Anda di halaman 1dari 3

Fatimah Meidian Wahyu Gayatri

65C / 1465038
CHAPTER 1
1. Hakikat etika bisnis
a. Moralitas
Moralitas didefinisikan sebagai acuan bagi individu maupun kelompok mengenai apa yang
benar dan salah atau baik dan benar. Standar moral dapat diperoleh manusia dari berbagai
sumber seperti keluarga, sekolah, lingkungan sekitar, dan media. Standar tersebut dapat
mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya dewasa seseorang, semakin banyaknya
pelajaran dan pengalaman yang dia dapatkan.
Ada enam ciri-ciri yang membedakan antara standar moral dan nonmoral. Pertama yaitu standar
moral berkaitan dengan suatu hal yang dapat secara serius merugikan atau memberikan
keuntungan yang signifikan. Kedua, standar moral lebih diutamakan dari nilai lain termasuk
kepentingan pribadi. Ketiga, standar moral tidak ditetapkan oleh suatu dewan tertentu namun
didasarkan pada nalar. Sejauh nalar tersebut mendukung maka standar dianggap dapat
digunakan. Keempat, standar moral dapat digunakan secara universal, tidak berpihak pada suatu
kepentingan. Kelima, standar moral didasarkan pada pertimbangan yang adil. Keenam, standar
moral berhubungan dengan emosi atau kosa kata tertentu. Misalnya apabila tidak mematuhi
standar moral akan merasa malu, bersalah dan dikucilkan.
b. Etika
Etika merupakan ilmu yang memeriksa standar moral seseorang atau masyarakat apakah
standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dan bagaimana implikasinya terhadap
kehidupan. Moralitas tidak hanya dipelajari oleh etika namun juga oleh ilmu-ilmu sosial seperti
antropologi, sosiologi, dan psikologi.
Etika merupakan studi normatif dari moralitas, artinya menelusur sampai dengan kesimpulan
normatif semacam baik buruk dan benar salah. Sedangkan ilmu social merupakan studi
deskriptif dari moralitas yang artinya hanya mendeskripsikan tanpa memberikan kesimpulan.
c. Etika Bisnis
Kegiatan perekonomian merupakan kegiatan yang tidak mungkin lepas dari kehidupan
masyarakat. Salah satu pelaku dalam dunia perekonomian yaitu korporasi. Dalam korporasi ada
tiga pihak utama yang membentuk yaitu pemilik atau pemegang saham, direktur atau yang
menjalankan operasional perusahaan, dan karyawan.
Etika bisnis merupakan ilmu yang mempelajari tentang standar moral dan bagaimana standar
moral tersebut diterapkan dalam institusi bisnis, organisasi, dan perilaku. Tiga jenis masalah
yang menjadi konsentrasi etika bisnis adalah sistemik, korporasi, dan individu.
d. Aplikasi konsep etika dalam korporasi
Muncul sebuah permasalahan terkait dengan korporasi. Ketika individu dalam korporasi
melakukan kesalahan apakah itu menjadi tanggung jawab korporasi atau individu itu sendiri?
Ada tiga pandangan mengenai permasalahan ini. Pertama korporasi dapat diibaratkan individu
yang mempunyai hak dan kewajiban akan moral dan punya tanggung jawab moral. Kedua
korporasi adalah mesin sehingga individu yang di dalamnyalah yang memiliki tanggung jawab
moral. Sedangkan yang ketiga merupakan penengah dan menyatakan bahwa individu yang
menyebabkan tindakan dari korporasi sehingga mereka yang bertanggung jawab atas apa yang

mereka lakukan, etika utamanya diterapkan kepada mereka sedangkan korporasi hanya sebagai
jembatan saja.
e.
Beberapa argumen menentang adanya etika bisnis. Pertama, ketika perusahaan mencari
keuntungan secara maksimal maka harus dengan cara-cara yang menguntungkan secara sosial
karena mereka harus bisa memahami pasar. Untuk itu tidak diperlukan etika bisnis. Kedua,
manajer lebih baik fokus pada perusahaan dan mengabaikan pertimbangan mengenai etika.
Ketiga, ketika perusahaan sudah mematuhi hukum maka dapat dianggap mematuhi semua etika
yang berlaku
Di satu sisi ada beberapa argumen yang mendukung etika bisnis. Pertama, etika ada dalam
setiap aktivitas manusia. Keuda, bisnis tidak dapat bertahan tanpa etika. Ketiga, etika sangat
diperlukan dalam usaha korporasi dalam mencari profit. Keempat, pelanggan, karyawan, dan
orang-orang sangat memperhatikan etika. Kelima, penelitian mengatakan bahwa etika bukanlah
sesuatu yang akan megurangi profit dan etika malah memiliki kontribusi terhadap profit
f. Corporate Social Responsibility
CSR tidak dapat disamakan dengan etika. CSR merupakan tanggung jawab korporasi terhadap
pihak-pihak yang berhubungan seperti karyawan, masyarakat, lingkungan, dan pemerintah. Ada
dua teori berkaitan dengan CSR yaitu shareholder theory dan stakeholder theory. Shareholder
theory menjelaskan bahwa manajer hanya berfokus pada memakmurkan pemegang saham.
Sedangkan stakeholder theory berpendapat bahwa manajer harus memperhatikan dan
memberikan kemakmuran yang adil kepada setiap pemangku kepentingan.
2. Isu etika dalam bisnis
Beberapa isu sering muncul berkaitan dengan etika. Isu-isu tersebut diantaranya mengenai
teknologi, globalisasi, perbedaan yang ada di beberapa negara, dan teori relativisme dalam etika.
Berkaitan dengan teknologi beberapa masalah yang sering muncul terkait dengan privasi. Pencurian
data dan akses illegal adalah contohnya. Terkait dengan globalisasi banyak perusahaan yang
berinvestasi di luar negeri. Dalam usahanya tersebut kadang mereka memanfaatkan kondisi di
negara lain seperti pajak rendah, tenaga kerja murah, dan teknologi yang belum berkembang. Halhal ini kadang dipertanyakan keetisannya. Selain itu standar moral antar negara tidak sama. Teori
relativisme mengatakan bahwa tidak ada standar etika yang paling benar karena semua didasarkan
pada kondisi. Menurut Integrative Social Contrast Theory ada dua macam standar moral yaitu
hypernorms, harus diterapkan pada semua kalangan, dan micrososial, hanya diterapkan pada
kalangan tertentu saja.
3. Perkembangan moral
Menurut Kohlberg ada tiga tahap perkembangan moral. Level pertama disebut tahap
prekonvensional. Tahap ini terdiri dari dua sub tahap yaitu orientasi hukuman dan ketaatan serta
orientasi instrument dan relativitas. Level kedua disebut tahap konvensional. Tahap ini terdiri dari
dua sub tahap yaitu orientasi terhadap kesesuaian interpersonal serta orientasi hukum dan
keteraturan. Level ketiga yaitu tahap postkonvensional. Tahap ini terdiri dari orientasi kontrak
sosial dan orientasi prinsip etis universal.
4. Penalaran moral
Penalaran moral adalah proses dimana perilaku, institusi, dan kebijakan dinilai apakah sudah
sesuai dengan standar atau tidak. Dua komponen dasar dari penalaran moral yaitu pemahaman
mengenai apa yang dituntut, dilarang, disalahkan oleh standar moral dan bukti bahwa perilku,
institusi, dan kebijakan memiliki standar moral yang menuntut, melarang, atau menyalahkan.

Secara singkat alur dari penalaran moral yaitu standar moral memberikan bukti berkaitan dengan
perilaku, institusi, atau kebijakan yang kemudian dijadikan dasar penilaian moral bagi perilaku,
institusi, atau kebijakan tersebut.
5. Perilaku yang bermoral
Ada empat langkah yang dapat mengarahkan untuk berperilaku yang bermoral.Empat langkah
tersebut yaitu :
1. Menyadari bahwa sebuah situasi adalah situasi yang etis. Dalam proses menyadari hal tersebut
dibutuhan framing sebagai hal yang membutuhkan pertimbangan etis. Selain itu situasi etis bisa
terjadi ketika dilihat sebagai hal yang yang serius, berbahaya, dan berpotensi untuk melanggar
moral. Beberapa hambatan dalam mengenali sebuah situasi sebagai situasi etis meliputi
pelabelan eufimistis, pembenaran atas tindakan, kurangnya objek pembanding, difusi tanggung
jawab, mendistorsi bahaya itu sendiri (seperti menganggap situasi tersebut seolah-olah tidak
berbahaya), tidak berperilaku kemanusiaan, dan tindakan menyalahkan.
2. Langkah kedua yaitu program mengenai keputusan melakukan tindakan beretika. Ketika ada
sebuah informasi mengenai situasi yang etis maka diperlukan penalaran moral yang mendasari
penerapan standar moral terhadap situasi tersebut. Namun yang perlu diperhatikan adalah
potensi adanya gangguan terhadap informasi yang ada.
3. Langkah ketiga yaitu memutuskan melakukan apa yang dianggap benar. Hal ini dipengaruhi
oleh budaya dalam organisasi dan hal-hal yang dapat mengganggu moral.
4. Langkah keempat yaitu memahami beberapa hal yang dapat mempengaruhi keputusan. Hal
tersebut yaitu lemah kuatnya keinginan seseorang dan kepercayaan mengenai locus of control
(tindakan yang bisa dia kendalikan).
6. Tanggung jawab moral
Ada tiga hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki tanggung jawab moral terhadap
tindakan yang dianggap salah dan merugikan. Pertama adalah kausalitas. Orang tersebut melakukan
tindakan yang merugikan. Kedua adalah pengetahuan (knowledge) yang artinya orang tersebut tahu
apa yang telah dia lakukan. Ketiga adalah kebebasan (freedom) artinya orang tersebut melakukan
hal itu tanpa paksaan.
Beberapa hal juga dapat mengurangi tanggung jawab moral seseorang seperti ada
ketidakpastian atas suatu fakta dan standar moral. Pelaku mungkin yakin dia berbuat salah namun
dia masih ragu apakah kesalahannya tersebut benar-benar serius dan membahayakan. Pelaku
mungkin juga hanya memberikan kontribusi sedikit terhadap situasi tersebut. Selain itu keberadaan
pelaku pada kondisi yang tidak memungkinkan dia untuk tidak melakukan hal itu juga dapat
meringankan tanggung jawabnya. Dari sisi situasi, apabila situasi yang diciptakan tidak
menimbulkan efek terlalu serius maka pelaku masih mungkin untuk diberi keringanan.
Referensi :
Velasquez, M. G. (2014). Business Ethics : Concept and Cases (seventh ed.). United States of America:
Pearson.

Anda mungkin juga menyukai