Anda di halaman 1dari 46

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PEMBELAJARAN

MANDIRI SISWA SMK KELAS XI YANG SEDANG


MELAKSANAKAN PRAKERIN MENGGUNAKAN
CHEM-POCKETBOOK TERINTEGRASI PROGRAM
EDMODO

PROPOSAL TESIS

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Pendidikan

Oleh
Arif Purnawan
NIM 0402514023

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA KIMIA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal tesis dengan judul Pengembangan Instrumen Pembelajaran Mandiri


Siswa Smk Kelas Xi Yang Sedang Melaksanakan Prakerin Menggunakan ChemPocketbook Terintegrasi Program Edmodo karya :
Nama

: Arif Purnawan

NIM

: 0402514023

Program Studi

: S2 Pendidikan IPA Kimia

Semarang, .... Juni 2015

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Dr. Endang Susilaningsih, M.S


NIP. 195903181994122001

NIP. -

BAB. I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Dari pengertian diatas kurikulum ini bisa berubah
sesuai kebutuhan/tuntuan zaman. Kurikulum ini harus diperbarui maksimal
sepuluh tahun sekali.

Mulai tahun 2013, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selaku


pemerintah Indonesia mengganti kurikulum KBK dengan kurikulum 2013
atau lebih dikenal dengan sebutan K13. Dalam pelaksanaannya awalnya
diberlakukan pada beberapa sekolah percontohan, dikarenakan tidak semua
sekolah yang ada di Indonesia siap akan adanya kurikulum baru ini. Pro dan
kontra akan adanya perubahan kurikulum inipun bermunculan, baik dari
kalangan guru, sekolah, siswa maupun umum. Salah satu dipicu dari
pelaksanaan kurikulum yang terkesan terburu-buru tanpa melihat, memantau
dan mempelajari kesiapan sekolah yang ada didaerah-daerah.
Setelah kurikulum berjalan satu tahun bagi sekolah percontohan
dan terjadi pergantian kepemimpinan termasuk dalam kementerian
pendidikan dan kebudayaan, ternyata oleh menteri yang baru kurikulum ini

di tangguhkan pelaksanaannya. Penangguhan ini bersifat fleksible, artinya


pemerintah memberikan kesempatan bagi sekolah yang mampu silahkan
tetap menjalankan, dan bagi yang tidak mampu silahkan kembali kepada
kurikulum sebelumnya.
Kurikulum di SMK sangat berbeda dengan SMA, dimana sistem
pembelajarannya lebih menitikberatkan pada penguasaan ketrampilan
khusus, sedangkan di SMA lebih menitikberatkan pada penguasaan teori
atau konsep. Bagi SMK yang menerapkan kurikulm 2013 harus mengikuti
Permendikbud nomer 70 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur
kurikulum sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan. Dalam
peratuan ini menyebutkan bahwa mata pelajaran kejuruan memiliki porsi
yang lebih besar dibanding dengan mata pelajaran non-kejuruan.
Kimia merupakan mata pelajaran non-kejuruan yang termasuk juga
mendapat porsi yang kecil untuk disampaikan kepada siswa SMK, bahkan
ada beberapa jurusan yang tidak menerima pelajaran kimia. Dalam
permendikbud nomer 70 tahun 2013 disebutkan bahwa, SMK memiliki
sembilan bidang keahlian, dan empat diantaranya ada mata pelajaran kimia.
Bidang keahlian ini antara lain : bidang keahlian teknologi dan rekayasa,
bidang keahlian kesehatan, bidang keahlian agribisnis dan agroteknologi
serta bidang keahlian perikanan dan kelautan.
Mata pelajaran kimia dalam empat bidang keahlian tersebut diatas,
hanya diberikan dua jam pertemuan dari empat puluh delapan jam

pertemuan disetiap minggunya. Padahal ilmu kimia sangat penting dan


dibutuhkan untuk bekal siswa SMK jika sudah terjun didunia industri
maupun dimasyarakat. Ditambah lagi aturan pada kurikulum 2013
menyebutkan bahwa materi yang diberikan pada kelas X, XI dan XII,
dipadatkan hanya diberikan pada kelas X dan XI dengan jumlah beban
materi yang sama babnya. Hal ini sangat berdampak bagi guru kimia SMK
dalam penyampaian materi kimia yang berkejaran dengan waktu yang ada.
Selain kondisi diatas, ada juga kegiatan kejuruan yang sifatnya
wajib bagi siswa SMK dan pelaksanaanya biasanya pada jam pelajaran
sekolah. Kegiatan tersebut adalah kegiatan Praktek Kerja Industri atau biasa
disingkat dengan sebutan Prakerin atau juga PKL. Prakerin merupakan
bagian dari program pembelajaran yang harus dilaksanakan oleh setiap
siswa di Dunia Kerja, sebagai wujud nyata dari pelaksanaan sistim
pendidikan di SMK yaitu Pendidikan Sistim Ganda (PSG). Program
prakerin disusun bersama antara sekolah dan dunia kerja dalam rangka
memenuhi kebutuhan siswa dan sebagai kontribusi dunia kerja terhadap
pengembangan program pendidikan SMK. Dengan prakerin, diharapkan
siswa dapat menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut
kurikulum, dan di samping itu mengenal lebih dini dunia kerja yang menjadi
dunianya kelak setelah menamatkan pendidikannya.
Kegiatan Prakerin ini wajib bagi siswa SMK kelas XI dan
pelaksanaanya pada akhir semester dua selama kurang lebih satu sampai dua

bulan.

Pada saat kegiatan prakerin, siswa tidak mendapatkan pelajaran

seperti biasa melainkan praktek sesuai kejuruannya di tempat dunia kerja


sesungguhnya misalnya industri, bengkel, kantor pemerintahan, puskesmas,
rumah sakit, hotel dsb. Untuk mata pelajaran kejuruan, kegiatan ini sangat
mendukung sekali karena merupakan pengamalan dari ilmu kejuruan yang
didapat, tetapi bagi mata pelajaran non-kejuruan yang penyampaiannya
belum selesai maka kegiatan ini menjadi beban karena manggunakan waktu
jam pelajaran.
Terkait kegiatan ini dan penyampaian mata pelajaran kimia, di
SMK Siang Bojonegoro Jawa timur bahwa pengganti materi kimia, siswa
diberikan tugas mengerjakan soal-soal yang ada dalam Lembar Kerja Siswa
(LKS) buatan MGMP guru kimia sekabupaten Bojonegoro dan dikumpulkan
pada saat menjelang Ujian Akhir Semester. Dalam kegiatan ini tidak ada
proses pembelajaran sama sekali, sehingga anak dituntut belajar mandiri dari
LKS yang ada tanpa ada bimbingan, pantauan serta supervisi dari guru
kimia yang bersangkutan. Hal ini memberikan celah bahwa siswa saling
bekerjasama dalam pengerjaan soal-soal ataupun minta bantuan dikerjakan
orang lain tanpa mereka betul-betul mempelajarinya.
Pembelajaran mandiri dengan menggunakan Chem Pocketbook
terintegrasi dengan program Edmodo

bisa menjadi solusi dari keadaan

tersebut diatas. Chem Pocketbook yang merupakan buku saku kimia yang
berisi materi koloid bisa dibawa oleh siswa SMK pada saat melaksanakan

kegiatan Prakerin dan mempelajarinya disela-sela kegiatan praktek.


Pembelajaran mandiri ini bisa terkoordinasi dan terpantau oleh guru kimia
yang bersangkutan karena evaluasinya menggunakan program Edmodo yang
waktu pengerjaanya bisa diatur. Artinya jika waktu bisa diatur oleh Edmodo
maka siswa akan terbimbing secara jarak jauh dalam pembelajaran mandiri.
Penelitian ini dilakukan
instrumen

pembelajaran

mandiri

untuk menciptakan pengembangan


menggunakan

Chem

Pocketbook

terintegrasi program Edmodo oleh siswa SMK kelas XI pada saat


melaksanakan Prakerin di SMK Siang Bojonegoro Jawa Timur.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, identifikasi
masalah diperoleh sebagai berikut :
a. Pelajaran Kimia merupakan pelajaran yang sangat penting diberikan
kepada siswa SMK karena sangat berguna bagi dunia kerja maupun
kehidupan masyarakat setelah lulus nantinya.
b. Pembelajaran Kimia siswa SMK kelas XI semester 2 mengalami
kendala pada saat siswa melaksanakan program kegiatan wajib Praktek
Kerja Industri.

c. Pembelajaran kimia pada saat kegiatan Prakerin dilaksanakan dengan


pembelajaran mandiri yang pelaksanaanya tidak ada kontrol dan tidak
maksimal karena tidak ada prosedur yang jelas.
d. Guru kimia tidak mengembangkan pembelajaran mandiri yang efektif
pada saat siswanya melaksanakan kegiatan Prakerin.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian diatas, maka masalah-masalah yang akan dikaji dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana karakteristik Instrumen pembelajaran mandiri siswa SMK
kelas XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem
Pocketbook terintegrasi program Edmodo yang dikembangkan?
2. Bagaimana efektifitas Instrumen pembelajaran mandiri siswa SMK kelas
XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem Pocketbook
terintegrasi program Edmodo?
3. Bagaimana keterterapan Instrumen pembelajaran mandiri siswa SMK
kelas XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem
Pocketbook terintegrasi program Edmodo?
4. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran mandiri siswa SMK
kelas XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem
Pocketbook terintegrasi program Edmodo?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.

Mengetahui karakteristik Instrumen pembelajaran mandiri siswa SMK


kelas XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem Pocketbook
terintegrasi program Edmodo yang dikembangkan?

2.

Mengetahui efektifitas pembelajaran mandiri siswa SMK kelas XI yang


sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem Pocketbook terintegrasi
program Edmodo?

3.

Mengetahui Keterterapan pembelajaran mandiri siswa SMK kelas XI yang


sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem Pocketbook terintegrasi
program Edmodo?

4.

Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran mandiri siswa SMK kelas


XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan Chem Pocketbook
terintegrasi program Edmodo?

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Menambah ketersediaan perangkat instrumen pembelajaran mandiri
siswa SMK kelas XI yang sedang melaksanakan Prakerin menggunakan
Chem Pocketbook terintegrasi program Edmodo.

10

b. Melalui media Chem Pocketbook terintegrasi program Edmodo


diharapkan siswa bisa belajar secara mandiri disela-sela kegiatan
Prakerin di sebuah Industri.
c. Memberi wacana pemikiran bagi peneliti lain untuk mengembangkannya
pada materi-materi atau mata pelajaran lain pada saat siswa sedang
melakukan kegiatan Prakerin.
d. Meningkatkan kualitas lulusan SMK dengan bekal pelajaran Kimia
dalam mengahadapi permasalahan hidup.
1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mewujudkan kesatuan pemikiran, pandangan, dan pengertian serta
menghindari adanya penafsiran yang berbeda. Pembatasan masalahnya
meliputi :
a. Media Chem

Pocketbook

terintegrasi

Program

Edmodo

yang

dikembangkan dalam penelitian ini adalah lebih dititikberatkan pada bahan


ajar yang bisa dibawa kemanapun dan evaluasinya dikerjakan di program
Edmodo dengan pengaturan hari dan waktu.
b. Pembelajaran mandiri yang dimaksud adalah pembelajaran yang dilakukan
oleh siswa itu sendiri tanpa kehadiran guru maupun siswa lain dengan
bersumber pada media Chem Pocketbook terintegrasi Program Edmodo.
c. Kegiatan Kerja Industri atau Prakerin yang dimaksud adalah kegiatan
magang yang wajib dilaksanakan oleh siswa SMK kelas XI pada sebuah
perusahaan/pabrik/industri yang sesuai dengan bidang kejuruannya dan
berlangsung kurang lebih satu sampai dua bulan.
d. Materi yang dipakai dalam penelitian ini adalah pokok bahasan Koloid.
Hal ini dikarenakan memang pada saat siswa kelas XI semester 2 akhir

11

melaksanakan PKL diperkirakan materi yang ditinggalkan adalah materi


koloid.
e. Obyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI SMK Siang Bojonegoro
Jawa Timur yang sedang melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan
di Industri selama kurang lebih satu sampai dua bulan pada semester 2
akhir.
1.7 Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah :
a.

Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri


kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif
sendiri dalam belajar, bersikap, berbangsa maupun bernegara (Abu Ahmadi
dan Nur Uhbiyati, 1990:13)

b.

Pendidikan kejuruan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang mempersiapkan
siswa untuk bekerja dalam bidang tertentu. Arti pendidikan kejuruan ini
telah dijabarkan lebih spesifik dalam Peraturan Nomor 29 Tahun 1990
tentang Pendidikan Menengah yaitu pendidikan menengah kejuruan adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk pelaksanaan jenis pendidikan
tertentu.

c.

Prakerin adalah sebuah ajang bagi siswa SMK untuk menerapkan teoriteori yang diterima sesuai dengan bidang keahliannya saat proses
pembelajaran di bangku sekolah kedalam dunia kerja yang sebenarnya.

12

d.

Chem Pocketbook ialah buku saku berisi modul pelajaran kimia berukuran
11 cm X 8 cm berisi materi pokok koloid yang diintegrasikan dengan
Program Edmodo dalam evaluasinya.

e.

Edmodo adalah sebuah platform pembelajaran sosial untuk guru/dosen,


siswa/mahasiswa maupun untuk orang tua/wali yang dikembangkan pada
akhir 2008 oleh Nic Borg dan Jeff OHara yang merasakan kebutuhan untuk
berkembang di lingkungan sekolah/kampus.

13

BAB. II
KAJIAN PUSTAKA

2.1

KAJIAN PUSTAKA
3.7.1 Belajar dan Pembelajaran
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pengalaman. Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat,
akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan (Hamalik,
2001:27). Sedangkan menurut Siddiq, dkk. (2008:1-3), belajar adalah suatu
aktivitas yang disengaja dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan
kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu
melakukan sesuatu, menjadi mampu melakukan sesuatu itu, atau anak yang
tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Belajar juga merupakan suatu perubahan tingkah laku atau
penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,
mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya (Sardiman, 2010:
20). Dan dari penjelasan Slameto (2010:2) menyatakan belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

14

tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu


sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Pembelajaran didefinisikan oleh aliran kognitif sebagai cara guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal
dan

memahami

apa

yang

dipelajari.

Sedangkan

menurut

aliran

behavioristik, pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku


yang diingkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus (Darsono,
2001:24). Sementara itu menurut Oemar Hamalik (Sanjaya, 2008:6),
pembelajaran adalah suatu kombinasi yang terorganisir yang meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedural
yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Kunci pokok pembelajaran itu ada pada seorang guru tetapi bukan
berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif sedangkan siswa
tidak aktif, pembelajaran menuntut keaktifan kedua pihak. Suatu
pembelajaran bisa dikatakan berhasil secara baik jika guru mampu
mengubah diri peserta didik serta mampu menumbuhkembangkan
kesadaran peserta didik untuk belajar sehingga pengalaman yang diperoleh
peserta didik selama proses pembelajaran itu dapat dirasakan manfaatnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan belajar mengajar yang
didalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dengan
menggunakan segala potensi dan sumber yang ada untuk menciptakan

15

kondisi belajar yang aktif dan menyenangkan sehingga tingkah laku siswa
berubah ke arah yang lebih baik.

3.7.2

Pembelajaran Mandiri
Pembelajaran mandiri adalah suatu proses belajar yang mengajak

siswa melakukan tindakan mandiri yang melibatkan terkadang satu orang,


biasanya

satu kelompok. Tindakan mandiri ini dirancang untuk

menghubungkan pengetahuan akademik dengan kehidupan siswa seharihari secara sedemikian rupa untuk mecapai tujuan yang bermakna
(Johnson, 2009).
Dalam pembelajaran mandiri, siswa memiliki tipe seperti
mengatur diri mereka sendiri dalam artian memerintah diri sendiri.
Mereka mengambil keputusan sendiri dan menerima tanggung jawab untuk
itu. Dengan kata lain siswa mengatur dirinya sendiri untuk menyesuaikan
tindakan mereka untuk mencapai kepentingan atau tujuan tertentu.
Belajar mandiri adalah sebuah proses. Sebagaimana proses
lainnya, pola belajar ini mengikuti beberapa prosedur untuk bisa mencapai
satu tujuan. Proses belajar mandri adalah suatu metode yang melibatkan
siswa dalam tindakan-tidankan yang meliputi beberapa langkah, dan
menghasilkan baik hasil yang tampak maupun yang tidak tampak.
Langkah-langkah ini menggunakan berbagai keahlian yang telah di tuliskan
sebelumnya, juga menggunakan pengetahuan akademik.
Secara Umum, adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan
siswa untuk dapat belajar mandiri yaitu: (1) Siswa Mandiri Menetapkan
Tujuan, (2) Siswa Mandiri Membuat Rencana, (3) Siswa Mandiri

16

Mengikuti Rencana dan Mengukur Kemajuan Diri, (4) Siswa Mandiri


Membuahkan Hasil Akhir, dan (5) Siswa Mandiri Menunjukan Kecakapan
Melalui Penilaian yang Autentik.
Pembelajaran mandiri memberikan siswa kesempatan yang luar
biasa untuk mempertajam kesadaran mereka akan lingkungan mereka.
Pembelajaran mandiri memungkinkan siswa untuk membuat pilihan-pilihan
positif bagaimana mereka akan mengatasi kegelisahan dan kekacauan
dalam kehidupan sehari-hari. Pola ini memungkinkan siswa bertindak
berdasarkan inisiatif mereka sendiri untuk membentuk lingkungan. Dengan
jalan demikian, pada siswa mandiri mengembangkan potensi mereka.
Mereka menemukan minat-minat baru dan bakat-bakat terpendam mereka
sembari berkembang mencapai keunggulan akademik. Mereka juga
menemukan bahwa mereka mampu mempengaruhi lingkungan mereka.
Melalui proses belajar mandiri, mereka belajar bahwa mereka bisa menjadi
pencipta bersama dalam dunia tempat tinggal mereka. Mereka menyadari
bahwa merupakan tanggung jawab mereka juga untuk menciptakan
kembali sebuah dunia dimana setiap makluk hidup akan betah di dalamnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran mandiri adalah proses
belajar yang dilakukan oleh siswa itu sendiri yang bersumber dari manapun
serta apapun dengan sudah membuat langkah-langkah belajar mandiri
sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu. Keefektifannya bergantung
tidak hanya pada pengetahuan dan dedikasi siswa, tetapi juga dedikasi dan
keahlian guru.
3.7.3

Belajar Tuntas

17

Menurut Gentile dan Lalley dalam pedoman pembelajaran tuntas


(mastery learning), prinsip-prinsip utama pembelajaran tuntas adalah :
a. Kompetensi yang harus dicapai siswa dirumuskan dengan urutan
yang baik.
b. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan dan
setiap kompetensi harus diberi feedback.
c. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan diperlukan bagi
siswa yang belum mencapai ketuntasan.
d. Pemberian program pengayaan bagi siswa yang mencapai
ketuntasan belajar lebih awal.
Seorang

siswa

dipandang

tuntas

belajar

jika

ia

mampu

menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran


minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran, sedangkan keberhasilan
kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa yang ada dalam
kelas tersebut (Mulyasa,2002).

3.7.4

Model Pembelajaran
Prawiradilaga (2007:33) mengemukakan model pembelajaran

sebagai grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta


mengandung pemikiran yang bersifat uraian atau penjelasan. Sementara itu
menurut Sudrajat (2008) dalam proses pembelajaran apabila antara
pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada

18

dasarnya merupakan bentuk pembelajaranyang tergambar dari awal sampai


akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu,
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau
suatu sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatari
metode pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered appoach).
J.R David (Wina Senjaya: 2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Hal ini dimaksudkan
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusankeputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran Kemp (Wina Senjaya : 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan
pembelajaran yang harusnya dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat

19

beberapa

metode

pembelajaran

yang

dapat

digunakan

untuk

mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya : (1) ceramah; (2)


demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman
lapangan; (7) brainstorming; (8) debat; (9) simposium dan sebagainya
(Wina Senjaya:2008).
Teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa
yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara
teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode
diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya
tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini,
gurupun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang
sama (Sudrajat:2008)

3.7.5

Pendidikan Kejuruan
Evans & Edwin (1978:24) mengemukakan bahwa pendidikan

kejuruan merupakan bagian dari sistem pendidikan yang mempersiapkan


individu pada suatu pekerja atau kelompok pekerjaan. Sementara Harris
dalam Slamet (1990:2) menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
pendidikan untuk suatu pekerjaan atau beberapa jenis pekerjaan yang
disukai individu untuk kebutuhan sosialnya.

20

Menurut House Committee on Education and Labour (HCEL)


dalam (Oemar H. Malik, 1990:94) bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu
bentuk pengembangan bakat, pendidikan dasar keterampilan, dan
kebiasaan-kebiasaan yang mengarah pada dunia kerja yang dipandang
sebagai latihan keterampilan. Dari definisi tersebut terdpat satu pengertian
yang bersifat universal seperti yang dinyatakan oleh National Council for
Research into Vocational Education Amerika Serikat (NCRVE, 1981:15)
yaitu bahwa pendidikan kejuruan merupakan subsistem pendidikan yang
secara khusus membantu siswa dalam mempersiapkan diri memasuki
lapangan kerja.
Dari batasan yang diajukan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kejuruan mempersiapkan siswa untuk dapat bekerja pada
bidang tertentu, berarti pula mempersiapkan mereka agar dapat
memperoleh kehidupan yang layak melalui pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan masing-masing serta norma-norma yang berlaku.
Sedangkan tujuan utama dilaksanakannya pendidikan kejuruan
adalah mempersiapkan siswa agar dapat bekerja di masyarakat maupun
untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang tinggi bagi yang memenuhi syarat
(Djojonegoro, 1998). Artinya untuk membidik manusia supaya memiliki
pengetahuan dan keterampilan teknik yang memadai serta menjadi manusia
yang produktif, perlu melalui jenjang pendidikan kejuruan.

3.7.6

Kegiatan Prakerin

21

Menurut Petrus (2004:5) bahwa praktik kerja industri adalah model


pendidikan yang memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan
praktik nyata di dunia usaha atau industri selama waktu tertentu.
Penyelenggaraan praktik kerja industri yang tepat, sistematis dan terarah
akan semakin melengkapi kompetensi siswa sebagai bekal dalam
persaingan di dunia kerja. Dengan prakerin, diharapkan siswa dapat
menguasai sepenuhnya aspek-aspek kompetensi yang dituntut kurikulum.
Di samping itu, diharapkan dapat mengenal lebih dini tentang dunia kerja
yang menjadi dunianya kelak setelah menyelesaikan pendidikan.
Seperti yang diungkapkan Oemar Hamalik (2008: 93) manfaat
praktik kerja industri bagi siswa adalah sebagai berikut: (1) Menyediakan
kesempatan

kepada

peserta

untuk

melatih

ketrampilanketrampilan

manajemen dalam situasi lapangan yang aktual. Hal ini penting dalam
rangka belajat menerapkan teori atau konsep atau prinsip yang telah
dipelajari sebelumnya, (2) memberikan pengalaman-pengalaman praktis
kepada peserta sehingga hasil pelatihan bertambah luas, (3) peserta
berkesempatan memecahkan berbagai masalah manajemen di lapangan
dengan

mendayagunakan

kemampuannya,

(4)

mendekatkan

dan

menjembatani penyiapan peserta untuk terjun kebidang tugasnya setelah


menempuh program pelatihan tersebut.Menurut pendapat Wardiman
Djojonegoro (1988: 58) praktik kerja industri sebagai salah satu bentuk
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan bidang kejuruan didukung oleh
faktor yang menjadi komponen utama. Komponen tersebut adalah (1) dunia

22

usaha/dunia industri (DU/DI) pasangan, (2) program pendidikan dan


pelatihan bersama, yang terdiri dari standar kompetensi, standar pelatihan
dan pendidikan, penilaian hasil belajar dan sertifikasi, kelembagaan dan
kerjasama.
Dari pengertian diatas dapat dirumuskan bahwa Prakerin (Praktek
Kerja Industri) adalah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran
yang dilaksanakan di Dunia Usaha Atau Dunia Industri dalam upaya
pendekatan ataupun untuk meningkatkan mutu siswa-siswi Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) dengan kompetensi (kemampuan) siswa sesuai
bidangnya dan juga menambah bekal untuk masa-masa mendatang untuk
memasuki dunia kerja yang semakin susah serta ketat dalam persaingannya
seperti di masa sekarang ini.
Adapun fungsi dari kegiatan Prakerin bagi SMK yang sudah
memanfaatkan dunia usaha dan industri (DU/DI) sebagai tempat praktik
maupun sekedar difungsikan sebagai menambah wawasan tentang dunia
kerja kepada siswanya antar lain : (1) Sebagai tempat praktik siswa, (2)
Industri sebagai tempat magang kerja, (3) Industri sebagai tempat belajar
manajemen industri dan wawasan dunia kerja.

3.7.7

Chem Pocketbook atau Buku Saku Kimia


Anderson (Dalam Sardiman, dkk : 1996; Hamalik, 1994; Miarso,

dkk : 1986) mengklasifikasikan buku sebagai media cetak yang dapat


digunakan dalam pembelajaran. Anderson menyebutkan 3 jenis media

23

cetak, yakni : buku teks terprogram, buku pegangan/manual, dan buku


tugas.

Berdasarkan

pendapat

Anderson

tersebut,

maka

Chem

pocketbook/buku saku kimia yang dimaksudkan dalam penelitian ini


termasuk dalam buku pegangan/manual. Untuk lebih jelas, Chem
pocketbook yang dikembangkan ini memiliki karateristik sebagai berikut :
a. Dikembangkan
pembelajaran

dengan
dengan

menggunakan
maksud

prinsip-prinsip

untuk

teknologi

memudahkan

siswa

mempelajarinya atau manfaatkan konten yang dikembangkan dalam


buku tersebut.
b. Berisi materi kimia koloid yang mudah dipahami dan praktis untuk
dipelajari

siswa.

Hal

ini

disebabkan

karena

materi

tersebut

dikembangkan dalam bahasa sederhana, jelas, singkat dan padat, dan


praktis.
c. Dibuat dalam bentuk kecil, yang dapat diisi di saku baju, sehingga
dapat dibawa ke mana-mana. Dengan demikian setiap saat dapat dibaca,
misalnya dalam kendaraan, sedang menunggu dalam prakerin, atau
ketika sedang istirahat saat prakerin.
d. Dilengkapi dengan design cover, huruf dan warna sehingga menarik
bagi siswa SMK untuk membawanya kemanapun juga.
e. Evaluasi pembelajaran dari Chem pocketbook ini di unggah di program
Edmodo yang hari dan waktu bisa diatur sedemikian rupa sehingga
mencegah adanya kerjsama dalam pengerjaannya. Dan pengerjaanya
harus tersambung dengan internet.
3.7.8

Program Edmodo

24

Edmodo adalah jejaring sosial pribadi bagi guru dan siswa dengan
platform sosial yang aman. Dengan model kicauan seperti situs jejaring
sosial pada umumnya, Edmodo dapat menjadikan jaringan khusus bagi
guru dan siswa untuk berbagi ide, berkas, peristiwa, dan tugas (Shelly,
2001:6-54). Sedangkan menurut Wankel, (2011:24) Edmodo adalah jejaring
sosial dan layanan micro blogging yang di desain khusus untuk dunia
pendidikan, yang dapat dioperasikan seperti layaknya Twitter. Dengan
membatasi jalan akses ke ruang khusus atau grup, guru dan siswa dapat
saling mengirim catatan, link, berkas, pengumuman, tugas dan bertukar
informasi di lingkungan yang aman.
Pengertian lain tentang edmodo adalah website yang dapat
dijadikan sebuah wadah atau forum diskusi oleh kaum pembelajar yang
memiliki tampilan latar seperti Facebook atau Myspace. Pengguna Edmodo
dapat membuat profil dan berbincang dengan orang lain yang terhubung
dalam website tersebut. Selain itu siswa juga dapat meminta informasi
kepada guru tentang nilai atau tugas, dan guru dapat mengunggah nilai
siswa dan tugas di dalam web tersebut (A. Purcell, 2012:14).
Dapat disimpulkan bahwa Edmodo adalah situs jejaring sosial yang
diperuntukkan untuk membantu proses pembelajaran, dimana tampilan
Edmodo menyerupai tampilan Facebook yang mempermudah dalam
penggunaan.
Karena Edmodo merupakan kategori program baru, maka program
ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan Edmodo

25

menurut Shelly Gary (2011:6-45) adalah: (1) Edmodo bisa membantu guru
dalam membuat berita dalam grup atau memberi tes yang bersifat
online. (2) Edmodo juga akan memungkinkan siswa untuk mengirim artikel
dan blog yang relevan dengan kurikulum kelas sesuai dengan perintah
guru. (3) Guru dapat menggunakan Edmodo untuk mengembangkan ruang
diskusi dimana siswa dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya
diwaktu yang sama. (4) Guru juga dapat menggunakan Edmodo untuk
menginstruksikan, menetapkan, dan membicarakan dengan siswanya secara
online diwaktu yang sama secara bersamaan.
Sedangkan kelebihan menurut Charles Wankel (2011:26) adalah:
(1) Mudah untuk mengirim berkas, gambar, video dan link. (2) Mengirim
pesan individu ke pengajar . (3) Membuat grup untuk diskusi tersendiri
menurut kelas atau topik tertentu. (4) Lingkungan yang aman untuk peserta
didik baru. (5) Pesan dirancang untuk lebih mudah dipahami dan tidak
dibatasi oleh jumlah karakter.
Dari beberapa ahli yang telah dipaparkan mengenai kelebihan
Edmodo, dapat disimpulkan bahwa kelebihan program ini adalah Edmodo
memberi kemudahan pada guru untuk melakukan pengajaran, berinteraksi
dengan siswa, memantau aktivitas siswa di grup, dan melakukan evalusi.
Adapun kekurangan Edmodo menurut Pierpaolo Vittorini (2012:40)
adalah (1) Tidak mempunyai pilihan untuk mengirim pesan tertutup antar
sesama siswa, komunikasi sesama siswa berlangsung secara global di
dalam grup tersebut. (2) Tidak adanya fasilitas chat seperti yang terdapat

26

pada jejaring sosial (Facebook, tuenti dan myspace) pada umumnya yang
menerapkan area untuk chating secara langsung. (3) Tidak adanya foto
album dan fasilitas tagging seperti jejaring sosial lainnya, Edmodo hanya
bekerja dengan file tipe generik dan tidak mengijinkan tagging. (4) Tidak
menerapkan beberapa halaman atau view yang dapat dilihat oleh user. (5)
Struktur Edmodo adalah pendidikan informal, walaupun begitu urutan dari
konten pada rangkaian materi bisa dijelaskan secara terbuka.
Sedangkan

kekurangan

Edmodo

menurut

Charles

Wankel

(2011:24) adalah (1) Ganguan pada koneksi internet dapat mempengaruhi


website berjalan lebih lambat. (2) Siswa dibatasi aksesnya untuk keluar,
karena hanya terbatas di kelas tersebut. (3) Masih dalam versi
pengembangan dan belum sempurna seutuhnya.
Dari beberapa pendapat para ahli mengenai kekurangan Edmodo,
dapat disimpulkan bahwa kekurangan dari program ini adalah dalam
Edmodo tidak tersedia layanan untuk mengirim pesan tertutup antar sesama
siswa, tidak adanya fasilitas tagging serta merupakan produk baru yang
masih dalam pengembangan dan belum sempurna.

2.2

KERANGKA BERPIKIR
Salah satu permasalahan pembelajaran di SMK untuk mata
pelajaran non kejuruan pada saat siswa SMK kelas XI semester 2
melaksanakan prakerin (praktek kerja industri) yang merupakan kegiatan
wajib, sehingga pembelajaran non kejuruan ditiadakan. Dengan adanya
kegiatan ini yang dilaksanakan selama kurang lebih satu sampai dua bulan

27

maka untuk mata pelajaran lain tidak diberikan melainkan siswa di


harapkan bisa belajar mandiri.
Kimia merupakan mata pelajaran non kejuruan yang harus
diberikan/disampaikan kepada siswa dengan pembelajaran disekolah,
ternyata harus dilaksanakan dengan pembelajaran mandiri. Padahal kimia
merupakan pelajaran eksak yang sebetulnya sulit dilaksanakan, jika tidak
dengan strategi pembelajaran yang tepat.
Untuk itu, salah satu upaya yang dapat digunakan sebagai solusi
dari

permsalahan

diatas

adalah

dengan

mengembangkan

model

pembelajaran mandiri dengan menggunakan chem pocketbook terintegrasi


program edmodo pada saat siswa kelas XI melaksanakan kegiatan Prakerin.
Bentuk dari pengembangan yang dimaksud adalah menitikberatkan pada
pengembangan perangkat pembelajaran mandiri siswa SMK kelas
menggunakan chem pocketbook

terintegrasi program edmodo. Dalam

pembelajaran mandiri, siswa diharapkan bisa menguasai konsep materi


kimia koloid dari membaca chem pocketbook disela-sela melaksanakan
kegiatan Prakerin dan mengerjakan evaluasinya di program Edmodo yang
penyambunganannya melalui internet. Dari pembelajaran mandiri ini,
diharapkan siswa menguasai dan mencapai ketuntasan belajar. Produk dari
penelitian ini adalah sebuah perangkat pembelajaran mandiri berupa chem
pocketbook terintegrasi edmodo beserta instrument pembelajaran pada
materi koloid.

28

BAB. III
METODE PENELITIAN

3.1 Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini adalah siswa

SMK kelas XI tahun ajaran

2015/2016. Sampling atau teknik pengambilan sampel dengan menggunakan


cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel dari populasi secara acak
kelompok siswa dalam kelas, tanpa memperhatikan strata dalam populasi
(Sugiyono,2010)
3.2 Waktu dan tempat penelitian
Waktu pelaksanaan ini akan dilaksanakan pada semster 2 tahun
ajaran 2015/2016, mulai bulan April sampai dengan Mei 2016. Sedangkan
tempat penelitian adalah SMK Siang Bojonegoro Jawa Timur.
3.3 Pendekatan penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah merupakan jenis penelitian
Research and Development (R & D) yang dilakukan untuk mengembangkan
model pembelajaran berupa perangkatnya pada materi pokok koloid pada
kelas XI SMK. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah silabus,
rencana pembelajaran, bahan ajar dalam bentuk chem pocketbook, soal

29

evaluasi yang diunggah di edmodo, lembar observasi dan lembar penilaian


soft skill serta angket.
Pengembangan model pembelajaran berupa perangkatnya yang
digunakan adalah model 4-D yang telah dimodifikasi seperti disarankan oleh
Thiagarajan, Semmel dan Semmel. Model 4-D terdiri dari
(pendefinisian),

design

(perancangan),

develop

(pengembangan)

define
dan

disseminate (penyebaran). Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi model 4D yaitu penyederhanaan dari empat tahap menjadi tiga tahap, yaitu define
(pendefinisian),

design

(perancangan),dan

develop

(pengembangan).

Disseminate (penyebaran) tidak dilakukan karena pertimbangan waktu dan


pelaksanaan serta pertimbangan bahwa pada tahap develop (pengembangan)
sudah dihasilkan perangkat yang valid (Trianto, 2010)

Gambar 1 . Diagram Pendekatan penelitian R & D


3.4 Desain Penelitian

30

Penelitian

ini

merupakan

penelitian

pengembangan

yang

menggunakan prosedur penelitian pengembangan menurut Borg dan Gall


(1983) yang terdiri dari 5 langkah, yakni : (1) Analisis produk awal yang
dikembangkan, (2) mengembangkan produk awal, (3) validasi ahli dan revisi,
(4) uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk, dan (5) uji coba lapangan
skala besar dan produk akhir.
Untuk jelasnya langkah-langkah penelitian ini adalah :
Langkah I. Analisis produk awal yang akan dikembangkan
Pada langkah ini dilakukan penetapan produk awal yang akan dikembangkan.
Berdasarkan kajian teoritis dan kajian empirik yang dilakukan, maka
ditetapkan Chem pocketbook yang dikembangkan,berisi materi kimia pokok
bahasan koloid.
Langkah II. Mengembangkan produk awal
Kegiatan pada tahap ini adalah mengembangkan draft awal produk yang
dikembangkan, yakni draft awal Chem pocketbook yang terintegrasi
dengan program Edmodo dalam evaluasinya.
Langkah III. Validasi ahli dan revisi
Kegiatan ini di awali dengan pengembangan instrumen uji coba produk awal
yang telah dikembangkan, yang dilanjutkan dengan validasi ahli, yang terdiri
dari ahli media, ahli bahasa, dan ahli materi kimia. Hasil validasi digunakan
untuk melakukan revisi produk, yang selanjutnya dikembangkan untuk
diujicobakan.
Langkah IV. uji coba lapangan skala kecil dan revisi produk

31

Produk yang dihasilkan kemudian diujicobakan pada beberapa siswa sekitar


berjumlah 10 orang . Kemudian dibagikan juga kepada guru kimia di sekolah
tersebut. Setelah dikumpulkan masukan atau saran baik dari pihak siswa, guru
maupun pihak sekolah terkait masalah produk.
Langkah V. uji coba lapangan skala besar dan produk akhir.
Kegiatan terakhir adalah pengujicobaan pada skala besar atau kelas yang
menjadi subjek penelitian ini. Hasil ujicoba digunakan untuk melakukan revisi
produk, yang selanjutnya dikembangkan menjadi produk akhir.
Alur Kegiatan Penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Analisis substansi materi kimia pada pembelajaran mandiri
Analisis produk

Design awal (draft awal) chem pocketbook

Produk awal

Validasi ahli

Revisi produk
3.5 Instrumen Penelitian
Ujicoba skala kecil Revisi produk
Instrumen dalam penelitian pengembangan pembelajaran mandiri
pada siswa SMK yang sedang melaksanakan Prakerin dengan menggunakan
Ujicoba skala besar
chem pocketbook terintegrasi program edmodo meliputi :
a. SilabusProduk akhir

Produk akhir

32

Silabus yang dimaksud merupakan pengembangan silabus standar


untuk pembelajaran SMK dengan menambahkan suatu kompetensi
pembelajaran mandiri yang mengunakan chem pocketbook terintegrasi
program edmodo.
b. Rencana pembelajaran
Rencana pembelajaran yang dibuat adalah rencana pembelajaran
mandiri untuk mengatur pembelajaran mandiri yang dilakukan siswa SMK
selama mengikuti kegiatan prakerin dengan menggunakan chem
pocketbook terintegrasi program edmodo.
c. Bahan ajar
Bahan ajar yang akan diberikan kepada siswa berasal dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan materi pokok koloid dan disusun
dalam bentuk media chem pocketbook terintegrasi program edmodo.
Kelebihan dari bahan ajar chem pocketbook terintegrasi program edmodo
yaitu modulnya mudah dibawa kemana-mana, bisa dimasukan kesaku,
berisi materi, gambar, teka-teki, petunjuk berkomunikasi dengan guru
melalui edmodo, serta evaluasi yang saling berkaitan antara chem
pocketbook dengan edmodo dalam pengerjaanya.
d. Lembar evaluasi

33

Lembar evaluasi disini adalah assesment. Assesment dalam


penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu test dan non test. Test digunakan
untuk mendapatkan data tentang hasil belajar mandirinya, sedangkan non
test berupa lembar observasi dan lembar analisis soft skill.
e. Lembar observasi
Lembar ini disusun untuk mendapatkan data tentang aktivitas
siswa selama proses pembelajaran mandiri pada saat melaksanakan
kegiatan Prakerin. Data aktivitas siswa diperoleh melalui aktivitas
mengunjungi edmodo dan juga pengamatan langsung. Aspek pengamatan
dan penskoran terdapat pada lembar pengamatan tersebut.
f. Lembar analisis soft skill
Lembar ini dibuat untuk menganalis kegiatan siswa dalam
pembelajaran mandiri selama melaksanakan kegiatan Prakerin terkait sisi
soft skill yang dipunyai siswa tersebut.
g. Angket
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru
terhadap penerapan pembelajaran mandiri siswa SMK pada saat
melaksanakan

Prakerin

dengan

terintegrasi program edmodo.

menggunakan

chem

pocketbook

34

3.6 Teknik Pengumpulan Data


a. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data awal dari populasi
penelitian, berupa daftar nama, jumlah siswa, dan daftar nilai serta
digunakan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang proses
pembelajaran kimia di sekolah yang akan diteliti.
b. Observasi
Teknik ini bertujuan mengumpulkan data penelitian dengan
menggunakan lembar pengamatan yang telah dikembangkan oleh peneliti.
c. Tes
Metode tes adalah metode yang berupa evaluasi untuk mengukur
tingkat penguasaan konsep bagi siswa pada materi pokok koloid.
d. Angket
Digunakan untuk mengungkap motivasi dan tingkat keberhasilan
siswa dalam melaksanakan pembelajaran mandiri dengan menggunakan
chem pocketbook terintegrasi program edmodo.

35

e. Teknik Check List


Digunakan untuk menguji valid tidaknya perangkat pembelajaran
yang sudah dikembangkan dalam bentuk pembelajaran mandiri dengan
menggunakan chem pocketbook terintegrasi program edmodo.

3.7 Teknik Analisis Data


3.7.1 Analisis validitas instrumen
Kevalidan perangkat

pembelajaran

mandiri

dengan

menggunakan chem pocketbook terintegrasi program edmodo yang


digunakan dalam penelitian ini adalah validasi isi. Untuk menganalisis
kevalidan tersebut digunakan rumus :
n

Ai

V A = i=1
n

Keterangan :

VA = nilai rerata soal untuk semua aspek


Ai = rerata nilai untuk aspek ke-i
n = banyaknya aspek

(Hobri, 2009)
3.7.2 Analisis uji coba tes
Sebelum instrumen tes diberikan kepada siswa, terlebih dahulu
dilakukan uji coba tes penguasaan konsep selanjutnya dianalisis
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya beda instrumen.
a. Validitas tes

36

Instrumen

dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan. Sebuah intrumen dikatakan valid apabila


dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
(Arikunto, 2010:211). Dalam penelitian ini akan menggunakan
teknik validitas internal.

Instrumen yang memiliki validitas

internal bila kriteria yang ada di dalamnya instrumen secara


rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur.
Validitas internal instrumen yang berupa tes harus
memenuhi construct validity (validitas konstruksi) dan content
validity (validitas isi) sedangkan untuk instrumen yang non tes
yang digunakan untuk mengukur sikap cukup memenuhi validitas
kontruksi. Sutrisno Hadi,1986 (dalam Sugiono, 2010:176).
Untuk menguji validitas instrumen yang berupa tes
digunakan rumus Pearson Product Moment Corelation

37

X
Y

X2
}{N Y 2 ( Y 2 )}

X 2
{N

XY
N
r xy=

(Arikunto,2010: 213)
Keterangan:
r xy
n

: koefisien korelasi skor item dan skor total


: banyaknya subyek

: jumlah skor item

: jumlah skor total

xy

: jumlah perkalian skor item dengan skor total

x2

: jumlah kuadrat skor item

y2

: jumlah kuadrat skor total

38

Untuk menentukan tingkat validitas instrumen suatu item adalah


dengan mengkorelasikan hasil koefisien korelasi r dengan taraf
signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95%.
Kriteria koefisien korelasi validitas :
0,000< r 0,200
: sangat rendah
0,200< r 0,400
: rendah
0,400< r 0,600
: cukup
0,600< r 0,800
: tinggi
0,800< r 1,000
: sangat tinggi
b. Reliabilitas
Untuk menguji reliabilitas soal digunakan rumus K-R21
(Arikunto, 2002) :
M ( kM )
k
r 11 =
1
2
k1
k .Vt

[ ][

Keterangan :
r11
= reliabilitas soal
K
= jumlah butir soal
M
= rata-rata skor soal
Vt
= jumlah butir soal
Harga r11 selanjutnya dikonsultasikan dengan t tabel product
moment dengan taraf signifikan 5%. Jika r hitung > r tabel maka
soal bersifat reliabel.
Kriteria tingkat reliabilitas:
0,000< r 0,200
: sangat rendah
0,200< r 0,400
: rendah
0,400< r 0,600
: cukup
0,600< r 0,800
: tinggi
0,800< r 1,000
: sangat tinggi
c. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
tidak terlalu sulit. bilangan yang menunjukan sulit dan mudahnya
soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk
menghitung indeks kesukaran (Arikunto, 2002)

39

P=

B
Js

Keterangan :
P
= indeks kesukaran
B
= banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js
= jumlah siswa peserta tes
Klasifikasi indeks kesukaran butir soal :
0,00 < P 0,30
: soal sukar
0,30 < P 0,70
: soal sedang
0,70 < P 1,00
: soal mudah
d. Daya beda
Rumus yang digunakan untuk mencari daya beda
(Arikunto, 2002)
BA BB
D=

JA JB
Keterangan :
BA = jumlah peserta kelompok atas yang menjawab soal
BB

dengan benar
= jumalh peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
Kriteria penentuan jenis daya beda.
0,00 < D 0,20
: kriteria jelek
0,20 < D 0,40
: kriteria cukup
0,40 < D 0,70
: kriteria baik
0,70 < D 1,00
: kriteria baik sekali
3.7.3 Analisis uji coba angket
a. Validitas
Untuk
mengetahui
validitas
angket

digunakan

pertimbangan dan penilaian ahli, serta dilakukan pengujian


validitas tiap butir dengan analisis item yaitu mengkorelasikan skor
tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah skor tiap butir.
Butir instrumen dikatakan valid jika korelasi antara butir dengan
skor total 0,3 (Sugiyono, 2010).
b. Reliabilitas

40

Pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan internal


consistency dengan teknik belah dua (split half) yang dianalisis
dengan rumus Spearman Brown:
2r
r i= b
1+r b
(Sugiyono, 2010)
3.7.4 Analisis lembar observasi
a. Validitas
Pengujian validitas

lembar

observasi

menggunakan

validitas konstruk dengan pendapat ahli dan kesepakatan


pengamat.
b. Reliabilitas
Pengujian reliabilitas lembar observasi menggunakan
reliabilitas pengamatan dengan rumus :
2S
KK =
N 1+ N 2
Keterangan :
KK
= koefisien kesepakatan
S
= sepakat, jumlah kode yang sama untuk objek yang sama
N1
= jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 1
N2
= jumlah kode yang dibuat oleh pengamat 2
3.7.5 Analisis data aktivitas siswa
Data keaktifan siswa dalam pembelajaran mandiri berdasarkan
observasi dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan menghitung
persentase keaktifan pada tiap-tiap aspek yang diamati. Rumus yang
digunakan Prosentase of agreement sebagai berikut :
AB
100 1
Prosentase of agreement =
A+ B

Keterangan :
A = frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
B

memberikan frekuensi tinggi


= frekuensi aspek tingkah laku yang teramati oleh pengamat yang
memberikan frekuensi rendah

41

Kriteria penskoran aspek tingkah laku yang teramati :


1 = tidak pernah
2 = jarang (pernah 1 3 kali)
3 = sering (pernah 4 5 kali)
4 = sering sekali (pernah lebih dari 5 kali)
3.7.6 Analisis angket respon siswa
Data respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis
secara diskriptif menggunakan persentase. Persentase tiap respon siswa
dihitung dengan rumus sebagai berikut.
%
tiap
respon

siswa

jumlah respon siswa tiap aspek yang muncul


x 100
jumlah siswa
(Trianto, 2010)
Pada penilaian respon siswa digunakan pilihan jawaban : (1)
menyenangkan; (2) sangat menarik; (3) menarik; (4) tidak menarik dan
(5) membosankan. Respon dikatakan positif jika rata-rata persentase
jawaban atau respon untuk kategori (1), (2) dan (3) minimal 70 %.
3.7.7 Analisis hasil belajar
Analisis hasil belajar bertujuan untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi yang menjadi dasar penentuan tingkat ketuntasan
belajar peserta didik.
a. Uji ternormalisasi (N-Gain)
Uji ini digunakan untuk menganalisis data skor pre test dan post
test (Hake dalam Sudirman, 2007)
skor post testskor pretest
N Gain = skor maksimalskor pre test
Dengan kriteria tingkat capaian N-Gain :
0,00 N < 0,30 = rendah
0,30 N < 0,70 = sedang
0,70 N < 1,00 = tinggi
b. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kenormalan
data. Hipotesis :

42

H0 = data terdistribusi normal


H1 = data tidak terdistribusi normal
Rumus yang digunakan adalah rumus chi-kuadrat yaitu :
2
k
( O1E 1 )
2
X =
E1
i=1
(Sudjana, 2006)
Keterangan :
X2 = harga Chi-Kuadrat
O1 = frekuensi hasil observasi
E1= frekuensi yang diharapkan
Jika X2 X2 (1-a)(k-3) dengan taraf nyata 5% maka data
terdistribusi normal.
c. Ketuntasan belajar individual
Ketuntasan belajar individual diambil dari rata-rata ketiga
asapek sumber penilaian, menggunakan rumus :
F (1 )+ P ( 2 ) +T (3)
Nilai =
6
(Arikunto, 2002)
Keterangan:
Portofolio (F)
= bobot 1
Presentasi (P)
= bobot 2
Tes tertulis (T)
= bobot 3
Nilai rata-rata tes tertulis siswa dihitung menggunakan rumus :
x
X= N
(Arikunto, 2002)
Keterangan :
X = rata-rata nilai tes tertulis
x= jumlah nilai yang diperoleh
N = jumlah siswa
Selanjutnya dilakukan uji t pada hasil tes hasil belajar kimia siswa
yaitu dengan kriteria ketuntasan minimal 70.
Hipotesis :
H0 : 70 (rata-rata kemampuan kognitif siswa tertinggi 70)
H1 : > 70 (rata-rata kemampuan kognitif siswa lebih dari 70)
Pengujian menggunakan rumus ;
x 0
t=
S n
(Sudjana, 2006)

43

. x

= jumlah sampel
= rata-rata x

0
= nilai yang dihipotesiskan (KKM=70)
S
= simpangan baku
Dengan kriteria pengujian :
H0 ditolak jika thitung > ttabel dengan dk = n -1 dan = 5 %.
Jika sig < 0,05 maka H0 ditolk dan menerima Ha, ini berarti hasil
belajar siswa lebih dari KKM.
3.8 Penentuan Keberhasilan Penelitian
a. Indikator validitas instrumen
Pengembangan model

pembelajaran

berupa

perangkat

pembelajarn meliputi silabus, rencana pembelajaran mandiri, bahan ajar


dalam bentuk chem pocketbook, lembar evaluasi, lembar observasi, lembar
analisis soft skill, angket yang kaitkan dengan pembelajaran mandiri siswa
SMK yang sedang melaksanakan Prakerin dengan menggunakan chem
pocketbook

terintegrasi program edmodo meiliki nilai valid apabila

mencapai 4 VA < 5 (Hobri, 2009).


b. Indikator keaktifan siswa
Pada akhir penelitian minimal 70 % siswa aktif dalam
pembelajarn mandiri di edmodo.
c. Indikator ketuntasan belajar
Indikator ketuntasan belajar

disesuaikan

dengan

kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) SMK Siang Bojonegoro Jawa Timur yaitu


siswa dikatakan tuntas (kompetensi) jika mencapai hasil belajar minimal
70 dan ketuntasan klasikal tercapai jika siswa yang mengalami tuntas
belajar mencapai 75 % dari seluruh jumlah siswa yang ada.
d. Indikator respon siswa
Dari penelitian diharapkan minimal 70 % dari jumlah siswa
melakukan respon positif terhadap pembelajarn mandiri yang dilakukan.

44

DAFTAR PUSTAKA
Allyn and Bacon. 1995. Cooperative Learning: Theory, Research, and Paractice.
Amerika.
Anas Sudijono, 2009, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Rajawali Pers, Jakarta
Arikunto Suharsimi. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Asyhar,H.R, 2011. Kreatif mengembangkan media pembelajaran, Gaung
Persada(GP) Press Jakarta.
Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum dan Hasil Belajar. Pusat Kurikulum
Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta
Dunne, R. dan Wragg, T. 1996. Pembelajaran efektif. Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Hobri. 2009. Metodologi Penelitian Pengembangan (Developmental Research)
Aplikasi Penelitian Pendidikan Matematika. Jember: Universitas Jember.
Ihsan, M. 2006. Prinsip Pengembangan Media Pendidikan - Sebuah Pengantar .
Jurnal Pendidikan.
Johari,J.M.C.dkk. 2006. Kimia SMA untuk kelas XI. Jakarta:Erlangga.

45

Marno dan Idris M. 2009. Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzza
Media
Mulyasa.2002. Kurikulum berbasis Kompetensi: Konsep,
Implementasi dan Inovasi.Bandung: Remaja Rosdakarya

Karakteristik,

Nasution. 1994. Teknologi Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara.


Prawiradilaga, D.S.2007.Pinsip Desain Pembelajaran. Jakarta:Kencana
Purwanto, M. Ngalim. 1990.
Rosdakarya

Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja

Russefendi, H. E. T. 1998. Satatistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.


Bandung: IKIP Bandung Press.
Sadiman, Arief S.(dkk). 2009. Media Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
Sardiman, A.M.2001. Interaksi dan motivasi belajar mengajar, Jakarta: Rajawali
Pers
Slameto. 2003. Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta
Soemanto,W. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta. PT.Rineka Cipta
Sudarmin. 2007. Pengembangan model pembelajaran kimia organik dan
ketrampilan
generik
sains
(MPKOKG)
bagai
calon
guru
kimia.disertasi.Bandung:PPS UPI
Sudjana, N. 1998. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung Sinar Baru
Algesindo.
Sudjana, Nana. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
Sudrajat, A.2008. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan
model pembelajaran.
Sugiyono,2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

46

Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Rajagrafindo


Persada
Syukur, Fatah. 2008. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail Media Group
Trianto.

2010.

Model

Pembelajaran

terpadu-konsep,

Strategi

dan

implementasinya dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta:Bumi


Aksara
Uno Hamzah.B .2009. Perencanaan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.
Usman, W. 1989, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Anda mungkin juga menyukai