Obsgin, Mala SC Bekas SC
Obsgin, Mala SC Bekas SC
Berikut ini akan kami sajikan laporan kasus seksio sesarea pada
bekas seksio kurang dari 1 tahun.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: Ny. ET
Umur
: 35 tahun
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Ranomuut L II
Suku
: Batak
Bangsa
: Indonesia
Agama
: Kristen
: PNS
MRS
ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
Dikirim oleh dokter ahli dengan G 2 P1 A0, 35 tahun, hamil aterm + bekas
seksio
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan. Pelepasan lendir campur darah
, pelepasan air , pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.
Riwayat kembar disangkal penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal
ANAMNESIS KEBIDANAN
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 8 kali di dokter ahli
Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 12 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya
haid tiap siklus 3-4 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 13 Maret 2004
dan taksiran tanggal partus 20 Desember 2005.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 3 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang
Keluarga Berencana
Tidak pernah ikut KB
Riwayat Kehamilan Terdahulu
1.
2003, laki-laki, cukup bulan, dengan SC ai. KPD dan bayi besar, di
rumah sakit umum oleh dokter ahli, BBL: 4060 gram, hidup
2.
2004, ini
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos mentis.
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/m.
Pernapasan
: 24 x/m.
Suhu badan
: 36,4 0C.
Berat badan
: 73 kg.
Tinggi badan
: 159 cm.
Gizi
: Cukup.
Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.
Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Anggota gerak
Tidak ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri
: 38 cm.
Letak janin
:-
TBBA
: 3900 gram
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb
: 12,0 gr %.
Leukosit
: 7.400/mm3.
Trombosit
: 280.000/mm3.
RESUME MASUK
G2P1A0, 35 tahun MRS tanggal 12 Desember 2004 jam 20.00 Wita dengan
keluhan utama dikirim dari dokter ahli dengan hamil aterm + bekas SC. Tanda
inpartu , pelepasan air , gerak janin , Riwayat gemeli (-), RPD (-).
HPHT 13-03-2004, TTP 20-12-2004
Status Praesens
Status Obstetri
DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + Bekas SC < 1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
-
SC elektif
OBSERVASI
Tanggal 12 Desember 2004
Pemeriksaaan
Diagnosis:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC <
1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
Sikap:
-
SC elektif
Diagnosis:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC < 1
tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
Sikap:
-
SC elektif
Jam 10.00
Jam 11.10
Laporan Operasi:
- Penderita terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik
pada abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi
- Dalam GA dilakukan insisi pada skar lama pfannenstiel, dilakukan eksisi
jaringan keloid. Insisi diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul
sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada
usus di bawahnya,
jelujur,
kontrol
perdarahan,
perdarahan
tidak
ada,
dilakukan
Jam 12.15
: Operasi selesai
KU post Operasi: T: 120/80, N: 88 x/m, R: 24 x/m
Kontraksi uterus baik
Perdarahan kira-kira 500 cc
Diuresis kira-kira 300 cc
Follow up Ruangan
16 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,8 0C
Status Puerpuralis:
TFU
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (-), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia
: Rubra
Metronidazol 2 x 500 mg IV
Vit c. 1 x 1 amp
17 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
TFU
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia
: Rubra
Becomzet 1 x 1 tab
Diet: TKTP
18 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/60 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerpuralis:
TFU
10
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia
: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr III a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-
Becomzet 1 x 1 tab
Diet: TKTP
19 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerpuralis:
TFU
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi kering, tertutup kain gaas.
Lokia
: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr IV a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
11
Sikap:
-
Becomzet 1 x 1 tab
Diet: TKTP
20 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
TFU
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik.
Lokia
: Sanguinolenta
Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr V a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-
Becomzet 1 x 1 tab
Diet: TKTP
Rencana: Pulang
12
DISKUSI
Seorang Ibu G2P1A0, 35 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + bekas
SC < 1 tahun, janin intra uterin , tunggal, hidup, letak kepala, punggung kiri.
Yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
Diagnosis
Penderita ini didiagnosis dengan:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC < 1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala punggung kiri
Dignosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan kebidanan.
Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan kedua,
dimana kehamilan pertama pada tahun 2003 dengan melahirkan secara
seksio sesarea atas indikasi bayi besar. Sesuai dengan HPHT, saat ini ibu
hamil 38-39 minggu dan saat datang ibu belum ada tanda-tanda inpartu.
Diagnosis janin intra uterin tunggal hidup letak kepala punggung kiri
ditegakkan berdasarkan adanya pergerakan anak terasa oleh ibu, dan pada
13
Penatalaksanaan
Pasien ini merupakan bekas SC dimana pada setiap bekas SC harus
masuk rumah sakit pada umur kehamilan 34 minggu. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya ruptur uteri. Dimana ruptur bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Ruptur uteri pada luka bekas SC sukar sekali didiagnosis sehingga
disebut silent ruptur karena tidak ada gejala-gejala yang khas seperti yang
terdapat pada ruptur uteri yang utuh misalnya:
Kalau ruptur sudah lama terjadi maka seluruh perut nyeri dan
gembung
Pada pasien ini diambil keputusan seksio sesarea karena pada persalinan
pertama dilakukan dengan SC (bekas SC) dimana seksio sesarea tersebut
dilakukan kurang dari 1 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
14
Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan pada suatu bekas seksio adalah ruptur
uteri, pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi.
Prognosis
Prognosis untuk ibu sebelum operasi adalah dubia, sebab meskipun
ibu datang belum inpartu dan belum ada tanda-tanda komplikasi jadi masih
bisa dilakukan perencanaan untuk dilakukan seksio elektif yang pastinya
memiliki risiko lebih kecil dibanding Cito, tetapi kehamilan dengan bekas SC
kurang dari satu tahun ditambah usia ibu yang sudah 35 tahun tetap memiliki
risiko untuk terjadinya komplikasi.
Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam, karena operasi
berjalan dengan lancar tanpa komplikasi. Selain itu pada follow up tidak
15
16
KEPUSTAKAAN
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Gestose. Dalam: Obstetri
patologi. Bandung: 84-98
2. Mochtar R. Toksemia gravidarum. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis
Obstetri jilid I. Jakarta: EGC, 1998; 207
3. DeCherney AH, Pernoll ML. Cesarean section. In: Obstetric &
ginekologic diagnosis and treatment. Philadelphia: Lange, 1999; 55970
4. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Caesarean
section
and
caesarean
hysterectomy. In:
Williams
obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993.p.
591-604
5. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean
section in operative obstetrics. 1 st ed. Connecticut: Appleton and
Lange, 1995.p. 308-28
6. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and
high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro
GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
7. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management
of high risk pregnancy. 3 th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication,
1994.p. 520-3
8. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan
dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7
9. Data Obstetric. RSUP Malalayang tahun 2002.
10. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999: 6628-9.
17