KETUA
: ANASTASIA VIRGINIA
1401010030
1401010024
NATALIA SANTOSO
1401010037
ABSTRAK
ANASTASIA VIRGINIA (1401010030)
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan praktikum ini adalah untuk memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi
serta menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.
II.
TEORI / HIPOTESIS
Asam asetat (CH3COOH) adalah satu diantara asam lemah. Asam asetat dapat
aA + tT produk
dimana a molekul analit, A, bereaksi dengan t molekul pereaksi, T. Pereaksi T
yang disebut titran dalam wujud larutan yang konsentrasinya diketahui ditambahkan
secara kontinu dan biasanya diteteskan dari sebuah buret. Larutan ini disebut larutan
standar dan konsentrasinya ditentukan melalui proses standarisasi. Istilah titrasi
mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang dibutuhkan untuk mencapai
titik ekuivalen (Day, 1986).
Larutan standar dapat berupa asam atau basa yang telah diketahui
konsentrasinya dengan teliti. Larutan standar asam diperlukan untuk menetapkan
konsentrasi basa dan larutan standar basa diperlukan untuk menetapkan konsentrasi
asam. Keadaan dengan jumlah ekuivalen asam sama dengan basa disebut titik
ekuivalen. pH larutan mengalami perubahan selama titrasi dan titrasi diakhiri pada
saat pH titik ekuivalen telah tercapai (Supardi, 2006).
Fenolftalein digunakan sebagai indikator pH karena dalam titrasi ini
merupakan titrasi asam lemah oleh basa kuat yang memiliki titik ekuivalen diatas 7.
Indikator fenolftalein tidak berwarna dalam suasana asam dan berwarna merah muda
dalam suasana basa. Letak trayek fenolftalein di antara 8,0-9,6 sehingga pada pH di
bawah 8,0 larutan tidak berwarna dan di atas 9,6 warna merah muda, tidak berubah
intensitasnya (Day, 1986).
NaOH bersifat higroskopis, Jika NaOH berkontak dengan udara, maka NaOH
akan menyerap uap air yang terkandung dalam udara. Selain itu, NaOH akan bereaksi
dengan CO2 dari udara sehingga membentuk natrium karbonat dan air (Anonim B,
2015).
2NaOH (aq) + CO2 (g) Na2CO3 (s) + H2O (l)
-
Hal ini tentu mengurangi konsentrasi ion OH dalam larutan. Cara terbaik
untuk mengatasi masalah ini adalah menggunakan standar primer, dimana massa
padatan asam dapat ditimbang. Standar primer yang baik adalah senyawa yang tidak
dapat menyerap apapun dari udara dan memiliki massa molekul yang tinggi sehingga
tidak memerlukan jumlah mol yang besar untuk melakukan titrasi yang baik. Kalium
hidrogen ftalat memiliki rumus molekul KC8H5O4 tepat digunakan sebagai standar
primer karena senyawa ini adalah padatan asam monoprotik yang memproduksi satu
hidrogen yang terionisasi (Anonim B, 2015 ; Anonim C, 2015). KC 8H5O4 atau KHP
adalah zat berwarna putih yang dapat larut dan secara komersial tersedia dalam
keadaan sangat murni. Reaksi antara KHP dan natrium hidroksida adalah:
Hipotesis dalam praktikum ini adalah besar kadar cuka yang didapatkan dari
titrasi cuka dengan larutan NaOH standar memiliki besar sama dengan besar kadar
cuka yang tertera pada kemasan cuka makan yakni 25%.
III.
PROSEDUR KERJA
Langkah-langkah dalam praktikum sudah mengikuti panduan yang terdapat di
IV.
asam atau larutan basa. Cara yang digunakan adalah dengan meneteskan larutan basa
yang telah diketahui konsentrasinya ke dalam larutan asam yang ada di dalam
erlenmeyer yang ingin dicari konsentrasinya. Penetesan dilakukan hingga asam dan
basa tepat habis bereaksi.
Pengukuran kadar asam asetat dalam praktikum ini dilakukan dalam dua
tahap. Tahap pertama adalah standarisasi NaOH 0,1 M dengan larutan standar
KC8H5O4. Tahap kedua adalah titrasi cuka dengan larutan NaOH standar.
NaOH adalah jenis larutan yang dapat bereaksi dengan gas karbon dioksida
(CO2) yang terdapat di udara. Sifat NaOH higroskopis yang mudah mengikat air dan
mudah bereaksi dengan CO2 di udara akan mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH
yang dibuat meskipun reaksi berlangsung lambat. Oleh karena itu, sebelum
melakukan proses titrasi, larutan NaOH perlu distandarisasi terlebih dahulu dengan
KC8H5O4. Hal ini dilakukan agar hasil konsentrasi asam asetat dalam cuka yang
didapat akurat.
Standarisasi ini dilakukan sebanyak 2 kali agar didapat konsentrasi NaOH
yang lebih akurat. Volume NaOH yang terpakai untuk mencapai titik akhir titrasi
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Hasil Standarisasi NaOH dengan KC8H5O4
Percobaan ke-n
17,9 mL
17,8 mL
Rata-rata
17,85 mL
Titrasi cuka dengan larutan standar NaOH dilakukan sebanyak dua kali untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat. Volume NaOH yang dibutuhkan untuk
mencapai titik ekuivalen pada titrasi cuka adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Hasil Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH
Percobaan ke-n
28,5 mL
24,8 mL
Rata-rata
26,65 mL
Selisih volume NaOH yang diperlukan pada percobaan ke-1 dan ke-2 berbeda
cukup signifikan yakni 3,7 mL. Faktor yang menyebabkan galat ini dapat terjadi
adalah karena saat praktikum, larutan KC8H5O4 percobaan pertama yang telah ditetesi
2 tetes indikator fenolftalein tidak segera dititrasi dengan larutan NaOH. Pada
indikator fenolftalein, terdapat senyawa fenol (C 6H6O) yang memiliki karakteristik
volatil atau mudah menguap (US National Library of Medicine, 2015). Jika larutan
yang telah ditetesi indikator fenolftalein tidak segera direaksikan, maka fenol dalam
indikator fenolftalein akan menguap sehingga jumlah indikator fenolftalein dalam
larutan
KC8H5O4 akan
berkurang.
Indikator
fenolftalein
yang
seharusnya
menunjukkan titik akhir titrasi, akibat pengurangan jumlah indikator fenolftalein ini
menyebabkan titik akhir titrasi yang ditunjukkan akan melewati titik akhir titrasi yang
sebenarnya sehingga volume titran yang diperlukan akan lebih banyak.
Konsentrasi asam cuka dapat dihitung dengan menggunakan data volume
NaOH, konsentrasi NaOH setelah distandarisasi, dan volume asam asetat pada cuka.
Molaritas cuka yang telah diencerkan yaitu sebesar 0,292 M, maka konsentrasi
cuka sebelum diencerkan dapat dihitung sebagai berikut.
Kadar asam asetat dalam cuka makan dalam % volume yang didapat dari
perhitungan sebagai berikut.
Kadar yang tertera pada kemasan cuka makan sebesar 25%, sedangkan dari
praktikum ini didapatkan kadar cuka sebesar 33,43%. Hipotesis awal adalah besar
kadar asam asetat yang didapatkan dari praktikum ini sama dengan besar kadar asam
asetat pada cuka komersil. Ternyata hipotesis ini tidak tepat karena kadar yang
didapatkan pada praktikum ini memiliki selisih yang cukup signifikan terhadap kadar
cuka komersil. Perbedaan ini mungkin terjadi karena hasil dari beberapa galat.
1. Kesalahan dalam pembacaan volume larutan NaOH dalam
buret
Karena larutan di dalam buret adalah larutan standar NaOH yang berwarna
bening maka pembacaan volumenya berdasarkan meniskus bawah sedangkan
larutan yang memiliki warna dibaca berdasarkan meniskus atas. Pengamat
yang berbeda dan ketidak-konsisten-an untuk membaca meniskus bawah
menyebabkan ketidak-tepatan data yang diperoleh. Mata pengamat saat
membaca volume larutan NaOH harus sejajar dengan meniskus bawah buret.
2.
3.
Pengamatan perubahan warna indikator yang kurang baik sehingga titik akhir
titrasi melebihi titik ekuivalen
Pengamat yang berbeda tentu memiliki pengamatan yang berbeda sehingga
untuk mendapatkan data yang akurat, pengamat yang mengamati setiap
percobaan harus tetap atau konsisten.
4.
5.
V.
KESIMPULAN
VI.
REFERENSI
Anonim A. 2015. Apa itu Asam Asetat? Ketahui Cara Pembuatan & Manfaatnya.
http://www.amazine.co/25619/apa-itu-asam-asetat-ketahui-cara-pembuatanmanfaatnya/ [12 April 2015].
Anonim B. 2015. Sodium Hydroxide (NaOH).
http://www.monashscientific.com.au/NaOH.htm [12 April 2015].
Anonim C. 2015. Sodium Hydroxide (NaOH).
http://www.digipac.ca/chemical/mtom/contents/chapter4/titrationstd.htm [12
April 2015].
Ardhiansyah, H. 2015. Asam Asetat.
http://www.academia.edu/7687384/Asam_Asetat/ [12 April 2015].
Chang, Raymond. ____. Kimia Dasar Konsep-konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
Day Jr., R.A., dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (edisi ke-5).
Translated by Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Ph.D. Jakarta: Erlangga.
Iswaldi, I., Tjahjono, M., Nurkhoeriyati, T. 2014. Penentuan Kadar Asam Asetat
dalam Cuka Makan. Tangerang: Modul Praktikum Kimia Analitik.
VII.
A.
APPENDIX
ftalat?
5. a) Suatu larutan yang mengandung 25 mg KHP digunakan untuk
menstandarisasi larutan NaOH. Bila dalam titrasi ini dibutuhkan 11,7 mL larutan
NaOH untuk mencapai titil ekuivalen, hitung berapakah konsentrasi larutan standar
NaOH.
b) Sebanyak 2 mL larutan asam cuka diencerkan hingga menjadi 100 mL. 10 mL dari
larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi pada
pertanyaan a) di atas. Rata-rata volume titran yang dibutuhkan adalah 20 mL.
Hitunglah konsentrasi larutan asam cuka mula-mula sebelum diencerkan dalam satuan
% w/v.
Jawaban:
1. Titik ekuivalen adalah keadaan yang secara stoikiometri titran dan titrat tepat
habis bereaksi sehingga jumlah mol ekuivalen basa yang ditambahkan sama dengan
jumlah mol ekuivalen asam yang dinetralkan. Titik akhir adalah titik saat titrasi harus
dihentikan ditandai dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan titrat. Agar
terjadi perubahan warna sebagai penanda berakhirnya titrasi, indikator asam basa
diberikan pada larutan titrat.
2. Indikator asam basa yang akan digunakan dalam percobaan ini adalah
phenolftalein dengan trayek pH antara 8,0 - 9,6 dan perubahan warna dari tidak
berwana menjadi merah muda. Pada percobaan pertama akan distandarisasi larutan
NaOH 0,1 M (yang bersifat basa kuat) dengan larutan standar KC 8H5O4 (yang bersifat
asam lemah, pH = 5,4) dan pada percobaan kedua akan dilakukan titrasi cuka (yang
bersifat asam lemah) dengan larutan standar NaOH 0,1 M (yang bersifat basa kuat).
Karena sifat basa yang lebih dominan maka hasil titrasi cenderung bersifat basa maka
perubahan warna yang akan diamati pada larutan titrat adalah merah muda.
3.
Sumber: http://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/
Gambar 7.1 Struktur Molekul Indikator Fenolftalein
4. Sebab larutan NaOH dapat bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO 2) yang
ada di udara sehingga mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH tersebut menjadi
tidak stabil dan dapat berubah setiap saat.
5. (a)
(b)
B.
Jawaban:
1.
2.
Berdasarkan
praktikum
yang
telah
dilakukan,
galat
yang
terjadi
C.
DOKUMENTASI
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(g)
(f)
(h)
(i)
(k)
(j)
(l)
Keterangan:
(a)
Pengenceran 25 mL larutan NaOH 1 M menjadi 250 mL larutan NaOH 0,1 M
(b)
Perakitan buret
(c)
Pengambilan 10 mL larutan KC8H5O4
(d)
Pemberian 2 tetes indikator phenolftalein ke dalam 10 mL larutan KC8H5O4
(e)
Pemasukkan larutan NaOH 0,1 M ke dalam buret
(f)
Titrasi untuk menstandarisasi larutan NaOH 0,1 M dengan larutan standar
KC8H5O4
(g)
Hasil titrasi standarisasi KC8H5O4 trial 1
(h)
Hasil titrasi standarisasi KC8H5O4 trial 2
(i)
Pemasukkan 10 mL larutan cuka (dari 5 mL larutan cuka yang diencerkan
20x) ke dalam erlenmeyer
(j)
Pemberian 2 tetes indikator phenolftalein ke dalam 10 mL larutan cuka
(k)
Hasil titrasi cuka dengan larutan NaOH standar trial 1
(l)
Hasil titrasi cuka dengan larutan NaOH standar trial 2