LAPORANKASUS
I.1IDENTITASPASIEN
Nama
:Tn.B
Jeniskelamin :Lakilaki
Tempat/TglLahir:Jakarta,10/12/1997(17thn)
Sukubangsa :Jawa
Statusperkawinan
:Belummenikah
Agama
:Islam
Pekerjaan
:Pelajar
Pendidikan
:SLTA
Alamat
:Jl.BojongIndahNo.12
MasukRS
:6September2015
Kel.PondokKelapa,
Kec.DurenSawit,JakartaTimur
ANAMNESIS
Diambildari:Autoanamnesis,tanggal:7September2015
I.2RIWAYATPENYAKIT
Lokasi
:ICURSIPondokKopiJakarta
Tanggal/waktu
:7September2015
Tanggalmasuk
:6September2015
Keluhanutama
:Lukarobekdidadasebelahkiribawahakibatterkenabacokanbenda
tajam
Keluhantambahan
:nyeridadaketikamenariknapas
RIWAYATPENYAKITSEKARANG:
Padatanggal6September2015,pasiendatangkeIGDdengankeluhanlukatusukakibat
tawuran,mengenaidadakiribagianbawah.SetelahitupasiensegeradibawakeIGDRSIJPK.
SaatdatangkeIGDpasiendalamkeadaansadar,mengakuingatkejadiansaatditusuk.Pasien
merasanyeridibagianyangterkenatusukankandansemakinnyerijikapasienmenariknapas.
Selainitupasienjugamerasasesaknapas.Sesaknapasawalnyatidakada,kemudiansemakin
lamasemakindirasakanpasien.
RIWAYATPENYAKITYANGPERNAHDIDERITA
PenyakitDahulu
()Cacar
()Cacarair
()Malaria
()Disentri
()BatuGinjal/SaluranKemih
()Burut(Hernia)
1
()Difteri
()BatukRejan
()Campak
(+)Influenza
()Tonsilitis
()Hepatitis
()PenyakitProstat
()TifusAbdominalis()Wasir
()DiabetesMelitus ()Ginjal
()Sifilis
()Alergi
()Gonore
()Tumor
()Khorea
()Hipertensi
()DemamRematikAkut()UlkusVentrikuli
()Pneumonia
()UlkusDuodeni
()Pleuritis
()Gastritis
()Tuberkulosis
()BatuEmpedu
()PenyakitPembuluh
()PerdarahanOtak
()Psikosis
Lainlain:()
KesimpulanRiwayatPenyakityangpernahdiderita:Pasientidakmemilikiriwayatpenyakit
apapun.Riwayatalergiobatdisangkal.
RIWAYATKELUARGA
Riwayatdiabetesmellitus,hipertensi,asma,sertaalergiobatdalamkeluargadisangkal.
RIWAYATKEBIASAAN/POLAHIDUP
Pasien rajin berolahraga. Riwayat mengkonsumsi alkohol ataupun obatobatan terlarang
disangkalolehpasien.
I.3PEMERIKSAANFISIK6SEPTEMBER2015
StatusGeneralis
KeadaanUmum
KesanSakit
sakitsedang
Kesadaran
:tampak
:composmentis
TandaVital
Nadi
:88x/menit,teratur,isicukup
TekananDarah
:110/70mmHg
Nafas
:20x/menit,tipetorakoabdominal
Suhu
:36OC
Kepala
:Normocephali
Rambut
:Rambuthitamdistribusimeratadantidakmudahdicabut,cukuptebal
Wajah
:Wajahsimetris,tidakadapembengkakan.
Mata
:
Okuli Dekstra
Tenang
Palpebra
2
Okuli Sinistra
Tenang
Tidak
anemis,
tidak ikterik
Jernih
Dalam
Bulat(+), isokor
Telinga
Konjungtiva, Sklera
Kornea
Bilik mata depan
Iris, Pupil
:
Aurikula Dekstra
Normotia
Tidak nyeri
Tidak nyeri
Lapang, cairan (-)
Minimal
Sulit dinilai
Tidak
anemis,
tidak ikterik
Jernih
Dalam
Bulat(+), isokor
Lensa
Bentuk
Nyeri tekan aurikula
Nyeri tekan tragus
Liang telinga
Serumen
Membran timpani
Aurikula Sinistra
Normotia
Tidak nyeri
Tidak nyeri
Lapang, cairan (-)
Minimal
Sulit dinilai
Tenggorokan
Bentuk
:simetris
Sekret
:/
Mukosahiperemis
:/
Simetrissaatdiam,mukosanormal,kering(),sianosis()
Oralhigieneburuk,gigicaries(),trismus(),
mukosagusidanpipi:merahmuda,hiperemis(),ulkus()
lidah:normoglosia,ulkus(),hiperemis()massa()
TonsilT1T1tidakhiperemis,kriptatidakmelebar,detritus(),faring
Leher
tidakhiperemis,ulkus()massa()
Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid
Hidung
Bibir
Mulut
Jantung
midklavikula kiri
Perkusi
Auskultasi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor
Abdomen
Auskultasi
-/Inspeksi
padakulitperutmaupunbenjolan
Palpasi
: Distensi (+), NT (+), hepar dan lien tidak teraba
Anogenetalia
Ekstremitas
Kulit
Vertebrae
StatusLokalis
membesar.
Perkusi
:hipertimpati
Auskultasi :bisingusus(+)meningkat
Jeniskelaminlakilaki
Ekstremitasatas
:Edema/
Akralhangat+/+
Deformitas/
Ekstremitasbawah :Edema+/+
Akralhangat+/+
Deformitas/
Warnasawomatang merata,pucat (),tidak ikterik,tidak sianosis,
turgorkulitbaik,lembab,pengisiankapiler<2detik.
Bentuknormal,tidakterdapatdeviasi,benjolan(),ruam()
Regio Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor (+/+)
I.4PEMERIKSAANPENUNJANG
Laboratorium,06September2015(06.54)
DarahRutin
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Trombosit
Hasil
13,1(L)
12,0(H)
39(L)
500(H)
NilaiNormal
12,515,5
5,010,0
4050
150400
RontgenThorax,6September2015
Kesan:
Cordanpulmodalambatasnormal
Strukturtulangtidakterlihatfraktur.
I.5RESUME
Pasienseoranglakilakiberusia18tahun,datang
keIGDdengankeluhanterkenatusukandidadakiribawahakibattawuran,menyebabkanluka
robek.PasiensegeradibawakeIGDRSIJPK.SaatdatangkeIGDpasiendalamkeadaansadar,
mengakuingatkejadiansaatditusuk.Pasienmerasanyeridibagianyangterkenatusukandan
semakinnyerijikapasienmenariknapas.Selainitupasienjugamerasasesaknapas,sesaknapas
awalnyatidakada,kemudiansemakinlamasemakindirasakan.
Daripemeriksaanfisikdidapatistatusgeneralisdalambatasnormal,statuslokalisregio
thoraxtampakvulnuslaceratumpadahemithoraxsinistrasepanjanglineamidclavicularislinea
axilarisanteriorsinistraICS6ICS7,sudutlukalancip,ukuranpanjangxlebarxtinggi=10cm
x5cmx5cm.
Dari hasil pemeriksaan foto thoraks, didapatkan kesan Cor dan pulmo dalam batas
normal,strukturtulangtidakterlihatfraktur.
I.6DIAGNOSISKERJA
Vulnuslaceratumetregiohemithoraxsinistra
I.7PENATALAKSANAAN
O22liter/menit
IVFDRL+tramadol1ampul
Injeksiketorolac1ampul
Injeksitetagam1ampul
Woundtoilet
Konsuldr.Sp.B:
Rencanaoperasi
Puasakanpasien
Inj.Ceftriaxone1x2gr
I.8PROGNOSIS
AdVitam
AdSanationam
AdFungtionam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
:DubiaadBonam
bawah
Pasien dengan anastesi umum
Tampak luka tusuk dengan perdarahan dan paru yang robek terbuka sepanjang + 8cm
I.
10 FOLLOW UP
Tanggal/
Hari
Perawatan
6/09/ 2015, OS dari OK
Kesadaran Dalam
Post op
12.00
post OP
pengaruh obat
thoracotomy
ICU
thoracotomy
WSD ec
stabil
& pasang
Nadi : 102x/menit,lemah
Vulnus
Puasa hingga BU
WSD
RR: 18x/menit
laceratum er.
(+)
S: 37C
Hemithorax
IVFD Asering 3
Status Generalis:
sinistra dengan
kolf/24 jam
ruptur paru
Meropenem 3 x 1
lobus bawah
gr
Rh -/- Wh-/-
Paracetamol 4 x
Akral dingin
500 mg IV
Cek Hb, bila < 10
transfusi PRC
Hitung produksi
WSD
Instruksi dr.Sp.An:
Vit. K 3 x 1 amp
satu hari
6/09/ 2015,
Sesak napas,
GCS 15
Post op
Kalnex 3 x 1
Instruksi dr.Sp.An:
15.30
Nyeri daerah
thoracotomy
Loading asering
ICU
yang
Nadi : 113x/menit,lemah
WSD ec
500 cc
terpasang
RR: 18x/menit
Vulnus
selang WSD
S: 37.8C
laceratum er.
cc
Status Generalis:
Hemithorax
Bila TD belum
sinistra dengan
naik setelah
ruptur paru
transfusi
Rh -/- Wh-/-
lobus bawah
dobuject 5 mcg
Akral dingin
mcg
Laboratorium
(6/09/2015, 12.13):
Hb : 7,1 (L)
Leukosit : 16. 6 (H)
Ht : 21 (L)
7/09/2015
Sesak napas
ICU
berkurang,
thoracotomy
Terapi lanjut
Nyeri daerah
Nadi : 85x/menit
WSD hari I
Awasi perdarahan
yang
RR: 16x/menit
Dobuject dan
terpasang
S: 37.3C
vascon stop
selang WSD
Ro thorax post
WSD
Rh -/- Wh-/-
Boleh pindah
Akral hangat
ruangan
Post op
Instruksi dr.Sp.An:
Laboratorium
IVD Asering
(6/09/2015, 06.08):
1500/24 jam
Hb : 10,4 (L)
8
tampak perbaikan
Cor dalam batas normal
Tip WSD di intra abdomen, sub
diafragma kiri?.
Tanggal/
Hari
Perawatan
8/09/2015
Sesak
GCS 15
Post op
(-),Nyeri
thoracotomy
Terapi lanjut
daerah yang
Nadi : 85x/menit
WSD hari II
Aff DC
terpasang
RR: 20x/menit
selang WSD
S: 36.5C
cc
Cek albumin
Rh -/- Wh-/-
Akral hangat
WSD : produksi cairan
minimal, undulasi Laboratorium
(8/09/2015, 21.04):
Hb : 8.3
Leukosit : 6300
9
9/092015
Sesak (-),
Post op
Nyeri daerah
thoracotomy
Terapi lanjut
yang
Nadi : 84x/menit
Aff WSD
terpasang
RR: 20x/menit
selang WSD
S: 37,4C
Ro thorax ulang
(-)
GCS 15
Post op
thoracotomy
Boleh pulang
Nadi : 84x/menit
WSD hari IV
Obat pulang :
RR: 20x/menit
As. Mefenamat 3 x
S: 36,4C
1 tab
Fixacep 2 x 200
Rh -/- Wh-/-
mg
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. DEFINISI
Trauma toraks adalah semua rudapaksa yang mengenai toraks yang meliputi dinding
toraks dan segenap isinya baik rudapaksa tajam, tumpul maupun tajam.3
II.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi Rongga Thorax
Rongga thorax dibatasi oleh iga-iga, yang bersatu di bagian belakang pada vertebra
thoracalis dan di depan pada sternum. Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan
berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk
tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas
clavicula dan di atas organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Musculus pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior
thorax. Musculus latissimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculus gelang bahu lainnya
membentuk lapisan musculus posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah musculus pectoralis
mayor membentuk lipatan/plika axillaris posterior.
Dada berisi organ vital yaitu paru dan jantung. Pernafasan berlangsung dengan bantuan
gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu musculus
interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan
terhisap melalui trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik. Disana
terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara dan kapiler. Pleura
visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke hilus dan
mediastinum bersama sama dengan pleura parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan
diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan
ekspansi paru paru normal, hanya ruang potensial yang ada.
11
Diafragma bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta,
dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk
tendo sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah mempersarafi
sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru paru
selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.
Fisiologi
Rongga thorax dapat dibandingkan dengan suatu pompa tiup hisap yang memakai pegas,
artinya bahwa gerakan inspirasi atau tarik napas yang bekerja aktif karena kontraksi otot
intercostals menyebabkan rongga thorax mengembang, sedangkan tekanan negatif yang
meningkat dalam rongga thorax menyebabkan mengalirnya udara melalui saluran napas atas ke
dalam paru. Sebaliknya, mekanisme ekspirasi atau keluar napas, bekerja pasif karena
elastisitas/daya lentur jaringan paru ditambah relaksasi otot intercostals, menekan rongga thorax
hingga mengecilkan volumenya, mengakibatkan udara keluar melalui jalan napas.
Adapun fungsi dari pernapasan adalah:
1. Ventilasi: memasukkan/mengeluarkan udara melalui jalan napas ke dalam/dari paru dengan
cara inspirasi dan ekspirasi tadi.
2. Distribusi: menyebarkan/mengalirkan udara tersebut merata ke seluruh sistem jalan napas
sampai alveoli
3. Difusi: oksigen dan CO2 bertukar melaluimembran semipermeabel pada dinding alveoli
(pertukaran gas)
4. Perfusi: Darah arterial di kapiler-kapiler meratakan pembagian muatan oksigennya dan darah
venous cukup tersedia untuk digantikan isinya dengan muatan oksigen yang cukup untuk
menghidupi jaringan tubuh.
Setiap kegagalan atau hambatan dari rantai mekanisme tersebut akan menimbulkan
gangguan pada fungsi pernapasan, berarti berakibat kurangnya oksigenasi jaringan tubuh. Hal ini
misalnya terdapat pada suatu trauma pada thorax. Adanya lubang di dinding dada atau di pleura
visceralis akan menyebabkan udara masuk kedalam rongga pleura, sehingga pleura visceralis
terlepas dari pleura parietalis dan paru tidak lagi ikut dengan gerak napas dinding toraks dan
diafragma. Hal ini terjadi pada pneumotoraks. Jika dipasang penyalir tertutup yang diberi
tekanan negatif, udara ini akan terhisap dan paru dapat dikembangkan lagi. 2
12
II.3. KLASIFIKASI
Menurut Marijata (2006), berdasarkan penyebabnya trauma toraks dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Trauma toraks terbuka
Akibat luka tusuk atau luka yang menembus/membuat lubang.
Patologi pembedahan : trauma yang menusuk pada dinding dada akibat pisau,
tembakan pistol, atau luka lain besar kemungkinannya terjadi komplikasi berupa
pneumotoraks, kerusakan organ visceral intratorakal, dan infeksi.
2. Trauma toraks tertutup
Akibat trauma tumpul, deselerasi, atau luka remuk.
Patologi pembedahan : trauma tumpul langsung pada dinding dada terjadi akibat luka
tabrak, terkena dashboard dan kemudi setir yang dapat menyebabkan patah tulang
iga, dada flail (flail chest) dengan gerakan paradoksal, ruptur diafragma, atau
komplikasi kardiovaskuler yang serius. Kekerasan deselerasi, yang dapat terjadi pada
kecelakaan pesawat dan mobil besar kemungkinannya menyebabkan ruptur aorta
descenden distal arteri subclavia dan ruptur diafragma. Luka yang remuk/hancur
menyebabkan perdarahan intraalveolar, hematom pulmo dan hipoksia.
II.4. PATOFISIOLOGI
Secara singkat patofisiologi dari trauma toraks meliputi : 3
1. Perdarahan
Keluar (exsanguinasi)
Timbulnya rasa nyeri, sehingga penderita tidak mau bernafas (terjadi gangguan
ventilasi) dan tidak mau batuk (sekret/dahak terkumpul/tidak bisa keluar).
Terjadi fail chest bila patah tulang iga jamak dan segmental (lebih dari satu tempat)
5 GAMBARAN KLINIS4,6
Gambaran klinis dari trauma toraks tergantung dari struktur atau organ dalam rongga
thorax yang mengalami kelainan akibat trauma, diantaranya terdiri dari : Nyeri, dyspneu akibat
fraktur, pneumotoraks, hematotoraks, flail chest, ruptur diafragma, ruptur trakhea atau bronkhus
utama atau kerusakan serius organ viseral; pernapasan yang tiba-tiba meningkat (sesak napas
memburuk secara cepat) merupakan ciri khas terjadinya pneumotoraks desak (tension
pneumothorax). Selain itu dapat juga terjadi :
1.
2.
Trauma dinding dada tampak memar, gerakan dinding dada paradoksal, atau nyeri
pada fraktur kosta.
3.
Emfisema subkutis krepitasi di bawah tangan pemeriksa akibat udara yang masuk
ke
subkutan,
disebabkan
fraktur
kosta
atau
rupturnya
trakhea
daerah
servikal/bronkhus.
4.
5.
Deviasi trakhea akibat pneumotoraks hebat atau hematoraks pada sisi sebelahnya,
akibat kolapsnya paru pada sisi yang sama.
6.
7.
Paru hipersonor menunjukkan pneumotoraks, dan suara napas yang menurun atau
hilang menunjukkan hemothoraks, pneumothoraks atau kolaps paru. 4,6
Berikut adalah keadaan atau kelainan akibat trauma toraks yang berbahaya dan mematikan bila
tidak dikenali dan di-tatalaksana dengan segera:
14
2. Tension pneumotoraks
Tanda : dispnoe, hilangnya bunyi napas, sianosis, asimetri toraks, mediastinal shift
Tanda: dispnoe, penampakan syok, hilang bunyi napas, perkusi pekak, hipotensif
4. Tamponade
Tanda: dispnoe, Trias Beck (hipotensi, distensi vena, suara jantung menjauh), CVP > 15
5. Ruptur aorta
6. Ruptur trakheobronhial
Ro toraks : gastric air bubble di toraks, fraktur iga-iga terbawah, mediastinal shift
9. Perforasi esofagus
Standar pemeriksaan diagnostik (hanya bisa dilakukan bila pasien stabil), adalah :
portable x-ray, portable blood examination, portable bronchoscope. Tidak dibenarkan
melakukan pemeriksaan dengan memindahkan pasien dari ruang emergency.
Penanganan pasien tidak untuk menegakkan diagnosis akan tetapi terutama untuk
menemukan masalah yang mengancam nyawa dan melakukan tindakan penyelamatan
nyawa.
PRIMARY SURVEY
Airway
Assessment :
Management :
inspeksi orofaring secara cepat dan menyeluruh, lakukan chin-lift dan jaw thrust,
hilangkan benda yang menghalangi jalan napas
Breathing
Assesment
Palpasi toraks
Management:
Circulation
Assesment
Management
Bronchial toilet
Cek Lab berkala : Hb, Ht, Leko, Tromb, dan analisa gas darah
Penatalaksanaan fraktur iga multipel yang disertai penyulit lain (seperti: pneumotoraks,
hematotoraks dsb.), ditujukan untuk mengatasi kelainan yang mengancam jiwa secara langsung,
diikuti oleh penanganan pasca operasi/tindakan yang adekuat (analgetika, bronchial toilet, cek
lab dan ro berkala), sehingga dapat menghindari morbiditas/komplikasi.
Komplikasi tersering adalah timbulnya atelektasis dan pneumonia, yang umumnya akibat
manajemen analgetik yang tidak adekuat.
FRAKTUR KLAVIKULA
Cukup sering sering ditemukan (isolated, atau disertai trauma toraks, atau disertai trauma
pada sendi bahu ).
Penatalaksanaan
1. Konservatif : "Verband figure of eight" sekitar sendi bahu. Pemberian analgetika.
2. Operatif : fiksasi internal
Komplikasi : timbulnya malunion fracture dapat mengakibatkan penekanan pleksus brakhialis
dan pembuluh darah subklavia.
FRAKTUR STERNUM
Insidens fraktur sternum pada trauma toraks cukup jarang, umumnya terjadi pada
pengendara sepeda motor yang mengalami kecelakaan.
Biasanya diakibatkan trauma langsung dengan gaya trauma yang cukup besar
Adanya fraktur sternum dapat disertai beberapa kelainan yang serius, seperti:
kontusio/laserasi jantung, perlukaan bronkhus atau aorta.
Seringkali pada pemeriksaan Ro toraks lateral ditemukan garis fraktur, atau gambaran
sternum yang tumpang tindih.
18
Pemeriksaan EKG : 61% kasus memperlihatkan adanya perubahan EKG (tanda trauma
jantung).
Penatalaksanaan
1. Untuk fraktur tanpa dislokasi fragmen fraktur dilakukan pemberian analgetika dan
observasi tanda2 adanya laserasi atau kontusio jantung
2. Untuk fraktur dengan dislokasi atau fraktur fragmented dilakukan tindakan operatif untuk
stabilisasi dengan menggunakan sternal wire, sekaligus eksplorasi adanya perlukaan pada
organ atau struktur di mediastinum.
DISLOKASI SENDI STERNOKLAVIKULA
Kasus jarang
Dislokasi anterior
: nyeri,
nyeri
tekan, terlihat
"bongkol klavikula"
(sendi
Pengobatan : reposisi
FLAIL CHEST
Definisi
Flail chest adalah area thoraks yang melayang (flail) oleh sebab adanya fraktur iga multipel
berturutan 3 iga , dan memiliki garis fraktur 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau
dengan fraktur sternum. Akibatnya adalah: terbentuk area flail segmen yang mengambang
akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada.
Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi, sehingga
udara inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak udara ini akan masuk pada
paru ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan respirasi pendelluft. Fraktur
pada daerah iga manapun dapat menimbulkan flail chest.
Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan hemothoraks, pneumothoraks,
hemoperikardium maupun hematoma paru yang akan memperberat keadaan penderita.
Komplikasi yang dapat ditimbul yaitu insufisiensi respirasi dan jika korban trauma masuk rumah
sakit, atelectasis dan berikut pneumonia dapat berkembang.
Karakteristik
19
Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidak terlihat
pada pasien dalam ventilator
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)
Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang
seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada pasien dengan flail chest tidak
dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti melakukan
splint/bandage yang melingkari dada, oleh karena akan mengurangi gerakan mekanik
pernapasan secara keseluruhan.
Penatalaksanaan
sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalan pernapasan
atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui pemeriksaan AGD
berkala dan takipneu
pain control
stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi)
bronchial toilet
fisioterapi agresif
20
Adalah kelainan pada rongga pleura ditandai dengan adanya udara yang terperangkap
dalam rongga pleura maka akan menyebabkan peningkatan tekanan negatif intrapleura sehingga
mengganggu proses pengembangan paru. Merupakan salah satu dari trauma tumpul yang sering
terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada parenkim paru dan laserasi paru. Pneumothoraks
bisa juga terjadi akibat decelerasi atau barotrauma pada paru yang tanpa disertai adanya fraktur
iga. Pasien akan melaporkan adanya nyeri atau dispnea dan nyeri pada daerah fraktur. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan melemahnya suara pernapasan. pneumothoraks terbagi atas tiga
yaitu: simple, open, dan tension pneumothorax.
Simple Pneumothorax
Adalah pneumotoraks yang tidak disertai peningkatan tekanan intra toraks yang progresif.
Ciri:
Paru pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total)
Penatalaksanaan: WSD
Tension Pneumothorax
Adalah pneumotoraks yang disertai peningkatan tekanan intra toraks yang semakin lama
semakin bertambah (progresif). Pada pneumotoraks tension ditemukan mekanisme ventil (udara
dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar).
Ciri:
Terjadi peningkatan intra toraks yang progresif, sehingga terjadi : kolaps total paru,
mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke kontralateral), deviasi trakhea venous
return hipotensi & respiratory distress berat.
Tanda dan gejala klinis: sesak yang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi,
JVP , asimetris statis & dinamis
Penatalaksanaan:
1. Dekompresi segera: large-bore needle insertion (sela iga II, linea mid-klavikula)
2. WSD
Open Pneumothorax
21
Terjadi karena luka terbuka yang cukup besar pada dada sehingga udara dapat keluar dan masuk
rongga intra toraks dengan mudah. Tekanan intra toraks akan sama dengan tekanan udara luar.
Dikenal juga sebagai sucking-wound. Terjadi kolaps total paru.
Penatalaksanaan:
1. Luka tidak boleh ditutup rapat (dapat menciptakan mekanisme ventil)
2. Pasang WSD dahulu baru tutup luka
3. Singkirkan adanya perlukaan/laserasi pada paru-paru atau organ intra toraks lain.
4. Umumnya disertai dengan perdarahan (hematotoraks)
HEMATOTHORAX
Definisi: Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus
pada dada.
Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna. Perlu
diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien
hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan
yang nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga toraks.
Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah
yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan
depresi pernapasan
Pemeriksaan
Indikasi Operasi
Adanya perdarahan masif (setelah pemasangan WSD):
Ditemukan jumlah darah inisial > 750 cc, pada pemasangan WSD < 4 jam setelah
kejadian trauma.
Bila berat badan dianggap sebagai 60 kg, maka indikasi operasi, bila produksi WSD:
22
Penatalaksanaan
Tujuan:
Tindakan Bedah : WSD (pada 90% kasus) atau operasi torakotomi cito (eksplorasi) untuk
menghentikan perdarahan
Water Sealed Drainage
Fungsi WSD sebagai alat:
1. Diagnostik
2. Terapeutik
3. Follow-up
Tujuan:
1. Evakuasi darah/udara
2. Pengembangan paru maksimal
3. Monitoring
Indikasi pemasangan:
Pneumotoraks
Hematotoraks
Empiema
Tindakan :
Lokasi di antara garis aksilaris anterior dan posterior pada sela iga V atau VI.
23
1. Tercapai kondisi: produksi < 50 cc/hari selama 3 hari berturut-turut, dan undulasi negatif
atau minimal, dan pengembangan paru maksimal.
2. Fungsi WSD tidak efektif lagi (misal: adanya sumbatan, clot pada selang, dsb.)
KONTUSIO PARU
Terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi, jatuh dari tempat yang tinggi
dan luka tembakdengan peluru cepat (high velocity) maupun setelah trauma tumpul
thoraks.
Dapat pula terjadi pada trauma tajam dengan mekanisme perdarahan dan edema
parenkim. Penyulit ini sering terjadi pada trauma dada dan potensial menyebabkan
kematian.
Tanda dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia, takikardi, suara nafas
berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio, patah tulang iga, sianosis.
Mempertahankan oksigenasi
Mencegah/mengurangi edema
Tindakan : bronchial toilet, batasi pemberian cairan (iso/hipotonik), O2, pain control, diuretika,
bila perlu ventilator dengan tekanan positif (PEEP > 5)
LASERASI PARU
Definisi : Robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau trauma tumpul keras yang
disertai fraktur iga, sehingga dapat menimbulkan hemothoraks dan pneumothoraks. Mekanisme
terjadinya pneumothoraks oleh karena meningkatnya tekanan intraalveolar yang disebabkan
adanya tubrukan yang kuat pada thoraks dan robekan pada percabangan trakeobronchial atau
esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat berhenti, menetap, atau berulang.
Manifestasi klinik umumnya adalah : hemato + pneumotoraks
24
Adanya contiuous buble pada WSD yang menunjukkan adanya robekan paru
RUPTUR DIAFRAGMA
Ruptur diafragma pada trauma toraks biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada
daerah toraks inferior atau abdomen atas.
Trauma tumpul di daerah toraks inferior akan mengakibatkan peningkatan tekanan intra
abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur terjadi bila diafragma tidak
dapat menahan tekanan tersebut.
Dapat pula terjadi ruptur diafragma akibat trauma tembus pada daerah toraks inferior.
Pada keadaan ini trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain (intratoraks atau
intraabdominal).
Ruptur umumnya terjadi di "puncak" kubah diafragma (sentral) ataupun dapat kita curigai
bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan pada: dibawah ICS 4 anterior, didaerahh
ICS 6 lateral, didaerah ICS 8 posterior.
Kejadian ruptur diafragma sebelah kiri lebih sering daripada diafragma kanan
Kematian dapat terjadi dengan cepat setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan
perdarahan pada cavum pleura kiri.
Diagnostik:
Tanda dan gejala klinis (sesak/respiratory distress), mual-muntah, tanda abdomen akut)
CT scan toraks
Penatalaksanaan:
Torakotomi eksplorasi (dapat diikuti dengan laparotomi)
25
Trauma tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan, sela iga II kiri, grs midklavikula kiri, arkus kosta kiri)
Diagnostik
Penatalaksanaan
1. Adanya luka tembus pada area prekordial merupakan indikasi dilakukannya torakotomi
eksplorasi emergency
2. Adanya tamponade dengan riwayat trauma toraks merupakan indikasi dilakukannya
torakotomi eksplorasi.
3. Adanya kecurigaan trauma jantung mengharuskan perawatan dengan observasi ketat
untuk mengetahui adanya tamponade
Komplikasi
Salah satu komplikasi adanya kontusio jantung adalah terbentuknya aneurisma ventrikel
beberapa bulan/tahun pasca trauma.
RUPTUR AORTA
Ruptur Aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, dan lokasi ruptur tersering adalah di
bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat ligamentum arteriosum. Hanya kira-kira 15% dari
penderita trauma thoraks dengan ruptur aorta ini dapat mencapai rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto thoraks bila didapatkan mediastinum yang
melebar, fraktur iga 1 dan 2, trakea terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, penekanan
bronkus utama kiri.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Rachmad, K. B., Purba, R. T., 1991, Trauma Torak dan Laporan Kasus Trauma Torak dalam
Simposium Pengenalan Dini Dan Penatalaksanaan Pada Kasus Trauma, Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Indonesia, Jakarta: 25-35
2. Sjamsuhidajat, R., de Jong W., 1997, Buku-Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC, Jakarta:
512-524
3. Anonym, 2000, Standar Pelayanan Medis RSUP DR.Sardjito, jilid 3, 2 nd ed, Medika Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 167-172
4. Marijata, 2006, Trauma Dada dalam Pengantar Dasar Bedah Klinis, Unit Pelayanan Kampus
(UPK) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta: 18-26
5. Anonym, 2006, Primary Trauma Care,
http://www.primarytraumacare.org/PTCMain/Training/pfd/PTC_INDO.pdf
6. Anonym, 2006, Chest Injury, http://www.madsci.com/manu/trau_che.htm#60
7. 1. Komisi Trauma IKABI. Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter. Jakarta : Komisi
Trauma IKABI. 2004
28