Surimi - Anastasya - 13700084 - B2 Unika Soegijapranata
Surimi - Anastasya - 13700084 - B2 Unika Soegijapranata
SURIMI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
TEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun Oleh:
Nama
: Anastasya Gumelar
NIM
: 13.70.0084
Kelompok
: B2
4. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kain saring, pisau, penggiling
daging, dan freezer.
5.
6. 1.1.2. Bahan
7. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah daging ikan, garam, gula pasir,
polifosfat, esbatu.
8.
1.2.
9.
Metode
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. RUMUS :
18. LuasAtas = LA= 1/3 a (h0 + 4 h1 + 2h2 + 4 h3 + hn )
19. LuasBawah = LB = 1/3 a (h0 + 4 h1 + 2h2 + 4 h3 + hn )
20.
21. Mg H2O =
2. HASIL PENGAMATAN
22. Hasil pengamatan pembuatan surimi dapat dilihat pada Tabel 1.
23.
24. Tabel 1. Tabel Hasil Pengamatan Surimi
25. K
e
26. Perlakuan
27. Hard
ness
28. WHC
29. (mgH2
30. Sensori
35. Kekeny 36. Aro
l
37. B
1
43. B
2
49. B
3
55. B
4
61. B
5
67.
68.
69.
70.
71.
O)
38. Daging ikan giling +
sukrosa 2,5% + garam
2,5% + polifosfat 0,1%.
44. Daging ikan giling +
sukrosa 2,5% + garam
2,5% + polifosfat 0,3%.
50. Daging ikan giling +
sukrosa 5% + garam 2,5%
+ polifosfat 0,3%.
56. Daging ikan giling +
sukrosa 5% + garam 2,5%
+ polifosfat 0,5%.
62. Daging ikan giling +
sukrosa 5% +garam 5% +
polifosfat 0,5%.
Keterangan:
Kekenyalan
+ = tidak kenyal
++ = kenyal
+++
= sangat kenyal
alan
ma
39. 129,7
4
40. 28091
7,72
41. ++
42. ++
45. 292,0
2
46. 21818
5,65
47. +++
48. +++
51. 112,7
52. 31856
5,40
53. ++
54. +
57. 151,2
9
58. 30385
8,12
59. +++
60. +
63. 134,3
1
64. 30121
9,49
65. +
66. +
Aroma
+
= tidak amis
++
= amis
+++
= sangat amis
72.
73. Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa penambahan sukrosa dan polifosfat
(kelompok B2 dan B3); 0,5% (kelompok B4 dan B5). Daging ikan giling yang telah
diberi perlakuan kemudian diaduk hingga rata dan dimasukkan ke dalam kantong
plastik dan dibekukan di dalam freezer selama satu malam. Keesokan harinya surimi
yang telah beku dithawing terlebih dahulu di dalam refrigerator kemudian diukur
nilai WHC dan kualitas sensorinya yang meliputi kekenyalan dan aroma yang diuji
menggunakan panelis. Sedangkan pengukuran WHC dilakukan dengan mengukur
jumlah mgH2O menggunakan milimeter block dan rumus sebagai berikut :
79.
1
Luas Atas (La )= a (h0 + 4 h1 +2 h2 +4 h3 + .+hn )
3
80.
1
Luas Bawah (Lb )= a(h0 +4 h1 +2 h2+ 4 h 3+ .+ hn )
3
81.
82.
Mg H 2 O=
83. Cara kerja tersebut sesuai dengan metode yang digunakan oleh Shimazamaninejad
(2013) di mana pembuatan surimi diberikan penambahan garam sebanyak 2,5% dan
selama proses diusahakan daging ikan dalam kondisi suhu rendah yaitu dengan
menambah es batu pada saat daging ikan diblender. Hal ini salah satunya bertujuan
agar kualitas daging ikan dapat dipertahankan dalam suhu rendah serta
meningkatkan kekuatan gel.
84.
85. Selama proses pembuatan surimi faktor yang menjadi penentu utama adalah suhu air
yang digunakan untuk mencuci daging dan proses penggilingan daging ikan itu
sendiri. Suhu air yang digunakan untuk mencuci daging sangat menentukan karena
adanya kandungan protein larut air yang akan hilang selama proses pencucian yang
nantinya akan berpengaruh pada karakteristik kekuatan gel yang terbentuk. Jika
suhu air yang digunakan lebih tinggi dari 15C akan menyebabkan semakin banyak
protein larut air yang akan terbuang bersama dengan air. Surimi akan memiliki
kekuatan gel terbaik jika daging ikan yang telah digiling dicuci dengan air yang
suhunya berkisar antara 10C-15C (Schwarz dan Lee, 1988). Adanya penambahan
garam selama proses leaching akan mempercepat penghilangan air dari daging ikan
bahan tambahan dalam konsentrasi yang berbeda. Selama pembuatan surimi ikan
bawal ini ditambahkan tiga macam bahan tambahan yaitu sukrosa, garam dan
polifosfat. Winarno et al. (1980) mengatakan, bahan tambahan tersebut sengaja
ditambahkan dengan maksud dan tujuan tertentu untuk meningkatkan kualitas
surimi yang dihasilkan. Bahan pertama yang ditambahkan adalah sukrosa, sukrosa
merupakan salah satu jenis bahan cryoprotectant. Cryoprotectant berfungsi untuk
menghambat proses denaturasi protein selama proses pembekuan dan penyimpanan
beku karena dapat menginaktifkan kondensasi dengan cara mengikat molekul air
oleh ikatan hidrogen. Sukrosa sebagai cryoprotectant akan meningkatkan
kemampuan air sebagai pengikat, mencegah pertukaran molekul-molekul air dari
protein serta dapat menstabilkan protein (Agustini et. al., 2008). Dalam praktikum
kali ini digunakan adalah sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 2,5%
(kelompok B1 dan B2) dan 5% (kelompok B3, B4, dan B5). Bahan kedua yang
ditambahkan pada daging ikan giling adalah garam. Tujuan utama ditambahkannya
garam adalah untuk melepaskan miosin yang ada pada serat ikan dan hal ini sangat
penting dalam pembentukan gel. Disamping itu garam juga digunakan sebagai
bumbu penyedap rasa atau untuk meningkatkan aroma jika garam digunakan dalam
jumlah yang cukup tinggi akan mengakibatkan perubahan citarasa dari surimi yang
dihasilkan sehingga tidak perlu ditambahkan dalam jumlah yang terlalu banyak. Hal
ini sesuai dengan tahapan penambahan garam yang dilakukan selama praktikum,
yaitu sebesar 2,5% dari daging ikan giling untuk setiap kelompok kecil.
92.
93. Bahan ketiga yang ditambahkan adalah polifosfat dengan konsentrasi 0,1%
(Kelompok B1); 0,3% (Kelompok B2 dan B3) dan 0,5% (Kelompok B4 dan B5).
Polifosfat dalam praktikum ini bertujuan untuk memisahkan aktomiosin dan
berikatan dengan miosin. Gabungan antara miosin dan polifosfat akan berikatan
dengan air sehingga dapat menahan mineral dan vitamin. Selain itu dengan
ditambahkannya polifosfat akan meningkatkan nilai kelembutan dan memperbaiki
sifat surimi terutama dalam sifat elastisitasnya. Meskipun polifosfat bukan
merupakan cryoprotectan tetapi polifosfat tetap perlu ditambahkan untuk
memperbaiki kemampuan daya ikat air/water holding capacity (WHC). Biasanya
polifosfat ditambahkan sebanyak 0,2 % hingga 0,3 % dalam bentuk garam natrium
Selain adanya penambahan garam dan sukrosa, pada pembuatan surimi juga
polifosfat
kelembutan surimi.
Jumlah polifosfat yang digunakan akan mempengaruhi tekstur surimi sehingga
surimi menjadi lebih lembut.
10
Selama pencucian daging ikan giling sebaiknya menggunakan air dengan suhu
yang relatif rendah untuk menghindari hilangnya protein larut air yang
berlebihan.
Proses pencampuran dan pengadukan antara daging ikan giling dengan bahan
tambahan akan menentukan efektivitas dari bahan tambahan.
6.
7.
8.
9.
10.
11. Semarang, 26 September 2015
12. Praktikan,
Asisten Dosen
Yusdhika Bayu S.
13.
14.
15. Anastasya Gumelar
16. (13.70.0084)
17. DAFTAR PUSTAKA
18.
19. [Ditjen Perikanan] Direktorat Jenderal Perikanan. (1990). Buku Pedoman
Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Jakarta: Direktorat JenderalPerikanan,
Departemen Pertanian.
20.
21. Agustini, Tri Winarni; Y.S. Darmanto and Danar Puspita Kurnia Putri. (2008).
Evaluation on utilization of small marine fish to produce surimi using different
cryoprotectective agents to increase the quality of surimi. Journal of Coastal
Development. Vol. 11: 131-140.
22.
23. Flick GJ, Barna MA, Enriquez LG. (1990). Processing finfish. Di dalam: Martin
RE, Flick GJ, editor. The Seafood Industry. New York: Van Nostrand Reinhold.
24.
25. Fogaca Fabiola et. al. (2013). Optimization of The Surimi Production From
Mechanically Recovered Fish Meat (MRFM) Using Response Surface
Methodology. Journal of Food Quality ISSN 1745-4557.
26.
27. Hosseini-Shekarabi et. al. (2015). Effect of Heat Treatment on The Properties of
Surimi Gel From Black Mouth Croaker (Atrobucca nibe). International Food
Research Journal 22(1): 363-371 (2015).
28.
29.
30.
11
31.
32.
33.
34.
35. Shimazamaninejad, Bahare Shabanpour dan Ali Shabani. (2013). Effect of Medium
Temperature Setting on Gelling Characteristics of Surimi from Farmed Common
Carp (Cyprinus carpio, Linnaeus, 1758). World Journal of Fish and Marine Sciences
5 (5): 533-539, 2013.
36.
37. Shimizu Y, Toyohara H, Lanier TC. (1994). Surimi Production from Fatty and
Dark-Fleshed Fish Species. Di dalam: Lanier TC, Lee CM, editor. Surimi
Technology. New York: Marcel dekker. Page.425-442.
38.
39. Sikorski ZE. (1990). Seafood: Resources, Nutritional Composition
andPreservation. Florida: CFC Press Inc, Boca Ratan.
40.
41. Suzuki T. 1981. Fish and Krill Protein: Processing Technology. London: Applied
Science Publishers Ltd.
42.
43. Tan SM, Ng MC, Fujiwara T, Kok KH, and Hasegawa H. (1988). Handbook on
the Processing of Frozen Surimi and Fish Jelly Products in Southeast Asia.Marine
Fisheries.Research Department-South East Asia Fisheries Development Center.
Singapore.
44.
45. Toyoda, K., Shiraishi, T., Yoshioka, H., Yamada, T., Ichinose, Y. and Oku, H.
(1992) Regulation of Polyphosphoinositide Metabolism in Peaplasma Membrane
by Elicitor and Suppressor from a Pea Pathogen, Mycosphaerellapinodes. Plant
Cell Physiol. 33: 445-452.
46.
47. Wiguna, A. N. (2005). Pengaruh Pengkomposisian dan Penyimpanan Dingin
Daging Lumat Ikan Cucut Pisang (Carcharinus falciformis) dan Ikan Pari Kelapa
(Trygon sephen) Terhadap Karakteristik Surimi yang Dihasilkan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
48.
49. Winarno FG, Fardiaz S, Fardiaz D. (1980). Pengantar Teknologi Pangan. Jakarta:
PT. Gramedia.
50.
51. Winarno FG. 1993. Pangan: Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
52. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
12
1
Luas atas ( LA )= a(h0 + 4 h1 +2 h2 +4 h3 ++h n)
3
1
Luas bawah ( LB ) = a(h 0+ 4 h 1+2 h2 + 4 h3 ++ hn )
3
mg H 2 O=
1
Luas atas ( LA )= .47 (110+ 4 187+ 2 222+ 4 188+110)
3
266398,0
0,0948
mg H 2 O=280917,72 mg
1
Luas atas ( LA )= 42(93+ 4 169+2 180+ 4 169+ 114)
3
13
mg H 2 O=
206928,0
0,0948
mg H 2 O=218185,65 mg
1
Luas atas ( LA )= 48(91+ 4 203+ 2 209+ 4 204+107)
3
mg H 2 O=
302088,0
0,0948
mg H 2 O=318565,40 mg
1
Luas atas ( LA )= 49(125+ 4 208+2 216 +4 196+117)
3
14
1
Luas bawah ( LB ) = 45(125+ 4 26+2 20+ 4 35+117 )
3
mg H 2 O=
28813,758,0
0,0948
mg H 2 O=303858,12 mg
1
Luas atas ( LA )= 47,5(160+ 4 220+2 237 +4 225+125)
3
1
Luas bawah ( LB ) = 47,5(160+ 4 47+2 31+ 4 50+125)
3
mg H 2 O=
28563,578,0
0,0948
mg H 2 O=301219,49 mg
Laporan Sementara
Diagram Alir
Abstrak Jurnal
6.2.
6.3.
6.4.