Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GANGGUAN PERSEPSI


SENSORI : HALUSINASI

Ns. Dwi Putri P, S.Pd, M.Kep, Sp Jiwa

A. Konsep Dasar Gang.Persepsi Sensori: Halusinasi


1.
2.
3.

Persepsi : Ad. Proses diterimanya rangsang sampai rangsang


itu disadari & dimengerti.
Sensori/ Penginderaan/ Sensation: Proses penerimaan
rangsang oleh reseptor sensori tubuh.
Gang.Persepsi Sensori ad.ketidak mampuan manusia dlm
membedakan ransang yg timbul dr sumber
internal(pikiran,perasaan,sensasi somatik) dg impuls &
stimulus eksternal. Dg maksud bahwa manusia masih
mempunyai kemampuan dlm membandingkan & mengenal
mana yg mrpk respon dari luar dirinya.

Manusia dg Ego sehat dpt:


Membedakan antara fantasi & kenyataan.
Menggunakan proses pikir yg logis, membedakan dg
pengalaman & dpt memvalidasi serta mengevaluasi scr
akurat.
Jika ego diliputi rasa kecemasan yg tinggi, maka
kemampuan untuk menilai realitas akan terganggu.
Gang. persepsi dpt terjadi pd proses sensori
pendengaran, penglihatan,penciuman, perabaan atau
penengecapan dpt bersifat ringan berat sementara
lama (Harber, Judith, 1987:725)

4.Halusinasi
Mrpk salah satu gang.persepsi, dimana tjd
pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan
sensorik (persepsi indera salah).
Cook & Fontaine, 1987 : Persepsi sensorik ttg suatu
objek, gambaran & pikiran yg sering terjadi tanpa
adanya rangsangan dari luar, yg dpt meliputi semua
sistem penginderaan.
Wilson, 1983: Gang.penyerapan/persepsi panca indra
tanpa adanya rangsang dari luar yg dpt tjd pd sistem
penginderaan dimana tejd pd saat kesadaran individu
itu penuh & baik

Halusinasi
Salah satu disfungsi yg paling sering terjadi pd
Skizoprenia & mengganbarkan hilangnya kemampuan
menilai realita.
Skizoprenia diawali dg tjdnya anxietas yg berat & tdk
dpt diatasi oleh klien.
Klien tdk mampu mengatasi & mengontrol
pikiran,perasaan, persepsi & perilakunya. Fungsi
egonya terpecah & tak terintegrasi shg gagal mengenal
diri sendiri dan berintegrasi dg lingkungannya
Dg halusinasi klien mencoba memenuhi keinginan yg
tdk terpenuhi didunia nyata (mis: Komunikasi &
Ketergantungan).

5. Jenis Halusinasi (Wilson & Kneisl,1988)


1. Halusinasi dengar (akustik,auditorik) : Mendengar
suara yg membicarakannya, mengejek, menertawakan
atau mengancam dirinya sering tjd pd Skizoprenia.
2. Halusinasi penglihatan (Visual). Merasa melihat
pemandangan, orang, hewan atau sesuatu yg tdk ada
objeknya yg dpt memberikan rasa nyaman atau
ketakutan.
3. Halusinasi penciuman (olfaktori) mengatakan
mencium bau-bauan bunga,kemenyan,mayat dsb yg
tdk ada sumbernya (jarang terjadi)

4. Halusinasi Pengecapan(Gustatori): merasa ada


suatu rasa dimulutnya & sering dijumpai pd
kasus Seizure Disorder
5. Halusinasi Raba (Taktil) merasa ada binatang yg
merayap pd kulitnya atau ada orang yg
memukul/ mencubitnya. Sering didpt pd klien
dg akut alkohol withdrawal.
Halusinasi dpt terjadi tunggal ataupun secara
bersamaan(dengar &lihat)
Halusinasi menyebabkan perubahan yg jelas pd
kehidupan nyata shg klien sulit diajak
komunikasi mengenal diri & lingk. Serba sulit
mengukur afek (emosi) yg tdp pd klien tsb.

6. Psikopatologi Halusinasi
a.

Haber & Judith, 1987 perkembangan halusinasi


melalui 4 fase:
Fase I : individu mengalami
anxietas,stress,perasaan terpisah & kesepian.
Klien melamun & memfokuskan pd hal-2 yg
menyenangkan utk menghilangkan kecemasan
& stressnya. Cara ini menolong sementara &
klien masih dpt mengontrol kesadaran,
mengenal pikiran sbg bagian dari dirinya
meskipun intensitas persepsi meningkat.

b. Fase II ansietas meningkat yg dipengaruhi oleh


pengalaman yg bersumber pd pengalaman interna &
eksterna. Klien berada pd tingkat mendengarkan
halusinasinya. Pemikiran eksternal > menonjol.
Gambaran halusinasi berupa suara & sensori yg
berupa bisikan yg tdk jelas, akan tetapi klien takut
apabila ada orang lain yg mendengar/
memperhatikannya. Perasaan klien tdk efektif utk
mengontrol pikiran tsb. Klien bersuaha membuat
jarak dg halusinasinya dg cara memproyeksikan
pengalaman shg halusinasi seolah-olah datang dari
orang lain atau tempat lain.

c. Fase III : Halusinasi lebih menonjol,


menguasai & mengontrol pemikiran klien.
Klien menjadi terbiasa atas halusinasinya
& tdk berdaya atas halusinasi tersebut, yg
menjadi kesenangan & keamanan yg
bersifat sementara.

d. Fase IV : Klien merasa tdk berdaya melepaskan


diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi dari
yg menyenangkan berubah menjadi mengancam,
memerintah & memarahi. Klien merasa tdk
mampu membentuk hubungan yg berarti dg
orang lain, karena terlalu sibuk dg halusinasinya.
Klien berada dlm dunia yg menakutkan dlm
waktu singkat, beberapa saat atau selamanya.

Gail Wiscarz,Stuart & Sandra J.Sundden


a. Tahap I : Menenangkan Ansietas Tingkat
Sedang
Scr umum halusinasi bersifat menyenangkan.
Karakteristik: Klien berada dlm kondisi
ansietas, kesepian, rasa bersalah & takut
mencoba memusatkan pd penenangan pikiran
untuk mengurangi ansietas, individu tahu
bahwa pikiran & sensori yg dialami tsb dpt
dikendalikan jikaansietas dpt diatasi
(Nonpsikotik)

b. Tahap II : Menyalahkan Ansietas Tk. Berat


Scr umum halusinasi menjijikan
Karakteristik : Pengalaman sensori bersifat
menjijikkan & menakutkan. Klien mulai merasa
kehilangan kendali & mungkin berusaha
menjauhkan diri dr sumber yg dipersepsikan, klien
mungkin merasa malu & menarik diri (Non
Psikotik)

c. Tahap III : Mengendalikan Ansietas Tk.Berat


Pengalaman sensori menjadi penguasa.
Klien tak kuasa melawan halusinasinya &
membiarkan halusinasi menguasahi dirinya.
Isi Halusinasi : permohonan & klien merasa
kesepian jika pengalaman sensori ini berakhir
( Psikotik )

d. Tahap IV : Menaklukkan Ansietas Tk.Panik


Scr umum halusinasi lebih rumit & saling
terkait dg Delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori
menakutkan jika klien tdk mengikuti
perintah : halusinasi dpt berlangsung dlm
beberapa jam atau hari & bila tdk mendapat
intervensi teraupetik (Psikotik)

7. ETIOLOGI
Mary Durant Thomas, 1991 : Skizoprenia, depresi atau
keadaan psikosa lain, keadaan delirium, demensia &
kondisi yg berhubungan dg alkohol & zat.
Dpt juga pd Epilepsi, infeksi sistemik & gang.
Metabolik.
Dpt sbg efek samping pengobatan anti depresant,
antikolinergik, anti inflamasi, antibiotik &
halusinogenik lain.
Dpt tjd pada orang normal pd individu yg mengalami
isolasi, perubahan sensorik (buta, tuli & permasalahan
pd pembicaraan)

8. Manifestasi Klinik
Tahap I
Menyeringai atau tertawa yg tdk sesuai
Menggerakkan bibirnya tanpa bersuara
Gerak mata yg cepat
Respon verbal yg lambat
Diam & dipenuhi oleh sesuatu yg mengasikkan

Tahap II
Peningkatan aktivitas SSO yg menunjukkan ansietas :
TPR naik.
Penyempitan kemampuan konsentrasi
Dipenuhi pengalaman sensori & mungkin kehilangan
kemampuan membedakan halusinasi & kenyataan.
Tahap III
Lebih mengikuti perintah halusinasi dibandingkan dg
menolak halusinasinya
Kesulitan dlm berhubungan dg orang lain
Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik
Gejala fisik ansietas berat : spt berkeringat, tremor,
ketidak mampuan mengikuti petunjuk.

Tahap IV :
Perilaku menyerang, teror seperti panik.
Sangat berpotensi bunuh diri atau
membunuh orang lain
Kegiatan fisik yg merefleksikan halusinasi
spt amuk, agitasi, menarik diri atau kataton.
Tdk mau berespon thd petunjuk yg
kompleks
Tdk mampu berespon thd lebih dari satu
orang

B. Asuhan Keperawatan
Klien dg halusinasi sukar mengontrol diri & sukar
berhubungan dg orang lain.
Perawat harus punya kesadaran diri yg tinggi agar
dpt mengenal, menerima & mengevaluasi
perasaan sendiri shg dpt menggunakan diri scr
teraupetik.
Dibutuhkan sikap jujur, empati, terbuka, selalu
memberi penghargaan namun tdk boleh tenggelam
& menyangkal halusinasi klien.

1. Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan : Jika tugas perkembangan
mengalamai hambatan & hub. Interpersonal
terganggu maka individu akan mengalami stress &
kecemasan.
2) Faktor Sosio Kultural : Fakto ryg menyebabkan
seseorang merasa disingkirkan shg merasa kesepian
thd lingkungan dimana klien dibesarkan.

3) Faktor Biokimia : Stress yg


berkepanjangan pd individu meningkatkan
produk halusinogenik neurokimia
(Buffofenon & Dimetytransferasi / DMP)
4) Faktor Psikologis : Hub. Yg tdk harmonis,
peran ganda yg bertentangan & sering
diterima individu.
5) Faktor Genetik : Gen apa yg menunjukkan
skizofgrenia blm diketahui tetapi hasil
studi menunjukkan faktor keluarga
menunjukkan hub yg sangat berpengaruh.

b. Faktor Presipitasi
Stimulus yg dipersepsikan klien sbg tantangan,
ancaman/ tuntutan yg memerlukan energi ekstra untuk
koping.
Rangsangan lingkungan yg berlebihan : Partisipasi
klien dlm kelompok, terlalu lama berkomunikasi, objek
yg ada dilingkungan, suasana isolasi & kesepian sbg
pencetus halusinasi. Dan tubuh mengeluarkan zat
halusinogenik.

c. Prilaku
Respon klien thd halusinasi dpt berupa :
Curiga, ketakutan, rasa tdk aman, gelisah,
bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tdk mampu mengambil
keputusan dan tak dapat membedakan
antara keadaan nyata dan tak nyata.

1)

Rawlins & Heacock,


Dimensi Fisik : Manusia dibangun
1993.atas 5 indera yg

mennggapi rangsang eksternal dr lingk. Halusinasi


dpt timbul karena : Kelelahan luar biasa, obat-2an,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol &
insomnia yg lama.
2) Dimensi Emosional: Perasaan cemas yg berlebihan
atas problem yg tdk dpt diatasi merupakan penyebab
halusinasi. Klien tdk tdk sanggup menentang perintah
halusinasi shg klien berbuat sesuatu thd ketakutan
tersebut.

3)

4)

5)

Dimensi Intelektual : Individu dg halusinasi akan


memperlihatkan fungsi ego. Pd awalnya halusinasi mrpk usaha
dari ego utk melawan impuls yg menekan, namun akhirnya
menjadi suatu hal yg menimbulkan kewaspadaan &
mengambil alih seluruh perhatian.
Dimensi Sosial : Cenderung menyendiri, asik dg halusinasinya
seolah-2 tempat memenuhi keb.interaksi sos. & kontrol harga
diri yg tdk diperoleh didunia nyata. Isi halusinasi dpt menjadi
kontrol thd halusinasi tsb shg perintah halusinasi dpt berupa
ancaman diri atau orla.
DimensiSpiritual : Manusia ciptaan Tuhan sbg makhluk sosial
shg interaksi mrpk keb. Dasar. Pd klien halusinasi cenderung
menyendiri, tdk sadar sbg makhluk sosial, tdk sadar
keberadaannya & halusinasi sbg kontrol kehidupannya. Saat
klien dikuasai halusinasi akan kehilangan kontrol kehidupan
dirinya.

d. Sumber Koping
Suatu evaluasi pilihan koping & strategi klien.
Ind. Yg stress & ansietas akan menggerakkan
sumber koping dilingkungan.
Sbg modal pemecahan masalah, dukungan sosial
& keyakinan budaya yg membantu
mengintegrasikan pengalaman yg menimbulkan
stress & mengadopsi strategi koping yg berhasil.

e. Mekanisme Koping
Upaya yg dilaksanakan pd pelaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaiaan
masalah langsung & mekanisme pertahanan
yg digunakan untuk melindungi diri.

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko PK pd diri & orla
Defisit Perawatan diri

Tdk mampu merawat diri

Efek

Gang.Persepsi Sensori : Halusinasi CP

Isolasi sosial : Menarik Diri Etiologi

Gang. Konsep Diri : HDR Kronik

Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.

Resti PK pd diri, lingk. & orla


Gang. Persepsi sensori : halusinasi ..
Isolasi sosial : menarik diri
Defisit perawatan diri
dst

Obrolan para bayi millenium


Generasi kita
akan semakin
berat
menghadapi
tantangan
hidup ini
kawan !.
Saya
pikir
memang
demikian
.

Hadapi
stress dg
dewasa
Atasi
masalah
tanpa Emangnya
masalahPegadaian..!
Ok, baby
Its right coy..!

Ah.. Tak ada rotan


akarpun jadi.. Tak
ada susu
tanganpun
jadi.nyammm.
Itu
regresi

Merumuskan Diagnosa Keperawatan


Gangguan sensori persepsi: halusinasi
(dengar/lihat/kecap/hiduan/raba)

Tindakan Keperawatan Pasien


Halusinasi
Tujuan :
1. Pasien mengenali halusinasi yang
dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan
secara optimal

Tindakan Keperawatan Pasien


Halusinasi

SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
6. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
7. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP III

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang
biasa dilakukan pasien di rumah)
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP IV

Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien


Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

Tindakan Keperawatan Kepada


Keluarga

Tujuan:
Keluarga dapat terlibat dalam perawatan
pasien baik di di rumah sakit maupun di
rumah
Keluarga dapat menjadi sistem pendukung
yang efektif untuk pasien.

Tindakan Keperawatan Kepada


Keluarga
Tindakan:
1. Berikan pendidikan kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi,
proses terjadinya halusinasi, dan cara merawat
pasien halusinasi.

2. Berikan kesempatan kepada keluarga untuk


memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.

3. Buat perencanaan pulang bersama keluarga

Evaluasi
Menilai kemampuan pasien dan keluarga
serta perawat
Gunakan format yang tersedia lihat
modul

Evaluasi pada pasien:


Pasien mengenal halusinasi
Pasien mampu menggunakan cara mengontrol
halusinasi:

Menghardik
Bercakap-cakap
Membuat jadwal kegiatan
Melakukan kegiatan sesuai jadwal
Menggunakan obat secara teratur

Evaluasi kemampuan keluarga:

Menyebutkan pngertian halusinasi


Menyebutkan jenis halusinasi
Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi
Memperagakan cara memutus halusinasi
Mengajak bercakap-cakap saat halusinasi
Memantau aktivitas sehari-hari sesuai jadwal
Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
Menyebutkan sumber pelayanan kesehatan yang tersedia
Memanfaatkan sumber yankes terdekat

Asuhan keperawatan kepada kelompok


pasien halusinasi
Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi
Lihat buku TAK untuk panduan

TERAPI AKTIVITAS
KELOMPOK
Sesi I: Mengenal halusinasi
Sesi II: Mengontrol dengan menghardik
Sesi III: Mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan
Sesi IV: Mencegah halusinasi dengan bercakapcakap
Sesi V: Mengontrol halusinasi dengan patuh
minum obat

Pertemuan Kelompok Keluarga


Kelompok Besar:
Membahas tentang halusinasi, proses
terjadinya, dan cara penangannya
Diskusi tentang pengalaman menangani
halusinasi

Kelompok kecil:
Sharing cara merawat pasien di rumah

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai