Anda di halaman 1dari 32

ANATOMI TELINGA

Telinga luar terdiri dari aurikula dan kanalis akustikus eksternus yang dipisahkan dengan telinga
tengah oleh membran timpani.
o Perdarahan oleh arteri aurikula posterior, cabang anterior aurikula dari arteri
temporalis superfisial dan arteri oksipitalis.
o Persarafan oleh cabang dari nervus aurikularis magnus (dari pleksus servikalis)
dan nervus aurikulotemporalis (cabang dari nervus Trigeminal).
o Kanalis akustikus eksternus (CAE) 1/3 lateral nya merupakan bagian kartilago
sedangkan 2/3 medial nya merupakan bagian tulang. Panjangnya 2,5 cm dan
berbentuk seperti huruf S.
o Membran timpani merupakan batas dari telinga luar dan telinga tengah.
Membran timpani akan bergetar terhadap respon dari suara dan berfungsi
mengubah energi akustik menjadi energi mekanik dalam fungsi pendengaran.
Membran timpani berfungsi melindungi kavum timpani dari benda asing pada
CAE

Telinga tengah terdiri dari kavum timpani, sel udara mastoid, tuba eustachius dan muskulus.
o Telinga tengah dibatasi oleh membran timpani pada lateral nya, tuba eustachius
pada bagian anterior, aditus ad antrum pada bagian posterior, tegmen timpani pada
bagian superior dan vena jugularis pada inferiornya
o Perdarahan oleh cabang dari arteri karotis (arteri meningea media, arteri faringeal
asendens, arteri maksilaris dan arteri stylomastoideus)
o Persarafan oleh nervus timpanikus yang merupakan cabang dari nervus
glossopharingeal

o Epitimpani merupakan regio diatas dari membran timpani yang terutama berisi
tulang-tulang pendengaran dan dibatasi dari mesotimpani oleh nervus fasialis pars
timpani
o Mesotimpani merupakan regio kavum timpani yang sejajar dengan membran
timpani, terdiri dari round window, oval window dan promontorium
o Hipotimpani merupakan regio dibawah membran timpani dan berbatasan
dengan vena jugularis. Berisi sel timpani yang berhubungan dengan sel udara
mastoid.

o Tulang pendengaran dihubungkan dengan muskulus tensor timpani dan


stapedius. Terdiri dari os malleus, os inkus dan os stapes

o Tuba eustachius menghubungkan ruang telinga tengah dengan tenggorokan


(nasofaring) dan berfungsi dalam pengaturan tekanan udara. Normalnya tuba

eustachius tertutup kecuali pada saat menelan dan menguap.


Telinga dalam terdiri dari bagian yang berfungsi untuk pendengaran (kokhlea) dan bagian
yang berfungsi untuk keseimbangan (sistem vestibularis)

o Perdarahan oleh arteri labirin merupakan cabang dari arteri basillar. Berjalan
bersama dengan nervus vestibulokokhlear dan akan bercabang menjadi arteri
vestibularis dan arteri kokhlearis
o Kokhlea organ berbentuk seperti cangkang siput (2,5 lingkaran) yang terdiri
dari lumen-lumen berisi cairan dan berfungsi merubah energi mekanikal menjadi
impuls elektrik pada proses pendengaran. Terdiri dari 3 ruangan berbeda : skala
media, skala vestibuli dan skala timpani
o Oval window terdapat pada bagian akhir dari os stapes. Saat os stapes bergetar
akan menggetarkan cairan pada kokhlea
o Round window berfungsi bersamaan dengan oval window dalam membantu
menggetarkan cairan pada kokhlea
o Organo corti merupakan bagian akhir dari organ pendengaran pada telinga,
terdiri dari stereocilia dan sel rambut berfungsi menciptakan impuls saraf dan

mengirimkan impuls tersebut ke otak untuk kemudian di interpretasi sebagai suara

o N. vestibulokokhlear berjalan dari kokhlea melalui meatus auditori internus


dan menuju ke pusat pendengaran di otak
o Sistem vestibularis terdiri dari 3 kanalis semi sirkularis

FISIOLOGI PENDENGARAN
Energi akustik (dalam bentuk gelombang suara) terarahkan ke kanalis akustikus eksternus
yang kemudian mengenai membran timpani dan membuat membran timpani bergetar seperti
drum dan terjadi perubahan energi menuju energi mekanik. Os maleus yang menempel pada

membran timpani akan memulai penggetaran dari serangkaian tulang pendengaran dan
komponen pada telinga tengah akan berfungsi untuk amplifikasi suara. Os stapes kemudian
bergerak masuk dan keluar oval window dan membuat cairan di kokhlea bergetar. Pergerakan
dari cairan di kokhlea kemudian menggetarkan sel rambut pada organo corti. Penggetaran dari
sel rambut kemudian merubah energi mekanik menjadi impuls elektrik yang kemudian akan
disalurkan melalui nervus auditorius menuju otak dimana kemudian suara diinterpretasikan.

TES FUNGSI PENDENGARAN


Terbagi menjadi tes pendengaran objektif dan subjektif. Tes pendengaran objektif adalah
tes fungsi pendengaran yang tidak memerlukan respon atau kerjasama secara langsung dari
pasien. Sedangkan pada tes pendengaran subjektif perlu peran aktif dari pasien dalam
menentukan hasil tes.

Tes pendengaran objektif :


o Otoacoustic Emission (OAE) bertujuan untuk memeriksa fungsi dari kokhlea
(sel rambut). Suara yang ada baik secara spontan maupun akustik di CAE akan
diukur dengan menggunakan sebuah mikrofon setelah dilakukan perangsangan
vibrasi biomekanikal aktif terhadap kokhlea.
o Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) digunakan untuk
membedakan tuli konduktif dan sensorineural, evaluasi pendengaran pada bayi
dan anak kecil serta untuk mengetahui adanya kelainan patologis pada N.VIII.

Tercatat 7 gelombang potensial listrik pada saat impuls oleh rangsang bunyi
berjalan melalui N.VIII dan batang otak, 5 gelombang pertama merupakan
gelombang terpenting. Gelombang I sampai V merupakan hasil pencatatan
potensial listrik berbagai struktur mulai dari bagian proximal N.VIII sampai

lemniscus lateral.
Tes pendengaran subjektif :
o Tes berbisik pemeriksa akan berbisik dari jarak minimal 6 meter pada ruangan
yang cukup tenang lalu pasien diminta untuk mengulang bisikan dari pemeriksa.
Pada nilai normal tes berbisik 5/6-6/6.

o Tes garpu tala menentukan tuli konduktif, sensorineural maupun gabungan


keduanya
Tes Rinne membandingkan hantaran udara dengan hantaran tulang
telinga yang diperiksa. Menggunakan garpu tala 512 Hz yang digetarkan,
kemudian kaki garputala tersebut diletakkan pada tulang mastoid sampai
bunyi tidak terdengar lalu dipindahkan ke depan liang telinga dan
ditanyakan apakah bunyi tersebut masih terdengar. Normalnya hantaran
udara akan terdengar lebih kencang dan lama daripada hantaran tulang.
Namun bila terdapat tuli konduktif, hantaran tulang akan terdengar lebih
kencang (Rinne negatif)

Tes Weber tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang


telinga kiri dan kanan. Dilakukan dengan meletakkan kaki garpu tala yang
digetarkan pada garis tengah wajah / kepala. Kemudian ditanyakan pada
telnga mana yang terdengar lebih keras (melihat lateralisasi). Normalnya,
pasien mendengar suara di tengah / tidak dapat membedakan telinga mana
yang lebih keras. Bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang
sehat, berarti telinga yang sakit dicurigai menderita tuli sensorineural.
Sedangkan bila pasien mendengar lebih keras pada telinga yang sakit
berarti dicurigai tuli konduktif pada telinga yang sakit.

Tes Schwabach digunakan untuk membandingkan hantaran tulang


orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal.
Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus mastoideus
sampai tidak terdengar bunyi kemudian tangkai penala segera dipindahkan
pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal.
Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek,
bila pemeriksa tidak dapat mendengar maka pemeriksaan diulang dengan

cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus mastoideus


pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat mendengar bunyi disebut
Schwabach memanjang dan bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama
mendengarnya disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.
Tes Rinne
Positif
Negatif

Tes Weber
Tidak ada
lateralisasi
Lateralisasi

Tes

Diagnosis

Schwabach
Sama

Normal

dengan pemeriksa
Memanjang

Tuli

ke telinga yang
Positif

sakit
Lateralisasi

konduktif
Memendek

ke telinga yang

Tuli
sensori-neural

sehat
Catatan: pada tuli konduktif < 30 dB, Rinne bisa masih positif
o Audiometri stimulus akan diberikan melalui headphone dan pasien diminta
untuk menekan tombol setiap kali mendengar bunyi
Derajat Ketulian
0-25 dB
>25-40 dB
>40-55 dB
>55-70 dB
>70-90 dB
>90 dB

Interpretasi
Normal
Tuli ringan
Tuli sedang
Tuli sedang berat
Tuli berat
Tuli sangat berat

Interpretasi audiogram
Hasil
AC dan BC 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada gap
AC dan BC > 25 dB
AC dan BC berimpit, tidak ada gap
BC 25 dB
AC > 25 dB
Antara AC dan BC terdapat gap
BC > 25 dB
AC > BC, terdapat gap

Diagnosis
Normal
Tuli sensorineural
Tuli konduktif
Tuli campuran

KELAINAN TELINGA
Kelainan kelainan di aurikula
A. Kongenital
1 Mikrotia
Mikrotia adalah kelainan kongenital berupa malformasi daun telinga yang
memperlihatkan kelainan bentuk dengan derajat kelainan dari ringan sampai berat,
daun telinga berukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Pada
kelainan ini daun telinga mengandung sisa kartilago yang tidak terbentuk dengan baik
yang melekat pada jaringan lunak lobul dan posisinya tidak sesuai dengan telinga
normal.
Kelainan bentuk ini sering kali disertai dengan tidak terbentuknya (atresia)
liang telinga dan kelainan tulang pendengaran. Jika terjadi pada satu telinga akan
disebut sebagai unilateral microtia sedangkan bila terjadi pada dua telinga akan
disebut sebagai bilateral microtia. Bentuk unilateral lebih banyak terjadi jika
dibandingkan dengan bilateral ( 90% microtia berupa microtia unilateral).

Grade I
Deformitas ringan pada helix dan antihelix yang sedikit dismorfik. Semua
struktur mayor telinga luar masih lengkap dengan derajat tertentu, dan pada
rekonstruksi tidak dibutuhkan penambahan jaringan pada kelainan ini. Termasuk
dalam grup ini adalah low-set ears, lop ears, cupped ears, dan mildly constricted ears.

Stahl ear
Lop ear

Protruding ear

Cupped ear
Grade II (atypical microtia)
Seluruh struktur mayor masih ada namun terjadi defisiensi jaringan, dan
pada operasi rekonstruksi dibutuhkan penambahan kartilago dan kulit. Deformitas
Mini-ear dan severe cup-ear termasuk dalam kategori ini. Meatus akustikus eksternal
maih ada, namun menunjukkan beberapa derajat stenosis.
Grade III (classic microtia)
Bagian-bagian aurikula sudah tidak dapat dikenali. Lobulus biasanya
masih ada dan terdapat pada daerah anterior. Terdapat pula anotia, yaitu tidak
terbentuknya aurikula dan lobulus sama sekali.

Anoti
2 Telinga caplang/jebang (bats ear)a
Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol. Fungsi
pendengaran tidak terganggu.

Bats ear
3

Darwins Tubercel
Kelainan genetik dari pina, biasanya terdapat pada puncak telinga dan
menetap

Darwins
Lobus aksesori
tubercledihilangkan untuk alasan kosmetik.
Ditemukan di anterior dari tragus, biasanya
Nodul kartilago yang kecil dapat ditemukan pada kelainan ini.

B. Infeksi
1 Perikondritis
Lobus
Adalah radang pada tulang rawan yang menjadi kerangka daun telinga. Biasa
aksesori
terjadi akibat trauma, operasi daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi
pseudokista daun telinga. Pus akan terkumpul di antara kartilago dan lapisan
jaringan ikat di sekitarnya (perikondrium). Pemilihan antibiotik berdasarkan
beratnya infeksi dan bakteri penyebabnya (tersering Pseudomonas dan
Staphylococcus). Bisa digunakan quinolon dan juga aminoglikosida seperti

tobramycin yang efektif terhadap Pseudomonas dan Staphylococcus. Selain itu


dapat diberikan antiseptik dan untuk nyeri dapat diberikan NSAID. Jika ada abses
makan dilakukan insisi drainase dan juga kultur. Bila pengobatan antibiotik gagal
dapat timbul komplikasi berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang
rawan yang menjadi kerangka daun telinga (cauliflower ear).

Cauliflower ear
2

Erisipelas
Erisipelas adalah infeksi pada dermis yang disebabkan oleh Streptokokus
hemolitikus grup A yang memberikan gejala berupa nyeri, eritema, bengkak,
keras, dan panas. Eritema dan pembengkakan tidak mengikuti batas anatomis tapi
berbatas tegas. Gejala sistemik berupa demam dan malaise juga dapat ditemukan.
Infeksi ini diobati dengan penisilin oral. Karena penyakit ini berjalan dengan
progresif dan berpotensi mengurangi kualitas hidup, penanganan dibutuhkan sedini
mungkin.

Erisipelas
3

Dermatitis Ekzematosa

Suatu lesi yang melibatkan meatus accousticus externus dan konka


di dekatnya yang dicirikan oleh kemerahan, rasa gatal, bengkak, dan stadium
eksudat cair yang diikuti pembentukan krusta. Perbedaan antara dermatosis primer
dan infeksi mungkin sulit. Suatu dermatitis seboroika atau suatu reaksi kulit akibat
kepekaan terhadap neomisin dapat tampil dengan pola demikian. Istilah dermatitis
ekzematosa seringkali digunakan karena tampilan lesi yang karekteristik.

Dermatitis
4. Infeksi dan Radang Kronik
Infeksi bakteriekzematosa
pada meatus akustikus externus dapat menjadi
kronik karena tidak diobati, pengobatan yang kurang adekuat, trauma berulang,
adanya benda asing seperti cetakan alat bantu dengar, atau otitis media yang terusmenerus mengeluarkan sekret. Dalam penatalaksaan perlu identifikasi organisme
penyebab dan faktor yang mendukung sifat kroniknya.
Infeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai adalah infeksi
pada rongga mastoid yang perlu pembersihan. Setelah pengangkatan debris infeksi,
rongga mastoid perlu diterapi dengan obat tetes anti jamur atau dibedaki dengan
kombinasi neomisin dan asam borat.
Kondisi kronik lain yang sering dijumpai yaitu gatal kronik pada telinga.
Secara umum kondisi ini digolongkan dermatosis primer non-infeksi.
a Otitis eksterna nekrotikans
Pada pengobatan otitis eksterna pasien usia lanjut perlu diingat
akan kemungkinan otitis eksterna nekrotikans, yaitu suatu infeksi berat pada
tulang temporal dan jaringan lunak telinga. Penyebabnya Pseudomonas
aeruginosa dan biasanya ditemukan pada pasien diabetes lanjut usia serta pada
daerah beriklim panas.

Pasien dengan otitis eksterna rekalsitrans yang berlangsung lebih


dari 2 minggu perlu dievaluasi dengan teliti terhadap gejala otitis eksterna
nekrotikans. Pada beberapa kasus, pasien datang dengan disfungsi N. VII dan
pemeriksaan telinga normal. Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk
CT scan, scan tulang, dan scan gallium dapat membantu menentukan adanya
penyakit ini. Scan tulang rutin saja tidak cukup untuk membedakan otitis
eksterna berat dengan otitis eksterna nekrotikans.
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi
yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik Pseudomonas,
maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi.
Perlu dianjurkan terapi jangka panjang sekurang-kurangnya 6
minggu. Dengan semakin majunya perawatan di rumah, maka terapi dapat
diberikan sacara rawat jalan.
b

Polikondritis berulang
Penyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan
peradangan dan destruksi tulang rawan. Merupakan suatu gangguan tulang
rawan generalisata, melibatkan hidung dan telinga pada 80-90% kasus.
Deformitas aurikula menyerupai perikondritis akut yang infeksius atau telinga
bunga kol (cauliflower ear) yang meradang. Hilangnya tulang rawan
menyebabkan telinga menjadi lemas dan timbul deformitas hidung pelana.
Peradangan yang bergantian pada kedua telinga (tanpa sebab predisposisi) atau
adanya demam memberi kesan gangguan ini. Dapat ditemukan tinitus dan
vertigo, demikian pula kehilangan pendengaran akibat kolaps meatus akustikus
eksternus. Bila laring, trakea dan bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara
menjadi serak dan bahkan kematian akibat kolaps dinding laringotrakea dan
bronkus.
Aktivitas penyakit berfluktuasi dan prognosisnya tidak dapat
diramalkan. Dapat berupa serangan tunggal atau dapat pula serangan berulang
selama bertahun-tahun. Pengobatan berupa salisilat dan steroid pada serangan
akut, meskipun terdapat kontroversi mengenai pemberian steroid. Dapson telah
digunakan untuk mencegah serangan berulang. Struktur-struktur yang terserang
harus dilindungi dari trauma.

C.

Neoplasma
Neoplasma pada aurikula dapat bersifat jinak maupun ganas. Jenis tumor jinak
pada aurikula misalnya kondroma dan fibroma. Jenis tumor ganas yang terjadi
terbanyak adalah karsinoma sel basal (rodent ulcer) dan karsinoma sel skuamosa
(epithelioma). Keganasan seringkali tumbuh pada telinga luar setelah pemaparan
sinar matahari yang lama dan berulang-ulang. Pada stadium dini, bisa diatasi dengan
pengangkatan kanker (wide excision) atau terapi penyinaran. Pada stadium lanjut,
mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah telinga luar yang lebih luas.

Roden

Ephite
lioma

Basal Cell Carcinoma

Verrucous Carcinoma

Squamous Cell Carcinoma

Kaposis Sarcoma

D. Trauma
1. Laserasi
Laserasi hebat pada aurikula harus dieksplorasi untuk mengetahui
apakah ada kerusakan tulang rawan. Tulang rawan perlu diperiksa dengan cermat
sebelum dilakukan reparasi plastik pada kulit. Luka seperti ini perlu benar-benar
diamati akan kemungkinan infeksi pada perikondrium. Berikan antibiotik profilaktik
bila ada kontaminasi nyata pada luka atau bila tulang rawan terpapar.

Hematoma
Cedera pada telinga luar (seperti pukulan tumpul) dapat menyebabkan memar
di antara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah
tersebut, maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa
berwarna ungu kemerahan. Darah yang tertimbun ini (hematoma) harus dikeluarkan
secara steril untuk mencegah infeksi yang akan menyebabkan perikondritis. Selain
itu bisa menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi
perubahan bentuk telinga. Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol
(cauliflower ear), sering ditemukan pada pegulat dan petinju. Untuk membuang
hematoma, biasanya digunakan alat penghisap dan penghisapan dilakukan sampai
hematoma betul-betul sudah tidak ada lagi, biasanya selama 3-7 hari. Dengan
pengobatan, kulit dan perikondrium akan kembali ke posisi normal sehingga darah
bisa kembali mencapai kartilago. Jika terjadi robekan pada telinga, maka dilakukan
penjahitan dan pembidaian pada kartilagonya. Pukulan yang kuat pada rahang dapat
menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan merubah bentuk saluran
telinga dan seringkali terjadi penyempitan. Perbaikan bentuk bisa dilakukan melalui

pembedahan.
Frostbite

Frostbite pada aurikula timbul dengan cepat pada lingkungan


bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat. Karena perubahan yang perlahanlahan maka tidak terasa nyeri sampai telinga memanas lagi. Akibatnya tergantung
pada dalamnya cedera dan lamanya paparan. Cedera diduga sebagai akibat
kerusakan selular dan gangguan mikrovaskular yang mengarah pada iskemia lokal.
Tatalaksananya dengan pemanasan secara cepat. Telinga yang
terkena harus diguyur dengan air hangat bersuhu antara 100F dan 108F sampai
terlihat tanda-tanda pencairan. Pasien perlu diberi analgesik. Derajat cedera
sepenuhnya mungkin belum nyata dalam beberapa hari, maka pasien yang
dipulangkan perlu diperiksa lebih lanjut dengan teliti. Debridemen bedah sebaiknya
ditunda dulu. Jika tampak infeksi yang nyata secara klinis perlu diterapi dengan
antibiotik.

Frostbite
E. Lain-lain
1 Pseudokista
Terdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan
cairan kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang rawan telinga.
Kumpulan cairan harus dikeluarkan secara steril untuk mencegahnya perikondritis.
Kemudian dibalut tekan dengan bantuan semen gips selama satu minggu supaya
perikondrium melekat pada tulang rawan kembali.

2 Nodulus

Nodulus pada heliks dapat merupakan kondritis setempat yang dikenal sebagai
kondrodermatitis superior. Walaupun kadang-kadang dapat diatasi dengan injeksi
steroid, eksisi lokal dapat pula memberikan kesembuhan dan diagnosis patologik.

Chondrodermatitis superior

3 Tofi
Tofi pada gout dapat timbul pada jaringan subkutan atau tulang rawan aurikula
berupa nodula putih kekuningan yang mengandung kristal urat dan natrium biurat.
Tofi yang tak sedap dipandang dapat dihilangkan dengan cara dieksisi.

Tofi
.
OTITIS EKSTERNA
Merupakan inflamasi pada telinga luar yang dapat disebabkan oleh berbagai etiologi
(infeksi bakteri, virus maupun jamur).

Patofisiologi otitis eksterna


Saluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel-sel kulit
yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran telinga dengan
cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan ini dan bisa mendorong
sel-sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran menumpuk disana.
Penimbunan sel-sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan penimbunan air
yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah dan lunak pada
saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
Etiologi Otitis Eksterna
1. Penyebab tidak diketahui :
- Malfungsi kulit : dermatitis seboroika, hiperseruminosis, asteotosis
- Eksema infantil : intertigo, dermatitis infantil.
- Otitis eksterna membranosa.
- Meningitis kronik idiopatik
- Lupus erimatosus, psoriasis
2. Penyebab infeksi
-Bakteri gram (+) : furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
-Bakteri gram (-) : Otitis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksterna
granulosa, perikondritis.
-Bakteri tahan asam : mikrobakterium TBC.
-Jamur dan ragi (otomikosis) : saprofit atau patogen.
-Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes zoster, moluskum kontangiosum, variola dan
varicella.
-Protozoa
-Parasit
3. Erupsi neurogenik : proritus simpek, neurodermatitis lokalisata/desiminata, ekskoriasi,
neurogenik.
4. Dermatitis alergika, dermatitis kontakta (venenat), dermatis atopik, erupsi karena obat,
dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.

5. Lesi traumatika : kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom vesikel dan
bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimiawi).
Gejala klinis otitis eksterna
Rasa sakit di dalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yang hebat,
serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan, keluhan ini juga
sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan kenyataan bahwa kulit dari liang
telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum dan perikondrium, sehingga edema dermis
menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat. Lagi pula, kulit dan tulang
rawan 1/3 luar liang telinga bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit dan tulang rawan dari liang
telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada tahap awal dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Gatal merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit
yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa
penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu otitis eksterna akuta.
Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
Edema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada
otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya tuli
konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan obat-obatan yang digunakan
kedalam telinga bisa menutup lumen yang mengakibatkan peredaman hantaran suara. (Vanessa,
2009)
Pemeriksaan fisik otitis eksterna
Dari pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
-

Sine qua non of otitis externa = rasa sakit saat tragus ditekan ringan pada telinga luar.

Adenitis periauricular.

Pemeriksaan spekulum dapat ditemukan eritema, epithelium yang edema, dan akumulasi
dari cairan debris pada liang telinga

Membran timpani mungkin sulit untuk diidentifikasi, mungkin terjadi inflamasi ringan,
tapi seharusnya pergerakan membrane timpani baik dengan pneumomamometer sieghl.

Spora dan hifa mungkin terlihat pada liang telinga bila etiologinya disebabkan oleh
jamur.

Eczema pada pinna dapat ditemukan dan merupakan tanda otitis media yang terlihat
pertama kali oleh pemeriksa.
Dari pemeriksaan dengan spekulum ditemukan:

Kanal yang membengkak sehingga sulit untuk melihat ke dalam telinga

Pada perenang, penyelam dan peselancar, yang terpapar lama dengan air dapat
menyebabkan penonjolan tulang liang telinga yang disebut exostoses. Hal ini dapat
menganggu drainase serumen dan merupakan predisposisi dari infeksi. (Rosenberger,
2009)
Prinsip Pengobatan otitis eksterna
- Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau gosok dengan hati hati
- Penilaian terhadap sekret, edem dinding canalis, dan membran timpani
- Pemilihan pengobatan topikal

OTITIS MEDIA AKUT


Merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius
antrum mastoid dan sel sel mastoid. Sering diawali infeksi pada saluran napas seperti radang
tenggorokan atau pilek yang meyebar ke telinga tenga melalui tuba eustachius. Otitis media akut
(OMA) banyak terjadi pada anak karena sumber infeksi dari tenggorok atau pilek yang terjadi
terus-menerus. Pada 25% tidak ditemukan organisme penyebabnya, Virus ditemukan pada 25%
kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama dengan bakteri. Baktei penyebab tersering
adalah Streptokokus pneumoniae diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis.
Patofisiologi
Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang banyaknya flora
organisme yang terdapat di dalam nasopharing dan faring. Gabungan aksi fisiologis silia, enzim

penghasil mucus (misalnya muramidase) dan antibodi berfungsi sebagai mekanisme petahanan
bila telinga terpapar dengan mikroba kontaminan ini saat menelan. Otitis media akut terjadi bila
mekanisme fisiologis ini terganggu. Sebagai mekanisme pelengkap pertahanan di permukaan,
suatu anyaman kapiler sub epitel yang penting menyediakan pula faktor faktor humoral,
leukosit polimorfonuklear dan sel fagosit lainnya. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu
faktor penyebab dasar pada otitis media akut. Penyakit ini mudah terjadi pada bayi karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar dan letaknya agak horizontal. Normalnya lapisan mukosa pada
telinga tengah menyerap udara pada telinga tengah, namun jika udara tidak dapat dialirkan
karena adanya obstruksi relatif tuba eusthachius maka akan terjadi tekana negative dan
menimbulkan effuse serosa. Efusi ini pada telinga tengah merupakan media yang fertile untuk
perkembangbiakan mikroorganisme dan dengan adanya infeksi saluran napas atas dapat terjadi
invasi virus dan bakteri ke telinga tengah, berkolonisasi dan menyerang jaringan dan
menimbulkan infeksi. Meskipun infeksi saluran napas terutama disebabkan oleh virus namun
sebagian besar infeksi otitis media akut disebabkan oleh bakteri piogenik. Bakteri yang sering
ditemukan antara lain Streptococcus pneumoniae, Haemophillius influenza dan Sterptococcus
beta hemolitikus. Sejauh ini Streptococcus pneumoniae merupakan organisme penyebab
tersering pada semua kelompok umur . Hemophilus influenza adalah patogen yang sering
ditemukan pada anak di bawah usia lima tahun, meskipun juga merupakan patogen pada orang
dewasa.
Stadium OMA
a

Stadium Oklusi
Patofisiologi: Terjadi sumbatan di tuba eustachius dan absorbsi udara sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan negatif dalam cavum timpani yang kemudian

menyebabkan gambaran retraksi pada membran timpani.


Gejala : pasien dapat merasa penuh pada telinga, nyeri berdengung
PF: warna membran bisa keruh/normal, retraksi membrane timpani, refleks cahaya
menurun
Terapi : dekongestan, antibiotik, antipiretik dan analgesik
Dekongetan untuk anak< 12 tahun : HCl, Efedrin 0.5% dalam NaCl 0.9%
sedangkan untuk anak >12 tahun : HCL, Efedrin 1% dalam NaCl 0.9%.

b Stadium hiperemis
Patofisiologi: Muncul tanda- tanda peradangan akibat infeksi pada membrane timpani.
Gejala: Pasien merasa nyeri (+), anak-anak menjadi rewel
PF: Gambaran pelebaran pembuluh darah di membran timpani, membran tampak
hiperemis dan edem. Sekret berbentuk serosa sudah terbentuk di balik membrna timpani

namun sulit terlihat.


Terapi : dekongestan, analgetik, antibiotik, antipiretik
Antibiotik yang digunakan antara lain,
Amoxicillin 40mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
Ampicillin 50-100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Eritromisin 40 mg/kgBB/ hari.

Stadium supuratif
Patofisiologi: Terbentuknya eksudat purulen di cavum timpani akibat proses peradangan
yang terus berlanjut, sehingga mendorong memran dan menyebabkan membran tympani
bulging ke arah liang telinga luar. Jika tekanan dalam cavum timpani tidak berkurang
maka dapat terjadi iskemi akibat tekanan pada vena-vena kecil, dan berakhir dengan
nekrosis mukosa dan submukosa.

Gejala: Pasien merasa sangat kesakitan dan dapat disertai gejala sistemik (takikardia,

hiperthermia) dan nyeri bertambah hebat.


PF: Edema mukosa telinga tengah disertai dengan nekrosis sel epitel superficial.
Nekrosis terlihat sebagai area lembek berwarna kekuningan pada membran timpani dan

pada area ini dapat terjadi ruptur.


Terapi : antibiotik lokal, miringotomy, antipiretik dan analgesik.

Stadium perforasi
Patofisiologi: keterlambatan pemberian antibiotic menyebabkan proses infeksi
terus berlanjut dan semakin parah (virulensi kuman tinggi). Dorongan oleh pus

pada membrane timpani menyebabkan ruptur membran timpani


Gejala: Anak yang gelisah menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak. Gejala

sistemik menurun (suhu, nadi)


PF: terlihat perforasi membrane timpani disertai nanah yang mengalir keluar ke
liang telinga luar.Otoskopik terlihat pus/mukopus (kadang bercampur darah)
keluar melalui perforasi kecil (Pin Point perforation), Pulsasi (pulsating

discharge)Light-house sign (berkelip-kelip)


Terapi: H202 3% 5gtt 3 dd 1 selama 3-5 hari, antibiotik lokal.

Stadium resolusi

Bila perforasi kecil, membran timpani dapat kembali utuh, pendengaran


tidak terganggu. Namun bila membran timpani mengalami perforasi, yang lebar,
perforasi dapat menetap dan berkembang menjadi OMSK. Bila daya tahan tubuh
baik / virulensi kuman rendah, resolusi terjadi tanpa pengobatan.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dipakai untuk mendeteksi OMA yaitu:


-

Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran tympani


Kultur dan uji sensitifitas, dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (aspirasi jarum

dari telinga tengah melalui membran tympani)


Otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan udara kecil). Untuk menilai respon gendang telinga
terhadap perubahan tekanan udara.

OTITIS MEDIA SUPPURATIF KRONIS


Merupakan infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul. Sekret dapat encer atau kental,
bening atau berupa nanah. OMSK selain merusak jaringan lunak pada telinga tengah dapat juga
merusak tulang dikarenakan terbentuknya jaringan patologik sehingga sedikit sekali / tidak
pernah terjadi resolusi spontan.
OMSK terbagi antara benigna dan maligna, maligna karena terbentuknya kolesteatoma
yaitu epitel skuamosa yang bersifat osteolitik.
Penyakit OMSK ini biasanya terjadi perlahan dan penderita datang dengan gejala
penyakit yang sudah lengkap dan morbiditas penyakit telinga tengah kronis ini dapat berganda,
ganguan pertama berhubungan dengan infeksi telinga tengah yang terus menerus (hilang timbul)
dan gangguan kedua adalah kehilangan fungsi pendengaran yang disebabkan kerusakan
mekanisme hantaran suara dan kerusakan konka karena toksisitas / perluasan infeksi langsung.

Etiologi dan Patogenesis


Penyebab terbesar otitis media supuratif kronis adalah infeksi campuran bakteri dari
meatus auditoris eksternal , kadang berasal dari nasofaring melalui tuba eustachius saat infeksi
saluran nafas atas. Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk
staphylococcus, pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan aspergillus. Organisme dari
nasofaring diantaranya streptococcus viridans ( streptococcus A hemolitikus, streptococcus B
hemolitikus dan pneumococcus.
Suatu teori patogenesis mengatakan terjadinya otititis media nekrotikans akut menjadi
awal penyebab OMSK yang merupakan hasil invasi mukoperiusteum organisme yang virulen,
terutama berasalh dari nasofaring terbesa pada masa kanak-kanak, atau karena rendahnya daya
tahan tubuh penderita sehingga terjadinya nekrosis jaringan akibat toxin nekrotik yang
dikeluarkan oleh bakteri kemudian terjadi perforasi pada membrane timpani setelah penyakit
akut berlalu membrane timpani tetap berlubang atau sembuh dengan membrane atrofi.
Pada saat ini kemungkinan besar proses primer untuk terjadinya OMSK adalah tuba
eustachius, telinga tengah dan sel-sel mastoid. Faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga
tengah supuratif menjadi kronis sangat majemuk, antara lain :
1. gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis akibat :
a. infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang
b. obstruksi anatomic tuba eustachius parsial atau total
2. perforasi membrane timpani yang menetap
3. terjadinya metaplasia skuamosa / perubahan patologik menetap lainnya pada telinga
tengah
4. obstruksi terhadap aerasi telinga tengah atau rongga mastoid
5. terdapat daerah dengan skuester atau otitis persisten ddi mastoid
6. faktor konstitusi dasar seperti alergi kelemahan umum atau perubahan mekanisme
pertahanan tubuh.
Patologi
Omsk lebih merupakan penyakit kekambuhan daripada menetap, keadaan ini lebih
berdasarkan waktu dan stadium daripada keseragaman gambaran patologi, ketidakseragaman ini
disebabkan oleh proses peradangan yang menetap atau kekambuhan disertai dengan efek

kerusakan jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut secara umum gambaran yang
ditemukan :
1. Terdapat perforasi membrane timpani dibagian sentral, ukuran bervariasi dari 20 % luas
membrane timpani sampai seluruh membrane dan terkena dibagian-bagian dari annulus.
2. Mukosa bervariasi sesuai stadium penyakit. Dalam periode tenang akan nampak normal
kecuali infeksi telah menyebabkan penebalan atau metaplasia mukosa menjadi epitel
transisonal.
3. Jaringan tulang2 pendengaran dapat rusak/ tidak tergantung pada berat infeksi
sebelumnya
4. Mastoiditis pada OMSK paling sering berawal pada masa kanak-kanak , penumatisasi
mastoid paling aktif antara umur 5 -14 tahun. Proses ini saling terhenti oleh otitis media
yang sering. Bila infeksi kronis terus berlanjut mastoid mengalami proses sklerotik,
sehingga ukuran mastoid berkurang. Antrum menjadi lebih kecil dan penumatisasi
terbatas hanya ada sedikit sel udara saja sekitar antrum.
Tanda dan Gejala
OMSK TIPE BENIGNA
Gejalanya berupa discharge mukoid yang tidak terlalu berbau busuk , ketika pertama kali
ditemukan bau busuk mungkin ada tetapi dengan pembersihan dan penggunaan antibiotiklokal
biasanya cepat menghilang, discharge mukoid dapat konstan atau intermitten.
Gangguan pendengaran konduktif selalu didapat pada pasien dengan derajat ketulian
tergantung beratnya kerusakan tulang2 pendengaran dan koklea selama infeksi nekrotik akut
pada awal penyakit.
Perforasi membrane timpani sentral sering berbentuk seperti ginjal tapi selalu
meninggalkan sisa pada bagian tepinya . Proses peradangan pada daerah timpani terbatas pada
mukosa sehingga membrane mukosa menjadi berbentuk garis dan tergantung derajat infeksi
membrane mukosa dapt tipis dan pucat atau merah dan tebal, kadang suatu polip didapat tapi
mukoperiosteum yang tebal dan mengarah pada meatus menghalangi pandangan membrane
timpani dan telinga tengah sampai polip tersebut diangkat . Discharge terlihat berasal dari rongga
timpani dan orifisium tuba eustachius yang mukoid da setelah satu atau dua kali pengobatan
local abu busuk berkurang. Cairan mukus yang tidak terlalu bau datang dari perforasi besar tipe

sentral dengan membrane mukosa yang berbentuk garis pada rongga timpani merupakan
diagnosa khas pada omsk tipe benigna.
OMSK TIPE MALIGNA DENGAN KOLESTEATOM
Sekret pada infeksi dengan kolesteatom beraroma khas, sekret yang sangat bau dan
berwarna kuning abu-abu, kotor purulen dapat juga terlihat keeping-keping kecil, berwarna putih
mengkilat.
Gangguan pendengaran tipe konduktif timbul akibat terbentuknya kolesteatom bersamaan
juga karena hilangnya alat penghantar udara pada otitis media nekrotikans akut. Selain tipe
konduktif dapat pula tipe campuran karena kerusakan pada koklea yaitu karena erosi pada
tulang-tulang kanal semisirkularis akibat osteolitik kolesteatom.
PENATALAKSANAAN
Prinsip terapi OMSK tipe benigna ialah konstervatif atau dengan medika mentosa. Bila
sekret yang keular terus-menerus, maka diberikan obat pencuci telinga, berupa larutan H2o2 3 %
selama 3 5 hari. Setelah sekret berkurang terapi dilanjutkan dengan obat tetes telinga yang
mengandung antibiotic dan kortikosteroid, kultur dan tes resisten penting untuk perencanaan
terapi karena dapat terjadi strain-strain baru seperti pseudomonas atau puocyaneous.
Infeksi pada kolesteatom sukar diobati sebab kadar antibiotic dalam kantung yang
terinfeksi tidak bias tinggi. Pengangkatan krusta yang menyumbat drainage sagaat membantu.
Granulasi pada mukosa dapat diobati dengan larutan AgNo3 encer ( 5 -100 %) kemudian
dilanjutkan dengan pengolesan gentian violet 2 %. Untuk mengeringkan sebagai bakterisid juga
berguna untuk otitis eksterna dengan otorhea kronik.
Cara terbaik mengangkat polip atau masa granulasi yang besar, menggunakan cunam
pengait dengan permukaan yang kasar diolesi AgNo3 25-50 % beberapa kali, selang 1 -2
minggu. BIla idak dapat diatasi , perlu dilakukan pembedahan untuk mencapai jaringan patologik
yang irreversible. Konsep dasar pembedahan adalah eradikasi penyakit yang irreversible dan
drainase adekwat, rekontruksi dan operasi konservasi yang memungkinkan rehabilitasi
pendengaran sempurna pada penyakit telinga kronis.
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
OMSK tipe benigna :

OMSK tipe benigna tidak menyerang tulang sehingga jarang menimbulkan komplikasi,
tetapi jika tidak mencegah invasi organisme baru dari nasofaring dapat menjadi superimpose
otitis media supuratif akut eksaserbsi akut dapat menimbulkan komplikasi dengan terjadinya
tromboplebitis vaskuler.
Prognosis dengan pengobatan local, otorea dapat mongering. Tetapi sisa perforasi sentral
yang berkepanjangan memudahkan infeski dari nasofaring atau bakteri dari meatus eksterna
khususnya terbawa oleh air, sehingga penutupan membrane timpani disarankan.
OMSK tipe maligna :
Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa :
1. erosi canalis semisirkularis
2. erosi canalis tulang
3. erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
4. erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya abses subperiosteal
5. erosi pada sinus sigmoid
Prognosis kolesteatom yang tidak diobati akan berkembang menjadi meningitis, abes
otak, prasis fasialis atau labirintis supuratif yang semuanya fatal. Sehingga OMSK type
maligna harus diobati secara aktif sampai proses erosi tulang berhenti.
OTITIS MEDIA EFUSI VS OMA
ETIOLOGI/F
AKTOR
PREDISPOSISI

PATOFISIOLOGI

OME
- Disfungsi tuba Eustachius
- Hipertrofi adenoid
- Adenoiditis kronik
- Palatoskisis
- Tumor nasofaring
- Barotrauma
- Radang penyerta pada
sinusitis atau rhinitis
- Terapi radiasi
- Gangguan metabolik atau
imunologik
- Alergi
Transudasi plasma dari

OMA stadium supuratif


- Infeksi pada cavum timpani
(bakteri piogenik)

Adanya oklusi tuba Eusthacius

pembuluh darah ke dalam

menyebabkan terganggunya fungsi

rongga telinga tengah akibat

tuba, yaitu drainase cairan telinga

perbedaan tekanan hidrostatik.

tengah dan proteksi telinga tengah

Perbedaan tekanan hidrosatik

dari patogen dari nasofaring.

yang tejadi adalah tekanan


negatif pada cavum timpani
akibat obstruksi tuba
Eustachius.

Terganggunya drainase
menyebabkan penumpukan cairan
di telinga tengah. Ditambah dengan
gangguan proteksi, maka patogen
dari nasofaring memasuki telinga
tengah dan memulai proses infeksi
dan inflamasi.

GEJALA

TANDA

TERAPI

- Gangguan pendengaran
- Nyeri telinga
konduktif (jarang melebihi
- Demam
35 dB)
- Malaise
- Perbaikan pendengaran
- Nyeri kepala
dengan perubahan posisi
- Anoreksia, mual, muntah
kepala
- Takikardia
- Rasa tersumbat pada
telinga
- Tinnitus akibat gerakan
cairan dalam telinga tengah
- Jarang menimbulkan
pusing
- Membran timpani
Membran timpani merah dan
kekuningan, dapat tampak
menonjol
meonjol jika penuh terisi
cairan
- Maleus tampak pendek,
retraksi, dan berwarna putih
kapur
- Air bubble dapat tampak
lewat membrane timpani
yang semi transparan
Antibiotika
Tatalaksana etiologi utama

MASTOIDITIS

Antibiotika, miringotomi

Merupakan segala inflamasi dari sel mastoid pada os temporalis. Sering ditemui sebagai
komplikasi dari OMA maupun otitis media kronik. Pada kebanyakan kasus, gejala dari
peradangan pada telinga tengah (demam, nyeri, tuli konduktif).
Mastoiditis akut sangat dikaitkan dengan OMA. Biasanya infeksi yang terjadi menyebar
melewati mukosa dari telinga tengah dan menyebabkan osteitis pada sel mastoid.
Mastoiditis kronis lebih dikaitkan dengan OMSK terutama dengan pembentukan
kolesteatoma.
Etiologi
Etiologi mastoiditis dapat dibagi berdasarkan faktor host dan faktor mikrobial. Faktor
host termasuk imunologi dari mukosa, anatomi os temporalis dan imunitas sistemik. Sedangkan
faktor mikrobial termasuk protective coating, resistansi antimikroba dan kemampuan invasive
dari mikroba tersebut.
Bakteri tersering penyebab matoiditis akut adalah Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae dan grup A Streptococcus pyogenes. Sedangkan pada mastoiditis kronik
lebih banyak ditemukan bakteri Gram negative dan Staphylococcus aureus.
Manifestasi Klinis
Anamnesa

Otorrhea persisten (>3minggu)


Demam tinggi yang tidak respon terhadap medikamentosa
Otalgia persisten terutama pada bagian belakang telinga yang memburuk pada malam

hari
Gangguan fungsi pendengaran

Pemeriksaan Fisik

Demam
Eritema pada daerah mastoid
Proptosis dari aurikula
Nyeri dan inflamasi pada prosesus mastoideus
Displacement dari aurikula terutama bila terdapat abses
Otorrhea

Pemeriksaan Penunjang

Leukositosis
Kultur (timpanocentesis atau miringotomi, abses, jaringan mastoid)
Audiometri (evaluasi gangguan pendengaran)

X-ray : Law, Schuller, Chausse III, Mayer, Owens, Towne, Stenvers


CT-Scan os temporal

Tatalaksana
Terapi medikamentosa

Antibiotik (sesuai kultur / cover jenis bakteri pada OMA, bisa menembus Blood brain

barrier, dan harus bisa digunakan pada bakteri multi drug resistant)
Steroid dosis tinggi
Analgetik
Antipiretik

Terapi Operatif

Miringotomi / Timpanocentesis dengan pemasangan Timpanostomi tube


Mastoidektomi (simple, complete, radical, modified radical)

Komplikasi

Gangguan pendengaran
Paralisis N.VII
Gangguan nervus kranialis
Osteomyelitis
Petrositis
Labirinitis
Sindroma Gradenigo
Intrakranial meningitis, abses serebri, abses epidural, empiema subdural
Trombosis sinus sigmoid
Pembentukan abses abses subperiosteal, abses Citelli, abses Bezold

Anda mungkin juga menyukai