Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Seorang wanita yang telah mengalami SC sebaiknya tidak hamil selama 3


tahun, untuk memberi kesempatan pada luka untuk sembuh dengan baik dan
untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri. 1
Dalam pengelolaan kehamilan dan persalinan pada bekas seksio
sesarea ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan yaitu: 1

Versi luar tidak boleh dilakukan

Wanita harus dirawat mulai kehamilan 38 minggu.

Pada kehamilan dengan bekas sc, diambil tindakan :


Seksio sesarea (SC) apabila SC terdahulu adalah SC klasik/ korporal,
penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC
sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul
sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat
waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia. 2 Bahkan
dikatakan sekali dilakukan seksio sesarea, maka selalu akan dilakukan
seksio sesarea.3
Partus pervaginam bila hal-hal diatas tidak ada, dengan ketentuan
tidak dibenarkan memakai oksitosin dalam kala I untuk memperbaiki his dan
kala II harus dipersingkat (wanita diperbolehkan mengedan 15 menit). 1 Seksio
sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin hidup atau meninggal
melalui insisi dinding abdomen dan dinding uterus. Katz dan kawan-kawan
menganjurkan penggunaan terminologi histeretomi sebagai pengganti seksio

sesarea. Seksio sesarea adalah metode operasi modern diabad 20 yang


berperan dalam menurunkan angka kesakitan pada ibu bersalin. Di berbagai
bagian dunia, frekuensi seksio sesarea mengalami peningkatan, sementara
di beberapa tempat lainnya frekuensinya tetap karena perbedaan indikasi
dan ketetapan. Di Indonesia sendiri angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun
2002. Di RSCM Jakarta, sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai
angka kekerapan rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus
seksio sesarea elektif.4-8
Di RSUP Malalayang, tahun 2001 terdapat 489 kasus, tahun 2002 ada
556 kasus dan tahun 2003 terdapat 493 kasus. Peningkatan ini terjadi berkat
kemajuan dalam bidang antibiotika, teknik operasi yang lebih sempurna,
transfusi darah, anestesi yang lebih baik, pengenalan gawat janin yang cepat
dan penurunan paritas.9
Indikasi untuk melakukan seksio sesarea antara lain:10
Indikasi ibu: panggul sempit absolut, tumor pada jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks/ vagina, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik dan ruptura uteri membakat.
Indikasi janin: kelainan letak (letak lintang yang tidak bisa diputar, letak
sungsang pada primigravida dan letak muka dengan dagu didepan), gawat
janin, bayi besar (>3500 gram pada letak bokong).

Berikut ini akan kami sajikan laporan kasus seksio sesarea pada
bekas seksio kurang dari 1 tahun.

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. ET

Umur

: 35 tahun

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: PNS

Alamat

: Ranomuut L II

Suku

: Batak

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Kristen

Nama suami : Tn. MS


Pekerjaan

: PNS

MRS

: 12 Desember 2004, jam 20.00

ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
Dikirim oleh dokter ahli dengan G 2 P1 A0, 35 tahun, hamil aterm + bekas
seksio
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan. Pelepasan lendir campur darah
, pelepasan air , pergerakan janin masih dirasakan saat MRS.
Riwayat kembar disangkal penderita.
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Penyakit darah tinggi, jantung, paru, hati, ginjal, kencing manis disangkal

ANAMNESIS KEBIDANAN
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 8 kali di dokter ahli
Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 12 tahun dengan siklus tidak teratur dan lamanya
haid tiap siklus 3-4 hari. Hari pertama haid terakhir (HPHT) 13 Maret 2004
dan taksiran tanggal partus 20 Desember 2005.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah satu kali dengan suami sekarang 3 tahun.
Jumlah anak sekarang 1 orang
Keluarga Berencana
Tidak pernah ikut KB
Riwayat Kehamilan Terdahulu
1.

2003, laki-laki, cukup bulan, dengan SC ai. KPD dan bayi besar, di
rumah sakit umum oleh dokter ahli, BBL: 4060 gram, hidup

2.

2004, ini

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis.

Tekanan darah

: 120/80 mmHg

Nadi

: 88 x/m.

Pernapasan

: 24 x/m.

Suhu badan

: 36,4 0C.

Berat badan

: 73 kg.

Tinggi badan

: 159 cm.

Gizi

: Cukup.

Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua sklera
tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret yang keluar dari
liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan kedua septum intak, tidak ada
sekret yang keluar dari hidung. Pada gigi ditemukan adanya karies dentis.
Tonsil T1/T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis.
Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung

: Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising jantung.

Paru-paru

: Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing di kedua


lapangan paru.

Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Anggota gerak
Tidak ditemukan adanya edema pada kedua tungkai. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.

Status Obstetri
Pemeriksaan luar
Tinggi fundus uteri

: 38 cm.

Letak janin

: Letak kepala, punggung kiri

Detak jantung janin : 12 12 13.


His

:-

TBBA

: 3900 gram

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb

: 12,0 gr %.

Leukosit

: 7.400/mm3.

Trombosit

: 280.000/mm3.

RESUME MASUK
G2P1A0, 35 tahun MRS tanggal 12 Desember 2004 jam 20.00 Wita dengan
keluhan utama dikirim dari dokter ahli dengan hamil aterm + bekas SC. Tanda
inpartu , pelepasan air , gerak janin , Riwayat gemeli (-), RPD (-).
HPHT 13-03-2004, TTP 20-12-2004
Status Praesens

: KU: Cukup; Kes: CM; T: 120/80 mmHg; N: 88 x/mnt;


R: 24x/mnt; SB: 36.4 0C.

Status Obstetri

: TFU: 38 cm; Letak kepala punggung kiri


BJA: 12 12 13; His:
TBBA: 3900 gram

DIAGNOSIS KERJA
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + Bekas SC < 1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
-

SC elektif

Sedia donor, setuju operasi

Lapor konsulen setuju SC elektif tanggal 15-12-2004

OBSERVASI
Tanggal 12 Desember 2004
Pemeriksaaan

: Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt


BJA: 12-12-13, His:

Diagnosis:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC <
1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
Sikap:
-

SC elektif

Sedia donor dan Informed concent

Lapor konsulen setuju SC

Cat: Penderita meminta izin untuk pulang


Tanggal 15 Desember 2004
Pemeriksaaan

: Kes: CM; T; 120/80 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 20 x/mnt


BJA: 12-12-12, His:

Diagnosis:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC < 1
tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala puki
Sikap:
-

SC elektif

Jam 10.00

: Penderita dibawa ke OK IBS

Jam 11.10

: Operasi dimulai dilakukan SCTP

Laporan Operasi:
- Penderita terlentang di atas meja operasi, dilakukan tindakan antiseptik
pada abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek steril kecuali lapangan
operasi
- Dalam GA dilakukan insisi pada skar lama pfannenstiel, dilakukan eksisi
jaringan keloid. Insisi diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul
sampai tampak peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada

usus di bawahnya,

digunting dan diperlebar,

tampak uterus gravidarum


- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar kekiri dan
kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi dengan haak
abdomen.
- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, tampak keluar cairan
ketuban putih keruh 100 cc disuction. Eksplorasi janin letak kepala.
Dengan meluksir kepala janin dilahirkan
- Jam 11.15 lahir bayi perempuan, BBL: 3850 gr, PBL: 50 cm, Apgar
Score: 8-10
- Sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat dijepit pada 2 tempat dan
digunting diantaranya.
- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada korpus
uteri belakang, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan, Kavum uteri
dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban
- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis simpul
dan

jelujur,

kontrol

perdarahan,

perdarahan

tidak

ada,

dilakukan

reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak ada perdarahan


eksplorasi uterus bentuk arkuatus. Kavum abdomen dibersihkan dari sisasisa perdarahan dan bekuan darah.
- Kontraksi uterus baik, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit
subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril.

Jam 12.15

: Operasi selesai
KU post Operasi: T: 120/80, N: 88 x/m, R: 24 x/m
Kontraksi uterus baik
Perdarahan kira-kira 500 cc
Diuresis kira-kira 300 cc

Follow up Ruangan
16 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,8 0C
Status Puerpuralis:
TFU

: Setinggi pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (-), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia

: Rubra

Terpasang infus dan kateter


Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr I a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-

IVFD RL : D5% 1:1

Ceftriakson inj 2 x 1 gram IV

Metronidazol 2 x 500 mg IV

Pitosin drips 3 x 1 amp

Vit c. 1 x 1 amp

Penderita puasa sampai peristaltik , boleh minum sedikit

Periksa HB post OP ( HB: 11 gr%)

17 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
TFU

: 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia

: Rubra

Terpasang infus dan kateter


Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr II a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-

Aff infus dan kateter

Cefadroksil 3 x 500 mg tab

Metronidazol 3 x 500 mg tab

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

18 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/60 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerpuralis:
TFU

: 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

10

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik, tertutup kain gaas.
Lokia

: Sanguinolenta

Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr III a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-

Cefadroksil 3 x 500 mg tab

Metronidazol 3 x 500 mg tab

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

Rawa luka ganti gaas

19 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,3 0C
Status Puerpuralis:
TFU

: 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi kering, tertutup kain gaas.
Lokia

: Sanguinolenta

Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr IV a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810

11

Sikap:
-

Cefadroksil 3 x 500 mg tab

Metronidazol 3 x 500 mg tab

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

20 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,5 0C
Status Puerpuralis:
TFU

: 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik

Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik (+), luka operasi baik.
Lokia

: Sanguinolenta

Diagnosis:
P2A0, 35 tahun post SCTP Hr V a.i. Bekas SC < 1 tahun
Lahir bayi perempuan, BBL 3850 gr, PBL 50 cm, AS 810
Sikap:
-

Cefadroksil 3 x 500 mg tab

Metronidazol 3 x 500 mg tab

Becomzet 1 x 1 tab

Diet: TKTP

Rencana: Pulang

12

DISKUSI

Seorang Ibu G2P1A0, 35 tahun, hamil 38-39 minggu, belum inpartu + bekas
SC < 1 tahun, janin intra uterin , tunggal, hidup, letak kepala, punggung kiri.
Yang akan dibahas dalam bagian ini adalah:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis

Diagnosis
Penderita ini didiagnosis dengan:
G2P1A0, 35 tahun, hamil 38 39 minggu, belum inpartu + bekas SC < 1 tahun
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala punggung kiri
Dignosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan kebidanan.
Dari anamnesis diketahui bahwa kehamilan adalah kehamilan kedua,
dimana kehamilan pertama pada tahun 2003 dengan melahirkan secara
seksio sesarea atas indikasi bayi besar. Sesuai dengan HPHT, saat ini ibu
hamil 38-39 minggu dan saat datang ibu belum ada tanda-tanda inpartu.
Diagnosis janin intra uterin tunggal hidup letak kepala punggung kiri
ditegakkan berdasarkan adanya pergerakan anak terasa oleh ibu, dan pada

13

pemeriksaan kebidanan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada


uterus bagian bawah.

Penatalaksanaan
Pasien ini merupakan bekas SC dimana pada setiap bekas SC harus
masuk rumah sakit pada umur kehamilan 34 minggu. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya ruptur uteri. Dimana ruptur bekas SC klasik sudah
dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan luka bekas SC profunda
biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Ruptur uteri pada luka bekas SC sukar sekali didiagnosis sehingga
disebut silent ruptur karena tidak ada gejala-gejala yang khas seperti yang
terdapat pada ruptur uteri yang utuh misalnya:

Sewaktu kontraksi yang kuat, pasien tiba-tiba merasa nyeri yang


mengiris di perut bagian bawah.

SBR nyeri sekali kalau di palpasi

Ada perdarahan pervaginam walaupun tidak banyak

Kalau ruptur sudah lama terjadi maka seluruh perut nyeri dan
gembung

Air kencing mengandung darah karena kandung kencing teregang


atau tertekan.

Pada pasien ini diambil keputusan seksio sesarea karena pada persalinan
pertama dilakukan dengan SC (bekas SC) dimana seksio sesarea tersebut
dilakukan kurang dari 1 tahun. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang

14

menyatakan bahwa pada kehamilan dengan bekas sc diambil tindakan


seksio sesarea (SC) apabila SC terdahulu adalah SC klasik/ korporal,
penyembuhan luka operasi buruk, sudah dua kali atau lebih SC, SC
sebelumnya kurang dari 1 tahun dan penyebab SC tetap seperti panggul
sempit absolut disertai penyulit lain seperti kelainan letak, kehamilan lewat
waktu dengan pelvic skore rendah, plasenta previa dan distosia.
Dilakukan SC elektif atau direncanakan sebab ibu datang belum inpartu dan
belum ada indikasi dilkukan SC cito.

Komplikasi
Komplikasi yang paling ditakutkan pada suatu bekas seksio adalah ruptur
uteri, pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi.

Prognosis
Prognosis untuk ibu sebelum operasi adalah dubia, sebab meskipun
ibu datang belum inpartu dan belum ada tanda-tanda komplikasi jadi masih
bisa dilakukan perencanaan untuk dilakukan seksio elektif yang pastinya
memiliki risiko lebih kecil dibanding Cito, tetapi kehamilan dengan bekas SC
kurang dari satu tahun ditambah usia ibu yang sudah 35 tahun tetap memiliki
risiko untuk terjadinya komplikasi.
Prognosis post operasi adalah dubia ad bonam, karena operasi
berjalan dengan lancar tanpa komplikasi. Selain itu pada follow up tidak

15

didapatkan keluhan yang berarti dan penderita dipulangkan dengan kondisi


baik.
Prognosis untuk bayi adalah dubia ad bonam dengan apgar skore 810 tanpa komplikasi dan keluhan selama follow-up.
Prognosis untuk kehamilan berikutnya adalah dubia ad malam karena
sudah dilakukan SC dua kali, maka kemungkinan terjadinya komplikasi
berupa ruptura uteri spontan cukup besar.

16

KEPUSTAKAAN
1. Bagian Obstetri dan Ginekologi UNPAD. Gestose. Dalam: Obstetri
patologi. Bandung: 84-98
2. Mochtar R. Toksemia gravidarum. Dalam: Lutan G, editor. Sinopsis
Obstetri jilid I. Jakarta: EGC, 1998; 207
3. DeCherney AH, Pernoll ML. Cesarean section. In: Obstetric &
ginekologic diagnosis and treatment. Philadelphia: Lange, 1999; 55970
4. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Caesarean

section

and

caesarean

hysterectomy. In:

Williams

obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc, 1993.p.
591-604
5. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean
section in operative obstetrics. 1 st ed. Connecticut: Appleton and
Lange, 1995.p. 308-28
6. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention and
high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro
GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
7. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in management
of high risk pregnancy. 3 th ed. Boston: Blackwell Scientific Publication,
1994.p. 520-3
8. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan persalinan
dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis pelayanan
kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7
9. Data Obstetric. RSUP Malalayang tahun 2002.
10. Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirahardjo. Jakarta, 1999: 6628-9.

17

Anda mungkin juga menyukai