Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN UMUM
2.1.

Sejarah Singkat UBPE Pongkor PT Aneka Tambang, Tbk


PT Aneka Tambang, Tbk. adalah satu-satunya Badan Usaha Milik Negara

yang bergerak di bidang pertambangan emas. Salah satu unit penambangan yang
dimiliki PT Antam, Tbk. adalah Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor.
Penemuan cadangan emas di Pongkor berawal dari eksplorasi logam dasar di
Gunung Limbung pada akhir tahun 1979, ternyata mendapatkan informasi adanya
mineralisasi sulfida pyrit di Daerah Gunung Pongkor. Menindaklanjuti temuan
tersebut, pada tahun 1980 tim unit geologi PT Antam, Tbk. melakukan
reconnaissance ke Daerah Gunung Pongkor dan menemukan urat kuarsa dengan
kandungan logam Au sebesar 0,2 4 ppm dan logam Ag sebesar 100 400 ppm di
lokasi Pasir Jawa. Aktifitas eksplorasi sempat terhenti pada tahun 1983 sampai
dengan tahun 1988 karena PT Antam, Tbk. lebih berkonsentrasi di Daerah Cikotok.
Tahun 1988 kegiatan eksplorasi dilanjutkan dan menemukan 3 daerah baru
yang mengandung urat emas antara lain Daerah Gunung Pongkor, Pasir Jawa, dan
Ciguha. Eksplorasi selanjutnya kembali menemukan urat baru, yaitu Kubang Cicau
dan Ciurug. Pada tahun 1989 sampai dengan tahun 1992 dilakukan kegiatan
pemboran rinci dan dilanjutkan dengan evaluasi dan penghitungan sumber daya.
Studi kelayakan dan perencanaan tambang baru dapat dilaksanakan pada
tahun 1992. Setelah diperoleh Kuasa Pertambangan Eksploitasi, maka pembangunan
mulai dilakukan. Pembangunan pertama yang dilakukan adalah pembuatan jalan
masuk dari Parempeng ke Pongkor sepanjang 12,5 km, pembangunan fisik pabrik
dengan kapasitas produksi 2,5 ton bullion emas, serta pembuatan tailing dam. Pada
tahun 1994 pabrik pengolahan emas dan bagian produksi tambang digabung menjadi
satu unit produksi dengan nama Unit Pertambangan Emas (UPE) Pongkor. Tahun
1997 dilakukan pengembangan tambang di daerah Ciurug, penambangan di sini
dilakukan dengan sistem mekanis. Pabrik yang kedua dibangun sehingga kapasitas
produksi menjadi 5 ton bullion emas/tahun.
4

Pada tahun 2000 sejalan dengan proses restrukturisasi PT Aneka Tambang,


Tbk. Unit Pertambangan Emas Pongkor berubah menjadi Unit Bisnis Pertambangan
Emas (UBPE) Pongkor. Perubahan ini menandai beralihnya fungsi unit-unit produksi
dari Cost Center (Pusat Biaya) menjadi Profit Center (Pusat Laba). Dan pada tanggal
1 Agustus 2000 diperoleh Kuasa Pertambangan Eksploitasi yang baru dengan nomor
KW 98 PP 0138 seluas 6.047 Ha.
2.2.

Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi UBPE Pongkor secara administratif terletak di dalam wilayah

Sorongan Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini
berjarak sekitar 55 km ke arah barat dari Kota Madya Bogor dan sekitar 110 km ke
arah barat daya dari Jakarta. Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat
dengan rute Bogor Darmaga Ciampea Leuwiliang Panyawungan Likut
Parengpeng Pangkal Jaya Bantarkaret Nunggul Sorongan.

Gambar 2.1
Peta lokasi UBPE Pongkor PT Antam, Tbk.

2.3.

Keadaan topografi
UBPE Pongkor merupakan bagian dari satuan wilayah yang mempunyai

daerah topografi berupa daerah pegunungan dengan ketinggian berkisar antara 300 m
sampai dengan 900 m diatas muka air laut, dengan puncak bukit masih tajam dan
agak membulat, dimana sudut lereng berkisar antara 200 600. Ketebalan rata-rata
lapisan humusnya 2,5 m. Pada sisi sebelah barat laut menunjukkan relief relatif
bergelombang lemah. Punggungan pegunungan menampakkan adanya pola arah
yang memanjang relatif sama dengan pola penyebaran dari urat-urat kuarsa yang
ditemukan di daerah ini.
Sungai utama yang mengalir pada daerah ini adalah Sungai Cikaniki dengan
arah memanjang relatif selatan-utara. Anak-anak sungai Cikaniki antara lain adalah
Sungai Cisarua, Sungai Cikaret, Sungai Cimanganten, Sungai Ciguha, Sungai
Ciparay, Sungai Cisaninten, dan Sungai Ciparigi. Lembah-lembah Sungai Cikaniki
umumnya sempit dan curam.
Namun di beberapa tempat juga ditemukan lembah sungai yang agak lebar
dan landai serta berkelok-kelok sehingga membentuk endapan pasir cukup subur
yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai daerah persawahan. Pada
umumnya tebing Sungai Cikaniki dan anak Sungai Ciguha sangat terjal karena
merupakan daerah aliran hulu yang deras dengan pengikisan batuan yang aktif dan
mengakibatkan tebing ini sangat sulit untuk dilewati.
Adapun topografi daerah setempat secara umum dapat dikelompokkan
sebagai berikut :

- 15 % dataran hingga bergelombang


- 60 % daerah bergelombang sampai berbukit
- 25 % daerah berbukit sampai pegunungan

2.4.

Iklim dan Cuaca


Iklim di UBPE Pongkor adalah beriklim hujan tropis yang dipengaruhi

angin musim, dengan curah hujan relatif tinggi dan udara lembab. Kisaran
temperatur sepanjang tahun terjadi antara 150 sampai 300C, pada musim hujan
temperatur bergeser ke arah 150C, sedang pada kemarau bergeser ke arah 300C.
Musim hujan berlangsung dari bulan September sampai April dan musim kemarau
berlangsung dari bulan Mei sampai Agustus.
6

Berdasarkan data klimatologi yang diperoleh dari Pusat Meteorologi dan


Geofisika Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor bahwa curah hujan di wilayah
Pongkor kurang lebih 3000 mm/tahun. Curah hujan rata-rata di wilayah ini selama
1999-2000 berkisar antara 1489,2 -8092,1 mm/tahun dengan curah hujan terbesar
terjadi pada bulan April 2000. Untuk data hari hujan selama tahun 1999-2000
berkisar antara 8-28 hari dengan hari hujan terbesar pada bulan Januari 1999 yaitu
selama 28 hari.
2.5.

KONDISI GEOLOGI
Berdasarkan data geologi yang dimiliki oleh UBPE Pongkor, beberapa sesar

yang terdapat pada lokasi ini antara lain adalah :


1.

Sesar Cikaniki

6.

Sesar Ciguha.

2.

Sesar Cisarua.

7.

Sesar Pongkor

3.

Sesar Cihalang

8.

Sesar Ciurug.

4.

Sesar Cidurian.

9.

Sesar Gunung Singa

5.

Sesar Curubitung

10. Sesar Telukwaru.

Geologi Daerah Pongkor dan sekitarnya tersusun dari batuan gunung api
piroklastik bersifat andesitik sampai dasitik dimana dapat dikelompokkan ke dalam
satuan batuan tufa breksi, aglomerat, andesit, breksi andesitik dan dasit.
Satuan batuan tufa breksi menyebar dibagian selatan terutama di sepanjang
Sungai Cikaniki. Satuan ini diterobos dan terpotong oleh urat kuarsa yang
mengandung emas. Satuan batuan tufa breksi terutama disusun oleh tufa, tufa lapili,
tufa breksi, aglomerat, dan sisipan lempung. Sisipan batu tufaan lebih banyak
ditemukan jika semakin ke sebelah barat laut. Tufa breksi disusun oleh komponenkomponen andesit, batu lempung lanauan, batuan tersilifikasi dan tufa yang
berbentuk menyudut sampai membundar tanggung berukuran 2-3 cm. Komponenkomponen terdapat dalam matriks yang disusun oleh mineral batuan berukuran halus.

Gambar 2.2
Peta Geologi Daerah Gunung Pongkor dan Sekitarnya

Ubahan (alterasi) hidrothermal dari tipe-tipe batuan terjadi melalui proses


utama propilitisasi (mineral teralterasi menjadi klorit), argilitasi (mineral-mineral
teralterasi menjadi lempung) dan silisifikasi (pengubahan silika).
Derajat pelapukan massa batuan sangat bervariasi dan komplek.
Umumnya batuan terlapukkan sempurna dipermukaan dan derajat pelapukan
menurun sesuai dengan kedalaman batuan.
Struktur geologi yang tampak terdiri dari kekar dan sesar. Sesar dengan
arah N190E dan N255E dengan sudut kemiringan tegak lurus dan telah terisi
oleh urat kuarsa (ditemukan di L.500 Pasirjawa). Sesar yang ditemukan dicirikan
oleh adanya pergesaran antara 2-5 m ke arah vertikal pada lapisan batulempung.
Pola penyebaran kekar memperlihatkan arah umum sejajar dengan penyebaran
urat dan bidang perlapisan batuan, yang umumnya terisi kuarsa, lempung mangan
oksida, pirit, dan limonit.
Mineralisasi emas dan perak di Gunung Pongkor ditemukan dalam batuan
gunung api yang disusun oleh aglomerat breksi polimik, tufa breksi dan lava
andesit. Anomali kadar emas ditemukan dalam urat kuarsa yang berada dalam
suatu zona ubahan hidrothermal yang meliputi daerah seluas 11 km x 6 km. Zona
ubahan ini ditemukan urat kuarsa yang berpola saling sejajar dengan jurus umum
barat laut-tenggara (lihat Gambar 2.2).
Sesuai data hasil eksplorasi dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya diketahui cebakan bijih UBPE Pongkor terletak pada 10 lokasi
(gambar 2.2), yaitu :
1.

Pasir Jawa

6.

Gunung Goong

2.

Ciguha

7.

Cimahpar

3.

Kubang Cicau

8.

Gudang Handak.

4.

Ciurug

9.

Pamoyanan

5.

Cadas Copong

10.

Cikoret

2.6.

Cadangan
Cadangan emas terukur yang terdapat di Daerah Pongkor ditemukan pada

urat kuarsa yang terdiri dari beberapa urat, yaitu :


2.6.2. Urat Pasirjawa
Urat yang memanjang sekitar 1200 meter dengan lebar antara 2 sampai 18
m dan arah N 170 o E kemiringan 70o sampai 75o ke arah barat dinamakan sebagai
Urat Pasirjawa. Llitologinya terdiri dari tufa, tufa lapili, tufa breksi, andesit,
sisipan batu lempung, dan urat kuarsa, umumnya telah mengalami ubahan
argilitasi (mineral teralterasi menjadi lempung) dan propilitisasi (mineral
terlaterasi menjadi klorit limonit). Peretakan batuan sangat rapat yang sebagian
besar terisi oleh kuarsa, liminit, oksida mangan, dan lempung terutama di sekitar
kontak urat. Urat ini berkadar bijih lebih dari 4 gr/ton dengan lebar bijih antara 28 m sepanjang 206 m.
2.6.3. Urat Ciguha Timur
Urat ini mempinyai arah N 170oE dengan kemiringan 70o sampai 75o ke
arah barat. Urat ini memanjang sekitar 900 m dengan lebar antara 1,0-2,5 m dan
terdapat dalam batuan breksi dan tufa andesitik yang telah mengalami ubahan
kloritisasi dan piritisasi. Urat ini berkadar bijih 4,00-23,48 gr/ton Au sepanjang
100 m pada drift vein tampak menipis ke arah barat.
2.6.4. Urat Ciguha
Urat Ciguha mempunyai bentangan panjang sekitar 1500 m dengan lebar
antara 1,0 sampai 7,5 m dan arah N 142 oE, kemiringan antara 70o sampai 85o ke
arah barat. Jenis litologi ini terdiri dari tufa breksi, tufa lapili, tufa andesitik, dan
urat kuarsa. Ubahan batuan klorisasi dan piritisasi disertai urat-urat tipis kuarsa
dengan kerapatan 1-3 m dan lebar 1-40 cm yang memperlihatkan arah penyebaran
sejajar dengan urat kuarsa sangat umum dijumpai sepanjang jalan masuk utama
terowongan. Zona bijih pada urat utama adalah sepanjang 135 m dengan kadar

10

rata-rata 4,0-28,18 gr/ton dan pada urat timur panjang 235 m dengan kadar ratarata 4,00-28,46 gr/ton Au.
2.6.5. Urat Kubang Cicau
Urat Kubang Cicau ini merupakan suatu sistem urat yang terdiri dari urat
utama beralih utara-selatan dengan sudut kemiringan antara 65o-75o ke arah timur
dengan lebar antara 2-10 m dan beberapa urat lainnya dengan arah antara N 330
o

E sampai N 355 oE dengan sudut kemiringan 60o-70o ke arah timur. Penyebaran

ini dapat diikuti sepanjang kurang lebih 2500 m.


2.6.6. Urat Ciurug
Urat Ciurug memanjang kurang lebih 2500 m dengan arah N 330 oE
sampai N 350 o E, sudut kemiringan antara 55o sampai 70o ke arah timur dengan
lebar antara 2 sampai 25 m. Urat-urat kuarsa yang ditemukan umumnya telah
mengalami pelapukan dan peretakan yang sangat lanjut dan sering dijumpai
adanya rongga-rongga akibat pelarutan oleh air tanah, urat kuarsa berwarna putih
abu-abu kecoklatan sampai kehitaman. Mineral penyusun dan ubahan dalam urat
terdiri dari kuarsa, kalsedon, dan mineral karbonat yang sebagian besar telah
berubah menjadi kuarsa, adularia, barit, klorit, mineral lempung, oksida mangan,
limonit.
2.6.7. Urat Pamoyanan
Urat Pamoyanan terdiri atas dua urat utama, yaitu Pamoyanan A dan
Pamoyanan B. Penyebaran Urat Pamoyanan A dapat diikuti sepanjang kurang
lebih 1000 m, sedangkan penyebaran Urat Pamoyanan B dapat diikuti sepanjang
kurang lebih 600 m.
2.7.

METODE PENAMBANGAN

2.7.1. Sistem penambangan


Dalam melakukan proses penambangan, UPBE Pongkor menggunakan
sistem penambangan bawah tanah dengan metode cut-and-fill dan shrinkage.
11

2.7.1.1. Metode Cut-and-Fill


Metode ini diterapkan pada urat yang berukuran lebih besar dari 3 m
seperti pada urat Kubang Cicau, Ciguha dan Ciurug. Pada urat Kubang Cicau dan
Ciguha dipakai metode semi-mechanized cut-and-fill. Tenaga manusia masih
banyak dipergunakan dalam proses penambangan. Pada vein Ciurug dipakai
metode full-mechanized cut-and-fill (gambar 2.3). Hal ini dapat dilakukan karena
kondisi badan bijih yang cukup lebar, sehingga dimungkinkan alat-alat penggalian
mekanis seperti Jumbo Drill dan LHD dapat beroperasi pada lombong.
Kemajuan penambangan dengan metode ini diukur dari level bawah ke
atas (overhand stoping) membentuk lapisan-lapisan penambangan. Untuk
mencapai bijih dibuat sebuah Main Haulage Level (MHL) sebagai lubang bukaan
utama untuk keperluan pengangkutan karyawan, peralatan, ventilasi, penirisan,
dan keperluan-keperluan lain baik kegiatan produksi maupun pengembangan yang
dikerjakan. Dalam pelaksanaan produksinya di tiap-tiap bijih tersebut dibuat
pembagian lokasi produksi berupa level, yang merupakan cross cut ke arah bijih
setelah menemukan bijih, kemudian dilanjutkan pembuatan drift menyusuri
penyebaran bijih yang ada.

Gambar 2.3
Penambangan Cut-and-Fill (Carlos Jimeno, 1995)
12

2.7.1.2. Metode Shrinkage


Metode ini diterapkan pada vein yang berukuran kecil seperti pada urat
Kubang Cicau yang memiliki lebar antara 1-3 m.. Karena dimensi daerah yang
sangat terbatas maka alat-alat yang dipakai juga berskala kecil antara lain: jack leg,
scraper, electric slucer, dan rocker sovel.
Pada metode shrinkage stoping ini arah penambangan adalah ke atas
(overhand mining). Penarikan bijih tidak dilakukan secara langsung melainkan
sedikit demi sedikit sesuai besarnya swell factor (faktor muai) batuan yang
diledakkan dengan tujuan menyisakan broken ore pada stope untuk pijakan
pemboran berikutnya sekaligus menyangga batuan sampingnya (swa sangga).
Adapun urutan mekanisme kerja penambangan pada PT. Antam, Tbk.
UBPE Pongkor adalah pembukaan lombong dan kemudian pengisian lombong.
2.7.2. Pembukaan Lombong
Tahap-tahap pembukaan lombong adalah pengeboran peledakan
pembersihan atap penyanggaan pengumpulan dan pemuatan pengangkutan.
2.7.2.1. Pemboran
Kegiatan pemboran untuk produksi pada lombong menggunakan alat bor
jumbo drill dari Tamrock, tipe monomatic 105 40 dengan mata bor jenis button
bit diameter 45 mm. Pola pemboran yang dilakukan untuk kegiatan stoping adalah
pola empat persegi panjang (rectangular pattern) dengan arah pemboran
horizontal.

Gambar 2.4
Jumbo Drill (Carlos Jemino, 1995)
13

2.7.2.2. Peledakan
Kegiatan

peledakan

untuk

penambangan

di

UBPE

Pongkor

menggunakan bahan peledak Powergel Magnum 3151 sebagai primer, ANFO


Dahana, detonator listrik dan NONEL buatan Dyno Nobel. Blasting Machine
digunakan sebagai alat pemicu peledakan dengan merk Nippon Kayaku Co.Ltd.
2.7.2.3. Pembersihan atap
Kegiatan ini untuk menjatuhkan batuan yang menggantung pada crown
wall, termasuk batuan yang mungkin akan jatuh bila disekitar batuan tersebut
diganggu seperti dilakukannya pemboran pada tahap selanjutnya. Scalling
dilaksanakan setelah tahap pembersihan lombong dari gas-gas hasil peledakan
(smoke clearing) dengan menggunakan fan yang dapat dipindah-pindahkan.
2.7.2.4. Penyanggaan
Jenis-jenis penyangga yang digunakan adalah penyangga kayu seperti
three piece set, cribbing, penyangga baja (steel support), dan penyangga beton
berupa beton tembak (shotcrete).
Ukuran tiap-tiap penyangga berbeda-beda disesuaikan dengan lubang
bukaan yang disangga. Penyangga baja dan penyangga kayu biasanya digunakan
pada terowongan seperti cross cut dan drift sedangkan untuk lokasi lombong
biasanya hanya diberikan perkuatan seperti split set, rockbolt, span dan wire mesh
dengan ukuran rongga 10 x 10 cm.
Lombong yang tidak mengandung bijih lagi akan ditimbun dengan
material pengisi. Untuk kegiatan produksi pada lombong tepatnya pada kegiatan
sebelum peledakan untuk kemajuan pengambilan urat kuarsa split set digunakan
untuk menyangga batuan samping yang lapuk agar tidak runtuh setelah peledakan.
2.7.2.5. Pengumpulan dan pemuatan
Kegiatan pengumpulan bijih lepas hasil peledakan ke arah corongan (ore
pass) di Tambang Kubang Cicau menggunakan sistem manual yaitu memakai
scrapper yang ditarik oleh tenaga manusia. Di daerah Ciurug yang menggunakan
14

sistem mekanis pemuatan bijih lepas ke lori menggunakan Load Haul Dump Toro
tipe 301 DL dan EJC 100. Sedangkan di daerah vein Ciguha Utama relatif sudah
tidak dilakukan lagi kegiatan pengumpulan dan pemuatan.
2.7.2.6. Pengangkutan
Pengangkutan

broken

ore

ke

luar

tambang

dilakukan

dengan

menggunakan lori buatan P.T Inka Madiun berkapasitas 3 m yang ditarik oleh
Trolley Locomotive, yang digerakkan oleh tenaga listrik. Satu siklus
pengangkutan ini meliputi pekerjaan memasukkan lori kosong ke dalam tambang
lalu pemuatan dan penarikan lori bermuatan ke luar

dari tambang yaitu ke

Dumping Point.
2.7.3. Pengisian Lombong
Hampir sebagian besar lombong yang tertambang selanjutnya diisi dengan
filling materials

yang berasal dari limbah pabrik (sand tailing) yang telah

dipisahkan dari material halusnya (-10 mikron). Pengisian tersebut dimaksudkan


untuk menyangga batuan samping dan menaikkan lantai kerja lombong sehingga
bijih pada slice selanjutnya dapat terjangkau. Kegiatan pengisian untuk lokasi
Ciurug

menggunakan

alat

mekanis.

Filling

material

diangkut

dengan

menggunakan sistem piping. Tailing tersebut sudah berbentuk pasta saat dibawa
ke lombong sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat.
Namun sebagian kecil lombong masih menggunakan material pengisi
berupa waste yang berasal dari pembukaan cross cut dan drift. Material ini
diangkut ke lombong menggunakan load haul dump (LHD) dan wheel loader.
Penimbunan dilakukan sampai tinggi lantai lombong setelah ditimbun
terhadap atap lombong berjarak 2,5 meter. Tinggi ini merupakan tinggi ideal dari
jangkauan alat bor jumbo drill. Jangkauan jumbo drill diusahakan mencapai atap
lombong agar atap dapat dipasang pelindung (wire mesh) dan penguatan dengan
split set.

15

2.7.4. Pengolahan
Hasil pembongkaran material hasil peledakan yang berupa waste hasil
development akan ditimbun di stockpile dan digunakan sebagai material
backfilling, sedangkan material bongkaran yang berupa ore akan dimuat kedalam
lori dengan menggunakan LHD dan wheel loader di Ciurug. Dan trolley akan
menarik lori keluar tambang menuji Crushing Plant Area (CPA). Lori yang
bertenaga listrik ini akan membawa material tersebut ke tempat penimbunan biih
di luar tambang. Tempat penumpukan bijih ini dibedakan verdasarkan ukuran
material keluaran tambang. Back hoe akan memisahkan material besar dan kecil
dengan pengamatan langsung dari operator. Batuan besar akan dihancurkan
dengan rock breaker sampai dengan ukuran 40 cm yang kemudian akan dibawa
truk menuju crusher. Crusher yang dimiliki UBPE Pongkor adalah jenis Double
Toggle Jaw dan Cone Crusher. Kemudian dari CPA ore diangkut menggunakan
belt conveyor menuju Fine Ore Bin (FOB) untuk diproses lebih lanjut di pabrik
pengolahan sampai menghasilkan dore bullion.
Kapasitas parik pengolahan yang dimiliki Pongkor

adalah 500 dried

metric ton (dmt) untuk pabrik I dan 720 dmt untuk pabrik II. UBPE Pongkor
menggunakan sistem sianidasi yang lebih populer disebut sebagai proses
evolution AARL (Anglo American Research Laboratory).
Tahapan pengolahan dibagi menjadi beberapa tahap yaitu :
a)

Tahapan pada Crushing Unit : mempunyai 2 crusher dan 2 screen.

Gambar 2.5
Diagram alir pengolahan pada Crushing Unit
16

b) Tahapan pada Milling Unit (penggerusan) : Batuan dari FOB dibawa ke dalam
Balll Mill untuk digerus menggunakan bola baja berdiameter 50mm dan
80mm. Kemudian hasil gerusannya bercampur dengan air akan diproses lebih
lanjut.
c) Leaching and Carbon in Leach : Hasil penggerusan ball mill dicampur dengan
sianida NaCN untuk melakukan pelarutan selektif. Selanjutnya dilakukan
proses penyerapan Au dan Ag dengan menggunakan karbon aktif dan
selanjutnya karbon yang berkadar Au > 1000 ppm dilepas dengan
menggunakan sianida.
d) Tahapan pada Gold Recovery Unit : Au dan Ag yang lepas dalam bentuk ion
akan ditangkap dengan menggunakan proses Elektrolisis sebanyak 3-4 kali.
Au yang melekat di katoda dilepas dengan cara dibakar pada suhu 1000C 1200C sampai membentuk dore bullion. Kemudian bullion tersebut akan
dicetak berupa lempengan-lempengan.
e) Tahapan Tailing Treatment : Slurry dari tangki Carbon in Leach dimasukkan
kedalam Tailing Thickener untuk selanjutnya dilakukan proses recovery ion
CN- setinggi mungkin dengan cara pemisahan padatan dan larut
Pada jenis proses pengolahan sianidasi ini menggunakan bahan kimia sodium
sianidasi berkadar 0,1% sehingga kemungkinan besar material backfill masih
mengandung sianida. Oleh karena itu, pada tahapan pengolahan pada pabrik
terdapat suatu proses yang berfungsi sebagai perusak sianida supaya kadar
sianida dalamtailing selalu dibawah ambang batas yang diinginkan dalam
AMDAL yaitu kurang dari 0,5 ppm. Sehingga kadar sianida dalam tailing
sebelum dibuang ke tambang sebagai material backfill dan dibuang ke sungai
dapat dikurangi.

17

Gambar 2.6
Diagram alir pengolahan
Selanjutnya yaitu Pengolahan limbah untuk mengantisipasi adanya bahanbahan yang berbahaya dalam tailing khususnya yang mengandung sianida.
Penanganan limbah dilakukan melalui 2 cara, yaitu cara alamiah dan cara kimia.
Limbah yang dihasilkan dari pabrik pengolahan dialirkan menuju tailing dengan
menggunakan pipa. Penanganan secara alamiah dilakukan di tailing dam.
Kemudian penanganan dilakukan secara kimiawi yang dilakukan di Cyanide
-

Destruction Plant dan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). CN yang


kemungkianan masih ada diatasi dengan menambahkan H O , CuSO , koagulant,
2

dan floculant. Penambahan dilakukan sampai tingkat kekeruhan tertentu yang


diijinkan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Sebelum dibuang ke sungai, air
hasil pengolahan limbah dialirkan terlebih dahulu melewati sumur pengendapan,
untuk menurunkan prosentase butiran (mengurangi tingkat kekeruhan) baru
setelah itu air dilepaskan ke sungai Cikiniki. Material hasil dari Backfill Cyclone
yang ukurannya lebih besar dari 10 mikron akan dibawa ke pabrik Backfill dan
18

material yang ukurannya lebih kecildari 10 mikron akan dibawa ke Tailing Dam.
Hasil pengendapan setelah ditambahkan bahan-bahan di atas akan berupa lumpur
(slurry) yang tidak mengandung bahan-bahan yang berbahaya. Lumpur tersebut
selanjutnya dialirkan kembali ke dalam tambang dengan menggunakan pipa untuk
kegiatan back filling. Pada lokasi pengolahan limbah terdapat laboratorium mini
yang beroperasi 24 jam dengan pengambilan sampel setiap 1 jam untuk meneliti
tingkat kandungan cyanida, dengan maksud untuk mengontrol kandungan bahan
berbahaya dari waktu

Sludge

TAILING

CCD THICKENER

Pabrik
Pengolahan

BACKFILL
CYCLONE

BACKFILL
MATERIAL

BACKFILL
SILO

TAILING

Sludge Removal

TAILING DAM

MINE

SETTLING POND
ss 3000 - 5000 ppm

LARUTAN

Diproses dengan
koagulant +
flocculant + asam
sulfat + tembaga
sulfat

PADATAN /
LARUTAN

PADATAN
CN > 2-4 ppm
ss 4000 ppm
pH 8,5-9,5

EFFLUENT TANK

DECANT POND
CN < 0,5 ppm
ss < 400 ppm

Gambar 2.7
Diagram alir pengolahan limbah

19

SUNGAI CIKANIKI

Anda mungkin juga menyukai