Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG
Pembahasan tentang proses menua semakn sering muncul seiring denngan semakin
bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Penelitian-penelitian mengenai
perubahan yang terkait usia merupakan area yang menarik dan penting belakangan ini.
Berbagai aspek mengenai proses menua banyak dibahas seperti aspek social, psikologi,
ekonomi atau fisik.
Telah banyak dikemukakan bahwa proses menua amat dipengaruhi oleh interkasi
antara faktor genetic dan lingkungan. Usia kronologi yang diukur dengan tahun dan usia
fisiologis yang diukur dengan kapasitas fungsional tidaklah selalu seiring sejalan. Seseorang
dapat terlihat lebih muda atau lebih tua dari umurnya, dan mungkin memiliki kapasitas
fungsional yang lebih besar atau lebih kecil dari yang diperkirakan dimilikinya pada umur
tertentu.
Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut,
melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berkahir dengan
kematian. Namun demikian, efek penuaan tersebut umumnya menjadi lebih terlihat setelah
usia 40 tahun.
Proses menua syogianya dianggap sebagai suatu proses normal dan tidak selaiu
menyebabkan gangguan fungsi organ atau penyakit. Berbagia faktor, seperti faktor genetic,
gaya hidup, dan lingkungan, mungkin lebih besar mengakibatkan gangguan fungsi, daripada
penambahan usia itu sendiri. Laju kematian untuk banyak penyakit meningkat seiring dengan
menuanya seseorang, terutama disebabkan oloeh menurunnya kemampuan orang usia lanjut
berespon terhadap stress, baik stress fisik maupun psikologik.
Penelitian-penelitian mengenai perubahan akibat proses menua menjadi semakin
popular dan dirasakan penting pada tahun-tahun belakangan ini seiring dengan semakin
bertambahnya populasi usia lanjut di berbagai belahan dunia. Berbagai artikel ilmiah dan
popular semakin banyak membincangkan masalah proses menua tersebut dari berbagai aspek

bail social, psikologi, ekonomi, atau fisik


1.2.
PERMASALAHAN
1.2.1
1.2.2

Jelaskan beberapa teori mengenai aging process!


Jelaskan tentang fisiologis proses penuaan
1

1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.2.7
1.2.8
1.2.9

Sebutkan factor-faktor yang mempercepat aging proces!


Sebutkan factor-faktor yang memperlambat aging process!
Sebutkan klasifikasi lansia !
Sebutkan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada aging process!
Jelaskan cara untuk mewujudkan kesuksesan pada lansia!
Sebutkan sindrom yang terjadi pada lansia!
Apa penyebab kulit keriput, penglihatan kabur, nafsu makan menurun, lemas, sering

kedinginan, BAK lebih sering, konstipasi, dan sempoyongan saat bangun?


1.2.10 Jelaskan cara menghitung skala kemandirian dengan menggunakan indeks Barthel!
1.2.11 Jelaskan saran yang bisa diberikan oleh dokter pada pasien di scenario!
1.2.12 Jelaskan cara pengaturan dosis obat pada pasien lansia!

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.

SKENARIO
LBM I AGING PROCES
Seorang nenek berusia 75 tahun diantar keluarganya ke puskesmas dengan keluhan badan
lemas. pasien mengatakan tidak sekuat saat dia masih muda, kulitnya juga keriput sudah
tidak kencang seperti dulu, penglihatannya kabur, nafsu makan menurun dan dirasakan
tubuhnya semakin kurus dari hari ke hari. Selain itu, si nenek juga mengeluh selalu merasa
kedinginan, BAK juga lebih sering serta konstipasi. pasien sering mengeluh sempoyongan
saat bangun tidur. Dari pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70 mm Hg, HR 88x/menit, RR
24x/menit.
Pasien juga merasa sedih karena saat ini untuk melakukan aktifitas sehari-hari saja
selalu butuh bantuan orang lain, tidak bisa mandiri lagi. Kemudian dokter puskesmas
menjelaskan apa yang terjadi pada pasien dan memberikan beberapa saran, termasuk
pengaturan dosis obat ke pasien dan keluarganya.

2.2.

TERMINOLOGI

Aging proses merupakan proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system
fisilogis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seacra

eksponensial.
Konstipasi merupakan keadaan frekuensi buang air besar < 3x/minggu dengan
konsistensi keras dan kecil-kecil disertai rasa sakit

2.3.

KEYWORD

Wanita
Usia
Keluan Utama
Keluhan penyerta

: 75 tahun
: merasa lemah
: tidak sekuat saat dia masih muda, kulitnya juga keriput sudah

tidak kencang seperti dulu, penglihatannya kabur, nafsu makan menurun dan dirasakan
3

tubuhnya semakin kurus dari hari ke hari. selain itu, si nenek juga mengeluh selalu
merasa kedinginan, BAK juga lebih sering serta konstipasi. pasien sering mengeluh
sempoyongan saat bangun tidur. Pasien juga merasa sedih karena saat ini untuk
melakukan aktifitas sehari-hari saja selalu butuh bantuan orang lain, tidak bisa mandiri

2.4.

lagi.
Pemeriksaan Fisik : TD 90/70 mmHg, HR 88x/menit, RR 24x/menit.
JAWABAN PERMASALAHAN

2.4.1 Teori mengenai aging process


a) Teori Biologis
Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan
yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia dan
kematian (Christofalo dalam Stanley). Perubahan yang terjadi di dalam tubuh dalam
upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan mulai dari
tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis mencoba
menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi pada manusia
mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu serta meliputi
faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap organisme dan
kematian atau perubahan seluler.
b) Teori Genetika
Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan suatu
proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun (genetik)
dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori genetika terdiri
dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen.
DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai infornasi aktivitas
sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum pembelahan sel
dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA maka akan
berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi organ.
Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program
maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan
membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk
berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai
4

kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses
menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia
semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh
yang dapat mempengaruhi susunan molekular.
c) Teori Wear And Tear
Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat
merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik nomal
memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan fungsinya.
Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi. Teori wear
and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang tersedia dan
akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
d) Teori Glikosilasi
Menyatakan bahwa proses glikosilasi non enzimatik yang menghasilkan pertautan
glukosa-protein yang disebut sebagai

advanced glycation End product dapat

menyebabkan penumpukan protein dan makromolekul lain, yang termodifikasi


sehingga menyebabkan disfungsi sel sel pada hewan atau manusia yang menua.
protein glikasi menunjukkan perubahan fungsional, meliputi: menurunnya
aktivitas enzim dan menurunnya aktivitas degradasi protein abnormal, bila AGEs
berakumulasi di berbagai jaringan, termasuk kolagen, hemoglobin, dan lensa mata
maka muatan kolagen menjadi banyak, jaringan ikat menjadi kurang elastic dan
lebih kaku. kondisi ini dapat mempengaruhi elastisitas dinding pembuluh darah.
AGEs juga dapat berinteraksi Deoxyribonucleat Acid (DNA) dan karennya
mungking mampu mengganggu kemampuan sel untuk memperbaiki perubahan pada
DNA .
e) Teori Rantai Silang
Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang dipisahkan
mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang yang
menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia,

mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus
berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa
yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah
metabolik.
f) Teori Imunitas
Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses
penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap
organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan sangat
mudah mengalami infeksi dan kanker. Perubahan sistem imun ini diakibatkan
perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan dalam sel T
untuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun. Pada sistem imun akan
terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi merupakan pengalihan integritas
sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu sendiri.
g) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan berakumulasi
di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti kendaraan
bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan pigmen dan kolagen
pada proses penuaan.
Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat
menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang
menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel
akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.
Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan
limbah berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan
mungkin kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA.

Lipofusin, yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi


dan oleh karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.
h) Teori Neuroendokrin
Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang terjadinya
proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya keterlambatan dalam
sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf. Hormon dalam tubuh
berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh melaksanakan tugasnya dam
menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi gangguan dalam tubuh.
Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon
tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia,
hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang
mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia
banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan mengalami penurunan
keefektivitasan.
Penerunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol.
Kortisol dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung
jawab untuk stres. Hal ini dikenal sebagai salah satu dari beberapa hormon yang
meningkat dengan usia. Jika kerusakan kortisol hipotalamus, maka seiring waktu
hipotalamus akan mengalami kerusakan.
Kerusakan ini kemudian dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon
sebagai hipotalamus kehilangan kemampuan untuk mengendalikan sistem.

i) Senescence Theories
Palmore (1987) mengemukakan dari beberapa hasil studi, terdapat faktor-faktor
tambahan berikut yang dianggap berkontribusi untuk umur panjang: tertawa; ambisi
rendah, rutin setiap hari, percaya pada Tuhan; hubungan keluarga baik, kebebasan
dan kemerdekaan; terorganisir, perilaku yang memiliki tujuan, dan pandangan hidup

positif. Wacana yang timbul dari teori ini adalah sindrom penuaan merupakan
sesuatu yang universal, progresif, dan berakhir dengan kematian.
j) Teori DNA Repair
Teori ini dinyatakan oleh hart dan setlow (1998). mereka menyatakan adanya
perbedaan pada pola jalur repair kerusakan DNA yang di Induksi sinar ultraviolet
pada berbagai fibroblast yang dikultur.
Fibroblast pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang
menunjukkan laju DNA repair. Teori ini atau biasa di sebut mitochondrial
DNA(mtDNA) repair terkait erat dengan teori radikal bebas yang sudah diuraikan di
atas, karena sebagian besar radikal terutama reactive oxygen spesies (ROS)
dihasilkan melalui fosforillasi oksidatif yang terjadi di mitokondria. Mutasi DNA
mitokondria dan pembentukan ROS di mitokondria saling mempengaruhi satu sama
lain, membentuk vicious yang secara eksponensial memperbanyak kerusakan
oksidatif dan disfungsi seluler yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel.
Mutasi mtdna pada manusia terutama terjadi pada umur setelah 30-an,
terakumulasi seiring pertambahan umur dan jaringan melebhi 1 %. Rendahnya
jumlah mutasi mtDNA yang terakumulasi ini diakibatkan proses repair yang terjadi
ditingkat mitokondria.. Bukti bukti menunjukkan gangguan repair pada kerusakan
oksidatif ini menyebabkan percepatan proses penuaan. Selain itu, mutasi mtDNA
akibat gangguan repair ini juga terkait dengan munculnya keganasan, DM dan
penyakit penyakit neuro degenerative.
2.4.2

Fisiologis proses penuaan


Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang
tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan
responnya pada kehidupan sehari-hari. Namun harus di cermati, bahwa setiap
individu mengalami perubahan-perubahan tersebut secara berbeda pada beberapa
individu, laju penurunannya mungkin cepat dan dramatis. Sementara untuk lainnya,
perubahannya lebih tidak bermakna.

Membicarakan fisiologis proses penuaan tidak dapat di lrpaskan dengan


pengenalan konsep homeostenosis. Konsep ini diperkenalkan oleh walter cannon
pada tahun 1940 yang telah di jelaskan di atas, terjadi pada seluruh system organ
pada individu yang menua. Pengenalan terhadap konsep ini penting untuk
memahami berbagai perubahan yang terjadi pada proses penuaan. Homeostenosis
yang merupakan karakteristik fisiologi penuaan adalah berkurangnya cadangan
homeostasis yang terjadi seiring meningkatnya usia pada system organ.
Penerapan konsep homeostenosis ini tergambar pada system APACHE (Acute
Physiology and Chronic Health Evaluation), suatu skala penilaian beratnya penyakit.
Penilaian perubahan fisiologis akut yang terjadi dinyatakan dengan semakin
besarnya deviasi dari nilai homeostasis pada 12 variabel, antara lain tanda vital,
oksigenasi, pH, elektrolit, hematokrit, hitung leukosit, dan kreatinin. Seorang normal
pada keadaan homeostasismempunyai nilai nol. Semakin besar penyimpangan dari
homeostasis skornya semakin besar. pada awal penerapannya skoring APACHE ini
tidak memasukkan variable usia sebagai salah satu penilaian. Namun ketika di
terapkan pada pasien pasien yang dirawat karna kondisi akut, terdapat perbedaan
nilai yang signifikan antara kelompok usia mudadan kelompok usia tuapada satu
kondisi penyakit yang sama, skor APACHE pada kelompok usia tua cenderung lebih
rendah. Terlihat bahwa penyimpangan yang lebih kecil dari keadaan homeostasis,
seorang usia tua lebih rentan untuk menjadi sakit atau meninggal dibandingkan
orang muda. Oleh karna itu penggagas system scoring APACHE kemudian
memasukkan variable usia sebagai nilai bonus pada scoring itu, sehingga skor total
untuk satu keadaan sakit tidak berbeda antara usia muda dan usia tua.
Konsep homeostenosislah yang dapat menjelaskan berbagai perubahan
fisiologis yang terjadi selama proses menua dan efek yang di timbulkannya.
Walaupun merupakan suatu proses fisiologis, perubahan dan efek penuaan terjadi
sangat bervariasi dan variabilitas ini semakin meningkat seiring peningkatan usia.
Variasi terjadi antara satu individu dengan individu lain pada umur yang sama,
antara satu system organ dengan organ yang lain, bahkan dari satu sel terhadap sel
lain pada individu yang sama.

2.4.3

Factor -faktor yang mempercepat aging proces


Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo, 2003), yaitu :
A. Faktor lingkungan
Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan polutan dan kimia sebagai
hasil pembakaran pabrik, otomotif, dan rumah tangga) akan mempercepat

penuaan.
Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari berbagai penelitian
ternyata suara bising akan mampu meningkatkan kadar hormon prolaktin dan

mampu menyebabkan apoptosisdi berbagai jaringan tubuh.


Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya penyediaan air bersih akan

meningkatkan pemakaian energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.


Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak terkontrol pemakaiannnya sehingga
menyebabkan turunnya hormon tubuh secara langsung atau tidak langsung

melalui mekanisme umpan balik (hormonal feedback mechanism).


Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat penuaan kulit

dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya kolagen kulit.


B. Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang tidak menggunakan
pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia terlarang. Zat beracun dalam
makanan dapat menimbulkan kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ
hati.
C. Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya. Tetapi faktor
genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus, radiasi, dan zat racun dalam
makanan/minuman/kulit yang diserap oleh tubuh.
D. Faktor psikis
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di berbagai
organ/jaringan tubuh.
E. Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya kebugaran/fitness, pola makan
kurang sehat, penurunan GH dan IGF-I, penurunan testosteron, penurunan
melatonin secara konstan setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan
circandian clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan prolaktin yang
sejalan dengan perubahan emosi dan stress, perubahan Follicle Stimulating
Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
10

2.4.4

Factor-faktor yang memperlambat aging process


Restriksi kalori
Diit adalah faktor lingkungan yang berperan penting untuk mencegah proses
penuaan. Pembatasan asupan kalori akan mengakibatkan enersi dialihkan untuk
mempertahankan fungsi sel dan memperbaiki kerusakan sel serta mengurangi
produksi radikal bebas (Merry., 2002, Martin et al., 2006). Menurut penelitian
Bishop et al (2007) pada C.elegans, kalori restriksi dapat meningkatkan respirasi
dan metabolisme pada jaringan perifer sehingga dapat meningkatkan kemampuan
hidupnya (Bishop et al., 2007). Efek dari kalori restriksi adalah: mengurangi
produksi radikal bebas, memperbaiki kerusakan sel, meningkatkan kadar BDNF

dan menekan expresi gen penuaan (Prolla et al ., 2001)


Olah raga, exercise yang teratur dapat menghambat pemendekan telomer
(Cotman., 2002)
Pendidikan yang berkelanjutan (Shenkin., 2003, Staff., 2004)
Rangsangan kognisi (Lazarov., 2005)
Peningkatan asupan polyunsaturated fatty acids, seperti Omega 3 (Kyle., 2002)
Vitamin B6, B12 dan asam folat (Elias., 2006).
Meditasi (Khalsa., 1998)
Cukup tidur
Kurang tidur akan meningkatkan radikal bebas dan juga mengakibatkan
menurunnya produksi growth hormon. Pada usai tua terjadi penurunan produksi
melatonin yang mengakibatkan proses tidur kurang berkualitas, hal ini akan
mengakibatkan gangguan konsentrasi dan penurunan fungsi memori (Karasek.,

2004).
Statin
Statin dapat meningkatkan eNOS, menghambat respon inflamasi, mempunyai
efek antioksidan, memperbaiki fungsi endotel, dan menurunkan aktivasi platelet.
Pada Alzheimer, terjadinya komplex beta amyloid dan Cu2+ merupakan katalisator
dari H2O2 yang merupakan hasil dari oksidasi cholesterol. Baik H2O2 dan
kompleks A-Cu sangat berperan terjadinya degenerasi sel (Puglielli et al., 2005,
DeKosky., 2005). Penelitian secara klinis menunjukkan bahwa atorvastatin
bermakna untuk penderita Alzheimer serta dapat memperbaiki fungsi kognisi
(Spark et al., 2006, Parale et al., 2005).

11

2.4.5

Pembagian umur lansia menurut WHO


Batasan usia menurut WHO meliputi :
usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun
lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun
lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun
usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2.4.6

Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi pada aging process

A. Perubahan pada Sistem Sensoris


Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat keengganan
untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
a) Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,
konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa
mata, yaitu katarak. Semakan bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di
sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di
antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada
lansia. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat
proses menua:

Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.


Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan
kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan
elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat.
Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf yang
kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak pandang dekat.

Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang
pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.

Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang


terakumulasi dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah
12

penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca


dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas terhadap cahaya,
berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan dalam persepsi
kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian ketinggian), perubahan
dalam persepsi warna.

Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering.

b) Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan
akibat proses menua:

Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini
adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk
mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l).

Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran


timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi
lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.

Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin.
Implikasi dari hal ini adalah potensial terbentuk serumen sehingga
berdampak pada gangguan konduksi suara.

c) Perabaan
Perubahan kebutuhan akan sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah
kehilangan orang yang dicintai, penampilan lansia tidak semenarik sewaktu
muda dan tidak mngundang sentuhan dari orang lain, dan sikap dari
13

masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong untuk melakukan kontak


fisik dengan lansia.
d) Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang
bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan
dalam kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses
menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup
perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis,
asam, asin, dan pahit) berkurang.

e) Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung
terjadinya kehilangan sensasi penciuman termasuk pilek, influenza, merokok,
obstruksi hidung, dan faktor lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah
penurunan sensitivitas terhadap bau.
B. Perubahan pada Sistem Integumen
Pada lansia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolantonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.
Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal
pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang
terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan
jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih
kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar
eksokrin dan kelenar sebasea.
Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai penurunan cairan
tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit. Massa lemak bebas berkurang
14

6,3% BB per dekade dengan penambahan massa lemak 2% per dekade. Massa air
berkurang sebesar 2,5% per dekade.
a) Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
stratum koneum akibat proses menua:

Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal
ini adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh
lebih lama.

Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.

b) Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses
menua:

Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit, perlambatan dalam proses perbaikan
sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini
adalah pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah
terjadi pemisahan antar lapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan
merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi.

Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah


perlindungan

terhadap

sinar

ultraviolet

berkurang

dan

terjadinya

pigmentasi yang tidal merata pada kulit.

Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan


konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan
kulit terhadap alergen berkurang.

Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah


perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.

15

c) Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses
menua:

Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan


dermal dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan
terhadap penurunan termoregulasi, penutupan dan penyembuhan luka
lambat, penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap
zat-zat topikal.

Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.


Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena adanya
kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit menghilang.

Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari


hal ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu malakukan
termoregulasi.

d) Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses
menua:

Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini


adalah penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.

Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini
adalah gangguan fungsi perlindungan dari kulit.

e) Bagian tambahan pada kulit


Bagian tambaha pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus
meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea akibat proses menua:

Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah Rambut


bertambah uban dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita,

16

mengalami peningkatan rambut pada wajah. Pada pria, rambut dalam


hidung dan telinga semakin jelas, lebih banyak dan kaku.

Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi
lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.

Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan)


menurun. Implikasi dari hal ini adalah beresiko untuk terbakar, mudah
mengalami nekrosis karenan rasa terhadap tekanan berkurang.

Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon
dalam keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.

Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia
berkurang.

C. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal


Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan
metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae
menjadi lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat
benturan ringan maupun spontan.
a) Sistem Skeletal
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat
proses menua:

Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan didkus


intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal
ini adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrelchest.

Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai


perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi
dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur.

b) Sistem Muskular
17

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
proses menua:

Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari


hal ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang
aktif.

Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,


penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.

c) Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua:

Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini adalah
nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas.

Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
risiko cedera.

D. Perubahan pada Sistem Neurologis


Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi
menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat. Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses menua:

Konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal ini adalah
refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.

Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini


adalah vasokonstriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna.

Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini


adalah bahaya kehilangan panas tubuh.

E. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular


Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
18

penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang


teroksigenasi. Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak
ada perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200
x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.
a) Perubahan Struktur
Berikut ini merupakan perubahan struktur yang terjadi pada sistem
kardiovaskular akibat proses menua:

Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan


hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunan kekuatan
kontraktil.

Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his


kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.

Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan
penumpulan respon terhadap panas dan dingin.

Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna
sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan
penumpukan darah.

F. Perubahan pada Sistem Pulmonal


Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem pulmonal akibat proses
menua:

Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran


alveoli. Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan untuk
difusi gas.

19

Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal ini
adalah penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume.

Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Implikasi dari hal ini


adalah dispnea saat aktivitas.

Kalsifikasi

kartilago

kosta,

kekakuan

tulang

iga

pada

kondisi

pengembangan. Implikasi dari hal ini adalah Emfisema sinilis, pernapasan


abnominal, hilangnya suara paru pada bagian dasar.

Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Implikasi dari
hal ini adalah atelektasis.

Kelenjar mukus kurang produktif. Implikasi dari hal ini adalah akumulasi
cairan, sekresi kental dan sulit dikeluarkan.

Penurunan sensitivitas sfingter esofagus. Implikasi dari hal ini adalah


hilangnya sensasi haus dan silia kurang aktif.

Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Implikasi dari hal ini adalah tidak ada
perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru pada gangguan
asam basa.

G. Perubahan pada Sistem Endokrin


Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin akibat proses
menua:

Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.

Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.

Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.

Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,


dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum
T3 dan T4 tetap stabil.

20

H. Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria


Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder, uretra,
dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait eliminasi urine. Hal
ini dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih, sehingga dapat
mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang lebih jauh.
a) Perubahan pada Sistem Renal
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem renal akibat proses
menua:

Membran basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area


fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang, dan penurunan aliran darah renal.
Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara
fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan
kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau
kurang) dan menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu, nokturia.

Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh,
penurunan cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan
untuk memekatkan urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total
cairan tubuh dan risiko dehidrasi.

Penurunan hormon yang penting untuk absorbsi kalsium dari saluran


gastrointestinal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko
osteoporosis.

b) Perubahan pada Sistem Urinaria


Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria akibat proses menua, yaitu
penurunan kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume
residu (N: 50 mL), peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di sadari,
dan atopi pada otot kandung kemih secara umum. Implikasi dari hal ini adalah
peningkatan risiko inkotinensia.
I. Perubahan pada Sistem Gasrointestinal
21

Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat
proses menua:
a) Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat
proses menua:

Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusustan dan fibrosis pada


akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi
dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan
pelekatan gigi palsu yang lepas.

Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa
dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa
yang sama kualitasnya.

Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan
epitelium dan mengandung keratin.

Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang
telah dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme
sebagai berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan
lunak, remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan
penyiapan makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah
mengalami penurunan.

b) Esofagus, Lambung, dan Usus


Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esofagus, lambung dan
usus akibat proses menua:

Dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, dan penurunan refleks


muntah. Implikasi dari hal ini adalahpeningkatan terjadinya risiko aspirasi.

Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11%


sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam
mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri

22

usus halus akan bertumbuh secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya


penyerapan lemak.

Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan


absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering
terjadi.

c) Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas


Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada saluran empedu, hati,
kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:

Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi
penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzimenzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang
tinggi (250-300 mg/dL).

Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme


asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
sekresi kolesterol.

J. Perubahan pada Sistem Reproduksi


a) Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria
akibat proses menua:

Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan


secara berangsur-angsur.

Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler
benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun.

b) Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita
akibat proses menua:

Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi
jaringan payudara dan genit
23

Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah


penurunan massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur,
peningkatan kecepatan aterosklerosis.

2.4.7

Cara untuk mewujudkan kesuksesan pada lansia


Atas temuan-temuan ilmiah yang secara khusus dirancang untuk mengidentifikasi
factor-faktor apa saja yang berperan pada terwujudnya menua yang sukse, berikut
adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan antara lain :
Upayakan fisik dan mental selalu sehat
Upayakan nutrisi yang baik
Perhatikan keinginan hati
Tingkatkan kesejahteraan material
Hubungan social yang sehat
sikap yang positif
Tingkatkan vitalitas spiritual

2.4.8

Sindrom yang terjadi pada lansia


Masalah yang sering dijumpai pada pasien geriatri adalah sindrom geriatri yang
meliputi: imobilisasi, instabilitas, inkontinensia, insomnia, depresi, infeksi, defisiensi
imun, gangguan pendengaran dan penglihatan, gangguan intelektual, kolon irritable,
impecunity, dan impotensi.
a) Imobilisasi adalah keadaan tidak bergerak/ tirah baring selama 3 hari atau
lebih, diiringi gerak anatomis tubuh yang menghilang akibat perubahan fungsi
fisiologis. Imobilisasi menyebabkan komplikasi lain yang lebih besar pada
pasien usia lanjut bila tidak ditangani dengan baik.
b) Instabilitas akan memudahkan pasien geriatri terjatuh dan dapat mengalami
patah tulang.
c) Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak terkendali
pada waktu yang tidak dikehendaki tanpa memperhatikan frekuensi dan
jumlahnya, sehingga mengakibatkan masalah sosial dan higienis.
d) Insomnia merupakan gangguan tidur yang sering dijumpai pada pasien
geriatri. Umumnya mereka mengeluh bahwa tidurnya tidak memuaskan dan
sulit memertahankan kondisi tidur.

24

e) Gangguan depresi pada usia lanjut kurang dipahami sehingga banyak kasus
tidak dikenali. Gejala depresi pada usia lanjut seringkali dianggap sebagai
bagian dari proses menua.
f) Infeksi sangat erat kaitannya dengan penurunan fungsi sistem imun pada usia
lanjut. Infeksi yang sering dijumpai adalah infeksi saluran kemih, pneumonia,
sepsis, dan meningitis. Kondisi lain seperti kurang gizi, multipatologi, dan
faktor lingkungan memudahkan usia lanjut terkena infeksi.
g) Gangguan penglihatan dan pendengaran juga sering dianggap sebagai hal
yang biasa akibat proses menua. Gangguan penglihatan berhubungan dengan
penurunan kegiatan waktu senggang, status fungsional, fungsi sosial, dan
mobilitas. Gangguan penglihatan dan pendengaran berhubungan dengan
kualitas hidup, meningkatkan disabilitas fisik, ketidakseimbangan, jatuh,
fraktur panggul, dan mortalitas.
2.4.9

Penyebab kulit keriput, penglihatan kabur, nafsu makan menurun, sering kedinginan,
BAK lebih sering, konstipasi, dan sempoyongan saat bangun
a. Kulit keriput
Terjadi akibat kehilangan jaringan lemak sehingga kulit menjadi mengkerut,
selain itu permukan kulit cenderung menjadi kusam, kasar, serta bersisik
dikarenakan kehilangan proses keratinisasi serta perubahan ukuran & bentuk sel
epidermis.
b. Nafsu makan menurun dan konstipasi
Pada lansia umumnya terjadi penurunan sensitivitas indra pengecap, adanya
iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indra pengecap (80%), hilangnya
sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin, hilangnya
sensitivitas saraf pengecap

terhadap rasa asin, asam, dan pahit menyebabkan

menurunnya nafsu makan pada lansia.


Ditambah lagi, penurunan fungsi saluran pencernaan yaitu
motilitas usus dan lambung

penurunan

akan terjadi sehingga menyebabkan waktu

pengosongan menjadi terlambat dan lama. Sedangkan sensitivitas rasa lapar dan
25

nafsu makan dipengruhi oleh pengosongan lambung. Maka dari itu bila terjadi
keterlambatan pengosongan lambung maka lansia akan cenderung untuk susah
merasa lapar yang akan mempengaruhi penurunan nafsu makan juga.
Selain itu, penurunan motilitas usus juga menyebabkan makanan menjadi
statis, sehingga penyerapan berlebih cairan makanan didalam lumen usus, yang
akan mengakibatkan konstipasi. Ditambah lagi pada lansia rangsangan saraf pada
spinkter ani cenderung menurun, sehingga walaupun dubur penuh, tidak akan
sensitif dirasakan oleh lansia.
c. Tubuh semakin kurus
Penurunan nafsu makan pada lansia menyebabkan intake nutrisi berkurang,
sedangkan cadangan lemak yang semakin lama semakin menipis tidak dapat lagi
mengimbangi keadaan tersebut. Ditambah lagi fungsi absorpsi melemah (daya
absorpsi terganggu, terutama karbohidrat) mengakibatkan lansia terlihat semakin
kurus.
d. Sering BAK
Otot detrussor dan spinkter uretra menjadi lemah, kapasitas buli-buli menurun
sampai 200 ml dan menyebabkan frekuansi buang air kecil meningkat.
e. Pasien sering sempoyongan
Hipotensi tekanan darah rendah postural adalah penurunan tekanan darah
toiba-tiba saat mengubah posisi dengan cepat dari berbaring atauu duduk menjadi
berdiri. Kondisi ini paling umum terjadi pada lansia. Kondisi ini dapat disebabkan
oleh mekanisme fisiologis yang terlambat, yang normalnya mengompensasi
perubahan postur tubuh.
Hipotensi tekanan darah rendah ortostatik mempertahankan tekanan arteri
selama keadaan berdiri tegak, tergantung pada volume darah yang cukup, aliran
balik vena yang tidak terganggu, dan system saraf simpatik tidak terganggu. Oleh

26

karena itu, hipotensi postural yang bermakna, sering menggambrkan deplesi


volume cairan ekstraseluler atau disfungsi refleks-refleks sirkulasi.
2.4.10 Cara menghitung skala kemandirian dengan menggunakan indeks Barthel
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi
mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta
dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi
pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator,
yaitu :
Tabel 1. Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel.
No. Item yang dinilai Skor
1.

Nilai

Makan (Feeding) 0 = Tidak mampu


=

Butuh bantuan memotong, mengoles mentega


dll.

2.
3.

4.

5.

= Mandiri
Mandi (Bathing) = Tergantung orang lain
Perawatan

= Mandiri
diri
= Membutuhkan bantuan orang lain

(Grooming)

Berpakaian

dan bercukur
= Tergantung orang lain

(Dressing)

= Sebagian dibantu (misal mengancing baju)

Buang

air

Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi,

= Mandiri
kecil
= Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak

(Bowel)

terkontrol
= Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

6.

Buang

air

(Bladder)
7.

= Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)


besar
= Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
= Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

= Kontinensia (teratur)
Penggunaan toilet= Tergantung bantuan orang lain
=

Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan


beberapa hal sendiri
27

8.

Transfer

= Mandiri
= Tidak mampu
= Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang)
= Bantuan kecil (1 orang)

9.

Mobilitas

= Mandiri
= Immobile (tidak mampu)
= Menggunakan kursi roda
= Berjalan dengan bantuan satu orang
=

Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu

seperti, tongkat)
10. Naik turun tangga= Tidak mampu
= Membutuhkan bantuan (alat bantu)
2
= Mandiri
Interpretasi hasil :
20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
0-4
: Ketergantungan Total
2.4.11 Saran yang diberikan dokter pada pasien di scenario
Masalah yang sering dihadapi : penurunan alat penciuman dan pengecapan,
pengunyahan kurang sempurna, rasa kurang nyaman saat makan karena gigi tidak
lengkap, rasa penuhdiperut dan kesukaran BAB karena melemahnya otot lambung
dan peristaltik usus sehingga nafsu makan berkurang.
a) Menolak makan/makan berlebihan akibat kecemasan dan putus asa akibat
gangguan tugasperkembangan
Intervensi :
Berikan makanan porsi kecil tapi sering.
Berikan banyak minum dan kurangi makan.
Usahakan makanan banyak mengandung serat.
Batasai makanan yang mengandung kalori (gula, makanan manis, minyak,

makanan berlemak).
Kebutuhan kalori laki-laki 2100 kalori, wanita 1700 kalori
KH 60% dari jumlah kalori
Lemak 15 20%
Protein 20 25%
28

Vitamin dan mineral > kebutuhan usia muda.


Air 6 8 gelang/hari.
Membatasi minum kopi dan the

b) Meningkatkan keamanan dan keselamatan lansia


Kecelakaan yang sering terjadi : jatuh, kecelakaan lalu lintas, kebakaran
karena fleksibilitaskai mulai berkurang, penurunan fungsi pendengaran dan
penglihatan, lingkungan yangkurang amanIntervensi:
menggunakan alat bantu
latih untuk / mobilisasi
menggunakan kaca mata
menemani bila berpergian
meletakkan bel dibawah bantal
tempat tidur tidak terlalu tinggi
menyediakan meja kecil dekat tempat tidur
lantai bersih, rata dan tidak licin / basah
pasang pengaman dikamar mandi
hindari lampuyang redup dan yang menyilaukan ( sebaiknya lampu 70-100

watt)
gunakan sepatu dan sandal yang beralat karet

c) Memelihara kebersihan diri :


Sebagaian lansia mengalami kemunduran /motivasi untuk melakukan
perawatan diri secara teratur karena penurunan daya ingat, kebiasaan diusia
muda, kelemahan dan ketidakmampuan. Masalah :keringat berkurang kulit
lansia bersisik, kering
Intervensi :
Mengingatkan / membantu
Menganjurkan untuk menggunakan sabun lunak dan gunakan skin lotion.
d) Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
Masalah yang sering terjadi :gangguan tidur
Intervensi :
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi
Melatih melakukan latihan fisik yang ringan
e) Meningkatkan hubungan interpersonal
29

Masalah yang sering ditemukan : penurunan daya ingat, pikun, depresi, lekas
marah mudahtersinggung, curiga dapat terjadi karena hubungan interpersonal
yang tidak adekuat .Intervensi:
Berkomunikasi dengan kontak mata
Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan

dilakukan
Memberikan kesempatan untuk mengekspresikan perasaan
Menghargai pendapat lansia
Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari hari sesuai dengan kemampuan

2.4.12 Cara pengaturan dosis obat pada pasien lansia


2.4.12.1 Prinsip pemberian obat pada lansia antara lain :
a) Riwayat pengobatan lengkap
pasien harus membawa semua obat, termasuk obat tanpa resep, vitamin,
dan bahan dari bahan kesehatan
tanyakan alergi apa saja yang dialami pasien
tanyakan riwayat merokok, alcohol, kopi, dan obat
b) Jangan memberikan obat sebelum waktunya
c) Jangan menggunakan obat terlalu lama
lihat kembali daftra obat setiap pemeriksaan dan sesuaikan obta dengan

d)

e)
f)
g)
h)

kebutuhan
hentikan obat yang tidak diperlukan lagi
nilai penggunaan obat sesuai kebutuhan
Kenali obat yang digunakan
ketahui sifat obat yangn diberikan
ketahui efek dari pemberian obat
mulai dengan dosis terendah dan dinaikkan perlahan
obati sesuai patokan sesuai dengan toleransi obat dan dosis
beri dorongan supaya pasien patuh berobat
hati-hati menggunakan obat baru

2.4.12.2 Farmakokinetik Dan Farmakodinamik


a. Farmakokinesi
Ini terdiri dari absorpsi, distribusi, metabolism dan ekskresi obat. Sesudah
diabsorpsi, obat melewati dan mengalmi metabolism pintas awal. Bila tahap ini
turun, sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi perkiraan dan
mungkin menambah efek obat, bahkan sampai efek yang merugikan ( ADR,
Adverse, Drug reaction = efek obat yang merugikan.
Makanan dan obat lain dapat mempengaruhi absorpsi obat yang diberikan
oral. Ditribusi obat oleh berat dan komposisi tubuh yaitu cairan tubuh, massa otot
30

dan juga organ yang mengatur eksresi obat. Kadar albumin plasma memastikan
kadar obat bebas dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman yang
menyesuaikan dosis obat dengan berat badan untuk meningkatkan rasio resiko
kegunaan pada pasien tua yang kurus . metabolisme dihati di pengaruhi oleh
umur, genotype, gaya hidup curah jantung, penyakit dan interaksi antara berbagai
obat.
Obat dapat mengalami biotransformasi di hati dengan cara oksidasi
( mengaktifkan obat) dan konjugasi (obat jadi inaktif). Mengcilnya massa hati dan
proses menua dapat mempengaruhi metabolisme obat . untuk obat yang
eksekrisnya terutama lewat ginjal. Pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting
diperhatikan yaitu untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin serum tidak
menggambarkan penurunan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada proses
menua GFR ( Glom.filtr.rate) lebih penting dan jika turun sampai 10-50 ml
permenit dosis obat harus disesuaikan.
b. Farmakodinamik
Ada perubahan lain pada usia lanjut, yaitu perubahan reaksi pada reseptor
seperti penurunan kegiatan reseptor adrenergic atau perubahan dijaringan dan
organ, berakibat kesadaran makin turun. Sebagai contoh : hilang ingatan dengan
benzodiazepim. Perubahan mekanisme homeostasis tidak mampu mengurangi
denyut jantung curah jantung waktu tekanan darah naik akibat obat pada pasien
muda. Hipotensi postural akibat obat tertentu pada pasien tua disebabkan kurang
tanggapnya pengendalian lewat pembuluh darah tepi yang menghasilkan tekanan
darah. Perubahan farmakokinesis dan farmakodinamik obat harus diperhatikan
oleh dokter yang meresepkan obat kepada pasien tua. Makin besar jumlah obat
baru tidak memudahkan tugas ini. Factor lain yang berperan pada pemberian obat
ialah multipatologi ( adanya lebih dari 1 penyakit ) pada pasien geriatri

31

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Aging proses merupakan proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang
frail (lemah, rentan) dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisilogis dan
meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian seacra eksponensial.
Aging proses dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempercepat seperti faktor lingkungan,
genetik, makanan dan psikis. serta terdapat beberapa teori yang dapat memperlam aging
proses tersebut seperti restriksi kalori, pemberian enzim telomerasase, hormon.

Dalam

studinya Aging Proses mempuyai 2 landasan teori, teori programming dan teori error. Dalam
teori-teori tersebut dijelaskan bagaimana proses yang mendasari terjadinya penuaan dan
kerusakan sel dalam tubuh sehingga menyebabkan fungsi-fungsi tubuh berkurang. Aging
proses dapat diperlambat dengan menjauhi faktor faktor yang mempercepat aging proses.

32

DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3. EGC. Jakarta. 2009. Hal
Kumala dr. Poppy. Kamus Saku Kedokteran Dorland. EGC. Jakarta. 1998.
Sudoyo Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid II. Interna Publishing
Jakarta. 2009. Hal 1777
Price Sylvia A. dan Wilson Lorraine M. Patofisiologi Edisi 6 Jilid 2.EGC. Jakarta. 2012. Hal
582-584

33

Anda mungkin juga menyukai