Essay Mustika
Essay Mustika
Tapi segera saya debat dengan menyatakan "bukan, itu tuntunan hidup yang berharga," yang maksudnya
untuk menghibur dan memberikan dukungan moral.
Kini delapan tahun telah berlalu, LSM/NGO evakuasi-recovery sudah lepas dan mungkin pula tak tahu jika
ada seseorang yang tertinggal di sana, terikat oleh cintanya kepada anak-anak, masa depan Aceh, dan
teater.
Dengan Rendra sebagai 'Pak Comblang'nya, Mus kemudian membangun rumah tangga baru bersama De'na
dan dikaruniai putri yang cerewet, cerdas, lantang, dan berani.
Seperti Minggu pagi itu pula saya saksikan langsung di sebuah lapangan yang dijadikan masyarakat Banda
Aceh untuk berolah-raga, tiba-tiba serombongan anak-anak remaja mengampiri Mus, menyalami dan cium
tangan dengan takzim. Mereka adalah sebagian kecil yang pernah dididiknya yang kini telah di SMP atau
SMA.
Penuh haru dalampada saya menyaksikan adegan pertemuan guru-murid itu. Maka, saya yang tak sanggup
berbuat apa-apa bagi 'nilai' yang telah ditebar oleh Mus dan De'na, kecuali salam takzim setakzim anak-anak
itu menyalaminya.
Sepenggal puisi yang pernah saya tulis untuk ibu pun muncul kembali:
kumaknai agar hidup tak pernah menyerah!***