SGD I Geriatri
SGD I Geriatri
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang proses menua semakn sering muncul seiring denngan semakin
bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Penelitian-penelitian mengenai
perubahan yang terkait usia merupakan area yang menarik dan penting belakangan ini.
Berbagai aspek mengenai proses menua banyak dibahas seperti aspek social, psikologi,
ekonomi atau fisik.
Telah banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh interkasi
antara faktor genetic dan lingkungan. Usia kronologi yang diukur dengan tahun dan usia
fisiologis yang diukur dengan kapasitas fungsional tidaklah selalu seiring sejalan. Seseorang
dapat terlihat lebih muda atau lebih tua dari umurnya, dan mungkin memiliki kapasitas
fungsional yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diperkirakan dimilikinya pada umur
tertentu.
Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut,
melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berkahir dengan
kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut umumnya menjadi lebih terlihat setelah
usia 40 tahun.
Proses menua syogianya dianggap sebagai suatu proses normal dan tidak selaiu
menyebabkan gangguan fungsi organ atau penyakit. Berbagia faktor, seperti faktor genetic,
gaya hidup, dan lingkungan, mungkin lebih besar mengakibatkan gangguan fungsi, daripada
penambahan usia itu sendiri. Laju kematian untuk banyak penyakit meningkat seiring dengan
menuanya seseorang, terutama disebabkan oloeh menurunnya kemampuan orang usia lanjut
berespon terhadap stress, baik stress fisik maupun psikologik.
Penelitian-penelitian mengenai perubahan akibat proses menua menjadi semakin
popular dan dirasakan penting pada tahun-tahun belakangan ini seiring dengan semakin
bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Berbagai artikel ilmiah dan
popular semakin banyak membincangkan masalah proses menua tersebut dari berbagai aspek
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
SKENARIO
LBM I AGING PROCES
Seorang nenek berusia 75 tahun diantar keluarganya ke puskesmas dengan keluhan badan
lemas. pasien mengatakan tidak sekuat saat dia masih muda, kulitnya juga keriput sudah
tidak kencang seperti dulu, penglihatannya kabur, nafsu makan menurun dan dirasakan
tubuhnya semakin kurus dari hari ke hari. Selain itu, si nenek juga mengeluh selalu merasa
kedinginan, BAK juga lebih sering serta konstipasi. pasien sering mengeluh sempoyongan
saat bangun tidur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70 mm Hg, HR 88x/menit, RR
24x/menit.
Pasien juga merasa sedih karena saat ini untuk melakukan aktifitas sehari-hari saja
selalu butuh bantuan orang lain, tidak bisa mandiri lagi. Kemudian dokter puskesmas
menjelaskan apa yang terjadi pada pasien dan memberikan beberapa saran, termasuk
pengaturan dosis obat ke pasien dan keluarganya.
2.2.
TERMINOLOGI
Aging proses merupakan proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system
fisilogis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seacra
eksponensial.
Konstipasi merupakan keadaan frekuensi buang air besar < 3x/minggu dengan
konsistensi keras dan kecil-kecil disertai rasa sakit
2.3.
KEYWORD
Wanita
Usia
Keluan Utama
Keluhan penyerta
: 75 tahun
: merasa lemah
: tidak sekuat saat dia masih muda, kulitnya juga keriput sudah
tidak kencang seperti dulu, penglihatannya kabur, nafsu makan menurun dan dirasakan
3
tubuhnya semakin kurus dari hari ke hari. selain itu, si nenek juga mengeluh selalu
merasa kedinginan, BAK juga lebih sering serta konstipasi. pasien sering mengeluh
sempoyongan saat bangun tidur. Pasien juga merasa sedih karena saat ini untuk
melakukan aktifitas sehari-hari saja selalu butuh bantuan orang lain, tidak bisa mandiri
2.4.
lagi.
Pemeriksaan Fisik : TD 90/70 mmHg, HR 88x/menit, RR 24x/menit.
JAWABAN PERMASALAHAN
kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses
menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia
semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh
yang dapat mempengaruhi susunan molekular.
c) Teori Wear And Tear
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal
memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear
and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan
akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
d) Teori Glikosilasi
Menyatakan bahwa proses glikosilasi non enzimatik yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein yang disebut sebagai
mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus
berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa
yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah
metabolik.
f) Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat
mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan
perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
untuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
g) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi
di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan
bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen
pada proses penuaan.
Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat
menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang
menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel
akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.
Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan
limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan
mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA.
i) Senescence Theories
Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-faktor
tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang: tertawa; ambisi
rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan keluarga baik, kebebasan
dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang memiliki tujuan, dan pandangan hidup
positif. Wacana yang timbul dari teori ini adalah sindrom penuaan merupakan
sesuatu yang universal, progresif, dan berakhir dengan kematian.
j) Teori DNA Repair
Teori ini dinyatakan oleh hart dan setlow (1998). mereka menyatakan adanya
perbedaan pada pola jalur repair kerusakan DNA yang di Induksi sinar ultraviolet
pada berbagai fibroblast yang dikultur.
Fibroblast pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang
menunjukkan laju DNA repair. Teori ini atau biasa di sebut mitochondrial
DNA(mtDNA) repair terkait erat dengan teori radikal bebas yang sudah diuraikan di
atas, karena sebagian besar radikal terutama reactive oxygen spesies (ROS)
dihasilkan melalui fosforillasi oksidatif yang terjadi di mitokondria. Mutasi DNA
mitokondria dan pembentukan ROS di mitokondria saling mempengaruhi satu sama
lain, membentuk vicious yang secara eksponensial memperbanyak kerusakan
oksidatif dan disfungsi seluler yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel.
Mutasi mtdna pada manusia terutama terjadi pada umur setelah 30-an,
terakumulasi seiring pertambahan umur dan jaringan melebhi 1 %. Rendahnya
jumlah mutasi mtDNA yang terakumulasi ini diakibatkan proses repair yang terjadi
ditingkat mitokondria.. Bukti bukti menunjukkan gangguan repair pada kerusakan
oksidatif ini menyebabkan percepatan proses penuaan. Selain itu, mutasi mtDNA
akibat gangguan repair ini juga terkait dengan munculnya keganasan, DM dan
penyakit penyakit neuro degenerative.
2.4.2
2.4.3
penuaan.
Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan
2.4.4
2004).
Statin
Statin dapat meningkatkan eNOS, menghambat respon inflamasi, mempunyai
efek antioksidan, memperbaiki fungsi endotel, dan menurunkan aktivasi platelet.
Pada Alzheimer, terjadinya komplex beta amyloid dan Cu2+ merupakan katalisator
dari H2O2 yang merupakan hasil dari oksidasi cholesterol. Baik H2O2 dan
kompleks A-Cu sangat berperan terjadinya degenerasi sel (Puglielli et al., 2005,
DeKosky., 2005). Penelitian secara klinis menunjukkan bahwa atorvastatin
bermakna untuk penderita Alzheimer serta dapat memperbaiki fungsi kognisi
(Spark et al., 2006, Parale et al., 2005).
11
2.4.5
2.4.6
Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang
pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.
b) Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan
akibat proses menua:
Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini
adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk
mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).
Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin.
Implikasi dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga
berdampak pada gangguan konduksi suara.
c) Perabaan
Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah
kehilangan orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu
muda dan tidak mngundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari
13
e) Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung
terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok,
obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah
penurunan sensitivitas terhadap bau.
B. Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolantonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.
Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal
pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang
terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan
jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih
kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar
eksokrin dan kelenar sebasea.
Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan
tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang
14
6,3% BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air
berkurang sebesar 2,5% per dekade.
a) Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
stratum koneum akibat proses menua:
Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal
ini adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh
lebih lama.
Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.
b) Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses
menua:
Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan dalam proses perbaikan
sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini
adalah pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah
terjadi pemisahan antar lapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan
merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi.
terhadap
sinar
ultraviolet
berkurang
dan
terjadinya
15
c) Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses
menua:
d) Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses
menua:
Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini
adalah gangguan fungsi perlindungan dari kulit.
16
Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi
lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.
Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon
dalam keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.
Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia
berkurang.
b) Sistem Muskular
17
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
proses menua:
c) Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua:
Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah
nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas.
Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
risiko cedera.
Konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal ini adalah
refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan
penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna
sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan
penumpukan darah.
19
Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal ini
adalah penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume.
Kalsifikasi
kartilago
kosta,
kekakuan
tulang
iga
pada
kondisi
Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Implikasi dari
hal ini adalah atelektasis.
Kelenjar mukus kurang produktif. Implikasi dari hal ini adalah akumulasi
cairan, sekresi kental dan sulit dikeluarkan.
Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Implikasi dari hal ini adalah tidak ada
perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru pada gangguan
asam basa.
Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
20
Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh,
penurunan cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan
untuk memekatkan urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total
cairan tubuh dan risiko dehidrasi.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat
proses menua:
a) Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat
proses menua:
Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa
dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa
yang sama kualitasnya.
Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan
epitelium dan mengandung keratin.
Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang
telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme
sebagai berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan
lunak, remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan
penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah
mengalami penurunan.
22
Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi
penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzimenzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang
tinggi (250-300 mg/dL).
Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler
benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun.
b) Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
akibat proses menua:
Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi
jaringan payudara dan genit
23
2.4.7
2.4.8
24
e) Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua.
f) Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia
lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia,
sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan
faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
g) Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal
yang biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan
penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan
mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan
kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh,
fraktur panggul, dan mortalitas.
2.4.9
Penyebab kulit keriput, penglihatan kabur, nafsu makan menurun, sering kedinginan,
BAK lebih sering, konstipasi, dan sempoyongan saat bangun
a. Kulit keriput
Terjadi akibat kehilangan jaringan lemak sehingga kulit menjadi mengkerut,
selain itu permukan kulit cenderung menjadi kusam, kasar, serta bersisik
dikarenakan kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran & bentuk sel
epidermis.
b. Nafsu makan menurun dan konstipasi
Pada lansia umumnya terjadi penurunan sensitivitas indra pengecap, adanya
iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya
sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap
penurunan
pengosongan menjadi terlambat dan lama. Sedangkan sensitivitas rasa lapar dan
25
nafsu makan dipengruhi oleh pengosongan lambung. Maka dari itu bila terjadi
keterlambatan pengosongan lambung maka lansia akan cenderung untuk susah
merasa lapar yang akan mempengaruhi penurunan nafsu makan juga.
Selain itu, penurunan motilitas usus juga menyebabkan makanan menjadi
statis, sehingga penyerapan berlebih cairan makanan didalam lumen usus, yang
akan mengakibatkan konstipasi. Ditambah lagi pada lansia rangsangan saraf pada
spinkter ani cenderung menurun, sehingga walaupun dubur penuh, tidak akan
sensitif dirasakan oleh lansia.
c. Tubuh semakin kurus
Penurunan nafsu makan pada lansia menyebabkan intake nutrisi berkurang,
sedangkan cadangan lemak yang semakin lama semakin menipis tidak dapat lagi
mengimbangi keadaan tersebut. Ditambah lagi fungsi absorpsi melemah (daya
absorpsi terganggu, terutama karbohidrat) mengakibatkan lansia terlihat semakin
kurus.
d. Sering BAK
Otot detrussor dan spinkter uretra menjadi lemah, kapasitas buli-buli menurun
sampai 200 ml dan menyebabkan frekuansi buang air kecil meningkat.
e. Pasien sering sempoyongan
Hipotensi tekanan darah rendah postural adalah penurunan tekanan darah
toiba-tiba saat mengubah posisi dengan cepat dari berbaring atauu duduk menjadi
berdiri. Kondisi ini paling umum terjadi pada lansia. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh mekanisme fisiologis yang terlambat, yang normalnya mengompensasi
perubahan postur tubuh.
Hipotensi tekanan darah rendah ortostatik mempertahankan tekanan arteri
selama keadaan berdiri tegak, tergantung pada volume darah yang cukup, aliran
balik vena yang tidak terganggu, dan system saraf simpatik tidak terganggu. Oleh
26
Nilai
2.
3.
4.
5.
= Mandiri
Mandi (Bathing) = Tergantung orang lain
Perawatan
= Mandiri
diri
= Membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming)
Berpakaian
dan bercukur
= Tergantung orang lain
(Dressing)
Buang
air
= Mandiri
kecil
= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak
(Bowel)
terkontrol
= Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)
6.
Buang
air
(Bladder)
7.
= Kontinensia (teratur)
Penggunaan toilet= Tergantung bantuan orang lain
=
8.
Transfer
= Mandiri
= Tidak mampu
= Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
= Bantuan kecil (1 orang)
9.
Mobilitas
= Mandiri
= Immobile (tidak mampu)
= Menggunakan kursi roda
= Berjalan dengan bantuan satu orang
=
seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga= Tidak mampu
= Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2
= Mandiri
Interpretasi hasil :
20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
0-4
: Ketergantungan Total
2.4.11 Saran yang diberikan dokter pada pasien di scenario
Masalah yang sering dihadapi : penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi tidak
lengkap, rasa penuhdiperut dan kesukaran BAB karena melemahnya otot lambung
dan peristaltik usus sehingga nafsu makan berkurang.
a) Menolak makan/makan berlebihan akibat kecemasan dan putus asa akibat
gangguan tugasperkembangan
Intervensi :
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Berikan banyak minum dan kurangi makan.
Usahakan makanan banyak mengandung serat.
Batasai makanan yang mengandung kalori (gula, makanan manis, minyak,
makanan berlemak).
Kebutuhan kalori laki-laki 2100 kalori, wanita 1700 kalori
KH 60% dari jumlah kalori
Lemak 15 20%
Protein 20 25%
28
watt)
gunakan sepatu dan sandal yang beralat karet
Masalah yang sering ditemukan : penurunan daya ingat, pikun, depresi, lekas
marah mudahtersinggung, curiga dapat terjadi karena hubungan interpersonal
yang tidak adekuat .Intervensi:
Berkomunikasi dengan kontak mata
Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
Menghargai pendapat lansia
Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari hari sesuai dengan kemampuan
d)
e)
f)
g)
h)
kebutuhan
hentikan obat yang tidak diperlukan lagi
nilai penggunaan obat sesuai kebutuhan
Kenali obat yang digunakan
ketahui sifat obat yangn diberikan
ketahui efek dari pemberian obat
mulai dengan dosis terendah dan dinaikkan perlahan
obati sesuai patokan sesuai dengan toleransi obat dan dosis
beri dorongan supaya pasien patuh berobat
hati-hati menggunakan obat baru
dan juga organ yang mengatur eksresi obat. Kadar albumin plasma memastikan
kadar obat bebas dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman yang
menyesuaikan dosis obat dengan berat badan untuk meningkatkan rasio resiko
kegunaan pada pasien tua yang kurus . metabolisme dihati di pengaruhi oleh
umur, genotype, gaya hidup curah jantung, penyakit dan interaksi antara berbagai
obat.
Obat dapat mengalami biotransformasi di hati dengan cara oksidasi
( mengaktifkan obat) dan konjugasi (obat jadi inaktif). Mengcilnya massa hati dan
proses menua dapat mempengaruhi metabolisme obat . untuk obat yang
eksekrisnya terutama lewat ginjal. Pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting
diperhatikan yaitu untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin serum tidak
menggambarkan penurunan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada proses
menua GFR ( Glom.filtr.rate) lebih penting dan jika turun sampai 10-50 ml
permenit dosis obat harus disesuaikan.
b. Farmakodinamik
Ada perubahan lain pada usia lanjut, yaitu perubahan reaksi pada reseptor
seperti penurunan kegiatan reseptor adrenergic atau perubahan dijaringan dan
organ, berakibat kesadaran makin turun. Sebagai contoh : hilang ingatan dengan
benzodiazepim. Perubahan mekanisme homeostasis tidak mampu mengurangi
denyut jantung curah jantung waktu tekanan darah naik akibat obat pada pasien
muda. Hipotensi postural akibat obat tertentu pada pasien tua disebabkan kurang
tanggapnya pengendalian lewat pembuluh darah tepi yang menghasilkan tekanan
darah. Perubahan farmakokinesis dan farmakodinamik obat harus diperhatikan
oleh dokter yang meresepkan obat kepada pasien tua. Makin besar jumlah obat
baru tidak memudahkan tugas ini. Factor lain yang berperan pada pemberian obat
ialah multipatologi ( adanya lebih dari 1 penyakit ) pada pasien geriatri
31
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aging proses merupakan proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisilogis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seacra eksponensial.
Aging proses dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempercepat seperti faktor lingkungan,
genetik, makanan dan psikis. serta terdapat beberapa teori yang dapat memperlam aging
proses tersebut seperti restriksi kalori, pemberian enzim telomerasase, hormon.
Dalam
studinya Aging Proses mempuyai 2 landasan teori, teori programming dan teori error. Dalam
teori-teori tersebut dijelaskan bagaimana proses yang mendasari terjadinya penuaan dan
kerusakan sel dalam tubuh sehingga menyebabkan fungsi-fungsi tubuh berkurang. Aging
proses dapat diperlambat dengan menjauhi faktor faktor yang mempercepat aging proses.
32
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC. Jakarta. 2009. Hal
Kumala dr. Poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta. 1998.
Sudoyo Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid II. Interna Publishing
Jakarta. 2009. Hal 1777
Price Sylvia A. dan Wilson Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Jilid 2.EGC. Jakarta. 2012. Hal
582-584
33