Modul Penginderaan Jauh N Aplikasinya
Modul Penginderaan Jauh N Aplikasinya
1. PENDAHULUAN
Teknologi penginderaan jauh merupakan pengembangan dari teknologi
pemotretan udara yang mulai diperkenalkan pada akhir abad ke 19. Manfaat
potret udara dirasa sangat besar dalam perang dunia pertama dan kedua,
sehingga cara ini dipakai dalam eksplorasi ruang angkasa. Sejak saat itu istilah
penginderaan jauh (remote sensing) dikenal dan menjadi populer dalam dunia
pemetaan .
Eksplorasi ruang angkasa yang berlangsung sejak tahun 1960 an antara lain
diwakili oleh satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera presisi
tinggi mengambil gambar bumi dan memberikan informasi berbagai gejala
dipermukaan bumi seperti geologi,
26
MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar
tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor
untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan
diorbitkan melalui satelit-satelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek
kecil di permukaan bumi dapat pula direkam.
2. PRINSIP DASAR
dalam klasifikasi
ini. Namun
sebagian pakar
memasukkan
27
Sejarah pemotretan udara telah berjalan cukup lama sejak awal abad 19 tetapi
pada pertengahan sampai akhir abad penggunaan semakin meningkat, seperti
diperlihatkan pada tabel di bawah ini.
1839
1858
1882
1909
191020
192050
1934
1940's
1940's
19501970
28
1962
1972
1982
1986
198090
1986-
1990-
Awal tahun 2000 satelit satelit dengan resolusi tinggi ( 1 5 meter) telah
masuk ke dalam pasar untuk kepentingan sipil.
29
Sinar
matahari
disusun
oleh
berbagai
berkas
cahaya
(gelombang
30
Hanya sebagian kecil dari berkas cahaya dapat dilihat oleh mata manusia,
yaitu yang dikenal sebagai gelombang tampak (visible spectrum) yang dapat
dilihat pada warna pelangi. Berkas cahaya lain tidak kasat mata tapi dapat
direkam dalam bentuk citra.
31
pemilihan
film
dan
cara
pemotretan.
(2).
Pemrosesan
32
Potret udara tidak seperti potret terestris biasa tetapi harus memenuhi
persyaratan khusus dan baku, antara lain : (1). Dibuat dalam bentuk potret
tegak (vertikal). Dalam hal tertentu pemotretan kadang dibuat dalam posisi
miring (oblique) yang menghasilkan gambar seperti dapat dilihat pada gambar
4. Namun demikian pada umumnya potret udara dibuat dalam bentuk potret
tegak (vertikal)
(2). Dibuat dengan sistim tumpang tindih (overlap) antara satu potret dengan
potret berikutnya. Cara demikian dilakukan untuk mendapatkan kenampakan 3
dimensi dan untuk keperluan pembuatan peta topografi. Tumpang tindih ke
arah samping juga dibuat dalam jarak lebih pendek, sehingga seluruh daerah
yang dipotret tidak ada yang terlewat. Gambar 5 memperlihatkan bentuk
pemotretan yang biasa dilakukan.
33
Kamera udara dapat berupa kamera tunggal atau majemuk, pada umumnya
diletakkan di perut pesawat, di masa lalu diletakkan di luar badan pesawat
seperti pada gambar 6. Untuk mendapatkan potret yang sesuai dengan
keperluan dasar pemotretaan dipertahankan pada posisi mendatar serta diatur
selang pengambilannya secara tetap.
34
putih dan warna, namun umumnya adalah film pankromatik hitam putih.
Beberapa bentuk potret yang dihasilkan diperlihatkan pada gambar 7 di bawah
ini.
Potret udara pada umumnya digunakan untuk dua hal : (1). Untuk membuat
peta topografi dengan menggunakan peralatan yang khusus dibuat untuk itu.
Pekerjaan ini termasuk dalam bidang fotogrametri, yang tidak dibahas dalam
makalah ini. (2). Untuk pemetaan sumberdaya alam seperti geologi,
kehutanan, pertanian, sumberdaya air, bencana alam dan sebagainya (petapeta tematik). Peta tematik dibuat dengan cara menafsirkan kenampakan pada
potret udara sesuai dengan tujuannya melalui pengenalan tanda-tanda yang
khas dari obyek yang diamati. Ilmu ini dikenal dengan penafsiran/interpretasi
potret udara. Orang yang dapat menafsirkan potret udara disebut sebagai
penafsir potret udara atau photo interpreter. Sebagai contoh kita bisa
mengenal gunungapi karena bentuknya yang seperti kerucut, adanya
kepundan dipuncaknya, torehan air/sungai berbentuk radial dan sebagainya.
Kriteria penafsiran yang umum terhadap obyek/gejala alam antara lain : (1).
Bentuk dan ukuran obyek, (2). Pola dan susunan obyek, (3). Tekstur dari
obyek, (4). Hubungan/asosiasi dengan obyek disampingnya, (4). Struktur dari
35
obyek, (5). Warna, derajat keabuan (grey level) akibat nilai pantul yang
berbeda, (6). Kaitannya dengan ulah kegiatan manusia dan sebagainya.
2.3.
36
saluran
tunggal
(single
channel).
Ia
mempunyai
kelebihan
dibandingkan dengan sistim optik dalam hal mampu menembus awan dan
dapat dioperasikan pada malam hari karena tidak tergantung pada sinar
37
matahari. Sistim aktif antara lain diterapkan pada Radarsat (Kanada), ERS-1
(Eropa) dan JERS (Jepang).
Sensor yang dapat digunakan untuk perekam data dapat berupa multispectral
scanner, vidicon atau multispectral camera. Rekaman data pada umumnya
disimpan sementara di dalam alat perekam yang ditempatkan di satelit
kemudian dikirimkan secara telemetri ke stasiun penerima bumi sebagai data
mentah (raw data). Di stasiun bumi data mengalami pemrosesan awal (preprocessing) seperti proses kalibrasi radiometri, koreksi geometri sebelum
dikemas dalam bentuk format baku yang siap untuk dipakai pengguna (users).
Pengguna data pada umumnya adalah masyarakat umum dengan tidak ada
pengecualian
apakah
militer,
sipil,
instansi
pemerintah
atau
swasta.
2.3.2.
Data penginderaan jauh pada umumnya berbentuk data digital yang merekam
unit terkecil dari permukaan bumi dalam sistim perekam data. Unit terkecil ini
dikenal dangan nama pixel (picture element) yang berupa koordinat 3 dimensi
(x,y,z). Koordinat x,y menunjukkan lokasi unit tersebut dalam koordinat
geografi x, y dan z menunjukkan nilai intensitas pantul dari tiap pixel dalam tiap
selang panjang gelombang yang dipakai. Nilai intensitas pantul dibagi menjadi
256 tingkat berkisar antara 0 255 dimana 0 merupakan intensitas terrendah
(hitam) dan 255 intensitas tertinggi (putih). Dengan data citra asli (raw data)
tidak lain adalah kumpulan dari sejumlah pixel yang bernilai antara 0 -255.
38
detail data tersebut dihasilkan, sebaliknya makin kecil nilai resolusi spasial
makin detail data tersebut dihasilkan seperti dapat dilihat pada gambar 9.
Selain resolusi spasial data penginderaan jauh mengenal suatu istilah lain
yaitu resolusi spektral. Data penginderaan jauh yang menggunakan satu
band pada sensornya hanya akan memberikan satu data intensitas pantul
pada tiap pixel. Apabila sensor menggunakan 5 band maka data pada tiap
pixel
akan
menghasilkan
nilai
intensitas
yang
berbeda.
Dengan
39
Karena data penginderaan jauh berupa data digital maka penggunaan data
memerlukan suatu perangkat keras dan lunak khusus untuk pemrosesannya.
Komputer PC dan berbagai software seperti ERMapper, ILWIS,
IDRISI,
ERDAS, PCI, ENVI dsb dapat dipergunakan sebagai pilihan. Untuk keperluan
analisis dan interpretasi dapat dilakukan dengan dua cara : (1). Pemrosesan
dan analisis digital dan (2). Analisis dan interpretasi visual. Kedua metoda ini
mempunyai
keunggulan
dan
kekurangan,
seyogyanya
kedua
metoda
40
Band 3 2 1
Band 4 7 1
Band 5 4 2
Band 4 5 7
41
Selain untuk mengubah tampilan citra pemrosesan digital dapat pula dipakai
untuk memperoleh data secara otomatik (ekstraksi data). Ekstraksi ini antara
lain dapat dipakai untuk memetakan tanaman hijau (NDVI), klasifikasi
(supervise dan unsupervise) seperti dalam memetakan tutupan lahan (land
cover), memetakan badan air dan sebagainya seperti dapat dilihat pada
gambar 14.
42
Pada data potret udara, yang berupa data analog, penafsiran dalam bentuk
penarikan garis dan penandaan dilakukan pada lembar potretnya (hard copy),
sedangkan pada data digital selain dilakukan pada hard copy dapat juga
dilakukan langsung dari layar monitor dan hasilnya langsung disimpan dalam
bentuk data digital.
Analisis visual hanya dapat dilakukan oleh manusia yang terlatih dalam bidang
pekerjaannya.
43
Khayalan akan adanya bentuk satelit oleh Jules Verne pada tahun 1865,
Arthur Clark tahun 1951 diwujudkan oleh satelit Sputnik yang diorbitkan Rusia
pada tahun 1957. Amerika Serikat tidak mau kalah dengan meluncurkan satelit
cuaca TIROS-1 pada tahun 1960. Sejak itu kedua negara adidaya saling
berlomba dalam ruang angkasa dengan berbagai jenis satelitnya. Dari gambargambar yang diperoleh satelit Apollo, Gemini di sekitar 1970 an, Amerika
membuat kejutan dengan meluncurkan satelit pemetaan sumberdaya alam
ERTS-1 (sekarang dikenal dengan LANDSAT).
44
Orbit Landsat adalah dari kutub ke kutub (orbit polar) pada ketinggian sekitar
700 Km dengan inklinasi 98.2 derajat dengan waktu orbit ulang untuk daerah
tertentu (revisit time) 16 hari, artinya setiap 16 hari sekali satelit itu melewati
daerah yang sama (gambar 17).
45
46
Data Landsat merupakan salah satu yang paling banyak dipakai dalam
pemetaan pada umumnya karena mempunyai cakupan yang sangat luas, 180
x 180 km2 dengan resolusi spasial cukup baik (30 meter)
Landsat 7 ETM+ mempunyai 8 band, 6 band pada selang cahaya tampak dan
inframerah dekat dengan resolusi spasial 30 meter, 1 band pada selang
cahaya inframerah termal dengan resolusi spasial 120 meter dan 1 band pada
selang pankromatik dengan resolusi spasial 15 meter.
Contoh tampilan dari data satelit seperti pada gambar 18 sampai dengan 15
47
Gambar 18. Citra Aster dari Zagros fold belts, Aljazair, reesolusi 15 meter
48
49
4.
4.1. Umum
50
mengisi keperluan di atas akan memerlukan waktu dan biaya sangat besar.
Sebagai jalan pintas citra penginderaan terbukti dapat memberikan kontribusi
yang
signifikan
yang
perlu
dipertimbangkan
penggunaannya
dan
Wilayah dan garis pantai Indonesia sangat panjang dan luas, hanya sedikit
sekali diketahui dari padanya baik dalam hal sumberdaya alam yang dimiliki
(mineral dan bahan galian, sumberdaya air, lahan) maupun kondisi
lingkungannya. Pemetaan pada daerah pantai sulit dilakukan karena
sukarnya diperoleh singkapan batuan, asesibilitas sukar (rawa pantai) dan
mahal karena sebagian besar harus dilakukan melalui survei bawah
permukaan (geofisika dan pemboran). Sebaliknya daerah pantai dan pesisir
merupakan wilayah ekonomi yang potensial sebagai lahan pemukiman,
51
tilted.
b.
terraces
52
Gambar 23, Endapan kipas aluvial S.Jeneberang, Makassar dan alur sungai
purba
Gambar 24. Punggung pematang pantai (beach ridges) pantai selatan Jawa
Tengah
53
54
55
Gambar 29. Beach ridges dan swale, potensi dan bencana yang dimiliki.
4.2.2. Vulkanologi
56
Active volc.
volc.
Pyroclastic
Lava flow
57
Sipirok
G.Sibualbuali
58
Batuan sedimen terlipat dicirikan oleh bentuk dan pola topografi yang khas
dan dapat dikenal dengan baik pada citra satelit inderaja, dengan
kenampakan sebagai berikut.
a. Susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan
pematang bukit memanjang saling sejajar. Morfologi lembah ditempati
oleh jenis batuan lunak yang mudah tertoreh (batulempung, serpih,
napal) dan pematang bukit ditempati oleh lapisan batuan yang lebih
keras (batupasir, konglomerat, breksi, batugamping). Arah memanjang
dari bentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidang perlapisan.
b. Batuan karbonat yang umumnya keras biasanya menempati topografi
tinggi, dikenal dengan baik apabila menunjukkan bentuk morfologi karst.
c. Breksi juga menempati topografi tinggi, homogin dan memperlihatkan
tekstur topografi kasar sangat kasar.
d. Bidang perlapisan seringkali dapat dikenal dari kesejajaran jejak bidang
perlapisannya. Kemiringan bidang perlapisan dapat dikenal dari bentuk
59
C
D
60
B
D
F
C
Gambar 37. Perlapisan batupasir (A,B), batulempung (C,E)
dan batugamping(? D) dalam struktur antiklin
61
D
B
C
Gambar 40. Perlapisan batupasir (A), batulempung (B),
dan batugamping
62
A
B
C
E
D
D
63
Antiklin
B
C
D
Sinklin
64
Bencana alam seperti gempa, gerakan tanah, letusan gunungapi dan banjir
merupakan jenis bencana yang berkaitan erat dengan proses dinamika
bumi. Gejala geologi tersebut sangat umum terjadi di Indonesia karena
letaknya di jalur tektonik aktif di satu pihak dan kondisi klimatologi denga
curah hujan tahunan tinggi di lain pihak. Bencana alam geologi yang
seringkali mengakibatkan korban jiwa dan materi dalam hal tertentu dapat
pula berpengaruh terhadap kegiatan sektor pertambangan.
a. Gempabumi
65
66
b. Letusan gunungapi
Kerawanan bencana alam hasil letusan gunungapi relatif besar
karena Indonesia mempunyai sekitar 126 gunungapi aktif tersebar di
seluruh wilayah. Meskipun seluruh gunungapi aktif telah dipetakan cukup
lama data satelit inderaja dapat memberikan informasi terkini mengenai
produk letusan dari gunungapi tersebut dan dapat dipakai sebagai sarana
monitoring, deliniasi daerah rawan letusan dan produk sebaran letusannya.
Gambar 47 memperlihatkan contoh dari hasil letusan kedua gunungapi
tersebut.
G.Merapi
G.Agung
G.Semeru
67
c. Gerakan tanah
Gerakan tanah (landslides) seringkali juga dikenal dengan gerakan
massa tanah, batuan (mass movements) secara umum diartikan sebagai
suatu gerakan tanah dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh
gaya berat (gravitasi). Faktor internal yang dapat mengakibatkan terjadinya
gerakan adalah daya ikat (kohesi) dari tanah/batuan kecil sehingga partikel
tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya, bergerak ke bawah dengan
menyeret partikel lain yang dilaluinya membentuk massa yang lebih besar.
Kecilnya daya ikat
intensif
dari
massa
tersebut.
Faktor
eksternal
yang
dapat
Talus
Longsoran tipe Runtuhan (fall)
68
Longsoran (sliding)
69
70
71
dari
hasil
interpretasi
lebih
lanjut
dapat
dilengkapi
dan
72
Sumberdaya air yang menyangkut bentuk tubuh air di permukaan bumi (air
permukaan) dan air bawah tanah merupakan aspek geologi yang sangat
rawan akibat perubahan kondisi lingkungan, khususnya dalam bentuk
pencemaran kimia dan fisika. Pencemaran fisika air, khususnya pengaruh
sedimentasi paling nyata teridentifikasi pada citra inderaja pada kombinasi
band visible (pada citra Landsat band 1,2 dan 3). Pencemaran kimia
sampai saat ini masih belum dapat ditentukan dari band yang tersedia.
Penggunaan sensor hiperspektral (misalnya pada CASI) pencemaran kimia
dilaporkan telah dapat diketahui, meskipun sistim ini masih belum meluas
penggunaannya.
Informasi sumberdaya air yang dapat dipetakan dari citra inderaja secara
umum di antaranya:
a. Pola aliran sungai dengan bentuk dan sebaran DAS dan subDAS.
b. Jenis sungai dalam kelangsungan kandungan air (intermitten dan
perenial streams).
c. Bentuk dan jenis massa air genangan (danau, bendungan, rawa, rawa
pantai, kelembanan tanah permanen).
73
Pada citra inderaja kesemua bentuk hidrologi tersebut di atas hanya dapat
terlihat pada kombinasi band tertentu. Sebagai contoh, sedimentasi di
dalam massa air misalnya hanya dapat diidentifikasi pada kombinasi band
visible sedangkan pada kombinasi band infra merah tidak terlihat.
Kelembaban tanah tampak jelas pada kombinasi band infra merah, tidak
pada visible. Air di dalam lembah sungai umumnya tidak dapat dilihat
karena ukurannya yang lebih kecil dari nilai resolusi spasialnya, kecuali air
pada sungai-sungai utama yang besar. Meskipun demikian keberadaan air
dapat ditafsirkan diri kenampakan lembah sungainya.
74
75
76
spasial
menengah
77
78
79
5.
umumnya
dan
implementasi
dalam
kegiatan
eksplorasi
maupun
swasta
yang
berkecimpung
dalam
bidang
penting
untuk
pemetaan.
4. Masalah
kesiapan
sumberdaya
manusia
sangat
80