AGUSTINA NUGRAHINI
A. Pengertian
Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin
kuman klostridium tetani. Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang
disebabkan
oleh
toksin
kuman
klostridium
tatani,
suasana
yang
Penekanan area
fokal kortikal
Peningkatan
permaebilitas darah/otak
Perubahan
mobilitas
fisik
Proses inflamasi di
jaringan otak (pe suhu
tubuh), perubahan tingkat
kesadaran, perubahan
Perubahan
eliminasi uri dan
alvi
Sulit menelan/menyusu
8. Gangguan
pemenuhan
eliminasi uri
dan alvi
6. Gangguan
mobilitas
fisik
7. Gangguan
ADL
Perubahan
kemampuan
batuk
1. Bersihan
jalan napas
tidak efektif
2. Hipertermi
3. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan
Penurunan tingkat
kasadaran, penurunan
perfusi jaringan otak
5. Risiko tinggi
trauma/ cedera
4. Risiko tinggi
kejang berulang
9. Koping tidak
efektif
10. Kecemasan
Koma
Penurunan tingkat
kesadaran, penurunan
perfusi jaringan otak
D. Manifestasi Klinis
Bermanifestasi dengan kejang otot ini selalu tampak pada otot masester
dan otot rangka.
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pencegahan
Antimikroba
pada
keadaan
yang
berisiko
proliferasi
kuman
Antimikroba.
Diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP) bila trismus diberi diet cair
melalui NGT.
Oksigen 2 liter/menit.
F. Pengkajian
Pengkajian pada Anak dan Bayi
Pengkajian pada anak sedikit berbeda dengan klien dewasa, hal ini
disebabkan pengkajian anamnesis lebih banyak pada orang tua dan
pemeriksaan fisik berbeda karena belum sempurnanya organ pertumbuhan
terutama pada neonatus. Untuk memudahkan penilaian klinis, gejala pada
tetanus pada anak dibagi menjadi dua, meliputi : anak dan bayi.
Anak
Manifestasi klinis timbulnya sakit secara tiba-tiba dengan masa inkubasi
5-14 hari, dimulai dengan ketegangan otot yang makin bertambah terutama
pada rahang dan leher. Setelah 48 jam pemeriksaan fisik yang mungkin
didapatkan adalah sebagai berikut :
Risus sardionikus (karena spasme otot muka di mana alis tertarik ke atas,
susut mulut tertarik ke luar dan ke bawah/mulut mencucu seperti mulut
ikan serta bibir tertekan kuat pada gigi.
Asfiksia sampai sianosis (akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
Risiko fraktur kolumna vertebralis (karena kontraksi otot sangat yang kuat
pada saat serangan kejang).
Bayi
Terutama pada neonatus (sering disebut tetanus neonaturum). Tetanus
neonaturum merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai pada berat bayi
lahir rendah yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi
disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai
akibat pemotongan tali pusat atau perawatan yang tidak aseptik. Kebanyakan
tetanus neonaturum ini terdapat pada bayi baru lahir setelah mendapat bantuan
persalinan dari dukun beranak yang belum pernah mendapat pelatihan
persalinan dari program Depkes.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bayi tidak mau menetok secara tibatiba meskipun sebelumnya bisa. Suhu tubuh dapat naik sampai 390C. Mulut
mencucu seperti mulut ikan (gejala khas) kemudian timbul kejang disertai
sianosis, kaku duduk, tubuh opistotonus. Perjalanan penyakit lebih cepat tidak
melalui 3 stadium seperti pada tetanus anak besar. Bayi tidak mau menetek
dan mulut mencucu (sebenarnya adalah karena trismus pada otot-otot mulut).
G. Diagnosis Keperawatan
H. Intervensi Keperawatan
HIPERTERMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN PROSES INFLAMASI DAN EFEK
TOKSIN DI JARINGAN OTAK
Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam perawatan suhu tubuh menurun
Kriteria : suhu tubuh normal 36-370C
INTERVENSI
RASIONALISASI
terapi
: ATP dan
INTERVENSI
Tinjauan kemampuan fisik dan kerusakan yang
terjadi
Kaji tingkat imobilisasi skala tingkat
ketergantungan
RASIONALISASI
Mengidentifikasi
kerusakan
fungsi
dan
menentukan pilihan
Tingkat ketergantungan minimal care (hanya
memerlukan bantuan minimal), partial care
(memerlukan bantuan sebagian), total care
(memerlukan bantuan komplit dari perawat
dank klien yang memerlukan pengawasan
khusus karena risiko cedera yang tinggi
Perubahan posisi teratur dapat mendistribusikan
berat
badan
secara
menyeluruh
dan
memfasilitasi peredaran darah serta mencegah
dekubitus
Mencegah terjadinya kontraktur atau foot drop
serta dapat mempercepat pengembalian fungsi
tubuh nantinya
Memfasilitasi sirkulasi dan mencegah gangguan
integritas kulit
Melindungi mata dari kerusakan akibat
terbukanya mata terus menerus
Indikasi adanya kerusakan kulit dan deteksi dini
adanya dekubitus pada area lokal yang tertekan