Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya Laporan Tutorial
Skenario D Blok 25 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Adapun laporan ini bertujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu akan penyelesaian dari
skenario yang diberikan, sekaligus sebagai tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat dalam
pembuatan laporan ini.
Tak ada gading yang tak retak. Tim Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan.

Tim Penyusun

KEGIATAN TUTORIAL
Tutor

: dr. H.M.A. Husnil Farouk, M.P.H, P.K.K.

Moderator

: Anish Kumar

Sekretaris Meja

: Putri Beauty Oktovia

Pelaksanaan

: 18 Mei 2015 dan 20 Mei 2015


10.00-12.00 WIB

Peraturan selama tutorial :


1. Sebelum menyampaikan pendapat harus mengacungkan tangan
2. Alat komunikasi dan gadget hanya boleh digunakan untuk keperluan diskusi, namun

dalam mode silent dan tidak mengganggu berlangsungnya diskusi


3. Minum diperbolehkan, namun tidak untuk makan
4. Bila ingin izin keluar, diharapkan melalui moderator

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................................................

Kegiatan Tutorial ..........................................................................................................

Daftar Isi .......................................................................................................................

Skenario .........................................................................................................................

Klarifikasi Istilah ..........................................................................................................

Identifikasi Masalah ......................................................................................................

Analisis Masalah ..........................................................................................................

Hipotesis ........................................................................................................................

24

Kerangka Konsep ..........................................................................................................

24

Sintesis ...........................................................................................................................

26

1. Biostatistik .............................................................................................................

26

2. Penelitian Epidemiologi .........................................................................................

29

Kesimpulan ...................................................................................................................

41

Daftar Pustaka ...............................................................................................................

42

I. SKENARIO

Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad


memiliki masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka
Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah
kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persalinan
seperti partus macet dan pendarahan postpartum.
Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan
masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan penelitian
pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan penelitian
epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan lahir dan status gizi
ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu hamil aterm yang
menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi. Sampel diikuti sampai
semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang
kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil yang cukup gizi.
Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa
kehamilan dan BBLR.

II. KLARIFIKASI ISTILAH


1. Puskesmas

= Fasilitas kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan.

2. BBLR

= Berat bayi lahir kurang dari 2500 gram.

3. Partus macet

= Kesulitan dari persalinan normal.

4. Perdarahan post partum = Perdarahan yang terjadi setelah melahirkan.


5. Penyulit persalinan

= Hal-hal

yang

menyulitkan

persalinan normal.

III.

IDENTIFIKASI MASALAH

proses

berlangsungnya

1.

Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad memiliki
masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka
Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), masalah
kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan penyulit persalinan
seperti partus macet dan pendarahan postpartum.

2.

Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan
masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan
penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan
penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan lahir
dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100 sampel ibu
hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang cukup gizi.
Sampel diikuti sampai semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi BBLR pada
kelompok ibu hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada kelompok ibu hamil
yang cukup gizi.

3.

Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa
kehamilan dan BBLR.

IV.

ANALISIS MASALAH
1.

Puskesmas yang berada di wlayah Kecamatan A dipimpin oleh dr. Achmad memiliki
masalah kesehatan penting pada masyarakatnya yaitu masih tingginya Angka
Kematian Bayi, tingginya prevalensi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR),
masalah kekurangan gizi pada ibu hamil dan balita, serta komplikasi dan
penyulit persalinan seperti partus macet dan pendarahan postpartum.
1.1

Apa yang dimaksud dengan angka kematian bayi?


Jawab:
Angka kematian bayi (AKB) secara umum digunakan sebagai indikator untuk
menilai kualitas perawatan kesehatan ibu dan anak dalam suatu populasi.
Angka kematian bayi tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang
terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun
(BPS).

Angka yang menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap
1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai
probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan
dengan per seribu kelahiran hidup).
1.2

Apa rumus angka kematian bayi?


Jawab:
Rumus menghitung angka kematian bayi :
IMR : infant mortality rate
IMR = Jumlah kematian bayi kurang dari 1 tahun dalam 1 tahun
------------------------------------------------------------------------------------------------

x 1000

Jumlah kelahiran hidup dalam 1 tahun tersebut

Angka Kematian Neonatal Dini


Jumlah kematian bayi 7 hari
Jumlah lahir hidup pada interval yang sama

Angka Kematian Neonatal


Jumlah kematian bayi > 7 hari s/d < 28 hari
Jumlah lahir hidup pada interval yang sama

1.3

Apa penyebab dari angka kematian bayi tinggi? Jelaskan!


Jawab:
a.

Masalah Neonatus
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pada masa
neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Komplikasi yang menjadi
penyebab kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan
infeksi. Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani. Namun
terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan tenaga
kesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan
dengan baik, terlambatnya deteksi dini dan kesadaran orang tua untuk
mencari pertolongan kesehatan.

b.

Penyakit Infeksi
Masalah kedua penyebab kematian pada bayi dan terutama balita adalah
penyakit infeksi, diare dan pneumonia, gastroenteritis, dehidrasi.

Pencegahan, deteksi dini, serta penanganan yang cepat dan tepat dapat
menekan kematian yang diakibatkan penyakit ini Diare erat kaitannya
dengan perilaku hidup bersih dan sehat, ketersediaan air bersih, serta
sanitasi dasar. Pneumonia terkait erat dengan indoor and outdoor pollution
(polusi di dalam dan di luar ruangan), ventilasi, kepadatan hunian, jenis
bahan bakar yang dipakai, kebiasan merokok, status gizi, status imunisasi
dan lama pemberian ASI . Sosialisasi yang terkait dengan upaya
pencegahan dan deteksi dini serta mengurangi faktor resiko menjadi hal
penting.
c.

Gizi Kurang dan Gizi Buruk


Seperti marasmus, kwarshiorkor. Gangguan pertumbuhan akibat gizi
buruk tidak hanya terjadi di daerah yang kurang pangan. Tidak hanya juga
terjadi pada keluarga dengan kondisi sosial ekonomi rendah. Bahkan di
daerah penghasil pangan masih terjadi kasus gizi buruk. Pun di perkotaan
dan ditengah keluarga dengan kondisi sosial ekonomi menengah.
Penyebab gizi kurang dan gizi buruk dapat dipilah menjadi tiga hal, yaitu:
pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan; penyakit infeksi;
ketersediaan pangan. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dari tahun 2007 ke 2010, untuk gizi
kurang tetap 13,0 dan untuk gizi buruk, dari 5,4 menjadi 4,9.

d.

Penyebab Kematian Bayi dan Balita Tidak Langsung


Beberapa faktor menjadi penyebab tidak langsung kematian bayi dan
balita. Dari sisi kebutuhan (demand), antara lain adalah sosial ekonomi
yang rendah, pendidikan ibu, kondisi sosial budaya yang tidak
mendukung, kedudukan dan peran perempuan yang tidak mendukung,
akses sulit, serta perilaku perawatan bayi dan balita yang tidak sehat.
Sementara ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan yang belum
merata,

kesinambungan

pelayanan

KIA

yang

belum

memadai,

pembiayaan pelayanan KIA yang belum memadai, menyumbangkan


masalah dari sisi supply.
e. Kurangnya Ketersediaan dan Penyebaran Tenaga Kesehatan
Bila dilihat ketersediaan bidan di desa, masih banyak desa yang tidak
memiliki bidan. Hanya provinsi di pulau Jawa dan sebagian kecil
Sumatera yang melebihi 80% desa yang memiliki bidan. Papua dan Papua
7

Barat barkisar antara 20-40%, sebagian besar provinsi di pulau


Kalimantan baru 40-60% desa yang memiliki bidan. Dari penyebarannya
terlihat, sebagian besar masih berkumpul di pulau Jawa. Kendala bagi
keberadaan bidan di desa antara lain:
Di kabupaten tertentu jumlah bidan tidak sesuai dengan jumlah desa.
Untuk itu perlu dilihat ketersediaan dan pemanfaatan perawat di desa.
Bidan desa tidak bertempat di desa sesuai dengan Surat Keputusan
Bupati
Tidak adanya reward dan punishment bagi bidan desa
1.4

Apa yang dimaksud dengan prevalensi?


Jawab:
Prevalensi adalah gambaran tentang frekuensi penderita lama dan baru yang
ditemukan dalam jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu.
Angka prevalensi adalah jumlah keseluruhan orang yang sakit yang
menggambarkan kondisi tertentu yang menimpa sekelompok penduduk
tertentu pada titik waktu tertentu (Point prevalen) atau periode waktu tertentu
(Period prevalence), tanpa melihat kapan penyakit itu dimulai dibagi dengan
jumlah penduduk pada titik waktu dan periode waktu tertentu.
Prevalensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita suatu penyakit
atau kondisi pada waktu tertentu; pembilang dari angka ini adalah jumlah
kasus yang ada dengan kondisi pada waktu tertentu dan penyebutnya adalah
populasi total (Dorland, 2002).

1.5

Apa yang dimaksud dengan BBLR?


Jawab:
Sebelum tahun 1961 definisi BBLR dimasukan kedalam kategori bayi yang
prematur. Setelah periode tersebut WHO mendefinisikan BBLR sebagai
kelompok bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram terlepas dari
usia kehamilan, baik prematur atau cukup bulan. (Depkes RI, 2009; Unicef,
2004; WHO, 1961)

1.6

Bagaimana rumus perhitungan prevalensi BBLR?


Jawab:
Rumus Perhitungan Prevalensi BBLR:
Jumlah seluruh kelahiran dengan berat < 2500 g X 1000
Jumlah seluruh lahir hidup

1.7

Ada berapa macam prevalensi rate? Jelaskan!


Jawab:

Nilai Prevalensi Point


Prevalensi dari penyakit atau kondisi kesehatan pada saat utamanya waktutitik ( sebagai contoh jumlah atau rasio individual dengan keluaran kondisi
kesehatan spesifik pada saat perhitungan dilakukan. Rasio prevalensi titik
dri penyakit pada 1000 populasi, sebagi contoh dihitung dengan
meggunakan rumus:
Jumlah dari Individu dengan penyakit pada saat waktu titik X 1000
Populasi pada saat itu

Nilai Prevalensi Period


Mengukur prevalensi bukan sebagai suatu permasalahan tersendiri pada
satu waktu, namun sebagai periodeyang sedang berlangsung ( biasanya
tahun yang spesifik). Rasio prevalensi period (orang) menyajikan proporsi
populasi dengan manifestasi penyakit pada berbagai waktu selama periode.
Rumus yang digunakan yaitu:

Pembilang merupakan angka dari orang dengan penyakit selam periode


yang berlangsung, termasuk orang dengan penyakit yang lebih dulumulai
terjadi. Lebih sering diperkirakan dengan menggunakan poplasi pada peride
tengah, atau dengan merata-ratakan ukuran dari populasi pada saat awal dan
akhir periode.

1.8

Kapan kita lakukan perhitungan prevalensi rate?


Jawab:
Dilakukan perhitungan ketika kita mau menilai kondisi kesehatan komunitas
pada kondisi normal atau ketika kita ingin menentukan angka kejadian
penyakit tertentu.
Angka prevalensi : Menunjukkan derajat dari keberadaan penyakit dalam
suatu komunitas per unit populasi.

Angka poin prevalensi : perhitungan dikerjakan dalam periode waktu yang


singkat.

Angka periode prevalensi : digunakan sebagai indikator pada periode


waktu tertentu, dan menggunakan populasi tengah populasi.

1.9

Apa yang dimaksud dengan kekurangan gizi?


Jawab:
Kekurangan gizi adalah suatu keadaan yang diakibatkan oleh kurangnya
asupan zat gizi dari makanan sehingga berdampak pada timbulnya masalah
kesehatan. Defisiensi adalah bagian dari kejadian malnutrisi. Malnutrisi sendiri
terdiri atas defisiensi atau kelebihan dan kekurangan gizi. Defisiensi zat gizi
meliputi defisiensi zat gizi makro (karbohidrat, protein dan lemak) dan
defisiensi zat gizi mikro (vitamin dan mineral).

1.10 Mengapa ibu hamil bisa kekurangan gizi?


Jawab:

Diet yang ketat

Usia ibu yang masih sangat muda

Kehamilan kembar

Jarak kehamilan yang rapat

Tingkat aktivitas fisik yang tinggi

Penyakit-penyakit tertentu yang menyebabkan malabsorbsi

Masalah ekonomi seperti kemiskinan dan harga pangan

Berpendidikan rendah (Pengetahuan ibu hamil tentang gizi beserta


makanannya)

10

Kondisi tertentu seperti hamil dan menyusui dapat mengakibatkan


defisiensi zat besi karena kebutuhan ibu meningkat karena ada janin

Merokok dapat mengakibatkan terjadinya defisiensi B-12

Perubahan iklim

Sakit dapat menyebabkan terjadinya defisiensi karena dapat mengganggu


penyerapan dan asupan makanan. Contohnya pada orang yang mengalami
infeksi diare akan sangat kurus

Kurangnya asupan dalam makanan dapat muncul secara langsung ataupun


setelah sekian lama.

Konsumsi obat legal (antibiotik dan phenytoin) maupun obat ilegal


(narkoba).

1.11 Kapan ibu hamil dikatakan kurang gizi?


Jawab:
Ibu hamil dikatakan menderita KEK (kurang energi kronis) dilihat dari
pengukuran LILA (lingkar lengan atas), adapun ambang batas LILA WUS (ibu
hamil) dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LILA
kurang dari 23,5 cm atau dibagian merah pita lila, artinya wanita tersebut
mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan bayi berat lahir
rendah (BBLR). BBLR mempunyai resiko kematian, gizi kurang, gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ibu hamil dikatakan kurang gizi ketika ditemukan tanda dan gejala berikut ini.
1. Perdarahan. Timbulnya vlek atau spot darah, terutama di awal-awal
kehamilan, bisa jadi tanda
2. Rasa nyeri hebat di sekitar perut.
3. Demam tinggi. Bisa menjadi indikator dari anemia,
4. Sesak napas.
5. Gangguan penglihatan.
6. Sakit kepala.

11

1.12 Apa yang dimaksud dengan penyulit persalinan?


Jawab:
Penyulit persalinan atau distosia berarti persalinan yang sulit dan ditandai oleh
terlalu lambatnya kemajuan persalinan. Secara umum, persalinan yang
abnormal sering terjadi apabila terdapat disproporsi antara bagian presentasi
janin dan jalan lahir.
1.13 Apa saja jenis penyulit persalinan?
Jawab:
Dilatasi serviks atau penurunan janin yang tidak memadai
Persalinan memanjangkemajuan lambat
Persalinan macettidak ada kemajuan
Daya ekspulsif kurang memadaimendorong kurang
efektif
Disproporsi fetopelvik
Ukuran janin berlebihan
Kapasitas panggul kurang memadai
Malpresentasi atau posisi janin
Pecah ketuban tanpa diikuti persalinan
Faktor penyebab terjadinya penyulit dalam persalinan kala II
1.

Atonia Uteri
Atonia uteri (relaksi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi dalam 15
detik setelah di lakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). Hal
ini merupakan penyebab perdarahan post partum yang paling penting dan
terjadi setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri
dapat menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya
syok hipovolemik. Penyebab terjadinya atonia uteri antara lain gemeli,
makrosima, polihidramnion,umur yang terlalu muda atau terlalu tua,
multipara dengan jarak kelahiran pendek, partus lama, atau dapat juga
karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta.

2.

Retensio Plasenta
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah
jam setelah kelahiran bayi. Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio

12

plasenta (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena


dapat menyebabkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda
mati, dapat terjadi plasenta inkarseta, dapat terjadi polip plasenta, dan
terjadi degerasi ganas korio karsioma. Sewaktu bagian plasenta tertinggal
maka uterus tidak dapat berkontaksiu secara efektif dan keadaan ini dapat
menimbulkan perdarahan.
Gejala dan tanda yang biasa ditemui adalah perdarahan segera, uterus
berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Secara fungsional retensio plasenta terjadi karena his kurang kuat dan
plasenta sukar telepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba), bentuknya
(plasenta membranesea, plasenta anularis), dan ukurannya (plasenta yang
ukurannya kecil ). Plasenta yang sukar lepas karena penyebab diatas
disebut plasenta adhesive. Tanda dan gejala retensio plasenta yaitu
plasebta belum lahir selama 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus
baik. Adapun geja yang kadang-kadang timbul yaitu tali pusat tputus
akibat traksi berlebihan, inverse uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
3.

Emboli Air Ketuban


Emboli air ketuban merupakan salah satu penyebab syok dalam kebidanan
yang bukan disebabkan karena perdarahan, penyebabnya yaitu masuknya
air ketuban melalui vena endoserviks atau sinus vena endoserviks atau
sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan plasenta, masuknya
air ketuban yang mengandung rambut lanugo, verniks caseosa dan
mekonium ke dalam peredaran darah ibu akan menyumbat pembuluhpembuluh kapiler dalam paru-paru ibu, selain itu zat-zat dari janin tersebut
juga menimbulkan reaksi anafilaksis yang keras dan gangguan pembekuan
darah.
Penyebab dari enboli air ketuban yaitu adanya his yang kuat dan terutama
terus menerus, misanya pada pemberian utorotonika yang berlebihan
dimana ketuban sudah pecah biasanya pada akhir kala I atau segera setela
bayi lahir.

4.

Robekan Jalan Lahir


Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya vagina,
perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri yang khas dari robekan jalan
13

lahir yaitu kontraksi uterus yang kuat, keras dan mengecil. Perdarahan
terjadi langsung setelah bayi lahir. Perdarahan ini terus menerus setelah di
lakukan

masase

pemberian

utorotonika

langsung

mengeras

tapi

perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan apapun robekan jalan lahir


harus dapat di minimalkan karena tak jarang perdarahan terjadi kerena
robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti terjadinya syok.
Macam-macam robekan yang dapat terjadi melalui jalan lahir
a. Robekan perineum
Robekan perineum terjadi hampir pada semua persalinan pertama dan
tidak jarang pula pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat di
hindarkan atau di kurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar
panggul di lalui oleh kepala janin dengan cepat. Robekan perineum
ini di bagi menjadi derajat I, 2, 3, dan derajat 4.
b. Robekan Vagina
Robekan vagina dapat terjadi karena disebabkan oleh persalinan
buatan atau cunam, vagina yang sempit, lanjutan dari laserasi serviks,
posisi oksipito posterior, bayi besar, kepala bayi terlalu cepat lahir,
kepala bayi di putar setelah sesaat kepala bayi lahir.
c. Robekan Serviks
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Oleh karena
itu, robekan yang harus mendapat perhatian kita adalah robekan yang
dalam yang kadang-kadang sampai ke vornik. Robekan biasanya
terdapat di pinggir samping serviks bahkan kadang-kadang sampai ke
segmen bawah rahim dan membuka parametrium.
d. Robekan yang sedemikian dapat membuka pembuluh-pembuluh
darah darah yang besar dan menimbulkan perdarahan yang hebat.
Robekan seperti ini biasanya terjadi pada persalinan buatan, ektraksi
dengan forceps, ekstraksi pada letak sungsang, versi dan aktraksi,
dekapitasi, pervorsi, dan kraniokasi terutama jika di lakukan pada
pembukaan yang belum lengkap. Robekan ini jika tidak dijahit selain
menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi penyebab servisitis,
parametritris, dan mungkin juga terjadi pembesran karsinoma serviks,
kadang-kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat.
e. Robekan Uteri (Ruptur Uteri)
14

Faktor predisposisi yang mnyebabkan rupture uteri yaitu multipara,


pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan yang tidak tepat,
kelainan letak dan implantasi plasenta misalnya pada plasenta akreta,
plasenta inkerta atau perkata, kelainan bentuk uterus, hidramnion.
f.

Inversion Uteri
Suatu keadaan dimana fundus uteri masuk kedalam kavum uteri,
dapat terjadi secara mendadak ataupun perlahan.

1.14 Apa saja faktor resiko dari penyulit persalinan?


Jawab:
Faktor Ibu :
a.a.

Usia ibu > 35 tahun dan <20 tahun.

a.b.

Paritas (jumlah persalinan yang telah dilakukan ibu, paritas yang aman

2-3).
a.c.

Riwayat kelahiran preterm sebelumnya.

a.d.

Jarak kehamilan dan bersalin yang terlalu dekat kurang dari 2 tahun.

a.e.

Hipertensi kehamilan

a.f. Malnutrisi
a.g.

Anemia

a.h.

Kelainan uterus

a.i. Penyakit jantung


a.j. Penyakit infeksi
Faktor kehamilan:
a. Perdarahan antepartum
b. Preeklamsi/ eklamsi
c. Hidramnion
d. Pecah ketuban dini
Faktor Gaya Hidup:
a. Konsumsi obat
b. Minum alkohol
c. Perokok
Faktor Janin:
a. Gemeli
15

b. Kelainan letak janin


c. Kelainan kongenital
2.

Dr. Achmad menduga ada kaitan antara BBLR dan penyulit persalinan dengan
masalah kekurangan gizi pada ibu hamil, sehingga memutuskan mengadakan
penelitian pada populasi di kecamatan tersebut. Maka disiapkan rancangan
penelitian epidemiologis, dengan mengambil variabel penelitian Berat Badan
lahir dan status gizi ibu dengan kehamilan aterm. Dr. Achmad mengambil 100
sampel ibu hamil aterm yang menderita kurang gizi dan 100 sampel ibu hamil yang
cukup gizi. Sampel diikuti sampai semuanya melahirkan bayi. Terdapat 80 bayi
BBLR pada kelompok ibu hamil yang kurang gizi, dan 10 bayi BBLR pada
kelompok ibu hamil yang cukup gizi.
2.1

Apa yang dimaksud dengan populasi?


Jawab:
Populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang
ingin diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut
ukuran populasi, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri/karakteristik
populasi disebut parameter (Sugiarto,dkk,2001).
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek dan subyek yang
menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 1997 : 57),
Menurut Nawawi (1985 : 141) pengertian dari populasi itu adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai
sekumpulan objek yang lengkap.
Dari kedua pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa populasi adalah
objek maupun subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syaratsyarat tertentu dengan masalah penelitian.
Dalam buku Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (Prof. Sudigdo),
menyatakan bahwa populasi dalam bahasa sehari-hari sering dikaitkan dengan
jumlah penduduk di suatu tempat atau suatu negara. Dalam penelitian,
populasi adalah sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik tertentu.

16

2.2

Ada berapa macam populasi? Sebutkan dan jelaskan macam-macamnya!


Jawab:
a. Populasi target

Sasaran akhir penerapan hasil penelitian, sementara banyak ahli sering


menyebut dengan ranah atau domain. Populasi target sifatnya umum,
ditandai dengan karakteristik demografis (kelompok usia, jenis kelamin),
dan karakteristik klinis (misalnya sehat, osteoporosis). Contohnya: anak
sehat, remaja pengguna narkoba, ibu hamil dengan gizi kurang, dll.
a. Populasi terjangkau
Sering disebut sebagai populasi sumber yakni populasi yang dapat
dijangkau oleh peneliti. Populasi terjangkau adalah bagian dari populasi
targer yang dibatasi oleh tempat dan waktu.
2.3

Apa yang dimaksud dengan rancangan penelitian epidemiologis?


Jawab:
Rancangan penelitian disusun sedemikian rupa sehingga dapat menuntun
peneliti untuk dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti. Pada
hakekatnya desain penelitian merupakan suatu wahana untuk mencapai tujuan
peneliti, yang juga berperan sebagai rambu-rambu yang akan menuntun
peneliti dalam seluruh proses penelitian.

2.4

Ada berapa macam rancangan penelitian epidemiologis? Jelaskan!


Jawab:
Ada tiga macam, yaitu:
a. Rancangan Penelitian Cross Sectional
Populasi
(sampel)

Faktor resiko +

Efek +

Faktor resiko

Efek -

Efek +

b. Rancangan Penelitian Case Control

17

Kasus
(kelompok
dengan
subyek
efek)

Efek -

Faktor resiko +

Retrospek

Faktor resiko

Populasi
(sampel)
Faktor resiko +

Retrospek

Faktor resiko

Kontrol
(kelompok
subyek
tanpa
efek)

c. Rancangan Penelitian Cohort

Populasi
(sampel)

2.5

Faktor
resiko
+

Prospek
tif

Faktor
resiko
+

Prospek
tif

Efek +
Efek Efek +
Efek

Apa yang dimaksud dengan variabel?


Jawab:

Hatch & Farhady, (1981): variabel didefinisikan sebagai atribut seseorang


atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau
satu objek dengan objek yang lain.

Karlinger (1973): variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.

Kidder (1981): variabel adalah suatu kualitas (qualities) dimana peneliti


mempelajari dan menarik kesimpulan darinya.

Sugiyono (2009:38): variabel penelitian pada dasarnya adalah segala


sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.

Catatan: Dalam pembuatan skripsi di Fakultas Kedokteran Unsri, variabel


adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya.

18

2.6

Ada berapa macam variabel?


Jawab:
Dalam terminologi Metodologik, dikenal beberapa macam variabel penelitian.
Berdasarkan hubungan antara satu variabel satu dengan variabel yang lain,
maka macam macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel ini sering disebut sebagai Variabel Stimulus, Predictor, Antecedent,
Variabel Pengaruh, Variabel Perlakuan, Kausa, Treatment, Risiko, atau
Variable Bebas. Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau
Pemodelan Persamaan Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai
Variabel Eksogen. Variabel Bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel Dependen
(terikat). Dinamakan sebagai Variabel Bebas karena bebas dalam
mempengaruhi variabel lain.
b. Variabel Dependen (Variabel terikat)
Sering disebut sebagai Variabel Out Put, Kriteria, Konsekuen, Variabel
Efek, Variabel Terpengaruh, Variabel Terikat atau Variabel Tergantung.
Dalam SEM (Structural Equation Modeling) atau Pemodelan Persamaan
Struktural, Variabel Independen disebut juga sebagai Variabel Indogen.
Variabel Terikat merupakan Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas. Disebut Variabel Terikat karena
variabel ini dipengaruhi oleh variabel bebas/variabel independent.
c. Variabel Moderator
Variabel Moderator adalah variabel yang mempengaruhi (Memperkuat dan
Memperlemah) hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat.
Variabel Moderator disebut juga Variabel Independen Kedua.
d. Variabel Intervening
Dalam hal ini Tuckman (1988) menyatakan variabel intervening adalah
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara Variabel
Bebas dengan Variabel Terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur.
Variabel ini merupakan variabel Penyela/Antara yang terletak diantara
Variabel Bebas dan Variabel Terikat, sehingga Variabel Bebas tidak secara
langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya Variabel Terikat.

19

e. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel Kontrol sering
dipakai oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat membandingkan,
melalui penelitian eksperimental.
2.7

Bagaimana hubungan antar variabel?


Jawab:
Pada kasus skenario didapatkan variabel penelitian sebagai berikut:
a. Status gizi ibu dengan kehamilan atterm
Status gizi pada kasus termasuk dalam variabel independen atau variabel
bebas, merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen.
b. Berat badan lahir
Berat badan lahir pada kasus termasuk dalam variabel dependen atau
variabel terikat, merupakan yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.

20

2.8

Apa yang dimaksud dengan sampel?


Jawab:
Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili
populasi dalam penelitian. (Prof. Sudigdo).
Catatan: Dalam pembuatan skripsi di Fakultas Kedokteran Unsri, sampel
adalah bagian dari populasi terjangkau.

2.9

Bagaimana cara mengambil sampel?


Jawab:
Ada beberapa teknik dalam pengambilan sampel, namun secara garis besar
dapat dibagi menjadi dua:
a. Probability Sampling atau Random Sampling
Simple random sampling, pengambilan sample secara acak sederhana, ialah
sebuah sample yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian
atau satuan elemen dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih menjadi sample.
Metode yang digunakan dengan cara
(1) undian (digoncang seperti arisan),
(2) ordinal (angka kelipatan),
(3) tabel bilangan random
Proportionate stratified random sampling, misal dengan siswa sebagai
sampelnya, maka perlu ada klasifikasi siswa berdasar strata (misal kelas I,
II dan III).
Disproportional stratified random sampling

Area Sampling, teknik pengambilan sample berdasar wilayah.

Kluster sampling, teknik pengambilan sample berdasar gugus atau


clusters, misal: sebuah penelitian ingin mengetahui pendapatan keluarga
dalam suatu desa, dengan berbagai klaster, missal dari segi pekerjaan:
Tani, Buruh, PNS, Nelayan.

21

b. Non-Probability Sampling
Non probability sampling terdiri dari:

Sampling sistematis, yaitu memilih sampel dari suatu urutan daftar


menurut urutan tertentu, missal tiap individu urutan no ke-n (10, 15, 20
dst).

Sampling kuota, (quota sampling), teknik sampling yang didasarkan


pada terpenuhinya jumlah sample yang diinginkan (ditentukan).

Sampling aksidental, sample yang diambil dari siapa saja yang kebetulan
ada, misalnya dengan menanyai siapa saja yang ditemui dijalanuntuk
meminta pendapat tentang kenaikan harga sembako.

Purposive sampling, teknik pengambilan sample didasrkan atas tujuan


tertentu. (orang yang dipilih betul-betul memiliki kriteria sebagai
sampel).

Sampling jenuh (sensus).

Snowball sampling, dimulai dari kelompok kecil yang diminta untuk


menunjukkan kawan masing-masing. Kemudian kawan tersebut diminta
untuk menunjukkan kawannya lagi dan seterusnya sampai secukupnya.

2.10 Bagaimana menghitung besar sampel?


Jawab:
Untuk mengetahui ukuran sampel kita harus mengetahui jumlah populasi di
daerah tersebut. Apabila jumlah populasi 1000 dengan kesalahan 5%, maka
jumlah sampelnya 285.

22

3.

Dr. Achmad berharap menemukan hubungan antara faktor kurang gizi semasa
kehamilan dan BBLR.
3.1

Design apa yang digunakan dr. Achmad dalam penelitian nya? Bagaimana
proses penelitian yang dilakukan dr. Achmad?
Jawab:
dr. Achmad melakukan penelitian dengan design Cohort karena beliau ingin
melihat adanya hubungan antara status gizi ibu hamil dengan BBLR secara
prospektif (sampel diikuti sampai semua ibu hamil melahirkan bayi).
Tabel Analisis Kohort :
Sampel
Ibu hamil kurang gizi

BBLR+
80 ()

BBLR 20 ()

Ibu hamil cukup gizi

= 45
10 ()

= 55
90 ()

= 45
90

= 55

Jumlah

Jumlah
100

110

100
200

*Keterangan:

Uji statistik yang digunakan yaitu chi square karena variabel tersebut adalah
variabel kategorik nominal dengan batas kepercayaan 95% atau
Sel a :
Sel b :
Sel c :
Sel d :
Jadi, chi square = 108
Pada tabel chi square 0,05 didapatkan 3,841.
df (degree of freedom) = (b-1) (k-1)
= (2-1) x (2-1) = 1
Kesimpulan: chi square pada tabel lebih kecil dari hitungan.
23

1. H0 tidak ada hubungan antara BBLR dengan ibu hamil kurang gizi
2. H1 ada hubungan antara BBLR dengan ibu hamil kurang gizi
Jadi, Ho ditolak H1 diterima.
3.2

Apa kesimpulan dari penelitian dr. Achmad?


Jawab:
Ada hubungan antara BBLR dengan gizi kurang pada ibu hamil dengan batas
kepercayaan 95%.

V. HIPOTESIS
Dr. Achmad mendapatkan laporan tingginya angka kematian bayi dan tingginya
prevalensi BBLR sehingga beliau ingin melakukan penelitian hubungan antara kurang
gizi semasa kehamilan dengan tingginya prevalensi BBLR.

VI.

KERANGKA KKKKKONSEP
Dipimpin oleh
Dr.achmad

Puskesmas
kecamatan A

Masalah :
1. AKB tinggi
2. Tingginya prevalensi BBLR
3. Ibu hamil dan balita kurang
gizi

Mengadakan penelitian pada populasi


tersebut

Variable
penelitia

24

Sampel
yang

Indipend
en

depende
n

Ibu hamil

Berat
badan

Ibu hamil
aterm

Sampel
diteliti

Sampel
kontrol

Ibu hamil
gizi

Ibu hamil
gizi baik

Penelitian diikuti
sampai melahirkan bayi
BBLR : 80
Sampel
diteliti

BBLR : 10

Sampel
kontrol

Hasil

Ada hubungan antara


BBLR dengan ibu hamil
gizi kurang dengan
kepercayaan 95%

VII.

SINTESIS
1. Biostatistik
Statistik adalah sekumpulan konsep dan metode yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menginterpretasi data tentang bidang kegiatan tertentu dan
mengambil kesimpulan dalam situasi yang ada ketidakpastian dan variasi.
Menurut sejarah kata statistik diambil dari bahasa Latin status yang berarti
negara. Untuk beberapa dekade, statistika semata-mata hanya dikaitkan dengan
penyajian

fakta-fakta

dan

angka-angka

tentang

situasi

perekonomian,

kependudukan dan politik yang terjadi di suatau negara. sampai sekarangpun

25

banyak kita jumpai laporan-laporan pemerintah yang memuata dokumentasi


numerik dan memakai judul Statistik Produksi Pertanian, Statistik tenaga
kerja, Statistik Pendidikan dan lain-lain sebagainya yang merupakan sisa-sisa
arti asli kata-kata statistik.
Biostatistik adalah data atau informasi yang berkaitan dengan masalah
kesehatan. Statistik kesehatan sangat bermanfaat untuk kepentingan administratif,
seperti merencanakan program pelayanan kesehatan, menentukan alternative
penyelesaian masalah kesehatan, dan melakukan analisis tentang berbagai penyakit
selama periode waktu tertentu. Statistik kesehatan dikenal dengan istilah
biostatistik. Biostatistik terdiri dari dua kata dasar yaitu bio dan statistik. Bio
berarti hidup, sedangkan statistik adalah kumpulan angka-angka. Sehingga secara
harfiah biostatistik adalah kumpulan angka-angka tentang kehidupan.
Jenis-jenis biostatistik
Statistik secara umum dibagi menjadi dua jenis yaitu statistic deskriptif dan
statistik inferensial.
I.

Statistik Deskriptif
Kegiatan mulai dari pengumpulan data, pengolahan, sampai mendapatkan
informasi dengan jalan menyajikan dan analisis data yang telah terkumpul.
Tujuan dari statistik deskriptif adalah memberikan gambaran tentang keadaan
yang berkaitan dengan penyakit atau masalah kesehatan berdasarkan data yang
telah dikumpulkan. Untuk data numerik informasi yang diberikan berupa
perhitungan nilai tengah (mean, median, modus), nilai variasi. Sedangkan untuk
data kategori informasinya adalah nilai proporsi/persentase.

II. Statistik Inferensial /statistik Induktif

Tujuan dari statistik inferensial adalah untuk menarik kesimpulan cirri-ciri


populasi berdasarkan data yang diperoleh melalui sampel. Statistik inferensial
merupakan kumpulan cara atau metode yang dapat mengeneralisasikan nilainilai dari sampel dikumpulkan menjadi nilai populasi. Hal ini dilakukan dengan
menggunakan teori estimasi atau uji hipotesis.
Pengertian Data
Menurut Luknis Sabri dan Sutanto. P.H (2010), data adalah bentuk jamak
26

(plural) dari kata dotum, data adalah himpunan angka yang merupakan nilai dari
unit sampel kita sebagai hasil mengamati/mengukurnya.
Sutanto (2007) mengemukakan data adalah merupakan kumpulan angka/huruf
hasil dari penelitian terhadap staf/karakteristik yang akan kita teliti. Data
merupakan materi mentah yang membentuk semua laporan riset (Dempsey, 2002).
Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa data adalah sekumpulan
informasi yang biasanya berbentuk angka yang dihasilkan dari pengukuran atau
penghitungan.
Jenis-Jenis Data
1.

Jenis Data Menurut Cara Memperolehnya


a)

Data Primer
Data primer adalah secara langsung diambil dari objek / objek penelitian
oleh peneliti perorangan maupun organisasi. Contoh: Mewawancarai
langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti preferensi konsumen
bioskop.

b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan
oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial
maupun

non

komersial.

Contohnya

adalah

pada

peneliti

yang

menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah.

2.

Macam-Macam Data Berdasarkan Sumber Data


a)

Data Internal
Data internal adalah data yang menggambarkan situasi dan kondisi pada
suatu organisasi secara internal. Misal : data keuangan, data pegawai, data
produksi, dsb.

b) Data Eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan situasi serta kondisi
yang ada di luar organisasi. Contohnya adalah data jumlah penggunaan
suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi pelanggan, persebaran
27

penduduk, dan lain sebagainya.


3.

Klasifikasi Data Berdasarkan Jenis Datanya


a)

Data Kualitatif adalah data yang berbentuk kualitas, seperti penyataan


terhadap KB yang dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu : setuju,
kurang

setuju,

tidak

setuju).

Berbentuk

kata-kata

atau

pengkategorian.Dalam mengolah data mengunakan komputer, kategori


tersebut harus dilakuka proses coding terlebih dahulu. Misalkan : untuk
setuju di beri kode 2, kurang setuju diberi kode 1 dan tidak setuju diberi
kode 0. Data Kualitatif disebut juga dengan data kategori.
b) Data Kuantitatif. Data dalam bentuk bilangan (numerik), misalnya :
jumlah balita yang mendapatkan imunisasi, Berat Badan Bayi. Diperoleh
dengan cara menghitung maupun mengukur. Data Kuantitatif disebut juga
dengan data numerik.
4.

Pembagian Jenis Data Berdasarkan Sifat Data


a)

Data Literal (diskrit) adalah data yang berbentuk

bilangan

bulat,

misalnya: Jumlah anak dalam keluarga, jumlah penyakit TBC, jumlah


kecelakaan jalan raya. Diperoleh dengan cara menghitung.
b) Data Kontinyu adalah data yang berbentuk rangkaian data, nilainya
berbentuk desimal. Misalnya : Tinggi Badan, Berat Badan, Tekanan
Darah. Diperoleh dengan cara mengukur.
5.

Jenis-jenis Data Menurut Waktu Pengumpulannya


a)

Data Cross Section


Data cross-section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu.
Contohnya laporan keuangan per 31 desember 2006, data pelanggan PT.
angin ribut bulan mei 2004, dan lain sebagainya.

b) Data Time Series / Berkala


Data berkala adalah data yang menggambarkan sesuatu dari waktu ke
waktu atau periode secara historis. Contoh data time series adalah data
perkembangan nilai tukar dollar amerika terhadap euro eropa dari tahun
2004 sampai 2006, jumlah pengikut jamaah Nurdin M. Top dan Doktor
Azahari dari bulan ke bulan, dan sebagainya.
2. Penelitian Epidemiologi

28

Definisi
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan
dan

kegunaan

tertentu.

Metode

penelitian

berhubungan

erat

dengan prosedur, teknik, alat, serta desain penelitian yang digunakan. Desain
penelitian harus cocok dengan pendekatan penelitian yang dipilih.
Prosedur, teknik, serta alat yang digunakan dalam penelitian harus cocok pula
dengan metode penelitian yang ditetapkan. Sebelum penelitian dilaksanakan,
peneliti perlu menjawab sekurang-kurangnya tiga pertanyaan pokok (Nazir, 1985)
yaitu:
1. Urutan kerja atau prosedur apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan suatu
penelitian?
2. Alat-alat (instrumen) apa yang akan digunakan dalam mengukur ataupun dalam
mengumpulkan data serta teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis
data?
3. Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut?
Jawaban atas ketiga pertanyaan tersebut memberikan kepada peneliti urutan-urutan
pekerjaan yang terus dilakukan dalam suatu penelitian. Hal ini sangat membantu
peneliti

untuk

mempermudah

mengendalikan

kegiatan

mengetahui

atau

kemajuan

tahap-tahap
(proses)

kegiatan

serta

penelitian. Metode

penelitian menggambarkan rancangan penelitian yang meliputi prosedur atau


langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, serta dengan
cara apa data tersebut diperoleh dan diolah/dianalisis. Dalam prakteknya terdapat
sejumlah metode yang biasa digunakan untuk kepentingan penelitian.

Macam-macam Metode Penelitian


Berdasarkan sifat-sifat masalahnya, Suryabrata (1983) mengemukakan
sejumlah metode penelitian yaitu sebagai berikut :
1. Penelitian Historis yang bertujuan untuk membuat rekonstruksi masa lampau
secara sistematis dan obyektif.
2. Penelitian Deskriptif yang yang bertujuan untuk membuat deskripsi secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah
tertentu.
29

3. Penelitian Perkembangan yang bertujuan untuk menyelidiki pola dan urutan


pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi waktu.
4. Penelitian Kasus/Lapangan yang bertujuan untuk mempelajari secara intensif
latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungansuatu obyek
5. Penelitian Korelasional yang bertujuan untuk mengkaji tingkat keterkaitan
antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan koefisien
korelasi
6. Penelitian Eksperimental suguhan yang bertujuan untuk

menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab akibat dengan melakukan kontrol/kendali


7. Penelitian Eksperimental semu yang bertujuan untuk mengkaji kemungkinan
hubungan sebab akibat dalam keadaan yang tidak memungkinkan ada
kontrol/kendali, tapi dapat diperoleh informasi pengganti bagi situasi dengan
pengendalian.
8. Penelitian Kausal-komparatif

yang

bertujuan

untuk

menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat, tapi tidak dengan jalan eksperimen tetapi


dilakukan dengan pengamatan terhadap data dari faktor yang diduga menjadi
penyebab, sebagai pembanding.
9. Penelitian Tindakan yang bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru
atau pendekatan baru dan diterapkan langsung serta dikaji hasilnya.
Jenis-jenis Metode Penelitian
1 Metode Kuantitatif
Metode penelitian kuantitatif dapat digunakan jika:
1.1.

Masalah yang merupakan titik tolak dari penelitian sudah jelas data-

datanya;
1.2.

Peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi,

tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat
menggunakan sampel yang diambil dari populasi;
1.3.

Ingin diketahui pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang

lain. Hal ini cocok jika menggunakan metode eksperimen yang merupakan
bagian dari metode kualitatif. Misalnya; ingin meneliti pengaruh jamu
tertentu terhadap derajad kesehatan;
1.4.

Peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian

30

dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif;


1.5.

Peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena

yang empiris dan dapat diukur;


1.6.

Ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas

pengetahuan, teori dan produk tertentu.


2. Metode Kualitatif
Metode penelitian kualitatif dapat digunakan jika:
1.1. Masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah
masih gelap. Sebab dengan metode kualitatif, peneliti langsung masuk ke objek
penelitian dan dapat melakukan eksplorasi secara mendalam;
1.2. Ingin memahami makna dibalik data yang tampak. Karena gejala sosial sering
tidak bisa dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan dilakukan orang;
1.3. Ingin memahami interaksi sosial. Karena interaksi sosial yang kompleks hanya
dapat diurai kalau peneliti melakukan penelitian dengan metode kualitatif
dengan cara berperan serta, wawancara mendalam terhadap interaksi sosial;
1.4. Ingin memahami perasaan orang. Karena perasaan orang sulit dimengerti kalau
tidak ikut serta merasakan apa yang dirasakan orang tersebut;
1.5. Ingin mengembangkan teori. Pengembangan teori yang dimaksud dibangun
berdasarkan situasi, kondisi dan teori yang diperoleh di lapangan;
1.6. Ingin memastikan kebenaran data. Karena data sosial sulit dipastikan
kebenarannya jika belum menemukan apa yang dimaksud. Ibarat mau mencari
siapa yang menjadi provokator, maka sebelum provokator yang dimaksud
ditemukan, penelitian belum dinyatakan selesai;
1.7. Ingin meneliti sejarah perkembangan. Misalnya ingin melacak kehidupan
seseorang tokoh, sejarah lembaga atau masyarakat, dan lain-lain.
Desain Penelitian
1. Ruang lingkup design penelitian
1.1 Penentuan Judul Penelitian
Penentuan judul penelitian sangat penting karena dapat mengetahui objek
penelitian, subjek apa yang akan diteliti, dimana lokasi penelitian, tujuan
yang ingin di capai dan sasarannya.
Ada beberapa petunjuk bagi seorang peneliti yang akan melakukan

31

penelitian dalam menentukan judul, yaitu :


Keterjangkauan
Ketersedian Data
Signifikansi Judul yang dipilih
Beberapa syarat yang diperlukan untuk memilih judul penelitian, yaitu:
Judul ditetapkan setelah peneliti mengetahui permasalahan pokok objek
yang akan diteliti
Judul penelitian mencerminkan keseluruhan isi penulisan
Judul harus mengemukakan kalimat singkat dan jelas
1.2 Penentuan masalah penelitian.
Masalah penelitian itu merupakan pedoman kegiatan penelitian. Dalam
penelitian, masalah berperan untuk mengarahkan kegiatan penelitian. Tanpa
rumusan masalah, peneliti akan kesulitan dalam pelaksanaan dan penulisan
penelitiannya.
Beberapa syarat yang harus diperhatikan dalam perumusan masalah yaitu:
Masih berhubungan dengan judul utama
Mendukumg tujuan penelitian
Mengembangkan atau memperluas cara-cara pengujian suatu teori
Memberikan sumbangan terhadap metodelogi penenelitian
Menunjukan variable-variabel yang diteliti.
1.3 Penentuan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian dapat mengarahkan peneliti untuk mencapai sasaran dan
target yang ingin dicapai. Tujuan penelitian terdiri dari tujuan utama dan
tujuan sekunder. Tujuan utama sangat erat kaitannya dengan judul dan
masalah penelitian, sedangkan tujuan sekunder sangat tergantung pada
keinginan pribadi seorang peneliti, dengan kata lain lebih bersifat subjektif
bagi peneliti.
1.4 Penentuan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan namun perlu
menguji kebenarannya. Ada beberapa cara untuk merumuskan hipotesis
anatara lain yaitu sebagai berikut:
Hipotesis yang baik harus searah dan mendukung Judul, Masalah, dan
Tujuan Penelitian
Hipotesis harus dapat diuji dengan data empiris
32

Hipotesis harus bersifat spesifik


Dalam statistik dikenal ada dua macam hipotesis yaitu:
Hipotesis nol (H0): hipotesis yang menyatakan adanya kesamaan dan
tidak ada perbedaan atau tidak ada pengaruh antara variabel yang satu
dengan variabel yang lain
Hipotesis alternative (Ha): hipotesis yang menyatakan adannya
ketidaksamaan atau adanya perbedaan dan saling mempengaruhi anatara
variabel satu dengan variable yang lain
1.5 Penentuan populasi dan sampel penelitian.
Yang harus diperhatikan dalam menentukan sampel penelitian, adalah:
Tentukan populasi di daerah penelitian.
Tentukan jumlah sampel yang akan diteliti
Tentukan metode pengambilan sampel
1.6 Penentuan metode dan teknik pengumpulan data.
Metode pengumpulan data terdiri atas beberapa cara yaitu:
Osevasi
Wawancara
Angket
Pengumpulan data skunder
Pengumpulan data melalui penginderaan jauh
1.1. Penentuan cara mengolah dan menganalisis data.

2. Jenis-jenis Design Penelitian


Pengelompokkan design penelitian yang menyeluruh belum dapat dibuat
dewasa ini, karena masing-masing ahli mengelompokkan jenis design penelitian
sesuai dengan kondisi ilmuwan itu sendiri.
Ilmuwan McGrath (1970) mengelompokkan design penelitian menjadi lima,
yaitu:
Percobaan dengan control
Studi (belajar)
Survey (pengamatan)

33

Investigasi (meneliti)
Penelitian tindakan
Sedangkan menurut Barnes (1964), design penelitian dibagi menjadi:
Studi Sebelum Sesudah dengan kelompok control
Studi Sesudah Saja dengan kelompok control
Studi Sebelum Sesudah dengan satu kelompok
Studi Sesudah Saja tanpa control
Percobaan ex post facto
Shah (1972) mencoba membagi design penelitian menjadi enam jenis, yaitu:
Design untuk penelitian yang ada control
Design untuk studi deskriptif dan analitis
Design untuk studi lapangan
Design untuk studi dengan dimensi waktu
Design untuk studi evaluatif - nonevaluatif
Design dengan menggunakan data primer atau data sekunder
Design penelitian memiliki beragam jenis dilihat dari berbagai perspektif, antara
lain:
2.1 Desain penelitian dilihat dari perumusan masalahnya;
Penelitian eksploratif
Penelitian uji hipotesis
2.2 Desain penelitian berdasarkan metode pengumpulan data;
Penelitian pengamatan
Penelitian Survai

2.3 Desain penelitian dilihat dari pengendalian variabel-variabel oleh peneliti ;


Penelitian eksperimental
Penelitian ex post facto
2.4 Desain penelitian menurut tujuannya;
Penelitian deskriptif
Penelitian komparatif
Penelitian asosiatif
2.5 Desain penelitian menurut dimensi waktunya;
Penelitian Time Series
34

Penelitian Cross Section


2.6 Desain Penelitian dilihat dari lingkungan studi dapat dikelompokkan;
Studi dan Eksperimen Lapangan
Ekspreimen Laboratorium
3. Design Dalam Merencanakan Penelitian
Dalam memecahkan masalah, design dimulai dengan mengadakan penyelidikan
dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui. Dari
penyelidikan itu, akan terjawab bagaimana hipotesis dirumuskan dan diuji
dengan data yang diperoleh untuk memcahkan suatu masalah. Dari sini pula
dapat dicari beberapa petunjuk tentang design yang akan dibuat untuk penelitian
yang akan dikembangkan.
4. Design Pelaksanaan Penelitian
Design pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan atau
pengamatan serta memilih pengukuran,-pengukuran variabel, memilih prosedur
dan

teknik sampling,

alat-alat

untuk

mengumpulkan

data

kemudian

membuat coding dan editing, serta memproses data yang telah dikumpulkan.
Suchman (1967) telah membagi design dalam pelaksanaan penelitian, yaitu :

Design sampel

Design alat (instrument)

Design administrasi

Design analisis

Studi Analitik
1. Penelitian Cohort
Adalah membandingkan kelompok yang terpapar dari kelompok yang tidak
terpapar dalam timbulnya efek/penyakit akibat faktor risiko.
Penelitian kohort adalah sebuah penelitian yang bersifat longitudinal dengan
mengikuti proses perjalanan penyakit ke depan berdasarkan urutan waktu.
Penelitian prosfektif ini dimaksudkan untuk menemukan insiden penyakit pada
kelompok yang tertpajan oleh faktor risiko maupun pada kelompok yang tidak
terpajan, kemudian insiden penyakit pada kedua kelompok tersebut secara
35

statisitik dibandingkan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan sebab


akibat antara pajanan dan penyakit yang diteliti.
Penelitian kohort ini mengikuti paradigm dari sebab dan akibat, secara garis
besar proses perjalanan penelitian prosfektif sebagai berikut:

Pada awal penelitian, kelompok terpajan maupun kelompok tidak terpajan


belum menampakkan gejala penyakit yang diteliti.

Kedua

kelompok

diikuti

kedepan

berdasarkan

sekuensi

waktu

(prospektif).

Dilakukan penganmatan untuk mencari insiden penyakit (efek) dan pada


kedua.

Insiden

penyakit

pada

kedua

kelompok

dibandingkan

dengan

menggunakan perhitungan statistic untuk menguji hipotesis tentang


hubungan sebab akibat antara pajanna dan insiden penyakit (efek).
Macam-macam penelitian Kohort:

Penelitian Satu Kohort


Penelitian ini bersifat diskriptif karena pada awalnya peneliti tidak
terdapat kelompok terpajan dan kelompok tidak terpajan sebagai control.
Setelah dilakukan pengamatan diketahui bahwa kohort tersebut terdapat
kelompok individu yang akan terpajan oleh faktor risiko dan kelompok
tersebut sebagian akan menderita penyakit akibat pajanan dan sebagian
tidak.

Penelitian Dua Kohort


Sejak awal penelitinya telah dipisahkan menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok terpajan oleh risiko timbulnya penyakit tertentu dan kelompok
lain yang tidak terpajan oleh faktor risiko dan kemudian proses alamiah
kedua kelompok tersebut diikuti untuk menentukan insiden penyakit yang
dimaksud kemudian dianalisis.

Tujuan penelitian kohort adalah untuk


Memfollow up kelompok subyek.
Menentukan adanya dampak yang timbul dari perlakuan penelitian
Untuk menetapkan beban paparan, variabel paparan diukur dengan metoda
wawancara atau observasi pada suatu periode waktu tertentu
Menetapkan risiko akibat paparan terhadap insiden outcome spesifik pada
36

mereka yang mendapat maupun yang tidak mendapat paparan


Membandingkan kelompok yang terpapar dari kelompok yang tidak
terpapar dalam timbulnya efek/penyakit akibat faktor risiko.
Kelebihan penelitian Kohort adalah:
1.

Studi kohor merupakan desain yang terbaik dalam menetukan insidensi


dan perjalanan penyakit atau efek yang diteliti.

2.

Dapat dipakai untuk mengetahui ada tidaknya asosiasi antara faktor risiko
dan penyakit.

3.

Memberikan keterangan yang lengkap mengenai faktor risiko yang


dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan penyakit.

4.

Dapat sangat mereduksi bias informasi. Tidak akan terjadi masalah


recall atau memori.

5.

Masalah etika lebih sedikit dibandingkan studi eksperimental.

6.

Dapat dipakai langsung untuk mengukur incidence rate dari penyakit dan
risiko relatif dari faktor risiko yang sedang diteliti.

7.

Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang yang bukan ahli
epidemiologi.

8.

Karena pengamatan dilakukan secara kontinudan longitudinal, maka studi


kohor memiliki kekuatan yang andal untuk meneliti berbagai masalah
kesehatan yang semakin meningkat.

Kekurangan penelitian kohort adalah:


1.

Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit


yang sedikit dijumpai di masyarakat.

2.

Memerlukan waktu follow up yang cukup lama.untuk itu perlu dijumpai


penyakit-penyakit yang masa inkubasi singkat.

3.

Biaya yang diperlukan selama studi cukupbesar dan mahal.

4.

Follow up kadang-kadang sulit dilakukan dan loss of follow up dapat


mempengaruhi hasil penelitian.

5.

Studi kohort sering kali rumit. Untuk menghindarinya pilihlah populasi


37

yang stabil, dan tidak berpindah-pindah tampat.


6.

Kurang efisien dari segi waktu maupun biaya untuk meneliti kasus yang
jarang terjadi.

7.

Terancam terjadinya drop out atau terjadinya perubahan intensitas paparan


atau faktor risiko yang dapat mengganggu analisis.

2. Penelitian Kasus Kontrol


Adalah mempelajari sekelompok individu yang sakit / mengalami masalah
kesehatan (kasus) dengan yang tidak sakit atau tidak mengalami masalah
kesehatan (kontrol).
Kasus Kontrol /case control adalah studi analitik yang menganalisis hubungan
kausal dengan menggunakan logika terbalik, yaitu menentukan penyakit
(outcome) terlebih dahulu kemudian mengidentifikasi penyebab (faktor
risiko). Riwayat paparan dalam penelitian ini dapat diketahui dari register
medis atau berdasarkan wawancara dari responden penelitian. Kelemahan dari
studi ini adalah ketika responden penelitian sulit mengingat kembali riwayat
paparan yang dialami terutama jika paparan sudah dilewati selama bertahuntahun, sehingga dalam penelitian kasus control sangat rawan recall bias,
disamping bias seleksi. Namu kelebihan dari studi ini yaitu waktu penelitian
relative singkat, murah dan cocok untuk meneliti penyakit langka dan
memiliki periode laten yang panjang.

Tujuan penelitian case control adalah untuk

Menentukan perbedaan kelompok menurut riwayat paparan atau


karakteristik individu untuk menetapkan status faktor risiko.

Dibandingkan apakah ada perbedaan proporsi mengenai terpapar terhadap


faktor risiko.

Kelebihan penelitian case control adalah:


1.

Kasus biasanya tersedia dan mudah didapatkan. Karena itu penelitian ini
cocok untuk penyakit yang jarang atau untuk mempelajari perihal klinik.

38

2.

Dapat dilakukan dengan cepat dan murah dan dapat dilakukan di tempat
fasilitas klinik.

3.

Hasil penelitian sudah menunjang ke arah dukungan hipotesis kausal


dengan menegakkan adanya asosiasi.

4.

Data historis biasanya tersedia pada catatan medisk pasien sehingga


memungkinkan memakai data sekunder.

5.

Jumlah

subjek

lebih

kecil

dibanding

kebutuhan

sampel

untuk

penelitian cross-sectional dan kohor.


Kelemahan penelitian case control adalah:
1.

Peka terhadap recall bias, karena informasi mengenai peristiwa-peristiwa


yang lalu tergantung padamemori (daya ingat) subjek.

2.

Data yang diperoleh secara sekunder, dari rumah sakit sering tidak
lengkap atau tidak dapat menyediakan informasi yang dibutuhkan.

3.

Kriteria diagnosis yang dipakai antar petugas kesehatan sehingga terjadi


perbedaan dalam haasil diagnosis kasus maupun control.

4.

Kasus yang diperoleh adalah kasus yang selamat (selective survivor)


karena tidak bisa menemukan kasus yang telah meninggal. Dengan
demikian kasus yang diperoleh mungkin tidak representative.

5.

Kasus yang diperoleh di rumah sakit mungkin tidak representatif dari


populasi sakit.

3. Penelitian Cross Sectional


Penelitian cross sectional merupakan rancangan studi epidemiologi yang
mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status
penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu-individu dengan
populasi tunggal pada suatu saat atau periode.
Tujuan:
Untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat di suatu wilayah
Untuk mengetahui prevalensi penyakit tertentu di suatu daerah
Untuk memperkirakan adanya hubungan sebab akibat bila penyakit itu
mengalami perubahan yang jelas dan tetap
Untuk memperoleh hipotesis spesifik yang akan diuji melalui penelitian
analitis

39

Kelebihan penelitian cross sectional:


Studi observasional / non eksperimental
Desain relatif mudah murah, hasil cepat diperoleh
Memiliki satu kelebihan pokok, yaitu bahwa studi didasarkan pada sampel
populasi utama yang ada (alami) dan tidak bergantung pada individu yang
mengajukan diri untuk mendapatkan perlakuan medis
Dapat meneliti banyak variabel sekaligus
Jarang terancam drop out
Dapat dipakai sebagai dasar penelitian selanjutnya
Tidak mengalami hambatan etik
Bila variabel lebih dari 1, data dapat dikumpulkan secara bersamaan
Agar dapat menggambarkan karakter populasi dengan akurat, maka subjek
pada studi Cross Sectional harus diambil dengan prosedur pengambilan
sampel sedemikian rupa (acak) sehingga diperoleh sampel yang
representatif /mewakili populasi sasaran
Kekurangan penelitian cross sectional:
Sulit untuk menentukan sebab akibat karena pengambilan data faktor resiko
dan efek diambil bersamaan
Dibutuhkan jumlah subyek yang banyak, terutama bila variabel yang
dipelajari banyak
Tidak dapat dijelaskan, mana yang lebih dulu, exposure atau disease
Tidak menggambarkan perjalanan penyakit, insidensi, maupun prognosis
Mungkin terjadi bias prevalensi
Tidak praktis untuk meneliti kasus yang sangat jarang
Kesimpulan korelasi antara faktor resiko dan efek paling lemah.

VIII. KESIMPULAN
dr Achmad menemukan angka kematian bayi yang tinggi dan prevalensi BBLR yang
tinggi sehingga mengadakan penelitian hubungan antara kurang gizi semasa kehamilan
dan BBLR dengan menggunakan studi kohort prospektif, dari hasil penelitian
didapatkan ada hubungan antara BBLR dengan gizi kurang pada ibu hamil dengan
batas kepercayaan 95%.
40

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, dkk. 2012. Obstetri Williams. Edisi 23. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Fk Unpad. 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
41

Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. 2002. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sabri Luknis dan Sutanto Priyo Hastono. 1999. Modul (MA 2600) Biostatistik dan Statistik
Kesehatan. Jakarta: Jurusan Kependudukan dan Biostatistik FKM UI.
Sastroasmoro, Sudigdo. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiarto, dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tjekyan, Suryadi. 2015. Pengantar Epidemiologi. Palembang: Unsri Pres.

42

Anda mungkin juga menyukai