Bab I Pendahuluan
Bab I Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Luka bakar adalah kerusakan jaringan karena kontak dengan agens,
termal, kimiawi, atau listrik (Wong, 2008). Luka bakar tidak hanya akan
mengakibatkan kerusakan kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem
tubuh pasien. Pada pasien dengan luka bakar luas (mayor) tubuh tidak mampu
lagi untuk mengkompensasi sehingga timbul berbagai macam komplikasi
yang memerlukan penanganan khusus (Effendi, 1999 dalam Rahmawati,
2009).
Luka bakar yang disebabkan oleh agen termal adalah luka bakar yang
paling sering terjadi (Betz dan Sowden, 2004). Luka akibat tersiram air panas
merupakan salah satu contoh luka bakar termal yang biasanya menyebabkan
luka pada sebagian lapisan kulit atau luka bakar derajat II. Luka bakar derajat
II mengenai epidermis dan sebagian dermis yang menyebabkan kulit menjadi
tidak elastis dan merah.
Prevalensi kejadian luka bakar didunia adalah pada tahun 2007-2009
tercatat per 100.000 orang yaitu negara yang mempunyai prevalensi terendah
adalah Singapura (0,05%) dan prevalensi tertinggi adalah Finlandia (1,98%)
(The World Fire Data Statistic Center, 2012). Luka bakar dan cedera yang
berhubungan dengannya masih merupakan penyebab kematian dan kecacatan
utama di Amerika serikat. Wawasan klinik dan perawatan luka bakar
dapat diprediksi, sesuai dengan waktu yang diharapkan (Thakur, et al, 2011.
Selama fase proliferasi, terdapat proses reparasi aktif dari jaringan
yang rusak. Terbentuknya berbagai sitokin yang mengontrol pembentukan
kolagen dan pembuluh darah baru. Fase ini disebut fase granulasi sebab
gambaran luka yang sedang menyembuh menunjukan gambaran granular.
Pada fase tersebut, luka mulai berkontraksi, kemudian berlanjut dan luka
tertutupi oleh jaringan regeneratif sehingga mulai tampak lapisan permukaan
kulit (epitelisasi). Reepitelisasi merupakan tahapan perbaikan luka yang
meliputi
mobilisasi,
migrasi,
mitosis,
dan
diferensiasi
sel
epitel.
perpanjangan
(Gauglitz,
2011).
Sebuah
penelitian
oleh
diskonfigurasi
struktur
jaringan
dan
berakhir
dengan
deformitas bentuk dan gangguan fungsi. Hal ini dapat dicegah dengan
penatalaksaan luka fase awal yang meliputi kehilangan dan atau kerusakan
epitel maupun jaringan yang menjadi struktur di bawahnya (Moenajat, 2003).
Seiring perkembangan zaman yang semakin canggih seperti sekarang
ini, pemakaian dan pendayagunaan obat tradisional di Indonesia mengalami
kemajuan yang sangat pesat. Penelitian-penelitian mengenai tanaman obat
yang mulai meluas ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran surat
Asy-Syuaraa ayat ke 7 :
dapat
menyebabkan
infeksi
adalah
Staphylococcus
aureus.
mudah dihilangkan dari kulit dengan dicuci dengan air (Anief, 1997) . Dalam
penelitian ini menggunakan salep ekstrak daun binahong karena telah terbukti
memiliki efek antinflamasi, antimikroba dan antioksidan (Niswah, 2013).
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dikaji lebih lanjut dan
dilakukan penelitian tentang pengaruh perawatan secara topikal dengan salep
ekstrak daun binahong dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar
derajat II karena termal. Dipilih sediaan salep karena salep memiliki fungsi
sebagai bahan pembawa obat-obat topikal, bahan pelumas kulit dan sebagai
pelindung kulit.
B. Rumusan Masalah
Kemajuan dan perkembangan dibidang keperawatan komplementer
terus digalakkan, sehingga perawatpun berpartisipasi secara aktif dalam
kajian ilmiah dengan pengembangan penelitian-penelitian khususnya
dibidang woundcare, baik cleansing, debridemant teknik dressing, terus
diberkembang sesuai dengan kemajuan dan pengembangan kemajuan
dibidang keperawatan dan kesehatan sesuai dengan tuntutan jaman dan
masyarakat sebagai konsumen.. Berdasarkan uraian dalam latar belakang di
atas dapat, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut Apakah
perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) dapat mempercepat proses penyembuhan luka bakar
derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).?
10
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui pengaruh perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) dalam mempercepat proses
penyembuhan luka bakar derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus
novergicus).
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi perawatan secara topikal dengan Silver sulfadiazin
cream dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat II
karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).
b. Mengidentifikasi perawatan secara topikal dengan salep ekstrak daun
binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) konsentrasi 10 %, 20%
dan 40% dalam mempercepat proses penyembuhan luka bakar derajat
II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).
c. Mengidentifikasi gambaran histologi perawatan secara topikal dengan
salep ektrak daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
konsentrasi 10 %, 20% dan 40% dalam meningkatkan ketebalan
kolagen, epiteliasasi dan angiogenesis pada proses penyembuhan luka
bakar derajat II karena termal pada tikus putih (Rattus novergicus).
d. Membandingkan proses penyembuhan luka bakar derajat II karena
termal yang dirawat dengan salep ekstrak daun binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) (10%, 20%, 40%), Silver sulfadiazine cream
dan dasar salep pada tikus putih (Rattus novergicus).
11
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Melalui penelitian ini, peneliti dapat menambah pengetahuan serta
wawasan tentang perawatan luka bakar, salep ekstrak daun binahong dan
proses-proses penelitian.
2. Bagi profesi keperawatan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien yang memerlukan
perawatan luka pada umumnya, secara khusus untuk luka bakar derajat
II yang disebabkan akibat termal
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan
dibidang Ilmu Keperawatan pada khususnya dibidang wound dressing
dan ilmu kesehatan pada umumnya.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi pada masyarakat mengenai manfaat daun binahong
sebagai alternatif terapi unttahui perawatan luka bakar derajat II karena
termal.
12
E. Penelitian terkait
1. Penelitian Annisa Nur Muslimah. (2007) .Uji Aktivitas Antibakteri Ekstra
Air Daun Binahong (Anredera Scandens (L.) Moq.) Terhadap Bakteri
Klebiella Pneumoniae Dan Bacillus Subcutis ATCC 6633 Beserta Skrining
Fitokimianya Dengan Metode Uji Tabung.
Penelitian dibagi dalam dua pengujian, yaitu uji bakteri dan skrining
fitokimia dengan metode uji tabung. Uji aktivitas antibakteri dilakukan
dengan dua metode yaitu difusi agar untuk mengetahui besar aktivitas
hambatannya dan dilusi cair untuk mengetahui nilai KHM (Kadar Hambat
Minimum) yang dilanjutkan dengan uji konfirmasi dengan penggoresan di
media agar untuk mengetahui nilai KBM (Kadar Bunuh Minimum).
Pengujian aktifitas antibakteri dilakukan pada kadar 100% b/v, 75% b/v,
50% b/v, 25 % b/v, dan 12,5% b/v.
Berdasarkan penelitian uji aktivitas anti bakteri dengan mengunakan
metode difusi agar, diperoleh hasil bahwa ekstra air daun tanaman
13
14
dibuat 2,5 cm. Hasil dari penelitian dan hasil analisis statistik bahwa salep
ekstrak daun Binahong memiliki efektivitas pada penyembuhan luka yang
terinfeksi bakteri Staphylococcus aureus dan terdapat perbedaan
efektivitas pada setiap kosentrasi. Konsentrasi salep ekstrak daun
Binahong 10% telah memberikan efek penyembuhan, sedangkan pada
konsentrasi 20% dan 40% memberikan efek penyembuhan yang lebih
efekif. Perbedaan dengan penelitian sekarang terletak pada jenis maupun
jumlah sampel serta variabel dependennya dimana penelitian terdahulu
menggunakan kelinci yang berjumlah 30 ekor yang di buat luka infeksi
sedang penelitian sekarang menggunakan 35 ekor tikus putih dan dibuat
luka bakar derajat II karena termal.
3. Penelitian Miladia Inatin.(2012). Ekstrak etanol daun Anredera cordifolia
(Ten.) Steenis (Basellaceae) memperbaiki penyembuhan luka pada
marmut.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses normal sebagai
respon adanya cidera pada jaringan kulit. Secara tradisional Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis sering digunakan untuk mengobati berbagai jenis
penyakit, termasuk penyakit kulis, hipertensi, peradangan dan gout.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai aktivitas penyembuhan luka daun
binahong atau Anredera cordifolia (Ten.) Steenis terhadap luka eksisi
buatan pada marmut. Sebanyak 30 ekor marmut (umur 3-4 bulan, berat
1,5-2 kg dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu
kelompok I diberi olesan akuades (kontrol negatif), kelompok II diberi
15
persen,
dibandingkan
dengan
luka
awal).
Data
persen
serta
variabel
dependennya
dimana
penelitian
terdahulu
16
Rekuren (SAR).
Binahong memiliki beragam khasiat, salah satu merupakan
antibakteri karena Binahong mengandung senyawa kimia yaitu flavonoid,
terpenoid, saponin dan minyak atsiri. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui daya hambat ekstrak daun Binahong terhadap polibakteri pada
SAR. Metode penelitian ini dilakukan dengan penderita laki-laki, 21 tahun
yang memiliki stomatitis aftosa rekuren, ukuran lesi ulser adalah sekitar
8mm dan penderita tidak memiliki penyakit sistemik. Lesi diusap dengan
cotton bud yang steril. Cotton bud tersebut kemudian diinkubasi dengan
teknik spreading pada Muller Hinton agar supaya bakteri tumbuh.
Ekstrak daun binahong diencerkan dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu: 100%, 50%, 25%, 12.5%, 6.25%, 3.125%. Paper disc yang
sterile kemudian dicelupkan ke dalam ekstrak daun binahong dan
diletakkan pada media agar yang ada bakteri. Setelah 24jam dengan suhu
37 derajat celcius, pembentukan daya hambat diukur. Hasil. Konsentrasi
hambat minimal dalam penelitian ini didapatkan pada pemberian ekstrak
daun Binahong dengan konsentrasi 6.25%. Simpulan. Ekstrak daun
Binahong pada penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan polibakteri
SAR. Perbedaan dengan penelitian yang sekarang adalah terletah pada
jenis dan jumlah sampel, variabel independent dan variabel dependennya.
5. I Gede Oka Darsana. (2012). Potensi Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (Tenore) Steenis) dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri
Escherichia Coli secara In Vitro.
17
Escherichia
coli
oleh
standar
Kirby-Bauer
disc
selanjutnya
diukur
sebagai
diameter
lingkaran
penghambatan.
Data diperoleh, akan diuji dengan Analisis Ragam (Uji F),
dilanjutkan dengan uji Duncan pengolahan data kemudian dapat
melanjutkan untuk menentukan analisis regresi. Dan semua data diolah
dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) pada
konsentrasi 0% menunjukkan resistivitas rata-rata (0,000 mm), konsentrasi
25% (7,225 mm), konsentrasi 50% (8,325 mm) konsentrasi 75% (10,125
mm) dan konsentrasi 100% (12,325 mm). Selain itu, jus daun binahong
dapat menghambat pertumbuhan Escherichia Coli ATCC 25922, dan daun
binahong jus signifikan secara statistik (P <0,01) terhadap bakteri
Escherichia coli dan ada perbedaan yang sangat signifikan (P <0,01) pada
setiap diameter konsentrasi. Selain itu, peningkatan konsentrasi jus daun
18
binahong
(Anredera
cordifolia
(Tenore)
Steenis)
meningkatkan
antioksidan.
Penelitian
ini
bertujuan
mengisolasi,
dengan
menganalisis
isolat
flavonoid
menggunakan
kuning
pucat.
Berdasarkan
karakterisasi
menggunakan
19
(Anredera
Cordifolia
(Ten)
Steenis)
telah
Carbopol
memberikan
kontribusi
terbesar
terhadap
20
8. Arliek Rio Julia (2012) Pengaruh Ekstrak Biji Kedelai (Glycine Max)
Terhadap Ketebalan Granulasi Fase Proliferasi Pada Perawatan Luka
Bakar Derajat IIa Tikus (Rattus novergicus) Galur Wistar
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat yang
serius dan memerlukan penanganan secara tepat. Penyembuhan luka terdiri
dari beberapa fase, salah satunya fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan
jaringan
granulasi.
Pembentukan
ketebalan
jaringan
21
22
p=0,039, dilanjutkan pada uji post hoc terdapat perbedaan bermakna pada
kelompok K1 terhadap kelompok K2 dan K3 dengan nilai p=0,001. Dan
tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok K2 dan K3 dengan
nilai p=0,585. Simpulan, madu dapat dijadikan sebagai obat alternatif pada
luka bakar sebagai pengganti antibiotik gentamisin topikal, terutama di
daerah terpencil. Perbedaan dengan penelitian saat ini adalah metode,
jumlah sampel dan sediaan.