Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN

MANAJEMEN DAN PENGENDALIAN


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah
Sistem Pengendalian Manajemen
Dosen : Galih Fajar Muttaqin, SE., Ak., M.Ak,

Disusun oleh :
Ayu Haerliani (5552132560)
Azhar Setya (5552132404)
Melati Ramadhani (5552132288)
V E Akuntansi
Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2015 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas hadirat-Nya dimana atas berkat-Nya kami dapat
bekerja dengan baik dalam menyusun makalah Sistem Pengendalian Manajemen tentang
Pengendalian tindakan, Personel, Dan Budaya. Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang
diberikan kepada kami dimana dosen mata kuliah Sistem Pengendalian Manajemen kami adalah
bapak Galih Fajar Muttaqin, SE., Ak., M.Ak,.
Adapun makalah ini telah kami usahakan semaksimal mungkin.Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada Tuhan YME .Selain itu, kami mengucapkan terima
kasih juga kepada pihak - pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini secara
langsung maupun tidak langsung.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya.Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran
dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengendalian manajemen dapat berupa pengendalian tindakan, pengendalian hasil serta


pengendalian Personel dan Budaya (Merchant, 2007). Pengendalian tindakan terdiri dari
batasan fisik, mekanisme dan prosedur yang menyangkut batasan wewenang untuk
mengambil keputusan, kebijakan-kebijakan, prosedur operasi, review sebelum tindakan
dilakukan dan pertanggungjawaban tindakan nampaknya tidak sesuai dengan perilaku
professional yang dididik untuk mendiri dan mengembangkan self control. Di dalam
organisasi yang didominasi oleh pekerja profesional, penerapan bentuk pengendalian tindakan
yang mendominasi dan membatasi aktivitas para profesional untuk mengatur diri sendiri dapat
menimbulkan konflik (Derber dan Schwartz,1991, Abernethy dan Stoelwinder,1995).
Hasil-hasil pengendalian tidak hanya merupakan bentuk dari pengendalian manajemen.
Manajer-manajer dapat menambah atau mengganti hasil-hasil pengendalian dengan bentuk
lain dari pengendalian yang menjalankan tujuan yang sama yaitu untuk membuat karyawan
berperilaku sesuai dengan yang diharapkan oleh organisasi perusahaan.
Seperti salah satu kategori yang penting dari pengendalian, tindakan-tindakan
pengendalian, dimasukkan untuk memastikan bahwa karyawan melakukan (atau tidak
melakukan) tindakan-tindakan tertentu yang diketahui dapat menguntungkan (atau
merugikan) organisasi. Walaupun tindakan-tindakan pengendalian umumnya digunakan
dalam organisasi, tindakan-tindakan pengendalian tidak efektif dalam setiap situasi. Tindakantindakan pengendalian berguna dan efektif hanya ketika manajer mengetahui tindakan apa
yang diinginkan (atau tidak diinginkan) dan memiliki kemampuan untuk memastikan bahwa
tindakan-tindakan yang diinginkan dapat terjadi (atau tindakan-tindakan yang tidak
diinginkan tidak terjadi).

1.2 Rumusan Masalah


- Bagaimana penjelasan mengenai pengendalian tindakan?
- Apa itu pencegahan versus deteksi?
- Pada saat kondisi seperti apa pengendalian itu bisa efektif?
- Apa itu pengendalian personel?
- Bagaimana dengan pengendalian budaya?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah :
- Untuk mengetahui Bagaimana penjelasan mengenai pengendalian tindakan
- Untuk mengetahui Apa itu pencegahan versus deteksi
- Untuk mengetahui Apa itu pengendalian personel

Untuk mengetahui Bagaimana pengendalian budaya

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGENDALIAN TINDAKAN


A. Pengendalian tindakan
Pengendalian tindakan merupakan bentuk pengendalian yang paling langsung berusaha
mempengaruhi perilaku karyawan dengan cara memastikan karyawan bertindak sesuai
yang diinginkan organisasi. Pengendalian tindakan terdiri dari 4 bentuk dasar, yaitu :
1. Pembatasan perilaku adalah bentuk negatif dari pengendalian tindakan. Organisasi
melakukan pembatasan bagi karyawan untuk melakukan hal yang tidak seharusnya.
Pembatasan ini dapat berupa administratif maupun fisik. Contoh pembatasan fisik :
penggunaan kunci, password dan pembatasan akses karyawan ke area-area tertentu.
Pembatasan administratif dapat digunakan untuk membatasi kemampuan karyawan
untuk melaksanakan seluruh atau hanya sebagian porsi dari tugas maupun tindakan
tertntu. Contohnya pembatasan kewenangan pengambilan keputusan tertentu dan
pembagian tugas (segregation of duties). Terkadang pembatasan fisik dan administratif
dapat dikombinasikan dengan suatu istilah yang disebut sebagai poka-yokes yang
dirancang membuat suatu sistem atau proses menjadi foolproof. Poka-yoke adalah
tahapan yang dibangun ke dalam sebuah proses untuk mencegah terjadinya
penyimpangan (deviasi) dari urutan tahap yang benar.
2. Penilaian Tindakan
Penilaian tindakan mencakup adanya penyelidikan kritis terhadap rencana tindakan
para karyawan yang dikendalikan. Penilaian tindakan dilakukan saat proses
perencanaan dan penganggaran, dengan review atas rencana tindakan kemudian
menyetujui/tidak rencana tersebut, memodifikasi rencana atau meminta mengubah
rencana, sebelum melakukan persetujuan.
3. Akuntabilitas Tindakan
Akuntabilitas tindakan ialah meminta karyawan untuk bertanggung jawab atas
tindakan yang mereka lakukan. implementasi akuntabilitas tindakan memerlukan:
1. Medefinisikan tindakan yang dapat diterima/tidak
2. Mengkomunikasikan kepada karyawan
3. Mengamati dan melacak apa yang terjadi
4. Memberi penghargaan atas tindakan yang baik dan memberi hukuman atas
tindakan yang salah.

Akuntabilitas tindakan biasanya diimplementasikan dengan negative reinforcement, yaitu


tindakan lebih sering dihubungkan dengan hukuman daripada reward.

4. Redundansi
Meliputi penugasan lebih banyak karyawan (atau peralatan) untuk melakukan suatu tugas
dibandingkan jumlah yang sesungguhnya dibutuhkan dan dilakukan dengan menugaskan
lebih banyak karyawan/mesin untuk mengerjakan tugas melebihi yang dibutuhkan, atau
paling tidak menyediakan karyawan cadangan dengan tujuan meningkatkan kemungkinan
tugas dikerjakan secara memuaskan.
1.2 PENGENDALIAN TINDAKAN DAN MASALAH PENGENDALIAN
Pengendalian tindakan dapat berjalan baik karena, seperti jenis pengendalian lain.
Pengendalian tintadakan mengatasi satu atau lebih dari tiga permasalahan dasar
pengendalian.
Jenis pengendalian
tindakan
Kurangnya
pengarahan
Pembatasan perilaku
Penilaian pratindakan
Akuntabilitasi tindakan
Redundasi

X
X

Masalah
pengendalian
Masalah motivasi

Pembatasan
perorangan

X
X
X
X

X
X
X

Tabel diatas menunjukkan tipe-tipe masalah yang diakibatkan oleh masing-masing


pengendalian tindakan.
1.3 PENCEGAHAN VERSUS DETEKSI
Pengendalian tindakan dapat diklasifikasikan berdasar tujuannya sebagai pencegahan
atau deteksi perilaku yang tidak diinginkan. Pembedaan ini penting karena pengendalian
yang dapat mencegah hal yang tidak diinginkan, apabila efektif, akan menjadi bentuk
pengendalian terkuat karena biaya atas perilaku yang tidak diinginkan tidak akan terjadi.
Pengendalian jenis deteksi berbeda dengan jenis pencegahan karena diaplikasikan setelah
perilaku yang tidak diinginkan terjadi. Pengendalian ini dapat efektif jika deteksi tepat
waktu sehingga dapat menghentikan perilaku yang tidak diiinginkan dan koreksi atas efek
dari perilaku tersebut.
1.4 KONDISI MENENTUKAN EFEKTIFITAS PENGENDALIAN TINDAKAN

1. Perusahaan dapat menentukan tindakan yang diinginkan atau tidak


pengetahuan mengenai tindakan yang diingkan dapat diperoleh dengan dua cara dasar :
1.

Analisis pola tindakan/hasil pada situasi tertentu untuk mempelajari tindakan apa
yang menghasilkan hasil yang terbaik

2.

Mendapat informasi dari orang lain mengenai tindakan mana yang diinginkan,
terutama untuk keputusan strategis (misal : menggunakan konsultan).

2. Perusahaan dapat memastikan bahwa tindakan yang (tidak) diinginkan itu (tidak) terjadi.
1.

efektivitas pembatasan perilaku dan review pratindakan tergantung pada


keandalan alat-alat atau prosedur administratif yang dipasang oleh perusahaan untuk
memastikan tindakan yang (tidak) diinginkan itu (tidak) terjadi

2.

efektifitas akuntabilitas tindakan memerlukan action tracking yang tepat. Untuk


mengetahui action tracking sudah tepat ada beberapa kriteria :
1.

precision (ketepatan) merujuk pada jumlah kesalahan dalam indikator


yang digunakan untuk mengetahui tindakan apa saja yang telah dilakukan.

2.

Objectivitas atau terbebas dari bias, laporan atas tindakan yang telah
terjadi bebas dari bias.

3.

Timeliness (ketepatan waktu) action tracking dilakukan tepat waktu


sehingga intervensi dapat dilakukan sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.

4.

Understandibility (dapat dimengerti); tindakan yang diperhatikan atas


individu dapat dipahami.

1.5 PENGENDALIAN PERSONEL


Pengendalian personel berusaha untuk membangun kecenderungan karyawan untuk
mengendalikan/memotivasi dirinya sendiri.
Tujuan pengendalian personel :
1. Memastikan karyawan mengetahui apa yang diinginkan organisasi
2. Memastikan tiap karyawan dapat bekerja dengan baik, dan memiliki kemampuan
(pengalaman, pengetahuan) dan sumberdaya (informasi, waktu) yang cukup untuk
melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik.
3. Meningkatkan kemungkinan tiap karyawan melaksanakan pengawasan pada dirinya
sendiri (self monitoring).

Pengendalian personel dapat diimplementasikan melalui :


1.

Seleksi dan penempatan


preditor of success : pendidikan, pengalaman, kesuksesan di masa lampau dan kepribadian serta
kemampuan sosial
seringkali juga termasuk mengecek referensi kryawan baru

2.

Pelatihan
menyediakan informasi yang berguna mengenai tindakan atau hasil apa yang diekpektasikan dan
bagaimana tugas harus dikerjakan.

3.

Desain pekerjaan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan


desain pekerjaan harus sesuai dengan spesifikasi karyawan yang telah direkrut. Sumberdaya
kepada jenis pekerjaan tertentu harus tersedia, contohnya informasi, peralatan, persediaan,
dukungan staff, bantukan pembuatan keputusan, atau kebebasan dari interupsi.

1.6 PENGENDALIAN BUDAYA


Pengendalian budaya didesain untuk mendukung adanya pemantauan bersama (mutual
monitoring); bentuk yang kuat dari tekanan kelompok terhadap individu yang melenceng
dari nilai dan norma kelompok. Pengendalian budaya akan sangat efektif bila anggota
kelompok memiliki ikatan emosial yang kuat.
Perusahaan dapat membentuk budaya perusahaan dalam beberapa cara yaitu :
1.
Kode etik
Kode didesain untuk membantu karyawan memahami perilaku apa yang diharapkan
meski tidak ada peraaturan yang spesifik; itupun kodenya lebih didasarkan pada prinsip
dibandingkan hanya didasarkan pada peraturan. Kode ini dapat meliputi pesan penting
mengenai dedikasi terhadap kualitas maupun kepuasan pelanggan, perlakuan yang adil
pada pelanggan dan karyawan, keamanan karyawan, inovasi, pengambilan resiko,
ketaatan pada prinsip etis, komunikasi yang terbuka, dan kesediaan untuk berubah.
2. Imbalan kelompok
yaitu memberi imbalan atas pencapaian kelompok/divisi. Imbalan kelompok dapat
menciptakan teamwork, pelatihan terhadap pegawai baru oleh senior, dan adanya tekanan
dari rekan kerja kepada individu untuk bekerja keras demi kepentingan kelompok.
3.

Pendekatan lain untuk membentuk budaya perusahaan :


1.

Mutasi intraorganisasi/rotasi karyawan atau transfer antarperusahaaan


Membantu menyebarkan budaya denga meningkatkan sosialisasi antar karyawan
dalam perusahaan, memberi mereka pemahaman atas maslah yang ditemui bagian lain
dalam organisasi, dan menghambat terciptanya tujuan dan pandangan yang tidak
sesuai. Rotasi karyawan juga berpotensi untuk memitigasi penipuan karyawan dengan

mencegah karyawan menjadi terlalu familiar dengan entitas, aktivitas, rekan kerja
dan/atau transaksi sebagai mitigasi risiko fraud.
2.
Pengaturan fisik kantor
contohnya penataan kantor, arsitektur dan dekorasi interior serta pengaturan sosial
seperti dresscode dan kosakata, dapat membantu membentuk budaya dalam organisasi.
3.

Tone at the top (manajemen puncak menjadi panutan)


Manajer menjadi panutan dalam membentuk budaya yang diinginkan. Pernyataan
mereka harus konsisten dengan tipe budaya yang sedang mereka coba untuk ciptakan,
dan yang penting tindakan dan perilaku mereka harus konsisten dengan pernyataan
mereka.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pengendalian tindakan, bertujuan untuk memastikan bahwa karyawan melakukan (atau
tidak melakukan) tindakan-tindakan tertentu yang diketahui dapat menguntungkan (atau
merugikan) organisasi. Walaupun tindakan-tindakan pengendalian umumnya digunakan dalam
organisasi, tindakan-tindakan pengendalian tidak efektif dalam setiap situasi. Tindakan-tindakan
pengendalian berguna dan efektif hanya ketika manajer mengetahui tindakan apa yang
diinginkan (atau tidak diinginkan) dan memiliki kemampuan untuk memastikan bahwa tindakantindakan yang diinginkan dapat terjadi (atau tindakan-tindakan yang tidak diinginkan tidak
terjadi).
Pengendalian personel. Pengendalian personel meliputi setiap tindakan yang diambil oleh
manajer untuk membuat kemungkinan besar karyawan-karyawan mereka akan melakukan tugastugas yang diinginkan dengan memuaskan atas kemauan mereka sendiri, sebagai contoh
karyawan-karyawan dalam bekerja berpengalaman, jujur, dan pekerja keras.
Pengendalian budaya, diciptakan guna membentuk norma perilaku perusahaan dan guna
mendorong karyawan untuk memantau dan mempengaruhi perilaku antara satu karyawan dan
karyawan lain. Pengendalian budaya berlangsung di mana manajer mengambil tindakan-tindakan
untuk membentuk norma perilaku organisasional dan untuk mendorong karyawan untuk
mengawasi dan mempengaruhi perilaku satu dengan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Merchant, Kenneth A., & Van der Stede, Wim A (2014). Sistem Pengendalian Manajemen:
Pengukuran Kinerja, Evaluasi, dan Intensif Edisi 3. Jakarta: Salemba Empat
http://kodomogasuki.blogspot.co.id/2015/05/sistem-pengendalian-manajemen-mid-on.html
http://hpcrates.blogspot.co.id/2011/06/tindakan-personalia-dan-pengendalian.html

Anda mungkin juga menyukai