Anda di halaman 1dari 25

TASK READING

PROLAPS
RECTUM
BY : LITA, OLGA, KARTIKA DAN
HILAL

ANATOMI
Pada kanalis ani kira-kira 4 cm yang dibedakan menjadi

anatomical anal canal mulai anal verge sampai ke linea


dentata dan surgical anal canal untuk kepentingan klinis
yang dimulai dari analverge samai cincin anorektal yang
merupakan batas paling bawah dari otot puborektalis
yang dapat diraba pada waktu pemeriksaan rektal
touche.

PROSES DEFEKASI
Ketika gelombang peristaltik mendorong feses ke dalam

colon sigmoid dan rektum, saraf sensoris dalam rektum


dirangsang dan individu menjadi sadar terhadap
kebutuhan untuk defekasi.
Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Hal

ini karena terdapat sfingter fungsional yang lemah sekitar


20 cm dari anus pada perbatasan antara colon sigmoid
dan rektum.

Defekasi biasanya dimulai oleh dua refleks defekasi.


1.

refleks intrinsik yang diperantarai oleh system saraf


enterik setempat

feses masuk kedalam rektum memberi suatu sinyal


aferen yang menyebar melalui pleksus mesenterikus untuk
memulai gelombang peristaltik pada colon desenden, colon
sigmoid, dan di dalam rektum Gelombang ini menekan
feses kearah anus mendekati anus sfingter ani
internus relaksasi jika sfingter ani eksternus secara sadar,
secara volunter berelaksasi di waktu yang bersamaan akan
terjadi defekasi.

2.

refleks defekasi parasimpatis

melibatkan segmen sacral medula spinalis.


Bila ujung-ujung saraf dalam rektum dirangsang sinyal
dihantarkan pertama-tama ke medulla spinalis (sacral 2 4)
dan kemudian kembali ke colon desenden, colon sigmoid
dan rektum dan anus melalui serat-serat saraf parasimpatis
dalam nervus pelvikus.

Sinyal
parasimpatis

gelombang
peristaltik,
merelaksasikan sfingter ani internus dan meningkatkan
refleks defekasi instrinsik.
Pengeluaran feses dibantu oleh kontraksi otot-otot perut
dan diafragma yang akan meningkatkan tekanan abdominal
dan oleh kontraksi musculus levator ani pada dasar panggul
yang menggerakkan feses melalui saluran anus.

DEFINISI
Prolaps rektum adalah keluarnya mukosa maupun seluruh

tebal dinding rektum melewati anus. Apabila yang keluar


tersebut terdiri dari semua lapisan dinding rektum,
prolaps ini disebut prosidensia

EPIDEMIOLOGI
Insiden prolaps rektum pada pria lebih rendah daripada

wanita dengan perbandingan 1: 6. Dimana kejadian pada


wanita terdiri dari 80-90% dari total kasus.
Meskipun dapat terjadi pada segala usia, insiden puncak

diamati pada usia dekade keempat dan ketujuh


kehidupan

KLASIFIKASI
a.

Prolaps internal

b.

Prolaps mukosa

c.

Prolaps eksternal.

ETIOLOGI
a.

Peningkatan tekanan intra abdomen seperti yang terjadi


pada kostipasi, diare, BPH, PPOK, pertusis;

b.

Gangguan pada dasar pelvis;

c.

Infeksi parasit seperti amubiasis, scistosomiasis;

d.

Struktur anatomi, seperti kelemahan otot penyangga


rektum, redundan rektosigmoid

e.

Kelainan neurologis akibat trauma pelvis, sindrom cauda


ekuina, tumor spinal, multipel sklerosis.

PATOFISIOLOGI
2 teori utama yang menjadi dasar mekanisme terjadinya

prolaps rektum. Teori pertama mengatakan bahwa


prolaps rektum merupakan pergeseran hernia akibat
defek pada fasia panggul. Teori kedua menyatakan
bahwa prolaps rektum dimulai sebagai intususepsi
internal yang melingkar dari rektum mulai 6-8 cm
proksimal ambang
anal. Seiring dengan
waktu
peregangan ini berkembang menjadi prolaps dari seluruh
tebal dinding rektum, meskipun tahap ini tidak selalu
dilampaui oleh setiap pasien.

GEJALA KLINIS
Salah satu gejala awal dari prolaps rektum
rasa tidak nyaman di sekitar anorektum selama defekasi.
Kesulitan dalam memulai defekasi,

sensasi defekasi terhambat,

perasaan defekasi tidak lancar di mana terasa masih tersisa feses


Awalnya, massa keluar dari anus hanya setelah defekasi
Kemudian massa terlihat lebih menonjol lagi terutama saat bersin dan

batuk.
rektum yang menonjol kemudian tidak dapat lagi masuk atau

memendek secara spontan

rektum yang menonjol keluar tidak dapat masuk lagi dan menjadi
prolaps terus-menerus.

Penderita dengan prolaps rektum dapat ditemukan gejalagejala meliputi


penonjolan massa dari rektum,
nyeri saat buang air defekasi,
keluar lendir atau darah dari massa yang menonjol,
inkontinensia feses, dan

pada massa prolaps yang lebih besar biasanya penderita


kehilangan keinginan untuk defekasi

DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda fisik dari prolaps rektum adalah sebagai

berikut:
Penonjolan mukosa rektum
Penebalan konsentris cincin mukosa
Terlihat adanya sulkus antara lubang anus dan rektum
Ulkus rektum soliter (10-25%)
Penurunan tonus sfingter anal

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan imaging
Barium Enema dan Kolonoskopi
Video Defekografi
Rigid Proctosigmoidoscopy
Tes lainnya

PENATALAKSANAAN
1. MEDIKAMENTOSA
prolaps internal dapat diterapi terlebih dahulu dengan agen bulking,
pelunak tinja, dan supositoria atau enema.
2. NON MMEDIKAMENTOSA
saat prolaps masih kecil, penderita diberi diet berserat untuk
memperlancar defekasi. Kadang dianjurkan latihan otot dasar panggul.
3. PEMBEDAHAN
Bila prolaps semakin besar dan makin sukar untuk melakukan reposisi,
akibat adanya udem, sehinga makin besar dan sama sekali tidak dapat
dimasukkan lagi karena rangsangan dan bendungan mukus serta
keluarnya darah. Dimana sfingter ani menjadi longgar dan hipotonik
sehingga terjadi inkontinensia alvi

Marlex Rectopexy

FIKSASI MESH PADA


PROMONTORIUM SAKRUM.

Altemeier Perineum Rectosigmoidectomy

Terdapat dua jenis operasi untuk prolaps rektum:


1. Prosedur abdominal memiliki tingkat kekambuhan lebih
rendah dan menjaga kapasitas penyimpanan rektum tetapi
mempunyai risiko lebih dan memiliki insiden konstipasi yang
lebih tinggi pasca operasi.
2. Prosedur perineum tidak berisiko terjadinya anastomosis
namun mengurangi rektum, sehingga kapasitas
penyimpanan rektum berkurang, namun memiliki angka
kekambuhan lebih tinggi.

KOMPLIKASI
1. Infeksi
Sumber yang paling umum dari infeksi pada prosedur
pembedahan per abdomen adalah organisme kulit pada
luka
2. Pendarahan
Perdarahan paling sering terjadi dalam 2 situasi. Situasi
pertama melibatkan robeknya pembuluh darah presakrum
selama prosedur per abdomen, ketika rektum langsung
ditempelkan ke fasia presakrum. Hal ini dapat menyebabkan
hematoma presakrum atau perdarahan hebat

Situasi umum kedua untuk perdarahan terjadi selama

penipisan mukosa pada prosedur Delorme atau dari


pemisahan luka pasca operasi.
3. Perlukaan Usus
Perlukaan usus dapat terjadi selama mobilisasi rektum.

Jika diketahui, luka tersebut biasanya dapat diobati tanpa


memerlukan diversi usus. Jika usus terluka, tidak
diperkenankan melakukan pemasangan material asing.

4. Kebocoran Anastomosis
Prosedur per abdomen dengan penyulit kebocoran mungkin
tidak memerlukan eksplorasi ulang jika kebocoran kecil dan
berisi, dan pasien stabil. Timbunan kebocoran dapat
ditangani dengan drainase perkutan, dan kebocoran ini
sering membaik dengan perawatan suportif.

5. Penurunan Fungsi Kandung Kemih dan Seksual


Saraf simpatik dan parasimpatis panggul berjalan di
sepanjang rektum, jika pembedahan tidak dilakukan pada
bidang yang tepat, cedera dapat terjadi, menyebabkan
disfungsi kandung kemih, impotensi, atau ejakulasi
retrograde.

PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik dengan pengobatan yang tepat.

Kontinensia biasanya buruk pada awalnya setelah


perawatan bedah, tetapi pada kebanyakan pasien
membaik dari waktu ke waktu, namun, tingkat perbaikan
tidak dapat diprediksi.
Mortalitas pasca operasi rendah, namun tingkat

kekambuhan bisa setinggi 15%, terlepas dari prosedur


operasi yang dilakukan

Anda mungkin juga menyukai