanan, maka trafo-trafo arus pada kumparan trafo sebelah kanan ini dapat
dihubungkan dengan hubungan delta seperti pada gambar diatas.
Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih rasio masing-masing trafo arus yang
diperlukan adalah perbedaan rating daya (MVA) trafo-trafo tiga kumparan terebut.
Misalkan rating daya kumparan-kumparan 500, 150 dan 70 kV tersebut berturut-turut
adalah 250, 150 dan 60 MVA maka rating arus masing-masing kumparan dapat
dihitung sebagai berikut;
1.
Dengan memilih rasio trafo arus 300/5 maka arus yang mengalir pada
rangkaian sekunder trafo arus adalah,
Dengan demikian arus yang mengalir pada kumparan restrain rele adalah
.
2.
Dipilih rasio trafo arus 600/5, maka arus yang mengalir pada kumparan
sekunder sisi 150 kV adalah;
Dengan demikian arus yang mengalir pada kumparan restrain rela adalah
.
3.
Dipilih rasio trafo arus 500/5, maka arus yang mengalir pada rangkaian
sekunder trafo arus sisi 70 kV dan kumparan restrain adalah;
84
3.9
Gejala maknetisasi mendadak yang menimbulkan arus serbu (inrush) pada kumparan
primer terjadi pada waktu sebuah trafo diberi tegangan seperti yang sudah diuraikan
pada Bab 10.3. Gejala ini timbul pada waktu pemberian tegangan pada kumparan
trafo khususnya yang baru pertama kali mendapat tegangan.
Gejalah yang terjadi bisa menimbulkan arus transien yang dikenal sebagai arus serbu
maknetisasi. Pada saat itu, kumparan lain tidak merasakan arus ini dan karena rele
diferensial tidak dapat membedakannya dengan arus gangguan sesungguhnya maka
arus serbu ini akan dilihat sebagai gangguan internal yang harus dipadamkan.
Masalah ini tidak bisa diatasi secara efektif dengan hanya meninggikan setelan bias
yang tersedia sebab magnitude arus serbu yang terjadi sering tidak bisa diramalkan.
Dan kalau setelan dibuat terlalu tinggi bisa berakibat rele tidak bekerja pada arus
gangguan sesungguhnya yang mungkin lebih kecil dari arus inrush. Yang bisa dilakukan
untuk mengatasi arus inrush ini adalah dengan metoda penundaan, menahan atau
memblok elemen diferensial rele sehingga selama keadaan transien inrush rele tidak
akan bekerja. Berikut akan dibahas usaha-usaha untuk mengatasi masalah arus serbu
pada waktu trafo diberikan tegangan.
3.9.1
Restrain Harmonisa
Meskipun arus inrush umumnya mirip seperti arus gangguan internal namun sangat
berbeda dalam bentuk gelombangnya. Perbedaan dalam bentuk gelombang ini
ternyata menguntungkan sebab dapat digunakan untuk melihat perbedaan antara
85
arus gangguan dengan arus inrush. Seperti sudah dikatakan sebelumnya, arus inrush
mengandung semua orde harmonisa, tetapi tidak semua orde perlu diperhatikan
untuk keperluan bias. Dalam prakteknya hanya harmonisa orde ke dua yang perlu
1
diperhatikan .
Komponen ini terdapat pada semua bentuk gelombang arus inrush. Umumnya bagian
dari setengah gelombang tidak berulang dengan polaritas terbalik tetapi bayangan
simetrisnya dapat diperoleh pada ordinat tertentu.Bagian dari harmonisa ke dua
berbeda-beda tergantung dari tingkat kejenuhan inti kumparan, tetapi selalu hadir
selama terdapat komponen flux satu arah. Banyaknya ragam harmonisa tergantung
dari faktor-faktor dalam rancangan trafo tersebut. Arus gangguan normal tidak
mengandung harmonis ke dua atau harmonisa genap lainnya, bahkan dalam keadaan
steady state pun arus yang mengalir dalam daerah jenuh inti kumparan juga tidak
terdistorsi.
Arus keluaran trafo arus yang diumpankan ke dalam rangkaian yang sudah mencapai
saturasi mantap (steady) akan mengandung harmonisa ganjil tanpa harmonisa genap.
Tetapi, bila trafo arus dijenuhkan oleh komponen arus gangguan transien maka
kejenuhan yang dihasilkan ternyata tidak simetris dan menimbulkan harmonisa genap
pada sisi keluaran trafo arus. Gejalah ini secara kebetulan sangat menguntungkan
dalam perbaikan stabilitas rele diferensial. Itulah sebabnya harmonisa kedua menjadi
menarik untuk dijadikan dalam menstabilkan bias terhadap pengaruh inrush, tetapi
perlu hati-hati bahwa ukuran trafo arus yang dipilih harus cukup memadai sehingga
harmonisa yang dibangkitkan karena kejenuhan transien tidak memperlama waktu
kerja normal rele tersebut.
Arus diferensial dilalukan melalui filter yang akan menyaring harmonisa kedua, lebih
lanjut komponen ini digunakan untuk membangkitkan restraining yang sesuai untuk
mengatasi tendensi kerja akibat arus inrush yang mengalir dalam rangkaian kerja.
Dengan demikian sensitifitas dengan kecepatan kerja yang dibutuhkan dapat
diperoleh.
3.9.2
Deteksi Inrus Bloking-Teknik Deteksi Sela
F Fitur lain yang dicirikan oleh arus inrush dapat dilihat pada Gambar 3.2 dimana ke
dua gelombang (c) dan (d) mempunyai siklus teratur dimana tidak ada arus yang
mengalir atau sama dengan nol. Lama minimum periode arus nol ini secara teoritis
adalah seperempat siklus yang dapat dengan mudah difilter dengan menggunakan
pewaktu (timer) sederhana yang di set ke 1/4f detik. Gambar 3.8 menunjukkan
1
rangkaian dalam bentuk blok diagram .
Pewaktu t1 hanya membangkitkan keluaran bila kondisi tidak ada arus atau nol
melebihi waktu 1/4f detik. Kemudian akan di reset ketika nilai sesaat arus diferensial
melebihi setelan acuan.
Bias
Diferensial
Threshold
Pembanding
Diferensial
Inhibit
Pewaktu 1
1
t1 =
4f
Inhibit
Pewaktu 2
1
t2 =
f
Trip
Gambar 3.8 : Blok Diagram Untuk Menunjukkan Sela Gelombang untuk Prinsip
Deteksi Sela
86
Karena titik nol dalam arus inrush terjadi menuju titik akhir siklus, maka kondisi inrush
dapat dihiraukan dengan menunda waktu kerja rele diferensial selama 1/4f detik. Ini
dilakukan dengan pewaktu ke dua t2 yang di set ke reset oleh keluaran pewaktu t 1. Bila
tidak ada arus yang mengalir melebihi waktu 1/4f detik, pewaktu t 2 di reset dan
sekaligus memblok rele diferensial. Kalau arus diferensial melebihi setelan rele,
pewaktu t1 di reset dan pewaktu t2 mengalami time out untuk memberikan sinyal trip
dalam waktu 1/f detik. Bila arus diferensial yang dirasakan rele merupakan arus inrush
trafo maka pewaktu t2 akan reset pada setiap siklus sehingga sinyal trip akan diblokir
untuk mencegah tripping yang tidak diperlukan. Dalam praktek terdapat beberapa
jenis rele numeris dapat menggunakan kombinasi teknik restraining harmonisa dan
deteksi arus sela (nol) untuk mendeteksi arus inrush.
3.10
Keuntungan-keuntungan penggunaan rele REF yang telah dibahas pada Bab 4.7 telah
mendorong penggunaannya sebagai divais proteksi pelengkap sistim pengamanan
diferensial. Sebagai ilustrasi fungsi perbaikan sistim proteksi diferensial dan sistim
1
proteksi dengan REF dapat dilihat pada Gambar 3.9 dibawah . Kurva jarak kumparan
yang diproteksi terhadap arus pengenal berlaku pada trafo dengan netral titik bintang
trafo ditanahkan dengan tahanan dengan ukuran satu per unit. Dari Gambar 3.9
terlihat bahwa sistim pengamanan diferensial yang disetel pada setelan efektif 20%
hanya mampu mendeteksi gangguan 42% dari kumparan dari ujung saluran.
Kombinasi rele diferensial dengan rele REF dapat dilakukan dengan mudah dengan
menggunakan rele numeris dimana tersedia fasilitas kompensasi fasa maupun koreksi
rasio. Semua kompensasi dilakukan secara perangkat lunak S/W yang terdapat dalam
rele numeris. Bila mana S/W tidak mempunyai fasilitas kompensasi fasa maupun
koreksi rasio, maka kita bisa menggunakan trafo penjumlah atau trafo arus pembantu
sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 3.10 dan 3.11. Dengan catatan bahwa pada
waktu melakukan perhitungan dan penyetelan-penyetelan perlu dilakukan dengan
seksama dan hati-hati.
100
80
Proteksi gangguan tanah terbatas (REF)
60
40
Proteksi diferensial
20
0
100
80
60
42
40
20
Gambar 3.9: Panjang Kumparan Yang Terlindungi Pada Trafo Yang Ditanahkan Dengan
Tahanan Dimana Rating Trafo Adalah Sama Dengan Rating Tahanan
87
A
B
C
Trafo arus
penjumlah
Rele
gangguan tanah
terbatas
I d>
I d>
I d>
>
Rele diferensial
Gambar 3.10: Kombinasi Rele Diferensial dengan REF Dengan Menggunakan Trafo
Arus Penjumlah
A
B
C
Rele gangguan
tanah terbatas
>
Trafo arus
pengoreksi fasa
I d>
I d>
I d>
Rele diferensial
Gambar 3.11: Kombinasi Rele Diferensial Dan REF Dengan Menggunakan Trafo Arus
Tambahan
Kekurangan sistim pengaman dengan menggunakan kombinasi rele diferensial dengan
rele REF adalah kencendrungan elemen rele REF yang juga kerja terhadap gangguan
internal berat yang seharusnya harus ditangani oleh rele pengaman diferensial.
Sehingga kadang-kadang akan ada kebingungan (tumpang tindih) dalam analisa
88
gangguan khususnya dalam menentukan rele mana sebenarnya yang bekerja pada
waktu gangguan. Tetapi sebaliknya dengan kombinasi kedua rele tersebut terdapat
juga penghematan baik terhadap trafo arus yang digunakan maupun dalam
penghematan dan penyederhanaan kabel-kabel penghubung rele-rele tersebut.
3.10.1 Aplikasi Trafo Pentanahan
Sebagaimana sudah pernah disebut-sebut bahwa kumparan trafo dengan hubungan
delta tidak dapat mentransfer arus urutan nol ke tanah melalui titik gangguan.
Kumparan delta pada trafo-trafo pembangkit dapat ditanahkan melalui trafo
pentanahan atau reaktor seperti pada Gambar 3.12.
Dalam praktek cara ini sering dilakukan pada trafo utama yang dekat ke sumber
pembangkit yang berada dalam daerah pengamanan trafo. Pada sisi ini arus urutan
nol yang mengalir melalui trafo pentanahan selama terjadinya gangguan tanah akan
mengalir melalui trafo arus penghantar tanpa diimbangi arus setara yang mengalir
dalam rangkaian trafo arus penyeimbang, sehingga dapat menyebabkan trip yang
tidak dikehendaki.
Persoalan ini bisa diatasi dengan mengurangi komponen arus keluaran dari trafo arus
misalnya dengan menggunakan trafo pentanahan netral. Namun mengingat arus yang
mengalir pada titik netral besarnya tiga kali arus urutan nol maka perlu adanya koreksi
rasio trafo arus. Misalnya dengan menggunakan trafo interposing dengan rasio
1/0.333 yang dirancang untuk mengurangi keluaran trafo arus penghantar setiap fasa
seperti terlihat pada Gambar 3.12. Dengan meniadakan pengaruh arus urutan nol
maka keseimbangan arus diferensial rele dapat di kembalikan.
A
B
C
1/0.333
Trafo
pentanahan
Rele diferensial
I d>
I d>
I d>
I
>
89
A
B
C
Trafo
pentanahan
Kumparan tersier
terhubung delta
I d>
I d>
Gambar 3.13: Pengaman Diferensial Dalam Daerah Trafo Pentanahan, Tanpa Rele REF
A
B
C
>
Trafo
pentanahan
Rele diferensial
I d>
I d>
I d>
Gambar 3.14: Pengaman Diferensial Dalam Daerah Trafo Pentananhan, Dengan Solusi
1,11
Alternatif Untuk Rele REF
Pada rele-rele numeris fungsi koreksi dan pengaruh arus urutan nol diatas dapat
dikompensir dengan menggunakan perangkat lunak rele tanpa memerlukan
interposing rele. Elemen rele High Impedansi, dapat dihubungkan dalam netral
penghantar antara trafo arus dan rele diferensial sehingga diperoleh pengaman
kumparan dengan REF. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melengkapi
sistim arus sirkulasi dengan interposing trafo arus tiga kumparan dimana kumparan
tersiernya terhubung delta. Kumparan ini secara efektif menghubung singkat
90
komponen arus urutan nol dengan cara membuang komponen tersebut dari rangkaian
penyimbang rele seperti dapat dilihat pada Gambar 3.13.
Rele pada Gambar 3.8 yang tidak memerlukan REF mempunyai keuntungan yaitu tidak
memerlukan trafo arus, kabel dan alat-alat fitting lain yang diperlukan pada kawat
netral pentanahan. Bila rele REF dibutuhkan maka skema pengamanan dapat juga
dilakukan seperti pada Gambar 3.14.
3.11
Trafo pentanahan yang tidak mempunyai alat proteksi dapat diamankan dengan
diagram proteksi seperti pada Gambar 3.15. Disini trafo-trafo arus yang terhubung
delta dihubungkan dengan dengan rele arus lebih yang mempunyai elemen gangguan
tiga fasa. Kerja normal trafo pentanahan adalah untuk melalukan arus urutan nol
ketanah. Arus sirkulasi ekivalen dalam hubungan delta dibentuk oleh rangkaian
sekunder trafo arus tanpa mengenerzise rele. Yang terakhir ini dapat di set untuk
mendapatkan sistim pengamanan dengan cepat dan sensitif terhadap gangguangangguan dalam trafo pentanahan itu sendiri.
A
B
C
I>
Trafo pentanahan
3.12
PROTEKSI AUTO-TRAFO
Autotrafo digunakan untuk saling menghubungkan jaringan ekstra tinggi EHV pada
rasio yang sesuai. Rele diferensial yang biasa diaplikasikan untuk mengamankan
autotrafo didasarkan pada hukum Kirchhoff pada jaringan penghantar, yaitu bahwa
semua arus keluar dari satu jaringan adalah nol.
Sistim arus sirkulasi diatur sedemikian rupa antara trafo-trafo arus dengan rasio sama
dalam dua grup hubungan penghantar dengan ujung netral. Bila satu dari netral trafo
arus digunakan maka semua trafo arus pada jaringan dapat dihubungkan secara
paralel ke rele sehingga hanya bereaksi ke gangguan tanah saja. Lihat Gambar 3.16a.
Bila trafo-trafo arus disediakan pada setiap fasa dekat ujung netral maka digunakanlah
rele tiga fasa seperti terlihat pada Gambar 3.16b. Disini sistim pengaman diferensial
dapat mengamankan sistim baik terhadap gangguan tanah maupun terhadap
gangguan fasa ke tanah.
91
Rele ini dapat bekerja dengan cepat dan sensitif. Sistim ini tidak tergantung pada
perubahan rasio trafo karena bekerjanya tap-changer dan juga kebal terhadap
pengaruh serbuan maknetisasi.
A
B
C
I d>
Rele impedansi
tinggi
1,11
Rele diatas tidak bereaksi pada gangguan antar belitan sehingga rele ini tidak efisien
khususnya bila terjadi gangguan serius akibat gangguan antar belitan yang sudah
parah. Gangguan-gangguan ini bila tidak diatasi akan berkembang menjadi arus
gangguan tanah yang tentunya bisa menimbulkan kerusakan trafo. Dapat dicatat
bahwa sistim proteksi ini tidak akan bereaksi pada setiap gangguan yang terjadi pada
kumparan tersier. Kumparan tersier hubungan delta yang tidak dibebani sering tidak
dilengkapi dengan alat pengaman.
Kumparan tersier hubungan delta demikian biasa dilengkapi dengan dengan
melakukan pentanahan pada salah satu unjungnya melalui satu trafo arus yang dapat
mengenerzise rele instantaneous. Sistim ini harus dipisahkan dari pengaman
kumparan utama. Kalau kawat tanah kumparan tersier dihubungkan dengan netral
kumparan utama diatas netral trafo-trafo arus dalam usaha untuk melakukan
kombinasi sistim pengamanan maka bisa terjadi daerah kosong dimana sistim proteksi
tidak memberi perlindungan.
3.13
Pengaruh terjadinya kenaikan kerapatan flux maknit atau overflux telah dibahas pada
1
Bab 10.2.8 . Pada prinsipnya fluksi berlebihan (overfluxing) timbul berdasarkan
kondisi-kondisi sebagai berikut;
92
a.
b.
c.
Yang terakhir dapat menghasilkan arus tanah frekuensi rendah yang mengalir
sepanjang sistim transmisi. Mengingat gangguan sesaat dapat menyebabkan fluks
berlebihan transien yang tidak berbahaya, maka sistim proteksi yang dibutuhkan
dilakukan dengan menggunakan rele yang bisa disetel dengan waktu tunda. Pengaman
normal adalah dengan IDMT atau definite time characteristic, yang diawali bila
dilewati nilai V/f yang sudah didefinisikan.
Waktu Kerja
(detik)
t=
0.8 +0.18 x K
(M-1)
1000
100
K=63
K=40
K=20
10
K=5
1
1.1
1.2
1.3
M=
1.4
1.5
K=1
1.6
V/f
Setting
3.14
Pengaman ini dikenal dengan proteksi Howard. Pada waktu tangki yang diisolasi
secara nominal dari tanah (yaitu sekitar 10 ohm), rele gangguan hubung tanah dapat
digunakan dengan menyambung rele dengan trafo arus sekunder dimana primernya
adalah kawat yang menghubungkan tangki dengan tanah. Prinsip ini sama dengan
prinsip proteksi bus-bar dengan menggunakan arus bocor dari serandang besi ketanah
sebagai besaran gangguan yang harus diamankan. Lihat proteksi bus-bar.
3.15
Semua gangguan peralatan yang berada dalam minyak pada trafo yang dicelupkan
dalam tangki minyak (Oil Immeresed Transformer) dapat mengakibatkan pemanasan
93
dan kegagalan isolasi minyak. Pada tingkat tertentu busur api selalu terjadi dalam
gulungan yang terganggu dimana bisa terjadi dekomposisi minyak yang dapat
menghasilkan gas. Bila gangguan tidak terlalu berarti maka gas-gas yang timbul akan
lenyap secara perlahan-lahan. Namun bila gangguan menjadi serius yang
menyebabkan percikan api yang cukup besar dapat menyebabkan kerusakan yang
sangat cepat mengeluarkan gas-gas pada volume yang tinggi. Gas-gas ini tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk bisa lepas dengan segera tetapi bahkan dapat
menimbulkan gas-gas bertekanan tinggi yang dapat meledakkan tangki trafo.
Bila keadaan gangguan seperti ini terjadi dalam trafo yang mempunyai konservator oli,
maka gangguan akan mendorong oli naik keatas melalui konservator. Gangguan ini
dapat diatasi dengan menggunakan Buchhloz. Peratan lain yang bereaksi terhadap
naiknya tekanan oli dengan tajam dapat juga dilakukan bersama-sama dengan rele
Buchholz.
3.15.1 Pelepas Tekanan Minyak
Bentuk yang paling sederhana perangkat pelepas tekanan tinggi yang banyak
digunakan adalah piring yang bisa pecah (frangible disk) yang biasanya ditempatkan
pada ujung pipa pembuang oli yang menonjol naik dari atas ke dalam konservator.
Surja oli yang disebabkan gangguan mendorong piring, sehingga oli bertekanan tinggi
dapat dilepaskan dengan segera kedalam konservator.
Pelepasan dan pembatasan kenaikan tekanan minyak dapat menghindari terjadinya
ledakan pada tangki trafo yang mungkin berakibat terjadinya kebakaran. Trafo-trafo
out door jenis berisolasi minyak (oil immersed) umumnya sudah dilengkapi dengan
bak penampung oli yang berguna menampung luberan minyak akibat terjadinya
ledakan sehingga tidak terpencar kemana-mana.
Kekurangan piring pelepas tekanan minyak diatas adalah bahwa setelah pring tersebut
terlempar maka oli yang tersisa dalam tangki akan terbuka terhadap udara luar.
Kekurangan ini bisa dihindari dengan menggunakan perangkat yang lebih efektif yaitu
katup (valve) pelepas tekanan tiba-tiba yang membuka untuk melepaskan oli bila
tekanan melebihi setelan yang telah didefenisikan sebelumnya.
Setelah tekanan berkurang, alat tersebut kemudian menutup dengan sendirinya. Bila
tekanan minyak relatif tinggi, katub tersebut dapat bekerja dengan sangat cepat hanya
dalam beberapa milidetik sehingga dapat diusahakan tripping cepat untuk
mengamankan trafo dari bahaya lebih lanjut.
Peralatan ini biasanya dilakukan pada jenis trafo 2 MVA atau lebih, tetapi dapat juga
dilakukan pada trafo-trafo distribusi dengan ukuran yang relatif kecil dibawah 200
kVA, khususnya pada daerah-daerah yang berpotensi berbahaya.
3.15.2 Proteksi Cepat Terhadap Kenaikan Tekanan
Prinsip kerja peralatan ini adalah dengan mendeteksi cepatnya kenaikan tekanan
minyak yaitu dengan mengukur tingkat kenaikan (rate of rise) tekanan minyak
sehingga dapat melakukan pengaman dengan lebih cepat sebelum terjadinya tekanan
berlebihan. Jadi sistim kerjanya bukan berdasarkan atas tingginya tekanan minyak
yang terjadi tetapi berdasarkan tingkat kecepatan naiknya tekanan minyak.
94
Alat ini dapat mempunyai sensitifitas dibawah 0.07 bar/detik. Tetapi bila dipasang
pada trafo yang mempunyai pendinging minyak dengan paksa (forced-cooled) dimana
tekanan minyak trafo bisa cukup tinggi khususnya pada waktu berbeban lebih, maka
untuk menghindari tripping yang tidak diharapkan khususnya pada waktu startnya
pompa-pompa pendingin, kepekaan dan tingkat kecepatan kerja alat tersebut harus
disesuaikan.
3.15.3 Pengaman Buchholz
Pengaman Buchholz umumnya dipasang pada semua trafo dengan konservator. Rele
Buchhloz terdiri dari alat yang dibungkus dengan besi baja yang tersambung seri
1
diantar trafo dan konservator seperti terlihat pada Gambar 3.18 dibawah .
Panas setempat pada inti besi yang disebabkan terhubung singkatnya lamellamel besi.
b.
c.
d.
e.
Bila terjadi gangguan pada kumparan utama maka akan menyebabkan surja oli
bertekanan tinggi yang menyebabkan islolasi minyak berkurang sehingga juga berarti
mengurangi isolasi trafo tersebut.
Hal ini terjadi pada keadaan berikut ini;
95
a.
b.
Jendela indikator pemeriksaan biasanya tersedia pada kedua sisi ruang pengumpul
gas. Tanda warna putih atau kuning mengindikasikan adanya kerusakan isolasi trafo,
sebaliknya warna hitam atau warna abu-abu memperlihatkan adanya pengurangan oli.
Dalam hal ini gas bisa jadi tidak bisa terbakar (inflammable) sementara udara tidak
bisa lepas. Sebuah pentil dipasang pada bagian atas housing untuk memungkinkan gas
bisa dilepaskan keluar atau untuk dikumpulkan guna kebutuhan analisa lebih lanjut.
Trafo-trafo dengan jenis pendingin dengan minyak bertekanan (oil forced) dapat
mengalami aliran oli dari dan ke dalam konservator yaitu pada waktu pompa-pompa
mulai start kerja. Dalam hal ini rele Buchholz harus tidak boleh kerja.
Pekerjaan pembersihan oli dapat menyebabkan tercampurnya udara kedalam minyak
trafo. Dalam keadaan ini juga tripping karena rele Buchholz harus dihindarkan sampai
waktu tertentu.
Mengingat tanggapan keseluruhan terhadap gangguan-gangguan dalam trafo dimana
beberapa diantara mereka sulit dideteksi oleh perangkat lainnya. Rele Buchholz dalam
hal ini sangat berguna baik sebagai perangkat pengaman utama atau sebagai
perangkat pengaman pelengkap dari sistim pengamanan secara keseluruhan.
Pengetesan yang dilakukan dengan melakukan busur tegangan tinggi ke tangki yang
berisi minyak menunjukkan waktu kerja rele Buchholz bisa berkisar pada waktu 0.05
detik sampai 0.1 detik.
Proteksi elektrik umumnya juga digunakan apakah untuk mengamankan gangguangangguan berat secara lebih cepat atau karena rele Buchholz justru harus diblok pada
waktu melakukan pemeliharaan. Konservator dipasang pada trafo berisolasi minyak
bertekanan diatas 1000 kVA kecuali pada trafo-trafo yang dirancang untuk keperluan
Amerika utara yang memang menggunakan teknik pengamanan yang berbeda.
3.16
96
Besaran Pengukuran
Fungsi Pemantauan
Tegangan
Kualitas Isolasi
Pengukuran Partial Discharge
Bushing
Arus Beban
Tekanan Minyak
Kualitas Isolasi
Temperatur Minyak
Kualitas Minyak
Kualitas Minyak
Posisi
Kesehatan OLTC
Kontak OLTC
Kesehatan OLTC
Tanki Trafo
TAP Changer
Pendingin / Cooler
Temperatur Sekeliling
Status Pompa-pompa
Level Minyak
Integritas Tanki
Konservator
Tabel 3.5 Beberapa Parameter Yang Diamati Pada Condioning Monitoring Trafo
Sistim Condition Monitoring Umum untuk jenis trafo jenis oil immersed mempunyai
kemampuan untuk memonitor berbagai parameter bahan seperti terlihat pada Table
1
3.5 diatas . Perlu diperhatikan bahwa kemungkinan sebagian dari data-data yang
diukur oleh sistim condition monitoring tersebut sudah terukur oleh alat-alat ukur
atau rele numeris lain.
Dengan menggunakan perangkat lunak S/W untuk menyimpan data-data dan dengan
melakukan analisa trending dari hasil data-data tersebut kita dapat memperoleh
informasi-informasi mengenai trafo yang diamati seperti parameter-parameter yang
memperlihatkan keadaan sehat, alarm yang timbul pada waktu melebihi harga setelan
dan data-data informasi lain yang sangat dibutuhkan untuk pengoperasian yang baik
bagi trafo tersebut.
3.17
PROTEKSI REAKTOR
Reaktor pada sistim tenaga listrik sering digunakan sebagai bagian dari pentanahan
netral yang dihubungkan antara titik netral trafo dengan tanah yang fungsi utamanya
adalah untuk mengurangi besar arus gangguan fasa ketanah. Sebuah reaktor dapat
juga dihubungkan secara paralel dengan sistim tenaga untuk mengkompensasi
97
pengaruh arus kapasitip yang besar pada kabel-kabel bawah tanah dan sistim
transmisi yang sangat panjang.
Fungsi lain sebuah reaktor dapat juga dihubungkan seri dengan saluran transmisi
untuk mengurangi besarnya arus hubung singkat sehingga dapat digunakan pemutus
beban dengan kapasitas memustuskan arus yang relatif lebih kecil. Kadang-kadang
juga digunakan sebagai filter harmonis-harmonis yang bisa mengganggu sistim
proteksi. Terdapat beberapa dua jenis reaktor yaitu reaktor kering berisolasi udara
dan reaktor beisolasi minyak. Reaktor-reaktor berisolasi udara pada umumnya
3
tersedia pada tegangan-tegangan yang relatif kecil hingga hanya 24.5 kV . Biasanya
terdiri dari reaktor satu fasa yang terbuka dalam udara baik untuk keperluan indoor
maupun out door.
Penempatanya harus pada tempat-tempat dimana gejala-gejala elektromagnetik tidak
begitu dipermasalahkan. Gangguan yang sering terjadi pada reaktor ini adalah
gangguan antar gulungan pada kumparan.
Sedang konstruksi reaktor berisolasi minyak bisa dalam bentuk satu fasa atau tiga fasa
dalam satu tangki seperti trafo biasa, ukurannya tergantung dari kapasitas dan rating
tegangan kerja reaktor tersebut. Reaktor jenis minyak ini dapat digunakan hingga
tegangan ekstra tinggi sebagai reaktor-reaktor seri atau shunt. Biasanya terhubung
bintang dengan titik netral dihubungkan dengan tanah secara langsung.
Jenis gangguan yang umum dijumpai pada reaktor-reaktor tegangan tinggi adalah
gangguan fasa atau fasa ketanah dan gangguan antar gulungan pada kumparan
reaktor tersebut. Umumnya reaktor shunt dihubungkan langsung dengan sistim tanpa
menggunakan pemutus tenaga atau melaui kumparan tersier trafo tiga kumparan.
Reaktor dapat juga dihubung langsung dengan busbar.
Pada reaktor-reaktor yang terhubg langsung tanpa melalui pemutus tenaga, maka bila
ada gangguan pada reaktor maka PMT lokal dan semua PMT remote yang bisa
menjadi sumber arus gangguan harus diputuskan.
Arus gangguan reaktor yang terhubung pada kumparan tersier trafo tiga kumparan
bisanya tidak terlalu besar karena sumber umumnya akan melihat gangguan dengan
impedansi tinggi. Hal lain yang perlu diperhatikan pada waktu reaktor harus
dikeluarkan dari sistim, maka pada waktu itu bisa terjadi osilasi transien yang bisa
menimbulkan tegangan tinggi dengan frekuensi 50 Hz.
Proteksi reaktor seri umumnya dapat dipandang sebagai bagian yang menjadi satu
kesatuan dengan proteksi saluran transmisi seperti pada proteksi saluran pada Bab 5
dan Bab 6 Buku Seri 1 terdahulu. Proteksi reaktor shunt pada dasarnya sama dengan
proteksi trafo biasa tergantung dari ukuran, tingkat penting dan fungsi reaktor
tersebut pada jaringan. Pada umumnya jenis proteksi yang paling banyak digunakan
adalah dengan rele proteksi diferensial 87 yang kadang dilengkapi dengan rele arus
lebih sebagai rele proteksi cadangan. Rele diferensial sebuah reaktor dapat dilihat
seperti pada Gambar 3.23 berikut.
Sistim proteksi tersebut biasanya dilengkapi dengan rele arus lebih instantaneous yang
diset lebih tinggi dari arus inrush dan rele-rele arus lebih dengan karakteristik invers
gangguan tanah yang diset dan dikordinasikan dengan proteksi lain. Kadang digunakan
98
juga rele impedansi yang melihat gangguan pada reaktor. Rele ini harus diset dibawah
impedansi rendah yang bisa terjadi pada waktu terjadinya inrush transien sehingga
pada waktu tersebut kerja rele dapat dicegah.
Gangguan-gangguan hubung singkat antar belitan sebagaimana pada generator dan
trafo-trafo dapat diproteksi dengan menggunakan restricted earth fault sebagaimana
pada proteksi kumaparan trafo biasa.
a
b
Reaktor Shunt
Tiga fasa
OP
R
R
Rele diferensial
impedansi tinggi
51N
3.18
PROTEKSI KAPASITOR
Kapasitor pada sistim tenaga listrik bisa terhung seri dengan saluran maupun
terhubung shunt tergantung dari fungsi kapasitor tersebut. Kapasitor yang terhubung
seri pada saluran transmisi tegangan tinggi yang panjang dapat mengurangi impedansi
antara sumber-sumber pembangkit besar.
Dengan demikian kemampuan penyaluran daya saluran transmisi tersebut bisa
meningkat pada tingkat stabilitas yang membaik. Proteksi kapasitor yang terhubung
seri dengan saluran transmisi akan dilakukan dengan menggunakan proteksi saluran
transmisi tersebut sebagaimana digunakan untuk memproteksi saluran transmisi
biasa. Yang perlu diperhatikan adalah karena pada prakteknya kapasitor seri
dilengkapi dengan perangkat-perangkat switching yang bisa melepas dan menghubung
kapasitor secara otomatis sesuai dengan kondisi jaringan, maka fasilitas setelan rele
proteksi juga harus bisa disesuaikan pada kondisi keluar masuk kapasitor tersebut.
Sementara itu fungsi kapasitor shunt adalah untuk memperbaiki faktor kerja jaringan
yang mempunyai beban induktif yang tinggi dan juga digunakan sebagai sumber daya
reaktif yang dibutuhkan oleh generator-generator dalam rangkaian-rangkaian
penguatan mereka.
99
2.
3.
Proteksi point 1 diatas biasanya dikenal sebagai bank protection sedang point 2 dan 3
berkaitan dengan proteksi sistim. Penerapan kapasitor-kapasitor dalam sistim tenaga
listrik terjadi hampir bersamaan waktu dimana rele-rele solid state dan rele-rele
3
numeris sudah mulai digunakan dalam industri . Mengingat setelan sensitifitas rele
yang dibutuhkan sangat tinggi maka dasar-dasar proteksi biasanya dilakukan dengan
mempertimbangkan masalah-masalah yang dijumpai pada pengalaman-pengalaman
yang terbaru terutama pada instalasi-instalasi kapasitor besar.
Adapun jenis-jenis proteksi yang umum dilakukan untuk kapasitor shunt ukuran besar
antara lain adalah;
100
1.
Proteksi arus lebih. Rele arus lebih gangguan fasa dan netral dihubungkan
dengan trafo-trafo arus yang terhubung dengan sisi tegangan tinggi kapasitor.
Rele ini dimaksudkan untuk memproteksi kapasitor dan sistim terhadap
kerusakan yang bisa terjadi akibat gangguan fasa ke fasa atau fasa ketanah
pada terminal kapasitor. Rele waktu arus lebih 51 harus diset pada harga kira3
kira 135%3 rating arus nominal kapasitor . Sedang rele arus lebih sesaat 50
harus diset lebih tinggi dari arus serbu transien maksimum yang diharapkan
bisa masuk maupun yang bisa keluar dari kapasitor. Rele arus lebih netral
harus diset serendah mungkin tanpa tergoda melakukan tripping terhadap
sistim gangguan-gangguan fasa termasuk gangguan transien.
2.
3.
101
4. PROTEKSI GENERATOR
4.1
PENDAHULUAN
Selama kurun waktu beberapa tahun terakhir ini pengelolaan dan pengendalian sistim
tenaga listrik sudah mengalami banyak perubahan-perubahan. Kalau dahulu suatu
perusahaan listrik pada umumnya adalah perusahaan monopoli yang terdiri dari mulai
pembangkit hingga ke jaringan distribusi sampai pelanggan. Akhir-akhir ini muncul
pemain-pemain baru dalam sistim pembangkit non utiliti (Independent power
producer-IPP) yang perlu dihubungkan dengan sistim-sistim tenaga listrik yang sudah
ada. Masuknya pendatang-pendatang baru membutuhkan pola-pola pengoperasian
sistim yang baru serta berbagai persyaratan yang diperlukan agar pembangkit non
utiliti tersebut dapat terhubung dengan sistim. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan
antara lain posisi lokasi pembangkit disekitar jaringan, perubahan kepemilikan
pembangkit seperti IPP dan adanya berbagai fasilitas pengelolaan baru yang
diperlukan pada pembangkit-pembangkit tersebut. Meskipun demikian perubahanperubahan tersebut tidak boleh berpengaruh terhadap konsep-konsep sistim proteksi
pembangkit. Namun pengaruh deregulasi sistim perlistrikan sudah terasa secara
signifikan terhadap masuknya berbagai ukuran-ukuran generator yang akan
tersambung dan bekerja secara paralel dengan sistim tenaga yang sudah ada. Kalau
dahulu ukuran pembangkit-pembangkit relatif besar maka pada era deregulasi
sekarang ini sudah banyak pembangkit-pembangkit kecil-kecil yang masuk dan di
integrasikan dengan sistim.
Generator-generator tersebut akan terinterkoneksi dan bekerja secara paralel dengan
sistim-sistim besar yang sudah ada sebelumnya. Mengingat unit-unit kecil lebih peka
terhadap perubahan beban maupun gangguan-gangguan maka sistim proteksi unitunit kecil yang terintegrasi dengan sistim yang besar agak berbeda dengan sistim
proteksi unit-unit yang relatif lebih besar. Generator-generator yang lokasinya
tersebar disekitar jaringan sistim tenaga listrik dan yang akan terintegrasi dengan
sistim yang sudah ada perlu dilengkapi dengan rele proteksi tambahan. Pembahasan
sistim proteksi yang akan dibahas pada buku ini mencakup proteksi umum sistimsistim pembangkit besar, sambil disana sini disisipkan diskusi tentang proteksi
tambahan yang mungkin diperlukan sebagai salah satu persyaratan yang perlu
dipenuhi oleh unit-unit pembangkit lain agar dapat di-interkoneksikan kedalam
jaringan perusahaan listrik yang mau membeli daya dari pihak-pihak luar yang
mempunyai pembangkit-pembangkit tersebut. Bahan-bahan tinjauan dalam
kesempatan diskusi ini sebagian besar diambil dari contoh-contoh yang terdapat pada
buku Protective Relaying Principle and Aplication karangan J. Lewis Black Burn dan
Thomas J. Domin seperti terdapat pada buku referensi.
4.1.1
Pembangkit-Pembangkit Besar
Mesin pembangkit listrik adalah elemen sangat penting dan vital pada suatu sistim
tenaga. Namun mesin-mesin pembangkit juga merupakan elemen sistim yang dapat
mengalami gangguan-gangguan yang relatif sering mengingat berbagai kompleksitas
102
sistim pembangkit. Sistim proteksi mesin pembangkit harus dirancang dengan sangat
hati-hati sebab kegagalan rele proteksi dapat mengakibatkan kerugian yang sangat
fatal pada sistim tenaga listrik. Hal ini misalnya, bila satu unit mesin pembangkit
dengan ukuran besar harus dilepas maka akan mengakibatkan mesin-mesin yang
sehat bisa berbeban lebih yang justru bisa mengarah ke pemadaman total yang sangat
tidak diharapkan. Pada umumnya pembangkit-pembangkit yang termasuk dalam
katagori besar adalah pembangkit-pembangkit berukuran mulai dari 20 MVA keatas.
Tetapi dalam prakateknya, ukuran pembangkit-pembangkit yang dikatagorikan besar
berada pada harga diantara 100 hingga 1200 MVA. Pembangkit-pembangkit besar ini
bisa terdiri dari satu atau beberapa unit mesin pembangkit yang berlokasi pada daerah
atau satu stasion pembangkit tertentu. Pemilihan letak geografis lokasi pembangkitpembangkit tentunya didasarkan pada berbagai pertimbangan seperti letak pusat
beban, jenis energi primer yang digunakan, lokasi dan kemudahan pasokan sumber
daya primer seperti minyak, batu bara, gas, uranium dan lain sebagainya termasuk
tersedianya air pendinginan dan faktor-faktor lingkungan. Pembangkit-pembangkit
besar pada umumnya terdiri dari pusat pembangkit tenaga uap dengan berbagai
bahan bakar diatas. Sistim pembangkit tenaga air yang besar pada umumnya jauh dari
perkotaan dan letaknya biasanya berada di pegunungan-pegunungan. Pembangkit
tenaga air biasanya mempunyai turbin dengan sumbu vertikal sedang turbin-turbin
tenaga uap biasanya sumbu horisontal.
Sistim pembangkit-pembangkit tenaga listrik terhubung dengan sistim tenaga listrik
melalui gardu induk tegangan tinggi yang terletak pada lokasi yang sama dengan
pembangkit tersebut. Gardu ini berfungsi untuk menaikkan tegangan keluaran
generator menjadi tegangan yang lebih tinggi sesuai dengan tegangan transmisi yang
ada. Tetapi pada beberapa negara tertentu ada juga pembangkit-pembangkit yang
relatif kecil yang disambungkan langsung dengan jaringan distribusi secara langsung
yang kadang-kadang terhubung dengan hubungan T yang merupakan cara baru yang
praktis sehubungan dengan diberlakukannya persaingan bebas dalam perdagangan
listrik.
4.1.2
Pembangkit-Pembangkit Kecil Tersebar
Mesin-mesin pembangkit kecil tersebar bisa terdiri dari mesin-mesin sinkron dan
mesin-mesin induksi. Generator induksi sama seperti motor induksi yang dijalankan
oleh mesin penggerak diatas kecepatan sinkron. Generator induksi memerlukan
kumparan penguat yang umumnya dicatu dari sistim tenaga dimana generator
tersebut terhubung. Pada kondisi tersebut, bila terjadi kehilangan daya listrik pada
jaringan tersebut maka penguatan generator lama-lama akan melorot turun yang
pada akhirnya akan ikut padam juga. Bila pembangkit ini dirancang bisa terus bekerja
maka sumber daya penguatannya perlu dialihkan ke sumber daya lain yang
independen. Untuk mempertahankan generator-generator dapat terus bekerja
dengan penguatan sendiri maka beban-beban yang terisolasi dengan generator
induksi harus diturunkan ke level yang sesuai.
Terdapat berbagai jenis generator-generator tersebar yang ditentukan sesuai dengan
cara bagaimana mereka terhubung pada sistim tenaga listrik. Generator-generator
103
yang berlokasi di daerah industri dapat terhubung pada sistim kelistrikan yang berada
jauh dari gardu distribusi yang akan menyalurkan daya listrik ke kompleks industri.
Sementara itu pembangkit-pembangkit yang terpasang di industri bisa bertindak
sebagai co-generation atau sebagai pembangkit cadangan bila sewaktu-waktu
diperlukan. Co-generation bisa bekerja dari bahan-bahan bakar yang dihasilkan dari
sampah-sampah proses industri. Sedang sebagai pembangkit cadangan dimaksudkan
untuk menaikkan keandalan khususnya dalam keadaan kritis atau pada waktu
terjadinya kekurangan daya seperti pada waktu beban puncak. Dengan kontrak
perjanjian tertentu akhir-akhir ini, sudah banyak generator-generator milik industri
(misal PT Karakatau Steel atau PT Inalum) yang dahulu membangkitkan listrik hanya
buat kebutuhan internal mereka. Sebagai generator cadangan, akhir-akhir ini
kelebihan daya cadangan pembangkit listrik mereka sudah bisa dijual ke perusahaan
listrik seperti PLN.
Diberbagai negara lain jenis-jenis pembangkit tersebar yang non utiliti bisa terdiri dari
berbagai sumber seperti tenaga angin, tenaga matahari, solar, mikro hidro, biomas,
panas bumi, sampah perkotaan dan berbagai bahan bakar konvensional lainnya.
Ukuran-ukuran pembangkit-pembangkit ini bisa bervariasi mulai dari ukuran yang
sangat kecil hanya beberapa kVA hingga ke ukuran relatif besar sampai 100 MVA.
Generator-generator berukuran besar biasanya terhubung ke sub-jaringan sistim.
Generator-generator yang terhubung langsung ke jaringan distribusi biasanya adalah
unit-unit berukuran dari 10 hingga 15 MVA. Di Indonesia interkoneksi antara
generator-generator tersebar yang umumnya dimiliki swasta dengan jaringan PLN
masih relatif jarang dan belum ada standar-standar khusus yang mengatur bagaimana
mereka bisa dihubungkan ke sistim PLN misalnya pada waktu mereka ingin menjual
kelebihan pembangkit listrik mereka ke pihak pengelola jaringan listrik. Sejauh ini
pembangkit IPP yang terhubung dengan jaringan PLN adalah mesin-mesin pembangkit
besar seperti pembangkit yang dimiliki Java Power dan Tanjung Jati yang
kepemilikannya adalah swasta. Potensi pembangkit-pembangkit kecil miliki swasta
yang tersedia dan tersebar diberbagai daerah belum mendapatkan perhatian yang
memadai dalam pertimbangan pengadaan energi nasional secara terpadu.
4.1.3
Jenis-Jenis Gangguan
Pada dasarnya pusat-pusat pembangkit besar maupun pembangkit-pembangkit
tersebar yang relatif kecil mempunyai jenis gangguan-gangguan yang sama. Namun
pembangkit-pembangkit kecil yang umumnya tersebar memerlukan sistim proteksi
yang tidak begitu kompleks dan canggih seperti pada pembangkit-pembangkit besar.
Lagi pula biaya operasinya juga lebih kecil ketimbang biaya-biaya pengoperasian unitunit pembangkit besar lainnya. Beberapa jenis gangguan dan masalah-masalah yang
3
terdapat pada generator-generator antara lain bisa disebutkan sebagai berikut ini :
1.
Gangguan internal
- Gangguan fasa atau gangguan tanah pada kumparan stator dan
komponen jaringan lain terkait.
-
104
2.
105
sebaliknya jenis proteksi ini juga berfungsi memproteksi generator dari gangguangangguan yang mungkin terjadi pada jaringan sistim tenaga listrik.
Sarana-sarana yang tersedia pada TI umumnya terdiri dari rele proteksi yang pada
dasarnya dirancang agar sistim tidak terpecah-pecah menjadi beroperasi sendirisendiri (islanding). Untuk itu perlu ada kepastian bahwa 1). Generator tidak akan
menimbulkan masalah tegangan dan frekuensi listrik berada diluar batas-batas yang
di-ijinkan. 2). Generator pasti trip terhadap gangguan yang terjadi pada saluran
interkoneksi dan yang ke 3). Adalah bahwa gangguan pada sistim generator harus
ditanggulangi (cleared) oleh PMT titik interkoneksi secara selektif dan tidak akan
ditanggulangi oleh PMT sistim tenaga listrik dimana generator tersebut terhubung.
Proteksi antar-tie biasanya diterapkan pada lokasi TI, tetapi pada keadaan tertentu
bisa juga ditempatkan dilokasi manapun pada daerah atau fasilitas pemilik generator.
Pada kedua kondisi lokasi tersebut, setelan-setelan proteksi titik interkoneksi TI yang
dilakukan memerlukan persetujuan dari utiliti (PLN) terkait dan kemungkinan juga
oleh pihak-pihak lainnya yang memerlukannya. Pemilik sistim jaringan tenaga listrik
juga biasanya membutuhkan laporan atau dokumentasi hasil-hasil pengetesan sebagai
data-data yang diperlukan untuk memastikan bahwa proteksi antar-tie sudah
dilakukan dengan benar sesuai dengan kriteria keandalan dan keamaan yang
disepakati bersama.
4.2
Gen
Ke sistem
Gen
Pemakaian
sendiri
106
Gen
52
Ke sistem
#50/51
R
46
51G
24
51
v
*27/59
32
*
*81/U, 81/o
40
107
Bus
Trafo
Gen
Ke sistem
Pemakaian
sendiri
87
%
Trafo
Bus
46
Gen
52
21 or 51v
40
40
Injeksi
subharmonis
Trafo
Pentanahan
78
27
59
Opsi Lokasi
Trafo arus CT
Opsi 59D pelayanan
atau 59
59G
50/51
81
Tahanan Pentanahan
atau pengganti
pentanahan resonansi
87 TG
Trafo pemakaian
sendiri (AT)
87 Proteksi
Trafo auxiliari
4.16 kV
Bus pelayanan
4.3
Pada prakteknya gangguan fasa kumparan stator jarang terjadi, namun kalau terjadi
kegagalan isolasi penghantar yang misalnya mengakibatkan hubung singkat antara
108
fasa atau fasa dengan inti besi, akibatnya bisa menimbulkan arus gangguan yang
sangat besar. Kegagalan isolasi bisa terjadi akibat tegangan lebih yang mungkin terjadi
pada stator generatoratau karena terjadinya panas berlebihan pada stator termasuk
karena kerusakan sistim pendingin maupun karena kerusakan mekanis. Sebagaimana
telah diuraikan pada bab-bab tentang proteksi trafo, proteksi paling baik yang saat ini
ada adalah proteksi diferensial (87).
Sama seperti proteksi trafo-trafo untuk proteksi gangguan pada kumparan generator
kebanyakan adalah dengan menggunakan proteksi diferensial kecuali proteksi
generator-generator kecil dibawah 1 MVA yang hanya diproteksi dengan rele arus
lebih saja. Namun tentu saja penerapan rele proteksi untuk generator-generator
tergantung pada sistim pentanahan yang digunakan.
Prinsip kerja rele diferensial sudah dibahas pada pembahasan proteksi trafo terdahulu.
Untuk membatasi besar arus gangguan ketanah umumnya dilakukan dengan sistim
pentanahan yang nilai pentanahannya diatur sedemikian rupa sehingga arus gangguan
dibatasi pada arus tertentu tergantung ukuran generator. Namun tahanan pentanahan
juga tidak boleh terlalu tinggi sebab dapat resonansi yang terjadi antara kumparan
dengan kapasitansi belitan yang bisa menimbulkan terjadinya tegangan tinggi pada
kumparan stator. Untuk lebih jelasnya hal ini akan dibahas pada Bab 12.7 yaitu
tentang berbagai sistim pentanahanan generator dan proteksi gangguan-gangguan
fasa ketanah.
4.3.1
Rele Diferensial Pada Generator-Generator Kecil
Skema rele diferensial untuk generator-generator kecil dapat dilihat seperti pada
Gambar 4.5 dibawah. Trafo arus yang digunakan hanya satu buah yaitu trafo arus yang
bekerja sesuai dengan penjumlahan fluks.
Generator
a
b
c
Ditanahkan sesuai
dengan kebutuhan
*50 berfungsi sebagai 87G
109
RC
Ia
Ib
Ic
Ia
Ib
Ic
OP
R
OP
R
OP
R
Ia
Ib
Ic
110
IA - IB = Ia
RC
IB
IC
IB - IC = Ib
IC - IA = Ic
IA - IB
IB - IC
IC - IA
RC
IA
OP
R
OP
OP
Ia = IA - IB
Ib = IB - IC
Ic = IC - IA
111
Generator
RC
2
Ia
0.5 Ia
Ib
RC
Ia
0.5 Ib
RC
a
Ib
0.5 Ic
Ic
Ic
Ia
Ib
Ic
Ia
Ib
Ic
OP
R
OP
R
OP
R
OP
R
OP
R
OP
R
Ia
Ib
Ic
Ia
Ib
Ic
Gambar 4.7: Wiring Rele Proteksi Diferensial (87) Untuk Generator Dengan
Kumparan Terpisah
Generator-generator compound yang terdiri dari dua unit biasanya terhubung dengan
satu trafo daya. Untuk konfigurasi generator ini digunakan diferensial rele terpisah
dengan masing-masing seperti terlihat pada Gambar 4.6.a. Generator-generator
112
dengan kumparan terpisah dimana terdapat trafo arus pada setengah kumparan
seperti terlihat pada Gambar 4.7 dapat diproteksi dengan dua rele diferensial terpisah.
Dengan membandingkan harga setengah kumparan terhadap harga totalnya seperti
terlihat pada gambar maka hasilnya dapat digunakan untuk memproteksi generator
terhadap hubung singkat antar kumparan atau adanya kumparan yang putus.
Hal ini sulit atau tidak mungkin diterapkan pada rele konvensional dimana gangguan
yang terjadi bisa berkembang ke fasa-fasa lain atau ke tanah. Bila trafo arus dengan
rasio 2:1 tidak tersedia maka penggunaan trafo arus auxiliary dapat dilakukan.
4.3.3
Rele Diferensial Impedansi Tinggi Jenis Tegangan
Skema proteski rele diferensial impedansi tinggi jenis tegangan dapat diterapkan
sebagai alternatif lain terhadap rele diferensial jenis arus yang sudah dibicarakan
sebelumnya. Rele diferensial jenis tegangan dihubungkan antara fasa dengan netral
dari trafo-trafo arus yang diparalel. Pada gangguan eksternal, tegangan pada terminal
rele akan rendah karena adanya arus sirkulasi yang mengalir antara dua trafo arus
(lihat Gambar 4.6). Sebaliknya pada gangguan internal, arus gangguan harus lewat
melalui cabang penguat dan impedansi tinggi rele masing-masing trafo arus, sehingga
untuk setiap gangguan trafo arus mengalami kejenuhan yang akan membangkitkan
tegangan tinggi untuk mengerjakan rele.
Skema proteksi ini banyak digunakan pada sistim proteksi bus-bar. Disini persyaratan
teknis trafo arus tidak terlalu kritis. Tetapi sebaiknya karakteristik mereka harus
identik, mempunyai nilai reaktansi bocor kecil yang dapat diabaikan dan kumparan
sekunder terdistribusi penuh.
4.3.4
Rele Arus Diferensial Generator Yang Terhubung Dengan Jaringan
Suatu generator 20 MVA, 13.8 kV terhubung pada jaringan sistim tenaga bertegangan
115 kV melaui trafo seperti terlihat pada Gambar 4.8. Untuk mengamankan generator
dipasang rele diferensial 87 yang terhubung ke netral dan PMT. Pada daya dasar 20
MVA, reaktansi ekivalen adalah 20/100 X 0.2 = 0.04 p.u. Bila gangguan internal 3 fasa
terjadi di titik F, maka reaktansi total terhadap gangguan adalah,
...........4.1
.......4.2
.......4.3
Dipilih trafo arus dengan rasio 1000/5, arus sekunder
.
Dengan rasio trafo arus tersebut, maka arus gangguan tiga fasa yang mengalir pada
kumparan kerja rele diferensial 87 adalah
.
Pada prakteknya untuk mendapat kerja yang tepat dan cepat diperlukan banyak taptap setelan pickup dengan step 0.4 A.
113
Generator
Sistim Ekivalen
X1 = X2 = 0.2 pu
on 100 MVA
20 MVA
13.8 kV
Xd = 0.32
20 MVA
13.8 / 115 kV
XT = 10%
Gambar 4.8: Contoh Generator Yang Tidak Ditanahkan Tersambung Ke Sistim Tenaga
Melalui Trafo wai-delta dengan netral terhubung ketanah melalui Tahanan untuk
membatasi arus gangguan tanah pada level 400 A pada tegangan 18.8 kV
Besar arus tiga fasa bila gangguan tiga fasa terjadi pada terminal sebelum generator di
sinkronkan ke jaringan adalah,
pada sisi tegangan 13.8 kV atau 13.1 A mengalir pada rele diferensial 4.4
Perlu dicatat kembali bahwa untuk mendapatkan kinerja yang baik kita perlu tap-tap
pick up yang banyak sehingga setelan rele dapat dilakukan secara tepat dan dapat
bekerja dengan cepat sesuai harga arus gangguan realnya. Netral trafo terhubung
dengan tanah melalui tahanan sebesar 19 Ohm.
Tahanan ini dimaksudkan untuk membatasi besar arus gangguan fasa ketanah pada
level sekitar 400 A. Pada keadaan gangguan tanah internal di titik F, arus gangguan
tanah yang mengalir pada kumparan rele adalah,
...........4.5
Dengan menyetel rele 87 bekerja pada setelan 0.4 A, maka arus gangguan tanah
langsung adalah 5 kali setelan arus pickup. Dengan demikian rele tersebut dapat
berfungsi sebagai rele gangguan tanah. Namun demikian dalam prakteknya rele 87 ini
perlu ditambah dengan rele arus lebih 50/51N yang dihubungkan pada kawat netral
pentanahan.
4.3.5
Rele Gangguan Fasa Generator Kecil Tanpa Rele Diferensial
Bila unit-unit generator berukuran kecil akan dihubungkan dengan sistim tenaga yang
besar, maka proteksi arus gangguan fasa dapat dilakukan dengan menggunakan rele
arus lebih instantaneous 50 atau rele dengan kelambatan waktu 51.
Rele-rele ini bisa disambungkan pada kawat fasa-fasa sehingga dapat bekerja terhadap
arus gangguan yang akan dipasok dari sistim yang besar tersebut. Karena rele arus
lebih tersebut tidak merupakan rele direksional maka rele tersebut harus
dikordinasikan dengan rele hulu yang terpasang disisi generator untuk mengamankan
114
arus gangguan yang dipasok dari generator kecil tersebut. Untuk sumber-sumber daya
generator tertentu arus gangguan ini boleh jadi tidak ada sebab mereka berlangsung
hanya dalam waktu singkat sebagaimana pada generator induksi yang akan
dibicarakan pada uraian-uraian lebih lanjut nanti termasuk pada generator-generator
sinkron dimana harga arus gangguan adalah relatif kecil.
Lagi pula arus gangguan generator-generator sinkron akan berkurang seturut dengan
waktu mulai dari sub-transien ke transien hingga pada akhirnya balik ke arus sinkron
seperti terlihat pada uraian-uraian pada buku-buku analisa gangguan-gangguan.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, generator induksi membutuhkan sumber
catu daya eksitasi eksternal. Disini bila terjadi gangguan yang di-ikuti dengan turunnya
tegangan, kontribusi arus dari generator induksi biasanya kecil sebagaimana kontribusi
motor induksi.
Bila generator-generator ini beroperasi terpisah (islanding) bersama-sama dengan
generator induksi dan mesin sinkron lainnya, maka sumber eksitasi bisa dicatu dari
generator-generator lain sehingga mesin tersebut tetap bertahan memasok arus ke
titik gangguan.
Rele-rele gangguan tanah digunakan juga pada generator-generator yang netralnya
terhubung dengan tanah. Sedangkan pada generator-generator kecil yang tidak
ditanahkan penggunaan rele gangguan tanah tidak akan berfungsi apalagi sistim
tersebut tidak terhubung dengan sistim-sistim yang besar.
4.3.6
Rele Diferensial Arus Pada Unit Generator-Transformer
Perhatikan satu unit generator-transformer yang terhubung dengan jaringan 345 kV
seperti terlihat pada Gambar 4.9 dibawah.
Pada gangguan tiga fasa pada sisi tegangan 18 kV pada titik F1, jaringan impedansi
urutan positip dan reaktansi total dapat dihitung sebagai berikut.
...................4.6
Trafo
F1
Sistim
345 kV
Gen
160 MVA
18 kV
Xd = X2 = .21 pu
F2
Trafo
pemakaian
sendiri (TPS)
15 MVA
18 : 2.4 kV
8%
160 MVA
18 : 345 kV
15 %
X1 = X2 = 3%
X0 = 6 %
Pada daya 100 MVA
2.4 kV
(a)
Bus pemakaian
sendiri
115
N1
V = 1.0 pu
+
Xd
.21 X 100 = .131 pu
160
XS
F1
I1G
.03 pu
XT
.15 X 100 = .094 pu
160
I1F
(b)
I1S
Harga reaktansi
dihitung pada daya
dasar 100 MVA
.515 .485
.131 X .124
X1F = X2F =
= .064 pu
.255
116
Arus tersebut adalah arus total yang keluar dari generator bila gangguan terjadi
sebelum generator disinkronkan dengan jaringan sistim tenaga listrik 345 kV. Cara lain
untuk menghitung arus gangguan yang terasa pada kumparan sekunder trafo arus
dapat juga dilakukan sebagai berikut,
pada sisi tegangan 18 kV atau pada sisi sekunder adalah,
......................4.13
4.4
Kita akan tinjau lebih jauh tentang rele proteksi diferensial 87TG seperti sudah kita
lihat pada Gambar 4.4. Mengingat antara generator dan trafo tidak terdapat PMT,
maka rele diferensial harus dihubungkan sedemikian rupa sehingga rele dapat bekerja
baik pada gangguan yang terjadi pada generator maupun yang terjadi pada trafo. Rele
ini dengan demikian akan menjadi pengaman tambahan terhadap generator dimana
untuk gangguan fasa generator 87 dan 87TG akan bekerja secara paralel. Pada unit
generator yang besar, rele diferensial tambahan kadang-kadang di wiring panel-panel
transformator. Dengan demikian terdapat dua sistim rele utama yang digunakan untuk
memproteksi generator dan transformer seperti terlihat pada gambar. Pada gambar
hanya satu rele 87TG yang diperlihatkan. Diagram hubungan rele diferensial untuk
trafo bisa dilihat pada Bab 4.
Pada Gambar 4.4, sisi atas trafo arus CT pada unit trafo servis harus dimasukkan
kedalam rele diferensial 87TG, sehingga gangguan pada unit trafo servis dan sisi 4.16
kV akan merupakan gangguan eksternal. Alternatifnya sisi bawah trafo arus pada trafo
servis dapat digunakan sehingga trafo servis tersebut akan menjadi bagian dari daerah
proteksi 87TG. Alternatif yang sama tersedia pada lokasi dimana ditambahkan rele
87AT untuk mengamankan trafo auxiliary. Penting dicatat bahwa pengikut sertaan
trafo pemakaian sendiri TPS ini baik pada daerah proteksi 87TG maupun 87T biasanya
tidak menghasilkan proteksi yang baik atau cukup terhadap pengaman trafo.
Hal ini bisa didemonstrasikan dengan mempertimbangkan gangguan tiga fasa
langsung pada sisi tegangan 4.16 kV atau pada titik F2 pada Gambar 4.9. Untuk
gangguan ini reaktansi urutan positip total sistim dan transformer adalah,
............4.14
Pada tegangan 18
kV.......4.15
Rasio trafo arus ekivalen rangkaian diferensial secara keseluruhan pada dasarnya akan
dekat dengan 1100/1, sehingga dengan rasio trafo arus begini, arus gangguan rangkian
sekunder pada F2 akan menjadi 5372.7/1100 = 4.88 A . Sensitifitas rele diferensial
trafo agak berkurang mengingat mereka dipasangkan terhadap trafo arus dengan rasio
117
4.5
Proteksi cadangan generator dapat dilakukan dengan rele arus lebih yang dilengkapi
dengan perangkat pemantau tegangan atau sering dinamakan voltage-restraint timeover current relay (51V) dan atau dengan rele jarak (21). Kedua jenis proteksi ini
banyak digunakan sebagai proteksi cadangan generator. Secara umum rele (51V)
banyak digunakan sebagai proteksi cadangan bagi generator-generator ukuran kecil
hingga ukuran menengah sedang rele jarak (21) biasanya digunakan sebagai proteksi
cadangan untuk generator-generator ukuran besar.
4.5.1
Rele Cadangan
Rele proteksi (51V) dihubungkan pada terminal trafo arus seperti terlihat pada
Gambar 4.2 atau pada ujung netral generator seperti terlihat pada Gambar 4.4
terdahulu. Rele ini diberi tegangan dari trafo tegangan yang fungsinya untuk
mencegah kerja rele sebagai rele arus lebih sampai tegangan terminal generator
sudah turun ke tingkat tertentu. Perlu dicatat bahwa meskipun rele ini bekerja dengan
besaran arus gangguan dan tegangan namun rele ini tidak merupakan rele arah.
Titik kerja generator normalnya bekerja dekat dengan titik lutut kurva saturasi
tegangan trafo arus. Pada waktu gangguan besarnya reaktansi sinkron dalam keadaan
jenuh Xd(sat) adalah lebih kecil dari reaktansi dalam keadaan tidak jenuh X d(unsat)
sehingga tegangan generator pada waktu gangguan akan turun. Jadi dapat dimengerti
bahwa selama regulator tegangan tidak naik maka arus gangguan tiga fasa yang
bertahan pada tegangan yang lebih kecil adalah lebih kecil dari arus beban maksimum.
118
Perangkat pengatur tegangan berfungsi untuk mencegah elemen arus lebih bekerja
sampai arus gangguan menurunkan tegangan generator ke harga tertentu yaitu
sampai kira-kira 80% dari harga normalnya. Jadi disini perangkat ini merupakan
restraining tegangan yang akan merubah setelan pickup rele turun mengikuti
pengurangan tegangan generator. Kombinasi ini memungkinkan rele dapat bekerja
pada kondisi tegangan rendah meskipun arus kurang dari arus beban maksimum.
Inilah prinsip yang digunakan untuk mendeteksi arus gangguan tiga fasa yang bertahan
hingga tegangan sudah turun ke harga 80% dari tegangan nominalnya.
Rele (51V) yang dilengkapi dengan pengatur waktu pickup (ajustable) misalnya 50%
dari rating arus biasanya lebih mudah dikordinasikan dengan rele lainnya dan setelan
juga lebih mudah. Sebaliknya rele jenis voltage restraint ini lebih kebal terhadap
pengaruh arus start motor-motor dan pengaruh ayunan daya yang dapat
menimbulkan tripping yang tidak dikehendaki. Tetapi ada juga kekurangannya
terutama pada kondisi dimana tegangan turun hanya dalam waktu singkat sehingga
kemungkinan fungsi rele arus lebih menjadi tidak berfungsi. Umumnya sebagai rele
proteksi terhadap gangguan tiga fasa maka unit atau elemen arus lebih rele (51V)
dihubungkan ke salah satu fasa dan tegangan antar fasa. Sementara itu disisi lain
terdapat juga rele arus urutan negatif untuk mengamankan generator terhadap arus
ketidak seimbangan (unbalance). Jadi kembali lagi bahwa waktu kerja pick-up rele
(51V) ini dalam prakteknya harus dikordinasikan dengan rele-rele lainnya termasuk
rele urutan negatif ini.
4.5.2
Rele Jarak Sebagai Cadangan
Pada generator-generator besar sistim proteksi cadangan khususnya pada unit-unit
generator dilaksanakan dengan menggunakan rele jarak (21). Bila rele jarak ini
terhubung seperti pada Gambar 4.4 maka rele ini akan berfungsi sebagai rele
cadangan untuk mengamankan baik generator maupun sistimnya. Kalau rele jarak tiga
fasa yang digunakan maka pergeseran sudut fasa karena trafo tidak akan
mempengaruhi jarak capaian (impedansi) sebagaimana halnya rele jarak satu fasa.
Tegangan yang dicatukan ke rele jarak diambil dari trafo tegangan yang terpasang
pada terminal generator.
Sebagaimana sudah dijelaskan pada pembahasan rele jarak, lokasi trafo arus
menentukan arah, sementara jarak ditentukan oleh lokasi trafo tegangan. Oleh karena
itu bila trafo arus yang digunakan pada kawat generator maka proteksi cadangan
dengan rele jarak ini hanya bisa untuk mengamankan generator atau sistim saja
tergantung dari bagaimana trafo arus tersebut terhubung. Boleh dikatakan bahwa rele
tidak akan berfungsi sebagai cadangan untuk ke dua unit sekaligus. Bila misalnya rele
di set untuk melihat ke arah sistim, maka pewaktu (fixed timer) tetap akan
menyediakan waktu tunda yang diperlukan untuk dikordinasikan dengan waktu-waktu
kerja rele-rele lainnya yang diset dengan capaian lebih. Sebaliknya bila rele di set
melihat kearah generator maka timer atau divais pewaktu tersebut tidak diperlukan.
Cara koneksi trafo arus lain adalah dengan menghubungkan rele jarak ke trafo arus CT
dan trafo tegangan VT sistim busbar generator dan diset sedemikian melihat
generator melalui trafo, tetapi tidak terhubung dengan sistim.
119
4.6
Arus urutan negatif yang mengalir dalam generator karena ketidak seimbangan beban
maupun gangguan yang tidak seimbang dapat mengalir melalui celah udara antara
rotor dan stator yang pada akhirnya terakumulasi pada permukaan rotor atau
rangkaian penguat sebagai arus dengan frekuensi ganda. Arus ini cenderung mengalir
pada permukaan rotor, bagian-bagian yang tidak maknetis dan pada daerah-daerah
lain yang ber-impedansi lebih rendah.
Dalam keadaan tertentu arus urutan negatif ini dapat menyebabkan pemanasan
bagian-bagian rotor dan bahkan bisa juga menyebabkan bagian-bagian rotor ada yang
meleleh ke celah udara sehingga akan menambah masalah yang bisa menimbulkan
kerusakan serius pada generator. Dalam prakteknya sistim tenaga listrik sering tidak
murni simetris dan beban-beban fasa-fasa juga sering tidak seimbang. Ini berarti
dalam keadaan operasi normal ,arus urutan negatif yang meskipun kecil selalu ada
5
yang mengalir pada sistim. Di Amerika dan negara-negara yang menggunakan standar
ANSI besar arus urutan negatif yang dibolehkan mengalir pada generator dalam
operasi normal adalah 5 hingga 10%. Batas-batas waktu pendek dimana arus ini
dibolehkan dinyatakan dengan
dimana adalah jumlah integral arus urutan
negatif yang mengalir selama waktu t detik dan K adalah konstanta mesin yang
ditentukan sesuai dengan disain mesin tersebut. Besar K untuk mesin-mesin sinkron
kondensor dan mesin-mesin yang lebih tua adalah antara 30 hingga 40, tetapi untuk
generator-generator ukuran sangat besar harga K adalah sekitar 5 sampai 10.
Unit-unit yang dikenai panas K hingga batas-batas tertentu sampai 200% boleh jadi
bisa mengalami kerusakan, sehingga dianjurkan waktu pemeliharaannya perlu
dilakukan lebih dini dan lebih sering. Unit-unit yang mengalami panas K lebih dari
200% boleh dibilang pasti menimbulkan kerusakan sehingga akan memerlukan
pemeliharaan besar.Unit-unit rele arus lebih dengan waktu invers yang bekerja pada
arus urutan negatif dengan karakteristik waktu yang dapat diatur hingga mencapai
panas
dapat digunakan untuk semua jenis generator. Hubungan rele arus
urutan negatif (46) ini dapat dilihat seperti pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.4
terdahulu. Mereka biasanya di set untuk bekerja persis sebelum panas
dicapai.
Pada level arus urutan negatif yang lebih kecil tersedia unit rele auxiliary yang dapat
bekerja pada arus 0.03 sampai 0.2 pu untuk memberi alarm peringatan tentang
kondisi unbalance yang terjadi secara terus menerus.
Proteksi ini adalah sebagai cadangan utama untuk gangguan sistim yang tidak
seimbang seperti gangguan satu fasa ketanah yang tidak sepenuhnya terproteksi,
tetapi dia juga sebagai proteksi unit generator dan perangkat-perangkat terkait
lainnya.
4.7
Gangguan-gangguan yang sering terjadi pada generator umumnya adalah gangguangangguan yang diakibatkan oleh kegagalan isolasi kumparan-kumparan. Kegagalan
isolasi bisa diawali dari mulai terjadinya gangguan antar gulungan yang secara
perlahan bisa berkembang menjadi gangguan tanah atau bahkan bisa juga diawali dari
120
gangguan tanah pada salah satu fasa yang menyebabkan tegangan kumparan yang
sehat bisa naik sampai
tegangan normal fasa ke netral.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, meskipun gangguan stator mungkin agak
jarang namun mengingat resiko yang sangat besar maka aplikasi proteksi kumparan
stator terhadap gangguan ketanah adalah hal yang sangat diperlukan.
Pentanahan generator umumnya terdiri atas tiga jenis sebagai berikut;
1.
c.
2.
3.
Perlu diperhatikan bahwa pada waktu CB atau DS bekerja misalnya pada waktu
manipulasi jaringan sistim pentanahan generator seperti pada point 2 diatas bisa
berubah menjadi seperti pada point 3.
Jenis pentanahan 1.a digunakan secara luas untuk unit-unit generator berskala
menengah dan kecil-kecil sedang jenis pentanahan 1.b banyak digunakan untuk unitunit besar dan unit-unit yang terpasang pada daerah-daerah industri kritis. Produsenprodusen daya non utiliti tersebar boleh menggunakan semua jenis pantanahan
tergantung kebutuhannya. Sumber-sumber daya kecil sering menggunakan jenis
pentanahan 1.a, pentanhan 2 atau jenis pentanahan seperti point 3 diatas sedang
jenis pentanahan 1.c digunakan untuk semua generator ukuran sangat kecil.
Kecuali untuk beberapa generator kecil-kecil, reaktansi urutan nol umumnya lebih
kecil dan lebih bervariasi ketimbang reaktansi urutan positif dan urutan negatif.
Dengan demikian arus gangguan tanah langsung akan lebih besar dari arus gangguan
tiga fasa. Praktek-pratek yang umum dilakukan adalah membatasi arus gangguan
tanah dengan menggunakan tahanan atau reaktansi yang tersambung dengan netral
generator sebelum dihubungkan ketanah. Lebih jauh tentang jenis-jenis sistim
pentanahan dapat dilihat pada dapat dilihat pada buku-buku lain tentang sistim
pentanahan.
4.7.1
Gangguan Tanah Unit Generator Ukuran Sedang Dan Kecil
Dengan menggunakan pentanahan dengan tanhanan atau reakatansi, maka rele
diferensial (87) dapat digunakan sebagai pengaman generator seperti telah
diperlihatkan pada contoh pada bab 12.3.4. Lihat Type 1a pada Gambar 4.2 dan
Gambar 4.10. Sebagai proteksi tambahan telah digunakan rele arus lebih tanah
dengan waktu tunda 51G yang terpasang pada titik netral generator. Dalam hal tidak
tersedia proteksi diferensial maka proteksi arus lebih 51G ini akan menjadi proteksi
121
utama generator terhadap gangguan tanah. Rating arus primer trafo araus CT harus
mampu sampai satu setengah kali arus gangguan tanah maksimum dimana rele 51G di
set mendekati 0.5 A.
Kordinasi waktu seperlunya dengan rele-rele gangguan tanah lainnya yang mungkin
mempunyai capaian lebih harus dilakukan dengan cermat agar dicapai sistim proteksi
yang optimum. Sebagai proteksi alternatif atau rele tambahan terhadap rele 51G
dapat digunakan rele 59G. Rele 59G dihubungkan didalam delta dari wai (ditanahkan)trafo servis dengan hubungan delta yang dipasok dari trafo tegangan yang terhubung
dengan terminal generator. Tingkat kepekaan rele 59G adalah sama dengan tingkat
kepekaan yang bisa dicapai dengan 51G.
Tingkat kepekaan yang lebih tinggi dengan kecepatan kerja yang lebih tinggi dapat
diperoleh dengan menambahkan rele diferensial urutan nol. Rele jenis ini adalah 87GD
yang relatif tidak terlalu tergantung pada rasio trafo arus dan kinerja trafo arus
sebagaimana terhubung seperti terlihat pada Gambar 4.10 dibawah. Jenis rele
gangguan tanah diferensial 87GD ini bekerja pada perkalian dua arus. Sebagaimana
terlihat dari gambar, untuk gangguan eksternal rele-rele arus berada pada arus-arus
yang saling berlawanan arah. Pada gangguan tanah internal, arus urutan nol dari
sistim berbalik sehingga rele dapat bekerja.
Generator
a Gangguan
tanah
b eksternal
c
50/51
87GD
59G
3
3
Gambar 4.10: Proteksi Diferensial Gangguan Tanah (urutan nol) Generator Dengan
Menggunakan Rele Arus Lebih Direksional Gangguan Tanah
Satu jenis rele mempunyai arus pick up minimum pada perkalian 0.25 atau 0.5 A
dalam masing-masing kumparan rele. Rele bekerja pada daya maksimum pada kondisi
dua arus dalam keadaan satu fasa.
0
Rele akan bekerja pada arus yang lebih besar pada keadaan beda fasa 90 dan
dengan magnitude yang berbeda selama perkalian waktu cosinus sudut antar kedua
arus lebih besar dari perkalian tap. Bila sistim tidak ditanahkan maka skema proteksi
seperti diperlihatkan pada Gambar 4.10 tidak akan bisa berfungsi sebab dalam
keadaan ini tidak ada arus urutan nol yang mengalir pada gangguan tanah internal
122
generator. Dalam hal ini bisa ditempuh dengan menyediakan sebuah trafo arus
tambahan yang akan menyediakan daya kerja internal hanya dengan sumber arus
urutan nol.
4.7.2
Gangguan Tanah Unit-Unit Paralel Ukuran Sedang Dan Kecil
Bila beberapa generator dengan kumparan bintang dihubungkan ke satu busbar
bersama sebagaimana terlihat pada Gambar 4.11 maka akan ada kesulitan dalam
mengisolir gangguan secara selektif dimana pemadaman dapat dibuat minimum. Lihat
Gambar 4.1 dan Gambar 4.11. Terlepas dari apakah hanya satu atau semua generator
yang netralnya ditanahkan dengan satu pentanahan yang sama, arus gangguan yang
mengalir pada netral generator yang ditanahkan adalah sama, tidak tergantung dari
letak gangguan. Untuk gangguan yang terjadi antara generator dan PMT, pada busbar
atau pada sistim persis diluar bus bar level arus gangguan yang mengalir pada tanah
adalah sama. Ini berlaku untuk setiap jenis pentanahan.
Dengan impedansi grounding yang rendah dan dengan arus yang cukup besar untuk
menggerakkan rele diferensial generator dan bus bar, pengisoliran minimum
gangguan secara benar dapat diperoleh. Kemudian rele 51G yang tersambung pada
netral yang ditanahkan dapat digunakan sebagai rele cadangan atau sebabagi barisan
proteksi terakhir, yang mungkin bekerja secara tidak selektif.
Cara lain yang mungkin adalah dengan menerapkan rele tanah arah (directional) yang
sensitif yang di set sedemikian untuk melihat ke arah generator. Rele ini hanya akan
bekerja pada gangguan tanah yang terjadi dalam internal mesin, bus atau sistim. Lagi
pula rele 51G yang terpasang pada netral penatanahan bekerja sebagai cadangan
tetapi seperti tadi disebut rele ini bekerja secara tidak selektif. Karena arus gangguan
tanah yang kecil cara ini mungkin atau sulit dilakukan pada sistim yang ditanahkan
dengan pentanahan impedansi tinggi.
Gen
50N/51N
Gen
50N/51N
51G
123
bila gangguan tanah terjadi pada unit ini, rele 51G seperti terlihat pada Gambar 4.2
akan bertindak sebagai rele proteksi.
Namun bila gangguan terjadi pada generator lainnya, maka rele 51G pada generator
yang ditanahkan akan kerja, sedangkan rele 51N yang terpasang pada generator yang
terganggu tidak akan merasakan gangguan bila rele tersebut dihubungkan pada trafo
arus yang dipasang pada sisi netral generator. Oleh karena ini pentanahan masingmasing unit harus dilakukan untuk menghindarkan ungrounding yang bisa terjadi
karena tripping atau kegagalan untuk mentransfer pentanahan dari pembangkit yang
jatuh (grounded) ke unit-unit yang sehat yang tidak ditanahkan.
Metoda yang baik adalah dengan mentanahkan netral trafo utama seperti terlihat
pada Gambar 4.11 atau dengan menyediakan trafo pentanahan tersendiri (Y-Delta)
yang akan disambungkan dengan bus kalau kumparan trafo pada sisi generator
terhubung delta.
Trafo ini tentunya harus di disain sesuai dengan limit arus gangguan.Rele ganggaun
tanah 50N/51N yang tersambung ke trafo arus disisi terminal generator akan
bertindak sebagai rele proteksi gangguan tanah untuk masing-masing unit. Rele 51G
pada pada rangkaian netral akan bertindak sebagai rele tanah untuk mengamankan
trafo dan bus-bar dimana rele cadangan adalah rele-rele 50N/51N.
4.7.3
Gangguan Tanah Generator-Generator Yang Tidak Ditanahkan
Gangguan tanah pada sistim yang tidak ditanahkan atau ungrounded (type 3) mudah
dideteksi tetapi tidak mungkin bisa dilokalisir oleh rele. Rele tegangan lebih 59 yang
dihubungkan dengan trafo tegangan VT delta putus dengan Y ditanahkan memberikan
tegangan urutan nol 3V0 untuk melakukan proteksi ke tanah. Rele jenis ini harus
ditambahkan pada unit-unit generator yang mungkin bisa berubah menjadi sistim
yang ungrounded karena gangguan atau karena kebutuhan operasi.
4.7.4
124
bab 4.7.1 proteksi gangguan tanah dapat juga diperoleh dengan mencatu rele 59G dari
trafo tegangan generator.
Pada sistim yang ditanahkan dengan kumparan resonansi, rele 59G yang sensitif harus
dikordinasikan dengan sekring sisi primer trafo-tegangan. Perlu juga dicatat bahwa
unit generator yang dilengkapi dengan rele proteksi ini bisa trip terhadap gangguan
yang terjadi pada rangkaian trafo tegangan-VT. Meskipun gangguan ini bisa terjadi,
tetapi probabilitasnya sangat rendah. Disini lagi-lagi perlu melakukan kordinasi dengan
aplikasi sistim lainnya untuk menghindari terjadinya salah operasi karena gangguan
tanah pada sisi tegangan tinggi trafo.
Pada umumnya, trafo-trafo tegangan mempunyai hubungan YY, tetapi hubungan delta
terbuka bisa juga digunakan pada sistim tiga fasa. Pada VT hubungan YY, hubungan Y
sisi primer harus dihubungkan ketanah. Bila tidak dibutuhkan sisi sekunder untuk
indikasi urutan nol, maka netral sisi sekunder tidak perlu ditanahkan dan dibiarkan terisolasi.
Untuk safety ground salah satu fasa satu fasa bisa ditanahkan. Dengan kata lain, rele
59G bisa bekerja terhadap gangguan tanah pada rangkaian sekunder VT. Tetapi rele
59G tersebut harus dikordinasikan dengan karakteristik sekring rangkaian sekunder
VT. Rele arus lebih invers time 50/51 dalam tahanan rangkaian sekunder seperti pada
Gambar 4.4 bisa menghasilkan proteksi gangguan tanah cadangan. Rasio trafo arus
dipilih sedemikian untuk menghasilkan arus yang mendekati arus rele sebagaimana
arus gangguan tanah yang mengalir dalam netral generator. Rele-rele ini harus di set
lebih tinggi dari arus unbalance maksimum yang normalnya mengalir melalui titik
netral. Harga arus ideal yang mengalir pada titik netral ketanah biasanya adalah
kurang dari 1A. Oleh karena itu rele 51 harus di setelan pada harga 1.5 -2 kali harga
arus unbalance.
Rele 50 yang adalah rele arus lebih dengan proteksi instantaneous, harus di set diatas
arus unbalance normal sedemikian diatas arus maksimum yang dihasilkan oleh
gangguan tanah sisi primer, yang manapun lebih tinggi. Bagian 4.7.2 mendiskusikan
type gangguan terakhir ini. Umumnya setelan rele 51 harus 2 atau 3 kali arus
maksimum. Pada beberapa penerapan rele, digunakan dua rele 51 yaitu satu sebagai
rele cadangan dan yang satu lagi digunakan untuk menginisiasi indikasi breaker failure
(bila ada) yang disatukan dengan PMT utama sebagaimana terlihat pada Gambar 4.4
atau PMT-PMT lain seperti bila sisi primer dihubungkan pada bus cincin atau bus jenis
diameter.
4.7.5
Gangguan Tanah Dengan Tahanan Pentanahan Tinggi (Ekstra)
Sebagaimana telah ditunjukkan, bahwa rele tegangan lebih 59G yang dipasang pada
terminal tahanan pentanahan dapat memproteksi generator terhadap gangguan tanah
hingga 90 sampai 95% kumparan. Meskipun demikian masih diperlukan rele tambahan
yang dibutuhkan untuk memproteksi generator terhadap gangguan tanah yang bisa
terjadi di-ujung netral kumparan stator.
Terdapat dua cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rele tambahan
ini, yaitu 1) dengan menggunakan tegangan harmonik ke tiga dan 2) dengan injeksi
3
tegangan sub-harmonik (Gambar 4.4) yang akan diuraikan sebagai berikut ;
125
1.
b.
Cara atau skema lainnya dengan menerapkan rele 59 yang akan bekerja
terhadap tegangan harmonik ketiga yang timbul pada terminal trafo
tegangan yang terhubung delta terbuka. Rele ini harus di set pada harga
diatas harga tegangan normal harmonik ketiga maksimum. Pada
gangguan tanah disekitar daerah netral, tegangan harmonik ketiga akan
di re-distribusikan dan tegangan terminal generator akan naik. Pada
tegangan harmonik ketiga normal beban penuh yang tinggi, fungsi skema
proteksi ini bisa jadi terbatas dan kordinasi waktu dengan rele lainnya
perlu dilakukan untuk menghindarkan rele bekerja terhadap tegangan
harmonik ketiga yang timbul karena gangguan eksternal.
c.
126
4.7.6
127
pemakai. Untuk mengatasi hal ini maka sistim pentanahan dengan tahanan tinggi
melalui trafo pentanahan seperti terdapat pada berbagai studi-studi sistim
pentanahan bisa digunakan.
Sistim pentahanan selalu ada tanpa ada ketergantungan pada kondisi operasi
generator-generator tersebut. Mengingat sistim yang tidak ditanahkan, maka detektor
gangguan 3I0 pada berbagai rangkaian yang terhubung dengan bus bisa digunakan
untuk menentukan lokasi gangguan.
4.8
Pada sistim ini, dua unit generator bisa jadi diparalel pada kumparan delta bersama
satu trafo atau masing-masing generator dihubungkan dengan kumparan delta
terpisah pada suatu trafo tiga kumparan. Untuk yang pertama hanya satu generator
yang netralnya ditanahkan sedang unit lainnya tidak ditanahkan. Generator yang
ditanahkan biasanya dengan menggunakan pentanahan impedansi tinggi.
Gangguan tanah pada kedua generator akan mengerjakan rele proteksi gangguan
tanah sebagaimana telah didiskusikan sebelumnya. Disini lokasi gangguan tidak akan
ter-indikasikan, sebab level arus gangguan praktis sama dimanapun lokasi gangguan
terjadi. Karena tidak ada PMT yang memisahkan mereka maka kalau ada gangguan
kedua unit generator mau tidak mau harus trip bersama. Pada generator-generator
yang terhubung dengan masing-masing kumparan terpisah maka setiap unit harus
mempunyai pentanahan mereka sendiri-sendiri.
Dengan demikian mereka harus dilengkapi dengan rele gangguan tanah masingmasing. Bila pada sistim ini tidak ada PMT-PMT antara generator dengan trafo atau
dengan kata lain tersambung langsung, maka proteksi diferensial yang digunakan
harus jenis proteksi diferensial banyak cabang sebagaimana telah dibahas pada
pembahasan proteksi trafo pada Bab 10. Masing-masing unit generator harus
mempunyai rele proteksi (40) terhadap hilangnya medan penguat generator yang
terpisah satu sama lain.
Pada umumnya rele-rele cadangan yang diperlukan cukup satu rele urutan negatif
(46), satu rele jarak (21) dan satu rele arus lebih jenis tegangan (51V) dan mereka bisa
dihubungkan ke kedua unit generator. Ini didasarkan dengan asumsi bahwa kedua unit
generator selamanya akan bekerja secara paralel. Bila salah unit bisa kerja sendirisendiri maka masing-masing generator harus mempunyai sistim proteksi yang lengkap
sebagai mana terlihat pada Gambar 4.4.
4.9
Sistim pendeteksi hubungan tanah pada kumparan penguat merupakan hal yang
penting diperhatikan dan biasanya sudah dilengkapi pada masing-masing unit
generator. Pada umumnya kita tidak perlu lagi memikirkan peralatan tersebut. Tetapi
bila perangkat ini tidak termasuk pada bagian dari unit generator maka perangkat
128
pendeteksi gangguan tanah ini bisa dirangkai dengan menggunakan rele-rele yang
sesuai yang terdapat dipasaran.
Pada generator-generator yang menggunakan sikat (brush), bisa dipasang sebuah rele
(64) dengan rangkaian pembagi tegangan dapat dihubungkan pada terminal kumparan
medan penguat dengen rele yang sensistif terhadap tegangan DC yang dihubungkan
antara rangkaian jembatan dan tanah. Bila hubungan tanah terjadi dalam rangkaian
medan penguat maka tegangan akan muncul pada rele sehingga dia kerja. Untuk
menghindarkan rele kerja terhadap hubung tanah pada titik nol, maka pada salah satu
cabang dari rangkaian jembatan disisipkan sebuah tahanan non-linier yang akan
merubah daerah gelap (blind spot) menjadi daerah yang mempunyai variasi tegangan
dari kumparan medan.
Generator-generator yang tidak menggunakan sikat (brushless) untuk eksitasi
penguatan dilengkapi dengan cara tertentu untuk menggantikan sikat yang dipasang
pada cincin slip (slip ring) untuk mengukur kekuatan isolasi kumparan penguat medan
secara periodis. Dengan memeriksa kekuatan isolasi kumparan secara teratur kita
dapat mendeteksi setiap adanya isolasi yang melemah yang dapat digunakan untuk
menimbulkan suatu tanda alarm yang dapat digunakan untuk mengingatkan operator.
Bila diperlukan sinyal alarm ini bisa juga dikembangkan untuk melakukan tripping PMT
bila diperlukan.
4.10
Pada bab-bab diatas telah dibahas tentang proteksi utama terhadap gangguangangguan dalam generator dan proteksi cadangan untuk gangguan-gangguan yang
tidak tertanggulangi atau gangguan-gangguan yang diperlambat yaitu dengan
menggunakan rele-rele 21, 46 dan 51V. Rele proteksi untuk kehilangan eksitasi (40)
yang mungkin disebabkan oleh kerusakan pada rangkaian penguat rotor atau tripping
yang terjadi secara tidak sengaja. Pada bagian ini akan dibahas jenis-jenis proteksi
lainnya yang bisa timbul karena gangguan pada jaringan sistim tenaga ataupun karena
gangguan-gangguan karena salah operasi.
4.10.1 Kehilangan Penggerak Utama
Apabila energi penggerak mula (prime-mover) hilang pada waktu generator masih
terhubung pada jaringan sistim tenaga listrik dan medan penguat masih dalam
bekerja, maka jaringan sistim tenaga akan menggerakkan unit generator sebagai
motor sinkron. Dengan kata lain generator berubah menjadi motor. Kemungkinan ini
merupakan kejadian yang kritis khususnya pada pembangkit listrik tenaga uap maupun
tenaga air. Bila terjadi pada PLTU akan menyebabkan generator mengalami panas
berlebihan (over heating) dan berpotensi untuk merusak turbin dan sirip-srip turbin
itu sendiri. Permukaan air yang rendah pada sistim PLTA dapat menyebabkan kapitasi
pada permukaan kisi-kisi atau sirip-sirip turbin yang pada akhirnya bisa merusakkan
unit pembangkit itu sendiri. Kejadian ini bisa juga terjadi dengan menutup aliran uap
atau katup aliran air secara mendadak pada waktu pengurangan beban atau karena
turbin trip yang tidak di ikuti oleh trip generator dengan tepat.
129
Harga tipikal daya balik yang dibutuhkan untuk memutar generator pada kecepatan
sinkron dimana tidak ada daya masukan, dalam persen terhadap daya pengenal
5
(rated) adalah ;
-
Berbagai perangkat pendeteksi biasanya sudah merupakan bagian dari generator dan
perangkat-perangkat kendalinya, tetapi rele daya terbalik (32) disarankan untuk
dipasang sebagaimana terlihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.4. Rele arah daya akan
bekerja bila daya aktif mengalir menuju ke arah generator. Terdapat juga jenis rele
berbasis mikroprosessor yang bekerja pada arus 1 mA dengan waktu kerja 2 detik.
4.10.2 Salah Operasi
Rele yang digunakan untuk memproteksi generator terhadap kesalahan operasi
seperti misalnya pemasukan generator ke jaringan secara tidak sinkron adalah rele 67.
Kesalahan-kesalahan atau kecerobohan operator dalam memasukkan generator ke
jaringan sistim tenaga listrik dapat mengakibatkan generator rusak.
Hal ini misalnya bisa terjadi pada waktu menutup PMT secara tidak benar misalnya
unit generator belum mencapai kecepatan sinkronnya, pada waktu menghentikan
turbin dan sebagainya. Proteksi normalnya boleh jadi kerja dalam berbagai kondisi,
tetapi tidak perlu untuk semua kemungkinan. Ini akan meningkatkan bahaya bila
beberapa proteksi tidak tersedia tidak berfungsi pada waktu start/up atau shut down
masih dalam frekuensi atau kecepatan rendah. Mengingat keslahan-kesalahan ini bisa
menimbulkan kerusakan generator ataupun kerusakan PMT generator tersebut, maka
disarankan agar PMT-PMT berdekatan dibuka dengan segera dengan perintah lokal
breaker failure atau intertripping dari jarak jauh.
Proteksi tambahan untuk memenuhi kebutuhan ini dapat dilakukan dengan rele arus
lebih dengan karakteristik waktu invers (67), masing-masing satu setiap fasa yaitu yang
akan bekerja bila ada daya aktif yang mengalir menuju generator. Pada basis normal
dimana daya mengalir dari generator ke jaringan sistim tenaga listrik, maka
0
0
karakteristik sudut rele yaitu daerah kerja rele adalah berkisar dari 30 s/p 60 hingga
0
0
0
180 dimana daya berbalik ke arah generator pada 210 -240 leading. Arus pickup
harus sekitar 0.5 pu dengan 2.0 p.u kali arus kerja dalam waktu 0.25 detik. Penerapan
rele 67 ini dan menggantikan rele proteksi motor (32). Respons rele ini lebih baik
terhadap kesalahan-kesalahan diatas.
4.10.3 Panas Akibat Beban Lebih
Sistim kendali generator biasanya sudah dilengkapi dengan sistim proteksi yang akan
mengamankan generator tersebut dari panas berlebihan sebagai akibat beban lebih.
Biasanya kumparan-kumparan generator telah dilengkapi dengan tahanan sebagai
130
detektor panas atau lazim dikenal sebagai resistance temperature detector (RTD).
Dengan menggunakan tahanan ini dapat dibuat sistim proteksi yaitu bila terjadi panas
tinggi pada kumparan maka akan terjadi unbalance sehingga rele akan kerja.
Kalau pabrik generator tidak menyediakan RTD ini, maka pengaman terhadap beban
lebih dapat dilakukan dengan cara lain yang sama misalnya dengan melihat arus yang
mengalir melalui stator yang bisa dilihat sebagai replika atau indikasi gambaran
temperatur kumparan yang dapat digunakan untuk keperluan proteksi.
4.10.4 Rele Frekuensi
Sudu-sudu turbin uap dirancang sedemikian sehingga bisa bekerja secara efisien pada
kecepatan atau frekuensi nominalnya. Pada turbin-turbin tekanan uap rendah, yang
bekerja pada frekuensi yang berbeda, sudu-sudu turbin bisa bergetar yang bisa
menyebabkan kelelahan sehingga bisa mengakibatkan kerusakan khususnya pada
5
sudu-sudu berukuran yang tergolong panjang (18-25 inch). Menurut Blackburn , batas
frekuensi kerja secara terus menerus turbin-turbin 60 Hz bertekanan rendah dengan
panjang sudu-sudu 18-25 inc adalah 58.8 61.5 Hz, sedangkan pada frekuesnsi 5658.8 Hz mesin hanya boleh bekerja maksimum secara ter-akumulasi selama 10 menit
untuk sepanjang umur hidup turbin tersebut. Untuk turbin dengan panjang sudu-sudu
25 44 inch, range frekuensi kerja adalah 59.5 hingga 60.5 Hz secara terus menerus,
sedangkan waktu kumulatif sepanjang umur mesin yang diijinkan untuk bekerja pada
batas-batas frekuensi 58.5 sampai 59.5 Hz hanya 60 menit.
Waktu kumulatif bekerja pada frekuensi 56 sampai 58.5 Hz hanya boleh selama 10
menit. Untuk mengatasi masalah ini maka unit-unit generator selalu dilengkapi dengan
rele-rele under frekuensi yang dapat di set tiga tahap yaitu 1) trip instantaneous pada
frekuensi 56 Hz dan 2) trip dengan waktu molor maksimum selama 2 menit pada
frekuensi 58.4 Hz dan selama 6 menit pada frekuensi 59.4 menit.
Untuk sistim-sistim dengan frekuensi 50 Hz dapat merujuk standar-standar
pengoperasian turbin yang berlaku atau sesuai dengan buku-buku manual yang
dikeluarkan pabrik pembuat. Dan untuk lebih jelasnya dalam mengoperasikan turbin
generator dapat dilihat pada standar-standar operasi seperti IEEE atau standar IEC
yang berkaitan dengan pengoperasian turbin uap. Sebagai catatan yang diberikan oleh
Blackburn, turbin-turbin air tidak begitu bermasalah dengan frekuensi rendah
sebagaimana dengan turbin uap.
Dalam keadaan operasi normal, frekuensi di pancang pada batas-batas yang sangat
ketat dengan menggunakan sistim kendali yang teruji. Kondisi operasi generator diluar
frekuensi normal (Off-frekuensi) bisa terjadi kalau sistim kontrol generator mengalami
kerusakan. Jadi sebenarnya rele frekuensi lebih dan frekuensi rendah adalah sebagai
kendali cadangan terhadap perangkat sistim kontrol. Penyebab paling umum dimana
generator-generator bekerja pada frekuensi diluar batas-batas normal adalah pada
gangguan sistim-sistim yang meluas pada mana banyak saluran-saluran yang harus trip
yang mengakibatkan terbentuknya subsistim-subsistim yang bekerja secara terpisahpisah atau yang sering dikenal dengan islanding operation.
Pada kondisi operasi islanding ini sering jumlah pembangkit tidak setara dengan
besarnya beban dalam arti kalau beban lebih besar dari kemampuan pembangkit
131
maka frekuensi akan turun pada laju yang sesuai dengan tingkat perbedaan
pembangkit dengan beban. Untuk mengatasi kekurangan daya ini biasanya dilakukan
load shedding atau melepaskan beban-beban tertentu sampai jumlah daya
pembangkitan lebih besar dari jumlah beban. Namun selama proses pemulihan ini,
bisa saja terjadi penurunan frekuensi secara signifikan yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada turbin sebagaimana telah diuraikan diatas. Adalah penting untuk
memperhatikan bahwa setelan-setelan rele frekuensi rendah harus selalu
dikordinasikan dengan skema-skema load shedding secara konsisten sehingga operasi
sistim (islanding operation) bisa dipertahankan tetap stabil.
Dalam keadaan jelek bila generator trip sebelum proses pen-stabilan island selesai
maka sistim bisa mengalami pemadaman total atau black out. Meskipun setelansetelan rele UFR dengan skema load shedding selalu dikordinasikan dan di-uji, namun
tetap harus selalu hati-hati dan terus di kaji untuk setiap kasus demi kasus yang
mungkin terjadi. Frekuensi lebih biasanya timbul bila ada beban yang trip secara
mendadak sehingga pasokan daya lebih besar dari beban. Disamping itu frekuensi
lebih dapat juga terjadi bila sistim kontrol generator-generator gagal melakukan
fungsinya atau pada waktu proses-proses sebelum melakukan operasi islanding.
Beroperasi pada frekuensi lebih pada sistim-sistim islanding tidak akan menyebabkan
panas berlebihan kecuali daya keluaran generator dan tegangannya melebihi 105%
rating keluarannya.
Rele proteksi turbin terhadap frekuensi lebih tidak terlalu kritis karena pada umumnya
unit-unit generator sudah dilengkapi dengan rangkaian kendali yang senantiasa
bekerja untuk menurunkan frekuensi kembali ke harga normalnya. Tetapi rele
frekuensi lebih kadang juga digunakan sebagai cadangan terhadap rangkaian kontrol
untuk mengamankan generator dari kerusakan karena kecepatan lebih bila sewaktuwaktu rangkaian kontrol mengalami kegagalan atau sebagai perangkat untuk
membalans beban kembali sesuai dengan keluaran generator.
Khusus turbin air tidak boleh mengalami kecepatan berlebih sebab untuk
mengembalikan putaran ke putaran normal dibutuhkan waktu relatif lama yang
dibutuhkan untuk menutup pintu air masuk. Bila terjadi kehilangan beban secara
mendadak maka kecepatan generator bisa mencapai hingga 150% kecepatan normal.
Disini governor harus segera bereaksi dengan sangat cepat dalam waktu beberapa
detik untuk mengembalikan kecepatan kembali ke harga normalnya. Tetapi bila sistim
kontrol ini juga gagal maka kecepatan bisa mencapai 200% harga normal. Oleh karena
itu rele frekuensi lebih perlu dibuat pada PLTA untuk mengamankan generator dari
kecepatan berlebihan. Setelan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga rele tersebut
tidak boleh mempengaruhi kinerja governor. Pada prinsipnya setelan tidak bisa
dilakukan mengikuti konsep umum yang sudah baku untuk setiap jenis generator
tetapi harus dilakukan sesuai dari hasil kajian untuk setiap unit. Rele frekuensi ditandai
dengan 81O untuk frekuensi lebih dan 81U untuk frekuensi.
4.10.5 Tegangan Lebih
Penyebab utama tegangan lebih adalah pada waktu kehilangan beban secara
mendadak. Perangkat daya (generator, trafo-trafo dan sebagainya) pada dasarnya
132
Trafo
110% 30 menit
115% 30 menit
115% 5 menit
120% 5 menit
125% 2 menit
130% 3 menit
4.11
Sinyal atau keluaran trafo tegangan yang tersambung pada terminal generator
digunakan sebagai masukan rele proteksi atau perangkat regulator. Dalam prakteknya
sering digunakan dua VT, satu digunakan untuk memasok rele sedang satu lagi untuk
memasok regulator.
Dari pengalaman Blackburn dan J. Domin kehilangan atau gangguan pada sinyal
keluaran VT ini dapat menyebabkan masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Rele bisa salah kerja sehingga bisa menyebabkan tripping generator yang
tidak dikehendaki.
2.
Kegagalan rele proteksi pada waktu yang benar-benar diharapkan kerja dapat
menyebabkan kerusakan generator yang berat termasuk pada perangkatperangkat terkait lainnya.
3.
133
1.
2.
Kalau sinyal tegangan masukan rele yang bermasalah maka rele tersebut
harus segera diblok. Ini bisa termasuk memblok rele-rele kehilangan eksitasi,
rele daya balik, rele jarak cadangan dan rele arus lebih dengan restrain dari
tegangan.
Rele tegangan balans harus di set se-sensitif mungkin tetapi harus tetap tidak boleh
kerja untuk kesalahan-kesalahan normal dan fluktuasi tegangan pada batas-batas
normal. Setelan ketidak seimbangan tegangan sebesar 15% biasanya sudah memenuhi
kebutuhan.
4.12
Exiter atau penguat adalah rangkaian yang memasok arus medan penguat. Dahulu
sumber daya arus searah diperoleh dari mesin putar arus searah yang memasok
medan penguat generator. Sumber penguat modern diperoleh dengan menggunakan
sumber arus DC yang dihasilkan dari exiter statik. Dengan adanya exiter statik ini,
exiter-exiter terdahulu terutama yang sudah tidak efisien dirasa tidak perlu direparasi
kembali dan secara teknis sudah lebih baik diganti dengan exiter yang lebih modern.
Fungsi dari eksitasi penguat medan adalah untuk mengatur daya keluaran VAR
generator.
Sumber eksitasi lemah akan mengakibatkan keluaran daya reaktif leading, sementara
itu sumber eksitasi yang kuat akan menghasilkan keluaran daya reaktif yang lagging.
Bila regulator tegangan beroperasi pada moda otomatis, maka kuat medan akan
diatur secara otomatis dan terus berubah sesuai dengan umpan balik yang
mencerminkan level tegangan sistim. Pada kondisi manual kuat medan dikendalikan
secara manual. Pengatur atau regulator tegangan untuk generator-generator kecil
sangat beragam dan mampu memberikan faktor kerja yang konstan, level tegangan
dan level keluaran daya reaktif var.
Kumparan medan generator dirancang dengan kemampuan berbeban lebih pada
waktu singkat. Hal ini penting supaya medan dapat dipaksa dengan eksitasi lebih
untuk periode waktu singkat untuk mampu membantu membangkitkan daya Var
untuk mendukung sistim tenaga pada waktu mengalami gangguan-gangguan yang
sangat mempengaruhi kualitas tegangan.
Penguatan dengan paksa dapat menolong sistim tenaga mengatasi gangguangangguan yang merusak tegangan sistim. Menurut standar medan penguat generator
harus mampu menahan beban sampai 125% dari tegangan penguat normal selama
satu menit.
4.12.1 Gangguan Kumparan Penguat Ketanah
Medan penguat generator sinkron dipasok dari sumber tegangan searah DC yang tidak
ditanahkan. Karena tidak ditanahkan maka bila terjadi salah satu kawat mengenai atau
tersambung ketanah, maka gangguan tersebut tidak akan menimbulkan gangguan
134
apapun. Namun bila kawat yang lain ikut terhubung ke tanah maka sebagian dari
medan akan mengalami hubung singkat yang akan menyebabkan sebagian dari medan
akan mempunyai temperatur yang tidak berimbang (balans) dan mengalami getaran
yang bisa menyebabkan kerusakan.
Sistim proteksi medan penguat dilakukan untuk medeteksi hubung tanah dan
penurunan kekuatan isolasi kumparan. Biasanya pabrik generator sudah menyediakan
perangkat untuk keperluan untuk mendeteksi gangguan dan penurunan kekuatan
isolasi. Salah satu cara adalah dengan menghubungkan sumber arus searah (DC)
terpisah melalui rele tegangan. Rele tegangan ini mendeteksi setiap arus medan bocor
yang mengalir ke tanah. Cara lain dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan
(divider) dan rele tegangan lebih sensitif yang dihubungkan titik tengan divider dengan
tanah.
Karena pada cara terdahulu gangguan tanah yang terjadi pada salah satu kawat tidak
menyebabkan masalah, maka operator lebih memilih untuk diberi peringatan (alarm)
ketimbang tripping yaitu dengan menggunakan sistim deteksi gangguan tanah
kumparan medan penguat. Dengan adanya alarm ini maka operator dapat melakukan
perencanaan pemadaman untuk memperbaiki kerusakan pada kesempatan pertama.
Terdapat resiko kerusakan generator bila kawat lain juga ikut mengalami hubungan
tanah sebelum waktu pemeliharaan dilakukan. Keputusan untuk memberi alarm atau
tripping pada sistim yang menggunakan sistim deteksi hubungan tanah tergantung
kondisi dan persyaratan operasi yang dibutuhkan dan toleransi resiko yang ditentukan
oleh pemilik generator. Kalau tripping dapat mempengaruhi keandalan sistim dan
operator tersedia untuk menantisipasi secara cepat dan menanggapi tanda alarm,
maka setelan alarm bisa merupakan pilihan terbaik. Untuk sistim-sistim yang kecil
yang tidak terlalu mempengaruhi keandalan dan tanggapan terhadap alarm dapat
ditunda maka tripping melalui rele proteksi hubungan medan ketanah dapat
dilakukan.
4.12.2 Eksitasi Lebih
Eksitasi medan secara berlebihan bisa dilakukan oleh perangkat pembatas eksitasi
lebih (over exitation) dan proteksi over eksitasi medan. Disini harus dipahami bahwa
proteksi eksitasi lebih medan berbeda dari proteksi eksitasi lebih yang tersedia pada
generator.
Perangkat proteksi eksitasi lebih medan generator memproteksi generator dan trafo
bila rasio tegangan terhadap frekuensi (volt-hertz) terlalu tinggi pada waktu tegangan
keluaran generator tinggi atau pada saat start, ketika frekuensi lebih rendah dibawah
normal. Eksitasi lebih medan penguat bisa terjadi pada waktu tegangan sistim rendah
yang mengakibatkan regulator bekerja untuk mendorong keluaran tegangan rangkaian
penguat (exiter) ke harga yang tinggi. Rele yang bekerja dengan prinsip perubahan
rasio volt/hertz yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan eksitasi lebih
biasanya diberi tanda 24.
Pembatas medan maksimum eksitasi dan proteksi eksitasi lebih pada dasarnya dibuat
dari pabrik menjadi satu kesatuan dengan perangkat rengkaian penguat (exiter). Sistim
ini bisa dirancang dengan karakteristik invers atau karakteristik waktu. Setelan
135
perangkat ini harus memproteksi medan dari kerusakan sementara yang diijinkan
untuk digunakan sepenuhnya sesuai dengan kemampuan medan. Proteksi eksitasi
lebih harus disetel sebelum medan mengalami kerusakan. Bila karakteristik proteksi
terhadap eksitasi lebih ini tidak tersedia sesuai dengan kebutuhan standar generator
terkait maka posisi setelan harus dikordinasikan dengan karakteristik beban lebih
(overload) medan.
Setelan pembatas eksitasi lebih harus di setel dan dikordinasi dengan setelan proteksi
eksitasi lebih sedemikian rupa sehingga pembatas (limiter) akan selalu kerja sebelum
tripping unit proteksi dimulai. Bila pembatas mulai bereaksi, maka kecenderungan
reaksi regulator untuk memulihkan tegangan akan terhalang. Setelan pembatas arus
eksitasi harus mempunyai kendali (leverage) yang bisa digunakan untuk memaksa
medan sesuai dengan keinginan. Proteksi beban lebih juga dapat dilakukan dengan
menggunakan rele arus lebih yang bekerja berdasarkan atas hasil pantauan arus
medan.
4.12.3 Eksitasi Kurang
Pada periode waktu-waktu dimana tegangan-tegangan sistim berada pada kondisi
tinggi, bisa terjadi kondisi dimana regulator bekerja untuk mengurangi tegangan
medan hingga ketingkat dimana rele proteksi tidak berpeluang kerja meskipun
kehilangan medan ataupun pada waktu generator kehilangan sinkronsiasi dengan
sistim. Keadaan in dapat diatasi dengan memasang pembatas medan minimum.
Pembatas ini berguna untuk mencegah medan generator berkurang ke harga yang
membahayakan sebagai akibat bekerjanya regulator untuk menurunkan kuat medan.
Pembatas minimum ini harus di setel sedemikian rupa sehingga dia bekerja sebelum
proteksi kehilangan medan tidak mampu bekerja. Lebih lanjut rele kehilangan medan
juga harus di setel untuk bekerja sebelum kehilangan stabilitas steady statenya.
Limiter pembatas medan minimum, bagaimanapun, harus membolehkan generator
bekerja pada faktor daya leading maksimum, yang dibutuhkan untuk mendukung
sistim tenaga pada waktu operasi dimana kondisi tegangan lebih sistim harus
ditanggulangi.
4.12.4 Kordinasi Antar Kendali Rangkaian-Rangkaian Penguat
Aplikasi dan setelan-setelan proteksi dan pengendalian terkait sistim eksitasi
generator adalah vital karena memegang peranan penting dalam menentukan operasi
3
optimal generator dan sistim tenaga listrik terkait. Di Amerika , insinyur-insinyur
konsultan proteksi selalu diminta untuk memberikan masukan bagaimana agar
generator-generator dan sistim tenaga listrik mereka bisa beroperasi secara optimum.
Terdapat juga isu-isu tentang kebutuhan kordinasi antara proteksi generator dan
perangkat proteksi lainnya serta perangkat pembatas-pembatas yang perlu digunakan
dalam sistim eksitasi.
Namun deregulasi dan pemisahan kepemilikan generator dengan penyaluran telah
mengakibatkan bahwa kordinasi demikian tidak begitu diperlukan. Sebagai institusi
yang terpisah, pemilik generator (IPP) dilarang untuk hanya mementingkan interest
mereka dengan semata-mata hanya terfokus pada sekuriti generator dan keuntungan
136
mereka belaka. Sebab dalam kondisi demikian dukungan terhadap keandalan sistim
tenaga listrik hanya akan menjadi prioritas kedua mereka. Untuk itulah mengapa perlu
sebuah badan atau entitas yang bertanggung jawab mengatur keandalan dan operasi
sistim tenaga listrik yang baik dengan segala aspek bisnis yang terkait termasuk
pengaturan kebutuhan antar-tie serta struktur pasar kelistrikan yang mereka tuangkan
dalam standar-standar operasi yang harus dipenuhi oleh semua pemain yang ikut
dalam sistim kelistrikan tersebut. Oleh karena itu dalam keadaan normal regulatorregulator tegangan generator besar biasanya dioperasikan dalam moda operasi
otomatis.
Hal ini sangat membantu untuk memastikan adanya unit-unit yang dapat diandalkan
secara cepat untuk mengatur tegangan dan kebutuhan daya reaktif pada sistim tenaga
listrik yang dioperasikan khususnya pada waktu sistim mengalami gangguangangguan. Fasilitas pendukung ini dapat berespons terhadap perubahan dan dapat
bereaksi dengan cepat untuk mencegah sistim tenaga listrik dari kelumpuhan akibat
stabilitas sudut dan tegangan yang mungkin terganggu. Perlu dipastikan adanya
jaminan bahwa kordinasi setelan-setelan yang diterapkan pada rangkaian kendali
rangkaian penguat (exiter) dengan perangkat proteksi lainnya harus dilakukan secara
terkordinasi dengan benar yang lebih besar. Meskipun ditripping segera, enersi yang
tersimpan dalam masa yang berputar terus akan mensuply gangguan pada waktu yang
cukup lama yang juga dapat menyebabkan kerusakan.
Alternatif tripping generator secara segera untuk gangguan fasa ke tanah pada sistim
yang ditanahkan dengan impedansi tinggi adalah 1) mati permisif (shutdown
permisive) dimana sakelar pemutus rangkaian arus medan baru akan trip setelah
turbin trip lebih dahulu, 2) alarm dengan waktu trip tetap untuk memberi kesempatan
terhadap operator dan 3) hanya alarm dan membiarkan operator menangani
penyelasaiannya sesuai dengan standar dan prosedur operasi yang sudah ditetapkan.
4.13
137
daya cadangan dan 2) closed transfer yaitu dengan memasukkan sumber catu daya
cadangan terlebih dahulu sebelum mentrip sumber catu daya utama.
Pada closed transfer ini, ada periode dimana kedua sumber bekerja secara paralel
pada selang waktu yang singkat. Contoh sistim transfer terbuka adalah dengan
mentrip kumparan tripping sumber utama dan secara paralel mengenergise closing
coil PMT sumber catu daya cadangan. Istilah open transfer muncul mengingat waktu
closing biasanya lebih lambat dari waktu tripping, sehingga meskipun dilakukan secara
bersama tetapi akan ada waktu dimana kedua sumber sama-sama tidak terhubung
dengan beban.
Transfer closed diperlukan pada sistim-sistim dengan motor-motor yang bermasa
relatif kecil dimana inersia rotor mereka tidak cukup berat untuk menjalankan sistim
selama terjadinya kehilangan catu daya. Bila tidak diperlukan transfer cepat, dimana
motor-motor perlu diikutkan, maka sumber daya darurat tidak boleh diterapkan
sampai tegangan pada motor-motor sudah berkurang hingga 25% dari tegangan
ratingnya. Dalam kebutuhan tertentu kedua suply auxiliary ini perlu juga dilengkapi
dengan rele chek synchro (25) yang digunakan untuk memastikan kedua sistim dalam
keadaan sinkron.
138
PENDAHULUAN
139
5.2
Yang dimaksud dengan topologi sistim kendali gardu induk adalah konfigurasi dan
arsitektur komputer yang digunakan. Sedang fungsi sistim kendali tersebut adalah
serangkaian fungsi-fungsi yang lengkap yang dapat di implementasikan pada sistim
pengendalian otomatis tersebut.
Topologi sistim bisa berbeda-beda tergantung dari rancangan sistim pengendalian
yang mau diterapkan, namun dalam prakteknya terdiri atas dua topologi dasar sistim
otomatisasi gardu induk sebagai berikut:
RTU/
Gateway
Pusat Kendali
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
Gardu Induk
RTU/
Gateway
Kanal Data
RTU/Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
Pusat
Kendali
Kanal Antar
Pusat Kendali
Pusat
Kendali
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
Kanal Data
RTU/Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
Pusat
Kendali
RTU/
Gateway
RTU/
Gateway
140
mengendalikan satu bay atau lebih pada gardu induk yang sama. Semua prosessorprosessor tersebut terhubung pada satu Human Machine Interface atau HMI dan juga
dimungkinkan untuk dihubungkan pada sistim SCADA pada jarak jauh untuk keperluan
sistim pemantauan secara luas dan terpusat.
5.2.1
Elemen-Elemen Sistim
Sistim elemen-elemen utama pada sistim otomatisasi gardu induk adalah:
a.
Divais IED, yaitu divais yang dipasang dan berfungsi untuk melakukan tugastugas tertentu pada masing-masing bay feeder, trafo ataupun koppel. Contoh
yang paling umum adalah Rele Proteksi berbasis microprocessor. Contoh lain
adalah divais lain seperti meter-meter berbasis microprocessor, unit-unit
interface yang digunakan sebagai antar muka dengan divais-divais lain yang
sudah lebih tua atau divais lain yang dibuat oleh pabrik yang berbeda.
b.
Bay Module atau Bay Controller. Divais ini umumnya berisi semua perangkat
lunak yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi kontrol dan interlok pada
setiap bay feeder, trafo atau kopel. Bay module harus mempunyai I/O yang
cukup untuk mengantarmuka semua divais yang dibutuhkan untuk
pengukuran, proteksi atau untuk keperluan kendali dari bay tersebut.
Masukan keluaran I/O bisa dalam bentuk digital ataupun analog yaitu untuk
menginterface divais diskrit seperti halnya tutup/buka CB, isolator atau DS,
divais elektromekanis lain dan kanal komunikasi serial atau parallel yang
digunakan untuk mengkomunikasikan divais-divais IED.
c.
Human Machine Interface (HMI). Divais HMI ini adalah divais yang digunakan
sebagai media komunikasi antara manusia dengan rangkaian-rangkaian sistim
tenaga listrik dan proses lainnya. Suatu HMI umumnya dilaksanakan dalam
bentuk sebuah komputer. Komputer-komputer personal biasa dapat
digunakan sebagai HMI, namun untuk keperluan pengendalian real time
komputer khusus yang banyak digunakan. Sementara untuk gardu-gardu
tanpa operator, HMI secara permanen tidak lagi diperlukan, sebagai gantinya
HMI dapat dilakukan dengan menggunakan komputer Lap Top yang bisa
dibawa-bawa oleh operator atau bagian pemeliharaan bila perlu pada waktu
kunjungan ke gardu dilakukan. Biasanya HMI dilengkapi juga dengan satu
atau lebih printer yang dapat digunakan untuk membantu pembuatan
laporan-laporan seperti untuk merekam kejadian-kejadian, termasuk
Sequence of Events, list alarm dan lain-lain.
d.
141
Kanal komunikasi ke Kontrol Center. Fasilitas ini dapat dibuat dari unit
interface komunikasi khusus yang bisa sekaligus terpasang baik pada divais
HMI ataupun divais IED lainnya. Fungsi sistim SCADA adalah untuk memonitor
dan mengendalikan secara keseluruhan elemen jaringan sistim tenaga listrik
dari jarak jauh. Kanal komunikasi ke kontrol center diperlukan khususnya
pada gardu-gardu yang masih perlu ditunggui terutama untuk membantu
dispatcher mengendalikan gardu dari jarak jauh khususnya bila ada keganjilan
pada waktu melakukan fungsi remote kontrol.
5.2.2
Spesifikasi Kebutuhan Sistim Otomatisasi
Untuk dapat dioperasikan secara optimum, suatu sistim otomatisasi gardu induk pada
dasarnya harus memenuhi paling sedikit persyaratan-persyaratan dan fitur-fitur
berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.
Mempunyai sistim pemantauan terhadap semua divais listrik pada masingmasing bay unit.
f.
g.
h.
i.
Terdapat fasilitas condition monitoring semua divais gardu seperti status CB,
DS, Trafo, rele-rele dan sebagainya.
j.
Bila sistim gardu otomatisasi memerlukan konfigurasi yang fault-tolerant, maka semua
divais otomatisasi termasuk divais sistim komunikasinya dibuat rangkap. Derajat
tingkat kebutuhan fault-tolerant tergantung ukuran dan tingkat urgensi gardu tersebut
dan tergantung juga pada apakah gardu tersebut mempunyai operator atau gardu
induk tanpa operator. Banyak juga fungsi-fungsi yang dapat dieksekusi dari remote
disamping bisa dilakukan dari sistim otomatisasi tersebut.
Sebenarnya ada beberapa fungsi-fungsi tertentu diatas yang selalu harus tersedia yang
dibutuhkan untuk menjalankan sistim termasuk yang diperlukan untuk melakukan
aplikasi yang sangat dasar. Tetapi pemilihan fungsi yang lengkap untuk aplikasi khusus
sesungguhnya tergantung dari perusahaan listrik sebagai pemakai akhir. Karena
kebutuhannya berbeda-beda maka arsitektur perangkat lunak sistim otomatisasi
sering dibuat modular dengan pendekatan building block, sehingga fungsi-fungsi yang
diperlukan dikemudian hari dapat ditambahkan dengan mudah tanpa menemukan
142
kesulitan apapun. Kompatibilitas sistim database jaringan data sesuai dengan standar
IEC 68150 tentunya juga harus selalu diperhatikan agar komunikasi antar perangkat
dan akses ke data-data historis tetap dapat dilakukan meskipun sewaktu-waktu ada
perubahan konfigurasi jaringan.
5.3
Untuk membangun sistim kontrol gardu induk, berbagai elemen diatas harus dirangkai
sedemikian sehingga diperoleh topologi sistim kontrol yang diharapkan. Ada tiga jenis
topologi divais keras yang bisa di identifikasi sebagai topologi yang paling umum
digunakan pada sistim kontrol.
5.3.1
Topologi Berbasis HMI
Topologi berbasis divais keras HMI dapat dipresentasikan seperti pada Gambar 5.2.
Disini divais lunak untuk implementasi fungsi-fungsi otomatisasi ditempatkan pada
komputer HMI dan mereka terhubung langsung dengan IED-IED dengan menggunakan
satu atau lebih protokol komunikasi. Kanal komunikasi ke pusat pengendalian
biasanya juga terdapat pada komputer HMI, namun dibuat dengan menggunakan unit
interface terpisah yang bisa untuk mengurangi beban prosessor HMI tersebut. Unit
antar-muka terpisah ini diperlukan terutama bila komunikasi dengan sistim SCADA
tersebut dilakukan dengan menggunakan protokol khusus yang tidak umum.
Untuk topologi ini, dibutuhkan komputer HMI yang benar-benar berdaya guna
(powerful) terutama bila jumlah IED-IED yang dibutuhkan lumayan cukup banyak.
Dalam prakteknya, untuk menghemat biaya komputer yang digunakan adalah
komputer PC standar biasa. Dengan menggunakan standar komputer PC, tentunya
akan ada keterbatasan size sistim otomatisasi gardu induk yang bisa diterapkan dan
secara otomatis juga akan membatasi jumlah IED-IED yang bisa disambungkan pada
sistim tersebut. Issu-issu lain yang penting adalah issu-issu tentang keandalan dan
keteradaan (availability).
CONTROL CENTRE
IDM50
PRINTER
GPS
HMI OPERATOR
MODEM
ENGINEERING
LAN
RTU/DATA SERVER
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
BAY CONTROLLER
SORONG
150KV SUBSTATION
JAYAPURA
MERAUKE
150KV SUBSTATION
150KV SUBSTATION
TRAFO 1
150KV / 20KV
BERBASIS HMI
143
Pada topologi ini sudah jelas hanya ada satu komputer yang dapat mengontrol gardu
sehingga dengan demikian sistim hanya bisa dikontrol secara manual apabila
komputer yang nota bene satu-satunya tersebut mengalami kegagalan tanpa perduli
apapun penyebab gangguan tersebut.
Dengan demikian topologi demikian hanya cocok pada gardu-gardu tegangan
menengah dengan ukuran kecil dimana kegagalan komputer masih bisa ditolerir tanpa
menyebabkan terganggunya operasi sistim. Pada sistim-sistim yang kecil demikian
tidak diperlukan bay module khusus, sebab divais lunak yang dibutuhkan untuk
melakukan fungsi kontrol dan interloking yang dibutuhkan dapat di jalankan sebagai
bagian dari divais perangkat lunak komputer HMI.
5.3.2
Topologi Berbasis RTU-Gateway
Topologi berbasis RTU-Gateway adalah merupakan modifikasi dari topologi berbasis
divais keras HMI seperti dapat ditunjukkan pada Gambar 5.3. Yang berbeda adalah
bahwa pada sistim ini sebuah RTU-Gateway berbasis mikro-prosessor digunakan
sebagai host perangkat lunak otomatisasi dan sekaligus sebagai perangkat pemroses
input-output dengan perangkat gardu induk.
Pada topologi ini beban komputer HMI akan berkurang dan dibuat hanya sebagai
interface operator sehingga fungsi tampilannya dapat lebih diperkaya. Lagi pula
dengan demikian komputer HMI yang mau digunakan sesuai dengan topologi ini
menjadi tidak begitu begitu membutuhkan persyaratan tinggi sehingga komputer
personal biasapun bisa digunakan. Bahkan untuk gardu-gardu yang tidak berpenunggu
atau GITO dapat dilakukan dengan komputer note book yang bisa dibawa oleh
operator bila sedang melakukan tugas pemeliharaan atau tugas patroli rutin lainnya.
CONTROL CENTRE
IDM50
PRINTER
GPS
HMI OPERATOR
MODEM
ENGINEERING
LAN
RTU/DATA SERVER
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
BAY CONTROLLER
SORONG
150KV SUBSTATION
JAYAPURA
MERAUKE
150KV SUBSTATION
150KV SUBSTATION
TRAFO 1
150KV / 20KV
BERBASIS RTU/
GATEWAY
144
sistim dengan topologi berbasis divais HMI dengan tetap dapat menangani berbagai
protokol yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan IED-IED termasuk protokol
komunikasi dengan pusat pengendalian atau dispatcher. Sama seperti pada topologi
berbasis divais HMI, disini tidak diperlukan Bay Module, sebab divais lunak terkait
yang dibutuhkan untuk sistim kontrol dan interlok dapat ditempatkan sebagai bagian
dari divais lunak RTU-Gateway.
5.3.3
Topologi Tersebar
Topologi sistim control otomatis dapat diperagakan sebagai terlihat pada Gambar 5.4.
Disini, masing-masing bay gardu induk dikontrol oleh Bay Modul, yang juga berfungsi
untuk menjalankan divais lunak kontrol dan interlok sistim otomatisasi, antarmuka ke
berbagai IED-IED yang dibutuhkan sebagai bagian dari kontrol dan proteksi bay dan
juga sebagai antar-muka ke komputer HMI.
Pada topologi ini, dimungkinkan untuk menggunakan komputer HMI untuk mengambil
alih fungsi kontrol lokal setiap bay untuk keperluan komisioning atau pada waktu
mencari gangguan-gangguan. Jumlah data yang berasal dari berbagai titik-titik I/O
pada gardu tersebut mewajibkan perlunya membuat divais antar-muka SCADA
terpisah seperti RTU atau Gateway. Sementara itu dapat juga digunakan lebih dari
satu komputer HMI.
Umumnya, satu komputer digunakan untuk keperluan operator gardu induk dan yang
satu lagi digunakan khusus untuk keperluan enjinering. Bila diperlukan dapat juga
dirancang satu komputer HMI remote dengan menggunakan kanal komunikasi lainnya
yang terpisah dari sistim SCADA.
CONTROL CENTRE
IDM50
GPS
MODEM
PRINTER
HMI OPERATOR
GATEWAY
ENGINEERING
LAN
IED-MAIN
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
BAY CONTROLLER
IED-MAIN
PROTECTION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
BAY CONTROLLER
BAY CONTROLLER
SORONG
JAYAPURA
MERAUKE
150KV SUBSTATION
150KV SUBSTATION
150KV SUBSTATION
IED-MAIN
PROTECTION
IED-BACK UP
PROTECTION
BAY CONTROLLER
TRAFO 1
150KV / 20KV
Tersebar
145
Pada sistim dengan dua HMI, lebih baik bila sistim real time operation dipisah dari
sistim enjinering sebab sesungguhnya sistim enjinering ini tidak terlalu kritis
sebagaimana dibutuhkan oleh operator real time.
Terdapat beberapa jenis hubungan antar Bay-bay Module dengan komputer HMI
sebagaima akan dibahas berikut. Sistim interkoneksi yang paling sederhana adalah
hubungan radial seperti dapat diperlihatkan seperti pada Gambar 5.5(a). Disini
masing-masing modul bay terhubung secara radial dengan komputer kendali. Cara ini
merupakan cara yang termurah namun juga mempunyai kerugian-kerugian. Yaitu
pertama, misalnya bila kanal terputus maka akan mengakibatkan hilangnya remote
kontrol untuk bay yang terganggu sehingga kontrol hanya bisa dilakukan melalui HMI
komputer bay. Kedua, jumlah port komunikasi yang tersedia pada komputer kendali
(HMI) akan membatasi jumlah Bay Module yang bisa dihubungkan dengan sistim
kontrol tersebut.
Modul-modul
Bay
Modul-modul
Bay
Jaringan
Komputer
Kendali
Modul-modul
Bay
Modul-modul
Bay
Swith LAN
Antar Bay
Swith LAN
Antar Bay
Swith LAN
Antar Bay
Switch LAN
Antar Bay
146
147
b.
c.
Sistem terkunci atau lockup, dimana komputer tidak mau menerima datadata baru yang datang dari rangkaian proses.
Mengingat I/O berada pada level bay, baik analog atau dijital umumnya ditangani oleh
rele-rele pintar atau IED khusus. Pada waktu desain divais-divais IED tersebut harus
mempunyai kapasitas I/O yang cukup. Bila IED-IED tambahan harus dibuat untuk
menaikkan kapasitas I/O maka perlu diperhatikan biaya-biaya yang diperlukan buat
penambahan termasuk ruang dan ukuran panel serta kapasitas komunikasi yang juga
tentunya akan bertambah. Spesifikasi praktis tentang sistem response times diberikan
pada Tabel 5.1, sedang Tabel 5.2 merupakan spesifikasi tipikal jumlah I/O kapasitas
1
maksimum suatu sistim otomatisasi gardu induk .
Jenis Signal
Input Dijital
1 Detik
Input Analog
1 Detik
Output Dijital
0.75 Detik
3 Detik
Kapasitas
Input Dijital
8196
Input Analog
2048
Output Dijital
2048
512
Tabel 5.2 Kapasitas tipikal I/O Pada Sistim Otomatisasi Gardu Induk
Problem yang cukup serius yang harus diperhatikan pada waktu pemilihan kanal
komunikasi adalah faktor kemungkinan interferensi yang mungkin bisa dialami
perangkat-perangkat otomatisasi. Divais-divais bertegangan rendah yang banyak
digunakan sebagai kanal komunikasi pada sistim kontrol sering rawan terhadap
gangguan interferensi elektromaknetik yang berada dilingkungan gardu induk.
Untuk menghindari atau mengurangi gangguan-gangguan komunikasi biasanya
digunakan interface antara divais dengan bus komunikasi yang terdiri dari opto-
148
5.4
METODA KOMUNIKASI
Komunikasi dijital antara divais-divais perangkat keras dibagi atas tiga elemen sebagai
berikut:
a.
Protokol terdiri dari perangkat keras seperti konektor, fungsi setiap pin dan
level signal.
b.
c.
Untuk dapat lebih mengerti mengenai sistim komunikasi dijital maka masing-masing
elemen diatas akan dibahas secara sekilas pada uraian-uraian lebih lanjut.
5.4.1
Format Dan Protokol Komunikasi
Kalau ada yang mau menghubungkan berbagai elemen-elemen suatu perangkat sistim
Hi-Fi yang mungkin terbuat atau dibeli dari berbagai merek maka mereka terlebih
dahulu akan memperhatikan perbedaan-perbedaan protokol yang digunakan.
Keadaan yang sama tentunya juga berlaku dalam dunia industri sistim kelistrikan.
Hal yang perlu diingat adalah bahwa pabrik-pabrik pembuat divais-divais sistim
otomatisasi sering mengembangkan protokol mereka secara spesifik tanpa alasan
tertentu kecuali hanya untuk mengamankan produksi mereka saja semata-mata.
Sebaliknya para pemakai, mempunyai keinginan yang berbeda dimana mereka
mengharapkan agar setiap pabrik dapat menggunakan satu protokol yang sama
sehingga mereka dapat memilih produk siapa saja yang mereka inginkan tanpa perlu
khawatir bahwa barang yang mereka beli akan terbuang karena tidak bisa
berkomunikasi dengan perangkat lainnya.
Dalam prakteknya, protokol-protokol tersebut selalu berubah dari waktu ke waktu dan
beberapa protokol lebih cocok pada kebutuhan komunikasi tertentu ketimbang
komunikasi lainnya.
Protokol yang digunakan juga terkait dengan format yang digunakan, sebab jumlah
kawat-kawat penghubung yang diperlukan tergantung dari format yang digunakan.
149
Terdapat dua format dasar yang digunakan pada sistim komunikasi data sebagai
berikut:
a.
Serial.
b.
Paralel.
Dalam format serial data-data dikirim satu bit demi satu bit sepanjang kanal
komunikasi. Sedang pada format paralel beberapa bit dikirim secara serentak; itu
berarti format paralel akan membutuhkan jumlah kawat penghubung yang lebih
banyak ketimbang komunikasi dengan format seri. Tetapi memang pengiriman datadata dapat dilakukan secara lebih cepat. Dalam prakteknya, komunikasi dengan
format paralel dibatasi hanya untuk komunikasi data dengan jarak hanya beberapa
meter saja. Terdapat beberapa macam format yang paling sering digunakan khususnya
pada sistim otomatisasi gardu induk sebagai yang akan diuraikan berikut ini.
14.4.1.1 Protokol RS232C
Protokol dengan menggunakan format RS232C dapat digunakan untuk komunikasi
antara sesama divais-divais secara full duplex. Spesifikasi format protokol dengan RS
232C ini dapat dilihat pada Tabel 13.3. Spesifikasi perangkat keras dapat menggunakan
konektor 9 pin atau konektor 25 pin. Paling banyak digunakan adalah konektor 25 pin.
Bila kontrol aliran data tidak diperlukan maka hanya tiga pin yang diperlukan yaitu
data transmit, data receive dan satu pin lagi untuk ground. Mengingat terbatasnya
komunikasi antar dua divais, maka protokol ini tidak begitu banyak digunakan pada
sistim otomatisasi gardu induk. Namun demikian, pembahasan protokol ini dirasa
perlu mengingat RS 232C ini sering dijumpai pada sistim komunikasi jauh seperti
misalnya antar RTU dan Control Center yang bersama-sama dengan Modem dapat
digunakan untuk mentransfer data melalui media komunikasi kawat telepon atau
komunikasi lainnya.
Jumlah Pemancar Maksimum
Jenis Koneksi
Moda Operasi
Kopling DC
15 Meter
20 Kbits/detik
Tegangan Pemancar
Minim 5 V, Maksimum 15 V
Sensitivitas Penerima
3V
30 V/mikrodetik
150
32
32
Jenis Koneksi
Moda Operasi
Diferensial
1200 Meter
10 Mbits/detik
Tegangan Pemancar
Minimum 1.5 V
Sensitivitas Penerima
300 Milivolt
Komputer
Kendali Gardu
Induk
Bay
Module
Bay
Module
Bay
Module
151
Bilamana divais yang terhubung dengan kanal komunikasi memberi tanda (flag)
kondisi alarm, berarti sistim diminta untuk meneruskan polling ke semua divais
berikutnya yang tersambung ke kanal tersebut. Kalau lebih dari 31 divais yang perlu
1,23
dihubungkan, maka dibutuhkan lebih dari satu port komunikasi RS485 .
14.4.1.3 Protokol IEC 60870-5
1,23
Terdapat dua protokol
komunikasi yang banyak digunakan antara gardu induk
dengan pusat sistim pengendalian yaitu protokol IEC 60870-5-101 dan protokol IEC
60870-5-103. Protokol IEC 60870-5-101 digunakan untuk komunikasi antara komputer
atau divais-divais elektronik pada jarak yang saling berjauhan. Misalnya komunikasi
antara RTU pada suatu gardu induk dengan Pusat Pengendalian Beban pada jarak yang
saling berjauhan.
Disini teknik komunikasi yang digunakan adalah teknik pengiriman data secara serial
pada laju data hingga 64 kbit/detik tergantung dari protokol transmisi yang digunakan
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh standar. Dengan menggunakan
Modem, maka dalam prakteknya tidak ada keterbatasan jarak transmisi.
Standar protokol IEC 60870-5-103 menspesifikasikan komunikasi protokol antara satu
master station dan divais-divais rele proteksi. Standar ini didasarkan pada standar
internasional dan menggantikan standar Jerman VDE Communication Protocol.
Media komunikasi fiber optik atau kanal RS485 dapat digunakan dan laju data
transmisi dapat dilakukan pada 9600kbit/detik atau 19200kbit/detik. Jarak maksimum
yang bisa dicapai dengan menggunakan fiber optik adalah 1000 meter.
Komunikasi dilakukan berdasarkan prinsip master/slave, dimana master station
secara terus menerus akan melakukan kunjungan (polling) ke divais-divais dibawahnya
(slaves) seperti rele-rele untuk menanyakan apakah ada informasi yang mau ditransfer
ke master station. Informasi-informasi atau message yang didefenisikan oleh standar
biasanya mempunyai fungsi yang terbatas. Namun standar protokol ini memberikan
kesempatan bagi pabrik untuk menentukan format message menurut kebutuhan
spesifik (private) mereka.
Dengan demikian mereka bisa membuat fungsi-fungsi lebih jauh yang lebih berguna.
Tetapi dengan demikian mungkin akan mengorbankan sistim interoperability yang
dibutuhkan untuk mengkomunikasikan berbagai-bagai divais yang berasal dari pabrikpabrik yang saling berbeda. Inilah persoalan yang masih terus dalam perdebatan pada
berbagai kesempatan seminar dan diskusi antara berbagai kalangan industri yang
berkecimpung pada sistim-sistim pengendalian sistim tenaga listrik.
5.4.2
Protokol Jaringan Komunikasi
Sejauh ini, protokol-protokol yang sudah dijelaskan berguna untuk komunikasi data
pada daerah layanan yang relatif terbatas. Pada skema otomatisasi gardu dengan
jangkauan layanan yang lebih luas diperlukan protokol komunikasi yang lebih sesuai.
Protokol yang paling umum digunakan adalah protokol jaringan komunikasi sesuai
dengan model jaringan ISO 7-layer. Model ini dikenal secara internasional sebagai
standar komunikasi antara sistim-sistim data prosessing.
152
Aplikasi
Presentasi
Sesion
Transportasi
Network
Kanal Data
Phisik
Phisik
1,9,24
Konversi suara ke signal listrik. Penentuan jenis konektor, nomor pin, level signal,dll.
Fiber optik atau kawat yang dibuat sebagai jaringan telepon.
Kanal Data
/ Data Link
Transmisi pesan, kontrol kesalahan dan fasilitas konferensi. Kata-kata yang diterima
kurang jelas diminta dikirim ulang, dengan penggunaan prosedur yang disepakati. Untuk
konferensi menentukan cara pengendalian dari satu pembicara ke pembicara lainnya.
Jaringan
/ Network
Transport
Sesion
Penyedian fasilitas untuk membuat panggilan otomatis pada waktu yang ditentukan
sebelumnya, dan memastikan bahwa orang yang dipanggil siap pada waktu panggilan
dilakukan. Sesi bila diputuskan dan kemudian diulang kembali, dengan menggunakan
hubungan jaringan / network yang sama atau berbeda. Panggilan dilakukan dengan
half-duplex, tersedia prosedur kendali aliran pembicaraan / data, misal seseorang bicara
mengundang semua pembicara lainnya.
Presentasi
Aplikasi
Penentuan format dimana pesan akan dikirimkan bila digunakan dalam aplikasi spesifikmisal aplikasi adalah untuk membawa informasi tentang pertemuan yang perlu dihadiri
oleh orang yang diminta, maka disini akan ditentukan jenis format untuk tempat, waktu
dan agenda pertemuan.
1,9,24
153
Model ini terbuat secara modular sehingga divais-divais dari berbagai produk yang
dibuat berdasarkan standar ini dijamin dapat berkomunikasi satu sama lain untuk
saling bekerjasama. Fungsi setiap lapisan dapat dijelaskan dengan membuat analogi
dengan komunikasi suara seperti terlihat pada Tabel 13.5. Terdapat sejumlah protokol
jaringan yang sesuai dengan model OSI yaitu antara lain seperti TCP/IP, Modbus, DNP
dan lain sebagainya. Namun hal ini bukan berarti bahwa divais-divais yang
menggunakan protokol yang berbeda-beda dapat saling tukar menukar atau bahkan
divais-divais yang menggunakan protokol yang samapun belum tentu bisa
interchangeable.
Data item yang sama dapat disimpan pada adress yang berbeda dengan divais yang
berbeda, maka pemrograman kembali client yang menerima informasi selalu harus
dilakukan apabila satu divais diganti dengan divais lain meskipun tetap tidak ada
perubahan fungsi. Dengan mudah dapat dilihat bagaimana suatu gardu yang sudah
dilengkapi dengan berbagai divais dari berbagai jenis dari pabrik yang berbeda dan
yang mungkin saling menggunakan protokol yang berbeda akan mengalami kesulitan
dan akan membutuhkan biaya yang besar pada waktu penerapan sistim otomatisasi.
Biaya-biaya paling besar yang dibutuhkan terutama terletak pada biaya yang
dibutuhkan untuk mengembangkan perangkat lunak penerjemah rutin-rutin pada
konversi protokol dan membangun database yang dibutuhkan untuk me-spesifikasikan
dimana masing-masing data item yang akan diakusisi akan disimpan.
14.4.2.2 Arsitektur Protokol Utiliti UCA
Protokol Utility Communications Architecture V2.0 (UCA V2.0), merupakan usaha
untuk mencari solusi untuk mengatasi berbagai kendala komunikasi diatas yaitu
dengan cara pendekatan objek-oriented terhadap data yang terdapat pada divaisdivais pengukuran atau divais-divais kendali lainnya, ditambah penggunaan standar
protokol internasional (ISO 9506) yang sudah diakui pada layer aplikasi. Objek data
dan pelayanan yang tersedia dalam divais mengikuti sistim penamaan yang sudah
ditentukan. Client dapat mengekstrak deskripsi objek data yang dapat diberikan oleh
divais dan service yang dapat dilakukan sehingga pemrograman client bisa dilakukan
dengan lebih mudah. Faktor pen-skalaan dan satuan-satuan data item dibangun ke
sistim yang mempunyai deskripsi sendiri, sehingga tenaga dan usaha yang diperlukan
pada waktu komisioning dapat dikurangi.
Divais-divais tidak dapat saling dipertukarkan, dalam arti bahwa divais dari satu
pabrikan tidak dapat dibuang dan diganti dengan divais lain yang mempunyai fungsi
yang sama namun dibuat oleh pabrik yang berbeda. Namun, protokol ini bisa
menjamin tercapainya interoperability yaitu kemampuan divais-divais yang dibuat
oleh berbagai pabrik yang berbeda dan mempunyai fungsi yang berbeda dapat saling
berkomunikasi satu sama lain dengan sukses.
Pada UCA, protokol transport sudah dibuat terpisah dari protokol aplikasi, sehingga
masalah-masalah pada alamat-alamat register dan masalah lainnya sudah tidak ada
lagi. Yang harus diperhatikan sekarang adalah protokol transport yang digunakan dan
clients secara normal akan mampu berkomunikasi dengan divais-divais lain dengan
154
menggunakan salah satu dari protokol transport yang tersedia secara umum. Standar
UCA ini mempunyai standar yang ekivalen dengan standar IEC yaitu standar IEC 61850.
Pada mulanya standar IEC 61850 mencakup hanya bidang otomatisasi gardu induk
saja, tetapi secara perlahan standar ini akan dikembangkan terus hingga mencakup
semua bidang yang sama yang terdapat pada standar UCA v2.0. Jumlah para pabrikan
yang sudah mau meninggalkan protokol proprietary sudah semakin meningkat dan
beralih ke standar UCA V2.0/IEC 61850. Dan kemungkinan besar dalam waktu singkat
ini semua divais-divais seperti rele proteksi dan kendali (bay controller) akan
menggunakan standar protokol komunikasi ini. Satu alasan terpenting dalam
mengikuti perubahan ini adalah bahwa standar ini memungkinkan penggunaan bahasa
XML untuk pertukaran data-data diantara sistim database-database. Sebab dengan
tersedianya bahasa XML ini maka informasi-informasi yang disimpan pada sistim
otomatisasi atau kontrol center yaitu yang terdiri dari sederetan database-database,
1,9,23
akan dapat saling dipertukarkan tanpa mengalami kendala lagi
.
5.4.3
Bahasa-Bahasa Komunikasi
Bahasa komunikasi adalah interpretasi terhadap data yang dikandung oleh sebuah
message. Bahasa komunikasi normalnya merupakan bagian dari keseluruhan protokol
komunikasi. Dalam kenyataannya, kedua perangkat transmitter dan penerima
informasi (message) harus menggunakan bahasa yang sama. Sementara terdapat
berbagai standar komunikasi yang dibuat untuk menspesifikasikan bahasa komunikasi
yang diperlukan untuk mendahului implementasi khusus tertentu. Pekerjaan besar
yang terus dilakukan adalah untuk mempertemukan berbagai pihak termasuk para
pabrikan untuk menemukan kesepakatan penggunaan standar umum dan membentuk
suatu institusi yang bisa mengeluarkan sertifikat untuk memvalidasi protokol-protokol
yang dibuat oleh berbagai pabrik pembuat elemen-elemen sistim otomatisasi.
Dengan demikian peralatan yang inter-operable sesuai dengan standar ini akan
semakin banyak. Namun trend terakhir yang diharapkan oleh standar UCA V2.0/IEC
61850, adalah untuk mendefenisikan bahasa secara tepat pada level tinggi (high level)
dan membutuhkan deskripsi detail yang perlu disertakan sebagai bagian dari masingmasing informasi (message) sehingga pihak-pihak penerima (recepient) dapat
mengiterpretasikan message tanpa membutuhkan perangkat penerjemah.
5.5
Perangkat keras sistim otomatisasi gardu adalah sarana fisik yang dibutuhkan untuk
dapat mengimplementasikan sistim otomatisasi gardu induk. Sebaliknya perangkat
lunak yang terpasang pada berbagai divais termasuk bay modul dan komputer adalah
perangkat yang dibutuhkan untuk memwujudkan fungsi-fungsi daris sistim otomatisasi
yang diinginkan. Perangkat lunak bisa terdiri dari yang sangat sederhana hingga
perangkat lunak yang sangat amat kompleks. Tabel 5.6 memperlihatkan fungsional
1
otomatisasi gardu luas .
Deskripsi tentang jaringan listrik dan karakteristik-karakteristik dari berbagai divais
yang terkait dengan dengan jaringan disimpan pada komputer sebagai database atau
pasangan-pasangan database. Masing-masing database, disusun pada tabel-tabel,
155
Fungsi
Interlocking
Pemutus Tenaga
PMT
Pemisah DS
Urutan Tripping
Kegagalan PMT
Intertripping
Urutan Switching
Perubah Trafo
Otomatis
Perubahan
Busbar Otomatis
Pemulihan Catu
Daya Setelah
Gangguan
Pengendali
Beban
Pelepas Beban /
Load Shedding
Pemulihan
Beban
Pelepasan
Generator
Supervisi Trafo
Kendali Tap
Changer OLTC
Pengendalian
Beban
Pemantauan
Energi
Pengendali
Ekspor / Import
Menejemen
Energi
Pemantauan
Gardu Induk
Pemantauan
Pengukuran
Pemantauan
GIS
Status
Equipment
Status Rele
Status PMT
Status DS
Setting
Parameter
Rele-rele
Trafo-trafo
Urutan Switching
Konfigurasi
IED - IEC
Fungsi HMI
Kendali Akses
Transduser
Interface
ke SCADA
Pemantauan
On-line
Analisa Harmonis
Pemrosesan Alarm
Sistim Pantauan
Akses Remote
Event Logging
Analisa Gangguan
Kontaktor
Trip Bersama
Rekonfigurasi
Jaringan
Pengendalian
Faktor Daya
156
sehingga hanya sedikit modul baru yang perlu ditulis (atau malah mungkin sudah tidak
ada) dan perlu dites untuk keperluan gardu khusus.
Kebutuhan data untuk perhitungan dilakukan perangkat lunak yang disimpan pada
database jaringan. Ini berarti penambahan fungsi dikemudian hari tidak mengalami
kesulitan sepanjang desain database sudah mempertimbangkan kemungkinan
tersebut sebelumnya. Mungkin bisa terjadi masalah bila konfigurasi jaringan listrik
diganti atau ada penambahan fungsi tambahan dalam pembacaan data-data historis
sebelum terjadi perubahan. Pelatihan-pelatihan staff operasi sangat dibutuhkan dalam
mengoperasikan sistim, menejemen konfigurasi dan untuk keperluan pemeliharaan
sistim otomatisasi tersebut. Supplier sistim otomatisasi harus menyediakan
menejemen konfigurasi dan sistim pemeliharaan sesuai dengan kontrak dan sering
perlu dischedule budjet yang dibutuhkan untuk pemeliharaan.
Perintah order ke divais switching seperti pada CB, DS, OLTC harus dilakukan secara
teliti dan hati-hati. Hal ini karena pada dasarnya tidak boleh ada kegagalan atau
kesalahan operasi yang bisa berakibat fatal baik terhadap sistim maupun terhadap
manusia. Untuk melakukan pengembangan biasanya dilakukan struktur hirarkhis
dimana operator yang ingin memberi perintah buka atau tutup terhadap perangkat
switching di log-in ke sistim dengan menggunakan password.
Level-level kewenangan yang berbeda, bisa berfungsi untuk membatasi kemungkinan
ada orang yang tidak sengaja ataupun secara sengaja melakukan perintah ke
perangkat switching.
Level hierarki untuk menstruktur perintah mulai pada issue/confirm/execute biasanya
dibuat sedemikian rupa sehingga setiap operator mau melaksanakan perintah bukatutup jaringan dapat memeriksa apakah komando yang mau diberikan sudah benar
sebelum perintah tersebut dilaksanakan.
Level akhir dalam hierarchi di implemetasikan dalam perangkat lunak pada level bay
dan beraksi setelah operator memberi konfirmasi bahwa perintah switching tersebut
harus dilaksanakan.
Pada tahap ini, terutama pada perintah eksekusi, operasi diperiksa ulang kembali
terhadap:
a.
Divais dalam keadaan terkunci atau locked out. Misal dalam keadaan lock
out, maka eksekusi bisa dibatalkan.
b.
Pada sejumlah sistim-sistim, beberapa ruting operasi switching, misalnya transfer satu
feeder dari satu bus-bar ke bus-bar lainnya dilakukan secara otomatis dalam
perangkat lunak. Disini operator hanya perlu meminta perintah bus-transfer maka
perangkat lunak akan melaksanakan perintah tersebut secara otomatis secara aman
dan benar termasuk semua urutan-urutan yang harus dilakukan.
157
Methoda otomatis ini bisa mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi bila dilakukan
secara manual. Tetapi memang perangkat lunak yang digunakan switching sequences
juga akan lebih kompleks dan sebelum dikeluarkan dari pabrik perlu dichek dan di-uji
secara ber ulang-ulang.
Namun mengingat perangkat lunak tersebut pada dasarnya terdiri dari modul-modul
spesifik maka pemilihan yang tepat sesuai kebutuhan, perlu distudi terlebih dahulu
sebelum memutuskan perangkat apa saja yang sebenarnya diperlukan.
5.5.1
Pengembangan-Pengembangan Kedepan
Fungsi-fungsi otomatisasi gardu induk sampai sejauh ini masih terus dalam
perkembangan yang dari waktu ke waktu masih bisa berubah terutama dengan
produk-produk baru yang terus ditambahkan. Pengembangan fungsi-fungsi tersebut
terus berkembang pada berbagai area, namun ada dua bidang yang sangat menarik.
Yaitu fungsi aplikasi pemantauan kondisi peralatan atau dalam istilah populernya
condition monitoring dan aplikasi akses web.
Paket condition monitoring secara umum sudah di implementasikan pada otomatisasi
gardu, sementara itu terdapat juga paket-paket khusus lain yang bisa digunakan untuk
pemantauan trafo-trafo besar yang cukup mahal dan strategis. Sistim pemantauan ini
diharapkan dapat dikembangkan untuk pemantauan kondisi generator termasuk
pemantauan trafo arus dan trafo tegangan serta sumber-sumber catu daya penting
lainnya.
Dalam waktu dekat kita berharap semua paket-paket tersebut sudah menjadi bagian
integral dari suatu sistim otomatisasi gardu-gardu induk sehingga pengoperasian
sistim tenaga dapat dilakukan dengan semakin baik. Keuntungan yang bisa diperoleh
dari paket pemantauan kondisi diatas adalah sebagai bagian dari komponenkomponen yang diperlukan dalam membuat kebijakan-kebijakan Management Asset,
misalnya dalam perencanaan skedule pemeliharaan dan penggantian-penggantian
suku cadang dan sebagai catatan-catatan statistik terhadap data-data gangguan. Datadata terakhir ini dapat diberikan ke para pabrikan agar pada disain selanjutnya dapat
dilakukan perbaikan-perbaikan disain.
Akses web sudah sering didiskusikan pada berbagai seminar tentang teknik
telekomunikasi. Penggunaan teknik komunikasi internet sebagai sarana komunikasi
dari dan ke gardu induk agaknya sudah merupakan solusi murah, terbukti andal dan
dapat diakses secara luas dari berbagai rute. Cara ini juga memungkinkan akses ke
data yang mungkin diperlukan oleh pihak-pihak yang memerlukannya sehingga datadata yang tersedia menjadi lebih berdaya guna, karena dapat digunakan berbagai
kalangan tanpa merugikan siapapun. Namun untuk mencegah sisi-sisi negatif dari
mudahnya mengakses data-data yang bisa disalah gunakan misalnya untuk keperluan
lain yang tidak produktif, maka penggunaan akses web ini harus diperhitungkan secara
matang dan hati-hati.
Harus dipertimbangkan perlunya suatu sistim yang dapat mengamankan instalasi
gardu induk terhadap para penyusup jaringan komputer yang bisa mengacaukan
sistim basis data yang sudah di set pada setiap gardu induk, misal data-data setelan
158
rele, konfigurasi sistim, data-data energi yang sudah direalisasikan pada setiap saluran
atau trafo dan sebagainya.
Kembali lagi bahwa pertimbangan yang paling penting sebenarnya adalah biaya yang
diperlukan untuk membangun infrastruktur sistim komunikasi yang aman dan bisa
diandalkan. Namun dengan semakin majunya teknologi kedepan, bisa saja dimasa
yang akan datang teknik komunikasi dengan web ini bisa semakin aman tanpa
khawatir akan masuknya para pengakses-pengakses yang tidak berkepentingan.
Sementara ini untuk, langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mencegah masuknya
para penyusup jaringan baik dari penyusup luar maupun penyusup internal yang tidap
bertanggung jawab terhadap jaringan korporat dan aset gardu induk, dapat dilakukan
6
dengan beberapa tip-tip berikut .
5.6
1.
2.
Memastikan bahwa semua akun mempunyai pasword yang aman dan tidak
mudah dibaca.
3.
4.
Instal patch-patch yang aman dari suplier perangkat lunak yang resmi pada
waktu yang tepat.
5.
6.
7.
Pasang sistim dengan menggunakan ID, logging sistim dan telusuri semua
aktifitas yang mencurigakan.
Pekerjaan-pekerjaan sistim konfigurasi serta pengetesan-pengetesan dan waktuwaktu para manejer proyek, adalah bagian-bagian yang sangat menguras waktu
dalam projek realisasi sistim otomatisasi dan pemantatuan kondisi gardu induk suatu
sistim tenaga listrik.
Berbagai cara untuk mengatasi hambatan-hambatan dapat dilakukan dengan cara
sendiri-sendiri tergantung dengan pabrik yang dihadapi, namun pendekatan umum
dapat dilakukan sebagai berikut.
5.6.1
Konfigurasi Sistim
Tools perangkat lunak yang dapat membantu dalam mengkonfigurasi gardu induk
moderen atau sistim jaringan otomatisasi harus tersedia. Pengertian dari task-task
yang diotomatisasi bervariasi, namun semuanya membutuhkan detail-detail minimum
tentang jaringan yang akan dikendalikan, diperluas hingga ke masing-masing level
divais-divais seperti CB, DS, Tap Changer dan lain sebagainya. Bilamana perangkatperangkat baru perlu diitegrasikan ke SCADA existing, maka karakteristik dan datadata serta adres divais-divais tersebut harus dimasukan (entry) ke sistim database
159
eksisting. Disini diperlukan semacam tools perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk memeriksa konsistensi data-data, terutama pada waktu pembuatan dan pada
waktu integrasi yaitu:
a.
b.
b.
c.
Graphical Hubungan antara mimik pada tampilan dan data-data yang mau
ditampilkan.
d.
e.
Setelah semua data sudah tersedia dan sudah didefinisikan maka tool yang masih
diperlukan adalah configurator yang dapat digunakan menentukan konfigurasi
hardware sedemikian sesuai dengan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dengan biaya
seminimum mungkin.
5.6.2
Pengetesan Sistim Kontrol
Tingkat dan jenis pengetesan yang perlu dilakukan disesuaikan dengan kebutuhan
yang akan didokumentasikan dalam spesifikasi sistim pengetesan. Sebelum
dikeluarkan dari pabrik pada umumnya setiap divais perangkat keras ataupun
perangkat lunak sudah mengalami pengetesan-pengetesan secara lengkap terhadap
semua fungsi-fungsi yang diharapkan dilakukan divais-divais tersebut. Semakin luas
dan semakin kompleksnya sistim otomatisasi, maka semakin penting semua
pengetesan dilakukan dengan ketat yaitu untuk menguji setiap fungsi yang akan
dilakukan oleh divais tersebut. Semakin dini ditemukan suatu kelainan sistim maka
perbaikan dapat pula dilakukan dengan semakin cepat sehingga tanpa membebani
pembuat akan biaya-biaya perbaikan yang harus dikemudian hari.
Koreksi yang harus dilakukan dilapangan setelah barang terpasang akan
membutuhkan biaya yang tinggi dan biasanya akan sangat menguras waktu dengan
melibatkan banyak orang mulai dari orang lapangan, projek menejer hingga para staff
pabrikan. Dengan mempertimbangkan biaya pengetesan yang cukup tinggi maka
pengetesan secara manual sebuah jaringan otomatisasi praktis, hanya untuk sistim
jaringan kecil. Perangkat simulasi merupakan perangkat yang sangat penting untuk
semua sistim otomatisasi.
Perangkat ini tergantung pada dua katagori sebagai berikut:
160
a.
b.
Tool simulator dibuat khusus buat jaringan yang akan ditest. Biasanya perangkat
simulator ini dilengkapi dengan simulasi bahasa simulation language yang dapat
digunakan oleh operator untuk memainkan beberapa skenario. Misalnya untuk
menentukan bagaimana sistim otomatisasi bereaksi terhadap berbagai stimuli atau
rangsangan eksternal.
Suatu simulator bisa jadi terdiri dari divais berbasis hardware dan atau software yang
mengemulasikan tanggapan dari berbagai divais yang berbeda-beda yang akan
dikontrol seperti CBs atau DS atau VT atau rele proteksi dan lain sebagainya. Masingmasing perangkat tersebut harus mampu secara melekat merespons mengikuti
respons dinamis divais tersebut dalam berbagai kondisi gangguan-gangguan nyang
datang secara berturutan. Perangkat khusus dan kepustakaan dibuat sesuai dengan
keperluan, termasuk penggunaan perangkat lunak yang kompleks untuk keperluan
mensimulasi tanggapan atau respons divais terhadap impuls atau tanggapan dinamis
divais rele proteksi bila dengan menggunakan algoritma proteksi. Perangkat tersebut
dapat menirukan divais-divais yang terkait dengan sistim otomatisasi jaringanatau
untuk mensimulasikan perangkat eksternal lainnya, sehingga level tanggapan sistim
otomatisasi dapat diuji dan di test.
Simulator komunikasi digunakan baik terhadap beban jaringan komunikasi internal
yang terkait dengan sistim otomatisasi yaitu untuk memastikan bahwa semua
perangkat sistim otomatisasi dapat berkomunikasi secara benar dan kinerja
keseluruhan sistim otomatisasi sesuai dengan spesifikasi selama perioda waktu
dimana trafik komunikasi sedang tinggi-tingginya. Simulator-simulator ini adalah
standar dan satu simulator mungkin dapat mengemulasi beberapa item perangkat.
Komunikasi simulator eksternal mengetes komunikasi dengan sistim eksternal,
misalnya dengan kontrol center remote. Standar simulator adalah simulator yang
bekerja sesuai dengan standar seperti standar IEC 60870-5-101.
5.6.3
Substation Automation Di Indonesia
Implementasi penggunaan otomatisasi gardu induk di Indonesia khususnya di Jawa
sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2006. Namun baru sejak tahun 2008 semua
gardu-gardu baru khususnya gardu-gardu besar telah dirancang dengan Substation
Automation. Beberapa diantara gardu induk baru maupun yang gardu eksisting
konvensional yang di upgrade dengan perangkat substation antara lain misalnya
adalah Gardu Induk Menes, Asahimas, Saketi dan berbagai gardu-gardu induk lainnya
yang tersebar di Pulau Jawa dan Bali. Diluar pulau Jawa gardu yang sudah dilengkapi
dengan perangkat substation automation antara lain adalah gardu induk Blambangan
Umpu, Pangkal Pinang, Suangai Liat, Air Anyer, Tanjung Api-api, Sungai Penuh,
Sukarame dan Muara Bulian. Demikian juga di Pulau Kalimantan dan Sulawesi
pembangunan gardu-gardu induk kedepan agaknya akan menggunakan substation
automation. Gambar 5.8 memperlihatkan panel server Substation Automation,
Proteksi dan Kontrol GI Blambangan Umpu di Sumatera Selatan dimana terdapat
perangkat-perangkat seperti server, gateway, Modem, LAN, GPS, Inverter dan
sebagainya. Tidak seperti pada sistim konvensional dimana panel proteksi dan kontrol
ini dibuat terpisah, pada gardu-gardu yang sudah berbasis substation automation
161
panel proteksi dan kontrol dibuat dalam satu panel. Fungsi kontrol dalam panel ini
adalah sebagai sarana kendali lokal bila sewaktu-waktu kendali melalui platform
substation automation mengalami gangguan. Gambar 5.9 memperlihatkan contoh
tampilan single line diagram dan tampilan pengukuran pada otomatisasi gardu induk
Menes. Pada dasarnya papan kendali ini dirancang hanya untuk perioda transisi
sampai waktu dimana operator telah sepenuhnya dapat mengandalkan perangkat
kendali dengan menggunakan automation substation.
Semua perangkat proteksi dan bay controler terhubung dengan server melalui fiber
optik. Antara rele-rele baik dalam satu panel maupun antar panel terdapat fasilitas
komunikasi yang bisa digunakan misalnya untuk menggantikan fungsi-fungsi kendali
dan signaling lainnya seperti interlok antara bay satu dengan bay lainnya.
Gambar 5.8: Panel Server Substation Automation Dan Kontrol Proteksi Gardu Induk
Blambangan Umpu 150kV, PLN Wilayah Sumsel
Gambar 5.9: Contoh Tampilan Single Line Diagram Dan Pengukuran Trafo GI Menes,
Banten
162
PENDAHULUAN
ii.
iii. Komisioning.
iv. Pemeliharaan berkala.
6.1.1
Pengujian Jenis
Pengujuian jenis diperlukan untuk membuktikan bahwa rele-rele sudah memenuhi
spesifikasi-spesifikasi yang sudah dipublikasikan sesuai dengan standar-standar yang
berlaku. Karena fungsi dasar Rele Proteksi adalah untuk dapat beroperasi
mengamankan sistim secara benar pada sistim tenaga khsususnya terhadap gangguangangguan abnormal, maka adalah penting untuk menguji kinerja sistim dalam setiap
kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada sistim tenaga listrik tersebut.
Dengan demikian selama dalam tahap pengembangan dan proses sertifikasi perlu
melakukan pengetesan secara menyeluruh (komprehensif) dengan menirukan kedaankeadaan operasi yang sebenarnya.
Standar-standar yang mencakup semua aspek yang dibutuhkan pada suatu rele antara
lain adalah Standar IEC 60255 dan ANSI C37.90. Standar-standar pendukung antara
lain adalah IEC 61000, IEC 60068 dan IEC 60529, sedangkan produk-produk yang
dirancang untuk EEC juga perlu memperhatikan arahan-arahan sesuai dengan
89/336/EEC dan 73/23/EEC. Mengingat pengujian jenis rele digital ataupun rele
numerik bukan hanya perangkat keras namun juga perangkat lunak termasuk
terminal-terminal komunikasi yang melekat, maka proses pengetesan jauh lebih sulit
dan canggih dibandingan dengan pengetesan rele electromekanis biasa.
6.1.2
Rutin Dalam Proses Produksi
Pengetesan rutin dalam proses produksi dilakukan untuk menjaga kualitas hasil
produksi sehingga dapat dijamin bahwa produk-produk yang dihasilkan selama proses
produksi bebas dari cacat dan kerusakan lain. Selama proses pabrikasi, maka
pengetesan-pengetesan harus dilakukan atas beberapa tahap, sedemikian rupa
163
6.2
164
Skala
Langkah
I >1
0.08 4.00 ln
0.01 ln
I >2
0.08 32 ln
0.01 ln
Arah
RCA
-95 ke +95
Karakteristik
DT / IDMT
0 100 detik
0.01 detik
0.025 1.2
0.025
0.5 15
0.1
0 100 detik
0.01 detik
IDMT / DT
0 100 detik
0.01 detik
165
Tes 1
Akurasi pick-up dan drop off rele tiga phasa non-directional pada
semua setting arus pick-up dan drop off
Tes 2
Akurasi pick-up dan drop off rele tiga phasa untuk semua setting RCA
pada arah reverse, sudut tegangan di sweep
Tes 3
Akurasi pick-up dan drop off untuk semua setting RCA pada arah
maju, sudut arus di sweep
Tes 4
Akurasi pick-up dan drop off rele directional tiga phasa pada arah
maju, sudut tegangan di sweep
Tes 5
Akurasi pick-up dan drop off rele directional tiga phasa pada semua
setting RCA pada arah terbalik, sudut tegangan di sweep
Tes 6
Tes 7
Tes 8
Tes 9
Tes 10
Tes 11
Tes 12
Tes 13
Tes 14
166
6.2.6
Tahanan Isolasi
Pengetesan tahanan isolasi dilakukan sesuai dengan standar IEC 60255-5 yaitu dengan
tegangan DC 500 Volt 10% untuk waktu minimum 5 detik. Ini dilakukan antara
semua sirkit dengan body dari rele yang diuji dan antara kontak-kontak dalam keadaan
terbuka. Nilai tahanan isolasi minimum adalah 100 M. Setelah mengalami test panas,
tahanan isolasi minimum adalah 10 M.
6.2.7
Rangkaian Catu Daya
Rele-rele digital dan numerik pada umumnya membutuhkan catu daya yang cukup
sehingga komponen-komponen mikroprosessor dan peralatan interface rele-rele
dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi. Catu daya tersebut bisa DC atau AC yang
dapat diperoleh baik dari sumber batere maupun sumber UPS, generator..dan
sebagainya. Catu-catu daya ini bisa aja tidak ideal sehingga kadang tegangannya bisa
turun naik, kedip karena hubung singkat. Rele-rele dirancang tahan dan tetap dapat
bekerja dengan baik dalam kondisi-kondisi tersebut.
Pengetesan dilakukan baik dengan sumber catu DC maupun dengan AC yang dapat
dirubah-rubah termasuk nilai tegangan dibawah harga nominal dan mempunyai
fasilitas interupsi untuk menirukan kedip tegangan. Selang interupsi mulai dari 2 mili
detik hingga 60 detik atau lebih seharusnya tidak akan mempengaruhi kinerja rele
yang diuji.
Rele dalam kedaan malfunction termasuk kegagalan rele dan kontak-kontak watchdog, mikro-prosessornya reset, alarm atau indikasi trip, kemampuan menerima datadata yang korup (data-data yang tidak lengkap) karena gangguan saluran komunikasi
atau karena data-data setelan yang menyimpang yang tidak sesuai dengan input
masukan pada memori.
Untuk kehilangan catu daya atau kedip tegangan lebih dari 20 mdetik atau lebih, rele
harus bisa pulih sendiri tanpa ada data-data yang hilang atau setelan-setelan yang
berubah. Tidak perlu ada bantuan dari operator untuk mengembalikan atau
memulihkan kedaan rele tersebut.
Banyak rele sekarang ini dapat bertahan terhadap kehilangan catu atau terhadap
kedip tegangan lebih dari 50 mdetik tanpa mempengaruhi kinerja rele. Sebagai
tambahan, rele-rele juga bisa mengalami start berulang-ulang atau mengalami
kehilangan catu daya secara berturut-turut. Sekali lagi rele di tes untuk tahan dan bisa
pulih sendiri terhadap keadaan tersebut tanpa ada data-data yang hilang.
Tes khusus dilakukan dengan catu daya tegangan DC termasuk dengan test polaritas
terbalik, sumber AC yang tercampur dengan DC dan berbagai keburukan tegangan DC
yang mungkin terjadi. Semua tes dilakukan pada berbagai level pembebanan rele
auxiliary.
6.3
167
Kondisi lingkungan di gardu induk sangat rentan terhadap interferensi gelombanggelombang elektromaknetik.
Beberapa sumber penyebab interferensi pada gardu induk antara lain adalah misalnya
datang dari rangkaian-rangkaian internal misalnya penutupan dan pembukaan alatalat switching dan akibat gangguan-gangguan. Sumber gangguan yang paling umum
adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
Pengetesan-pengetesan untuk semua kejadian diatas harus dilakukan dan semua jenis
interferensi disimulasikan. Keseluruhan kejadian-kejadian interferensi diatas
ditampung pada satu wadah yang disebut EMCatau Electromagnetic Compability Test.
Secara umum dapat dikatakan sebagai: EMC adalah kemampuan alat atau perangkat
bertahan pada kondisi lingkungan elektromaknetis.
Sebenarnya hal ini bukan hal baru, sebab sejak sudah diterapkannya peralatan
elektronik dilingkungan militer, pengetesan-pengetesan EMC ini sudah banyak
dilakukan. EMC dapat menyebabkan problem real dan serius, namun dalam
kebanyakan perangkat elektronik lainnya tidak begitu perlu mendapat perhatian
secara khusus.
Pengetesan EMC menentukan pengaruh pada rele yang diuji dengan berbagai
gangguan frekuensi tinggi. Rele-rele yang dibuat untuk digunakan pada EEC harus
sesuai dengan arahan EEC yaitu 89/336/EEC. Untuk melakukan hal ini, sebagai
tambahan pada arahan EEC, pengetesan-pengetesan berikut perlu dilakukan:
a.
b.
Ramp DC.
c.
d.
Transien cepat.
e.
f.
g.
Pelepasan elektrostatik.
h.
i.
j.
6.3.1
Ripple AC Pada Catu DC
Sesuai dengan IEC 60255-11 tes ini dilakukan untuk mengetahui apakah rele ini
mampu bekerja dengan benar apabila tegangan catu DC mengandung ripple AC.
168
Kejadian ini bisa terjadi pada batere yang sedang discharge dari sumber penyearah
dimana ripple dapat terjadi seperti dapat dilihat pada Gambar 6.1 dibawah. Besar
1
ripple adalah 12% peak to peak yang terjumlahkan dengan tegangan catu DC .
60.00
Tegangan (V)
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
1396
1306
1219
958
1132
Waktu (ms)
1045
871
784
697
610
523
436
349
262
175
88
0.00
Tegangan
6.3.2
Gangguan Frekuensi Tinggi
Pengetesan ini adalah untuk mensimulasikan terjadinya tegangan lebih transien yang
dihasilkan oleh sistim pada waktu terjadinya gangguan atau pada waktu melakukan
switching dan maneuver jaringan. Ini terdiri dari gelombang sinusoidal dengan
frekuensi sampai 1 MHz dimana amplitudonya menciut seperti dapat ditunjukkan
1
pada Gambar 6.2 dibawah . Interferensi diterapkan pada terminal masing-masing
sirkit (moda diferensial) dan antara terminal masing-masing sirkit dengan tanah (moda
kommon). Pada pengetesan ini, produk yang diuji di catu baik secara normal ataupun
secara terputus-putus. Selama pengetesan ini rele harus tetap dapat bekerja dengan
baik tanpa ada keanehan.
0
Waktu
169
6.3.3
Transien Cepat
Tes ini mensimulasikan interferensi tegangan tinggi yang disebabkan oleh bekerjanya
diskonektor pada gardu GIS atau pada waktu terjadi kegagalan isolasi gas SF6 antara
penghantar dengan metal pembungkus yang ditanahkan. Interferensi ini bisa menjalar
sampai ke rele melalui kopling induktif atau dapat langsung melalui sirkit sekunder CT
atau VT.
Secara fisik interferensi ini bisa berlangsung dalam bentuk burst (lihat gambar) secara
seri dengan durasi 15 mdetik pada interval 300 mdetik. Masing-masing burst terdiri
dari sejumlah pulsa seri dengan lebar masing-masing 50 nano detik dengan kecepatan
waktu naik rise time yang sangat tinggi (Lihat Gambar 6.3) dan tegangan puncak
sampai 4 kV.
V
t
V
Rise time 5 ndet, lebar pulsa 50 ndet
t
Periode Repetisi
Dalam pengetesan ini, benda uji di pasok dengan tegangan catu normal maupun
dalam keadaan moda ter interupsi. Untuk setiap pengetesan yang dilakukan dalam
common mode antar terminal rele dengan tanah untuk selama 60 detik, rele tetap
harus dapat bekerja dengan baik tanpa ada kesalahan operasi. Interferensi dengan
perangkat komunikasi bisa dilakukan dengan menggunakan capasitor pengait yang
sesuai.
6.3.4
Kekebalan Surja
Pengetesan ini dilakukan untuk mensimulasikan interferensi akibat gangguangangguan sistim tenaga seperti pada waktu buka atau tutup kapasitor dan karena
sambaran petir pada saluran transmisi pada lokasi sampai 5 kM dari gardu induk.
Gelombang tes mempunyai tegangan open sirkit sebesar 4 kV untuk surja dengan
moda common (terminal dengan tanah) dan 2 kV untuk moda diferensial. Bentuk
gelombang tes adalah 1.2X50 mdetik (waktu naik dan waktu turun) dan arus hubung
singkat dalam bentuk gelombang 8X20 mdetik.
Sumber pembangkit gelombang dapat membangkitkan arus sampai 2 kA, sehingga tes
ini harus hati-hati sebab dapat merusak barang uji. Surja diterapkan dan diatur dengan
menggunakan S/W melalui kopling baik dalam moda diferensial maupun dalam moda
170
common. Selama pengetesan benda uji harus tetap baik dan dapat bekerja tanpa ada
kesalahan.
6.3.5
Interferensi Frekuensi Tenaga
Tes ini mensimulasikan jenis interferensi yang diakibatkan gangguan sistim tenaga
yang memberikan arus yang sangat besar mengalir pada sirkit primer atau jaringan
mesh pentanahan. Gangguan ini menimbulkan interferensi dengan frekuensi 50 Hz
yang menjalar melalui induksi pada bagian-bagian pengendali maupun pada bagianbagian perangkat komunikasi.
Sejauh ini belum ada standar internasional yang mengatur cara pengetesan ini, tetapi
salah satu yang sering dilakukan oleh berbagai pengusaha listrik adalah:
a.
b.
Yang diterapkan ke dalam sirkit yang diuji pada saat mana benda uji tidak diberi catu
daya. Pengetesan dilakukan pada masing-masing sirkit, dengan rele pada moda
sebagai berikut;
1.
Arus dan tegangan diterapkan pada setelan 90%, (rele tidak trip).
2.
3.
Selama pengetesan, rele yang diuji harus tetap baik dan tidak terjadi kesalahan
operasi dalam batas toleransi yang diberikan.
6.3.6
Pelepasan Muatan Elektrostatis
Pengetesan ini mensimulasikan kejadian interferensi tegangan tinggi pada waktu
operator menyentuh permukaan panel rele setelah mengalami pemuatan (charge)
tegangan tinggi. Kejadian ini sama halnya dengan electric shock yang dialami pada
waktu orang keluar dari mobil yang berada dalam daerah elektromaknetik atau pada
waktu melangkah diatas karpet fiber sintetik.
Dalam hal ini pelepasan muatan (discharge) hanya diterapkan pada pintu permukaan
panel rele yang bisa buka-tutup. Disini bisa terjadi dua jenis pelepasan muatan, yaitu
melalui pelepasan udara (air discharge) atau discharge melalui kontak langsung.
Pelepasan udara terjadi pada permukaan yang terbuat dari isolator dan kontak
discharge terjadi pada permukaan panel yang terbuat dari bahan penghantar metal.
Untuk pengetesan ini digunakan standar IEC 60255-22-2 dengan parameter sebagai
berikut:
a.
b.
Pada kedua keadaan diatas, semua bagian yang lebih rendah juga di tes. Gelombang
arus pelepasan dapat dilihat pada Gambar 6.4 dibawah ini.
171
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Waktu, ndet
Arus dan tegangan diterapkan pada setelan 90% (rele tidak trip).
2.
3.
Untuk dapat lulus dalam tes ini, maka selama pengetesan benda uji harus tetap dalam
keadaan baik dan dapat beropersai secara normal tanpa ada kesalahan.
6.3.7
Emisi Melalui Konduksi dan Radiasi
Tes ini utamanya timbul akibat kebutuhan proteksi esensial yang sesuai dengan
pengarahan yang dikeluarkan oleh komunitas eropa (European Community) mengenai
EMC. Kebutuhan ini meminta agar para pabrikan menjamin bahwa produk-produk
mereka yang akan dijual diseluruh negara-negara Eropa tidak akan menginterferensi
perangkat-perangkat lain yang mungkin ada disekitar barang tersebut. Untuk
melakukan permintaan ini maka perlu dilakukan pengukuran terhadap emisi yang
dibangkitkan benda uji dan terjamin nilainya dibawah spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Emisi melalui konduksi diukur hanya dari terminal catu daya dan dipastikan bahwa
ketika menyambungkan terminal ke jaringan tidak akan mencatu balik ke dalam jalajala listrik yang dapat mempengaruhi perangkat lain yang tersambung dengan jaringan
listrik tersebut.
Sedang emisi melalui radiasi diukur untuk mengetahui bahwa energi yang dipancarkan
oleh perangkat tersebut berada pada level yang tidak mempengaruhi perangkatperangkat lain dalam instalasi tersebut. Tes ini biasanya dilakukan pada ruang
pengetesan terbuka dimana tidak terdapat struktur permukaan pantul atau sumber
radiasi, demikian rupa sehingga pengukuran yang dilakukan benar-benar hanya
terhadap spectrum frekuensi radiasi yang dipancarkan oleh perangkat rele yang diuji.
172
Pada waktu melakukan kedua pengetesan ini, rele dibuat dalam kondisi tenang atau
dalam keadaan operasi normal, tidak ada gangguan, dengan arus dan tegangan yang
diterapkan sebesar 90% dari harga setelan. Keadaan rele dalam tenang (quiescent) ini
merupakan kondisi terlama bisa terjadi, lagi pula emisi gelombang elektromaknetik
pada waktu trip dianggap tidak signifikan dan jarang terjadi dalam waktu lama dan
hanya pada waktu terjadi gangguan.
Pengetesan dilakukan sesuai dengan IEC 60255-25 dan EN 50081-2, detailnya dapat
dilihat pada Tabel 6.3.
Range Frekuensi
Batas Pengujian
20 230 MHz
30 dB (V/m)
pada jarak 30 m
40 dB (V/m)
pada jarak 10 m
37 dB (V/m)
pada jarak 30 m
47 dB (V/m)
pada jarak 10 m
79 dB (V/m)
quasi - peak
79 dB (V/m)
quasi - peak
66 dB (V/m)
average
66 dB (V/m)
average
73 dB (V/m)
quasi - peak
73 dB (V/m)
quasi - peak
60 dB (V/m)
average
60 dB (V/m)
average
Radiasi
173
masuknya sumber gangguan interferensi, tetapi dalam praktek hal ini jarang
dilakukan.
Penerapan interferensi ke permukaan atas dan permukaan panel bagian bawah hanya
terpengaruh secara tidak berarti karena permukaan metal yang terhubung dengan
tanah sudah merupakan tabir pelindung terhadap gelombang elektromagnetik.
Namun, permukaan depan dan belakang panel rele tidak tertutup dengan metal
secara sempurna sehingga tidak merupakan tabir elektromagnetik yang sempurna dan
dapat dipandang sebagai lubang yang bisa menjdai sumber EMC. Ini berarti kalau
gelombang dipancarkan kearah permukaan depan panel rele, maka gelombang
tersebut dapat dengan mudah dengan bebas memasuki papan-papan sirkit (PCB) rele
tersebut.
Pada waktu tes, rele dibuat dalam keadaan dicatu normal atau tenang dengan arus
dan tegangan catu sebesar 90% harga setelan. Tetapi, tes pada titik tertentu dilakukan
pada frekuensi yang dipilih khususnya pada waktu pengetesan fungsi proteksi dan
control rele sedang dalam penelitian, untuk memastikan bahwa rele dapat bekerja
sebagaimana diharapkan pada waktu dibutuhkan.
Frekuensi utuk pengetesan spot umumnya dipilih untuk sama dengan frekuensi radio
pemancar khususnya frekuensi radio telepon yang digunakan oleh orang yang bekerja
pada gardu tersebut. Hal ini agar personal atau teknisi yang sedang berada dekat
dengan rele dapat menggunakan telepon mereka tanpa perlu takut akan mengganggu
rele proteksi yang sedang di teliti.
Standar IEC 60255-22-3 menspesifikasikan tes kekebalan terhadap radiasi yang akan
dilakukan (ANSI/IEEE C37.90.2 digunakan untuk barang yang dibuat berdasarkan
standar Amerika), dengan level signal:
1.
2.
IEC 60255-22-6 digunakan untuk melakukan tes kekebalan dengan level tes terdiri
dari: Class III, 10V r.m.s, 150 kHz-80 MHz.
6.3.9
Medan Magnit Frekuensi Sistim Tenaga
Tes ini dilakukan untuk menguji apakah perangkat rele uji tahan dan kebal terhadap
interferensi gelombang frekuensi sistim tenaga. Terdapat tiga jenis tes yaitu; tes
steady state, tes frekuensi medan maknit yang teredam dan perubahan bentuk
gelombang.
Medan Maknetik Pulsa
Pengetesan ini menirukan medan maknit yang timbul disekitar gardu akibat terjadinya
gangguan transien. Menurut IEC 61000-4-9, generator dengan kumparan induksi harus
bisa membangkitan gelombang dengan bentuk 6.4 X 12 detik pada level 5,
100A/meter dengan perangkat test disusun sama seperti pada pengetesan maknetik
steady state. Dalam pengujian ini rele tetap harus bagus dan tidak boleh melakukan
kesalahan sesuai dengan toleransi yang dilakukan.
174
6.4
2.
3.
Untuk tes rutin, waktu pengetesan yang lebih singkat dapat dari 1 menit dapat
diterima, untuk mendapatkan proses produksi yang lebih ringkas, misal, dengan waktu
minimum 1 detik pada tegangan uji 110% dari tegangan uji yang digunakan selama 1
menit.
6.4.2
Ketahanan Terhadap Tegangan Lebih
Tujuan pengetesan jenis ketahanan terhadap tegangan tinggi impuls adalah untuk
memeriksa bahwa komponen maupun sirkit-sirkit lain akan tahan terhadap tegangan
lebih yang disebabkan petir.
175
Tegangan - kV
Muka
gelombang
Ekor gelombang
5 kV Puncak
Rise Time (10% s/d 90%) = 1.2 detik
Durasi (50%) = 50 detik
Waktu-detik
6.5
Berbagai tes harus dilakukan untuk menguji rele dapat menahan parameter
lingkungan seperti temperature, humidity dan sebagainya.
Tes-tes ini terdiri dari;
1.
Temperatur.
2.
Kelembaman.
3.
Proteksi pembungkus.
4.
Mekanis.
176
dilakukan pada 70 C selama 96 jam dengan kondisi rele tak bertegangan. Pengujian
0
tahan dingin dilakukan pada temperature -40 C selama 96 jam tanpa bertegangan.
0
0
Pengetesan terhadap temperature ruang kerja yaitu pada kisaran -25 C s/d 55 C
dilakukan dengan kondisi rele dalam keadaan bertegangan. Setelah pengetesan
dilakukan pemeriksaan sesuai dengan toleransi.
6.5.2
Kelembaman
Pengujian kelembaman dilakukan untuk memeriksa apakah produk dapat bertahan
0
terhadap kelembaman relative 93% pada temperature konstan 40 C selama 56 hari.
Test dilakukan untuk melihat apakah produk tersebut tetap dapat berfungsi dengan
baik setelah 12 sampai 56 hari. Setelah dites dilakukan pengecekan secara visual untuk
setiap tanda-tanda yang tidak bisa diterima, misal, tanda-tanda korosi dan tandatanda kerusakan lainnya.
6.5.3
Temperatur-Kelembaman
Pengetesan ini dilakukan dalam satu panel yang temperatur dan kelembabannya
dapat diatur sesuai dengan kondisi uji yang diperlukan. Pengetesan dilakukan dengan
waktu yang singkat dengan melakukan test temperature secara siklis dalam
hubungannya dengan kelembaman. Pengetesan ini tidak dapat menggantikan
pengetesan kelembaman selama 56 hari pada pengetesan uji jenis, tetapi tes ini
dilakukan sebagai perluasan tes terhadap barang produksi setelah mengalami sedikit
modifikasi yang tidak begitu penting.
Pengetesan ini dimaksudkan bahwa produk uji tersebut masih tetap memenuhi
standar meskipun sudah mengalami sedikit perubahan.Standar yang sesuai dengan
0
0
pengetesan ini adalah IEC 60068-2-30 dan kondisi tes adalah : +25 C 3 C dan
0
0
kelembaman relative 95% atau pada +55 C2 C dan kelembaman relative 95%,
dilakukan secara siklus selama 24 jam. Untuk lebih jelasnya prosedur pengetesan
dapat dilihat pada standar IEC 60068-2-30.
Dalam pengetesan ini rele ditempatkan pada panel humidity dan diberi catu daya
sesuai dengan operasi normal selama waktu pengetesan. Dalam prakteknya rele diberi
arus dan tegangan sebesar 10% dari harga threshold operasinya. Sepanjang
pengetesan dilakukan pemantauan untuk memastikan tidak ada operasi yang tidak
diinginkan terjadi. Begitu rele dikeluarkan dari cabinet, segera dilakukan pengukuran
tahanan isolasi dan periksa apakah ada perubahan tahanan isolasi dan masih dalam
batas-batas toleransi yang diijinkan.
Akhirnya test fungsi diulang lagi dan kemudian semua komponen dipreteli satu demi
satu untuk diperiksa apakah ada bagian-bagian yang mengalami pengkaratan atau ada
bagian yang mengembang. Kriteria acceptance adalah bahwa tidak ada operasi yang
tidak diinginkan terjadi. Setelah tes, tahanan isolasi harus tidak boleh berkurang
secara signifikan dan peralatan tersebut harus tetap dapat melakukan fungsinya
secara benar termasuk elemen-elemen komunikasinya.
Rele juga tidak boleh terlihat rusak akibat karat secara signifikan. Untuk melengkapi
dokumentasi pengetesan biasanya juga dilakukan pengambilan photo dari masing-
177
masing PCB dan kotak pembungkus sebagai record yang mungkin diperlukan
dikemudian hari.
6.6
TES KOMISIONING
2.
3.
Pengetesan yang dilakukan umumnya bervariasi tergantung dari skema proteksi yang
digunakan dan juga tergantung dari kebijakan proteksi perusahaan listrik yang
menerapkan rele proteksi tersebut. Dalam banyak hal, pengujian-pengujian yang akan
dilakukan ditentukan bersama-sama antara team komisioning dengan representative
perusahaan listrik. Oleh karena itu, tidak mungkin membuat daftar pengetesan yang
dibutuhkan pada waktu komisioning secara defenitif.
Berikut ini akan menguraikan pengetesan-pengetesan yang umum dilakukan pada
waktu komisioning. Pengetesan-pengetesan berikut selalu dilakukan, karena bila ada
kesalahan maka proteksi tidak berfungsi secara benar bila terjadi gangguan.
178
a.
Pemeriksaan wiring diagram dengan menggunakan gambar dan dokumendokumen lain terkait.
b.
c.
Tahanan isolasi.
d.
e.
Trafo arus.
f.
Trafo tegangan.
g.
h.
Fungsi-fungsi tripping.
j.
k.
6.6.1
Tahanan Isolasi
Sebelum melakukan tes tahanan isolasi, semua hubungan grounding harus dilepas
terlebih dahulu, sebagai contoh earthing link trafo arus, trafo tegangan dan ground DC
supply. Beberapa tester tahanan isolasi membangkitkan tegangan impulse dengan
puncak sampai 5 kV. Dalam hal ini semua perangkat elektronik harus dilepas sebelum
melakukan pengukuran tahanan isolasi kabel-kabel penghubungnya.
Tahanan isolasi harus diukur antara inti kabel terhadap tanah. Hasil pembacaan di
bandingkan apakah masih memenuhi standar. Tahanan isolasi yang diukur tergantung
dari jumlah inti kabel, level tegangan dan kelembaman pada waktu pengetesan.
Secara umum, nilai tahanan isolasi harus cukup tinggi yaitu sampai beberapa ratus
mega ohm. Kalau kabel yang diukur cukup panjang, tahanan isolasi mungkin hanya
beberapa mega-ohm.
6.6.2
Prosedur Uji Diri
Rele-rele digital atau numeris mempunyai prosedur untuk melakukan uji diri (self test)
yang bisa dibaca pada buku manual rele tersebut. Tes uji diri ini dilakukan untuk
memeriksa apakah rele tersebut bisa beroperasi dengan normal. Pengecekan ini
antara lain untuk rangkaian watch dog, memeriksa semua input-out put digital dan
memeriksa dengan injeksi arus atau tegangan apakah nilai analog input berada dalam
batas-batas nilai kalibrasi. Selama pengetesan ini, output rele biasanya dilepas dari
rangkaian proteksinya, sebab pengetesan hanya digunakan untuk pengecekan
kerjanya rele.
Skema unit proteksi melibatkan rele-rele lain yang membutuhkan komunikasi satu
dengan lainnya. Ini tentunya membutuhkan pengetesan tambahan. Komunikasi antar
rele di uji dengan menggunakan perangkat pengetesan telekomunikasi. Kuat signal
yang diterima harus cukup tinggi sesuai dengan permintaan spesifikasi yang diminta.
Rele numeris mempunyai fasilitas untuk pengetesan loopback yang memungkinkan
pengetesan komunikasi bisa dilakukan dari satu sisi saja.
Sesudah menyelesaikan pengetesan tersebut, kemudian dilakukan setelan-setelan
rele. Setelan bisa dilakukan secara manual dari depan control panel pada rele tersebut
atau dengan menggunakan personal computer yang disambungkan dengan rele.
179
Untuk menghindarkan kesalahan maka pengetesan-pengeteesan maupun penyetelanpenyetelan rele sebaiknya dilakukan oleh dua orang dan jangan membiasakan
dilakukan oleh satu orang.
6.6.3
Trafo Arus
Sebelum mengoperasikan trafo arus biasanya dilakukan pengetesan-pengetesan
sebagai berikut.
Polaritas
Masing-masing trafo arus harus diperiksa apakah tanda-tanda yang terdapat pada
trafo arus tersebut sudah benar. Lihat Gambar 6.6. Ampere meter yang tersambung
dengan rangkaian sekunder trafo arus harus terdiri dari jenis moving coil, mempunyai
magnit permanen.
Dengan menggunakan tegangan batere yang kecil yang bisa diterapkan dengan
menggunakan tombol tekan pada sisi primer. Pada waktu tombol ditekan, maka
ampere meter harus memberi simpangan positip dan pada waktu dilepas simpangan
kearah negatip.
P2
P1
S1
S2
-A+
Sakelar
Tekan
BATTERY
180
Trafo Regulator
250V 8A
Catu Daya
220 VAC
Ke Kumparan
Rele-rele
P1
S1
P2
S2
Pemutus Daya
Rangkaian Tenaga
Trafo Step-Up
Bila Diperlukan
181
V2
VN
VL
V2
V1
Meter Penunjuk
Putaran Fasa
182
tersedia dari pabrik pembuat. Dengan cara ini setelan-setelan dapat dilakukan dengan
lebih sistematis termasuk record data-data yang sudah diisikan yang bisa di cetak
dengan mudah untuk keperluan dokumentasi.
Setelah data-data sudah dimasukkan, data-data tersebut harus dichek ulang apakah
sudah sesuai dengan setelan hasil-hasil perhitungan yang diperoleh dari studi setelan
proteksi. Dengan menggunakan s/w yang sesuai untuk memasukkan data-data, maka
pengecekan dapat dianggap sudah selesai bila data diperiksa sebelum nilai-nilai
setelan yang di down load kedalam rele diperiksa terlebih dahulu. Dengan kata lain,
pengecekan dapat dilakukan mengikuti data entry yang diikuti dengan memeriksa data
dan sekalian merekord setelan rele.
Rekord-rekord tentang setelan rele dapat digunakan sebagai bagian dari kelengkapan
data-data komisioning yang perlu diserahkan pada pemilik instalasi.
6.7
Injeksi sekunder selalu dilakukan sebelum melakukan injeksi primer. Tujuan dari injeksi
sekunder adalah untuk membuktikan kebenaran rangkaian proteksi mulai dari sisi
primer sampai ke rele pengaman. Alasan mengapa injeksi sekunder selalu dilakukan
lebih dahulu sebelum melakukan injeksi primer adalah resiko yang bisa timbul pada
sisi tegangan rendah bila ternyata ada kesalahan dalam rangkaian sisi sekunder.
Biasanya dalam melakukan injeksi sekunder, sisi primer biasanya di lepaskan dulu
sehingga rangkaian sekunder dapat terhindar dari kerusakan. Pengetesan-pengetesan
dan peralatan-peralatan yang diperlukan umumnya sudah dijelaskan pada dokumendokumen teknis dari rele-rele yang mau dites. Dibawah ini diberikan secara sepintas
perangkat-perangkat tes dan cara-cara pengetesan untuk jenis rele proteksi utama.
6.7.1
Tes Blok Untuk Injeksi Sekunder
Dalam praktek, umumnya test blok atau soket untuk pengetesan tersedia pada sistim
instalasi sehingga injeksi dapat dilakukan dengan mudah tanpa mengganggu wiring
yang sudah dibuat dengan rapih. Terdapat dua jenis test blok yang dapat digunakan
untuk menghubungkan rele dengan alat injeksi sekunder yaitu test blok banyak
cabang atau cabang tunggal.
Bagian atas dan bawah test blok terpisah melaui strip isolasi, sehingga pada waktu
pengetesan, relay dapat sepenuhnya tersiolasi dari rangkaian luar. Untuk menghindari
CT open sirkuit, biasanya dilakukan dengan terminal short sirkuit sedemikian pada
waktu test blok di masukkan maka rangkaian sisi sekunder CT segera terhubung
singkat.
Beberapa test blok moderen dilengkapi dengan live-side jumper link yang bisa di set
pada posisi closed atau open baik secara manual sebelum membuka bagian penutup
dan memasukkan test blok atau secara otomatis pada waktu penutup dilepas. Kalau
penutup dilepas, biasanya terlihat tanda-tanda dengan warna pada permukaan test
blok yang memperlihatkan bahwa sistim proteksi tidak dalam keadaan aktif, sebab
secara otomatis tegangan DC dan supply lainnya juga sudah terisolasi. Dengan menarik
test blok maka pada saat itu semua koneksi ke trafo arus atau trafo tegangan akan
183
kembali seperti semula dan tentunya peralatan test secara otomatis akan terisolasi
dengan rele yang diuji. Demikian juga hubung singkat yang sudah dilakukan pada sisi
sekunder CT akan kembali seperti semula. Biasanya untuk setiap rele dipasang satu
pasang terminal blok.
Test blok juga biasanya dilengkapi dengan fasilitas untuk memantau besaran yang
diinjeksikan melalui kabel-kabel yang bisa dihubungkan dengan alat-alat pengukuran.
6.7.2
Perangkat Tes Injeksi Sekunder
Jenis perangkat injeksi arus dan tegangan yang diperlukan untuk pengetesan
tergantung dari rele yang akan di tes. Rele elektromekanis pada waktu kerja umumnya
mempunyai impedansi kumparan arus yang tidak linier.
Karakteristik ini dapat menyebabkan terdistorsinya gelombang arus apabila tegangan
langsung diterapkan pada terminal kumparan. Timbulnya harmonis-harmonis dapat
mempengaruhi torsi pada rele elektromekanis tersebut. Beberapa peralatan tes
dilengkapi dengan reaktansi seri yang digunakan untuk mengatur arus injeksi.
Peralatan injeksi sekunder dapat dibuat dengan pemakaian daya yang kecil sehingga
lebih ringan dan lebih kompak.
Pada umumnya, peralatan tes dibuat portable dan biasanya sudah dilengkapi dengan
ampere meter, volt meter presisi dan timer. Peralatan test dapat mempunyai out-put
arus dan tegangan. Peralatan yang diperlukan untuk melakukan pengetesan rele
adalah peralatan yang dapat membangkitkan arus tinggi pada tegangan rendah.
Bentuk gelombang arus output peralatan tersebut harus benar-benar sumber arus
sinus murni yang tidak terpengaruh pada besarnya beban.
Peralatan tes dengan arus out put yang diambil dari sumber tegangan biasa dapat
menimbulkan masalah yang serius khususnya pada waktu melakukan pengetesan rele
elektromekanis. Setiap ketidaksesuaian impedansi antar output peralatan tes dengan
kumparan arus rele dapat menimbulkan arus bervariasi (naik turun) terhadap harga
yang diharapkan dimana akhirnya dapat menimbulkan kesalahan pengujian. Waktu
kerja rele bisa lebih besar dari yang diharapkan (jarang lebih kecil). Kesalahankesalahan ini umumnya baru disadari setelah ada kerusakan barang yang dapat
diproteksi dengan baik oleh pengaman utama.
Dari berbagai pengalaman pada akhirnya kesalahan-kesalahan pengukuran yang
terjadi diketahui karena sumber arus dan sumber tegangan yang digunakan tidak
berbentuk gelombang sinus murni. Hal ini harus diperhatikan pada waktu membeli
alat uji sebab gelombang-gelombang yang terdistorsi (bukan sumber arus murni) bisa
menghasilkan bertambah panjangnya waktu kerja rele bila dibandingkan dengan
waktu yang diharapkan sehingga tidak sesuai dengan keadaan real.
Peralatan tes moderen saat ini adalah peralatan injeksi sekunder berbasis computer.
Terdiri dari satu PC yang dilengkapi dengan software yang sesuai, power amplifier
yang mengambil input signal dari PC yang kemudian diperkuat menjadi arus dan
tegangan yang sesuai untuk digunakan menginjeksi rele.
Sudut fasa arus dan tegangan dapat diatur sebagaimana sudut fasa antara fasa dengan
fasa atau antara arus fasa dan arus fasa lainnya dapat juga diatur untuk membentuk
184
sistim tiga fasa. Signal-signal digital untuk memeriksa elemen rangkaian lojik internal
pada rele juga tersedia. Output alarm dan trip rele dihubungkan ke input digital PC
sedemikian sehingga akurasi dan karakteristik rele dapat dimonitor dan ditampilkan
pada layar PC dan kemudian bisa di simpan untuk keperluan report lebih lanjut.
Fitur-fitur opsional seperti sinkronisasi waktu dengan GPS, remote amplifier sebagai
fasilitas testing untuk unit proteksi dan keperluan lainnya juga tersedia bila diperlukan.
Perangkat s/w test dirancang untuk mampu melakukan pengetesan fungsi-fungsi rele
secara luas dan dapat dioperasikan secara otomatis sehingga akan sangat
memudahkan pekerjaan para komisioning engineer. Perlu dicatat, bahwa s/w biasanya
ditawarkan dengan berbagai option pengetesan, kisaran atau range pengetesan
hingga dapat melakukan pengecekan rele selengkap dan se-otomatis mungkin.
Fasilitas-fasilitas tersebut dapat membantu bila suatu saat ada keraguan akan beres
tidaknya pekerjaan suatu rele. Gambar 6.9 memperlihatkan suatu contoh perangkat
tes berbasis komputer.
Perangkat tes tradisional dengan menggunakan trafo-trafo yang dapat diatur dan
reactor-reaktor berfungsi untuk mengatur besarnya arus dan tegangan sehingga
ukurannya dapat dibuat tidak terlalu besar.
Pengatur CT
Reaktor Pengatur
Kasar
K2
Catu Daya
AC 250 V
K1
Variabel Trafo
Pengatur Halus
51 Rele
Waktu
Mulai
Trafo Backing
Pengatur 10 %
Reaktor
Pengatur
Medium
Trafo
Injektor
Waktu
Berhenti
Kontak Penghubung
Rele Singkat
185
Sakelar
A
Catu Daya
3 Phasa 380 V
4 Kawat
B
C
N
Choke
Injektor
Variabel
I>
PA
Panel Pengatur
Arus
PA
I>
Elemen Tegangan
Rele
Ke Elemen Tegangan
Rele Yang Dites
V = Voltmeter
A = Ammeter
PA = Meter Sudut Phasa
Gambar 6.11: Diagram Rangkaian Tradisional Untuk Pengetesan Rele Jarak dan
Rele Arah
Beberapa rele memerlukan pengaturan fasa antara arus dan tegangan injeksi dan
trafo-trafo pengeser fasa yang diperlukan mengatur sudut fasa. Gambar 6.10
memperlihatkan diagram pengaturan suatu perangkat injeksi sekunder tradisional
yang banyak digunkan untuk pengetesan rele-rele.
Gambar 6.11 memperlihatkan diagram rangkaian pengetesan rele arah atau rele jarak
yang dilengkapi dengan timer untuk mengukur tanggapan rele pada setiap arus
gangguan.
6.8
Tujuan pengetesan injeksi sekunder adalah untuk memeriksa instalasi rele proteksi
mulai dari sumber-sumber arus dan tegangan sampai rele telah dilaksanakan dengan
benar sesuai dengan gambar dan spesifikasi. Hal ini dilakukan dengan menerapkan
output perangkat test ke input masukan rele dan kemudian diperiksa apakah ada
alarm atau trip pada panel alarm dan rangkaian trip CB.
Cakupan pengetesan sangat tergantung dari spesifikasi yang dibuat oleh pemakai dan
tentunya juga dengan teknologi rele yang digunakan. Cakupan tes bisa dimulai dari
pengetesan karakteristik rele sederhana sampai pengetesan lengkap semua
karakteristik rele sesuai dengan spesifikasi, termasuk tanggapan waktu terhadap
gelombang-gelombang transien, harmonis-harmonis dan pemeriksaan karakteristik
bias dari rele-rele yang di tes.
Hal ini penting khususnya pada waktu pengetesan trafo-trafo atau generatorgenerator pembangkit. Pengetesan harus dilengkapi dengan skema logika sistim
proteksi. Bila lojik diagram dilakukan dengan fasilitas programmable yang tersedia
pada kebanyakan rele numeris, maka input-input yang sesuai perlu diterapkan untuk
membuat lojik diagram tersebut, keluaran-keluranan rele dapat digunakan untuk
pemantauan proses berlangsungnya kerja rele. Dari uraian diatas jelas bahwa dengan
186
ii.
6.8.3
Rangkaian Pengetesan Injeksi Sekunder
Rangkaian pengetesan yang diperlukan tergantung pada jenis rele dan jenis
pengetesan yang mau dilakukan. Pada perangkat tes yang kompleks biasanya tersedia
buku-buku manual yang menjelaskan secara detil bagaimana mengoperasikan
peralatan tes tersebut.
Rangkaian umum yang digunakan sebagai reference pada buku ini terdapat pada babbab berikut. Dengan mengacu pada gambar-gambar tersebut, maka untuk pengetesan
rele-rele numerik dapat dilakukan penyederhanaan-penyederhanaan, untuk
187
6.9
Pengetesan ini dilakukan dengan melibatkan semua komponen instalasi yaitu; sisi
primer dan sekunder trafo arus, kumparan rele dan rangkaian-rangkaian alarm
maupun rangkaian trip dan semua wiring yang terkait dengan sistim proteksi. Dalam
pengetesan tidak diperlukan mengutik-ngutik wiring yang sudah diperiksa dengan teliti
sebelum melakukan injeksi primer. Namun bila pengecekan wiring dan injeksi
sekunder telah dilakukan dengan baik dan benar dan semua data-data dari komponenkomponen tegangan tinggi sudah diyakini benar, sebenarnya pengujian dengan injeksi
primer sudah tidak diperlukan lagi. Tetapi, meskipun demikian ada saja kemungkinan
kesalahan perkabelan yang menghubunkan CT/VT dengan rele, penempatan CT/VT
dengan polaritas yang salah atau bahkan kesalahan wiring yang bisa berakibat fatal
dimana tripping tidak terjadi sebagaimana mestinya.
Kemungkinan-kemungkinan ini dapat sangat dikurangi bila menggunakan rele-rele
numeris sebab sudah dilengkapi dengan fasilitas pengukuran, tampilan yang bisa
memperlihatkan semua parameter yang ada pada releproteksi. Dengan kata lain
banyak kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada sistim wiring dapat terdeteksi
oleh rele numeris itu sendiri. Dengan demikian injeksi primer hanya merupakan cara
untuk membuktikan kesempurnaan instalasi dan sistim kerja keseluruhan sistim
proteksi. Seperti sudah dicatat sebelumnya, injeksi primer hanya dilakukan apabila
injeksi sekunder telah dilakukan dengan sempurna terhadap semua komponen
peralatan proteksi.
6.9.1
Fasilitas Pengetesan
Sumber daya yang umum digunakan untuk pengetesan adalah generator yang mampu
membangkitkan arus yang cukup untuk pengetesan injeksi primer. Kebetulan barang
ini jarang ada dipasaran, sebab perangkat injeksi primer ini tidak hanya membutuhkan
generator terpisah, tetapi juga panel-panel pembagi yang diperlukan untuk
memfasilitasi sambungan-sambungan. Sistim tersebut tidak praktis dan membutuhkan
pengangkutan yang lumayan berat khususnya pada waktu pengetesan dilapangan.
Karena itu, injeksi primer yang digunakan adalah injeksi primer jenis portable seperti
dapat dilihat pada Gambar 6.12 dibawah.
Perangkat ini dipasok dengan catu daya yang tersedia di GI yang dilengkapi dengan
terminal-terminal tegangan rendah yang bisa digunakan untuk keperluan tes injeksi
primer ini. Kumparan-kumparan dapat dihubung seri atau paralel tergantung pada
besar arus injeksi yang dibutuhkan dan tahanan sirkit primer. Out put alat dapat
bervariasi mulai dari 10 Amper hingga 1000 Amper. Perangkat test moderen berbasis
188
computer control yang dilengkapi dengan power amplifier dapat menginjeksikan arus
primer sebesar 200 Amper per satu unit. Untuk arus yang lebih besar dibutuhkan
beberapa unit yang disambung paralel.
Catu daya
220 VAC
Trafo Variabel 40 A
Trafo Injektor
220V/ 10 + 10 + 10 + 10V
10KVA
A1
Injeksi Primer
Catu Daya
220 VAC
A
B
P2
P1
S2
S1
A2
Ammeter
Test Blok
Rele Proteksi
189
6.9.3
Tes Polaritas
Bila rele-rele yang digunakan adalah rele arah, differensial atau rele gangguan tanah
maka polaritas trafo arus perlu diperiksa. Untuk rele arus lebih biasa, pengetesan
polaritas trafo arus tidak perlu dilakukan. Rangkaian pengecekan polaritas dapat
dilakukan seperti terlihat pada Gambar 6.14.
Hubung singkat
sementara
Catu Daya
220 VAC
A
Alat Test
Ijneksi Primer
B
Rele
C
6.10
Skema proteksi umumnya selalu dilengkapi dengan diagram lojik untuk melihat proses
urutan-urutan bekerjanya sistim proteksi sampai ke titik tripping alat pemutus tenaga.
Secara tradisonal, diagram lojik telah di implementasikan dengan menggunakan relerele diskrit, yang terpisah dari rele-rele yang digunakan untuk proteksi. Namun
sebaliknya, pada rele-rele numeris diagram lojik sudah termasuk dalam perangkat
lunak programmable rele tersebut, bersama-sama dengan kontak input-output yang
tersedia. Fasilitas ini dapat dilihat pada Programable Scheme Logic atau disingkat
dengan PSL. Fasilitas ini menawarkan keuntungan-keuntungan penting bagi pemakai
yaitu dengan menghemat waktu dan memungkinkan modefikasi skema proteksi dapat
dilakukan melalui fasilitas yang tersedia pada s/w rele yang tersedia.
190
b.
c.
Pengetesan lojik dimana tida ada out put yang terjadi pada kombinasi signal
yang relevan.
Tingkat ketelitian pengetesan lojik akan sangat tergantung pada aplikasi kritis dan
kompleksitas diagram lojik. Penanggung jawab terhadap perubahan prosedur diagram
lojik diluar default dari pabrik berada pada orang yang melakukan perubahan.
Pabrikan tidak dapat bertanggung jawab pada kebenaran diagram lojik tersebut.
6.11
Bila injeksi primer atau sekunder tidak dilakukan, kita tidak pernah tahu apakah
tripping atau alarm-alarm sudah dapat bekerja sebagai diharapkan. Meskipun pada
rele-rele yang sudah dites, trip coil PMT atau alarm-alarm mungkin saja dalam
keadaan ter-isolasi. Oleh karena itu adalah penting untuk memeriksa rangkaianrangkaian alarm maupun rangkaian trip.
Hai ini biasanya dilakukan dengan menutupkan kontak rele secara manual dan lakukan
pemeriksaan sebagai berikut:
1.
PMT trip.
2.
Alarm terjadi.
3.
4.
191
Banyak PMT dirancang dengan fasilitas yang memungkinkan PMT tersebut dapat
dikeluarkan dan dimasukkan dari dan ke jaringan (withdrawable) sehingga dapat bukatutup meskipun dalam posisi pemeliharaan, sehingga gardu induk dapat tetap
beroperasi tanpa ada gangguan akibat pengetesan rele proteksi. Cara lain selama
pengetesan PMT yang mau di tes dapat juga diisolasikan terhadap sistim dengan
membuka alat pemisah atau disconnecting switch.
6.12
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Fasilitas uji diri (self test) yang terdapat pada rele-rele numeris dapat menolong dalam
meminimumkan gangguan akibat kerusakan rele. Kerusakan kawat-kawat penghubung
sekunder dan kesalahan koneksi kabel sesudah melakukan perubahan dapat
dieleminir. Kesalahan setelan dapat dieleminir dengan melakukan review secara
teratur. Level gangguan juga bisa berubah mengikuti berjalannya waktu
pengoperasian sistim tenaga sehingga perlu melakukan setelan-setelan baru.
Kesalahan-kesalahan setelan dapat dihindari dengan melakukan pelatihan-pelatihan
berkala, gunakan s/w yang sudah ber-sertifikat dan buat prosedur-prosedur baku yang
memungkinkan operator dapat bekerja secara sistematis. Semua saran-saran tersebut
tergantung pada kebijakan-kebijakan operasi pemeliharaan yang dibuat pelanggan.
Ketiga penyebab sumber-sumber kesalahan yang masih tersisa diluar kemampuan,
sedang dua dari yang tiga ini susah dihindarkan. Perlu diingat, bahwa engineering
bukanlah sains sehingga dalam realitasnya selalu ada kasus dimana sistim proteksi
tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya.
192
193
6.13
Sistim proteksi harus dilengkapi dengan test blok standar yang baik dan
benar.
b.
c.
d.
Dalam hal ada pemakaian trafo tegangan yang sama yang digunakan secara
general atau sumber catu DC digunakan untuk memasok daya beberapa
rangkaian sekaligus, maka rangkaian-rangkaian tersebut harus di pasok
secara sendiri-sendiri dengan menggunakan sakelar atau fuse-fuse tertentu.
e.
Catu daya rele harus terpisah dengan catu daya lain dan benar-benar harus
mempunyai alat pengaman dengan kemampuan diskriminasi yang baik.
f.
g.
h.
Peralatan out door harus dibuat tahan cuaca, panas, hujan dan sebagainya.
Panel-panel penghubung harus mempunyai ukuran yang cukup dan serasi.
i.
Semua wiring harus diberi tanda secara spesifik untuk dapat dikenali dengan
mudah.
j.
Rele elektromekanis harus mempunyai torsi operasi dan restrain yang tinggi.
Tahan abu dan mempunyai ruang bernapas yang dilengkapi dengan filterfilter abu pada level tertentu.
194
k.
l.
Berbagai rangkaian lain untuk pengujian dan pengetesan rele proteksi sebagai
berikut.
1.
Ke soket
pengetesan
trafo arus
A
B
C
N
A
B
C
N
Ke soket
test
tegangan
Sakelar test
pemilih kontak
sebelum buka
Ke trafo arus
Ke trafo
tegangan
B
Ke kumparan
test trafo arus
Ke trafo arus
utama
Ke rangkaian
VT
195
2.
Trafo Regulator
250V 8A
Catu Daya
220 VAC
Ke Kumparan
Rele-rele
P1
S1
P2
S2
Trafo Step-Up
Bila Diperlukan
Pemutus Daya
Rangkaian Tenaga
OP
Ke trafo arus
PERANGKAT TEST
RELE
Catu daya
220 VAC
196
4.
OP
I1+ I2
OP
I1
I2
I1+ I2
I1
I2
Test plug
A1
A2
Ke trafo arus
A1
R1
A2
Ke trafo arus
R1
Catu daya
220 VAC
Alat Injeksi Arus Lebih
A1 and A2 Amper Meter
OP
Kumparan Kerja Rele
B
Kumparan Bisa Rele
Catu daya
220 VAC
(a) Dengan Menggunakan Test Set Rele Arus Lebih
Test
Plug
Test
Plug
TEST SET ARUS
LEBIH
Catu daya
220 VAC
B
OP
OP
197
A
B
C
Test
Plug
Test
Plug
Alat Test Injeksi Arus
Lebih
Catu daya
220 VAC
B
OP
OP
Ke trafo arus
46
Kumparan
rele
Catu daya
220 VAC
Test Plug
Rangkaian filter
198
7.
B
C
N
CHOKE
Trafo regulator
67
Kumparan
arus rele
RANGE
ADJUSTING CT
PA
PA
Trafo
penggeser fasa
380 / 110 V
67
Kumparan
tegangan rele
Regulator pengatur
tegangan
V Volt meter
A Amper meter
PA Mete sudut fasa
Ke kumparan
tegangan rele lain
yang di test bila perlu
Arus
Tegangan
A B C N
Vpol
OFF
A B C N
I
C-N
A-B
B-N
VL
B-C
C-A
A-N
OFF
Impedansi
sumber
ZS
110V
Trafo 3 fasa
380 / 110 63.5V
Impedansi
saluran
Skala pengatur
arus
63.5V
ZL
10%
1%
PBS
beban
Sakelar
daya
Kontaktor gangguan
4
PBS
Starter
pewaktu timer
199
9.
A2
A2
A2
A
V
P
A
Ammeter
Voltmeter
Phase
Angle
Meter
Arus beban
PA
PA
C
Rele arah arus lebih
200
C
P1
Arus beban
P2
S2
S1
V1
Hubung singkat
temporer
I
A
V2
51
51
Isolasi penyekat
sementara
51
A
VL
VN
W
V
A Amper meter
V Volt meter
W Watt meter
Rele arah
gangguan tanah
201
SOAL - SOAL
BAB 1
1.
Sebutkan mengapa gangguan yang paling sering dialami oleh suatu sistim tenaga
listrik adalah gangguan sementara. Coba jelaskan penyebab gangguan-gangguan
sementara pada saluran-saluran hantaran udara.
2.
Gangguan-gangguan yang bisa dialami oleh saluran-saluran yang melintasi hutanhutan lebat dapat mengalami gangguan-gangguan semi menetap yang
diakibatkan oleh pohon-pohon sekitar transmisi tersebut. Coba jelaskan
bagaimana mengatasi jenis gangguan semi menetap ini.
3.
4.
5.
Sebutkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu padam seperti faktor
satbilitas dan sinkronisasi sistim, jenis beban, waktu de-ionisasi busur listrik dan
waktu reset rele proteksi. Jelaskan jenis-jenis beban yang saudara ketahui. Apakah
menurut saudara sistim penutupan otomatis terhadap pelanggan-pelanggan
industri cocok digunakan. Jelaskan jawaban saudara.
6.
Sebutkan beberapa jenis PMT yang saudara ketahui. Jelaskan jenis PMT mana
menurut saudara yang paling tepat digunakan pada skema penutupan kembali
khsusunya pada jaringan tegangan ekstra tinggi. Jelaskan jawaban saudara.
7.
8.
Coba jelaskan sistim penutupan kembali otomatis single fasa. Apakah cocok sistim
penutupan kembali pada sistim-sistim kabel bawah tanah dan sistim pembangkit.
Coba jelaskan jawaban saudara.
9.
Gambarkan skema lojik operasi penutupan kembali yang tertunda. Jelaskan secara
umum bagaima kerja sistim demikian.
10. Jelaskan fungsi rele check synchro pada sistim penutupan kembali otomatis.
Syarat-sayrat lain apa yang diperlukan untuk melakukan proses penutupan
kembali PMT yang trip karena gangguan sementara.
202
11. Sebutkan berbagai fitur yang perlu dilengkapi dalam sistim penutupan kembali.
Jelaskan satu demi satu fungsi fitur-fitur tersebut.
203
BAB 2
1.
Sebutkan apa yang disebut Busbar pada suatu sistim tenaga listrik. Sebutkan jenisjenis konfigurasi busbar yang saudara ketahui. Jelaskan keuntungan dan
kelemahannya masing-masing.
2.
Dahulu orang enggan menerapkan sistim proteksi busbar. Sebutkan tiga alasan
mengapa demikian.
3.
4.
5.
hanya seksi busbar tersebut yang perlu mengalami tripping. Sebutkan bagaimana
pembuatan zone proteksi pada sistim proteksi busbar.
6.
Sebutkan jenis gangguan yang paling sering terjadi pada busbar baik karena
kesalahan manusia ataupun karena gangguan lainnya.
7.
Sebutkan faktor-faktor apa saja yang diperlukan oleh suatu sistim proteksi busbar.
Uraikan satu demi satu dengan jelas.
8.
Sebutkan beberapa jenis proteksi busbar yang saudara ketahui. Sebutkan jenis
yang cocok digunakan untuk mengamankan busbar gardu induk SF6. Jelaskan
jawaban saudara.
9.
Jelaskan prinsip kerja proteksi busbar rele diferensial. Mengapa jenis proteksi ini
yang paling banyak digunakan. Jelaskan rele diferensial impedansi rendah dan
impedansi tinggi. Apa perbedaan antara kedua jenis rele tersebut.
10. Berikan sebuah contoh proteksi busbar yang dilengkapi dengan bus section.
Jelaskan dengan menggunakan gambar-gambar yang diperlukan bagaimana cara
kerja sistim proteksi tersebut.
11. Jelaskan dengan skematik diagram mengapa peletakan trafo arus sangat penting
diperhatikan dalam merencanakan sistim proteksi busbar. Jelaskan jawaban
saudara.
12. Sebutkan faktor-faktor apa saja yang penting diperhatikan pada sistim proteksi
busbar. Hal-hal apa saja yang dapat menyebabkan salah pengukuran pada sistim
proteksi busbar. Jelaskan bagaimana syarat-syarat stabilitas terhadap gangguangangguan eksternal dimana proteksi busbar tidak boleh salah kerja.
13. Jelaskan tentang setelan efektif suatu proteksi busbar.
14. Jelaskan apa yang dimaksud dengan check zone pada sistim proteksi busbar.
Mengapa sistim supervisi terhadap rangkaian trafo arus pada sistim proteksi
busbar diperlukan.
204
15. Sebutkan faktor apa saja yang perlu diperhatikan pada waktu melakukan setelan
efektif rele proteksi busbar. Mengapa setelan efektif arus primer dibuat tidak
lebih dari 30% arus gangguan minimum. Jelaskan apa pengaruh impedansi
gangguan tanah terhadap setelan rele.
16. Jelaskan secara teknis susunan koneksi trafo arus pada suatu gardu induk
sehingga diperoleh suatu instalasi yang praktis dan hemat dalam penggunaan
kabel-kabel mulai dari trafo arus, marshaling kiosk, panel proteksi dan seterusnya.
Bagaimana sebaiknya kabel-kabel trafo arus tersebut digelar.
17. Jelaskan suatu sistem proteksi busbar jenis numerik. Mengapa sistim ini lebih
mudah disesuaikan mengikuti perkembangan jaringan. Sebutkan pertimbanganpertimbangan keandalan dalam memilih sistim proteksi busbar khususnya jenis
rele numeris. Sebutkan alasan-alasan tersebut. Sebutkan dua keuntungan skema
impedansi tinggi. Jelaskan apa yang dimaksud dengan analisa keandalan dengan
menggunakan metoda fault three analysis.
18. Pada suatu gardu single busbar yang terhubung dengan tiga feeder direncanakan
akan dilengkapi dengan proteksi busbar dengan menggunakan rele diferensial
impedansi tinggi. Rasio semua trafo arus pada feeder-feeder tersebut dibuat sama
pada rasio 600/5A. Gambarkan konfigurasi gardu tersebut. Tentukan setelan
tegangan pickup dan arus gangguan sisi primer minimum dimana rele akan kerja.
Arus gangguan eksternal yang terjadi pada salah satu feeder diluar PMTnya
adalah 8000 A. Tahanan-tahanan kabel-kabel penghubung adalah RL= 0.510 Ohm
yaitu tahanan dari trafo arus hingga titik rele proteksi. Setelan tegangan pick-up
rele dapat dihitung dengan rumus
, harga tersebut dibuat
lebih besar dari
dimaksudkan untuk mengkompensasi kesalahan
trafo arus dan untuk memperhitungkan faktor margin termasuk faktor jenis
gangguan, IF adalah harga arus gangguan eksternal yang terasa disisi sekunder,
adalah tahanan sekunder trafo arus,. Diharapkan bahwa setelan tegangan
elemen rele tidak boleh lebih dari 0.67 kali tegangan sekunder dari karakteristik
trafo arus yang paling jelek pada arus 10 A.
Arus minimum gangguan primer internal yang dibutuhkan untuk menggerakkan
rele dapat dihitung dari
Amper, dimana n adalah
banyaknya trafo arus (feeder) yang terhubung dengan bus, N adalah rasio trafo
arus, adalah arus penguat trafo arus pada tegangan pickup, adalah arus yang
mengalir pada rele,
adalah arus yang mengalir pada elemen pengaman
tegangan yang terhubung paralel dengan rele nilainya dianggap 0.2 A. Impedansi
rele boleh diabaikan sedang tanahan kabel pengubung dari titik hubung ke rele
sama dengan 0.17 Ohm. Dapat dicatat kembali bahwa semua trafo arus adalah
sama jadi
berlaku untuk semua trafo arus pada ketiga feeder. Dengan kata lain
ini adalah jumlah arus-arus yang mengalir pada kumparan sekunder trafo arus
setiap feeder.
205
BAB 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sebutkan koreksi rasio kumparan primer dan sekunder trafo yang perlu
diperhatikan dalam setelan rele. Bagaimana pengaruh tap changer terhadap
kompensasi kesalahan rasio. Jelaskan.
8.
9.
206
12. Gambarkan diagram sebuah proteksi yang dapat digunakan untuk mengamankan
auto trafo. Jelaskan cara kerja proteksi tersebut.
13. Sebutkan jenis proteksi terhadap gangguan-gangguan berikut:
a.
Fluks berlebihan
b.
c.
14. Jelaskan sitim pengaman suatu trafo penyulang yaitu suatu trafo yang terhubung
dengan gardu induk dengan menggunakan saluran transmisi. Faktor-faktor apa
saja yang diperlukan dalam mempertimbangkan sistim proteksi ini. Kalau tidak
tersedia sistim komunikasi yang bisa digunakan sebagai media komunikasi
bagaimana skema proteksi yang bisa dilakukan. Jelaskan jawaban saudara.
15. Jelaskan dan gambarkan sitim proteksi sebuah reaktor. Bagaimana setelan rele
dapat dilakukan.
16. Sebutkan jenis-jenis rele proteksi untuk mengamankan suatu kapasitor bank yang
saudara ketahui. Jelaskan jawaban saudara.
17. Sebuah unit generator dengan daya 50 MVA, tegangan 13.8 kV, X1=X2= 12%
terhubung dengan sebuah trafo daya 50 MVA, 13.8/70 kV, X=8% hubungan delta
wai yang ditanahkan langsung pada sisi 70 kV. Dengan menganggap sisi tegangan
70 kV dalam keadaan terbuka, hitunglah (bila perlu gunakan rumus-rumus yang
terdapat di Apendiks 3, 4 dan 5);
a.
b.
c.
d.
Hitung besar tegangan pada sisi 13.8 kV pada saat gangguan disisi 70 kV
diatas.
e.
Bandingkan fasor-fasor tegangan dan arus-arus pada kedua sisi 13.8 dan 70
kV pada saat terjadinya gangguan tersebut.
18. Sebuah trafo 1 MVA, 13.8 kV (tegangan primer dengan hubungan delta), tegangan
sekunder 480 Volt terhubung wai dengan netral dihubungkan langsung, X=5.75%.
Sistim ini dibuat untuk melayani motor-motor listrik. Impedansi sumber X1=X2=
0.0355 per unit pada daya dasar 5 MVA dan 13.8 kV. Untuk mengamankan trafo
pada sisi 13.8 kV tersebut digunakan sekring dengan rating 65 A pada tegangan
busur api sebesar 480 V. Hitunglah;
a.
tegangan
207
208
b.
Dengan besar tegangan tipikal busur sebesar 150 Volt tidak tergantung dari
besar arus yang mengalir, hitunglah besarnya arus yang mengalir pada
tegangan busur sebesar 480 Volt.
c.
Berapa besar arus pada busur api pada sisi primer 13.8 kV.
BAB 4
1.
2.
Jelaskan jenis-jenis hubungan generator dengan sistim ditinjau dari sistim proteksi
generator. Uraikan dengan memberikan contoh-contoh dan gambar-gambar
seperlunya.
3.
Gambarkan salah satu skema proteksi diferensial suatu generator ukuran kecil
dengan menggunakan hanya satu buah trafo arus. Sebutkan apa keterbatasan
sistim proteksi diferensial ini.
4.
5.
Jelaskan rele diferensial impedansi tinggi jenis tegangan. Bagaimana cara kerja
rele jenis ini. Kenapa pada jenis proteksi ini tidak terlalu memerlukan persyaratan
trafo arus yang kritis.
6.
7.
Jelaskan dengan singkat bagaimana rele jarak dapat digunakan sebagai proteksi
cadangan sebuah generator.
8.
Jelaskan cara kerja sebuah rele arus lebih berdasarkan tegangan atau sering
dikenal sebagai voltage-restraint time-over current relay (51V).
9.
Jelaskan cara kerja rele arus urutan negatif. Jelaskan latar belakang mengapa arus
urutan negatif ini digunakan sebagai dasar sistim proteksi generator. Mengapa
arus urutan negatif yang dapat mengalir pada generator harus dibatasi. Jelaskan
berapa besar arus urutan negatif yang diijinkan mengalir pada generator?
10. Jelaskan pengaruh sistim pentanahan terhadap besarnya arus gangguan tanah
yang bisa terjadi pada terminal generator. Gambarkan suatu rangkaian sistim
proteksi kumparan stator terhadap gangguan tanah dengan menggunakan rele
arus lebih direksional. Sebutkan jenis sistim pentanahan yang umum dilakukan.
Jelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing jenis pentanahan tersebut.
11. Coba jelaskan faktor-faktor apa saja yang perlu diperhatikan dalam merancang
sistim proteksi generator-generator ukuran kecil yang terhubung secara paralel.
Jelaskan jawaban saudara dengan menggunakan gambar-gambar bila diperlukan.
209
12. Jelaskan sistim proteksi gangguan tanah pada generator-generator yang tidak
ditanahkan. Jelaskan dengan contoh-contoh. Proteksi tambahan apa saja yang
perlu ditambahkan untuk memproteksi generator-generator yang dihubungkan
ketanah dengan tahanan tinggi.
13. Coba jelaskan sistim proteksi generator yang perlu dilakukan selama proses
pengoperasian generator sebelum terhubung dengan jaringan sistim tenaga
listrik.
14. Jelaskan penggunaan sebuah rele jarak terhadap gangguan kehilangan medan
penguat. Jelaskan dengan menggunakan gambar-gambar bagaimana rele tersebut
bisa bekerja mengikuti perubahan medan arus penguat. Jelaskan mengapa pada
saat tersebut generator seolah-olah menjadi beban reaktif jala-jala listrik.
Mungkinkah generator dapat terus bekerja pada saat mana dia kehilangan arus
penguat. Bila ya sebutkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sehingga
sebuah generator tanpa penguatan dapat bekerja sebagai generator induksi
secara stabil.
15. Setiap generator mempunyai karakteristik yang dikenal sebagai kurva
kemampuan atau capability curve. Jelaskan dengan menggunakan gambar kurva
kemampuan sebuah generator.
16. Jelaskan prinsip kerja rele VAR dalam mengatasi gangguan karena hilangnya arus
penguat. Harap dijelaskan dengan menggunakan gambar seperlunya.
17. Coba jelaskan rele-rele proteksi untuk gangguan kehilangan penggerak utama,
proteksi terhadap penguatan berlebihan, salah operasi, beban lebih, kegagalan
kutub PMT generator, frekuensi, tegangan lebih dan kehilangan sinkronisasi.
18. Suatu sistim pembangkit terdiri dari tiga unit generator dengan kapasitas masingmasing terdiri dari 21.785 KVA, 13.8 kV,
. Ketiga unit generator
terhubung dengan masing-masing busbar dimana terdapat beban yang bisa
langsung dilayani. Masing-masing unit generator terhubung dengan satu busbar
melalui sebuah reaktor dengan impedansi
. Generator-generator
tersebut tidak ditanahkan.
210
a.
b.
c.
d.
e.
Apakah arus gangguan satu fasa pada pertanyaan d akan mengakibatkan rele
diferensial bekerja? Bila ya berapa kali arus pick-up besarnya arus gangguan
tanah yang terjadi.
Besar arus gangguan satu fasa ketanah yang terjadi pada titik antara
generator dengan trafo.
b.
Besarnya arus gangguan tiga fasa yang terjadi antara generator dan trafo
daya.
c.
d.
Besar tegangan yang timbul pada terminal rele 59G bisal tahanan R
tersambung paralel dengan rele tersebut. Berapa perkalian tegangan pick-up
pada nilai tegangan pick-up minimum 5.4 Volt.
e.
Hitung besarnya arus yang mengalir melalui tahanan R? Pilih trafo arus yang
sesuai dan hitung arus pick-up rele 50/51.
20. Sebuah IPP mempunyai sebuah 100 MW terhubung dengan sebuah gardu induk
150 kV melalui saluran radial sepanjang 50 kM. Tegangan gardu induk diatur
konstan pada tegangan 150 kV. Impedansi saluran adalah (1.6 + j0.5 ) ohm/kM.
Diharapkan gardu induk beroperasi pada beban 100 MW, 20 MVAR, Lagging.
Tidak ada beban lain yang terhubung dengan saluran. Sesuai dengan ketentuan
dan kebijakan IPP, generator tersebut hanya boleh dibebani berlebih sebesar 6%
diatas daya nominal. Pada kondisi tersebut, rele yang terhubung pada sisi 150 kV
di set pada tegangan 121.9 Volt. Dengan menggunakan trafo tegangan 150/0.115
kV, tegangan dasar adalah 115 Volt. Pada kondisi tersebut hitunglah:
a.
Tegangan pada sisi 150 kV terminal generator dan daya MW, MVAR yang
dikeluarkan generator. Berapa rugi-rugi daya MW, MVAR sepanjang saluran
transmisi.
b.
c.
Bila kondisi pembebanan dirubah menjadi 100 MW, 0 MVAR, periksa apakah
setelan rele tegangan lebih akan dilewati.?
211
BAB 5
1.
2.
3.
4.
Jelaskan secara umum berbagai fitur yang dibutuhkan oleh sistim otomatisasi
sebuah gardu induk.
5.
6.
Menurut saudara berapa waktu response time yang dibutuhkan untuk melakukan
perintah buka-tutup sebuah perangkat switching tegangan tinggi. Berapa
response time sistim mulai dari terjadinya gangguan hingga muncul dilayar
operator sehingga operator dapat mengawasi setiap kejadian yang mungkin
terjadi pada instalasi gardu induk.
7.
8.
9.
Jelaskan secara umum tentang protokol IEC 60870-5 yang banyak digunakan
sebagai standar protokol pada sistim-sistim otomatisasi gardu induk. Jelaskan dua
protokol yang banyak digunakan pada sistim pengendalian yaitu protokol IEC
60870-5-101 dan protokol IEC 60870-5-103.
10. Jelaskan secara umum tentang masing-masing lapisan komunikasi yang terdapat
pada protokol jaringan komunikasi ISO 7-layer. Coba gambarkan analogi setiap
lapisan tersebut dengan proses pembentukan terjadinya komunikasi suara seperti
komunikasi telepon biasa. Berapa lapisan dari ISO 7 Layer yang digunakan pada
sistim otomastisasi gardu induk. Jelaskan jawaban saudara.
11. Uraikan fungsi-fungsi umum otomatisasi gardu induk sesuai dengan standarstandar yang sejauh ini ada seperti standar IEC.
12. Bisakah saudara menjelaskan bagaimana pengembangan sistim-sistim otomatisasi
gardu dimasa-masa mendatang. Hal-hal apa saja yang masih perlu diperhatikan
212
213
BAB 6
1.
Sebutkan jenis-jenis proteksi yang perlu dilakukan terhadap rele dan instalasi
sistim proteksi. Jelaskan masing-masing jenis pengetesan serta semua item-item
pengetesan yang diperlukan.
2.
3.
Coba jelaskan tentang pengetesan komisioning sebagai salah satu pekerjaan yang
harus dilakukan sebelum diserahkan kepada pemilik projek. Jelaskan skope dan
batas-batas pengetesan yang harus dilakukan.
4.
5.
6.
b.
c.
d.
e.
Jelaskan fungsi dan kegunaan pengetesan lingkungan yang perlu dilakukan terhadap
setiap jenis rele yang mau diproduksi. Jelaskan arti dan tanda simbol yang tertera
pada setiap barang yang ada dipasaran.
214
215
ARCING TIME. Adalah waktu antara mulai saat terpisahnya kontak circuit breaker dengan saat
padamnya busur api yang terjadi selama waktu pemutusan arus.
AUXILIARY CIRCUIT. Adalah sirkit yang biasanya mendapat catu dayanya diambil dari catu daya
auxiliary, tetapi kadang-kadang dia bisa juga di suply atau di energise langsung darih besaran
yang diukur.
AUXILIARY RELAY. Adalah sebuah rele all-or-nothing relay yang dienergise melalui rele lain,
contoh sebuah rele yang digunakan sebagai penguat kontak dimana diperoleh kontak dengan
rated lebih tinggi atau suatu rele yang dilengkapi dengan elemen pewaktu tunda atau time
delay atau yang juga dimaksudkan untuk mendapatkan banyak kontak sebagai penggandaan
sebuah kontak tunggal.
AUXILIARY SUPPLY . Adalah catu daya listrik arus bolak balik a.c atau arus searah d.c yang
dibutuhkan untuk dapat bekerja dengan benar diluar dari besaran yang diukur.
BACK-UP PROTECTION. Back-up protection adalah sistim proteksi yang dimaksudkan sebagai
cadangan terhadap sistim proteksi utama yang berguna untuk bertindak sebagai pengaman lain
apabila pengaman utama tidak efektif atau gagal melakukan fungsinya. Atau sebagai rele
pengaman tambahan pada gangguan-gangguan pada bagian-bagian jaringan yang tidak
termasuk daerah kerja rele pengaman utama.
BAY. Bay adalah pasangan-pasangan perangkat tegangan rendah LV, tegangan menengah MV
atau perangkat tegangan tinggi HV, yang saat ini umumnya sudah dikendalikan dengan
komputer.
BC. Bay Computer adalah komputer khusus yang digunakan secara khusus untuk mengendalikan
satu atau beberapa bay dalam satu gardu induk. Bay computer tidak bisa digunakan untuk
keperluan lain sebagaimana komputer pribadi lainnya.
BIASED RELAY. Biased relay atau rele yang dibias adalah rele dimana karakteristiknya sudah
dimodefikasi dengan mengintrodusir besaran tertentu diluar dari besaran penggeraknya dan
besaran tersebut biasanya berlawanan dengan besaran penggeraknya. Bias biasanya digunakan
untuk mengkonpensir besaran arus yang mengalir pada kumparan rele akibat adanya kesalahan
pengukuran yang secara inheren melekat pada perangkat instrumentasi seperti trafo arus atau
trafo tegangan.
BIAS CURRENT. Adalah arus bias yang mengalir pada rele yang dibias yang sengaja dibuat untuk
menghilangkan pengaruh arus non gangguan yang timbul karena kesalahan perangkat
instrumentasi.
Bulk Power Generation. Bulk Power Generation (BPG) adalah unit-unit generator ukuran besar
yang umumnya dilengkapi dengan sitim proteksi diferensial. BPG dapat dilihat dari moda sistim
interkoneksi mereka ke jaringan sistim tenaga listrik yaitu melalui gardu-gardu induk atau di tap
pada ke saluran-saluran transmisi yang di proteksi dengan menggunakan sistim kabel pilot atau
dengan sinyal pembawa komunikasi.
BURDEN. Burden adalah kapasitas beban yang dibutuhkan oleh rangkaian rele yang dinyatakan
dengan perkalian antara tegangan dengan arus (volt-amperes atau watts pada sistim d.c.) pada
216
kondisi tertentu, yang boleh jadi pada setelan atau pada arus atau tegangan nominal. Untuk
memastikan bahwa burden dinyatakan dalam arus nominal, maka dalam penilaian burden
sebuah rele maka keluaran nominal trafo pengukuran yang dinyatakan dalam VA, selalu berarti
besar burden tersebut dilakukan pada arus atau tegangan nominal.
CAPACITANCE ATAU KAPASITANSI. Menurut Encyclopedi Britannica kapasitansi adalah sifat dari
sepasang konduktor yang saling terpisah melalui media atau material non konduktif (misal
udara, keramik..dsb) yang memungkinkan untuk menyimpan enersi listrik dengan cara
memsisahkan muatan listrik yang dipertahankan oleh tegangan antara kedua konduktor. Bila
muatan listrik ditransfer antara dua konduktor yang pada awalnya tidak bermuatan maka kedua
konduktor akan bermuatan yang sama namun berbeda polaritas. Tegangan antara kedua
konduktor akan timbul sesuai dengan muatan listrik dan dapat menyimpan listrik. Kapasitansi C
adalah perbandingan antara jumlah muatan listrik q dengan perbedaan potensial antara kedua
konduktor V atau dapat dinyatakan dengan C = q/V. Satuan kapasitansi dapat dinyatakan dalam
coulombs per volt (C/V) atau dalam farads (F).
CALIBRATION. Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan pada keadaan dan kondisi
tertentu untuk melihat dan membandingkan besar nilai yang diukur oleh sebuah transduser
yang mau dikablibrasi dengan nilai yang diukur oleh tranduser standar yang terhubung secara
paralel atau seri pada saat melakukan kalibrasi.
CB. Circuit Breaker sering juga disebut PMT atau Pemutus Tenaga, digunakan sebagai perangkat
pemutus tenaga baik untuk keperluan operasi normal ataupun sebagai bagian perangkat
proteksi sistim tenaga bersama-sama dengan rele proteksi.
CBCT. Core Balance Current Transformer adalah trafo jenis cincin dimana ketiga saluran
primernya dilalukan melalui lubang cincin trafo arus tersebut. Arus pada sisi sekunder akan
terdeteksi bila pada penghantar primer terdapat ketidak setimbangan arus.
CDM. Conceptual Data Modelling adalah aktifitas yang dimaksudkan untuk:
Mendefinisikan objek dan link dan konvensi nama untuk memudahkan identifikasi
mereka.
o
o
CHARACTERISTIC ANGLE. Adalah karakteristik sudut antar dua vektor yang diterapkan pada rele
dan digunakan untuk menytakan kinerja atau performace sebauh rele.
CHARACTERISTIC CURVE. Adalah karaktersitik kurva yang memperlihatkan nilai kerja
karakteristik terhadap berbagai harga atau kombinasi dari besaran yang dienergise.
CHARACTERISTIC IMPEDANCE RATIO. Adalah nilai rasio maksimum System Impedance Ratio
sampai performance rele tetap berada dalam batas-batas akurasinya.
CHARACTERISTIC QUANTITY. Karakteristik kuantitas adalah angka yang nilainya
mengkarakterisir kerja rele, contoh, arus untuk rele arus lebih, tegangan untuk rele tegangan,
sudut fasa untuk rele arah, waktu untuk rele time delay independent, impedansi untuk rele
impedansi.
217
CHECK PROTECTION SYSTEM. Adalah sistim proteksi auxiliary yang dimaksudkan untuk
mencegah tripping yang diakibatkan oleh ketidak telitian atau kesalahan kerja rele proteksi
utama.
CIGRE. CIGRE adalah badan yang menyelengarakan konfrensi internasional tentang Sistim
Elektrik Tegangan Ekstra Tinggi. CIGRE adalah badan permanen non pemerintah dan merupakan
badan internasional non profit yang berkedudukan di Francis. Mereka memokuskan kegiatan
konfrensi mereka terhadap isu-isu perencanaan dan pengoperasian sistim tenaga listrik seperti
disain, konstruksi, pemeliharaan dan berbagai isu tentang perangkat-perangkat tegangan tinggi.
CYBER SECURITY. Cyber Security adalah sistim sekuriti terhadap ancaman-ancaman terhadap
jaringan komputer yang bisa datang melalui terminal-terminal komputer dan juga termasuk
proteksi terhadap aset perusahaan akibat modefikasi atau kerusakan karena tidak sengaja atau
karena kesalahan mengoperasikan sistim-sistim kontrol berbasis komputer.
CLOSING TIME. Closing time adalah waktu yang dibutuhkan circuit breaker untuk menutup
dimulai dari posisi terbuka secara sempurna yaitu dari saat penerapan pemberian tegangan
pada kumpran tutup closing coil hingga kontak CB tertutup secara sempurna.
COMPLIANCE VOLTAGE (ACCURACY LIMITING OUTPUT). Ini dimaksudkan hanya untuk sinyal
arus keluaran, dimana nilai tegangan keluaran pada mana akurasi tranduser memenuhi
spesifikasi akurasinya.
CONJUNCTIVE TEST. Conjunctive test adalah pengetesan sistim proteksi dimana semua
komponen yang terlibat pada sistim proteksi tersebut ikut tersambung. Pengetesan ini bisa
secara parametris atau secara spesik.
CORE BALANCE CURRENT TRANSFORMER. Adalah Trafo Arus jenis cincin (ring) dimana
penghantar primer dilalukan lubang CBCT. Disini arus sekunder hanya terjadi bila terdapat
ketidak seimbangan arus pada ketiga penghantar primer. CBCT banyak digunakan pada proteksi
gangguan tanah sensitif.
CT. Current Transformer atau trafo arus adalah trafo yang digunakan untuk merubah nilai arus
yang besar menjadi arus yang lebih rendah yang bisa diukur dengan peralatan ukur biasa. Nilai
arus sebenarnya yang mengalir pada sisi primer adalah hasil pembacaan alut ukur disisi
sekunder dikalikan dengan faktor perbandingan kumparan primer dan sekunder.
CVT. Capacitor Voltage Transformer. Adalah sebuah trafo tegangan yang digunakan untuk
mengukur tegangan tinggi dengan prinsip menggunakan divider. Banyak digunakan pada
jaringan ekstra tinggi dimanana pengukuran dengan prinsip induksi elektromaknetis dianggap
tidak praktis dan ekonomis.
DAC. Digital to Analogue Converter adalah perangkat yang digunakan untuk mengubah besaran
digital menjadi besaran analog. Biasanya digunakan untuk menampilkan besaran digital secara
analog atau banyak juga digunakan dalam sirkit-sirkit proteksi, kendali dan pengaturan.
DAR. Delayed auto-reclose, adalah perangkat yang diupayakan untuk menunda terjadinya auto
reclose.
218
DCE. Data communication equipment misal modem, konvertor protocol dan perangkat
transmisi lainnya.
Jenis-jenis komunikasi dari DCE ke DTE ada lima yaitu;
1.
Komunikasi asinkron.
2.
Komunikasi sinkron dengan menggunakan clock Data Terminal Equipment misal clock
internal rele numeris.
3.
4.
Komunikasi sinkron dengan menggunakan clock lokal modem yang diperoleh melalui
saluran telepon.
Default Password. Pasword adalah sederetan karakter yang harus dimasukkan ke dalam
komputer sebelum dapat mengakses file dalam komputer tersebut. Sebuah default password
adalah password yang dibuat atau diterapkan oleh pabrik atau suplier sistim atau aplikasi.
Distributed Generator. Adalah generator-generator yang umumnya berukuran relatif kecil yang
tersebar disekitar jaringan sistim tenaga listrik. Generator-generator ini biasanya terhubung
dengan sistim tenaga listrik melalui tap-tap langsung ke tarnsmisi atau ke jarangan distribusi
sistim tenaga listrik yang sudah eksisting. Sistim proteksi generator-generator tersebar ini harus
dilakukan sesuai dengan standar-standar yang sudah dibuat khusus sehingga keberadaan
generator-generator tersebut tidak menjadi masalah ke sistim tenaga listrik dan sebaliknya bila
ada gangguan pada sistim maka generator tersebut tidak sampai mengalami kerusakan hebat.
DNP3. Adalah singkatan dari distributed network protocol yang merupakan protokol komunikasi
non proprietary yang dirancang untuk mengoptimalkan transmisi akuisisi informasi dan
komunikasi data dan perintah kendali dari satu komputer ke komputer lainnya. Distributed
Network Protocol adalah protokol komunikasi khusus yang sekarang ini sudah umum digunakan
terutama di Amerika bagian Utara. Digunakan sebagai protokol komunikasi antara jaringan
sekunder antara HMI dengan substation computers atau Bay Computers dan perangkat
proteksi.
DCP. Device Control Point: adalah keypad lokal yang terdapat pada perangkat yang digunakan
untuk mengontrol gardu induk, sering di lengkapi dengan sakler pilih Lokal/Remote Switch.
DCS. Distributed Control System adalah sistim kontrol terdistribusi pada suatu plant dimana
setiap bagian sirkit proses disuvervisi dan di kontrol subsistim secara sendiri-sendiri dan
kemudian subsistim-subsistim tersebut diintegrasikan menjadi suatu sistim kontrol yang
komprehensif. Bila diperlukan pada kondisi tertentu masing-masing subsistim tetap dapat
berjalan sendiri-sendiri secara otonom.
DEAD TIME (AUTO RECLOSE). Dead time adalah waktu antara dimana busur api sudah padam
sampai kontak circuit breaker kembali menutup.
DE-IONIZATION TIME (AUTO-RECLOSE). Waktu de-ionisasi adalah waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan keadaan udara kembali menjadi isolasi setelah dilewati busur api akibat
gangguan. Waktu de-ionisasi ini diperlukan pada waktu melakukan proses reclosing sedemikian
sehingga reclosing tidak terjadi pada waktu busur api masih bertahan pada jalur gangguan.
219
DELAYED AUTO-RECLOSE. Adalah skema auto reclose yang mempunyai waktu reclose sudah
melebihi waktu minimum yang dibutuhkan bila kerja autoreclose berjalan dengan sukses atau
dalam keadaan normal.
DFT. Discrete Fourier Transform adalah cara-cara perhitungan dengan menggunakan
Transformasi Fourier secara Diskrit. Banyak digunakan dalam algoritma perhitungan gangguangangguan pada rele numerik.
DIGITAL SIGNAL PROCESSSING. Adalah sebuah teknik untuk memproses signal digital dengan
menggunakan berbagai algoritma filter untuk menentukan out put sesuai dengan karakteristik
yang diharapkan. Signal input yang digunakan pada algoritma pemroses signal biasanya dalam
bentuk representasi signal analog dalam bentuk digital yang didapatkan melalui sebuah
perangkat konversi A/D. Digital sinyal processing biasanya dilakukan dengan menggunakan
teknik Discrete Fourier Transformation sehingga sebuah unit microprocessor dapat
dioptimasikan baik perangkat lunak maupun perangkat kerasnya.
DIRECTI0NAL RELAY. Adalah sebuah rele yang bekerja bukan hanya berdasarkan besarnya arus
gangguan namun juga berdasarkan arah arus gangguan.
DISCRIMINATION. Diskriminasi adalah kemampuan suatu sistim proteksi untuk membedakan
kondisi sistim tenaga diantara berbagai kondisi sistim yang dimaksudkan supaya mampu kerja
pada kondisi tertentu yang sudah ditentukan namun pada kondisi lain tidak diharapkan bekerja.
DISTORTION FACTOR. Adalah faktor perbandingan antara harga r.m.s. harmonis yang
terkandung dengan harga r.m.s. besaran yang tidak atau non-sinusoidal.
DIRECT-ON-LINE. Adalah metoda atau cara starting motor, dimana tegangan jala-jala secara
penuh diterapkan pada motor-motor stationer.
DROP- OFF. Rele disebut drops off bila dia berubah dari posisi energise ke posisi non-energise.
DROP-OUT to PICK-UP RASIO. Adalah perbandingan yang membatasi harga karakteristik
dimana rele reset dan bekerja. Harga ini kadang disebut rele diferensial.
DT. Definite Time biasanya digunakan pada rele yang bekerja berdasarkan waktu definit tanpa
melihat nilai atau besar arus gangguan.
DTR. Adalah Data Terminal Ready yaitu sinyal dari DTE yang memperlihatkan kesiapan terminal
untuk menerima atau mengirimkan data.
EARTH FAULT PROTECTION SYSTEM. Adalah sistim proteksi yang dirancang untuk tanggap
hanya terhadap gangguan tanah saja.
EARTHING TRANSFORMER. Adalah trafo yang digunakan sebagai media pentanahan titik netral
sebuah trafo tiga fasa.
EFFECTIVE RANGE. Effektif range adalah kisaran atau range nilai karakteristik kuantity atau
kuantity yang mengenergise pada mana rele akan memberi tanggapan secara benar sesuai
dengan kebutuhan, terutama pada ketelitian atau akurasinya.
220
ELECTRICAL RELAY. Electrical rele atau rele elektrik adalah divais yang dirancang untuk
melakukan tippiping pada satu atau lebih sistim tenaga listrik yang perlu diproteksi bila sistim
tenaga tersebut mengalami gangguan-gangguan yang dapat merusak peralatan yang diproteksi.
ELECTROMECHANICAL RELAY. Rele elektromekanikal adalah rele elektrik yang prinsip kerjanya
dirancang berdasarkan pergerakan relative elemen mekanik rele tersebut sebagai akibat arus
yang mengalir dalam kumparan penggerak.
EMC. Electro-Magnetic Compatibility atau kompatibilitas elektro maknetik adalah term yang
digunakan untuk melihat kompabilitas suatu perangkat terhadap interferensi gelombang
elektromaknetik sesuai dengan ketentuan standar.
EMBEDDED GENERATION. Adalah pembangkit yang terhubung pada sistim distribusi tegangan
rendah atau tegangan menengah dimana terdapat ke khususan terutama dalam sistim proteksi
kelistrikannya.
ENERGIZING QUANTITY. Adalah besaran listrik seperti tegangan atapun besaran arus yang
bersama atau dengan gabungan dengan besaran energising lainnya dapat menyebabkan
perangkat dapat bekerja.
ERROR (OF A TRANSDUCER). Error adalah selisih antara harga real keluaran dengan harga
keluaran yang diharapkan sesuai dengan nilai yang dinyatakan pada papan nama tranduser.
EVENT. Event adalah setiap informasi yang di akuisisi atau di bangkitkan oleh sistim kontrol
digital untuk menyatakan terjadinya perubahan status
FACTS. FACTS adalah singkatan dari Flexible AC Transmission System yang merupakan perangkat
elektronik yang mampu mengendalikan aliran daya pada saluran transmisi tenaga listrik dengan
menggunakan perangkat SCR (Thyristor Valve).
FAULT PASSAGE INDICATOR. Adalah sensor atau indikator yang digunakan untuk mendeteksi
arus yang mengalir dengan nilai yang melebihi nilai setelan (biasanya arus akibat gangguan).
Indikator menunjukkan bahwa gangguan terjadi ke arah hilir dilihat dari lokasi sensor.
FBD. Functional Block Diagram: adalah bahasa yang digunakan dalam pemrograman sesuai
dengan standar IEC 61131-3 programming languages.
FIDUCIAL VALUE. Adalah harga yang ditentukan secara jelas terhadap titik referensi yang dibuat
untuk menentukan akurasi tranduser. Untuk tranduser harga fiducial adalah harga span kecuali
untuk tranduser yang yang dapat mengalirkan besaran secara bolak balik (reversible) dengan
out put keluaran yang simetris bila harga fiducial span atau setengah span sesuai dengan
pernytaan pabrik. Dalam prakteknya, untuk menyatakan akurasi tranduser frekuensi merujuk ke
percent of centre-scale frequency atau phase angle transducers pada kesalahan dalam sudut
elektirs.
FIREWALL. Adalah perangkat keras atau lunak yang digunakan dalam kebijakan sekuriti untuk
mempertahankan jaringan sistim aman terhadap trafik data-data yang tidak
diperlukan/dikehendaki. Perangkat ini bisa dibuat dari peralatan filter sederhana terhadap
paket-paket data yang tidak autorised berdasarkan adress mereka atau perangkat sistim
221
pengecekan data-data yang lebih kompleks terhadap legitimasi komunikasi dengan data-data
tersebut (urutan data-data). Sebuah perangkat firewall dapat juga digunakan sebagai rele
proteksi antar dua jaringan, yang dapat memutuskan komunikasi data dengan pihak-pihak
eksternal yang tidak berkepentingan pada kedua jaringan tersebut.
FORWARD LOOKING ELEMEN. Adalah elemen elemen penglihat rele jarak yang diset hanya
melihat gangguan yang terjadi didepan rele. Pada gangguan-gangguan yang terjadi dibelakang
maka rele jarak ini tidak akan bekerja. Elemen penglihat kedepan bisa merupakan elemen rele
jarak Zone 1, 2 atau Zone 3.
FPI. Fault Passage Indicator dalam rele numerik, adalah sensor yang mendeteksi arus gangguan
lewat.
FULL DUPLEX COMMUNICATION. Adalah komunikasi baik data ataupun pembicaraan yang bisa
terjadi secara simultan pada kedua arah.
GATEWAY. Gateway adalah sebuah komputer yang merupakan interface antara komputer sitim
otomatisasi gardu induk (scada lokal) dengan satu atau lebih pusat pengendalian sistim tenaga
listrik berbasis komputer SCADA.
GIS. Gas Insulated Switchgear (usually SF6) adalah gardu induk berselubung metal yang berisi
gas sulfur hexa floride. Pemakaian jenis gardu ini banyak dilakukan di kota-kota besar mengingat
harga tanah yang sangat mahal atau di pusat-pusat pembangkit dengan tingkat kontaminasi
yang tinggi.
GLOBAL POSITIONING SYSTEM. Global Positioning System atau sering disingkat dengan GPS
adalah sistim yang digunakan untuk menentukan lokasi satu objek tertentu pada permukaan
bumi secara teliti, yaitu dengan menggunakan satelit komunikasi geostationar yang mengorbit
bumi. GPS biasanya digunakan sebagai sumber clok sinchronisasi untuk pewaktu rele-rele secara
teliti.
GOOSE. Generik Object Oriented Sequence Envent, adalah format sistim komunikasi yang
digunakan antara divais-divais IED dalam sistim kontrol otomatis yang berguna untuk
menyederhanakan sistim perkabelan antara rele-rele. Fungsi-fungsi yang dapat diterapkan
antara lain adalah rangkaian interlok antara dua divais tanpa menggunakan kabel-kabel
penghubung.
HALF-DUPLEX COMMUNICATION. Adalah sistim komunikasi yang dapat dilakukan pada kedua
arah, namun dilakukan secara bergantian satu per satu. Pada satu saat komunikasi yang terjadi
hanya satu arah saja. Contohnya komunikasi suara dengan menggunakan handy talky.
HANDSHAKING. Adalah prosedur untuk mengkonfirmasi status sinyal yang dikirim antara dua
perangkat terminal telekomunikasi yaitu untuk memeriksa apakah aliran data-data yang
diharapkan sudah terjadi sebagaimana mestinya. Biasanya terdapat dua cara yang umum
digunakan yaitu dengan perangkat keras (RTS/CTS) dan perangkat lunak (XON/XOFF).
HIGH-SPEED RECLOSING. Adalah proses reclosing suatu circuit breaker setelah mengalami
tripping yang dilakukan sangat cepat tanpa menunda waktu kecuali waktu yang dibutuhkan
untuk de-ionisasi jalur gangguan yang mengalami penjalaran busur api.
222
HMI. Human Machine Interface adalah perangkat yang digunakan sebagai media komunikasi
antara manusia atau operator dengan rangkaian atau mesin proses dimana operator dapat
menuliskan data atau sinyal masukan dan proses memperlihatkan reaksinya di layar tampilan
melalui sistim komputer. Biasanya digunakan Personal Computer (PC) desktop atau portable
yang dilengkapi dengan keyboard, screen dan pointing device seperti track ball atau mouse.
HRC. High Rupturing Capacity (biasanya mengenai sekring), adalah sekring dengan kemampuan
memutus arus yang besar dengan sangat cepat sehingga arus tersebut tidak sempat merusak
jaringan yang diamankan.
HSR. High Speed Reclosing, adalah perangkat penutup otomatis yang digunakan untuk
memulihkan tegangan segera setelah terjadinya tripping saluran yang mendapat gangguan
sementara.
HV. High Voltage; tegangan tinggi digunakan untuk mentransmisikan daya dari satu tempat ke
tempat lain yang saling berjauhan dengan maksud untuk mengurangi rugi-rugi transmisi
seminimal mungkin.
HVDC. High Voltage Direct Current; tegangan tinggi arus searah dilakukan dengan menggunakan
SCR yang bisa merubah tegangan arus bolak-balik menjadi tegangan arus searah dan seterusnya
disalurkan yang kemudian dirubah kembali menjadi tegangan arus bolak balik pada level
tegangan yang sesuai. Saat ini tegangan tinggi arus searah sudah mencapai tegangan 1600 kV,
yang digunakan mentransmisikan daya dari satu tempat ke tempat lainnya yang sangat jauh
atau terpisah oleh lautan.
ICCP. Adalah Protokol Komunikasi Antara Control Center sesuai dengan definisi yang diberikan
standar IEC 60870-6-603 protocol.
ICT. Interposing Current Transformer, pada rele-rele elektromaknetik harus dilakukan dengan
interposing trafo arus sedang pada rele-rele numeris biasanya dilakukan dengan perangkat
lunak dalam bentuk transfer function.
IDS. A dalah singkatan dari intrusion detection system yang merupakan suatu perangkat yang
memantau lalu lintas komunikasi pada saluran transmisi dengan tujuan untuk mendeteksi dan
mencatat pengguna-pengguna yang tidak berhak terhadap fasilitas kendali sistim jaringan. IDS
diprogram untuk mengidentifikasi dan menelusuri pola-pola aktifitas jaringan.
IEC. Adalah suatu badan atau komisi internasional dalam bidang elektroteknik yang mempunyai
tugas untuk menyiapkan dan menerbitkan standar-standar yang digunakan untuk
menspesifikasikan semua peralatan elektrik maupun peralatan elektronik lainnya sesuai dengan
teknologi masing-masing peralatan tersebut.
IED. Intelligent Electronic Device adalah perangkat yang berisi microprocessor termasuk
perangkat lunak yang digunakan untuk mengimplementasikan satu atau lebih fungsi-fungsi
untuk keperluan pengendalian jaringan sistim tenaga listri seperti misalnya bay controller,
remote SCADA interface/protocol converter ...dsb. Rele numeris berbasis microprocessor-based
juga bisa disebut sebagai IED. IED adalah terminologi umum yang digunakan untuk
mendeskripsikan tentang perangkat-perangkat berbasis microprocessor-based, sebagai baian
dari komputer. IED bisa terdiri dari satu atau lebih prosessor yang mampu menerima dan
223
mengirimkan data atau perintah kendali dari dan ke perangkat-perangkat eksternal seperti rele
numeris, meter-meter fungsi banyak dan kontroler-kontroler lainnya.
INFLUENCY QUANTITY. Influence quantity atau besaran berpengaruh adalah besaran yang tidak
ada hubungannya dengan besaran yang diukur tetapi adalah besaran lain yang bisa
mempengaruhi sinyal out put pengukuran.
INPUT QUANTITY. Adalah besaran yang diperoleh sebagai masukan besaran yang diukur dari
sistim pengukuran.
INSTANTANEOUS RELAY. Adalah rele yang bekerja dan reset dengan sangat cepat yang sedapat
mungkin tanpa ada kelambatan waktu.
INSULATED GATE BIPOLAR TRANSISTOR IGBT. Adalah transistor khusus yang cocok untuk
melalukan arus atau teganggan tinggi hingga ratusan amper. Sering digunakan pada perangkat
static power control seperti inverters, controlled rectifiers, mengingat cara pengendalian out
put nya yang relatif lebih fleksibel dari thyristor biasa.
INTRINSIC ERROR. Adalah error yang sudah terdapat pada transducer pada kondisi referensi
yang disebabkan oleh keterbatasan material-material yang digunakan pada transduser tersebut.
INVERSE TIME DELAY RELAY. Adalah rele yang mempunyai waktu kerja yang cendrung mengecil
kearah minimum dengan semakin naiknya besar arus gangguan.
INVERSE TIME RELAY WITH DEFINITE MINIMUM TIME (IDMT). Adalah rele dependent time
delay yang mempunyai waktu kerja mengikuti fungsi invers terhadap besaran atau karakteristik
kuantity penggerak rele.
IRIG-B. Adalah osilator standar internasional yang digunakan untuk sinkronisasi waktu.
ISO. International Standards Organisation adalah badan standar internasional yang secara
teratur melakukan rapat-rapat komite dalam rangka mendefinisikan standar-standar yang
diperlukan untuk menyamakan berbagai produk sehingga satu sama lain bisa saling kompetibel.
Misalnya dalam mendefenisikan sistim standar untuk sistim komunikasi antar perangkatperangkat komputer. Atau juga dalam menstandarkan berbagai mutuk para konstruktur
sehingga secara genaeral dapat diklassifikasikan.
K-BUS (K-BUS COURIER). Adalah nama yang digunakan untuk protokol Courier pada interface KBus untuk range K-Relay yang dipabrikasi oleh AREVA.
KNEE-POINT. Adalah g.g.l lawan sinusoidal yang diterapkan pada terminal sekunder sebuah
trafo arus dimana untuk menaikkan tegangan sebesar 10%, akan memerlukan arus penguat
dinaikkan sebesar 50%.
INDUKTANSI. Induktansi adalah parameter yang digunakan untuk menyatakan satuan intensitas
kemagnitan suatu belitan.
LAN. Local Area Network adalah jaringan umum yang digunakan sebagai media komunikasi
antara berabagai perangkat sistim dijital.
224
LD. Ladder Diagram. Adalah bahasa pemrograman yang digunakan pada perangkat Programable
Logic Control sesuai dengan standar IEC 61131-3 programming languages.
LOCAL CONTROL MODE. Adalah kondisi dimana sistim dapat dikendalikan secara lokal pada titik
tersebut.
LOCK-OUT (AUTO-RECLOSE). Adalah tindakan yang digunakan untuk mencegah Circuit Breaker
kembali reclose setelah melakukan trippinmg.
LONG TERM STABILITY. Adalah stabilitas perangkat atau sistim pada waktu yang lebih dari
perioda satu tahun.
MAIN PROTECTION. Adalah sistim proteksi yang dalam kedaan normalnya diharapkan bekerja
sebagai pengaman utama terhadap gangguan-gangguan yang terjadi pada daerah proteksinya.
MAXIMUM PERMISSIBLE VALUES OF INPUT CURRENT AND VOLTAGE. Adalah harga arus atau
tegangan yang dinyatakan oleh pabrik pembuat dapat ditahan oleh tranduser untuk waktu tidak
terbatas.
MCB. Miniature Circuit Breaker adalah perangkat yang digunakan untuk memutus dan
menyambung catu daya listrik tegangan rendah. Perangkat ini sekaligus dapat berfungsi sebagai
perangkat pengaman bila disis pemakain terdapat hubung pendek listrik.
MCCB. Moulded Case Circuit Breaker yang sering dijumpai dalam panel-panel distribusi
tegangan rendah dengan kapasitas hingga ratusan amper dan bahkan bisa hingga ribuan amper.
MEAN-SENSING TRANSDUCER. Adalah tranduser yang mengukur harga rata-rata suatu
gelombang tetapi dibuat untuk mengukur harga r.m.s dari besaran masukan sinusoidal.
MEASURING ELEMENT. Adalah unit atau modul sebuah tranduser yang merubah besaran yang
diukur menjadi sinyal-sinyal tertentu yang akan diperagakan untuk memperlihatkan nilai yang
diukur.
MEASURING RANGE. Adalah kisaran pengukuran dimana kinerja alat pengukur berada pada
batas-batas akurasi yang dibutuhkan.
MEASURING RELAY. Adalah rele yang dirancang untuk men switch karakteristik kuantitinya
pada keadaan tertentu dan dengan akurasi tertentu bertahan pada nilai kerjanya.
METERING (NON-TARIFF). Harga-harga pengukuran yang dihasilkan dari hasil-hasil perhitungan
baik besaran dijital maupun besaran analog untuk berbagai periode waktu.
METERING (TARIFF). Adalah pengukuran harga energi yang dihitung dari besaran input digital
atau besaran analog selama variable perioda waktu tertentu yang biasanya digunakan sebagai
dasar perhitungan tariff yang harus dibayarkan oleh pelanggan.
MOD BUS. Adalah protokol komunikasi yang banyak digunakan pada jaringan sekunder seperti
antara HMI, komputer gardu atau komputer Bay dan perangkat proteksi.
225
MODEM. Adalah nama umum yang digunakan untuk perangkat konversi digital menjadi data
dalam format yang sesuai untuk keperluan transmisi data melalui kawat pilot transmisi tanpa
kondisi atau dengan kondisi jaringan sewa.
MULTI-ELEMENT TRANSDUCER. Adalah tranduser yang mempunyai dua atau lebih elemen
pengukuran. Sinyal-sinyal pengukuran yang dihasilkan masing-masing elemen pengukur
dikombinasikan untuk menghasilkan sinyal out put sesuai dengan besaran yang diukur.
MULTI-SECTION TRANSDUCER. Adalah tranduser yang mempunyai dua atau lebih rangkaian
pengukuran yang saling independen untuk melakukan pengukuran satu atau lebih fungsi.
MULTI-SHOT RECLOSING. Adalah skema reclosing atau penutupan kembali yang memungkinkan
untuk dilakukan lebih dari satu kali. Biasanya setelah melakukan reclosing maksimum misal 3
kali, circuit breaker langsung di lock-out sehingga reclosing tidak mungkin terjadi lagi.
MV. Medium Voltage; tegangan menengah. Tegangan menengah di Indonesia biasanya mulai
dari 6 kV sampai 33 kV. Tegangan distribusi yang paling banyak di PLN adalah 20 kV.
NOMINAL RANGE OF USE. Adalah kisaran pengukuran yang ditentukan dimana besaran-besaran
yang diukur tidak akan merubah sinyal keluaran tranduser bila harga yang sudah ditetapkan
tersebut dilebihi.
NOTCHING RELAY. Adalah rele yang menswitch keadaan dari on ke off atau sebaliknya dari off
ke posisi on ke keadaan lainnya terhadap sejumlah impuls yang diterapkan.
NUMERICAL RELAY. Adalah rele-rele yang dibuat dengan menggunakan Digital Signal Processor
untuk melakukan berbagai fungsi algoritma perhitungan proteksi dalam perangkat lunak.
OCB. Oil Circuit Breaker adalah circuit breaker dengan menggunakan minyak sebagai pemadam
busur api.
OFF-LOAD TAP CHANGER. Adalah tap changer yang tidak boleh di operasikan dalam keadaan
berbeban. Pada trafo-trafo yang mempunyai off load tap changer, perubahan posisi tap
dilakukan hanya bila trafo dalam keadaan tidak bertegangan.
OHL. Overhead line adalah saluran hantaran udara sistim tenaga listrik yang digunakan untuk
mentransmisikan daya listrik dari satu tempat ke tempat lain yang saling berjauhan. Saluran ini
biasanya ditarik dari satu tower ke tower lain secara konsisten sehingga dapat menghubungkan
dua atau lebih gardu induk.
ON LOAD TAP CHANGER OLTC. On Load Tap Changer adalah tap changer yang bisa bekerja naikturun pada kondisi trafo dalam keadaan berbeban.
OPENING TIME. Adalah waktu antara mulainya kumparan tripping diberi tegangan hingga saat
kontak terbuka secara sempurna.
OPERATING CURRENT (OF A RELAY). Adalah arus kerja yang menyebabkan sebuah rele bekerja.
226
OPERATING TIME (RELAY). With a relay de-energised and in its initial condition, the time which
elapses between the application of a characteristic quantity and the instant when the relay
operates.
OPERATING TIME CHARACTERISTIC. Adalah kurva karakteristik yang memperlihatkan relasi
antara harga-harga besaran karakteristik yang berbeda-beda yang diterapkan pada sebuah rele
dan sesuai dengan waktu kerjanya.
OPGW. Optical Ground Wire adalah kawat tanah yang dilarikan diatas tiang-tiang kawat
transmisi yang berfungsi untuk melindungi saluran transmisi dari sambaran petir secara
langsung namun ditengah kawat tanah tersebut diisikan dengan kabel serat optik yang dapat
digunakan sebagai sarana saluran komunikasi untuk keperluan perusahaan listrik tersebut atau
untuk keperluan komunikasi komersial.
OSI7-LAYER MODEL. Sistim interkoneksi 7 lapisan atau yang umum dikenal sebagai The Open
Systems Interconnection 7-layer model adalah a model yang dikembangkan oleh ISO untuk
memodelkan jaringan komunikasi komputer digital.
OUTPUT COMMON MODE INTERFERENCE VOLTAGE. Adalah out put keluaran tegangan yang
sebenarnya tidak diperlukan yang timbul dengan titik meskipun tidak ada sinyal masukan yang
diberikan.
OUTPUT SERIES MODE INTERFERENCE VOLTAGE. Adalah tegangan yang sesungguhnya tidak
dikehendaki yang timbul secara seri antara terminal keluaran dengan beban.
OVER CURRENT RELAY. Adalah sebuah rele yang perintah trippingnya tergantung dari tingkat
perbedaan arus lebihnya terhadap setelan arusnya.
OVERSHOOT TIME. Waktu overshoot adalah beda antara waktu kerja rele pada harga tertentu
besaran masukan yang mengenergise dan lama waktu maksimum harga besaran yang
mengenergise yang mana bila secara tiba-tiba diturunkan ke harga tertentu dibawah level
waktu kerja, maka rele tidak akan bekerja.
OVER REACH. Sebuah rele jarak dikatakan dalam keadaan over reach atau capaian lebih bila
impedansi yang dilihat kurang dari impedansi real gangguan. Dalam persen capaian lebih dapat
dinyatakan dalam persamaan:
. Dimana
adalah setelan capaian rele, sedang
adalah capaian efektif rele jarak tersebut. Salah satu contoh pengaruh terjadinya capaian lebih
adalah pada waktu sebuah rele jarak diterapkan pada saluran transmisi paralel dimana salah
satu saluran dalam keadaan terbuka dengan kedua ujungnya ditanahkan. Karena pengaruh
impedansi bersama yang ditimbulkan oleh arus sirkulasi pada saluran yang ditanahkan
menyebabkan rele jarak pada saluran yang bekerja berada pada kondisi capaian lebih.
PICK-UP. Sebuah rele dinyatakan pick-up yaitu bila rele tersebut berubah dari posisi diam tidak
berteganan tidak bertegangan berubah pada posisi energise.
PILOT CHANNEL. Adalah kanal interkoneksi yang digunakan untuk menghubungkan dua rele
untuk keperluan proteksi.
227
PORT. Adalah pintu atau jalur komunikasi untuk hubungan keluar-masuk komputer atau
perangkat jaringan komputer seperti server. Port-port komputer biasanya selalu ditandai
dengan nomor-nomor dan terkait dengan program-program spesifik tertentu. Aplikasi yang
dikenal luas mempunyai nomor-nomor port standar, misal port 80 digunakan untuk tarfik lalu
lintas data-data HTTP yang sering digunakan pada trafik web.
POWER LINE CARRIER COMMUNICATION - PLCC. Power Line Carrier Communication adalah
sarana komunikasi antara dua gardu yang dengan kopling tertentu dapat menggunakan media
transmisi sistim tenaga sebagai saluran pembawa carrier komunikasi.
POWER ELECTRONIC DEVICE. Adalah perangkat elektronika daya seperti thyristor atau IGBT
atau yang dirangkai sebagai perangkat inverter. Umumnya banyak digunakan pada sistim tenaga
untuk mendapatkan suatu sistim catu daya yang konstan dan baik yang diperlukan pada setiap
alat-alat kendali pada setiap gardu atau pusat kontrol.
POWER FACTOR. Adalah faktor yang diperlukan untuk mendapatkan besar daya aktif yaitu
dengan mengalikan faktor daya tersebut dengan perkalian antar arus dan tegangan.
PROTECTED ZONE. Daerah atau zona terproteksi pada sistim tenaga dalam tanggung jawab
sistim proteksi tertentu.
PROTECTION EQUIPMENT. Adalah perangkat sistim proteksi mulai dari rele proteksi, trafo-trafo
dan perangkat-perangkat lainnya.
PROTECTION RELAY. Adalah rele yang dirancang untuk memisahkan bagian dari sistim tenaga
atau untuk memberi alarm tanda peringatan pada waktu terjadinya gangguan atau pada waktu
terjadinya kondisi abnormal. Sistim rele proteksi bisa terdiri lebih dari satu elemen dan aksesoris
yang membentuk sebuah rele untuk bekerja pada besaran tertentu.
PROTECTION SCHEME. Adalah skema kordinasi rele untuk mengamankan satu atau lebih
elemen sistim tenaga listrik. Skema proteksi bisa terdiri dari beberapa sistim proteksi.
PROTECTION SYSTEM. Sistim proteksi adalah kombinasi perangkat proteksi yang dirancang
untuk menjamin, bagian-bagian sistim tenaga yang mungkin mengalami gangguan atau berada
pada posisi abnormal dapat dipisahkan dan untuk memberikan tanda alarm bila terjadi keadaan
tidak normal.
PROTOCOL. Protokol adalah serangkaian cara-cara yang digunakan mendefinisikan metoda
dimana fungsi ditransmisikan - umumnya digunakan dalam sistim komunikasi digital sehingga
baik perangkat keras maupun perakngkat lunak dua sistim yang saling berjauhan dapat
berkomunikasi satu sama lain dengan benar.
Dalam kata lain protokol adalah sejumlah konvensi formal yang menspesifikasikan format dan
pewaktu relatif pertukaran data-data (message exchange) antara dua terminal komunikasi data.
Disini harus jelas cara-cara dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan antara dua terminal
komunikasi.
R.M.S SENSING TRANSDUCER. Adalah tranduser yang khusus dibuat bekerja pada harga r.m.s.
besaran masukan dan yang dkarakterisir oleh pabrik pembuat sesuai dengan variasi bentuk
gelombang tertentu.
228
RATIO CORRECTION. Adalah fitur rele digital atau rele numerical yang digunakan untuk
mengkompensasi rasio trafo arus atau trafo tegangan yang mungkin secara teknis tidak ideal.
RATING. Rating adalah nilai pengenal (nominal) suatu besaran yang tertera pada name plate
rele tertentu. Harga nominal biasanya berhubungan dengan rating rangkaian sekundr trafo arus
CT dan rangkaian sekunder trafo tegangan VT.
REACTIVE POWER (VAR) TRANSDUCER. Adalah tranduser yang digunakan untuk mengukur daya
reaktif tenaga listrik.
RECLAIM TIME (AUTO-RECLOSE). Adalah waktu antara closing operation yang terlaksana
dengan sukses, waktu tersebut diukur dari waktu kontak rele auto-reclose mulai bekerja
menutup hingga urutan reclosing lebih lanjut bisa dilakukan bila gangguan masih bertahan.
REF. Restricted Earth Fault adalah gangguan yang dimanapun lokasinya sepanjang kumparan
trafo tidak dibolehkan. Setiap gangguan yang terjadi pada bagian manapun di kumparan trafo
harus bisa diatasi dengan menggunakan rele yang khusus dirancang untuk itu.
REFERENCE CONDITION. Adalah kondisi yang digunakan untuk menjelaskan pengetesan
performace suatu tranduser atau kondisi acuan yang menjamin validasi perbandingan hasil-hasil
pengukuran.
REFERENCE VALUE. Adalah nilai tunggal tertentu dari besaran berpengaruh pada mana
tranduser memenuhi atau sudah sesuai dengan kebutuhan terkait dengan kesalahan-kesalahan
intrinsik.
REMOTE ACCESS. Adalah akses ke sistim kontrol atau IED bagi orang yang mempunyai terminal
kerja tidak terhubung langsung dengan jaringan sistim kendali atau IED tersebut. Remote akses
ini bisa dilakukan melalui jaringan Telnet, SSH dan melalui perangakat desktop seperti PC.
Mekanisme transmisi akses bisa dilakukan misalnya dengan menggunakan modem jenis dial-up,
frame relay, ISDN, Internet ataupun dengan menggunakan teknologi wireless.
Harga Penyetelan Ulang. Adalah nilai terbatas dari besaran karakteristik pada mana rele
kembali ke posisi awalnya.
RESIDUAL CURRENT. Adalah jumlah aljabar arus pada jaringan banyak fasa. Arus residual atau
arus sisa baru terbaca bila fasa-fasa berada pada posisi tidak seimbang.
RESIDUAL VOLTAGE. Adalah jumlah aljabar tegangan-tegangan ketanah sistim banyak fasa.
RESPONSE TIME. Adalah waktu tanggap suatu perangkat mulai saat diterapkannnya perubahan
tertentu suatu besaran pengukuran hingga sinyal keluaran tercapai dan tetap bertahan pada
harga akhir steady statenya atau berada dalam titik pusat bidang harga tersebut.
RIPPLE CONTENT OF OUTPUT. Dengan kondisi input steady-state, nilai puncak-ke-puncak dari
suatu komponen out put yang bergelombang.
229
RMV. Ring Main Unit adalah cell tegangan menengah yang biasa digunakan sebagi perangkat
switching, pengukur atau pembagi daya listrik tegangan menengah atau sebagai perangkat
jaringan distribusi.
ROCOF. Rate of Change of Frequency adalah tingkat kecepatan perubahan frekuensi. Istilah ini
hanya digunakan pada sistim proteksi.
RSVC. Relocatable Static Var Compensator atau RSVC adalah kompensator-kompensator statik
yang bisa dipindah-pindah sesuai dengan kebutuhan pengaturan tegangan pada jaringan
distribusi.
RTD. Resistance Temperature Detector yaitu detektor yang bekerja berdasarkan temperatur
tahanan.
RTS. RTS adalah sinyal handshalking perangkat keras yang dibangkitkan oleh perangkat DTE
untuk menanyakan apakah perangkat DCE siap menerima data. Respons yang diharapkan
adalah dari saluran CTS.
RTU. Remote Terminal Unit adalah semua perangkat pelengkap, modul-modul memor,i IED
yang saling dihubungkan sedemikian rupa sehingga bisa berfungsi sebagai terminal remote yang
digunakan khusus untuk menginterface rangkaian proses dengan komputer pengendali baik
pada posisi lokal ataupun pada posisi remote. Disamping itu suatu RTU berfungsi sebagai
perangkat untuk pengendalian, pemantauan, penympanan atau fungsi lainnya.
REVERSE LOOKING ELEMENT. Adalah elemen rele penglihat kebelakang rele jarak yang diset
hanya untuk melihat gangguan yang terjadi dibelakang rele. Rele ini tidak bekerja pada semua
gangguan yang terjadi didepan rele jarak. Elemen penglihat kebelakang sering digunakan dalam
skema bloking untuk mendapatkan sistim proteksi yang selektif.
SAT. Site Acceptance Test adalah serangkaian pengetesan yang dilakukan dilapangan untuk
menguji sistim instasi termasuk semua perangkat yang sudah terpasang apakah sudah sesuai
dengan spesifikasi dan kebutuhan yang telah ditetapkan pada spesifikasi teknis.
SETELAN EFEKTIF. Adalah setelan kerja efektif rele proteksi sesuai dengan karakteristik kerjanya
termasuk pengaruh trafo arus. Setelan efektif dapat dinyatakan dalam besaran kumparan
primer atau dalam besaran kumparan sekunder tergantung mana yang lebih disukai.
SCL. Substation Configuration Language. Adalah bahasa yang digunakan untuk melakukan
konfigurasi yang sudah dinormalisir untuk memodelkan gardu induk sesuai dengan spesifikasispesifikasi yang tertuang pada standar IEC 61850-6.
SCP. Substation Control Point adalah titik media dimanan dapat dilakukan pengendalian misal
pada HMI pada level komputer gardu induk dimana operator dapat melakukan pekerjaannya
dari media tersebut.
SECURITY. Adalah sekuriti yang digunakan untuk memproteksi perangkat keras maupun
perangkat lunak komputer terhadap resiko kerusakan akibat salah akses, salah pakai,
modefikasi, destruksi dan keslahan-kesalahan lain yang dapat merusak sistim kendali berbasis
komputer.
230
SETELAN. Harga setelan adalah nilai batas suatu besaran karakteristik atau besaran energising
(nilai tegangan atau arus...dan besaran lainnya yang membuat rele bekerja) pada mana rele
dirancang dapat bekerja pada kondisi tertentu. Harga-harga tersebut biasanya ditandai pada
rele dan dapat dinyatakan langsung sesuai dengan besarnya setelan, dalam prosentasi nilai
nominal atau dengan faktor perkalian (multiplies).
SFC. Sequential Function Chart: adalah jenis lain bahasa pemrograman khusus perangkat
Programable Logic Control sesuai dengan standar yang dinyatakan pada IEC 61131-3
programming languages
SIMPLEX COMMUNICATION SYSTEM. Adalah sistim komunikasi yang berlangsung hanya dalam
satu arah seperti sistim komunikasi push to talk.
SINGLE-SHOT RECLOSING. Adalah sistim auto-reclose yang hanya bisa dilakukan satu kali saja,
bila reclose gagal maka circuit breaker biasanya langsung dikunci pada posisi lock-out.
SOE. Sequence of Events adal istilah yang digunakan untuk melihat urutan kejadian. Biasanya
dilihat berdasarkan waktu kejadian setiap event.
SOTF. Switch on to Fault (protection), maksudnya adalah menswitch jaringan pada titik
gangguan. Contoh gangguan ini misalnya bisa terjadi pada waktu memasukkan PMT (energized)
saluran yang sedang dalam pemeliharaan dimana ujung-ujung transmisi masih terhubung
dengan tanah.
SPECIFIC CONJUNCTION TEST. A conjunctive test using specific values of each of the parameters
SPRING WINDING TIME. Adalah waktu yang dibutuhkan oleh pegas untuk mengsi secara penuh
sesudah melakukan kerja penutupan circuit breaker.
ST. Structured Text: Adalah salah satu bahasa pemrograman sesuai dengan standar IEC 61131-3
programming languages.
STABILITAS TRANSDUCER. Adalah stabilitas tranduser untuk mempertahankan karakteristik
kinerjanya tetap tidak berubah selama perioda tertentu yang ditetapkan, dimana semua kondisi
tetap konstan.
STABILITY (OF A PROTECTION SYSTEM). Adalah kriteria yang digunakan bahwa suatu rele tetap
tidak bekerja pada kondisi apapun kecuali terhadap besaran dimana rele dirancang harus
bekerja.
STABILITY LIMIT (OF A PROTECTION SYSTEM). Batas stabilitas suatu sistim proteksi dinyatakan
pada harga r.m.s komponen simetris dari arus gangguan lewat (through faultt current) dimana
sistim proteksi tetap stabil.
STARTING RELAY. Adalah rele yang tanggap terhadap kondisi abnormal dan segera
menginisialisasi elemen-elemen sitim proteksi lainnya bekerja.
231
STATCOM. Adalah jenis khusus Static Var Compensator, yaitu perangkat yang digunakan untuk
membangkitkan daya reaktif yang dibutuhkan dengan menggunakan perangkat Power
Electronic Devices seperti GTO, ketimbang dengan menggunakan kapasitor atau induktor.
STATIC RELAY. Rele statik adalah rele yang dirancang dan dibuat dengan menggunakan
komponen-komponen elektronika, maknetik, optik atau komponen lain yang tidak ada
komponen mekanis yang bergerak. Namun rele jenis ini tidak sama dengan rele-rele digital atau
numeris.
STATIC VAR COMPENSATION. Static VAR Compensation adalah perangkat yang digunakan
memasok atau mengabsorb daya reaktif dengan menggunakan perangkat statik. Pada sistim
transmisi, perangkat ini biasanya di paralel dengan saluran transmisi untuk mendapatkan
kompensasi daya reaktif.
STC. Short Time Current, adalah rating arus pada waktu pendek suatu trafo arus. Pada waktu
yang singkat trafo arus biasanya dirancang tahan terhadap arus sampai ratusan kali arus
nominalnya.
STORAGE CONDITION. Adalah kondisi atau batas-batas parameter yang dapat mempengaruhi
kondisi penyimpanan seperti temperatur atau kondisi khusus dalam mana tranduser dapat
disimpan dengan aman dan tidak rusak.
SYSTEM IMPEDANCE RATIO - SIR. Adalah perbandingan impedansi sumber dengan impedansi
zone daerah yang diproteksi. Besarnya arus hubung singkat tergantung dari nilai perbandingan
ini.
TAP CHANGER. A mechanism, usually fitted to the primary winding of a transformer, to alter the
turns ration of the transformer by small discrete amounts over a defined range.
TCP/IP. Transmission Control Protocol/Internet Protocol disingkat dengan TCP/IP. Adalah
protokol umum yang digunakan untuk mentransmisikan pesan-pesan mellalui internet.
TCS. Trip Circuit Supervision, adalah rangkaian yang digunakan untuk memantau dan
mensupervisi rangkaian tripping sehingga rangkaian tripping tersebut senantiasa dalam keadaan
baik dan bisa berfungsi bila diperlukan khususnya untuk melakukan proteksi sistim.
TC 57. Adalah komisi teknis IEC yaitu Technical Committee 57 yang bekerja untuk IEC dan
bertanggung jawab untuk membuat standar-standar dalam bidang proteksi dan kontrol sistim
tenaga listrik misalnya standar IEC 61850.
THROUGH FAULT CURRENT. Through fault current atau arus gangguan lewat adalah arus yang
mengalir melalui jaringan dalam suatu daerah proteksi rele ke arah gangguan diluar daerah
proteksi. Rele yang melihat arus gangguan tidak boleh bekerja.
TIME DELAY RELAY. Adalah rele yang dirancang bekerja berdasarkan waktu tunda.
TPI. Tap Position Indicator adalah tampilan atau indikator yang memperlihatkan posisi tap
indikator setiap saat.
232
233
ANSI
IEC 60617
Overspeed relay
Rele Kecepatan
Lebih
12
>
Underspeed relay
Rele Kecepatan
Kurang
Distance relay
Rele Jarak
Overtemperature
relay
Rele Panas Lebih
Undervoltage relay
Rele Tegangan
Kurang
Description
Inverse time earth fault
overcurrent relay
Rele Arus Lebih Gangguan
Tanah Dengan Waktu
Invers
>
51N
>
21
Z<
Voltage
restrained/controlled
overcurrent relay
Rele Arus Lebih Yang
Dikontrol Tegangan
26
>
55
27
U<
Overvoltage relay
Rele Tegangan Lebih
59
U>
59N
Ursd >
64
P>
Neutral point
displacement relay
Rele Pergeseran Titik
Netral
Underpower relay
Rele Daya Kurang
37
P<
Earth-fault relay
Rele Gangguan Tanah
37
I<
Directional overcurrent
relay
Rele Arah Arus Lebih
46
234
51G
<
14
32
Negative sequence
relay
Rele Urutan Negatif
IEC 60617
Directional
overpower relay
Rele Arah Daya Lebih
Undercurrent relay
Rele Arus Kurang
ANSI
>
2
51V
U I>
Cos
67N
>
67
>
>
>
Negative sequence
voltage relay
Rele Tegangan
Urutan Negatif
Thermal relay
Rele Panas
Instantaneous
overcurrent relay
Rele Arus Lebih
Sesaat
Inverse time
overcurrent relay
Rele Arus Lebih
Dengan Waktu
Invers
47
U2>
49
50
I >>
51
I>
78
Autoreclose relay
Rele Autoreclose
79
Underfrequency relay
Rele Frekuensi Rendah
81U
<
Overfrequency relay
Rele Frekuensi Lebih
81O
>
Differential relay
Rele Diferensial
87
>
Id >
Tabel 1: Perbandingan antara Fungsi berdasar angka menurut ANSI dengan simbol menurut IEC
235
Rp
Lp
Rs
Ze
Ls
Burden
236
A.3.1
TRAFO PENGUKURAN
Pada umumnya konstruksi trafo pengukuran dengan trafo biasa tidak sama. Namun perbedaanperbedaan tersebut pada prinsipnya terletak pada cara bagaimana mereka tersambung pada
sistim tenaga listrik. Meski demikian trafo tegangan sebenarnya mirip seperti trafo tenaga
dengan kapasitas kecil, perbedaannya hanya dalam rancangan detilnya yang mengatur akurasi
rasio sepanjang jangkauan atau skala keluaran yang ditentukan. Trafo arus mempunyai
kumparan primer tersambung seri dengan impedansi sistim. Respon trafo berbeda secara
drastis dalam kedua moda operasi tersebut.
Beberapa faktor yang diperlukan dalam pertimbangan pemilihan trafo pengukuran antara lain
adalah konstruksi trafo, jenis isolasi yang digunakan misalnya isolasi kering atau dicelupkan
dalam minyak, kelas isolasi, rasio perbandingan arus atau tegangan primer dengan sekunder,
rating ketahanan panas dalam waktu singkat, rating ketahanan mekanis, ketahanan terhadap
tegangan impuls, jenis pelayanan, akurasi dan jenis koneksi kumparan. Namun dalam
prakteknya terdapat standar-standar yang mengatur persyaratan-persyaratan tersebut sehingga
tidak terlalu perlu menelaahnya lebih detil. Yang diperlukan dalam penerapan rele-rele proteksi
dan pengukuran adalah akurasi dan metode hubungan kumparan-kumparan sekunder dan
rangkaian hubungannya dengan perangkat-perangkat pengukuran dan proteksinya.
A.3.2
Dalam hubungan shunt atau paralel, sistim tegangan diterapkan pada terminal masukan
rangkaian ekivalen seperti pada Gambar 1. Diagram vektor tegangan dan arus sesuai dengan
rangkaian ekivalen tersebut dapat dilihat seperti pada Gambar 1 dibawah.
Lp Xp
Vp
Lp Rp
Ep
-Vs
Ie
Ip
IpL
Ie
Im
Is
Vs
Is Xs
Is Rs
Es
Ic
Vp
Ep
Vs
Ie
Im
Ic
IpRp
Lp Xp
Is Rs
Is Xs
Is
IpL
Ip
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
=
Tegangan primer
Tegangan induksi e.m.f primer
Tegangan sekunder
Fluks magnet
Arus penguat
Komponen magnetisasi
Arus rugi-rugi besi
Kesalahan sudut fasa
Sudut fasa impedansi kumparan sekunder
Tegangan drop tahanan kumparan primer
Tegangan drop reaktansi kumparan primer
Tegangan drop tahanan sekunder
Tegangan drop reaktansi sekunder
Arus sekunder
Komponen beban primer
Arus primer
237
Tegangan rangkaian sekunder VS diharapkan merupakan cermin dari tegangan primer VP.
Tegangan drop pada kumparan dibuat kecil dan kerapatan fluks normal dalam inti dirancang
sedemikian rupa sehingga berada dibawah kondisi jenuh, dengan perkataan lain arus penguat
dibuat rendah dan impedansi kumparan penguat tetap konstan terhadap perubahan tegangan
termasuk terhadap tegangan lebih pada tingkat tertentu. Pembatasan perancangan diatas
mengakibatkan ukuran trafo tegangan menjadi lebih besar dibanding dengan trafo daya untuk
burden dan daya yang sama. Oleh karena itu sebagai akibatnya arus penguat akan relatif tidak
kecil terhadap rating burden sebagaimana pada trafo daya tipikal.
A.3.2.1
Kesalahan-kesalahan
Kesalahan rasio maupun kesalahan fasa suatu trafo dapat dihitung dengan dengan
menggunakan diagram vektor seperti pada Gambar 1.
Kesalahan rasio perbandingan primer dengan lilitan sekunder didefiniskan sebagai berikut;
Dimana:
Kn = adalah rasio nominal.
= Kesalahan rasio perbandingan primer dan sekunder.
Vs = adalah tegangan sekunder.
Vp = adalah tegangan primer.
Kalau arah kesalahan atau eror mengarah kearah positip maka tegangan sekunder melebihi
tegangan nominal. Rasio belitan trafo perlu dibuat sama dengan rasio nominal. Untuk
mengkonvensir kesalahan rasio perbandingan lilitan primer dan sekunder diperlukan
kompensasi belitan yang kecil yang dibelit sedemikian rupa sehingga pada trafo dengan burden
yang kecil eror akan menjadi positip dan pada burden yang besar kesalahan akan cenderung
negatip.
Kesalahan sudut fasa adalah perbedaan sudut fasa antara tegangan (-Vs) sekunder dengan
vektor tegangan primer. Kesalahan ini akan positip bila tegangan sekunder (-Vs) mendahului
tegangan primer. Spesifikasi kesalahan rasio maupun kesalahan fasa telah diatur dan ditentukan
sesuai dengan standar IEC 60044-2. Menurut standar tersebut standar kelas ketelitian berturutturut mulai dari 0.1, 0.2, 0.5, 1.0 dan 3.0. Trafo tegangan untuk pengukuran yang diperlukan
harus sesuai dan memenuhi persyaratan seperti pada Tabel 1.
Untuk keperluan proteksi, akurasi pengukuran tegangan pada waktu terjadi gangguan penting
diperhatikan. Trafo tegangan untuk kebutuhan proteksi harus sesuai dengan jangkauan yang
diperluas seperti terlihat pada Tabel 2 berikut:
Kelas
Akurasi
0.1
0.2
0.5
1.0
3.0
+/- 20
+/- 40
Tidak ditentukan
238
Kelas
Akurasi
3P
6P
+/- 240
Rating Waktu
1.2
Terus menerus
1.2
Terus menerus
1.5
30 detik
1.2
Terus menerus
1.9
30 detik
1.2
Terus menerus
1.9
8 Jam
239
Daya out put. Trafo tegangan jarang ada dengan kapasitas lebih besar dari 200-300
VA. Oleh karena itu tidak ada masalah sistim pendinginan.
b.
Isolasi harus tahan terhadap level tegangan implus sistim tenaga dimana trafo
tersebut mau dihubungkan. Isolasi sering lebih besar dari volume kumparan trafo itu
sendiri.
c.
Rancangan mekanikal tidak perlu tahan terhadap pengaruh arus hubung singkat dan
ukuran trafo tegangan harus tidak memerlukan ruang yang besar sehingga
penempatannya pada gardu induk dapat dilakukan dengan mudah induk.
Pada umumnya trafo tegangan tinggi terdiri atas trafo tegangan satu fasa, namun trafo
tegangan pada sistim tegangan yang relatif rendah dibawah tegangan 36 kV ada juga trafo
tegangan tiga fasa dimana ketiga trafo dibuat dalam satu tangki. Trafo tegangan untuk tegangan
menengah biasanya mempunyai isolasi kering, namun pada sistim tegangan lebih tinggi hingga
tegangan ekstra tinggi isolasi VT pada umumnya adalah jenis oil immersed. Gambar 2 adalah
sebuah trafo tegangan tipikal.
240
Tegangan
Residual
241
tegangan dirancang sesuai dengan faktor tegangan lebih, pengaruh arus serbu yang kecil akan
terjadi. Pada kondisi ini kesalahan akan muncul selama beberapa siklus pertama arus out put
sesuai dengan lama waktu arus serbu peralihan yang terjadi.Bila tegangan suply trafo tegangan
diputuskan secara mendadak, maka fluks inti tidak serta merta hilang secara spontan, sebab
arus yang mengalir pada kumparan sekunder akan cenderung melawan untuk mempertahankan
gaya-gaya magnetis untuk mempertahankan fluksinya dan akan mensirkulasikan arus mengalir
pada burden (impedansi) yang lebih-kurang akan mengecil secara eksponensial.
Hal ini mungkin terjadi karena osilasi frekuensi suara yang timbul akibat adanya kapasitansi
kumparan. Dengan demikian bila besaran penguat dalam satuan ampere-turns melebihi burden
trafo, besar arus transien tersebut bisa cukup signifikan.
A.3.3
Dimensi trafo tegangan konvensional untuk tegangan lebih tinggi tergantung secara
proporsional pada rating tegangan, semakin tinggi rating tegangan maka dimensi trafo semakin
besar dan harganya naik pada tingkat yang tidak proporsional. Pada tegangan yang semakin
tinggi penggunaan trafo tegangan kapasitor atau capacitor voltage transformer dalam
prakteknya akan lebih ekonomis.
CVT biasanya merupakan sebuah pembagi kapasitor. Sama seperti pada pembagi tahanan,
tegangan out put keluaran CVT sangat dipengaruhi oleh beban yang tersambung ke titik
hubung. Pembagi kapasitor berbeda dalam impedansi sumber yang bersifat kapasitip dan
reaktor yang tersambung seri ke titik sadap (tapping point). Dengan reaktor ideal, kombinasi
tersebut tidak akan membutuhkan regulator dan umumnya dapat memasok tegangan pada
harga berapa tertentu saja.
Reaktor mempunyai komponen tahanan, yaitu yang akan membatasi besar tegangan out put
yang ditentukan. Untuk tegangan keluaran sekunder sebesar 110 V, kapasitor akan menjadi
sangat besar untuk mampu memasok tegangan keluaran yang berdaya guna pada batas-batas
kesalahan yang ditentukan. Untuk mengatasi kesulitan ini maka digunakan tegangan sekunder
yang tinggi, yang kemudian tegangan ini ditransformasikan ke tegangan normal melalui sebuah
trafo elektromagnetik biasa. Gambar 4 berikut memperlihatkan urutan perkembangan
pembuatan trafo-trafo yang telah diuraikan diatas.
C1
C2
Zb
Zb
242
C1
T
L
C2
Zb
Vi
Rp
Rs
Ze
Zb
Keterangan:
L - Induktansi penala
Rp Tahanan kumparan primer
Ze impedansi penguatan trafo T
Rs Tahanan rangkaian sekunder
Zb impedansi burden/beban
C C1 + C2 (seperti pada Gambar 5)
Gambar 5: Diagram Yang Disederhanakan Suatu Trafo Tegangan Kapasitor
Kapasitor C1 dan C2 tidak mudah dibuat sesuai dengan toleransi, sehingga penyadapan (tapping)
dibuat dengan penyesuaian rasio, baik pada trafo T atau pada auto trafo terpisah dalam
rangkaian sekunder. Untuk memungkinkan penalaan atau tuning nilai L yang diperlukan bisa
dilakukan dengan beberapa titik sadap (tapping point).
Induktor terpisah yang ditapped pada rangkaian sekunder ada yang dilengkapi dengan fasilitas
celah udara pada inti besi yang lebarnya dapat diatur atau cara lain adalah dengan memparalel
induktor dengan kapasitor variabel. Rangkaian ekivalen yang disederhanakan dapat dilihat pada
Gambar 5 diatas.
Dapat dilihat dengan jelas bahwa perbedaan mendasar antara Gambar 1 dengan Gambar 1
terletak pada hadirnya komponen L dan C. Pada frekuensi normal bila C dan L dalam keadaan
resonansi sehingga dengan demikian maka komponen rangkaian akan kembali seperti VT biasa.
Pada frekuensi lainnya, komponen reaktif akan muncul yang akang merubah kesalahankesalahan pada trafo.
Standar-standar umumnya membutuhkan CVT yang digunakan untuk keperluan proteksi sesuai
dengan akurasi seperti terlihat pada Tabel 2 pada skala frekuensi mulai dari 97 sampai 103%
frekuensi nominal.
Skala frekuensi pengukuran CVT jauh lebih kecil yaitu berkisar dari 99 ke 101%, sebab
berkurangnya akurasi diluar batas-batas frekuensi deviasi tersebut dirasa tidak begitu perlu
dibandingkan untuk keperluan aplkasi proteksi.
243
244
Amplitudo
resonance) yang menggunakan rangkaian tala paralel dipasangkan didalam trafo CVT. Meskipun
cara ini bisa membantu untuk mengurangi pengaruh resonansi ferro, tetapi mereka cenderung
memperburuk respons transien.
Waktu
Gambar 6: Bentuk Tegangan Osilasi Tipikal Pada Sub Harmonis Orde Ke Tiga
Perancangan CVT dengan demikian perlu kompromi terhadap pertimbangan-pertimbangan
tersebut.Perancangan yang bagus bisa mencegah CVT terhadap pengaruh osilasi, tetapi berbeda
pada beban induktif non linier, seperti trafo tegangan auxiliary yang bisa menginduksi ferroresonance.
Trafo auxiliary yang digunakan pada CVT harus dirancang pada harga kerapatan flux yang
rendah yaitu untuk mencegah tegangan transien yang mungkin timbul akibat kejenuhan inti,
dimana sebaliknya akan membangkitkan arus penguat yang tinggi.
Pada akhirnya dapat dicatat perbandingan dengan trafo tegangan elektromagnetis, antara lain
adalah; trafo tegangan CVT biasanya digunakan untuk sistim proteksi jaringan tegangan tinggi
dimana harga trafo tegangan biasa sudah jauh lebih mahal.
Demikian pula akurasi trafo biasa lebih baik dari pada CVT terutama terhadap kondisi transien
dimana akurasi trafo CVT bisa melenceng melebihi batas toleransi yang diijinkan. Kadangkadang pada beberapa saluran transmisi yang tersambung ke satu busbar digunakan hanya satu
set trafo tegangan sudah cukup untuk melayani semua kebutuhan proteksi saluran-saluran.
Pada trafo CVT dimana kapasitas VA nya lebih kecil tentunya tidak bisa dilakukan untuk
melayani beberapa saluran transmisi sekaligus. Kalau diperlukan power line carrier, maka CVT
dapat digunakan sebagai kopling antara perangkat carrier dengan jaringan tegangan tinggi.
Sebaliknya trafo biasa tidak dapat digunakan sebagai kopling frekuensi tinggi. Namun pada
tegangan ekstra tinggi pembuatan trafo tegangan dengan prinsip induksi elektromagnetis akan
memakan biaya yang sangat besar dan secara praktis juga sulit maka penggunaan trafo
tegangan dengan kapasitor pembagi-CVT akhirnya akan merupakan jalan terbaik.
A.3.4
TRAFO ARUS
Kumparan primer suatu trafo arus terhubung seri dengan impedansi sistim tenaga dan biasanya
bisa diabaikan karena nilainya sangat kecil dibandingkan dengan impedansi sistim tenaga
tersebut. Impedansi sistim tenaga menentukan besarnya arus yang mengalir pada rangkaian
primer trafo arus. Kondisi ini dapat direpresentasikan dengan menyisipkan impedansi beban
sebagaimana terlihat pada Gambar 1 terdahulu.
Pendekatan tersebut bisa dikembangkan menjadi seperti Gambar 7 dimana trafo arus yang
digunakan adalah 300/5 A dan tegangan sistim adalah 11 kV. Sistim dimisalkan bekerja pada
rating arus beban sebesar 300 A dan rangkaian sekunder trafo arus dibebani dengan 10 VA.
245
Z=21.2
E=6350V
Burden
10VA
300/5A
a) Hubungan Fisik
Z=21.2
0.2
ideal
E=6350V
CT
r=300/5
j50 Ze
150
0.4
b) Rangkaian Ekivalen
2
E r =21.2 x 60
=76.2 k
Er =6350V x 60
=381 kV
j50 Ze
0.2
150
0.4
Sampai pada batas-batas tertentu, arus sekunder tidak akan dipengaruhi oleh
besarnya perubahan burden trafo.
b.
Rangkaian sekunder harus tidak boleh interupsi apabila rangkaian primer sudah dialiri
listrik. Dalam hal rangkaian sekunder terbuka maka besar tegangan induksi e.m.f yang
diinduksikan pada rangkaian sekunder akan sangat tinggi yang dapat membahayakan
manusia dan isolasi peralatan.
Hal ini bisa terjadi karena sebenarnya arus sekunder diperlukan untuk induksi diri yang
akan menimbulkan tegangan lawan sehingga pengaruh garis gaya magnit terhadap
kumparan sekunder dapat diabaikan. Bila arus sekunder tidak mengalir karena
terbuka maka kumparan sekunder sepenuhnya dimagnetisasi oleh arus primer yang
pada akhirnya dapat menimbulkan tegangan induksi yang sangat tinggi pada sisi
kumparan sekunder.
c.
Jika karakteristik maknetisasi dan impedansi burden diketahui maka kesalahan rasio
dan sudut fasa dapat dihitung dengan mudah.
246
Ie, dimana Ie tergantung pada impedansi penguat Ze dan tegangan e.m.f Es sesuai dengan
persamaan Es = Is ( Zs + Zb) dimana:
Zs = impedansi sendiri rangkaian sekunder, umumnya dapat dipandang sebagai tahanan
murni saja.
Zb = impedansi beban (burden).
Is Rs
Is Xs
Es
Ir
Iq
Ip
Vs
Ep
Vs
Ip
Is
Is Rs
=
=
=
=
=
=
=
Is Xs =
Is
Ie =
Ir =
Iq =
Ie
1,5
247
pengaruh harmonis dalam arus penguat. Kelas akurasi trafo arus pengukiuran dapat dilihat
1
seperti pada Tabel 4 berikut :
Kelas
Akurasi
% Arus
0.1
0.2
0.5
1
5
15
30
90
180
120
5
10
30
60
(a) Batas-batas akurasi kesalahan untuk kelas kesalahan 0.1 s/p 1.0.
Kelas Akurasi
3
5
Akurasi kelas proteksi arus dapat dilihat seperti pada Tabel 5 berikut .
Kelas
5P
10P
Kesalahan Komposit
Pada rating batas
akurasi arus primer (%)
+/- 1
+/-60
5
+/- 3
10
Standar Batas Faktor Akurasi adalah 5, 10, 15, 20 dan 30
248
Dalam hal ini kompensasi pengurangan lilitan pada trafo arus ini tidak begitu berguna. Oleh
karena itu pada umumnya akan lebih sederhana menggulung trafo arus sesuai dengan rasio
nominal.
Trafo arus sering dibuat untuk keperluan pengukuran arus maupun untuk keperluan proteksi
sekaligus. Dengan demikian mereka perlu dirating dengan kelas mereka sesuai dengan Tabel 6.4
dan Tabel 6.5. Total burden yang diterapkan pada trafo arus adalah jumlah burden instrumen
dan jumlah burden semua rele yang terhubung. Kompensasi lilitan mungkin perlu dilakukan
untuk keperluan pengukuran sehingga diperoleh kinerja yang baik.
Rating pengukuran dinyatakan pada terminologi rated beban dan kelas, contoh 15 VA Kelas 0.5.
Sedangkan rating proteksi dinyatakan dalam burden, kelas dan accracy limit factor, misal 10 VA,
Kelas 10P10. Akurasi limit faktor yang ditandai dengan 5P20 misalnya berarti bahwa pada arus
20 kali arus nominal trafo arus tersebut mempunyai kesalahan sebesar 5%, sedang kesalahan
pada arus nominalnya adalah 1%. Sedangkan trafo dengan ALF 10P10 berarti pada arus 10 kali
arus nominal kesalahan trafo arus adalah 10% dan pada arus nominalnya kesalahannya 3%.
Lihat Tabel 6.4 diatas.
A3.4.4 Trafo Arus Kelas PX
Klasifikasi menurut Tabel 6.5 hanya digunakan untuk proteksi arus lebih. Menurut definisi IEC
60044-1 CT kelas PX untuk quasi-transient trafo arus dulunya dicakup Kelas X pada standar BS
3938, sering digunakan untuk skema unit proteksi.Panduan telah diberikan pada spesifikasi
aplikasi trafo arus terhadap proteksi arus gangguan tanah, tetapi untuk ini dan pada umumnya
untuk kebanyakan aplikasi proteksi lebih baik mengacu langsung ke besar maksimum e.m.f
berguna yang dapat diperoleh dari trafo arus CT.
Dalam konteks ini, tegangan lutut (knee point) kurva maknetisasi didefenisikan sebagai titik
pada lengkung magnetisasi dimana untuk kenaikan tegangan sebesar 10% dibutuhkan kenaikan
arus sebesar 50%; lihat kurva pada Gambar 2 berikut. Secara umum keperluan desain trafo arus
untuk proteksi sering dinyatakan dalam besar tegangan lutut (knee point), arus penguat I e pada
knee point dan tahanan rangkaian kumparan sekunder. Trafo-trafo arus seperti ini ditandai
dengan kelas PX.
Vk
+10% Vk
+50% I ck
I ck
Arus Penguat ( I c )
249
250
251
Inti besi terdiri dari cincin tanpa sambungan (termasuk inti berbentuk spiral).
b.
c.
Penghantar primer menerobos pada pusat cincin atau bila lilitan terdistribusi
sepanjang lintasan magnetisnya.
d.
Kumparan penyamaan (equalising) fluksi, jika sesuai dengan kebutuhan desain, terdiri
dari paling tidak empat kumparan paralel, terdistribusi secara merata sepanjang
panjang keseluruhan lintasan magnetik, masing-masing kumparan menduduki satu
quadran.
Atau bila sebuah trafo arus tidak sesuai dengan kebutuhan diatas maka, dapat
dibuktikan bahwa trafo tersebut adalah trafo arus dengan impedansi rendah, dimana:
e.
Eror komposit yang diukur dengan cara sesuai kesepakatan atau standar, tidak
melebihi 1.3 dari eror yang dapat dihasilkan dari karakteristik magnetisasi kumparan
sekunder.
252
harganya bisa dihemat sehingga akan lebih murah. Oleh karena itu kebanyakan rating trafo arus
modern dibuat 1 A. Namun bila arus primer lebih besar dari 2000 A, maka trafo arus dengan
rating 2A, 5A, 20A (nilai ekstrim) mungkin menjadi pilihan yang tidak bisa dihindarkan terutama
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah lilitan kumparan sekunder yang semakin tidak praktis
bila terlalu banyak.
A3.4.9 Rating Arus Pada Waktu Singkat
Rating sebuah trafo arus berbeban lebih karena dialiri arus terhubung singkat disebut rating
arus waktu pendek atau sering dikenal sebagai rated short time current. Waktu standar dimana
trafo arus harus mampu mengalirkan arus dalam waktu pendek (Short Time Capacity) antara
lain adalah 0.25, 0.5, 1.0, 2.0 atau 3.0 detik.
Trafo arus dengan rating waktu STC khusus akan mampu mengalirkan arus yang lebih kecil pada
waktu yang lebih panjang berbanding terbalik dengan pangkat dua rasio perbandingan nilai
arus. Sebaliknya, STC pada arus yang lebih besar hubungan diatas tidak dapat diberlakukan
sebagaimana waktu tahan pada arus yang lebih kecil, kecuali secara khusus telah mengalami
pengetesan dinamis sebelumnya.
A3.4.10 Tanggapan Transien Trafo Arus
Jika respons trafo arus terhadap rentang waktu yang sangat pendek diselidiki, adalah penting
untuk melakukan kajian terhadap apa yang akan terjadi bila arus primer berubah secara
mendadak.
Pengaruh perubahan arus primer secara mendadak sangat penting diselidiki, dimana pertamatama perlu kita amati kaitannya dengan keseimbangan proteksi yang bisa membuat rele bekerja
tanpa diharapkan pada waktu terjadi arus hubung singkat secara mendadak.
Dimana:
Ep = tegangan puncak sistim (e.m.f)
R = tahanan sistim
L = induktansi sistim
= sudut fasa awal yang terjadi pad a saat gangguan
-1
253
Bila arus mengalir melalui kumparan primer trafo arus, responsnya dapat diselidiki dengan
menggunakan rangkaian ekivalen seperti pada Gambar 5.9b.
Pada trafo ideal tidak ada rugi-rugi, dalam hal ini semua daya ditrasfer dengan sempurna dan
semua analisa lebih lanjut yang diperlukan dapat dilakukan berdasarkan besaran-besaran
sekunder is dan Is. Solusi yang disederhanakan dapat diperoleh dengan mengabaikan pengaruh
arus penguat CT.
Fluksi yang terbangun dalam induktansi diperoleh dengan mengintegralkan tegangan e.m.f
terhadap interval waktu sebagai berikut:
Untuk rangkaian ekivalen trafo arus, tegangan adalah tegangan jatuh pada tahanan burden Rb.
Dengan mengintegrasikan masing-masing komponen secara bergilir, maka fluks puncak dapat
dihitung dari persamaan berikut;
Komponen
disebut sebagai faktor transien (FT), selama transien fluks inti naik sesuai
dengan faktor tersebut. Dari sini dapat dilihat bahwa rasio reaktansi terhadap tahanan sistim
tenaga adalah fitur yang penting dalam studi tentang kelakuan rele proteksi.
Alternatifnya, L/R adalah konstanta waktu sistim primer, sehingga faktor transien (TF) dapat
ditulis sebagai berikut:
Perlu diingatkan bahwa FT adalah konstanta waktu dinyatakan dalam frekuensi arus bolak balik
dinyatakan dalam T sehingga:
Pernyataan terakhir ini sangat berguna khususnya pada waktu melakukan rekording atau
pencatatan arus gangguan, sebab konstanta waktu dalam cycles dapat dihitung dengan mudah
dan secara langsung terhubung dengan faktor transien. Sebagai contoh, konstanta waktu 3
cycles dapat menghasilkan faktor transien sebesar (1 + 6 )atau sebesar 19.85. Dengan kata lain
254
berarti CT harus mampu untuk menangani fluks sebesar hampir 20 kali dari fluks yang dihasilkan
dalam kondisi steady state.
Pendekatan diatas dianggap cukup memadai sebagai pertimbangan umum dalam melihat
persoalan. Perlu diperhatikan bahwa dalam percobaan yang disederhanakan ini, tidak ada
tegangan terbalik yang diterapkan untuk men demagnetisasi trafo arus, sehingga fluks akan
terbangun seperti terlihat pada Gambar 4 berikut:
Fluks (perkalian nilai steadystate)
20
16
12
8
T = 0.06s
4
0.05
0.1
0.15
0.2
0.9
0.8
- TI1
0.7
0.6
I
T
Ie
0.5
0.4
0.3
0.2
Is
0.1
0
0.1
Waktu
0.1
1,5
255
Dapat ditulis:
6.7
dan juga,
6.8
Dimana :
6.9
Dengan demikian persamaan transien dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dimana :
T = konstanta waktu L/R sistim primer.
T1 = Konstanta waktu rangkaian sekunder Le/Rb.
I1 = prospektif puncak arus sekunder.
Sejauh ini reaktansi bocor rangkaian sekunder atau induktansi burden belum
diikutsertakan dalam perhitungan. Biasanya harganya memang kecil dibanding L e
sehingga pengaruhnya dalam fluks transien maksimum adalah kecil.
b.
Rugi-rugi inti besi juga belum ikut diperhatikan. Rugi-rugi ini mempunyai efek
mengurangi konstanta waktu rangkaian sekunder, tetapi harga tahanan ekivalen
adalah beragam, tergantung pada baik komponen sinus atau komponen
eksponensialnya. Akibatnya, dia tidak boleh di ikutkan dalam persamaan linier teoritis
sebab sesungguhnya sangat rumit untuk melakukan perhitungan bila faktor ini ikut
diperhitungkan.
c.
d.
Efek histerisis, sebagian dari rugi-rugi seperti pada point (b) diatas, belum termasuk
dalam penyelesaian tersebut diatas. Histerisis menimbulkan perbedaan induktansi
pada fluks yang naik turun, sehingga konstanta waktu sekunder juga berubah-ubah.
Lebih lanjut, kemampuan inti untuk mempertahankan fluks remanen berarti bahwa B
yang berkembang pada persamaan 6.5 harus dipandang sebagai kenaikan fluks dari
setiap fluks dengan harga baik positip maupun negatip remanen yang mungkin.
Formula demikian lebih masuk akal dengan catatan arus transien yang diterapkan
tidak menimbulkan saturasi inti besi.
256
Akan terlihat bahwa perhitungan fluks dan arus penguat secara lebih teliti adalah sukar dan
agaknya tidak akan mempunyai pengaruh yang signifikan; nilai hasil studi adalah untuk
menjelaskan gejala yang diamati. Komponen d.c atau komponen tidak simetris dapat dipandang
sebagai pembentukan fluks rata-rata pada periode waktu beberapa cycles dari gelombang sinus,
pada mana selama waktu perioda tersebut komponen terakhir membangkitkan fluksi yang
berayun sekitar harga rata-rata yang terbentuk sebelumnya.
Fluks asimetris tergoda untuk naik bila arus penguat sama dengan arus input total asimetris,
sebab diluar titik ini arus out put dan dalam hal ini tegangan drop pada tahanan burden adalah
negatif. Saturasi membuat titik kesamaan antara arus eksitasi dan input terjadi pada level fluks
lebih rendah dari hasil yang diharapkan persamaan linier. Bila komponen eksponensial
mendorong trafo arus CT ke dalam daerah saturasi, maka indukstansi magnetik akan berkurang,
menimbulkan kenaikan komponen arus bolak-balik yang tinggi. Jumlah arus penguat selama
periode transien terlihat seperti pada Gambar 5 dan resultan gelombang cacat selama transien
tersebut dapat dilihat dari Gambar 15.
Arus Penguat
Keberadaan fluks residual merubah titik starting fluks transien pada karakteristik eksitasi.
Remanen sebagaimana layaknya polaritas terhadap transien akan mengurangi besarnya arus
simetris dengan konstanta waktu tertentu dimana CT dapat mentransfer arus primer tanpa
saturasi, sebaliknya, remanensi terbalik akan menaikkan kemampuan trafo arus CT untuk
mentrasfer arus transien dengan baik.
Waktu
Gambar 5: Arus Penguat Trafo Arus Selama Terjadinya Arus Input Transien Asimetris
Arus
Waktu
Arus sekunder
Fluks residual = 0
Burden resistif
Konstanta waktu sistim tenaga = 0.005 detik
Gambar 15: Cacat Gelombang Arus Sekunder Akibat Pengaruh Saturasi Inti Besi
Bila trafo arus dimana keadaan linier yang tidak saturasi diperhitungkan dalam penelitian, maka
arus dengan bentuk sinus akan ditransfer dengan kehilangan akurasi. Dalam prakteknya variasi
induktansi eksitasi yang ditimbulkan oleh transfer titik pusat fluks berayun ke titik-titik lain pada
lengkungan eksitasi menimbulkan eror yang mungkin sangat besar. Efek ayunan ini pada
257
rangkaian pengukuran tidak begitu terasa, namun pada rele proteksi pengaruhnya bisa
berakibat kesalahan serius karena dapat menyebabkan tidak berfungsinya alat proteksi
tersebut.
Arus out put berkurang pada waktu terjadinya transien saturasi, yang mungkin dapat
menghalangi kerja rele pada waktu kondisinya berada dekat pada harga setelan rele tersebut.
Gejalah ini kadang-kadang dapat menyumbang terhadap kenaikan rasio kesalahan. Bahkan
dalam hal proteksi balans sekalipun, kesalahan trafo-trafo arus yang berbeda-beda selama
periode arus gangguan lewat (through fault) bisa juga menimbulkan tripping yang tidak
diperlukan.
A3.4.11 Harmonik Selama Perioda Transien
Jika suatu trafo arus pada keadaan steady state diperlukan untuk membangkitkan tegangan
e.m.f sekunder yang tinggi, maka ketidak linieran impedansi eksitasi akan menyebabkan cacat
pada gelombang out put; gelombang seperti ini hanya akan mengandung harmosnisa ganjil
sebagai tambahan pada arus dasar. Dan bila trafo arus jenuh (saturasi) secara unilateral
sementara berada dibawah besaran a.c yang kecil sebagaimana pada kondisi transien
didiskusikan diatas, maka keluaran trafo arus akan mengandung baik harmonis ganjil maupun
harmonis genap. Biasanya harmonis dengan orde rendah terutama harmonis kedua dan ketiga
mempunyai amplitudo yang lebih tinggi yang perlu diperhitungkan sebab dapat mempengahuri
karakteristik kerja rele.
A3.4.12 Pengetesan Kumparan
Pengetesan lapangan trafo arus dan peralatan lain sebelum diberi tegangan perlu dilakukan.
Dalam praktek terdapat kesulitan dalam pengetesan terutama pada waktu mengalirkan arus
pada sisi primer yang memerlukan arus yang sangat besar. Untuk mengatasi kesulitan ini
kumparan tambahan kadang disediakan untuk memudahkan pengetesan. Kumparan tambahan
ini biasanya dirancang pada rating 10A.
Kumparan pengetesan yang harus disediakan karena tidak bisa dihindarkan akan menimbulkan
masalah ruangan pada CT sehingga harga CT tersebut dengan sendirinya akan naik. Dalam
kenyataannya, kita harus mencari cara-cara atau alternatif yang paling sesuai dan secara praktis
dapat dilakukan.
258
REFERENSI
1.
Alstom transmission and Distribution Protection and Control, Protective Relays Application
rd
Guide, 3 Edition 1987.
2.
B Ravindranath and M Chander, Power System Protection And Switcgear , Jhon Wiley and
Sons (SEA) Pte.Ltd-Singapore 1987.
3.
J. Lewis Blackburn, Thomas J. Domin, Protective Relaying Principles And Application, Taylor
& Francis Group, LLC, Third Edition 2006.
4.
Russel Mason, The Art & Science Of Protective Relay, General Electric.
5.
A.R. VAN C. Warrington, Protective Relays. Their Teory and Practice, Volume one 1969,
London Chapman And Hall, John Wley & Sons, Newyork.
6.
John D. McDonald, Electric Power Substations Engineering, CRC Press Taylor and Francis
Group, LLC, Second Edition 2006.
7.
Colin Bayliss and Brian Hardy, Transmission and Distribution Electrical Engineering, Publish
by Elsevier Ltd, Third Edition 2007.
8.
9.
10. CEE Relays, Application guide for the choice of protective relays, Manual Book.
11. Micom Rele, Manual Book, Alstom.
12. International Standard, International Electrotechnical Commission IEC 60044-1, Part 1,
Instrument Current Transformer, 2003.
13. James H. Harlow, Electrcal Power Transformer Engineering, CRC Press LCC 2004.
14. Roer C. Dugan/Mark F. McGranaghan, Surya Santoso/H.Wayne Beaty, Electrical Systems
Quality, McGrawhill, 2004.
15. International Standard, International Electrotechnical Commsission IEC 255-21-1, Electrical
Relays, 1988.
16. International Standard, International Electrotechnical Standard IEC 71-1, Insulation
Coordination, 1993.
17. International Standar, International Electrotechnical Commssion IEC 255-4, Single Input
Energizing Quantity Measuring Relay With Dependent Time, Amandement No 1, Desember
1979.
18. International Standar, International Electrotechnical Commssion IEC 255-7, Part 7, Test
And Measurement Procedures For Electromechanical All-or-Nothing Relays, Second Edition
1991.
259
260