148 321 1 PB
148 321 1 PB
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Perbaikan transparansi dan akuntabilitas
fiskal merupakan salah satu kunci bagi
keberhasilan perombakan sistem sosial yang
dilakukan selama era reformasi. Nasution
(2007) menyatakan ada beberapa kelemahan
dalam sistem keuangan negara Indonesia di
era orde baru yaitu: (1) kelemahan dalam
desain dan pelaksanaan sistem pengendalian
intern, (2) ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan,
(3)
penyimpanan
keuangan negara yang semrawut, (4) tidak
adanya informasi tentang aset dan hutang
negara, dan (5) pengungkapan laporan
keuangan pemerintah yang tidak konsisten
dan tidak memadai. Untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara, pemerintah era reformasi
telah melakukan koreksi secara menyeluruh.
Salah satu upaya yang dilakukan menyusun
paket undang-undang keuangan negara yaitu:
Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, UU nomor 01
tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
dan UU nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara.
Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17 tahun
2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/
Walikota
menyampaikan
rancangan
peraturan
daerah
(perda)
tentang
diselenggarakan
berdasarkan
sistem
pengendalian intern yang memadai dan
laporan keuangan telah diselenggarakan
sesuai
dengan
standar
akuntansi
pemerintahan. Peran SPI adalah untuk
meningkatkan kinerja, transparansi, dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara.
Presiden selaku Kepala Pemerintahan
mengatur dan menyelenggarakan sistem
pengendalian
intern
di
lingkungan
pemerintahan secara menyeluruh. Pada
tahun
2008
Pemerintah
menetapkan
Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur
Sistem pengendalian intern baru ditetapkan
pada tahun 2008 yaitu PP nomor 60 tahun
2008 tentang sistem pengendalian intern
pemerintah (SPIP).
Untuk
meningkatkan
kualitas
transparansi dan akuntabilitas
laporan
keuangan pemda maka laporan keuangan
perlu diaudit oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK). Adapun bentuk auditnya
adalah audit keuangan. Pasal 15 ayat (1) UU
nomor 15 tahun 2004 menyatakan pemeriksa
(BPK) menyusun laporan hasil pemeriksaan
(LHP) setelah pemeriksaan selesai dilakukan.
Pasal 16 ayat (1) UU nomor 15 tahun 2004
menyatakan laporan hasil pemeriksaan atas
laporan keuangan pemerintah memuat opini.
Opini adalah pernyataan profesional sebagai
kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat
kewajaran informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan. Di dalam melaksanakan
pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK
wajib menguji dan menilai SPI pemda yang
bersangkutan, seperti diamanatkan dalam
pasal 12 UU nomor 15 tahun 2004 berbunyi
Dalam rangka pemeriksaan keuangan
dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan
pengujian dan penilaian atas pelaksanaan
sistem pengendalian intern pemerintah.
Tujuan SPI adalah untuk meningkatkan
efisiensi
dan
efektifitas
pelaksanaan
pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dan
bagi pemda digunakan untuk memperbaiki
sistem pengendalian dan kinerja pemeriksaan
intern.
Perumusan Masalah
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) merupakan dasar hukum
pencairan anggaran yang dibutuhkan agar
2004
6
Tahun (%)
2005 2006
4
1
2007
1
Wajar
Dengan
Pengecualian (WDP)
88
85
71
63
18
Tidak
memberikan
pendapat (disclaimer)
22
18
Sistem
2.
3.
4.
5.
2.
3.
Resiko deteksi.
4.
b.
Melakukan
observasi
dan/
atau
wawancara dengan pihak terkait di setiap
prosedur yang ada. Aktivitas ini untuk
mengidentifikasi resiko yang mungkin
timbul di setiap sub proses yang ada dan
keberadaan sistem pengendalian dalam
rangka mengantisipasi resiko yang
bersangkutan.
c.
kesimpulan
tentang
kemungkinan
terjadinya salah saji yang material dalam
penyusunan laporan keuangan.
d.
b.
Pembinaan
penyelenggaraan
SPI
pemerintah. Berdasarkan ketentuan
perundang-undangan, organisasi yang
diberi kewenangan dalam pembinaan
SPI adalah Badan Pengawas Keuangan
Pemerintah (BPKP). Pembinaan dapat
dilakukan dalam bentuk: penyusunan
pedoman teknis penyelenggaraan SPIP,
sosialisasi, pendidikan dan pelatihan,
pembimbingan dan konsultasi SPIP, dan
peningkatan kompetensi auditor APIP.
METODE PENELITIAN
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah Kabupaten
PWJ. Alasan pemilihan sampel adalah: (a)
Kabupaten PWJ merupakan salah satu
pemerintah daerah di Jawa Tengah yang
mengalami penurunan opini BPK. Kabupaten
PWJ memperoleh opini wajar dengan
pengecualian (WDP) atas penyajian laporan
keuangan tahun 2006 menjadi disclaimer atas
laporan keuangan tahun 2007; (b) laporan
keuangan tahunannya telah diaudit BPK dan
dipublikasikan dalam www.bpk.go.id; dan
(c) kedua pejabat bupatinya tersangkut
dugaan perkara korupsi.
Pengumpulan Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang
berupa sistem pengendalian intern. Data
tersebut diperoleh dari laporan hasil
pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan
Kabupaten PWJ tahun 2006 dan tahun 2007
yang dipublikasikan melalui www.bpk.go.id.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
menelusuri (tracing) temuan SPI pada
laporan hasil pemeriksaan (LHP) tersebut.
Analisis Kajian
Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif
(Indriantoro dan Supomo, 1999). Penelitian
ini pada dasarnya bersifat mono variabel.
Variabel
utamanya
adalah
sistem
pengendalian intern. Model analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis kualitatif, yaitu mengadakan
pengkajian atas variabel yang telah
ditentukan
dan kemudian dilakukan
interpretasi untuk mendapatkan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Kabupaten PWJ
Kabupaten PWJ memiliki luas 1.034, 82
km dengan batas wilayah sebelah barat
Kabupaten KBM, sebelah utara Kabupaten
MGL dan WSB, sebelah timur Kabupaten
KPO serta sebelah selatan Samudera
Indonesia. Visi kabupaten PWJ adalah
menuju masyarakat yang lebih sejahtera
dengan meningkatkan kemandirian serta
daya
saing
melalui
penyelenggaraan
pembangunan daerah yang aspiratif dengan
dukungan birokrasi profesional dan bersih
dari korupsi serta peran aktif sektor swasta
dan masyarakat. Adapun profil kemampuan
keuangan Kabupaten PWJ sebagai berikut
(tabel 2):
2
Tabel 2
Profil keuangan Kabupaten PWJ
Uraian
Tahun 2007
Tahun 2006
(Rp)
(Rp)
Pendapatan Asli Daerah
44.187.840.276
32.024.960.588
Pendapatan transfer
471.735.000.000
432.013.000.000
Total aset
989.228.704.365
832.350.157.447
Total kewajiban
1.467.957.606
2.456.399.417
Total APBD
661.093.421.227
507.653.587.045
Realisasi belanja
575.405.959.999
463.227.297.101
Sumber: data sekunder yang diolah
Hasil Kajian
Berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku, BPK berkewajiban
memeriksa laporan keuangan pemda yang
terdiri atas: Neraca, Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan
atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan
adalah tanggung jawab pemda, sedangkan
tanggung jawab BPK adalah pada
pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
BPK
melaksanakan
pemeriksaan
berdasarkan standar pemeriksaan yang
ditetapkan. Pada tahun 2007, BPK telah
menetapkan Peraturan BPK nomor 1 tahun
2007
tentang
Standar
Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut
Naik (turun)
%
37,50
9,02
18,87
(40,26)
30,37
24,19
5.
6.
7.
8.
9.
Saldo
rekening
bendahara
pengeluaran SKPD pada akhir tahun
anggaran dipindahkan ke rekening
pribadi.
10.
2.
3.
4.
Pembahasan
Jika kita
mengamati temuan
kelemahan SPI Kabupaten PWJ seperti
diuraikan diatas maka kelemahan SPI
tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5
yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
2.
2.
3.
Anwar
Nasution.
2007.
Perbaikan
Pengelolaan Keuangan Negara dan
Keuangan
Daerah.
Makalah
disampaikan dalam Seminar IAIKSAP. Jakarta 12 April 2008.