Oleh :
PRIYA PERMADI
NIM 201010420311162
: Priya Permadi
: 201010420311162
Program Studi
FIKES UMM
Judul Skripsi
:
:
Program
Pengaruh
Studi
Motivasi
Ilmu
Keperawatan
dan
Kepatuhan
Priya
Permadi
NIM:
201010420311162
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI DAN KEPATUHAN BERPERILAKU
SEHAT TERHADAP MUTU PERILAKU SEHAT PARA
PENYANDANG TUNANETRA DI UPT REHABILITASI
SOSIAL CACAT NETRA
KOTA MALANG
Priya Permadi1, Dr.Ainur Rofieq M.Kes2, Nurul Aini S.kep.,
Ns., M.Kep3
Latar belakang: Perilaku sehat merupakan segala sesuatu
aktivitas untuk menyeimbangkan, meningkatkan derajat
kesehatan atau mencegah timbulnya suatu penyakit, meliputi
olahraga, makanan, minuman, kebersihan diri, lingkungan,
istirahat, olahraga, stress, rekreasi dan semua kegiatan yang
berhubungan dengan perilaku sehat. Menurunkan angka
kesakitan dan kondisi yang beresiko terhadap kesehatan
merupakan tujuan yang sangat penting sebagai kunci untuk
hidup dengan sehat, mutu perilaku sehat pada penyandang
tunanetra dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu motivasi dan
kepatuhan berperilaku sehat. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh motivasi dan kepatuhan berperilaku sehat
terhadap mutu perilaku sehat di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat
Netra Kota Malang.
Kata
kunci:
Motivasi
Berperilaku
Sehat,
Kepatuhan
Berperilaku Sehat, Mutu Perilaku Sehat Para Penyandang
Tunanetra.
PENDAHULUAN
Indera
penglihatan
memiliki peranan penting
dalam kehidupan, sebagai
sumber
penyerapan
informasi dari lingkungan
sekitar. Keterpisahan dengan
dunia
luar
akan
mempengaruhi
tunanetra
untuk berinteraksi dengan
lingkungan atau dunia luar,
dimana
aktivitas
atau
kegiatan yang seharusnya
dapat
dikuasai
dengan
mudah dengan cara melihat
dan meniru namun tidak
demikian dengan tunanetra
(Hosni, 2005).
Tuna netra atau orang
dengan penglihatan rendah
adalah
mereka
yang
mempunyai
kerusakan
indera penglihatan dengan
tingkat
ketajaman
penglihatan
atau
visus
sentralis diatas 20/200 pada
kedua
matanya,
ketidakmampuan
untuk
melihat dan tidak dapat
dikoreksi lagi dengan alat
bantu penglihatan seperti
kacamata dan kontak lensa
(Baumel, 2006). Gangguan
visual dapat dibagi dalam
katagori
berdasarkan
keparahan
pada
tingkat
penglihatan yang berbeda.
Badan kesehatan dunia WHO
mendefinisikan
gangguan
visual low vision sebagai
ketajaman visual kurang dari
6/18, sedangkan blindness
(Kebutaan)
didefinisikan
sebagai ketajaman visual
kurang dari 3/60.
Dengan
derajat
penglihatan yang rendah
akan
menyebabkan
tuna
netra
banyak
mengalami
permasalahan
yang
berkaitan dengan berbagai
segi
kehidupan
manusia
(Trillo & Dickinson, 2012),
yang berdampak pada segi
fisik, mental, financial, dalam
segi
sosial
individu
itu
sendiri, keluarga maupun
masyarakat
(Nageswaan,
Silver & Stein, 2008).
Permasalahan disetiap
kesulitan,
hambatan,
rintangan dalam melakukan
kegiatan
atau
aktivitas
seringkali menjadi motivasi
yang kuat bagi individu
untuk
mencapai
tujuan.
Motivasi secara umum sering
diartikan sebagai sesuatu
yang ada pada diri seseorang
yang
dapat
mendorong,
mengaktifkan,
menggerakkan
dan
mengarahkan
perilaku
seseorang, dalam wujud niat,
harapan,
keinginan,
dan
tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi
diidentikkan
dengan kebutuhan manusia
mencakup
biologis,
psikologis,
sosial
dan
spiritual.
Kebutuhan
ini
timbul
sebagai
respon
karena
adanya
ketidakseimbangan, ketidak
serasian dan ketegangan
menuntut
kepuasan
(Setiawati
&
Dermawan,
2008).
Memperoleh
kemandirian
dalam
berperilaku sehat merupakan
motivasi
pada
tunanetra.
Terdapatnya
hambatan
dalam proses pencapaian
kemandirian
merupakan
masalah
bagi
tunanetra.
Sebenarnya
tunanetra
memiliki motivasi yang kuat
dari
dalam
diri
untuk
berperilaku sehat namun
karena keterbatasan fisik,
sehingga
kekurangan
ini
menjadikan
tunanetra
menjadi berat dan sulit
dalam
mengoptimalkan
perilaku sehatnya (Sunanto,
2013).
Perilaku
sehat
merupakan motivasi utama
sebagai dasar melakukan
berbagai
kegiatan
yang
terarah pada tujuan hidup
yang jelas (Gilbert & Foster,
2001).
Meningkatkan
kepatuhan dapat ditunjukkan
melalui perilaku sehat dan
pengontrolan
perilaku
mencakup faktor kognitif,
dukungan
sosial
dalam
bentuk dukungan emosional
dari
anggota
keluarga,
teman, pendidik dan pemberi
layanan kesehatan. Faktorfaktor tersebut merupakan
hal yang penting dalam
meningkatkan
kepatuhan
melalui
program-program
rehabilitasi, dan dukungan
dari profesional
(Siregar, 2006).
kesehatan
Meningkatkan
motivasi
dan
kepatuhan
berperilaku
sehat
pada
tunanetra
adalah
merupakan salah satu hal
yang
rumit
sehingga
membutuhkan peranan dari
orang terdekat, profesional
kesehatan
seperti
pendidikan
kesehatan,
memberikan arahan tentang
perilaku sehat, dan melatih
untuk melakukan aktivitas
dengan mandiri. Tunanetra
dengan kemandirian yang
telah
terbentuk
sesuai
dengan kemampuan akan
meningkatkan
mutu
perilaku
sehat
(Kholid,
2012).
Masalah
rendahnya
tingkat perilaku tunanetra
dalam
meningkatkan
perilaku sehat merupakan
hal yang harus segera
dirubah,
untuk
meningkatkan
derajat
kesehatan
tunanetra.
Masalah rendahnya tingkat
perilaku sehat tunanetra
dapat didukung dengan data
yang didapatkan dari studi
pendahuluan
dengan
melakukan wawancara pada
16 tunanetra yang telah
direhabilitasi
selama
3
tahun,
staf
rehabilitasi,
serta melakukan observasi
di
asrama
rehabilitasi
tempat tinggal tunanetra.
Ditunjukkan
dengan
beberapa
permasalahan
kesehatan
seperti
gatalgatal, sakit gigi, rendahnya
kebersihan mata, diarrhea,
gastritis,
influenza,
dan
penyakit infeksi lainnya. Hal
ini dapat didukung dengan
data yang didapatkan dari
klinik kesehatan di UPT
Rehabilitasi Sosial cacat
netra dari tahun 2013
sampai tahun 2014 yaitu
terdiri dari 227 keluhan
terdiri dari Influenza 24%,
batuk 21%, hipotensi 12%,
gastritis
12%,
skabies,
pedikulosis kapitis sebanyak
8%, sakit gigi 8%, diare 7%,
panas atau demam 7% dan
infeksi telinga 2%.
Melalui
pendidikan
tunanetra
mendapatkan
berbagai keterampilan dan
melatih
kemandirian
terutama dalam berperilaku
sehat. Kebutaan merupakan
masalah kesehatan, sosial
dan
ekonomi
terbesar
didunia
dinegara
berkembang
hal
ini
diperkirakan
oleh
badan
kesehatan
dunia
(WHO)
bahwa sekitar 38 juta jiwa
dengan kebutaan dan 110
juta jiwa dengan gangguan
penglihatan
(Saw,
2003).
Berdasarkan
data
Kementrian Sosial RI per
Desember
2010
jumlah
penyandang
cacat
di
Indonesia adalah 11.580.117
orang
terdiri
dari
30%
tunanetra, 26% tunadaksa,
22% tunarungu, 12% cacat
mental
dan cacat kronis
sebanyak 10%. Dari data
kementrian
sosial
ini
menunjukkan
bahwa
tunanetra memiliki jumlah
terbesar
dibandingkan
dengan
jenis
kecacatan
lainnya.
Banyaknya
angka
penyandang tunanetra yang
pada
dasarnya
memiliki
keterbatasan fisik, hal ini
tidak bisa dibiarkan begitu
saja, penyandang tunanetra
memiliki hak yang sama
dengan orang normal pada
umumnya. Sebagai orang
yang memiliki kesempurnaan
fisik dan motivasi yang kuat,
peranan-peranan yang bisa
diberikan oleh orang yang
normal seperti pemberian
informasi dan edukasi yang
sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki oleh tunanetra,
tanpa memandang rendah
dan
meyakinkan
pada
mereka bahwa mereka bisa
melakukan hal apapun yang
mereka
inginkan
dengan
pengawasan dan kontrol dari
orang terdekat.
Melalui Dinas Sosial
UPT (Unit Pelaksana Teknis)
Rehabilitasi
Sosial
Cacat
Netra, unit pelaksana teknis
di bidang rehabilitasi sosial
tuna netra yang memberikan
pelayanan rehabilitasi bagi
penyandang
tuna
netra,
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan kesejahteraan,
kemandirian, serta membuat
tunanetra
untuk
sedekat
mungkin
mengoptimalkan
hidup dengan normal seperti
orang
pada
umumnya.
Dengan berbagai pelayanan
atau servis yang diberikan
untuk
meningkatkan
kemampuan tunanetra dalam
merubah perilaku (Vaughan
& Asbury, 2004). Sehingga
mereka
mampu
melaksanakan
fungsi
sosialnya secara wajar dalam
kehidupan
masyarakat
terutama dalam hal ini
adalah perilaku sehat.
LANDASAN TEORI
Mutu
Mutu
didefinisikan
sebagai
suatu
proses
pemenuhan kebutuhan dan
harapan
individu,
baik
internal dan eksternal. Mutu
juga dapat dikaitkan sebagai
suatu proses perbaikan yang
bertahap dan terus menerus
(Assaf,
2009).
Menurut
Raleigh & Foot (2010) mutu
sebenarnya merujuk pada
keluaran (output) yaitu hasil
akhir kegiatan perilaku sehat
individu
yang
ada
direhabilitasi,
dalam
arti
perubahan derajat kesehatan
dan kepuasan baik kearah
positif maupun sebaliknya.
Perilaku Sehat
olahraga,
mengendalikan
stress
serta
rekreasi
(Setiawati
&
Dermawan,
2008).
Tuna Netra
Mata sebagai indera
penglihatan dalam tubuh
manusia
menduduki
peringkat
utama,
dikarenakan
sepanjang
waktu
selama
manusia
hidup,
mata
akan
membantu manusia untuk
membantu
dalam
beraktivitas,
disamping
indra sensoris lainya seperti
pendengaran,
perabaan,
penciuman, dan perasa.
Begitu besar peran dari
indera penglihatan, maka
dengan
terganggunya
indera
penglihatan
seseorang berarti ia akan
kehilangan
fungsi
kemampuan
visualnya
untuk merekam objek dan
peristiwa fisik yang ada
dilingkungannya
(Effendi,
2006).
Tuna
netra
adalah
dimana terdapat kerusakan
pada fungsi visual yang tidak
bisa dikoreksi lagi dengan
menggunakan
kacamata,
kontak lensa yang dapat
mempengaruhi
proses
kehidupan manusia, (Ackers
et al, 2011) dan mengalami
kelainan
atau
gangguan
fungsi
penglihatan,
yang
dinyatakan dengan tingkat
ketajaman penglihatan atau
visus sentralis di atas 20/200
(Suparno & Purwanto, 2003)
atau 6/60 lebih kecil dari itu
setelah
dikoreksi
secara
maksimal
penglihatannya
tidak memungkinkan lagi
menggunakan
fasilitas
pendidikan dan pengajaran
yang biasa digunakan oleh
orang awas atau normal
(Effendi, 2006).
Gangguan penglihatan
dapat menimbulkan dampak
jangka
panjang terhadap
segi psikososial, pendidikan,
dan ekonomi bukan hanya
bagi individu itu sendiri
melainkan bagi keluarga dan
masyarakat
(Hutauruk,
1998). Kelainan ini akan
memberi dampak kurang
menguntungkan dalam hal
fungsi
kognitif
dan
kemampuan
konseptual,
fungsi motorik, fungsi sosial,
Motivasi
Sehat
Berperilaku
Motivasi
berperilaku
sehat didefinisikan Xu, et al
sebagai keinginan yang kuat
melalui bagaimana makanmakanan
yang
sehat,
bagaimanan untuk hidup di
lingkungan
yang
sehat,
Kepatuhan
dalam
program
kesehatan
merupakan perilaku yang
dapat
diobservasi
dan
dengan
begitu
dapat
langsung diukur. Kepatuhan
maupun
kesetiaan
(adherence) mengacu pada
kemampuan
untuk
mempertahankan programprogram
yang
berkaitan
dengan promosi kesehatan.
Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
penelitian deskriptif analitik.
Penelitian deskriptif untuk
menggambarkan
variabel
yang ada dalam penelitian
secara
sistemik.
Ketiga
variabel ini
dihubungkan
yaitu
variabel
motivasi
berperilaku
sehat
penyandang
tunanetra,
variabel
kepatuhan
berperilaku
sehat
penyandang tunanetra dan
variabel mutu perilaku sehat
penyandang tunanetra.
Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
penyandang tunanetra di
UPT
Rehabilitasi
Sosial
Cacat Netra dengan jumlah
105 orang. Teknik sampling
yang
digunakan
adalah
dengan Stratified dimana
sampling
ini
digunakan
untuk
mengetahui
atau
mencapai
hasil
yang
representatif
dengan
populasi yang mempunyai
karakteristik yang berbedabeda atau heterogen, teknik
ini dilakukan dengan cara
mengidentifikasi
karakteristik
umum
dari
anggota populasi, kemudian
menentukan
strata
atau
lapisan
dari
jenis
karakterisitik
unit-unit
tersebut,
berdasarkan
bermacam-macam,
dalam
penelitian ini adalah tingkat
kelas. Setelah ditentukan
strata yang ada kemudian
setiap starata diambil sampel
secara
simple
random
sampling yaitu : pengambilan
sampel secara acak bisa
menggunakan undian atau
berdasarkan lemparan dadu
atau nomor yang telah ditulis
(Notoatmodjo,
2012).
Didapatkan sampel dalam
penelitian
ini
adalah
Penyandang Tunanetra yang
direhabilitasi
di
UPT
Rehabilitasi
Cacat
Netra
Kota Malang yang berjumlah
52 orang.
Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah motivasi
berperilaku
sehat
dan
kepatuhan berperilaku sehat.
variabel
terikat
dalam
penelitian ini adalah mutu
perilaku
sehat
Variabel
kendali dalam penelitian ini
adalah
lamanya
individu
tinggal di panti rehabilitasi
(peneliti tidak membedakan
antara subjek atau individu
yang
telah
lama
direhabilitasi di dinas sosial
cacat netra), usia (peneliti
tidak
membedakan
usia
subjek atau individu yang
direhabilitasi),
dan
jenis
kelamin
(peneliti
tidak
membedakan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan).
Penelitian
ini
dilaksanakan
di
UPT
Rehabilitasi
Sosial
Cacat
Netra
Kota
Malang
Penelitian
ini
akan
dilaksanakan
pada
bulan
Mei.
Berdasarkan penelitian
ini, maka instrument yang
akan
digunakan
adalah
kuesioner, dengan metode
pengumpulan data secara
wawancara
terpipmpin
dimana interview jenis ini
dilakukan
berdasarkan
pedoman-pedoman kuesioner
telah
disiapkan
terlebih
dahulu, sehingga interviewer
tinggal
membacakan
pertanyaan-pertanyaan
tersebut kepada interviewe.
Pengumpulan data
dilaksanakan
dengan
menggunakan
alat
bantu
berupa lembar skala likert
yang akan dibagikan kepada
penyandang tunanetra. Alat
ukur motivasi berperilaku
Alat
ukur
mutu
perilaku
sehat
yang
digunakan dalam penelitian
ini adalah health behaviour
checklist yang dimodifikasi
oleh behavioral risk factor
surveilance
system
questionnaire (BRFSS 2013),
health behaviour survey oleh
Cynarski dan menurut teori
perilaku sehat Notoatmodjo
2010,
terdiri
dari
34
pertanyaan,
meliputi
meliputi 1) perilaku terhadap
N
orm
alP
-10..08lotfM
utperilakusehatpraenyadngtuanetr(Y
)
00..64
00..20.0.2O
0.6P
bse0r.4vdC
um
rob0.81.0
E
xpectdC
um
P
rob
Analisa
data
yang
digunakan dalam penelitian
ini
adalah
dengan
menggunakan
statistik
deskriptif
analitik
dan
statistik inferensial,
yaitu
regresi ganda.
1. Analisa deskriptif
Analisa
deskriptif
(univariat) adalah suatu
prosedur pengolahan data
dengan
menggambarkan
dan meringkas data secara
ilmiah dalam bentuk tabel
dan grafik.
2.
N
o10..08rm
alP
-lotfM
otivasberpilakusehat(X
1)
00..64
00..20.0.2O
0.6P
bse0r.v4dC
um
rob0.81.0
E
xpectdC
um
P
rob
Analisis Inferensial
Regression Standardized Residual
Motivasi
berperilaku Sehat (X1) pada Tunanetra
N
or10m
lP
-lotfK
epatuhnberpilakusehat(X
2)
..08a
E
xpectdC
um
P
rob
00..64
00..20.0.2O
0.6P
bse0r.4vdC
um
rob0.81.0
Gambar 3
Grafik
P-P Plot of
b.
UjiNormal
Multikolinieritas
Regression Standardized Residual
Uji
Multikolinieritas
Motivasi
berperilaku Sehat (X1) pada Tunanetra
y = 26,524 + 0,365 x1 +
antara sesama variabel
bebasnya.
Terjadinya
multikolinieritas
di
antara variabel bebas
dapat
dilihat
dari
besaran
nilai
VIF
(Variance
Inflation
Faktor) dan Tolerence.
Model
regresi
yang
bebas
dari
gejala
multikolinieritas
mempunyai besaran VIF
dan Tolerance di sekitar
angka 1 atau kurang dari
angka 5. Sehingga dapat
dikatakan bahwa model
regresi tidak terdapat
problem multikolinieritas
c. Uji Auto Korelasi
Uji
autokorelasi
digunakan
untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya penyimpangan
asumsi
klasik
autokorelasi
yaitu
korelasi
yang
terjadi
antara residual pada satu
pengamatan
dengan
pengamatan lain pada
S
c
a
te
rp
lo
t
2
0
--2
4-3-2
-t1
12
R
e
g
rs
io
n
S
a
n
d
rize
d
P
r0e
d
ic
te
d
V
a
lu
e
R
e
g
rsio
n
S
tu
d
e
n
tize
d
R
e
s
id
u
a
l
3.
a. Uji Hipotesis
a) Uji t
Uji
t
digunakan
untuk menguji apakah
suatu variabel bebas
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
Motivasi berperilaku
sehat (X1)
Kepatuhan
berperilaku sehat (X2)
Standardized
Coefficients
Beta
Collinearity
Statistics
Correlations
Zeroorder
Partial
B
26.524
Std. Error
3.198
t
8.294
Sig.
.000
.365
.079
.456
4.617
.000
.689
.551
.396
.754
1.327
.463
.097
.469
4.748
.000
.695
.561
.407
.754
1.327
(motivasi
dan
kepatuhan berperilaku
sehat) secara parsial
berpengaruh terhadap
variabel terikat (mutu
perilaku sehat).
Untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh
antara
variabel
independen
(motivasi
dan
kepatuhan
berperilaku
sehat)
terhadap
variabel
dependen
(mutu
perilaku sehat) secara
parsial. Maka dapat
dilakukan
dengan
melihat P (probabilitas)
atau signifikansi (taraf
kepercayaan)
signifikansi t dengan
alpha (0,050).
Part
Tolerance
VIF
Uji F
Uji F digunakan
untuk
mengetahui
tingkat
pengaruh
variabel
independen
yaitu
motivasi
berperilaku sehat (X1),
dan
kepatuhan
berperilaku sehat (X2)
terhadap
variabel
dependen
mutu
perilaku sehat (Y).
Untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh
Gambar
5.17
Grafik
Scatterplot Mutu Perilaku
antara variabel bebas
Sehat Tunanetra (Y)
(X) terhadap variabel
terikat
(Y)
secara
simultan. Maka dapat
dilakukan
dengan
membandingkan
P
(probabilitas)
atau
pada taraf kepercayaan
(signifikansi) F dengan
alpha
(0,050).
Berdasarkan
keterangan
diatas
dapat
ditarik
kesimpulan apakah Ho
atau
Ha
tersebut
diterima atau ditolak.
Tabel
1
Proporsi
Tunanetra
Berdasarkan
usia,
jenis
kelamin,
derajat
penglihatan
dan
lama
direhabilitasi di UPT Rehabilitasi Sosial
Cacat netra Kota Malang
Kategori
Usia
Jenis
Kelamin
Laki-laki
perempua
n
Lama
Direhabilitasi
Derajat
Penglihatan
Low vision
Blindness
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
681.931
383.761
1065.692
df
2
49
51
Mean Square
340.966
7.832
F
43.536
Sig.
.000a
Hasil
Hasil penelitian yang
telah
dilaksanakan
pada
Mea
n
26
SD
7,1
3
Mi
n
18
Ma
x
44
N
(%)
62%
38%
21
11,
6
48
Berdasarkan tabel 1
usia
tunanetra
dapat
diketahui
dengan
Sd
sebesar 7,13 serta mean
atau rata rata penyandang
tunanetra berusia 26 tahun,
Karakteristik
tunanetra
berdasarkan jenis kelamin
diketahui
sebanyak
32
tunanetra (62%) berjenis
48%
52%
kelamin
laki-laki
dan
sebanyak 20 tunanetra (38%)
berjenis kelamin perempuan,
karakteristik
tunanetra
berdasarkan
lama
direhabilitasi didapatkan Sd
sebesar 11,6 dan mean atau
rata-ratanya
dengan
21
bulan
atau
2
tahun,
karakteristik
berdasarkan
derajat
penglihatan,
sebanyak 25 tunanetra (48
%) dengan low vision dan
sebanyak
27 tunanetra
(52%) dengan blindness.
Gambaran
mutu
perilaku
sehat
para
penyandang tunanetra dapat
dilihat berdasarkan motivasi
berperilaku sehat Tunanetra
di UPT Rehabilitasi Sosial
Cacat Netra Kota Malang
dapat dilihat pada Tabel
Tabel Persentase Mutu Perilaku
Sehat
Berdasarkan
Motivasi
Berperilaku Sehat Tunanetra di
UPT Rehabilitasi Sosial Cacat
Netra Kota Malang
45%
kurang
40%
35%
Motivasi berperilaku sehat sedang dengan mutu perilaku sehat
kurang
30%
25%
Motivasi berperilaku sehat tinggi dengan mutu perilaku sehat cukup
20%
Motivasi berperilaku sehat sedang dengan mutu perilaku sehat cukup
15%
10%
Motivasi berperilaku sehat tinggi dengan mutu perilaku sehat baik
5%
0%
Gambar
Grafik
Mutu
perilaku
Sehat
Para
penyandang
Tunanetra
Berdasarkan
Motivasi
Berperilaku
Sehat
Tunanetra
di
UPT
Rehabilitasi Sosial Cacat
Netra Kota Malang
Mutu Perilaku
Sehat
Bai
Cuk
Kura
k
up
ng
(42
(4%)
%)
(31
(17%
(2%)
%)
)
(2%)
(2%)
73%
23%
4%
Total
46%
50%
4%
(100
%)
berdasarkan
motivasi
berperilaku sehat, dengan
persentase tertinggi sebesar
42% tunanetra menunjukkan
memiliki
motivasi
berperilaku
sehat
tinggi
dengan mutu perilaku sehat
baik, skor terendah sebesar
2% tunanetra menunjukkan
memiliki
motivasi
berperilaku sehat sedang
dengan mutu perilaku sehat
kurang,
sebesar
2%
tunanetra
menunjukkan
memiliki
motivasi
berperilaku sehat rendah
dengan mutu perilaku sehat
cukup, dan sebesar 2%
tunanetra
menunjukkan
memiliki
motivasi
berperilaku sehat rendah
dengan mutu perilaku sehat
kurang.
sehat kurang
40%
Gambaran
mutu
perilaku
sehat
para
Kepatuhan berperilaku sehat sedang dengan mutu
perilaku
30%
sehat kurang
penyandang tunanetra yang
25%
Kepatuhan berperilaku sehat penuh dengan mutu perilaku
sehat cukup
paling sering dilakukan dan
20%
Kepatuhan berperilaku sehat sedang dengan mutu perilaku
yang kurang dilakukan oleh
sehat cukup
15%
Kepatuhan berperilaku sehat penuh dengan mutu perilaku
tunanetra di UPT Rehabilitasi
10%
sehat baik
Kepatuhan berperilaku sehat sedang dengan mutu
perilaku Cacat
Sosial
Netra Kota
5%
sehat baik
Malang dapat dilihat pada
0%
tabel 5.11
Gambaran mutu perilaku
sehat
para
penyandang
tunanetra
dapat
dilihat
berdasarkan
tingkat
Kepatuhan berperilaku sehat rendah dengan mutu perilaku
35%
sehat cukup
Kepatuh
an
Berperil
aku
Sehat
Penuh
Mutu Perilaku
Sehat
Baik
Cuk
Kura
up
ng
(4%)
39%
Sedang
(17%
)
(2%)
(2%)
57%
Rendah
(35
%)
(38
%)
-
(2%)
4%
Total
73%
23%
4%
(100
%)
Total
Mean
Mutu
Perilaku
terhadap
Makanan dan minuman :
1,46
1,91
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Perilaku
makanan
seimbang
mengkonsumsi
dengan
gizi
Makan-makanan bervariasi
Makan empat
sempurna
sehat
lima
c.
Menghindari merokok
Menghindari alkohol
Minum
kadang
alkohol
kadang-
a.
b.
c.
d.
Tabel 5.11 Bentuk Motivasi
berperilaku
Sehat
Para
Penyandang Tunanetra di UPT
Rehabilitasi Sosial Cacat Netra
Kota Malang
e.
f.
g.
h.
1,32
1,17
1,51
1,3
1,55
Merokok kadang-kadang
Mutu Perilaku Sehat terhadap
alkohol dan obat-obatan
a.
b.
g
7
Membatasi
makanan
berlemak dan mengandung
kolesterol
a.
b.
Rangkin
rambut
Sering
dirambut
dua
merasa
hari
gatal
Mengganti
pakaian
pasang dalam sehari
dua
Menggosok
sehari
gigi
dua
kali
Menggosok
malam
gigi
pari
dan
Mencuci
makan
tangan
1,73
1,53
1,92
1,74
1,61
1,82
1,8
1,79
1,96
1,86
1,67
1,84
1,82
1,76
1,32
1,67
1,96
sebelum
i.
Mencuci
tangan
dengan
sabun
Mutu Perilaku Sehat terhadap
kebersihan lingkungan
a.
Menggunakan
saat mandi
air
bersih
1,77
1,88
1,67
b.
5
1,71
a.
a.
b.
c.
d.
Memelihara
tetap ideal
Olahraga
seminggu
Berolahraga
bugar
berat
badan
kali
dalam
agar
tetap
Mengikuti
kelompok
1,74
1,57
1,88
1,94
1,55
1,76
1,77
1,94
kegiatan
e.
a.
b.
c.
Melakukan pekerjaan
kegiatan yang disukai
Mengekspresikan
ke orang lain
Mengatasi
stressor
dan
perasaan
masalah
1,48
1,28
2
atau
d.
Mea
Rangki
n
2,42
ng
8
2,78
3,44
2,96
a.
Makanan
yang
telah
disediakan
membuat
semangat
Motivasi
Berperilaku
Sehat
terhadap merokok dan alkohol
a.
Menghindari
rokok,
alkohol agar tetap sehat
Motivasi
Berperilaku
Sehat
terhadap kebersihan diri
a.
a.
b.
Piket
membersihkan
tempat tinggal membuat
semangat
Lingkungan
bersih
menurunkan resiko sakit
dan penyakit
3,32
3,28
2,3
3,25
2,83
3,21
3,01
a.
Mencari
informasi
berkaitan
dengan
kesehatan
Motivasi
Berperilaku
Sehat
terhadap aktivitas
a.
b.
c.
Menikmati
olahraga
kegiatan
Meningkatkan
kegiatan
olahraga secara rutin
Mengikuti
olahraga
3,15
1,96
kegiatan
d.
2,67
3,28
a.
a.
Menyediakan
bersantai
waktu
a.
b.
Sehat
Mengikuti
istirahat
Kepatuhan
Berperilaku
terhadap Stress
3,02
3,23
2,82
jadwaal
7
Sehat
2,73
a.
a.
5
3
Gambaran
Mutu
perilaku
Sehat
Para
penyandang
Tunanetra
Berdasarkan
Motivasi Berperilaku Sehat
Tunanetra di UPT Rehabilitasi
Sosial
Cacat
Netra
Kota
Malang
6.4