Anda di halaman 1dari 6

2.3.

7 Analisis Data Penginderaan Jauh


2.3.7.1.Analisis Visual Analisis visual dilakukan untuk mendapatkan algoritma terbaik untuk
menggabungkan data Landsat ETM+. Analisis visual dilakukan dengan menguji tingkat
interpretabilitas (tingkat kemudahan interpretasi) citra yaitu tingkat kemampuan pembedaan,
pengenalan dan identifikasi objek yang terekam pada citra (sesuai dengan tema penelitian yaitu
identifikasi bentuklahan). Kriteria yang digunakan dalam menguji tingkat kemudahan
interpretasi ialah :
1

1. Relief

Relief diperinci berdasarkan amplitude, bentuk punggung, bentuk lereng, dan bentuk lembah.
2

a. Amplitude merupakan beda tingi antara puncak timbulan dan dasar lekukan

(lembah). Amplitude dibedakan menjadi : Datar (D), Landai (L), Berombak (B),
Bergelombang (Gb), Berbukit kubah (Bk), Berbukit (Bt), dan Bergunung (G),
3

b. Bentuk punggung, dibedakan menjadi : tajam, membulat, membulat lebar, dan

bentuk meja,
4

c. bentuk lereng, dibedakan menjadi : lurus, cembung, cekung, cembung-cekung,

tidak teratur,
5

d. bentuk lembah, dibedakan menjadi : huruf v, huruf v lebar, huruf u, huruf u

landai, dan berteras (penjelasan komponen relief pada Lampiran 4).


1
2

2. Drainase (kerapatan dan pola aliran). Sistem drainase dikontrol oleh resistensi

perlapisan batuan serta dibentuk oleh proses geologi. Kerapatan aliran dibedakan menjadi :
Sangat rapat (SR), Rapat (R), Kerapatan sedang (M), Jarang (J), dan Sangat jarang (SJ). Pola
aliran dasar (A.D. Howard (1967) dalam Zuidam, R.A. van et al (1979)) dibedakan menjadi:
dendritic, parallel, trellis, rectangular, radial, annular, multi-basinal, contorted. Selain pola aliran
dasar juga terdapat pola aliran modifikasi yaitu subdendritic, pinnate, anastomotic, distributary,
subparallel, colinear, directional trellis, recurved trellis, fault trellis, joint trellis, angulate,
centripetal, complex, compound, dan palimpsest (Lampiran 5-6).
3

3. Indikator struktur, yaitu dengan menguji tingkat kemudahan interpretasi fenomena

struktur, yaitu : Lipatan, Sesar (Patahan), Kontinyuitas bidang lapisan batuan, Kelurusan

(lineament), Sumbu antilklinal, Sumbu sinklinal, dan lain-lain, serta sikap perlapisan batuan (dip
dan strike),
4
5

4. Batas litologi, yaitu dengan menguji tingkat kemudahan interpretasi satuan batuan dan

mengetahui batas setiap unit litologi pada citra. Jenis batuan berkaitan dengan genesa suatu
bentuklahan.
6
7

5. Rona atau warna

Rona menyatakan tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan obyek pada citra dalam wujud hitam
putih, sedangkan warna menyatakan tingkat kegelapan di dalam warna merah, hijau, biru, kuning
dan lainnya.

2.3.8 Tahap Penyusunan Peta Bentuklahan

2.3.8.1. Interpretasi citra

Interpretrasi citra dilakukan secara visual dengan mendelineasi (membatasi) wilayah liputan citra
dengan membedakan menjadi satuan bentang lahan utama (major landscape unit) berdasarkan
Land System atau Satuan Fisiografi terlebih dahulu. Kemudian diperinci ke dalam unit-unit
bentuklahan. Land System yang sama terbentuk karena asal mula pembentukan (genesa) dan
sumber material yang sama. Interpretasi dilakukan dengan digitasi layar (on screen digitizing)
menggunakan software ArcView versi 3.3. Untuk menjaga objektifitas hasil interpretasi maka
interpretasi dilakukan pada skala yang sama yaitu skala 1 : 50.000 (sesuai dengan klasifikasi
bentuklahan yang digunakan).
Interpretasi visual dilakukan berdasarkan kemampuan pikiran secara komprehensif, berdasarkan
aspek fotomorfik dan unsur-unsur interpretasi (rona atau warna, bentuk, pola, tekstur, pola, situs,
dan asosiasi) untuk melakukan identifikasi dengan mendasarkan pada pengenalan ciri
(karakteristik) obyek secara keruangan (spasial). Selain menggunakan unsur interpretasi tersebut,
intrepretasi juga menggunakan unsur yang berkaitan dengan tema pemetaan yaitu komponen
(unsur) :
1

1. Relief
2

a. amplitude (beda tinggi antara lembah dan puncak),

b. bentuk punggung,

c. bentuk lereng, dan

d. bentuk lembah

2. Drainase
7

a. pola aliran

b. kerapatan aliran

3. Struktur geologi
10 a. sikap perlapisan batuan (attitude) berupa : dip, strike, dip-slope, face-slope,
scarp,
11 b. indikator struktur (kontinyuitas bidang lapisan batuan, sesar, sumbu antiklinal/
sinklinal, lipatan, patahan, Kelurusan (lineament),

12

4. Batas litologi

13

5. Rona/ warna
14 Interpretasi citra dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur interpretasi yaitu
rona (tone), bentuk, tekstur, pola, situs, dan asosiasi. Klasifikasi bentuklahan yang
digunakan pada penelitian ini ialah klasifikasi bentuklahan pada peta geomorfologi
skala 1 : 50.000 sesuai dengan klasifikasi Verstappen (1975) yaitu: 1) bentuklahan asal
struktural, 2) bentuklahan asal vulkanik, 3) bentuklahan asal denudasional, 4)
bentuklahan asal fluvial, 5) bentuklahan asal marin, 6) bentuklahan asal glasial, 7)
bentuklahan asal aeolin, 8) bentuklahan asal solusional (karst), dan 9) bentuklahan asal
organik. Dari bentuklahan utama tersebut kemudian dirinci menjadi unit-unit
bentuklahan.
15
16 Hasil interpretasi menghasilkan Peta Bentuklahan Tentatif Daerah Penelitian. Peta
ini bersifat tentatif atau sementara karena masih perlu dicocokkan dengan kondisi di
lapangan melalui tahap kerja lapangan.

2.3.8.2. Kerja Lapangan


Kerja Lapangan dilakukan untuk mencocokkan peta bentuklahan hasil interpretasi
dengan kondisi di lapangan dan mendapatkan data lapangan. Metode sampling yang
digunakan ialah stratified sampling yaitu berdasarkan strata unit bentuklahan. Alasan

dipilihnya metode ini ialah bentuklahan (populasi) terdiri dari bermacam-macam unit
bentuklahan (unsur), sehingga populasi dapat dibagi menjadi beberapa stratum. Strata
didasarkan pada setiap unit bentuklahan. Banyaknya sampel pada setiap unit
bentuklahan sebanding dengan luasnya. Semakin luas unit bentuklahan, semakin
banyak jumlah sampelnya, dan sebaliknya.
2.3.8.3. Interpretasi Ulang
Interpretasi ulang dilakukan untuk memperbaiki Peta Tentatif Bentuklahan. Data hasil
cek lapangan digunakan untuk mengkoreksi dan membenahi peta tentatif bentuklahan,
sehingga dihasilkan peta bentuklahan akhir.

Pembuatan Peta Bentuklahan dilakukan dalam 3 (tiga) tahap yaitu :


1

1. Desain peta dasar

Peta dasar digunakan untuk menyajikan data-data tematis yang akan digambarkan. Peta yang
digunakan sebagai peta dasar dalam penelitian ini adalah peta rupabumi Indonesia skala 1 :
25.000. Bagian-bagian yang digunakan dalam peta dasar yaitu : sungai, bentuk perhubungan
(jalan, rel kereta api), dan administrasi (nama dan batas kecamatan dan kabupaten).
2. Desain isi peta
Menurut dimensi data secara geografis, bentuklahan disajikan dengan simbol area, menurut
tingkatan data yang dipetakan bentuklahan termasuk klas nominal, variabel visual yang
digunakan adalah warna, Figure ground concept adalah aspek bentuklahan, Persepsi spontan
adalah asosiatif. cara penggambaran simbol dengan menggunakan huruf, angka dan garis.
Huruf dan angka digunakan untuk menunjukkan satuan bentuklahan. Huruf digunakan untuk
menunjukkan bentukan asal dari satuan bentuklahan. Angka digunakan untuk menunjukkan jenis
bentuklahan pada masing-masing bentukan asal. Garis digunakan untuk mengekspresikan
elemen-elemen bentuklahan dan batas satuan peta bentuklahan.
Warna digunakan untuk membedakan satuan bentukan asal. Untuk masing-masing bentuklahan
diberi simbol warna sesuai dengan warna dasar bentukan asal. Hal tersebut mengacu pada

simbolisasi bentuklahan sistem ITC seperti yang dikemukakan oleh Verstappen dan Van Zuidam
(1975).

Tabel 2.2 Simbol Warna Satuan Bentuklahan Utama


No
1
1
1
1
1
1
1
1

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bentuklahan
Struktural
Vulkanik
Denudasional
Fluvial
Marin
Glasial
Aeolin
Solusional

Warna simbol
Ungu
Merah
Coklat
Biru gelap
Hijau
Biru muda
Kuning
Orange

Sumber : Verstappen dan Van Zuidam (1975)

1
2

3. Desain layout

Ukuran kertas yang digunakan untuk menyajikan peta bentuklahan pada penelitian ini ialah A4
(21 x 29,7 cm). Peta bentuklahan daerah penelitian jika disajikan pada format tersebut skalanya
ialah 1 : 170.000. Informasi tepi (marginal information) peta yang ditulis pada peta yaitu : 1)
garis tepi peta (frame), 2) Judul peta (Peta Bentuklahan Daerah Penelitian dan Peta Citra Daerah
Penelitian), 3) Skala peta menggunakan skala angka dan grafis, 4) Orientasi (simbol arah), 5)
Legenda berupa simbol titik, garis, maupun area, 6) Inset berupa posisi daerah penelitian di
wilayah Propinsi Jawa Tengah, 7) Grid menggunakan sistem grid UTM (Universal Transverse
Mercator) dan grid geografis, 8) Sumber Peta berupa peta rupabumi Indonesia, peta geologi, dan
citra Landsat ETM+ hasil penggabungan menggunakan algoritma terbaik untuk pemetaan
bentuklahan, 9) Pembuat, dan 10) Tahun pembuatan peta.

Anda mungkin juga menyukai