15 konsumen menyatakan tidak puas dengan pelayanan dan produk Point Blank
dan sering bingung dengan adanya program-program ilegal yang merajalela,
produk senjata yang semakin hari semakin menurun kualitasnya dibandingkan
senjata yang sudah lebih dulu dikeluarkan, dan keluhan-keluhan yang
disampaikan pada forum tidak ada tanggapan serta penyelesaian yang membuat
pemain merasa puas serta 10 dari 15 konsumen menyatakan bahwa ada sebagian
faktor yang membuat puas dan sebagian merasakan tidak puas.
Singh (Tjiptono, 1995) mengkategorikan tiga aspek untuk mengetahui
individu merasa puas atau tidak puas, yaitu:(1) Voice Response yaitu usaha
menyampaikan keluhan atau pujian secara langsung atau meminta ganti rugi
kepada perusahaan yang bersangkutan; (2) Private Response yaitu diberlakukan
dengan cara memberitahukan kolega, rekan atau keluarganya mengenai
pengalaman dengan produk atau produk perusahaan yang bersangkutan, baik yang
bagus maupun yang buruk; (3) Thirt Party Analysis yaitu usaha meminta ganti
rugi secara hukum, mengadu lewat media massa atau secara langsung mendatangi
lembaga konsumen, instalasi hukum dan sebagainya.
Perusahan dituntut untuk menjadikan kepuasan konsumen sebagai
perioritas utama, dimana tingkat kepentingan dan harapan konsumen serta
pelaksanaan atau kinerja yang dilakukan perusahaan haruslah sesuai dengan yang
diharapkan konsumen, sehingga perusahaan perlu menilai fakto-faktor yang
mempengaruhi kepuasan konsumen, Gerson (Yenita, 2008). Lupiyoadi (2001)
menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
kepuasan konsumen, antara lain:(1) Kualitas Produk yaitu konsumen akan puas
bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas;(2) Kualitas Pelayanan yaitu konsumen akan merasa puas bila
mendapatkan pelayanan yang baik atau yang sesuai dengan harapan;(3)
Emosional yaitu konsumen merasa puas ketika orang memuji dirinya karena
menggunakan merek yang mahal;(4) Harga yaitu produk yang mempunyai
kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan
nilai yang lebih tinggi;(5) Biaya yaitu konsumen yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu
produk
.
Penelitian Selnes (1993) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan
mempengaruhi kepuasan dan kepuasan mempengaruhi loyalitas dan keinginan
untuk tidak berpindah produk. Naser dkk (1999) mengatakan bahwa kepuasan
pelanggan sangat tergantung pada bagaimana tingkat kualitas produk yang
ditawarkan. Tingkat kesesuaian tersebut adalah hasil penilaian yang dilakukan
oleh gamer berdasarkan pada pengetahuan dan pengalamannya. Kepuasan
pelanggan ditentukan oleh kualitas jasa yang dikehendaki sehingga jaminan
kualitas menjadi prioritas utama dan dijadikan tolak ukur keunggulan daya saing
perusahaan. Untuk memperoleh gambaran tentang kepuasan konsumen, maka
perlu diketahui arti kualitas pelayanan.
Telaah Teori
1. Kepuasan Konsumen
a. Definisi
Engel dkk (1994) mendefinikan kepuasan konsumen sebagai evaluasi
pascakonsumsi bahwa sesatu alternative yang dipilih setidaknya memenuhi atau
melebihi harapan. Penilaian memenuhi atau tidak memenuhi standar kepuasan
konsumen tergantung dari pascakonsumsi.
Wilkie (dalam Tjiptono, 1995) mendefinisikan kepuasan konsumen
sebagai suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi
suatu produk atau layanan. pengalaman konsumsi tentunya akan dapat lebih
mendeskripsikan berbagai informasi produk dalam sentuhan-sentuhan yang lebih
personal dan manusiawi. Kotler (2002) menandaskan bahwa kepuasan konsumen
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau hasil)
yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya.
Menurut Day (Kristianto, 2011) kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
adalah respons pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian (disconfirmation)
yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan
kinerja aktual produk yang dirasakan setelah pamakaiannya. Harapan konsumen
akan semakin berkembang seiring dengan banyaknya informasi yang didapatkan
pascakonsumsi.
Kristianto (2011) mengungkapkan bahwa kepuasan konsumen mencakup
perbedaan antara harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan. Pertemuan antara
kedua kepentingan ini akan menentukan seberapa besar tingkat kepuasan
konsumen pada suatu produk.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepuasan konsumen merupakan evaluasi yg dilakukan konsumen pascakonsumsi
mencakup harapan dan kinerja.
b. Aspek-aspek Kepuasan Konsumen
Kotler (2002) mengemukakan pendapat tentang aspek aspek kepuasan
konsumen, meliputi
a)
Expectation (harapan)
Hal yang mempengaruhi kepuasan konsumen diawali pada tahap
sebelum pembelian, yaitu ketika konsumen menyusun harapan tentang apa
yang akan diterima dari produk atau produk.
b)
Perfomance (kinerja)
Selama kegiatan konsumsi, konsumen merasakan kinerja dan
manfaat dari produk secara aktual dilihat dari dimensi kepentingan
konsumen.
c)
Comparisme (kesesuaian)
Setelah mengkonsumsi, baik harapan sebelum pembelian dan
persepsi kinerja actual dibandingkan oleh konsumen.
d)
Kualitas Pelayanan
a. Definisi
expectation;
(5) Disrepancy, mengindikasikan bagaimana perbedaan
antara level kinerja dengan harapan. Ketika kinerja aktual berada dibawah
harapan, kesenjangan yang lebih luas akan mengakibatkan tingginya level
ketidak-puasan.
Salah satu indikator yang cukup handal yang dapat mempengaruhi
konsumen adalah kualitas pelayanan. kualitas pelayanan sendiri adalah persepsi
keseluruhan kinerja pelayanan perusahaan dan sering berubah-ubah.
Seperti yang dikemukakan Kotler (1997) bahwa kualitas harus dimulai
dari kebutuhan konsumen dan berakhir pada persepsi konsumen. Terdapat lima
determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut : a) Keandalan
(reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan
tepat dan terpercaya. b) Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemampuan untuk
membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. c) Keyakinan
(confidence), yaitu pengetahuan dan kesopanan pegawai serta kemampuan mereka
untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atauassurance. d) Empati
(emphaty), yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
e) Berwujud (tangible), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan
media komunikasi. Sedangkan penelitian Purba (2011) menunjukkan bahwa ke
lima dimensi kualitas pelayanan yaitu (a) Realibility (Keandalan), pelayanan
dikatakan tinggi jika kemampuan memberikan layanan yang akurat sejak pertama
kali tanpa membuat kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan
waktu yang disepakati. (b) Responsiveness (Daya tanggap), para karyawan
berkenaan senantiasa bersedia dan mampu untuk membantu para konsumen dan
merespons permintaan konsumen, serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat. (c) Assurance (jaminan),
pelayanan jasa dikatakan tinggi jika perilaku para karyawan mampu
menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan dan perusahaan dapat
menciptakan rasa aman bagi para konsumennya. (d) Empaty (perhatian),
pelayanan jasa dikatakan tinggi jika penyedia jasa dapat memahami masalah para
konsumennya dan bertindak demi kepentingan konsumen. (e) Tangibels (bukti
langsung), pelayanan jasa dikatkan baik jika daya tarik fasilitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan juga baik. Masing-masing memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kepuasan konsumen (Tjiptono, 2008).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini ingin meneliti tentang hubungan antara kualitas pelayanan
dengan kepuasan konsumen pada mahasiswa pengguna game point blank
Hipotesis
terdapat hubungan positif antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan
konsumen. Semakin tinggi kualitas pelayanan yang diberikan akan diikuti oleh
kepuasan konsumen yang tinggi sebaliknya semakin rendah kualitas pelayanan
yang diberikan akan diikuti oleh kepuasan konsumen yang rendah pula..
Metode
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala, yaitu dengan skala kualitas pelayanan dan skala kepuasan
konsumen.Teknik sampling yang digunakan adalah random sampling. Data
penelitian dianalisis menggunakan korelasi product moment..
Hasil
Sebelum dilakukan uji hipotesis maka perlu dilakukan asumi terlebih
dahulu. Uji asumsi yang digunakan adalah uji normalitas dan uji linieritas dengan
hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Hasil Uji Normalitas
Variabel
Kepuasan Konsumen
Kualitas Pelayanan
Skor KS-Z
1,253
0,837
Sig
0,087
0,485
Keterangan
Normal
Normal
Kepuasan Konsumen
Frekuensi
Proporsi (%)
12
20%
42
70%
6
10%
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Tabel 3
Kategorisasi Variabel Kualitas Pelayanan
Interval
x 91
80 x < 91
x < 80
Kualitas Pelayanan
Frekuensi
Proporsi (%)
12
20%
39
65%
9
15%
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Pembahasan
Hasil analisis korelasi ganda diperoleh koefisien korelasi sebesar R = 0,463
dengan taraf signifikansi 0,000 (p < 0,01) hal ini menunjukkan adanya hubungan
yang sangat signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen.
Diterimanya hipotesis menunjukkan bahwa kualitas pelayanan mempengaruhi
kepuasan konsumen, seperti pendapat yang dikemukakan oleh Lupiyoadi (2001)
menyebutkan lima faktor utama yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan
kepuasan konsumen, antara lain: a) Kualitas Produk, Kualitas produk ada dua
yaitu eksternal dan internal. Salah satu kualitas produk dari faktor eksternal adalah
citra merek. b) Kualitas Pelayanan,. c) Emosional, d) Harga, dan e) Biaya.
Hasil analisis korelasi product moment (zero order) menunjukkan bahwa ada
hubungan positif yang signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan
konsumen dengan taraf signifikansi 0,025 (p < 0,05) dan koefisien korelasi
sebesar r = 0,462. Artinya semakin tinggi kualitas pelayanan maka semakin tinggi
kepuasan konsumen dan sebaliknya, semakin rendah kualitas pelayanan maka
semakin rendah kepuasan konsumen.
Kategorisasi variabel kepuasan konsumen dari 60 subjek penelitian diperoleh 12
terdapat subjek (20%) berada pada kategori tinggi, sebanyak 42 subjek (70%)
berada pada kategori sedang dan ada 6 subjek (10%) yang berada pada kategori
rendah. Hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki kepuasan konsumen yang
cukup dalam bermain game dikarenakan subjek telah mendapatkan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen gemers seperti Voice
Response, Private Response, dan Thirt Party Analysis.
Kategorisasi variabel kualitas pelayanan dari 60 subjek penelitian diperoleh
sebanyak 12 subjek (20%) berada pada kategori tinggi, 39 subjek (65%) berada
dalam katagori sedang, dan sebanyak 9 subjek (15%) berada pada kategori rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan subjek cukup baik dikarenakan
adanya keandalan, ketanggapan, keyakinan, empati,
dan berwujud.
Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinan (R Square) sebesar
0,215, hal ini menunjukkan besarnya sumbangan kualitas pelayanan terhadap
kepuasan konsumen sebesar 21,5%, sedangkan sisanya sebesar 75,5% merupakan
sumbangan dari variabel lain yang merupakan faktor di luar kualitas pelayanan.
Beberapa variabel lain yang berpengaruh terhadap kepuasan konsumen seperti
pendapat yang dikemukakan oleh Tjiptono (1995) mengungkapkan bahwa ada
berbagai macam hal yang diyakini merupakan faktor-faktor yang sangat penting
dalam upaya meningkatkan kepuasan konsumen, diantaranya ditentukan oleh
harapan konsumen, kualitas produk atau pelayanan jasa.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang positif dan sangat
signifikan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan konsumen, yang berarti
semakin tinggi tingkat kualitas pelayanan maka semakin tinggi kepuasan
konsumen dengan sumbangan efektif = 46,3%
Saran
penelitian
ini
diharapkan
bagi
perusahaan
untuk
Daftar Pustaka
Engel, J.F., R.D, Blackwell., and P.W, Miniard, 1994. Perilaku Konsumen.
Jakarta: Binarupa Aksara
Ferrinadewi, E, 2008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta: Graha ilmu.
Foedjiawati, H.S. 2005. Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetian
Merek (Studi Kasus Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya). Jurnal
Menejemen dan Kewirausahaan, Volume 7, Number 1, Maret 2005: 74-82
Kartono, Kartini dan Gulo. 2003. Kamus Psikologi. Bandung: Pionir Jaya
Kotler, P, 1997. Marketing Management:Analysis, Planing, Implementation and
Control, 9th . Prentice Hall. Upper Sadle Riverss. New Jersey
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran, , Edisi Milenium, Jakarta: Prehallindo
Kristianto, L.P, 2011. Psikologi Pemasaran, Yogyakarta: CAPS
Lupiyoadi, R, 2001, Manajemen Pemasaran Jasa, Salemba Empat, Jakarta
Nitisusantro, M, 2012, Perilaku Konsumen Dalam Perspektif Kewirausahaan.
Bandung: Alfabeta
Naser K. Jamal A. Al-Khatib K. (1999). Islamic Banking: A Study of Customer
Satisfaction and Preferences in Jordan. The International Journal of Bank
Marketing, Volume 17, Number 3, 1999, pp. 135-151(17). Emerald Group
Publishing Limited.
Purba, M, 2011, Pengaruh Pelayanan, Kualitas Produk, Harga Terhadap
Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Telekomunikasi Selular (Telkomsel)
Prabayar Pada Mahasiswa Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sumatera Utara, Skripi, Universitas Sumatera Utara
Schmit Marck, J, (1995), Employee Attitudes and Costomer Satisfaction:
Making Theoritical and Empirical Connection
Selnes, F, (1993), An Examination of the Effect of Product Performance on
Brand Reputation, Satisfaction and Loyalty, European Journal of
Marketing, Vol.27, No 9
Sumarwan, U, 2011. Perilaku Konsumen Teori dan Penetapan dalam Pemasaran.
Bogor: Ghalia Indonesia
Tjiptono, F, 1995. Prinsip-Prinsip Total Quality Service, Andi Offset,
Yogyakarta.