Anda di halaman 1dari 8

EFFECT OF ADDITION BETEL LEAF MEAL (Piper betle L.

) AS FEED ADDITIVE ON
CARCASS QUALITY AND VISCERAL ORGANS WEIGHT OF BROILER
Yoyok Wiyono1, Osfar Sjofjan2 and Halim Natsir2
1)
2)

Student of Animal Nutrition and Feed Departement, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
Lecturer of Animal Nutrition and Feed Departement, Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
Veteran Street, Malang (65145), Indonesia

E-mail : yoyok_wiyono@yahoo.com
ABSTRACT

The research was aimed to evaluate the effect of additional betel leaf meal (Piper betle L.) as
feed additive on carcass quality and visceral organs weight of broiler. The materials used were 100
DOC of broiler (unsexed) with average body weight 38.522.55g. The method used was experiment
with five treatments and five replications. The treatments were P0 = basal feed + 0% of betel leaf
meal (control), P1 = basal feed + 0.25% of betel leaf meal, P2 = basal feed + 0.5% of betel leaf meal,
P3 = basal feed + 0.75% of betel leaf meal and P4 = basal feed + 1% of betel leaf meal. Variables
measured were carcass percentage, carcass deposition, abdominal fat percentage and visceral organs
weight of broiler. Data obtained were analyzed by ANOVA of completely randomized design, if
there was a significant effect it would be tested by Duncan's Multiple Range Test. The result
showed that the addition of betel leaf meal didnt give significant effect (P>0,05) on carcass
percentage, carcass deposition, abdominal fat percentage and visceral organs weight of broiler. It
can be concluded that adding of betel leaf meal not yet improve carcass quality and didnt change
visceral organs weight.
Keywords: Betel leaf, quality carcass, visceral organs and broiler
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAUN SIRIH (Piper betle L.) SEBAGAI ADITIF PAKAN
TERHADAP KUALITAS KARKAS DAN BOBOT ORGAN DALAM AYAM PEDAGING
Yoyok Wiyono1, Osfar Sjofjan2 and Halim Natsir2
1)

Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Unibversitas Brawijaya
2)
Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang (65145), Indonesia

E-mail : yoyok_wiyono@yahoo.com
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan tepung daun sirih sebagai
aditif pakan terhadap kualitas karkas dan bobot organ dalam ayam pedaging. Materi yang
digunakan adalah 100 ekor DOC dengan rataan bobot badan 38,522,55 g/ekor. Metode yang
digunangan berupa percobaan lapang dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Adapun perlakuan
tersebut adalah P0 = pakan basal tanpa penambahan daun salam, P1 = Pakan basal + tepung daun
sirih 0,25%, P2 = Pakan basal + tepung daun sirih 0,5%, P3 = Pakan basal + tepung daun sirih
0,75%, P4 = Pakan basal + tepung daun sirih 1%. Variabel yang diamati yaitu persentase karkas,
deposisi bagian karkas (dada, paha dan sayap), persentase lemak abdominal dan bobot organ dalam
(jantung, hati dan gizzard). Data dianalisis statistik dengan analisis ragam (ANOVA) menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila terjadi perbedaan pengaruh maka dilanjutkan dengan Uji
Jarak Berganda Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh
tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap persentase karkas, deposisi bagian karkas, persentase lemak
abdominal dan bobot organ dalam ayam pedaging. Hal ini dapat disimpulan bahwa penambahan
tepung daun sirih sebagai aditif pakan hingga level 1% belum bisa meningkatkan kualitas karkas
dan tidak mempengaruhi bobot organ dalam ayam pedaging.
Kata Kunci: Daun sirih, kualitas karkas, organ dalam dan ayam pedaging

PENDAHULUAN
Keberhasilan usaha peternakan tidak
hanya ditentukan dari segi produktivitas
saja, akan tetapi juga dari segi finansial
(profit). Oleh karenanya efisiensi produksi
menjadi sangat penting. Efisiensi pakan
merupakan bagian dari efiensi produksi
yang cukup penting karena biaya pakan
berkontribusi 60-70% dari biaya produksi
usaha ayam pedaging. Oleh sebab itu perlu
adanya perbaikan efisiensi pakan melalui
peningkatan kecernaan pakan, salah
satunya melalui penambahan aditif pakan.
Antibiotik merupakan aditif pakan
yang umum digunakan. Namun diketahui
bahwa penggunaan antibiotik menimbulkan
efek negatif berupa residu pada produk
yang dihasilkan sehingga beberapa negara
di dunia melarang penggunaan antibiotik.
Oleh karena itu, perlu dicari aditif pakan
alternatif yang dapat menggantikan
antibiotik sehingga dapat menyediakan
produk ayam pedaging yang aman, sehat,
utuh dan halal (ASUH) bagi konsumen.
Fitobiotik merupakan salah satu jenis
aditif pakan alternatif. Bahan yang
tergolong fitobiotik yaitu tanaman herbal,
rempah-rempah, ekstrak tanaman dan
minyak esensial. Indonesia merupakan
negara tropis yang memiliki segudang
tanaman herbal yang berpotensi sebagai
aditif pakan, salah satunya yaitu tanaman
sirih (Piper betle L). Daun dari tanaman
sirih mengandung minyak atsiri yang
berfungsi meningkatkan sekresi enzimenzim pencernaan dalam tubuh sehingga
dapat menghasilkan kualitas karkas ayam
pedaging yang baik. Selain itu daun sirih
juga
mengandung
senyawa-senyawa
pholyphenol yang bersifat antibakteri,
antimikrobial, antifungal dan antioksidan
(Pradhan, Suri, Pradhan and Biswasroy,
2013)..
Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu
dilakukan
penelitian
untuk

mengetahui pengaruh penggunaan tepung


daun sirih sebagai aditif pakan terhadap
kualitas karkas dan bobot organ dalam aam
pedaging.
MATERI DAN METODE
Penelitian ini menggunakan ayam
pedaging umur satu hari (DOC) sebanyak
100 ekor (unsexed). Rataan bobot badan
awal penelitian adalah 38,52 2,5 g/ekor
dengan koefisien keseragaman 6,61%.
Kandang litter yang digunakan sebanyak
25 petak dengan ukuran 70 x 80 x 70 cm.
Setiap petak dilengkapi dengan alas sekam
tempat pakan, tempat minum dan lampu 25
watt.
Pakan yang digunakan dalam
penelitian ini berupa pakan basal bebas
antibiotik yang disusun dari campuran
beberapa bahan pakan meliputi jagung,
bekatul, bungkil kedelai, tepung ikan,
MBM, minyak, premik dan kapur.
komposisi dan kandungan zat makanan
pakan basal tertera pada Tabel 1.
Metode
penelitian
ini
adalah
percobaan lapang dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 5 ulangan. Setiap unit
percobaan terdiri dari 4 ekor. Perlakuan
yang diberikan berupa penambahan tepung
daun sirih sebagai aditif pakan dengan level
berbeda, yaitu:
P0
P1
P2
P3
P4

:
:
:
:
:

Pakan basal + 0% TDS (kontrol)


Pakan basal + 0,25% TDS
Pakan basal + 0,5% TDS
Pakan basal + 0,75% TDS
Pakan basal + 1% TDS

Variabel yang diamati dan diukur


meliputi kualitas karkas terdiri dari
persentase karkas, deposisi bagian karkas
(dada, paha dan sayap) dan lemak
abdominal. Serta bobot organ dalam yang
terdiri dari gizzard, hati dan jantung.

Tabel 1. Komposisi dan kandungan zat makanan


Bahan pakan
Jagung Kuning
Bungkil Kedelai
Bekatul
Meat and Bone Meal
Tepung Ikan
Premix
Kapur (CaCO3)
Minyak
Total
Hasil Perhitungan Kandungan Zat Makanan
Protein Kasar (%)
Energi Metabolis (Kkal/Kg)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Ca (%)
P (%)
Hasil Analisis Laboratorium
Protein Kasar (%)
Energi Metabolis (Kkal/Kg)
Lemak Kasar (%)
Serat Kasar (%)
Ca (%)
P (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian mengenai pengaruh
perlakuan terhadap nilai rataan kualias
karkas ayam pedaging meliputi persentase
karkas, deposisi bagian karkas dan
persentase lemak abdominal ditunjukkan
pada Tabel 3. Rataan bobot organ dalam
meliputi jantung, hati dan gizzard
ditunjukkan pada Tabel 4.
Pengaruh
Perlakuan
Persentase Karkas

Terhadap

Pengaruh
perlakuan
terhadap
persentase karkas ditunjukkan pada Tabel
2. Rataan persentase karkas dari tertinggi
hingga terendah berturut-turut yaitu: P2
(67,542,05%); P4 (66,611,27%); P1
(65,981,78%); P0 (65,822,24%) dan P3
(65,301,53%).
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak beda nyata (P>0,05)

Proporsi Penggunaan (%)


Starter*
Finisher*
55,86
57,00
31,89
23,95
0,00
7,50
2,50
2,50
6,00
6,00
0,50
0,30
1,00
0,25
2,25
2,50
100
100
23,00
3002,47
5,57
3,16
0,92
0,63

20,50
3100,94
6,65
3,48
0,60
0,60

19,61
2843,02
4,42
2,92
-

19,08
2957,52
6,05
4,90
-

terhadap persentase karkas. Hal ini diduga


bahwa
senyawa
pholyphenol
yang
terkandung dalam minyak atsiri daun sirih
yang memiliki aktifitas antibakteri,
antifungi dan antioksidan pada level
penambahan hingga 1% dari pakan belum
mampu meningkatkan persentase karkas.
Kemungkinan
lain,
diduga
bahwa
penggunaan daun sirih sebagai aditif pakan
dalam bentuk tepung kurang efektif karena
zak aktif yang terkandung bisa jadi rusak
atau berkurang saat proses penepungan.
(Rocha, Melo and Radunz, 2011),
pengeringan dapat menurunkan kandungan
metil chavicol dan eugenol pada tanaman
obat jika dibandingkan dengan ketika
masih dalam bentuk segar. Banyak faktor
yang mempengaruhi persentase karkas.
strain, bobot hidup, umur pemotongan dan
jenis kelamin merupakan beberapa faktor
yang mempengaruhi persentase karkas

ayam pedaging (Fernandes, Bortoluzzi,


Triques, Neto and Peiter, 2013).
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak berbeda nyata, namun
secara
nomerik
dapat
diketahui
penambahan tepung daun sirih hingga level
0,5% (P2) dapat meningkatkan persentase
karkas, selebihnya dapat menurunkan
persentase
karkas
ayam
pedaging.
Perbedaan
persentase
karkas
tidak
disebabkan kandungan nutrisi pakan
perlakuan, karena setiap pakan perlakuan
menggunakan pakan basal. Peningkatan
persentase karkas diduga karena kandungan
minyak atsiri mampu meningkatkan
pertumbuhan ayam. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Khattak, Ronchi, Castelli
and Sparks (2014) yang menyatakan
penggunaan minyak atsiri sebagai aditif
pakan dapat meningkatkan bobot hidup dan
pertambahan bobot bdan ayam pedaging.
Mekanisme minyak atsiri mempengaruhi
persentase karkas yaitu minyak atsiri
merangsang
sekresi
enzim-enzim
pencernaan
dalam
tubuh
sehingga
penyerapan dan kecernaan zat makanan
dari pakan menjadi meningkat (Lee, Everts
and Beynen, 2004).
Peningkatan
penyerapan dan kecernaan pakan ini akan
berdampak
pada
pertumbuhan
dan
perkembangan sel tubuh ayam yang pada

akhirnya dapat meningkatkan persentase


karkas. Kemungkinan lain, diduga bahwa
kandungan senyawa pholyphenol seperti
chavicol dan sterol dalam daun sirih yang
memiliki aktifitas sebagai agen antibakteri.
Mekanisme agen anti bakteri yaitu bersifat
toksin dalam protoplasma, merusak
kemudian menembus dinding serta
menyebabkan denaturasi protein sel bakteri
patogen. Agen antibakteri juga mampu
menginaktifkan enzim essensial di dalam
sel bakteri (Harman, 2013). Dengan
rusaknya sel bakteri patogen maka akan
mengoptimalkan proses pencernaan secara
enzimatis oleh bakteri non-patogen pada
saluran pencernaan dan meningkatkan
penyerapan zat makanan oleh vili-vili usus
(meningkatkan kecernaan pakan) yang pada
akhirnya juga meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan dan meningkatkan
pembentukan karkas. Sementara itu,
penurunan
persentase
karkas
pada
penambahan tepung daun sirih lebih dari
0,5% (P3 dan P4) diduga dikarenakan
kandungan terpinen yang terlalu tinggi
sehingga mempengaruhi flavour pakan dan
pada akhirnya menurunkan palatabilitas
pakan. Bajpai, Sharma, Kumar and
Madhusudanan (2010), daun sirih beraroma
pedas kuat karena mengandung senyawa
terpinen.

Tabel 2. Rataan Kualitas Karkas (%)


Variabel
Persentase Karkas (%)
Deposisi Bagian
Karkas (%)
a. Dada
b. Paha
c. Sayap
Lemak Abdominal (%)

P0
65,822,24

P1
65,971,78

Perlakuan
P2
67,54 2,05

P3
65,301,53

P4
66,611,27

30,041,63
32,972,10
12,851,07

31,151,97
34,371,92
11,970,93

31,583,03
31,852,44
12,111,09

28,161,40
34,051,73
12,120,72

30,971,70
33,561,40
12,010,37

2,310,61

2,640,59

2,300,52

2,160,58

2,390,35

Pengaruh Perlakuan Terhadap Deposisi


Bagian Karkas
Pengaruh
perlakuan
terhadap
persentase dada ditunjukkan pada Tabel 2.
Rataan persentase dada dari tertinggi
hingga terendah berturut-turut yaitu: P2

(31,593,03%); P1 (31,151,97%); P4
(30,971,70%); P0 (30,041,63%) dan P3
(28,161,40%). Hasil analisis ragam
menunjukkan pengaruh yang tidak beda
nyata (P>0,05) terhadap persentase dada.
Pengaruh
perlakuan
terhadap
persentase paha ditunjukkan pada Tabel 2.

Rataan persentase paha dari tertinggi


hingga terendah berturut-turut yaitu: P1
(34,371,92%); P3 (34,051,73%); P4
(33,561,40%); P0 (32,972,10%) dan P2
(31,852,44%). Hasil analisis ragam
menunjukkan pengaruh yang tidak beda
nyata (P>0,05) terhadap persentase paha.
Pengaruh
perlakuan
terhadap
persentase sayap ditunjukkan pada Tabel 2.
Rataan persentase sayap dari tertinggi
hingga terendah berturut-turut yaitu: P0
(12,851,07%); P3 (12,120,72%); P2
(12,111,09%); P4 (12,010,37%) dan P1
(11,970,93%). Hasil analisis ragam
menunjukkan pengaruh yang tidak beda
nyata (P>0,05) terhadap persentase sayap.
Pengaruh perlakuan yang tidak beda
nyata terhadap persentase dada, paha dan
sayap diduga karena senyawa pholyphenol
yang terkandung dalam minyak atsiri daun
sirih yang memiliki aktifitas antibakteri,
antifungi dan antioksidan pada level
penambahan hingga 1% dari pakan belum
mampu meningkatkan persentase dada,
paha ataupun sayap ayam. Kemungkinan
lain, diduga bahwa penggunaan daun sirih
sebagai aditif pakan dalam bentuk tepung
kurang efektif karena zat aktif yang
terkandung bisa jadi rusak atau berkurang
saat proses penepungan. (Rocha et al.,
2011), pengeringan dapat menurunkan
kandungan metil chavicol dan eugenol pada
tanaman obat jika dibandingkan dengan
ketika masih dalam bentuk segar. Semakin
besar bobot karkas maka semakin besar
pula bobot potongan karkas yang diperoleh.
Hal ini sesuai hasil penelitian Fernandes et
al. (2013), persentase bobot potongan
karkas akan sejalan dengan persentase
bobot karkas dan bobot hidup pada unggas.
Pengaruh Perlakuan Terhadap Lemak
Abdominal
Pengaruh
perlakuan
terhadap
persentase lemak abdominal ditunjukkan
pada Tabel 2. Rataan persentase lemak
abdominal dari terendah hingga tertinggi
berturut-turut yaitu: P3 (2,162,58%); P2
(2,300,52%); P0 (2,310,61%); P4
(2,390,35%) dan P1 (2,64 0,59%).

Hasil analisis ragam menunjukkan


pengaruh yang tidak beda nyata (P>0,05)
terhadap persentase lemak abdominal. Hal
ini diduga bahwa kandung minyak atsiri
dalam
daun
sirih
yang
mampu
meningkatkan metabolisme lemak pada
level penambahan hingga 1% dari pakan
belum
mampu
menurunkan
lemak
abdominal ayam pedaging. Kemungkinan
lain, diduga bahwa penggunaan daun sirih
sebagai aditif pakan dalam bentuk tepung
kurang efektif karena zat aktif yang
terkandung bisa jadi rusak atau berkurang
saat proses penepungan. (Rocha, Melo and
Radunz,
2011),
pengeringan
dapat
menurunkan kandungan metil chavicol dan
eugenol pada tanaman obat jika
dibandingkan dengan ketika masih dalam
bentuk segar. Banyak faktor yang
mempengaruhi
penimbunan
lemak
abdominal. Tumova and Teimouri (2010),
penimbunan lemak utamanya lemak
abdominal pada ayam pedaging disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu
genotip, umur, jenis kelamin dan
kandungan zat makanan dalam pakan.
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak beda nyata, namun
secara nomerik dapat diketahui bahwa
penambahan tepung daun sirih mulai level
0,5% (P2) dapat menurunkan persentase
lemak
abdominal
ayam
pedaging.
Perbedaan persentase lemak abdominal
tidak disebabkan kandungan nutrisi pakan
perlakuan, karena setiap pakan perlakuan
menggunakan pakan basal. Penurunan
persentase lemak abdominal diduga karena
kandungan minyak atsiri dalam daun sirih
yang mampu meningkatkan sekresi enzim
lipase pankreas. Pradhan et al. (2013),
minyak atsiri dapat meningkatkan asam
lambung dan sekresi enzim lipase pankreas
yang membantu proses pencernaan.
Meningkatnya sekresi enzim lipase
pankreas
akan
mengoptimalkan
metabolisme lemak yang diharapkan dapat
menurunkan penimbunan lemak tubuh
utamanya lemak abdominal sehingga dapat
menghasilkan kualitas karkas ayam
pedaging yang baik.

Tabel 3. Rataan Bobot Organ Dalam (g/100g BB)


Variabel
Bobot Organ Dalam
a. Gizzard
b. Hati
c. Jantung

P0

P1

Perlakuan
P2

P3

P4

1,780,12
2,040,15
0,670,02

1,640,14
2,010,13
0,650,03

1,860,24
1,940,13
0,610,08

1,880,22
2,090,12
0,600,06

1,830,14
1,890,10
0,580,02

Pengaruh Perlakuan Terhadap Bobot


Organ Dalam
Gizzard
Pengaruh perlakuan terhadap bobot
gizzard ditunjukkan pada Tabel 3. Rataan
bobot gizzard dari tertinggi hingga terendah
berturut-turut yaitu: P3 (1,880,22 g/100g
BB); P2 (1,860,24 g/100g BB); P4
(1,830,14 g/100g BB); P0 (1,780,12
g/100g BB) dan P1 (1,640,14 g/100g BB).
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak beda nyata (P>0,05)
terhadap
bobot
gizzard.
Hal
ini
menunjukkan bahwa penambahan tepung
dan sirih sebagai aditif pakan hingga level
1% dari pakan tidak berpengaruh negatif
atau masih aman pada proses metabolisme
ayam pedaging yang ditandai dengan bobot
gizzard yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol. Bobot gizzard yang
tidak berbeda nyata diduga karena
kandungan zat aktif dalam daun sirih yang
sebagian besar bersifat antibakteri tidak
mempengaruhi kinerja gizzard karena
gizzard mencerna pakan secara mekanis
bukan biologis. Gizzard dengan bantuan
grit bertugas memecah partikel pakan
menjadi ukuran kecil sehingga mudah
dicerna diusus halus (Pon et al., 2005).
Garipoglu, Erener and Ocak (2005)
menyatakan
bahwa
bobot
gizzard
bergantung
pada
aktivitas
gizzard.
Ditambahkan oleh Retnani, Suprapti,
Firmansyah, Herawati dan Mutia (2009),
serat kasar yang tinggi di dalam pakan
menyebabkan kerja gizzard akan semakin
meningkat untuk mengecilkan ukuran
partikel pakan sehingga ukuran gizzard
juga akan semakin besar.

Hati
Pengaruh perlakuan terhadap bobot
hati ditunjukkan pada Tabel 3. Rataan
bobot hati dari tertinggi hingga terendah
berturut-turut yaitu: P3 (2,090,12 g/100g
BB); P0 (2,040,15 g/100g BB); P1
(2,010,13 g/100g BB); P2 (1,940,13
g/100g BB) dan P4 (1,890,10 g/100g BB).
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak beda nyata (P>0,05)
terhadap bobot hati. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan tepung dan sirih
sebagai aditif pakan hingga level 1% dari
pakan tidak berpengaruh negatif atau masih
aman pada proses metabolisme ayam
pedaging yang ditandai dengan bobot hati
yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan
kontrol. Selain itu dari hasil pengamatan,
kondisi hati dalam keadaan normal,
permukaannya halus dan tidak ditemukan
kerusakan pada hati. Hati yang diamati
memiliki warna yang hampir sama yaitu
coklat kemerahan. Hal ini sesuai pendapat
McLelland (1990), hati yang normal
berwarna coklat kemerahan apabila terjadi
keracunan, warna hati berubah kuning.
Kelainan fisik pada hati ditandai dengan
berubahnya warna hati, pembengkakan dan
pengecilan pada salah satu bagian serta
tidak adanya kantung empedu. Hati yang
normal diduga karena daun sirih memiliki
kemampuan hepato-protective activity
sehingga dapat melindungi hati dari
kerusakan dengan mencegah menipisnya
atau mengurusnya jaringan fibrosa pada
hati. Pradan et al. (2013), ekstrak daun sirih
mampu menurunkan ekspresi alphasmooth
muscle
actin
(alpha-SMA) yang
mempengaruhi aktifnya enzim matrix
metalloproteinase-2
(MMP2)
dan
menghambat level enzim tissue inhibitor
metalloproteinase-2
(TIMP2).
Kedua
enzim ini yang mempengaruhi menipisnya

atau mengurusnya jaringan fibrosa pada


hati.
Jantung
Pengaruh perlakuan terhadap bobot
jantung ditunjukkan pada Tabel 3. Rataan
bobot jantung dari tertinggi hingga
terendah berturut-turut yaitu: P3 (1,880,22
g/100g BB); P2 (1,860,24 g/100g BB); P4
(1,830,14 g/100g BB); P0 (1,780,12
g/100g BB) dan P1 (1,640,14 g/100g BB).
Hasil analisis ragam menunjukkan
pengaruh yang tidak beda nyata (P>0,05)
terhadap
bobot
jantung.
Hal
ini
menunjukkan bahwa penambahan tepung
dan sirih sebagai aditif pakan hingga level
1% dari pakan tidak berpengaruh negatif
atau masih aman pada proses metabolisme
ayam pedaging yang ditandai dengan bobot
jantung yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan kontrol. Daun sirih mempunyai
pengaruh terhadap sistem kardiovaskuler
berupa kemampuan mengatur detak jantung
dan tekanan darah yang tidak stabil
sehingga kerja jantung menjadi optimal.
Pradan et al. (2013), daun sirih mampu
merangsang sekresi katekolamin dari
kelenjar adrenal pada korteks ginjal yang
berkontribusi meningkatkan stamina, detak
jantung, tekanan darah, level glukosa darah
dan aktifitas saraf simpatik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Penambahan tepung daun sirih
sebagai aditif pakan hingga level 1% belum
bisa meningkatkan kualitas karkas meliputi
persentase karkas, deposisi bagian karkas,
persentase lemak abdominal serta tidak
mempengaruhi bobot organ dalam ayam
pedaging. Tepung daun sirih sebaiknya
diberikan pada ayam umur lebih dari tujuh
hari dan perlu dilakukan penelitian lanjut
dengan penggunaan daun sirih dalam
bentuk ekstrak.
DAFTAR PUSTAKA
Bajpai, V., D. Sharma, B. Kumar and K.P.
Madhusudanan. 2010. Profiling of
Piper betle Linn. Cultivars by direct

analysis in real time mass


spectrometric technique. Biomedical
Chromatography. 24 (12): 1283-1286
Fernandes, J.I.M., C. Bortoluzzi, G.E.
Triques, A.F.G. Neto and D.C. Peiter.
2013. Effect of strain, sex and age on
carcass parameters of broilers. Acta
Scientiarum. Animal Sciences. 35
(1): 99-105
Garipoglu, A. V., G. Erener and N. Ocak.
2005. Voluntary Intake of Insoluble
Granite-grit Offered in Free Choice
by Broilers: Its Effect on Their
Digestive
Tract
Traits
and
Performances. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 19 (4): 549-553
Harman, D., T., A. 2013. Efektivitas Anti
Bakteri Eksak Daun Sirih (Piper betle
Linn) Terhadap Bakteri Enterococcus
faecalis (Penelitian In Vitro). Skripsi.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Hasanuddin
Khattak, F, A. Ronchi, P. Castelli and N.
Sparks. Effects of Natural Blend of
Essential
Oil
on
Growth
Performance, Blood Biochemistry,
Cecal Morphology and Carcass
Quality of Broiler Chickens. Poultry
Science. 93: 132137
Lee, K.W., H. Everts and A.C. Beynen.
2004. Essential Oils in Broiler
Nutrition. International Journal of
Poultry Science. 3 (12): 738-752
McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of
Avian Anatomy. England: Wolfe
Publishing Ltd
Pon, W.G., D.C. Church, K.R. Pond and
P.A. Schoknecht. 2005. Basic Animal
Nutrion and Feeding 5th ed. USA:
John wiley & sons

Pradhan, D., K.A. Suri, D.K. Pradhan and


P. Biswasroy. 2013. Golden Heart of
the Nature: Piper betle L. Journal of
Pharmacognosy and Phytochemistry.
1 (2): 147-167
Retnani, Y., Suprapti, I. Firmansyah, L.
Herawati dan R. Mutia. 2009.
Pengaruh Penambahan Zat Pewarna
dalam Pakan Ayam Broiler Terhadap
Penampilan, Persentase Berat Bursa
Fabrisius, Karkas dan Organ Dalam.
J.Indon.Trop.Anim.Agric. 34 (2):
115-121
Rocha, R.P., I.C. Melo and L.L. Radunz.
2011. Influence of Drying Process on
The Quality of Medicinal Plant: E.
Review. Journal of Medicinal Plant
Research. 5 (33): 7076-7084

Anda mungkin juga menyukai