PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sering dijumpai pada sebuah industri terjadi kelelahan kerja.
Kelelahan kerja tersebut disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau
dari pihak menajemen perusahaan. Kelelahan yang disebabkan oleh pihak
pekerja sendiri, karena pekerja tidak mengatur dengan benar posisi tubuh
mereka saat sedang melakukan aktivitas kerja. Sedangkan faktor penyebab
yang ditimbulkan dari pihak manajemen, biasanya tidak adanya alat-alat
keselamatan kerja atau bahkan cara kerja yang dibuat oleh pihak manajemen
masih belum mempertimbangkan segi ergonominya. Misalnya pekerjaan
mengangkat benda kerja di atas 50 Kg tanpa menggunakan alat bantu.
Kondisi ini bisa menimbulkan kelelahan dan bahkan cidera pada pekerja.
Untuk menghindari hal tersebut, pertama-tama yang dapat dilakukan
adalah mengidentifikasi resiko yang bisa terjadi akibat cara kerja yang salah
dan juga mengurangi resiko kelelahan kerja yang berlebihan. Setelah jenis
pekerjaan tersebut diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah
menghilangkan cara kerja yang bisa mengakibatkan kelelahan berlebih dan
cidera.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dari latar belakang diatas adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
ISI
Kelelahan
merupakan
mekanisme
terhadap
manusia
lainnya
seperti
perawat
kesehatan,
kerja
dalam melakukan
mempengaruhi
produktivitas
kerjanya.Gejala
otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau
proses.
Perubahan
kimia
yang
terjadi
mengakibatkan
Berkurangnya
frekuensi
Tidak
adanya
gairah
untuk
bekerja
baik
secara
fisik
maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa ngantuk (AM Sugeng
Budiono, 2003).
Kelelahan
untuk
umum
biasanya
ditandai
berkurangnya kemauan
dari
berbagai
ketegangan
(stress)
faktor
yang
penyebab
dialami
yang
oleh
mendatangkan
tubuh
manusia
(Wignjosoebroto,2000).
Green
(1992)
dan
Sumamur
(1994)
dari
proceeding
keadaab
fisik
lingkungan
kerja
(kebisingan,
eksternal
suhu,
variasi kerja dan intensitas pembebanan fisik yang tidak serasi dengan
pekerjaan.
b. Faktor Psikologis, misalnya rasa tanggungjawab dan khawatir
Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan saraf pusat,
terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling mengimbangi
tetapi kadang- kadang salah satu dari padanya lebih dominan sesuai
dengan keperluan. Sistem aktivasi bersifat simpatis, sedangkan inhibisi
adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan
keseimbangan, kedua sistem tersebut harus berada pada kondisi yang
memberikan stabilitasi kepada tubuh (Sumamur, 1989)
Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan
antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor-faktor
penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses
pemulihan (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara
antara lain memberikan waktu istirahat yang cukup baik yang terjadwal
atau terstruktur atau tidak dan seimbang dengan tinggi rendahnya tingkat
ketegangan kerja.
Dengan memperpendek jam kerja harian akan menghasilkan
kenaikan output per jam sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja
harian akan menjurus memperlambat kecepatan (tempo) kerja
akhirnya
berakibat
pada
penurunan
prestasi
kerja
per
yang
jamnya
(Wignjosoebroto, 2000).
Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan
kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya,
banyak hal yang dapat dicapai dengan jam kerja, pemberian kesempatan
istirahat yang tepat, kamar - kamar istirahat, masa-masa libur dan rekreasi,
dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah tersebut adalah kelelahan kerja
merupakan menurunnya efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya
kekuatan / ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus
dilakukan. Kelelahan kerja sendiri mempunyai dua macam jenis, yaitu
kelelahan otot, dan kelelahan umum. Faktor penyebab dari kelelahan kerja
dapat dibagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk
faktor internal antara lain : faktor somatis atau faktor fisik, gizi, jenis
kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup. Sedangkan yang
termasuk faktor
disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja
atau kedudukan. Kelelahan yang terus menerus terjadi setiap hari akan
berakibat terjadinya kelelahan yang kronis. Perasaan lelah tidak saja
terjadi sesudah bekerja pada sore hari, tetapi juga selama bekerja, bahkan
kadang-kadang sebelumnya. Perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala.
Gejala-gejala psikis ditandai dengan perbuatan- perbuatan anti sosial dan
perasaan tidak cocok dengan sekitarnya, sering depresi , kurangnya
tenaga serta kehilangan inisiatif. Tanda-tanda psikis ini sering disertai
kelainan-kelainan psikolatis seperti sakit kepala, vertigo, gangguan
pencernaan,tidak dapat tidur dan lain-lain. Kelelahan dapat dikurangi
dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan
lingkungan fisik di tempat kerja. Misalnya, banyak hal yang dapat
3.2. Saran
Dalam menjalankan aktivitas kerja, sebaiknya seorang pekerja harus
mempertimbangkan posisi tubuhnya, agar dalam melakukan pekerjaan tidak
terjadi kelelahan kerja secara cerlebihan yang berakibat pada kecelakaan
kerja