Anda di halaman 1dari 37

KETULIAN DI MASYARAKAT

PENDAHULUAN

Ketulian / Gangguan pendengaran


salah satu cacat tubuh yg banyak dijumpai
Insiden
Di Negara berkembang : 10% (dari jlh penduduk)
Survey DepKes di Jatim (1996) :
ganggauan pendengaran 16,8%
ketulian 0,4%
Di Poli Audiologi : 29,38% (dari jlh kunjungan per tahun)
Penyebab a.l. : cacat bawaan, otitis media,
presbikusis, tuli mendadak, kecelakaan
atau trauma bising.

Materi yang akan dibahas :


Gangguan Pendengaran yang lokasi
kelainannya di Telinga Dalam
Presbikusis
Ketulian mendadak
Ketulian akibat bahan ototoksik
Ketulian akibat kebisingan

PRESBIKUSIS

Ketulian usia lanjut


Akibat degenerasi organ pendengaran
Proses mulai usia 40 th jelas pada usia 60 th
Kecepatan ketulian tdk sama
faktor-faktor :
- Genetik
Lingkungan (kebisingan)
Obat-obatan & penyakit (DM, HT)
Stress, dll
Insiden pasti di Indonesia (?), di Inggris 4,7
27 %, di Finlandia 3,2 %

Gambaran Klinik
Anamnesis

Kesulitan berkomunikasi
penderita kesulitan mendengar percakapan
banyak orang secara bersama-sama
(problem limitasi)
penderita dpt mendengar percakapan tetapi
tidak mengerti apa yg dikatakan (gangguan
diskriminasi nada tutur).
bila mendengar suara keras, telinga terasa
sakit (rekruitmen)

Gambaran Klinik (2)

Pemeriksaan Audiometri
tuli sensorineural frekuensi tinggi, bilateral,
simetris kiri & kanan
nada murni lebih baik dp nada tutur
(penurunan diskriminasi nada turur)

Penderita dgn ketulian berat seringkali


disertai gejala depresi karena merasa tidak
diterima lingkungannya.

HISTOPATOLOGI
Tipe

Sensoris
Degenerasi organ Corti basal kohlea.
Tipe Neural
Degenerasi sel-sel ganglion spiralis dgn /
tanpa disertai degenerasi
organ corti atau stria vaskularis.
Tipe Strial
Atrofi stria vaskularis di bagian
pertengahan
dan apikal

PENATALAKSANAAN

Sulit disembuhkan
Penting : pencegahan
Hindari faktor-faktor yg memperberat

Hindari rokok dan alkohol


Diet rendah lemak
Hindari stress
Hindari paparan bising

Program rehabilitasi dgn APM


Dukungan anggota keluarga
berbicara dengan jelas, berhadapan (tdk
berteriak)

KETULIAN MENDADAK

ketulian yang belum diketahui penyebabnya


(Idiopatik).
Teori : gangguan mikrosirkulasi atau autoimun.
Kelainan di koklea, jarang di retrokoklea.
Terjadi dlm singkat (beberpa detik 5 hari)
Ketulian jenis sensorineural, umumnya
unilateral
Sering disertai tinitus, vertigo, mual/muntah
tanpa disertai kelainan intra kranial.

GAMBARAN KLINIK
Anamnesis
Rasa penuh di telinga / penurunan
pendengaran (umumnya unilateral)
Tinitus
Vertigo (sering disertai muntah)
Riwayat penyakit degenaratif (DM,
HT)
Riwayat mengalami perubahan
tekanan udara mendadak

Penyebab : Idiopatik

( Gangguan
mikrovaskular )

Diagnosis :
Rasa penuh ditelinga
Tinitus
Vertigo
Audigram Tuli sensorineural unilateral

Pengobatan
Belum ada yang pasti
Obat kurang bermanfaat
Sebagian besar sembuh
spontan
- Kortikosteroid
- Vasodilator

KETULIAN AKIBAT BAHAN


OTOTOKSIK

A. Luar ( eksogen)
Obat2an
B. Dalam (endogen)
D.M
Penyakit Ginjal

Patogenesis
Kerusakan telinga dalam
- Sel rambut luar
- Sel rambut dalam
- Stria vaskularis
- Pembuluh darah tel. dalam
Ganglion spiralis

GAMBARAN KLINIK

Ototoksik -- gangguan pendengaran.


Tergantung: dosis, waktu paruh obat,
fungsi ginjal atau kondisi dari stria
vaskularis.

Keluhan : Tinitus, pendengaran


menurun bilateral, vertigo (sering
disertai muntah), gangguan
keseimbangan, oksilopsia.

Audiogram:
Penurunan pendengaran frekuensi
tinggi, progresif.
Tes Kalori:
Refleks vestibulospinal tidak
normal
Sering terdapat gangguan fungsi
ginjal.

PENATALAKSANAAN

Obat ototosik dihentikan


Pemberian Dekstran intravenous
Kortikosteroid

KETULIAN AKIBAT BISING

BISING = bunyi atau suara yg mengganggu.

BISING = gelombang bunyi kompleks yg


berulang secara tidak teratur dgn intensitas
bermacam-macam dan terjadi pada saat yang
bersamaan.

Ketulian akibat bising dibagi :


Akut (biasa disebut trauma akustik)
Kronik (Ketulian akibat kebisingan lama)

FAKTOR-FAKTOR YG
MEMPENGARUHI KETULIAN AKIBAT
BISING
Sifat bising

Frekuensi
Intensitas
Lama bising
Ritme
Lingkungan / tempat sumber bunyi
Faktor perorangan

PATOGENESIS

Trauma akustik ledakan keras


Membran Timpani robek perdarahan
di kavum timpani perdarahan dan
gangguan mikrosirkulasi di organ corti.

Pada kebisingan kronik terjadi :

Adaptasi
Penurunan pendengaran
sementara dan reversibel.
Kembali normal bila bising berhenti.

Kenaikan ambang pendengaran


sementara (Temporary Threhold
Shift)

Patologi:
kelelahan akibat perubahan
metabolik.
Besar kenaikan ambang dengar
tergantung intensitas, frekuensi &
lama
pemaparan.
Kenaikkan ambang pendengaran
menetap.
Kerusakan organ corti, sehingga

GEJALA KLINIK
Anamnesis
Pendengaran berkurang
Tinitus
Rekruitmen
Vertigo
Pada ketulian bising akut, ada
riwayat trauma akustik berat.

Pemeriksaan Telinga (Otoskopi)


Membran timpani utuh, kecuali pada
trauma akustik berat dpt ditemukan
ruptur membran timpani.
Audiogram
Fase awal: tuli sensorineural ringan dgn
penurunan maksimal pd frek 4000 Hz
Fase lanjut: penurunan pd frek lebih luas.
Pada paparan bising kronik, gambaran
audiogram simetris pada kedua telinga,
pada trauma akustik akut didptkan tuli
campuran unilateral

DIAGNOSIS
Ditegakkan berdasarkan
Anamnesis
Pemeriksaan telinga (otoskopi)
Pemeriksaan audiometri
Pemeriksaan penunjang lain
untuk mencari penyakit penyerta:
Diabetes, gagal ginjal, hipertensi.
untuk keperluan medicolegal.

ASPEK MEDICOLEGAL KETULIAN


AKIBAT KEBISINGAN

American College of Occupational Medicine


(ACOM) Noice and Hearing Conservation
Committee; Ciri dari suatu ketulian akibat
bising (NIHL = Noise Induced Hearing Loss)
sbb :

1)

Jenis ketulian selalu sensorineural karena


mengenai sel rambut pada koklea
Selalu pada kedua telinga (bilateral),
audiogram keduanya mirip.

2)

3)

4)
5)

Tidak menimbulkan ketulian yg


berat. Pada umumnya frekuensi
rendah hanya sampai 40 dB dan
pada frekuensi tinggi sampai 75 dB
Bila pemaparan bising berhenti,
progresifitas ketulian juga berhenti.
Makin meningkat ambang
pendengaran, maka progresifitas
ketulian juga menurun.

6)

7)

8)

Fase awal kenaikan ambang


pendengaran frekuensi 3000 Hz
4000Hz 6000Hz, kenaikan
maksimal terjadi pada frekuensi
4000Hz
Pemaparan berlanjut akan dicapai
penurunan pendengaran maksimal
setelah 10 15 tahun
Pemaparan bising yang kontinyu
lebih merugikan dibanding yang
terputus-putus karena telinga punya
kesempatan beristirahat

PENETUAN BERAT
KECACATAN

1)

2)

3)

Berat kecacatan menurut The Committee


on Hearing and Equillibrium of American
Academy of Ophtalmology and
Otolaryngology (AAOO) pd thn 1965:
Impairment : Fungsi organ pendengaran
menurun kurang pendengaran
Handicap : Pendengaran berkurang
sampai menghambat kegiatan sehari-hari
Disability : Tidak mampu bekerja untuk
mendapat upah penuh.

PENGOBATAN

Trauma akustik sulit sembuh dgn baik


kelainan pada MT : miringoplasti
kelainan pada telinga dalam : sulit

NIHL lebih sulit sembuh


pencegahan
bila sudah terjadi ketulian : rehabilitasi,
latihan membaca bibir, APM.

PEMELIHARAAN PENDENGARAN
DI LINGKUNGAN INDUSRI

Program untuk mencegah terjadinya gangguan


pendengaran pd pekerja.

Dipertimbangkan utk dilaksanakan bila :


Kesulitan berkomunikasi lingkungan bising
Tinitus selama beberapa jam sesudah
bekerja dilingkungan bising
Gangguan pendengaran sementara yg
berpengaruh pd penangkapan bicara &
kualitas suara sesudah beberapa jam
terpapar bising

PROGRAM PEMELIHARAAN
PENDENGARAN
1. Analisa / survey kebisingan
dilakukan pengukuran intensitas,
spektrum / frekuensi & lama terpapar setiap
hari maupun selama bekerja.
Apabila ditemukan tempat dgn kebisingan
melebihi NAB (Nilai Ambang Batas
Kebisingan), perlu dipertimbangkan suatu
program pemeliharaan pendengaran
Apabila kebisingan sama atau melebihi 90
dB perlu dilakukan upaya perlindungan

Nilai Ambang Batas Kebisingan


(Maximum Safe Intensity Level / Critical
Noise Level)

Nilai ambang batas kebisingan (NAB) di


tempat kerja adalah intensitas tertinggi, yg
merupakan rata-rata yg masih dpt diterima
oleh tenaga kerja, tanpa mengakibatkan
hilangnya daya dengar yg menetap untuk
waktu kerja terus-menerus tidak lebih dari 8
jam sehari dan
40 jam seminggu.
Di Negara Barat umumnya ditetapkan 90 dBA
Di Indonesia (SK Mentri Trans & Kop 1978)
85 dBA.

Waktu Pemaparan
Lama waktu
bekerja
Per hari / jam

Tingkat
kebisingan
dB A

8
4
2
1
1/2
1/4

90
95
100
105
110
115

Setiap kenaikan intensitas 5 dB, waktu kerja


yg diijinkan dikurangi setengahnya

2. Pengendalian Kebisingan
Upaya yg dilakukan dpt berupa :
Memperbaiki / Mengendalikan sumber bunyi
Mengatasi perambatan bising
Pemantulan bising; memakai bahan peredam
SK Mentri Tenaga Kerja Trans & Kop 1978
Rotasi pekerjaan yg semula ditempatkan
ditempat bising setelah beberapa waktu
dipindah ke bagian yang tidak bising.

3. Pengendalian Lewat Jalur


Kesehatan
Meliputi
Alat pelindung telinga
Sumbat teling
Tutup telinga

Pengukuran dengan audiogram

Anda mungkin juga menyukai