Anda di halaman 1dari 11

Filsafat Politik

Filsafat Politik Thomas Aquinas

Disusun Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Fitria Yusrifa
Nur Khofifah
Syafrida Putri Yeni
Amanda Rachmadita
Neni Poniarsih
Leonardus FP
Alisa Lutfiana Rahma

12/329347/FI/03665
12/329356/FI/03671
12/337965/FI/03737
12/340069/FI/03749
12/329329/FI/03660
12/335977/FI/03734
12/339709/FI/03746

Fakultas Filsafat
Universitas Gadjah Mada
2014
BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar belakang
Filsafat merupakan kajian teoritis terhadap permasalahan yang ada dalam

kehidupan manusia sehari-harinya secara kritis, radikal, sistematis dan komprehensif.


Sedangkan politik adalah kajian tentang negara, asal usul negara, dan nilai-nilai negara.
Jadi, filsafat politik adalah kajian teoritis terhadap permasalahan negara, asal mula
negara, dan nilai-nilai negara yang dikaji secara kritis, radikal, sistematis, dan
komprehensif.
Thomas Aquinas adalah salah seorang filsuf yang berjaya pada abad pertengahan,
ia juga dikenal sebagai bapak skolastik, karena pada masanya ia berhasil menyinergikan
antara filsafat dan dogma-dogma gereja yang sangat kental pada masa itu.
Pemikiran Filsafat Politik Thomas Aquinas merupakan salah satu bentuk
pemikiran kefilsafatannya yang akan dikaji dalam makalah ini.
B.
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
C.

Bagaimana garis besar pemikiran Thomas Aquinas tentang negara?


Bagaimana sistem politik menurut Thomas Aquinas?
Bagaimana Analisa pemikiran politik Thomas Aquinas?
Bagaimana Relevansi pemikiran politik Thomas Aquinas

terhadap

pembangunan bangsa Indonesia?


Tujuan penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah

sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana garis besar pemikiran Thomas Aquinas tentang
2.

negara.
Untuk mengetahui bagaimana sistem politik menurut Thomas Aquinas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.
1.

Garis Besar Pemikiran Thomas Aquinas Tentang Negara


Pengertian Negara

Pemikiran Thomas Aquinas mengenai negara dipengaruhi oleh pemikiran


Aristoteles, hal tersebut dapat dilihat pada karya Thomas Aquinas yang berjudul
De Regimine Principium, Tentang Pemerintahan Raja-Raja, dalam karya
tersebut

Aquinas

banyak

mendapat

pengaruh

Politica

dari

Aristoteles(Schmid,1988: 71).
Menurut Thomas Aquinas, manusia menurut kodratnya adalah makhluk
kemasyarakatan maka dari itu manusia harus hidup bersama orang lain dalam
masyarakat. Aquinas berpendapat bahwa suatu masyarakat harus dipimpin oleh
seorang penguasa yang mampu mengatur dan mengarahkan masyarakat agar tidak
terjadi perpecahan ataupun bentrok yang disebabkan karena perbedaan pola
pemikiran. Selain itu, penguasa tersebut harus mampu memenuhi kebutuhankebutuhan hidup masyarakatnya.
Penguasa yang ideal adalah penguasa yang tidak memiliki tujuan untuk
mengejar kepentingannya sendiri, melainkan mengejar kepentingan umum,
karena apabila sang penguasa hanya mengejar kepentingannya pribadi maka ia
adalah penguasa yang zalim.
Negara menurut Thomas Aquinas adalah sekumpulan manusia yang hidup
bermasyarakat di suatu lingkungan daerah yang dipimpin oleh seorang penguasa
yang mampu mengatur kehidupan masyarakat di daerah tersebut (Schmid, 1988:
71-72).
Lebih lanjut, Aquinas menjelaskan mengenai negara sebagai agen untuk
memenuhi kebutuhan duniawi manusia dan membantunya dalam tugas
pemenuhan dirinya. Negara hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut
yang tidak bisa dipenuhinya secara individu dan kelompok sosial yang lebih kecil.
(Schmandt, 2002: 199).
Berangkat dari pengertian mengenai negara di atas, Aquinas menjelaskan
mengenai tugas negara, yaitu menyelenggarakan perdamaian, mengurus ukuranukuran dan timbangan-timbangan dan melihat fakir miskin. Namun, ini bukan
murni tujuan negara, melakinkan ada campur tangan kristen dan hubungan
dengan dunia lain sesuai dengan Zaman Pertengahan.
2.

Tujuan Negara
Dalam Schmandt (2002: 199), Aquinas mengemukakan bahwa tujuan
negara adalah mempertahankan masyarakat yang tertib dengan menjaga

perdamaian internal dan eksternal dan menjamin pemenuhan kebutuhan fisik


manusia. Tujuan tertingginya ialah memberi makna sejati pada kebaikan umum
adalah penyempurnaan duniawi anggota-anggotanya. Untuk mencapai tujuan
kedua, negara harus menjaga kehidupan yang luhur dengan meningkatkan
pertumbuhan intelektual, moral dan buadaya manusia. Kehidupan menurut
kebajikan adalah kehidupan menurut rasio, jadi fungsi negara adalah positif dan
dinamis.
3.

Bentuk Pemerintahan Ideal Menurut Aquinas


Aquinas menyatakan bahwa semua bentuk pemerintahan tergantung pada
legitimasinya yang berupa persetujuan sukarela dari rakyatnya yang kemudian
menyebabkan pemerintahan tersebut memiliki kewenangan. Pemikiran abad
pertengahan pada umunya memfokuskan pada kerajaan sebagai bentuk ideal
pemerintah dan ini kemudian yang menyebabkan Thomas Aquinas berpendapat
bahwa monarki merupakan bentuk pemerintahan yang terbaik, karena dapat
memelihara perdamaian sebaik-baiknya yang berdasar pada suatu kesatuan
pemikiran dari pemerintahannya (raja). Namun, apabila pemerintahannya (raja)
tidak adil, maka bentuk pemerintahan monarki merupakan bentuk pemerintahan
yang paling buruk.
Maka dari itu, dalam penyelenggaraannya raja harus berupaya semaksimal
mungkin dalam pemerintahannya agar tidak terjadi pemerintahan yang sewenangwenang yaitu dengan membuat suatu susunan ketatanegaraan. Aquinas memilih
bentuk pemerintahan monarki karena pada saat itu Roma diperintah oleh lebih
dari satu orang dan telah maju dengan cepat, namun cepat pula mengalami
permasalahan-permasalahan pemerintahan yang dapat mengakibatkan keruntuhan
pemerintahan.
Selain itu, suatu pemerintahan yang dijalankan lebih dari satu orang
berpotensi melahirkan suatu pemerintahan yang memerintah secara sewenangwenang apabila dibandingkan dengan suatu pemerintahan yang dijalankan oleh
satu orang. Namun, apabila raja tersebut berbuat tindakan yang zalim kepada
para rakyatnya, menurut Aquinas, masyarakat dapat secara bersama-sama
menurunkan rajanya yang zalim tersebut karena tidak mampu menepati perjanjian
dengan rakyat.

B.

Filsafat Politik Thomas Aquinas


Dalam pemikiran Thomas Aquinas mengenai politik pada umumnya setuju
dengan Aristoteles seperti mengenai watak dan tujuan badan politik, ia menerima
gagasan Arisstoteles sebagai masyarakat yang sempurna hanya dalam makna
tertentu. Sebagai makhluk moral, individu pada akhirnya ditakdirkan mengejar
tujuan adiduniawi yang melampaui wilayah dunia.
Ketika terdapat pertanyaan mengenai bagaimana kekuasaan politik dalam
kekuasaanya sampai pada penguasa sekuler, maka hanya ada sedikit kesepakatan.
Berhenti dengan pernyataan bahwa otoritas politik berasal dari Tuhan berarti
meninggalkan begitu saja pertanyaan krusial mengenai bagaimana kekuasaan ini
secara moral dan sah diperoleh oleh mereka yang menjalankanya secara nyata.
(Schmand, 2002: 201)
Meskipun Aquinas mendiskusikan secara eksplisit pertaan mengenai hal
tersebut, sudah jelas bahwa ia menganggap otoritas politik pada awalnya ada
dalam semua masyarakat yang teroganisir sebagai civic society. Menata segala
sesuatu menjadi kebaikan umum (yang merupakan fungsi sejati dari otoritas
politik) menjadi tugas semua orang, atau seorang yang mewakilin semua orang.
Orang-orang tidak menerima kekuasaan ini dari tindakan intervensi khusus
Tuhan, tetapi melalui hukum alam. Otoritas ini eksis dalam masyarakat politik
sebagai milik atau atribut dari wataknya. Ketika terdapat kesatuan pikiran dan
kehendak untuk membangun negara, maka secara simultan lahirlah otoritas
sebagai produk yang perlu dan wajar dari kesatuan.
Rasio menurut Thomas, menunjukkan bahwa kekuasaan politik tertinggi
terletak pada orang-orang yang terorganisir sebagai komunitas, rasio tidak
menunjukkan bahwa kekuasaan ini diletakkan secara tetap pada orang atau
kelompok tertentu. Orang-orang pada gilirannya bebas menciptakan jenis
pemerintahan yang mereka inginkan dan menyerahkan otoritas untuk mengatur
masyarakat ini kepada jabatan publik. Pemerintah baik raja, parlemen, maupun
demokrasi langsung, semata-mata ada sebagai representasi ataua wakil rakyat.
Pemerintah tidak mempunyai kekuasaan untuk membuat hukum kecuali
mewakili rakyat.

Satu-satunya hak penguasa yang sah pada kekuasaan adalah hak yang ia
terima sebagai hasil penyerahan oleh tindakan rasional yang bebas dan
persetujuanya dari masyarakat. Dalam pengetrtian ini, negara dan otoritas politik
bisa dikatakan menjadi asal usul langsung manusia. Dominion atau kontrol
polotik berasal dari hukum manusia, rakyat secara moral wajib memberikan
persetujuan mereka bagi pembentukan otoritas politik demi memenuhi kebutuhan
dan tujuan bersama sebagai hal yang bisa dipahami secara rasional. Dengan kata
lain, mereka bebas merahasiakan persetujuan pada pembentukan masyarakat sipil
karena eksistensinya penting bagi perkembangan mereka sebagai manusia.
C. Analisa Pemikiran Thomas Aquinas
1. Kelebihan :
a. Bentuk negara yang monarki akan memudahkan pemimpin untuk mengatur
jalannya pemerintahan dalam mengatur masyarakatnya.
b. Pemimpin yang religius akan menjalankan amanahnya dengan baik dan benar.
c. Menurut Thomas Aquinas, manusia menurut kodratnya adalah makhluk
kemasyarakatan, maka dari itu manusia harus hidup bersama orang lain dalam
masyarakat. Sehingga sangat benar bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri
dan pasti membutuhkan pertolongan orang lain.
d. Penguasa yang ideal adalah penguasa yang tidak memiliki tujuan untuk
mengejar kepentingannya sendiri, melainkan mengejar kepentingan umum.
Sehingga menjadi seorang pemimpin harus mengutamakan kepentingan orang
banyak terlebih dahulu daripada kepentingan pribadi karena apabila sang
penguasa hanya mengejar kepentingannya pribadi, maka ia adalah penguasa
yang zalim.
e. Negara atau pemerintah menjadi tempat untuk pemenuhan kebutuhan duniawi
manusia dan membantunya dalam tugas pemenuhan dirinya yang tidak bisa
dipenuhinya secara individu dan kelompok sosial yang lebih kecil.
f. Pemikiran Thomas Aquinas mengenai politik pada umumnya setuju dengan
Aristoteles seperti mengenai watak dan tujuan badan politik, ia menerima
gagasan Aristoteles sebagai masyarakat yang sempurna hanya dalam makna

tertentu. Sebagai makhluk moral, individu pada akhirnya ditakdirkan


mengejar tujuan adiduniawi yang melampaui wilayah dunia. Jadi, di dalam
hidup kita tidak hanya memikirkan duniawi saja, tetapi masih ada kehidupan
kekal setelah kehidupan di dunia.
2. Kelemahan :
a. Konsep politik Thomas Aquinas masih sulit diterapkan dalam era globalisasi
ini, karena tingkat religiusitas seorang pemimpin itu tidak dapat diukur secara
pasti.
b. Untuk menemukan penguasa yang ideal yaitu penguasa yang tidak memiliki
tujuan untuk mengejar kepentingannya sendiri, melainkan mengejar
kepentingan umum untuk saat ini sangatlah sulit, karena sangat sedikit sekali
pemimpin yang mau mengutamakan kepentingan umum, contohnya saja wakil
rakyat yang korupsi, itu adalah bagian dari mementingkan kepentingan diri
sendiri.
c. Tujuan negara tertingginya ialah memberi makna sejati pada kebaikan umum
adalah penyempurnaan duniawi anggota-anggotanya. Untuk mencapai tujuan
kedua, negara harus menjaga kehidupan yang luhur dengan meningkatkan
pertumbuhan intelektual, moral dan budaya manusia. Di sini, Aquinas tidak
menjelaskan bagaimana cara untuk memperoleh tujuan negara tertinggi
tersebut, bagaimana cara menjaga kehidupan yang luhur dan meningkatkan
pertumbuhan intelektual pada moral dan budaya
d. Thomas Aquinas berpendapat bahwa monarki merupakan bentuk
pemerintahan yang terbaik, karena dapat memelihara perdamaian sebaikbaiknya yang berdasar pada suatu kesatuan pemikiran dari pemerintahannya
(raja). Namun, apabila pemerintahannya (raja) tidak adil, maka bentuk
pemerintahan monarki merupakan bentuk pemerintahan yang paling buruk.
e. Aquinas memilih bentuk pemerintahan monarki, namun cepat pula mengalami
permasalahan-permasalahan pemerintahan yang dapat mengakibatkan
keruntuhan pemerintahan. Selain itu, suatu pemerintahan yang dijalankan
lebih dari satu orang berpotensi melahirkan suatu pemerintahan yang
memerintah secara sewenang-wenang apabila dibandingkan dengan suatu
pemerintahan yang dijalankan oleh satu orang.

D. Relevansi Pemikiran Thomas Aquinas

Berdasarkan pemikiran Thomas Aquinas, pemerintah harus memiliki religiusitas


tinggi seperti di Vatikan. Kepala pemerintahan tertinggi Vatikan dipegang oleh Paus, yang
pemilihannya berdasarkan demokrasi langsung oleh para kardinal dari perwakilan
negara-negara di dunia. Masa jabatan Paus ini dijalankan hingga sang Paus meninggal.
Aspek yang diutamakan dalam pemilihan Paus ini berdasarkan kebijaksanaan dan karyakarya baik dalam segi religi maupun duniawi. Paus tidak hanya sekedar sebagai
pemimpin dari umat kristiani saja melainkan juga berkewajiban dalam menjaga
perdamaian dunia.
Hampir seluruh hukum yang ada di Vatikan menggunakan aturan dan dogma
agama kristen. Tidak sedikit masyarakat non-kristen yang tinggal di Vatikan. Pada tahun
2012 dibangunlah masjid di Vatikan agar umat muslim dapat beribadah dengan nyaman.
Keputusan Paus ini bermaksud agar tidak adanya diskriminasi terhadap umat beragama
lain walaupun negara tersebut menggunakan basis agama kristen. Ia tidak hanya
mementingkan umatnya melainkan juga mementingkan kepentingan seluruh warganya
agar tidak menimbulkan kekacauan antar umat beragama.
Indonesia juga pernah memiliki seorang sosok pemimpin yang religius namun
pluralis yaitu Abdurahman Wahid atau yang lebih sering dikenal dengan Gus Dur. Beliau
sangat religius, namun beliau tidak hanya terpaku pada religiusitasnya sendiri, beliau
justru belajar dan memahami agama yang ada di masyarakat. Indonesia akan bermoral
baik ketika tiap individu memiliki perilakunya baik terlepas dari apa suku dan agama
mereka. Pada masa kepemimpinan Gus Dur lah agama konghuchu dapat diresmikan
sebagai agama yang dianggap resmi dan sah dianut warga Indonesia.
Dalam situasi Indonesia yang akan menyelenggarakan pemilu (pilpres) dalam
waktu dekat ini konsep Thomas Aquinas dapat diterapkan kepada calon pemimpin yang
akan memimpin Indonesia dalam 5 tahun ke depan, yang mana setiap pemimpin harus
memiliki jiwa religiusitas yang tinggi agar pemimpin tersebut dapat menjalankan
amanahnya dengan baik. Akan tetapi, dalam realitanya di kehidupan politik masyarakat
Indonesia saat ini, kita menemukan suatu kemunduran religiusitas dan kemunduran moral
dalam jiwa para pemimpin kita.

Pemimpin lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kepentingan kelompoknya


sehingga kasus-kasus seperti korupsi, kolusi dan nepotisme sudah menjadi hal-hal yang
biasa yang mendarah daging. Hal ini tidak sesuai dengan konsep Thomas Aquinas, bahwa
seorang pemimpin harus memiliki jiwa spiritual sehingga dalam menjalankan amanahnya
pemimpin tersebut terbebas dari hal-hal yang merugikan rakyatnya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara menurut Thomas Aquinas adalah sekumpulan manusia yang hidup
bermasyarakat disuatu lingkungan daerah yang dipimpin oleh seorang penguasa
yang mampu mengatur kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Dan mnegara
memiliki tujuan yakni mempertahankan masyarakat yang tertib dengan menjaga
perdamaian internal dan eksternal dan menjamin pemenuhan kebutuhan fisik
manusia. Tujuan tertingginya ialah memberi makna sejati pada kebaikan umum
adalah penyempurnaan duniawi anggota-anggotanya. Sehingga semua bentuk
pemerintahan tergantung pada legitimasinya yang berupa persetujuan sukarela dari
rakyatnya

yang

kemudian

menyebabkan

pemerintahan

tersebut

memiliki

kewenangan.
Dalam pemikiran Thomas Aquinas mengenai politik pada umumnya setuju
dengan Aristoteles seperti mengenai watak dan tujuan badan politik, ia menerima
gagasan Aristoteles sebagai masyarakat yang sempurna hanya dalam makna
tertentu. Ketika terdapat pertanyaan mengenai bagaimana kekeuasaan politik dalam
kekuasaanya sampai pada penguasa sekuler, maka hanya ada sedikit kesepakatan.
Berhenti dengan pernyataan bahwa otoritas politik berasal dari Tuhan berarti
meninggalkan begitu saja pertanyaan kurusial mengenai bagaimana kekuasaan ini
secara moral dan sah diperoleh oleh mereka yang menjalankannya secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA
Schmandt, Henri J. 2002. Filsafat politik kajian historis dari zaman yunani kuno sampai
zaman modern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Schmid, J.J Von. 1988. Ahli-ahli pikir besar tentang negara dan hukum. Yogyakarta: P.T
Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai