Anda di halaman 1dari 18

1.

PENDAHULUAN
Tahapan Studi dan Perencanaan sebelum dilakukan Pelaksanaan Pembangunan, meliputi:
1. Studi Potensi
2. Studi Kelayakan
3. Detail Engineering Design
4. Analisis Dampak Lingkungan (UKL/UPL atau AMDAL jika lokasi PLTM
berada di lokasi atau di perbatasan hutan lindung)
Studi dan Perencanaan PLTM sebagaimana tahapan tersebut di atas umumnya dilakukan
oleh Konsultan Profesional yang memiliki kemampuan dalam beberapa bidang berikut
ini:
Survey dan analisis hidrologi & hidrolika
Survey dan analisis topografi
Soil investigation
Analisis dampak lingkungan
Desain sipil, desain mekanikal/ elektrikal, desain sistem kontrol, dan
desain sistem jaringan

2. TUJUAN
Tujuan dari proyek ini adalah menghasilkan dokumen-dokumen sebagai acuan kelayakan
PLTM dan acuan pembangunan PLTM, yang terdiri dari:
1. Dokumen Studi Hidrologi
2. Dokumen Studi Topografi
3. Dokumen Soil Investigation
4. Dokumen Analisis Dampak lingkungan
5. Dokumen Studi Kelayakan
6. Dokumen Detail Engineering Design

3. RUANG LINGKUP PROYEK


3.1 Studi Hidrologi
Studi Hidrologi meliputi :
1. Pengukuran debit aliran air sesaat
2. Pengumpulan data curah hujan wilayah setempat selama 10 tahun terakhir
3. Analisis debit andalan PLTM
4. Analisis debit banjir sungai
5. Penghitungan head netto

3.2 Studi Topografi


Studi Topografi dilakukan untuk mendapatkan peta kontur tanah sesuai skala yang
diinginkan. Pengukuran topografi dibagi dalam 2 tahap, yaitu:
1. Pengukuran Polygon
Bertujuan untuk menentukan head total sistem PLTM. Apabila sudah dilakukan
studi potensi dan telah diketahui head sebelumnya, maka pengukuran ini dapat
berfungsi sebagai review.
2. Pengukuran Situasi Detail
Pengukuran pada arah memanjang dan melintang yang akan menghasilkan peta
situasi pada daerah-daerah pengukuran sebagai berikut:
1) Bagian hulu & hilir daerah rencana bendung
2) Sepanjang rencana saluran terbuka dan penstock
3) Daerah rencana power house dan tailrace
4) Sepanjang rencana jalan masuk dan trafo

3.3 Soil Investigation


Hasil soil invetigation akan digunakan dalam perancangan struktur sipil berikut prediksi
biaya konstruksi & perawatannya.
Kegiatan soil investigation meliputi survey lapangan dan tes laboratorium. Survey
lapangan meliputi:
1. Pekerjaan bor tangan Kedalaman 5 m
2. Pekerjaan sondir Kedalaman 10 - 20 m
2

3.4 Analisis Dampak lingkungan


Lingkup kegiatan meliputi :
1. Pelaksanaan pembangunan PLTM di kawasan hutan lindung dengan mengunakan
analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
2. Pelaksanaan pembangunan PLTM di luar kawasan lindung berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 86 tahun 2002.
Lingkup kegiatan akan diutamakan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup no. 86
tahun 2002 yang memberikan kemudahan dalam pembangunan PLTM kapasitas < 10
MW dimana kajian detail hanya melakukan upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan
upaya pemantauan lingkungan (UPL) dengan kegiatan studi meliputi :
1. Menginventarisasi tentang kondisi lingkungan fisik dan pemanfaatannya oleh
masyarakat.
2. Identifikasi dampak rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik tenaga
minihidro.
3. Analisis parameter yang dikelola berdasarkan aspek fisika, biologi dan kimia
dengan metode sederhana.
4. Pembobotan dan tolok ukur dampak kepentingan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif.

3.5 Studi Kelayakan


Laporan studi kelayakan merupakan akumulasi dari data dan informasi yang telah
diperoleh pada studi semua aspek PLTM yang meliputi topografi, hidrologi, geologi, dan
analisis dampak lingkungan. Laporan ini memberikan kesimpulan berupa rekomendasi
opsi pembangunan yang dinilai layak berdasarkan hasil studi tersebut.
Lingkup Studi Kelayakan meliputi:
1. Rekomendasi akhir yang merupakan hasil pembandingan antar opsi: kelebihan &
kekurangan serta kekuatan & kelemahan dari sistem PLTM yang akan
direalisasikan
2. Membuat estimasi biaya pekerjaan konstruksi sipil, mekanikal/elektrikal, dan
jaringan
3. Evaluasi/analisis ekonomi

Hasil kajian studi kelayakan disusun dalam suatu pelaporan studi kelayakan yang
memuat:
1. Ringkasan hasil studi kelayakan hidrologi, meliputi :
Debit aliran di sungai atau saluran dimana lokasi PLTM direncanakan
akan dibangun.
Pengukuran dan survei data aliran secara langsung dengan penentuan head,
debit, kondisi aliran dan pengambilan contoh sedimen.
Hasil pencatatan data curah hujan dan sebaran curah hujan di sekitar
daerah tangkapan air.
Analisis debit banjir, debit minimum dan penempatan posisi atau elevasi
bangunan utama, saluran dan bangunan lainnya serta rumah pembangkit
yang aman terhadap debit banjir.
2. Ringkasan hasil analisis dan perencanaan awal kelayakan sipil, meliputi:
Perencanaan bangunan inti sistem pembangkit tenaga listrik minihidro
(PLTM) yang terdiri atas bendung, intake, bak pengendap, saluran
pembawa, bak utama, saluran pembuang, penstock, rumah turbin, tailrace
dan lain-lain.
Data geologi meliputi pengumpulan informasi tentang:

Pergerakan permukaan tanah yang mungkin terjadi, seperti


batuan dan permukaan tanah yang dapat bergerak bila turun hujan
lebat, pergerakan air dan lumpur.

Pergerakan tanah di bawah permukaan yang mungkin terjadi


seperti gempa atau tanah longsor.

Tipe batuan, tanah dan pasir.

Data dan analisis topografi meliputi pengumpulan peta dan informasi


tentang:

Keadaan kontur tanah yang digambarkan dalam peta topografi.

Tingkat kemiringan berdasarkan topografi lokasi-lokasi sistem


PLTM.

Letak terbaik untuk mendapatkan tinggi jatuhan air (head) yang


memadai.

3. Ringkasan mengenai analisis kelayakan Mekanikal/Elektrikal, meliputi :


Desk study referensi pemilihan turbin dan peralatan elektrikal & kontrol
berdasarkan spesifikasi teknis yang telah direncanakan.
Informasi dan bantuan teknis dari pabrikan penyedia peralatan mekanikal
elektrikal PLTM.
Informasi dari PLTM lain sebagai acuan perbandingan (benchmarking).
4. Ringkasan mengenai analisis kelayakan Ekonomi/Finansial
5. Ringkasan mengenai analisis kelayakan Sosial Budaya, memuat: kajian kondisi
sosial masyarakat untuk mengkaji dampak keberadaan program pengembangan
potensi PLTM terhadap kondisi kehidupan masyarakat setempat.
6. Ringkasan mengenai analisis kelayakan Lingkungan sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup no. 86 tahun 2002 yang memberikan kemudahan dalam
pembangunan PLTM kapasitas < 10 MW dimana kajian detail hanya melakukan
upaya pengelolaan lingkungan (UKL) dan upaya pemantauan lingkungan (UPL)
dengan hasil studi meliputi:
Hasil inventarisasi kondisi lingkungan fisik dan pemanfaatannya oleh
masyarakat.
Identifikasi dampak rencana pembangunan pembangkit tenaga listrik
tenaga minihidro.
Analisis parameter yang dikelola berdasarkan aspek fisika, biologi dan
kimia dengan metode sederhana.
Pembobotan dan tolok ukur dampak kepentingan yang bersifat kuantitatif
dan kualitatif.

3.6 Detail Engineering Design


Tahapan ini meliputi rangkaian pekerjaan sebagai berikut:
1. Persiapan Layout skema pembangkit secara detail, gambar saluran dan struktur
sipil, desain
2. Spesifikasi & Layout instlasi peralatan elektro mekanik, sistem transmisi dan
distribusi listrik.
3. Penyusunan RAB Proyek Pembangunan PLTM
4. Persiapan dokumen tender yang mencakup ruang lingkup pekerjaan dan rencana
anggaran biaya (BOQ).

3.6.1 Perencanaan Bangunan Sipil


Dalam suatu lokasi potensi pembangkit energi minihidro dapat dipetakan sebagai suatu
sistem yang terdiri dari beberapa komponen bangunan sipil seperti bendung (weir),
bangunan pengambil (intake), saluran pembawa (headrace), bak pengendap (settling
basin), bak penenang (forebay), bangunan dan saluran pelimpah (spillway), pipa pesat
(penstock tunnel), rumah pembangkit (power house) dan saluran pembuang (tail race).

Gambar 3.1a Skema Pembangkit Listrik Minihidro

Gambar 3.1b Skema PLTM head tinggi (1- lake, 2- dam, 3- canal, 4- tunnel, 5- intake, 6penstock, 7- powerhouse, 8- outlet, 9- river)

Bendung (Weir) dan Intake


Bendung (weir) didefinisikan sebagai bangunan yang berada melintang sungai yang
berfungsi untuk membelokkan arah aliran air. Konstruksi bendung (weir) bertujuan untuk
menaikkan dan mengontrol tinggi air dalam sungai secara signifikan sehingga elevasi
muka air cukup untuk dialihkan ke dalam intake pembangkit minihidro.
Konstruksi bendung dilengkapi dengan bangunan pengambilan (intake) yang berfungsi
mengarahkan air dari sungai masuk ke dalam saluran pembawa (headrace channel).
Perencanaan lengkap tentang bangunan air, baik bendung maupun bendungan kecil
(embung), menggunakan referensi
1) Perencanaan bendung menggunakan Standar Perencanaan Buku Kriteria
Perencanaan 2 Bagian Bangunan Utama (Ditjen. Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum, 1986).
2) Perencanaan Embung Kecil Untuk Daerah Semi Kering di Indonesia (Ibnu
Kasiro, Ditjen. Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, 1995).

3) Panduan Perencanaan Bendungan Urugan (Direktorat Bina Teknik, Ditjen.


Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, 1999).
4) Pedoman Perencanaan Bendungan Bangunan Sipil (SKSNI 0317311989).
5) Pedoman Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika Bangunan Sungai (SKSNI 03
17241989).
6) Pedoman Keamanan Desain Bendung (SKSNI 0324011991).

Gambar 3.2 Konstruksi Bendung

Saluran Pembawa Air


Bangunan saluran pembawa air (headrace channel) adalah untuk mengalirkan air dari
intake/settling basin ke bak penenang (forebay) dan untuk mempertahankan kestabilan
debit air.

Gambar 3.3 Konstruksi Saluran Pembawa (Headrace Channel)

Saluran air untuk sebuah pembangkit skala kecil, cenderung untuk memiliki bangunan
yang terbuka.
8

Bak Pengendap (Settling Basin)


Fungsi dan karakteristik bangunan ini adalah :
1) Bangunan yang menghubungkan intake dengan bak pengendap sehingga
panjangnya harus dibatasi.
2) Pengatur aliran air dari saluran penyalur sehingga harus mencegah terjadinya
aliran turbulen serta mengurangi kecepatan aliran masuk ke bak pengendap
sehingga perlu bagian yang melebar.
3) Bangunan untuk mengendapkan sedimen dimana untuk desainnya perlu dihitung
dengan formulasi hubungan panjang bak, kedalaman bak, antara kecepatan
pengendapan, dan kecepatan aliran.
4) Tempat penimbun sedimen, sehingga harus didesain mudah dalam pembuangan
sedimen.
5) Sebagai bangunan pelimpah (spillway) yang mengalirkan aliran masuk ke
bagian bawah dimana mengalir dari .

Bak Penenang (Forebay) dan Fasilitas Pendukung


Tujuan bangunan bak penenang (forebay) adalah sebagai tempat penenangan air dan
pengendapan akhir, penyaringan terakhir setelah settling basin, untuk menyaring bendabenda yang masih terbawa dalam saluran air. Forebay merupakan tempat permulaan pipa
pesat (penstock) yang mengendalikan aliran minimum, sebagai antisipasi aliran yang
cepat pada turbin, tanpa menurunkan elevasi muka air yang berlebihan dan menyebabkan
arus balik pada saluran.
Pipa Pesat (Penstock Pipe)
Pipa pesat (penstock pipe) adalah sebagai saluran tertutup (pipa) aliran air yang menuju
turbin yang ditempatkan di rumah pembangkit. Saluran ini yang akan berhubungan
dengan peralatan mekanik seperti turbin.
Kondisi topografi dan pemilihan sistem PLTM mempengaruhi tipe pipa pesat (penstock
pipe). Umumnya sebagai saluran ini harus dirancang secara benar sesuai ketinggian
(head) sistem PLTM.

Gambar 3.4 Pipa Pesat (Penstock Pipe)

Bangunan rumah pembangkit (power house) adalah sebagai bangunan yang berfungsi
untuk melindungi peralatan elektrikal mekanikal seperti turbin, generator, panel kontrol
dan lainnya dari segala gangguan. Gangguan yang dimaksud adalah cuaca, pencegahan
dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan dan pencurian peralatan barang tersebut.
Saluran Pembuang
Saluran pembuang (tailrace) bertujuan sebagai saluran pembuang aliran air dari rumah
pembangkit dan menggerakkan turbin. Saluran ini bersatu dengan rumah pembangkit dan
aliran sungai. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan rute saluran
pembuang antara lain :
1) Perkiraan tinggi genangan air pada rumah pembangkit ketika terjadi banjir
besar.
2) Menghindari penggenangan bantaran sungai dan permukaan tanah di sekitar
rumah pembangkit.
3) Fluktuasi dasar sungai pada daerah saluran pembuang.
4) Saluran pembuang harus diarahkan sesuai arah aliran sungai.

10

3.6.2 Perencanaan Sistem Mekanikal/Elektrikal


Secara teknis, minihidro memiliki 3 komponen utama air sebagai sumber energi, turbin
dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dan ketinggian
tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin) yang akan menumbuk turbin dimana
turbin sendiri dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi
energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian
ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling. Generator tersebut akan
menghasilkan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum
dialirkan ke rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses
minihidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik.
Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan dan energi
kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros. Putaran poros turbin ini
akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik.
Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi kelompok yang ditunjukkan tabel
3.1.

Tabel 3.1 Jenis Turbin

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan turbin adalah putaran kecepatan generator
yang tersedia Hal ini berpengaruh terhadap usia guna generator tersebut Kecepatan putar
turbin (rotation per minute rpm) sama dengan kemampuan kecepatan putar generator.

11

Tabel. 3.2 Daerah Operasi Turbin

Gambar 3.5 Turbin francis poros horisontal

Sistem Transmisi
Transmisi adalah komponen yang menghubungkan antara turbin dan generator. Sistem
ini hanya memiliki dua sistem yaitu menggunakan belt atau langsung dikopel (biasanya
menggunakan gearbox)
Sistem Transmisi Daya Langsung
Sistem transmisi daya langsung ini (direct drives), daya dari poros turbin rotor langsung
ditransmisikan ke poros generator yang bersatu dengan sebuah kopling. Konstruksi
sistem transmisi ini menjadi lebih kompak mudah untuk melakukan perawatan efisiensi
tinggi dan tidak memerlukan elemen mesin lain seperti belt dan pulley kecuali sebuah
kopling.

12

Sistem transmisi daya langsung (direct drives) menyebabkan generator yang digunakan
harus memiliki kecepatan putaran optimum yang hampir sama dengan kecepatan putaran
poros turbin (rotor) atau sekitar 15 % perbedaannya.
Sistem Trasmisi Tidak Langsung
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang sejajar Pemilihan jenis
sabuk bergantung pada besar kecilnya daya yang akan ditransmisikan. Sabuk merupakan
peran penting dalam menyerap beban kejut dan meredam pengaruh getaran Sabuk yang
digunakan umumnya jenis flat belt dan V-belt . Penggunaan sistem transmisi sabuk ini
memerlukan komponen pendukung seperti bantalan beserta asesorisnya dan kopling

Gambar 3.6 Instalasi sistem turbin-generator dengan transmisi daya langsung

Generator
Pemilihan Generator Sinkron Kapasitas sebuah generator dinyatakan dalam Volt Ampere.
Sebuah generator harus memiliki kapasitas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pada
saat beban maksimum . Dengan memperhatikan rugi rugi (losses) generator serta untuk
menjamin kinerja generator maka perlu adanya faktor keamanan biasanya ditentukan
25%.

13

Tabel 3.3 Kecepatan Standar Generator Sinkron

Sistem on grid yang disebut juga dengan generation with grid conections digunakan jika
energi yang dibangkitkan disalurkan melalui sistem jaringan transmisi yang tersedia
dengan tujuan komersialisasi. Komersialisasi ini sebaiknya menggunakan generator
sinkron sistem 3 fasa 4 kawat.
Sistem Kontrol
Sistem kontrol berfungsi untuk menyeimbangkan energi input dan energi output dengan
cara mengatur input (flow) atau

mengatur output (listrik) sehingga sistem akan

seimbang. Perubahan beban terhadap waktu peran sistem kontrol sangat penting untuk
menjaga stabilitas sistem terutama kualitas listrik yang dihasilkan pembangkit (tegangan
dan frekuensi). Tujuan pengontrolan pada PLTM adalah untuk menjaga sistem elektrik
dan mesin agar selalu berada pada daerah kerja yang diperbolehkan.
Flow control dapat diartikan sebagai pengaturan besarnya daya hidrolik berupa debit air
yang masuk ke turbin dengan mengatur katup turbin (guide vane).

14

Gambar 3.7 Typical sistem flow control

3.6.3 Perencanaan Jalur Transmisi


Perencanaan

jalur

transmisi

pendistribusian

daya

listrik

yang

terbangkitkan

menggunakan beberapa hal yang dapat dijadikan dasar antara lain :


1) Mudah untuk akses dan perawatan.
2) Kondisi tanah untuk tiang kuat dan stabil.
3) Diharapkan tidak ada masalah dalam pengalihan/penggunaan lahan.
4) Tidak ada masalah pada jarak dengan rumah dan pohon.
5) Dipilih jalur distribusi paling pendek.
6) Jika tiang dipasang di sekitar slope curam atau pada dasar jurang, hindarkan dari
potensi longsong.
7) Ketinggian konduktor dari atas tanah harus lebih dari 4 m.
Selain hal-hal di atas yang dapat dijadikan referensi untuk mendesain jaringan transmisi
dan distribusi harus mengacu pada standar dan petunjuk PT. PLN (Persero).

15

Penempatan lokasi trafo, dimana trafo step up harus diletakkan dekat rumah pembangkit
(power house) dan trafo step down harus diletakkan dalam atau dekat area pusat beban.
Penempatan tersebut harus diuji dan dipertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :
1) Mudah untuk akses dan pekerjaan-pekerjaan pergantian.
2) Dipisahkan dari bangunan-bangunan lain atau pepohonan dengan jarak yang
cukup.
3) Tipe yang terpasang pada tiang harus tidak rumit pelaksanaan dan komponen
pendukungnya.
4) Tipe di atas tanah harus dibangun tanpa menimbulkan masalah umum.

4. METODOLOGI PELAKSANAAN
4.1 Mekanisme Pelaksanaan
Apabila Studi Potensi telah dilakukan, tahapan selanjutnya adalah Studi kelayakan dan
detail engineering design.
Pelaksanaan proyek mengikuti arah diagram alir yang menunjukkan tahapan proses
berdasarkan level kelayakan studi.

16

17

Gambar 4.1 diagram alir tahapan proyek

18

Anda mungkin juga menyukai