FISIOLOGI RESPIRASI
Untuk mahasiswa kedokteran, keperawatan, kebidanan, dan jurusan kesehatan lainnya
Sanksi Pelanggaran
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang :
Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1982
Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau
memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan
atau didenda paling banyak Rp.100.000.000., (seratus juta
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau
barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.50.000.000,(lima puluh juta rupiah).
KATA PENGANTAR
Jambi,
April 2011
Penulis
I.
II.
Regulasi Respirasi
a. Pusat Inspirasi
b. Pusat Ekspirasi
c. Regulasi Sentral
d. Regulasi Perifer
e. Refleks Inflasi
III.
Kasus/Integrative Teaching
a. Gangguan Airway
b. Gangguan Breathing
c. Gangguan Circulation
IV.
Pokok Bahasan
: Kerja Respirasi
TIU
TIK
I. Pendahuluan
Setiap mahluk hidup memerlukan oksigen untuk untuk hidup. Oksigen dapat masuk
dalam tubuh kita karena adanya sistem respirasi yang diciptakan oleh Tuhan. Oksigen
tersebut digunakan oleh sel-sel tubuh kita untuk membentuk energi/ATP di dalam
mitokondria (sebagai power of house). Tanpa adanya oksigen maka akan terjadi
metabolisme anaerobik yang menghasilkan asam laktat yang hanya mampu bertahan
paling lama 8 menit dan akan menyebabkan kematian tingkat seluler. Untuk memasok
oksigen ke seluruh tubuh juga dibutuhkan peran organ lain seperti jantung, pembuluh
darah, darah, dan otak. Jantung berperan untuk memompa darah yang kaya oksigen ke
seluruh tubuh dan memompakan kembali darah hasil metabolisme seluler ke paru-paru.
Pembuluh darah penting untuk proses difusi oksigen dari alveoli menuju ke sel eritrosit
dalam kapiler alveoli dan dibawa oleh sel darah merah itu didalam vaskuler untuk di
bawa ke jaringan tubuh kita. Darah penting sebagai transporter/alat pengangkut menuju
ke sel.
Petunjuk: Kasus ini akan dipakai untuk mempelajari anatomi-fisiologi di tiap Bab,
dan akan dibahas dalam Bab tersebut.
CASE :
Tn. B tidak sadarkan diri karena tertabrak truk tronton saat sedang berjalan kaki,
dan segera dibawa ke IGD RS Siloam. Ketika sampai di IGD, ternyata Tn.B
mengeluarkan suara mengorok dan terlihat keluar darah dan kotoran dari
mulutnya. Pada pemeriksaan paru terlihat gerak dada kanan tertinggal, trakea
terdorong ke arah paru yang sehat, dan jumlah pernafasan dalam satu menit 30
kali. Pada pemeriksaan auskultasi, suara pernafasan dada sebelah kanan menurun,
dan suara jantung dalam batas normal, akan tetapi mengalami takikardi. Pada
pemeriksaan pulse oximetry, didapatkan SaO2 80%.
Keywords: Pasien mengalami gangguan:
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation due to thorax trauma
Dengan demikian maka dapatlah kita ketahui bahwa udara yang kita hirup harus melalui
sistem pernafasan bagian atas kemudian menuju ke sistem pernafasan bagian bawah.
Jalur aliran udara pada traktus respiratorius dimulai dari hidung (rongga hidung)
faring (nasofaring, orogfaring, laringofaring) laring trakea bronkus (primer,
sekunder/lobar, tersier/segmental) bronkiolus bronkiolus terminalis bronkiolus
respiratorius duktus respiratorius alveoli.
Paru Obstruksi Kronis) akibat merokok dengan infeksi sekunder. Dahak dapat
juga bercampur darah bila ada iritasi pada saluran pernafasan atau batuk yang
terlalu dipaksakan. Batuk berdahak yang berwarna merah tidak sama dengan
batuk darah, karena bila batuk darah artinya sebagian besar yang dibatukkan
adalah darah. Darah yang dibatukkan berasal dari paru biasanya berwarna merah
segar dan berbuih (menandakan ada campuran udara) karena berasal dari alveolus
dan kapiler alveolus yang pecah.
Secara histologis sel epitel pada sistem respirasi adalah sel kubus (Pseudostratified
Ciliated Columnar/PSCC) berlapis semu bersilia yang sangat diperlukan untuk
pembersihan saluran pernafasan dari debu, patogen, dan benda asing yang masuk karena
sel ini mensekresikan cairan/lendir/mukus yang mengandung IgA dan enzim pembunuh
kuman, untuk dibuang ke arah faring kemudian dibatukkan dan dibuang atau ditelan dan
diasamkan dalam gaster.
Hidung
Udara masuk melalui lobang hidung melewati vestibula nasalis menuju rongga
hidung. Dibagian luar hidung terdapat rambut-rambut hidung sehingga disini
udara akan mengalami penghangatan, pelembaban dan penyaringan. Selain itu
hidung juga berfungsi sebagai organ penciuman.
Faring
Udara dari hidung akan melewati rongga hidung yaitu nasofaring orofaring
laringofaring dan akhirnya ke laring
Sel nasofaring dilapisi oleh sel berlapis kubus bersilia, tetapi orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng.
Laring
Saluran udara ini dibentuk oleh sembilan tulang kartilago yaitu 1 tulang kartilago
tiroidea, 1 epiglotis, 1 kartilago krikoid, 2 aritenoid, 2 kornikulata, 2 kuneiformis.
Inilah yang disebut kotak suara, disini terletak alat musik yang paling hebat
yang pernah ada yang mampu mengeluarkan nada dan irama bersamaan dengan
kata-kata/syair suatu lagu. Bila terjadi infeksi/tumor di daerah ini akan
menyebabkan perubahan suara atau suara menjadi terdengar parau atau menjadi
bisu (tidak bisa mengeluarkan suara sama sekali) akibat putusnya persarafaan pita
suara (n.Laringeus).
10
11
Aritenoid, kornikilata, dan kuneiformis bagian atas melekat pada pita suara
palsu dan bagian bawah melekat pada pita suara sejati.
Bila seseorang mengeluarkan suara, maka pita suara akan merapat, sedangkan
saat istirahat maka pita suara akan terbuka.
Trakea
Trakea memiliki komposisi yang keras tetapi tetap bersifat fleksibel (bentuknya
seperti pipa), dan terletak di anterior esophagus. Trakea melekat pada kartilago
krikoid (pada level vertebrae C6) dan berakhir pada mediastinum bercabang ke
kiri dan kanan primer bronkial (pada vertebrae level T5). Akhir ujung trakea
disebut juga karina dan akan menjadi bronkus kiri dan kanan. Trakea dilapisi
epitel pernafasan. Trakea berbentuk huruf C terdiri kartilago hialin melindungi
saluran pernafasan saat proses menelan supaya saat esophagus melakukan gerak
peristaltis propulsif tidak terganggu/mengakibatkan nyangkut. Otot trakea (otot
polos) terletak pada bagian posterior melekat pada ujung kartilago trakea.
12
Bronkus
Pada ujung trakea yang kita sebut karina akan membentuk menjadi brokus primer
yang kita sebut bronkus kiri (sinistra) dan kanan (dekstra) yang akan menuju ke
hilus. Di dalam paru-paru, bronkus primer bercabang menjadi bronkus (lobar)
sekunder (tiga cabang pada paru-paru kanan dan dua cabang pada paru kiri).
Bronkus sekunder kemudian bercabang menjadi bronkus tersier (segmental)
menjadi sepuluh cabang. Bronkus tersier kemudian melanjutkan percabangannya
menjadi lebih kecil kemudian menjadi bronkiolus. Percabangan ini akan
membentuk pohon bronkial/bronchial tree
13
Maka dapatlah disimpulkan bahwa saluran pernafasan terjadi perubahanperubahan yang sangat penting yaitu:
Peningkatan jumlah cabang saluran pernafasan (1 primer 2 atau 3
sekunder 10 bronkus tersier 6000 cabang bronkiolus terminalis
jutaan duktus alveolar)
Penurunan diameter saluran pernafasan
Kartilago menghilang pada bronkiolus terminalis
Jumlah otot polos meningkat (sesuai dengan diameter)
Lapisan epitel berubah dari epitel kubus bersilia menjadi epitel gepeng
pada alveoli
Paru-Paru
Lokasi paru-paru terletak dalam rongga toraks (dada), dikelilingi oleh dua lapisan
pleura yaitu:
14
Setiap paru-paru ini dikelilingi membran serous (pleura) yang sebenarnya satukesatuan (bersambung) antara pleura visceral dan parietal. Diantara lapisan ini
terdapat rongga yang sangat tipis dan didalamnya terdapat cairan pleura yang
berfungsi untuk membantu pergerakan paru-paru saat proses bernafas.
Paru-paru kita ada dua yaitu kiri dan kanan. Paru-paru kanan terbagi menjadi tiga
lobus (lobus superior, medius, inferior) yang dipisahkan oleh dua fisura yaitu
fisura horizontal dan fisura obligue, sedangkan paru-paru kiri terdiri dari dua
lobus (lobus superior dan lobus inferior)
obligue.
15
Alveoli
Alveoli adalah suatu ruang yang terbentuk oleh jaringan epitel yang merupakan
tempat terjadinya pertukaran gas. Pada tiap paru manusia, terdapat sekitar 150
juta alveoli. Alveoli yang berkelompok akan membentuk duktus alveoli komunis
dan membentuk sakus alveolar.
16
Sel epitel gepeng alveolar (disebut juga sel tipe I), merupakan sel primer yang
membentuk dinding alveoli, lapisan yang dibentuk hanya selapis sel gepeng,
sehingga dinding alveoli sangat tipis sehingga mempermudah untuk proses difusi
gas.
Sel septa (disebut juga sel tipe II), berfungsi mensekresikan surfaktan yang
berguna untuk mengurangi tegangan permukaan, sehingga dapat mencegah
perlekatan dan memudahkan pertukaran gas. Surfaktan adalah campuran
kompleks fosfolipid yaitu dipalmitoylphosphatidylcholine), protein (apoprotein
surfaktan), dan ion-ion seperti Ca2+. Dengan adanya surfaktan maka alveoli tidak
kolaps atau tetap mengembang karena tarikan antara molekul air diberbagai
tempat di alveoli dapat dikurangi. Surfaktan mulai disekresikan saat umur
kehamilan menginjak 7 bulan, sehingga bayi prematur rentan mengalami
penyakit paru.
17
18
Lapisan ini ketebalannya hanya 0,5 m, sangat tipis sekali, memudahkan gas
(oksigen dan karbon dioksida) berdifusi melewati membran respiratorius sangat
mudah sekali. Pertukaran gas ini terjadi di seluruh jutaan alveoli yang bila semua
luas permukaan alveoli tersebut digabungkan menjadi + 100 m2.
1.
2.
3.
4.
5.
Pertanyaan
Tuliskan fungsi umum respirasi
Tuliskan bagian-bagian anatomi respirasi
Apa yang dimaksud dengan bronchial tree?
Sebutkan fungsi alveoli!
Bagaimana proses masuknya udara ke paru-paru?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang anatomi fisiologi Respirasi!
19
Gangguan Airway:
Kita sudah mempelajari saluran pernafasan, dan bila terjadi sumbatan maka akan
mengganggu proses pernafasan. Hal ini sangat berbahaya karena bila tubuh tidak mendapat
oksigen lebih dari empat (4) menit maka akan terjadi kematian. Oleh karena itu untuk
menyelamatkan pasien ini dari pembunuh pertama dari kasus ini adalah membebaskan jalan
nafas (Airway management).
Tersumbatnya saluran pernafasan bisa disebabkan karen jatuhnya lidah ke belakang pada
pasien tidak sadar, hasil muntahan dari lambung, darah dari rongga faring, atau benda asing
yang masuk seperti tanah, pasir, gigi palsu dll. Pada saat pemeriksaan look-listen-feel dapat
ditemukan suara mendengkur (snoring), berkurmur (gargling) yang menandakan adanya
sumbatan jalan nafas.
Membebaskan pernafasan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu bila tidak ada cedera kepalaleher dilakukan head tilt dan chin lift manuver dan
Chin lift
1.
2.
Chin
Lift
manuver,
mengangkat
20
dagu,
3. Jaw thrust manuver, dengan mendorong angulus mandibula, sehingga rongga orolaringofaring terbuka. Manuver ini ditujukan pada penderita dengan kecurigaan cedera
kepala-leher, dan harus dipasang kolar servikal (cervical collar).
Bila ada benda asing yang menumpuk di rongga mulut maka dapat dilakukan pembersihan
dengan cross finger swab yaitu dengan jempol pada gigi rahang atas dan telunjuk pada gigi
rahang bawah bersilangan.
21
Bila ada cairan di rongga mulut dapat dihilangkan dengan disedot dengan alat suction.
Bila
dengan
manuver
maka
harus
alat
seperti
sadar,
22
tube
(ETT)
atau
Apabila terlihat henti nafas maka akan dilakukan bantuan pernafasan dengan mulut ke mulut
(mouth to mouth) atau dengan dengan alat seperti bag mask ventilation dengan tekanan positif.
23
Untuk dapat melakukan fungsi tersebut, maka harus ada proses fisiologis utama yang
terjadi yaitu:
i.
Ventilasi pulmonal, merupakan proses masuk dan keluarnya udara antara udara
atmosfir dan alveoli paru
ii.
Difusi oksigen dan karbondioksida, merupakan difusi gas antara alveoli dan darah pada
kapiler paru-paru
iii.
iv.
Ventilasi pulmonal merupakan fenomena mekanik yaitu terjadi gerakan paru sedemikian
rupa sehingga udara dapat masuk dan keluar dari traktus respiratorius. Hal ini akan
mengakibatkan terjadinya ventilasi alveolar.
24
Proses mekanik ini mengakibatkan diameter vertikal meningkat bila diafragma melakukan
kontraksi turun ke bawah saat inspirasi, sedangkan pada saat ekspirasi, diameter vertikal akan
memendek karena diafragma mengalami relaksasi sehingga diafragma naik ke atas.
25
Proses mekanik ini mengakibatkan diameter anterior-posterior meningkat saat inspirasi dan pada
saat ekspirasi diameter anterior dan posterior akan memendek.
Kedua proses mekanikal ini akan menyebabkan volume paru-paru membesar karena diameter
vertikal dan anterior-posterior meningkat pada saat terjadi inspirasi, sedangkan pada saat
26
ekspirasi proses mekanikal ini menyebabkan volume paru-paru mengecil karena diameter
vertikal dan anterior-posterior berkurang.
Pada pemeriksaan radiologis yaitu X-Rays Toraks PA, maka pada saat inspirasi terlihat volume
kedua lapang paru (hemitoraks kiri-kanan) meningkat, dan pada saat ekspirasi terjadi hal
sebaliknya. Hal inilah yang menyebabkan seorang klinisi bila meresepkan pemeriksaan
radiologis toraks dalam keadaan inspirasi dalam, caranya adalah pasien diminta menarik napas
dalam (dalam posisi full inspirasi) dan menahan nafas kemudian baru dilakukan X-Rays. Dengan
posisi ini maka seluruh lapang paru dapat terlihat jelas, dengan demikian untuk penyakit tertentu
seperti TBC Pulmonal, BTA M.Tuberculosis sering mengisi bagian paru atas dan bawah dapat
lebih terlihat jelas.
27
Pada saat inspirasi yang paling dominan adalah m.diafragma, dipakai bila melakukan
aktivitas sehari-hari yang dibantu juga oleh m.Interkostalis Eksternal, tetapi bila
akitivitasnya meningkat seperti sedang olahraga, maka otot-otot tersebut dibantu oleh
otot-otot tambahan (otot asesorius) seperti m.sternokleidomastoid, m.skaleneus, m.seratus
anterior. Pada keadaan kekurangan oksigen (hipoksia) maka otot-otot ini mulai diaktifkan
seperti pada penyakit pneumonia yang kita sebut retraksi pernafasan sehingga tulang iga
akan kelihatan menonjol. Pada bayi, nafas cuping hidung (nasal flaring) akan muncul
bila dalam keadaan sesak nafas, yang mana akan terlihat cuping hidung kembang-kempis.
Otot ekspirasi
Intercostalis Internal
Otot-otot Abdominal seperti otot Rektus Abdominis, Obliqus Interna dan
Eksternal, dan Transversus Abdominis.
Proses ekspirasi bersifat pasif, artinya volume paru-paru mengecil ke posisi awal akibat
relaksasi otot-otot pernafasan dan rekoil elastisitas. Namun demikian pada penyakit
obstruktif (ganggguan ekspirasi/mengeluarkan udara) seperti penyakti asma, maka proses
ekspirasi berubah menjadi aktif dengan melibatkan otot-otot ekspirasi yang berusaha
mengeluarkan udara yang terperangkap akibat obstruksi pada saluran pernafasan secara
paksa.
28
29
Ket.
P
= Tekanan
= Volume
Tekanan berbanding terbalik dengan volume artinya bila volume besar maka
tekanannya mengecil, dan bila volume mengecil maka tekanan meningkat
Dalam ruangan yang tertutup, maka bila volumenya diperkecil maka molekulmolekul gas yang ada akan saling bertubrukan menghasilkan tekanan yang
meningkat
30
Udara akan mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah
Hukum ini pun berlaku pada paru-paru kita yang disebabkan oleh proses ventilasi
pulmonal.
31
32
01. Tegangan Permukaan Alveolar, yang disebabkan cairan yang terdapat pada alveoli.
Cairan pada tiap sisi alveoli ini selalu ingin berkumpul satu sama lainnya, bila hal ini
terjadi maka alveoli akan kolaps dan hal ini dapat dicegah oleh surfaktan
02. Elastisitas jaringan paru, jaringan paru sangat elastis karena banyak mengandung seratserat elastin, menyebabkan paru-paru kembali pada posisi istirahat
03. Elastisitas dinding toraks, dinding toraks yang dibentuk oleh otot, tulang, dan tulang
rawan
Pada saat inspirasi maka akibat rekoil elastisitas dinding dada maka paru-paru dapat
mengembang dengan mudah (volume membesar) dan menyebabkan tekanan intrapleura semakin
negatif menjadi 753-752 (tekanan menurun) atau -7/-8 mmHg pada tekanan atm. Tekanan
intrapleura yang lebih negatif ini menyebabkan alveolar mengembang karena tekanan
33
intrapleural yang semakin negatif berfungsi sebagai suction. Sebaliknya, pada saat ekspirasi,
karena rekoil elastisitas dinding dada menyebabkan volume kembali ke posisi istirahat (volume
mengecil), dan tekanan intrapleura menjadi lebih positif (tekanan meningkat) menjadi 756
mmHg atau 4 mmHg.
34
Pada penyakit Pneumothoraks terjadi kerusakan integritas rongga pleura/rongga pleura bocor,
sehingga udara atmosfir (tekanannya 760 mmHg) akan masuk ke rongga pleura yang memiliki
tekanan yang lebih negatif dari atm (756 mmHg) sampai tekanan negatifnya hilang, sehingga
sekarang tekanan intrapleura sama dengan tekanan atm (760 mmHg). Hal ini menyebabkan
hilangnya tekanan transpulmonal, sehingga fungsinya sebagai suction yang menyebabkan paruparu tetap mengembang hilang.
35
GANGGUAN BREATHING:
Pada trauma pada dada sering sekali terjadi fraktur pada tulang koste, hal ini menyebabkan
gangguan ventilasi, sehingga sisi paru yang cedera terlihat tertinggal saat inspirasi yang kita
sebut flail chest. Hal ini sangat menggaggu ventilasi seperti pada gambar di atas. Bila hal ini
tidak segera diatasi maka akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan.
36
Flail chest juga bisa diikuti dengan pneumothoraks, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Hal ini menyebabkan hanya satu bagian paru yang berfungsi dengan baik.
Pneumothoraks artinya tekanan atmosfir sama dengan tekanan pleura seperti gambar di bawah
ini.
37
Guna mencegah hal ini bertambah buruk karena akan menyebabkan kematian, maka harus
dipasang chest tube atau selang dada yang berfungsi mengalirkan tekanan dari paru ke WSD
(Water sealed Drainage). Hal ini juga akan mengembalikan tekanan pleura menjadi normal
kembali. Selang dipasang di ICS V pada garis midaksilaris.
Setelah tekanan intrapleural menurun maka perfusi jaringan kembali pada keadaan normal,
karena fungsi jantung, pembuluh darah besar dan paru sudah kembali normal.
38
3.7
HUBUNGAN
TEKANAN
INTRA-ALVEOLAR-INTRAPLEURAL-
40
Komplains paru diartikan sebagai kemampuan paru mengembang dengan mudah. Komplains
paru dipengaruhi dua faktor yaitu:
Serat elastin pada jaringan paru, jaringan paru kita banyak mengandung serat-serat elastin
yang menyebabkan paru-paru kita mudah untuk mengembang. Bila jaringan ini
mengalami fibrosis mengakibatkan penurunan komplains paru.
Tegangan permukaan, semakin tinggi tegangan permukaan maka semakin rendah
komplains paru kita. Agar komplains paru meningkat maka diperlukan surfaktan yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan pada alveoli.
41
Keterangan:
Komplains paru berbanding lurus dengan volume paru
Komplains paru berbanding terbalik dengan tekanan transpulmonal ( Ppul Pip)
Semakin tinggi kemampuan komplains paru maka semakin mudah paru mengembang
pada berbagai tekanan transpulmonal
Semakin rendah kemampuan komplains maka semakin tinggi energi/usaha yang
dibutuhkan untuk mengembangkan paru
Komplains paru akan menurun bila serat elastin menurun dan atau tegangan permukaan
meningkat pada keadaan seperti:
-
Paralisis otot, lumpuhnya saraf motorik sehingga ventilasi pulmonal gagal terjadi.
Emfisema, kerusakan kontinuitas alveoli akibat obstruktif sehingga gas banyak yang
terperangkap.
Tegangan permukaan ini sesuai dengan Hukum Laplace yang mengatakan bahwa tekanan pada
alveolus (P) berbanding lurus dengan tegangan permukaan (T) dan berbanding terbalik dengan
jari-jari (r) alveoli.
Keterangan:
Tekanan akan lebih besar pada alveoli yang kecil, semakin kecil pada alveoli yang
mengembang lebih besar. Itulah sebabnya bila kita bermain gelembung sabun, maka
gelembung yang lebih kecil lebih cepat pecah dibandingkan dengan gelembung yang
lebih besar. Hal ini disebabkan tarikan molekul air semakin kuat pada gelembung yang
kecil.
43
Pada penyakit ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome of Newborn) pada bayi-bayi
prematur terjadi asfiksia akibat alveoli gagal mengembang karena produksi surfaktan tidak
mencukupi untuk mengurangi tegangan permukaan yang tercipta saat bayi masih di dalam
kandungan, karena direndam oleh cairan ketuban.
44
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
45
1. Volume Tidal (Vt) adalah volume udara yang dihirup atau dikeluarkan setiap siklus
bernafas normal sebesar 500 ml baik pada saat inpirasi dan ekspirasi
2. Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory Reserve Volume/IRV) adalah volume udara
ekstra/cadangan yang bisa diinspirasi diatas volume normal tidal saat orang menghirup
dengan kekuatan penuh sebesar 3100 ml atau disebut juga inspirasi paksa.
3. Volume Cadangan Ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV) adalah adalah volume
ekstra ketika bernafas maksimum yang masih bisa dikeluarkan secara paksa pada akhir
ekspirasi tidal normal sebesar 1200 ml atau disebut juga ekspirasi paksa.
46
4. Volume Cadangan (Residual Volume/RV) adalah volume udara sisa di dalam paru-paru
setelah ekspirasi maksimal sebesar 1200 ml
Kapasitas paru adalah hasil penjumlahan beberapa volume respiratorius. Kapasitas paru-paru
tersebut yaitu:
IC = Vt + IRV = 3, 600 ml
VC = IRV + Vt + ERV
= IC + ERV
47
48
Ventilasi Alveolar adalah volume total udara yang masuk ke dalam alveoli dan daerah sekitar
tempat terjadinya pertukaran gas (zona respiratorius) setiap menit
V A= Freq . (VT VD )
VD = volume percuma
Keterangan:
VT : Volume tidal
VD : Volume ruang percuma / dead space
VA : Ventailasi alveolar
Ruang percuma adalah ruang pada zona konduksi maupun zona respirasi pada saluran pernafasan
yang diisi oleh udara tetapi tidak terjadi pertukaran gas di pembuluh darah. Ruang percuma ada
dua yaitu ruang percuma anatomis dan fisiologis. Ruang percuma anatomis adalah ruang pada
saluran pernafasan selain alveoli dan tempat pertukaran gas lainnya (zona konduksi) kira-kira
150 mL. Tentunya ruang percuma ini merugikan kita, karena volume tidal yang seluruhnya dapat
berdifusi ke dalam darah (500 mL) ternyata hanya 350 mL yang dapat digunakan. Oleh karena
itu perlu kita jaga agar jangan meningkat ruang percuma ini dengan cara menghirup udara yang
bebas polusi, tidak merokok dan kendalikan penyakit paru kronis seperti seperti asma, TBC, dll.
49
Ruang percuma fisiologis terbentuk dari ruang percuma alveolar (alveoli yang sudah kolaps)
pada zona respiratorius, juga terdapat pada orang sehat yang kita sebut ruang percuma fisiologis.
Pada orang normal volume ruang percuma fisiologis dan anatomis adalah 150 mL. Tetapi pada
orang mengalami gangguan fungsional maupun non fungsional alveoli, maka ruang percuma
fisiologis meningkat bisa sampai 10 kali lipat.
Jika ruang percuma meningkat, maka volume tidal efektif menurun sehingga akan membutuhkan
energi lebih untuk bernafas dengan melibatkan otot pernafasan tambahan. Akibat kerusakan
alveoli, akan menyebabkan volume residual/sisa meningkat karena pertukaran gas tidak efektif
lagi.
50
4.4
HUBUNGAN
VOLUME
PARU-
MENIT
VENTILASI-MENIT-VENTILASI
ALVEOLAR
Pola pernafasan akan memmpengaruhi volume tidal, frekuensi pernafasan per menit, menit
ventilasi, dan ventilasi alveolar. Efektivitas suatu ventilasi dapat dihitung dari perbandingan
antara ventilasi alveolar dan menit ventilasi. Contoh pola pernafasan seperti pernafasan normal,
lambat-dalam, dan cepat-dangkal.
51
Efektivitas ventilasi juga dapat menurun bila ruang percuma fisiologis meningkat, sehingga
ventilasi alveolar menurun, akibatnya usaha pernafasan meningkat (frekuensi pernafasan
meningkat) untuk meningkatkan efektivitas ventilasi.
Kebiasaan merokok sangatlah sulit untuk dihentikan, perlu adanya niat yang kuat, karena kalau
tidak maka paru akan mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau hanya bisa menjadi
normal dengan transplantasi paru. Transplantasi paru sangatlah mahal, bisa sampai milyaran dan
belum tentu bisa bertahan lama dan berfungsi baik karena adanya penolakan oleh tubuh kita.
Ironisnya, kita diberi paru-paru yang sehat dan bagus oleh Tuhan sejak lahir, tetapi bukannya
dijaga tetapi dirusak. Oleh karena itu ada suatu lelucon yang mengatakan bahwa dinosaurus
punah bukan karena jatuhnya meteor ke bumi atau karena tidak adanya makanan lagi di bumi,
tetapi saat para dinosaurus tersebut mulai merokok.
52
Pertanyaan
1. Sebutkan komponen volume paru!
2. Jelaskan volume menit respirasi?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang volume paru!
53
Hukum Dalton
54
artinya
adalah
tekanan
yang
dapat
mendorong/
yang
didorong
adalah
gambar
disamping dapat
dilihat
bahwa
tekanan
parsial
suatu
gas
merupakan hasil
kali konsentrasi
tiap gas dengan
tekanan atm.
55
Konsentrasi gas dalam atm yang paling tinggi di atas permukaan laut (dpl) adalah
nitrogen dan oksigen. Gas nitrogen penting dan akan dibicarakan pada topik
fisiologi diving di bawah laut. Konsentrasi gas yang cukup tinggi juga adalah
oksigen yaitu 20,9% yang terdapat dalam atm, dan sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan di dunia ini. Dan konsentrasi gas yang rendah adalah
karbondioksida.
56
3) Hukum Henry. Agar suatu gas dapat larut dalam cairan (dalam hal ini darah kapiler paru)
tidak cukup tekanan parsial gas, namun diperlukan juga kelarutan suatu gas.
Hukum Henry mengatakan the amount of gas which dissolves in a liquid is proportional
to the partial pressure of the gas and the solubility of the gas. Artinya jumlah gas yang
terlarut
ke
dalam
gas
berbanding
lurus
dengan
tekanan
parsial
gas
dan
solubilitas/kelarutan gas.
Gambar
disamping
mengilustrasikan
bahwa
pada
kiri
karbondioksida
tabung
sebelah
tabung
dan
pada
kanan.
gas memiliki tingkat kelarutan yang berbeda-beda. Pada ilustrasi ini, ternyata tingkat
kelarutan karbondioksida lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen. Sehingga dapatlah
diketahui bahwa koefisien kelarutan karbondioksida lebih rendah dibanding oksigen
seperti data berikut ini:
Hal ini berimplikasi pada koefisien difusi yang memiliki proporsi yang sama dengan:
Sehingga didapatkan bahwa oksigen kalah cepat dalam difusi dibanding dengan
karbondioksida, yaitu 20 x lebih cepat daripada oksigen seperti pada data berikut:
58
4) Tekanan uap air. Apabila kita menghirup udara yang kering, maka molekul air akan
segera menguap dari permukaan air untuk melembabkan udara tersebut. Jadi air akan
berubah dari fase cair menjadi fase gas pada tekanan dan suhu tertentu. Tekanan parsial
yang menyebabkan molekul air menguap dari permukaan air kita sebut tekanan uap air.
Tekanan uap air pada suhu tubuh kita yang normal (37oC) adalah 47 mmHg. Pada suhu
0oC maka tekanan uap air 5 atm, sedangkan bila pada suhu 100oC maka tekanan uap
airnya menjadi 760 mmHg, sehingga dengan tekanan sebesar itu menyebabkan air dan
komponen gasnya yang terlarut didalamnya akan cenderung berubah menjadi fase gas
(menguap).
Contohnya minuman bersoda seperti Cocacola yang mengandung banyak CO2 yang
berfungsi sebagai penyegar dan pengawet minuman alami. Proses pembuatan minuman
Cocacola dengan cara melarutkan CO2 secara paksa ke dalam cairan Cocacola sampai
kadar tertentu.
Minuman ini akan lebih segar bila diminum dalam keadaan dingin, karena gas akan lebih
larut pada suhu dingin. Sebaliknya bila minuman bersoda ini dihangatkan atau dibiarkan
terbuka maka gas yang terlarut di dalamnya akan hilang, dan bila diminum akan terasa
seperti sirup biasa, karena sensasi segarnya hilang akibat gas yang terkandung
didalamnya sudah hilang.
59
Itulah sebabnya seseorang yang sangat demam akan menyebabkan kemampuan kelarutan
oksigen menurun, sehingga perlu diturunkan suhunya segera, karena akan mengurang suplai
oksigen dalam darah. Contoh lainnya pada darah PMI yang selalu dalam suhu yang lebih
rendah, yang dimaksudkan agar oksigen dalam darah jangan hilang lebih banyak
Dapatlah disimpulkan bahwa kecepatan difusi gas antara fase gas di alveoli dan fase terlarut
dalam darah kapiler paru selain tersebut di atas juga dipengaruhi oleh luas permukaan difusi,
berat molekul, dan ketebalan membran respirasi seperti pada persamaan dibawah ini:
Keterangan:
D = Difusi gas
P = Perbedaan tekanan
A
luas pertukaran gas di paru-paru kita normalnya seluas satu ruko (rumah toko),
sehingga pada orang normal difusi sangat mudah, cepat dan efisien. Sebaliknya
bila luas permukaannya menurun akibat merokok atau polusi udara maka
menyebabkan penurunan kecepatan difusi.
S
= Solubilitas
60
m). Bila terjadi peningkatan ketebalan membran respirasi maka kecepatan difusi
akan berkurang.
sebelah
kiri
ruang
intersisial
mengurangi
cairan
intersisial.
akumulasi
Untuk
diuretik
seperti
Partial Pressures of Respiratory Gases as They Enter and Leave the Lungs (at Sea Level)
Atmospheric Air*
Humidified Air
Alveolar Air
Expired Air
(mm Hg)
(mm Hg)
(mm Hg)
(mm Hg)
N2
597.0 (78.62%)
563.4 (74.09%)
569.0 (74.9%)
566.0 (74.5%)
O2
159.0
(20.84%)
149.3 (19.67%)
104.0 (13.6%)
120.0 (15.7%)
CO2
0.3
(0.04%)
0.3
(0.04%)
40.0
(5.3%)
27.0
(3.6%)
H2 O
3.7
(0.50%)
47.0
(6.20%)
47.0
(6.2%)
47.0
(6.2%)
TOTAL 760.0
(100.0%)
760.0 (100.0%)
760.0 (100.0%)
63
760.0 (100.0%)
Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa gas yang masuk ke dalam paru-paru akan
mengalami pelembaban sehingga terjadi penurunan konsentrasi dan tekanan parsial gas nitrogen
dan oksigen dan peningkatan kadar air (dari 0,5% dengan tekanana atm 3,7 mmHg menjadi 6,2%
dengan tekanan atm 47 mmHg). Dengan demikian sistem respirasi merupakan salah satu cara
tubuh menjaga suhu tubuh optimal dan berakibat hilangnya cairan tubuh yang tidak kelihatan
(insensible water loss/IWL) hampir mencapai 28%/700 mL dalam sehari.
Sesampainya di alveoli, kadar oksigen menurun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang telah
disebutkan di atas. Data paling kanan terlihat bahwa udara yang di ekspirasi masih mengandung
kadar oksigen sebesar 15,7%, angka yang cukup tinggi. Implikasinya, bahwa resusitasi atau
bantuan pernafasan dapat langsung diberikan secara mouth-to-mouth (m to m) karena gas hasil
ekspirasi masih memiliki kadar oksigen yang tinggi.
64
difusi
karena
tekanan
parsial
Sedangkan karbondioksida tidak memerlukan perbedaan tekanan parsial yang terlalu tinggi
karena gas ini memiliki tingkat solubilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen. Jadi,
karbondioksida dari darah kapiler paru (pCO2 = 45 mmHg) berdifusi menuju ke alveoli yang
memiliki tekanan parsial yang lebih rendah (pCO2 = 40 mmHg) dan akan keluar ke atm karena
tekanan parsial karbondioksida atm lebih rendah lagi (pCO2 = 0,3 mmHg).
(darah),
dan
sebaliknya
demikian
arteri
akan
oksigen
karbondioksida.
66
dan
kaya
Untuk membuat proses difusi gas menjadi efisien dan efektif maka akan terjadi
penyesuaian aliran darah pada kapiler paru dan aliran udara dalam bronkiolus yaitu:
Sistem Pengaturan Perfusi aliran darah disesuaikan dengan daerah paru ber-ventilasi
baik. Bila pO2 tinggi akibat ventilasi yang baik maka pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasodilatasi, dan sebaliknya bila pO2 rendah maka pembuluh darah pada area
tersebut mengalami vasokonstriksi. Tujuannya adalah mengalihkan aliran darah dari
tempat yang pO2 rendah (tidak efektif dalam proses difusi) menuju ke pO2 tinggi. Jadi
kapiler paru sensitif terhadap pO2. Makna klinisnya adalah bila zona respiratorius
berkurang luas permukaannya (daerah dead space meningkat) akibat penyakit TBC,
merokok, dll. maka darah akan dialirkan ke daerah yang sehat, sehingga daerah yang
sakit akan sedikit dialirkan darah yang dapat menyebabkan daerah tersebut rentan terkena
infeksi, karena didalam darah ada antibodi tubuh kita yang mencegah terjadinya infeksi.
Sistem Pengaturan Ventilasi - peningkatan ventilasi terjadi pada area paru yang suplai
darahnya baik. Bila pCO2 meningkat akibat gangguan ventilasi sehingga terjadi
peningkatan kadar CO2 dalam alveoli maka bronkiolus akan mengalami dilatasi sehingga
diharapkan terjadi penurunan pCO2. Sebaliknya bila terjadi penurunan pCO2 maka
bronkiolus akan mengalami konstriksi. Tujuannya adalah mengatur kadar karbondioksida
agar tetap dalam kadar yang seimbang. Jadi bronkiolus sensitif terhadap pCO2.
67
Hal
ini
mengakibatkan
basal
hipoventilasi.
justru
overperfusi
dan
Sehingga
penyakit
yang
1)
, artinya ventilasi tidak ada namun masih terjadi perfusi. Kondisi ini bisa
terjadi pada gagal nafas akibat trauma otak. Artinya refleks pernafasan sudah tidak ada
ada lagi yang mungkin akibat kerusakan pada pusat pernafasan pada batang otak. Rasio
ventilasi-perfusi nol juga dapat terjadi akibat perbedaan pO2 alveoli dan kapiler nol atau
negatif (pO2 = 0 atau negatif), sehingga tidak ada proses difusi gas terjadi. Kondisi ini
juga dapat terjadi pada keadaan atm yang rendah seperti di pegunungan yang amat tinggi
atau di pesawat terbang, oleh karena itu diperlukan tabung oksigen yang memberikan
tekanan yang lebih positif sehingga proses difusi terjadi bila tidak bisa akan
menyebabkan kematian.
2)
, artinya perfusi tidak ada namun ventilasi masih terjadi. kondisi ini dapat
terjadi pada kerusakan paru yang masif yang merusak kapilerisasi paru seperti TBC
kronis, atelektasia. Artinya jaringan paru sudah tidak mungkin lagi melakukan proses
difusi gas karena jaringan paru sudah rusak parah walaupun fungsi ventilasi masih baik.
69
3)
4)
5)
, artinya ventilasi dan perfusi dalam keadaan seimbang, seperti pada pasien
normal.
70
Respirasi internal merupakan proses pertukaran gas yang terjadi di jaringan sedemikian rupa
sehingga oksigen berdifusi dari dalam darah kapiler paru-paru ke jaringan, dan karbondioksida
berdifusi dari jaringan ke dalam darah kapiler paru dan di transport menuju ke alveoli untuk
dibuang ke atm. Untuk dapat melakukan respirasi internal yang efisien dipengaruhi tiga faktor
utama yaitu:
perbedaan
tekanan
parsial
oksigen
dan
arteri
lebih
tinggi
oksigen
jaringan
71
Karbondioksida merupakan hasil metabolime atau respirasi sel, berasal dari pembakaran lemak,
metabolisme karbohidrat, metabolisme protein, dsb.
72
Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan pertukaran gas?
2. Jelaskan Hukum Dalton dan Hukum Henry!
3. Bagaimana proses respirasi internal dan eksternal?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang transport difusi gas pada
paru!
73
Perlu diketahui bahwa lingkungan yang sangat tinggi memiliki karakteristik yang berbeda
yaitu:
1. Suhu yang dingin, suhu akan turun 3,5o Fahrenheit (15,83 oC) setiap 1000 kaki.
2. Udara yang kering, udara yang dingin akan sedikit mengandung air.
3. Atmosfir yang tipis, pO2 akan turun 3,8% setiap 1000 kaki, sedangkan konsentrasi tetap.
Kondisi yang ekstrim tersebut menyebabkan kebutuhan energi meningkat dan upaya tubuh untuk
melawan kondisi tersebut meningkat sehingga ventilasi pulmonal dan keringat meningkat.
Ketinggian yang mengganggu fisiologis tubuh > 7000 kaki diatas permukaan laut, tapi rata-rata
diatas 12000 kaki.
74
Apabila tubuh mengalami hipoksia akibat tubuh gagal teraklimatisasi maka dapat menyebabkan
serangan hipoksia dari yang ringan sampai berat yaitu:
I.
Acute Mountain Sickness (AMS), dengan gejala sakit kepala, mual-muntah, kesulitan
bernafas, keletihan, dan pusing. Bila gejala ini muncul dapat diberikan parasetamol, atau
golongan analgesik lainnya seperti NSAID (Non Steroid Antiinflamation Drugs) seperti
ibuprofen, dan segera turun sampai gejala berkurang.
II.
ventilasi-perfusi)
diikuti
dan
bronkodilator
seperti
75
III.
High-Altitude Cerebral Edema (HACE), dengan gejala sakit kepala yang hebat, dan tidak
hilang dengan pemberian analgetik, muntah proyektil, kejang, pandangan kabur, dan
koma. Mekanisme penyebab gejala sama seperti HAPE yaitu hipoksia seluler otak.
Pasien harus segera diturunkan dan diberikan oksigen dan steroid, dan dikirim ke rumah
sakit, karena dalam hitungan menit atau jam maka pasien dapat meninggal.
Tetapi yang paling berbahaya dan akut sebenarnya adalah narkosis nitrogen (efek bius
nitrogen). Kita tahu bahwa tekanan parsial gas yang paling tinggi pada 1 atm adalah nitrogen
sebesar 597 mmHg bandingan dengan tekanan oksigen yang hanya 159 mmHg. Sehingga
bila kita menyelam maka tekanan parsial gas yang paling kelihatan meningkat sekali adalah
nitrogen . Pada gambar A terlihat
bahwa seorang penyelam berada ada
tekanan 6 atm lebih menyebabkan
tekanan parsial nitrogen begitu tinggi,
sehingga bukan hanya oksigen yang
larut dalam darah tetapi juga nitrogen.
Nitrogen karena lebih larut dalam
lemak, maka nitrogen akan menuju
jaringan kaya lemak seperti sistem
saraf pusat, sumsum tulang, jaringan
adiposa. Penyelam akan merasakan
intoksikasi nitrogen/narkotik seperti
melayang (fly).
76
Hal selanjutnya yang terjadi adalah, ketiga penyelam mengalami narkosis nitrogen maka ia
mulai tidak bisa mempertahankan kedalaman, bahkan cenderung akan ke permukaan dengan
cepat. Ketika penyelam ini ke permukaan dengan cepat, maka hal sebaliknya terjadi dalam
darah, yaitu tekanan atm tiba-tiba turun (gambar B, dari tekanan atm 5000 mmHg menjadi
760 mmHg), sehingga gas nitrogen yang ada dalam darah akan segera berpindah dari fase
cair ke fase gas kembali, akan tetapi secara cepat sekali, sehingga akan menimbulkan
gelembung gas nitrogen dalam darah. Tentu saja gelembung gas tidak diperbolehkan dalam
darah, hal ini akan memicu terjadinya emboli udara yang menyumbat di seluruh pembuluh
darah, sehingga kematian akan segera terjadi. Bila emboli udara terbentuk di otot, tulang dan
sendi maka akan menyebabkan nyeri sendi yang sangat. Bila mengenai kapiler paru
menyebabkan sesak nafas dan gagal nafas karena alveolinya pecah, dan bila ke otak
menyebabkan kejang, koma dan kematian.
(Self-Contained
Breathing
Apparatus)
Underwater
sangat
tertolong
permukaan
laut
tidak
akan
78
Plasma, oksigen akan larut dalam plasma hanya sebanyak 1,5% bila tekanan parsial
oksigen 100 mmHg. Dengan demikian plasma tidak efektif dalam transportasi oksigen.
Bila penurunan Hb yang akut (contohnya perdarahan akut akibat luka) maka harus segera
dilakukan transfusi darah sampai Hb meningkat di atas 10 mg/dL. Akan tetapi bila bila
penurunan kadar Hb kronis, contohnya pada penyakit anemia difisiensi besi (Fe) tidak
diperlukan transfusi darah segera, karena tubuh telah melakukan kompensasi dan adaptasi
dengan kadar Hb yang rendah.
80
Produksi hemoglobin dikontrol oleh hormon eritropoetin (EPO) yang dihasilkan oleh
ginjal, dan juga hati dalam jumlah yang sedikit. Hormon testosteron juga merangsang
produksi eritropetin, sehingga laki-laki memiliki kadar Hb lebih tinggi. Produksi
eritropoetin terstimulasi oleh pCO2 yang melewati ginjal. Bila kadar pCO2 meningkat
atau pO2 menurun maka produksi eritropoetin meningkat. Itulah sebabnya orang yang
berdomisili di kaki gunung atau yang di tempat daratan tinggi memiliki kadar Hb yang
lebih tinggi, sehingga afinitas oksigen lebih tinggi. Prinsip ini dipakai dalam dunia
olahraga yaitu Blood Doping, dimana atlet selama beberapa minggu berlatih di tempat
daratan tinggi sehingga diharapkan terjadi peningkatan eritropoetin sehingga kadar Hb
meningkat.
Dengan meningkatnya kadar Hb maka seorang atlet ketika bertanding tidak cepat
mengalami kelelahan karena oksigen uptake lebih tinggi, dan metabolisme yang dipakai
adalah respirasi aerobik. Sebaliknya pada pasien gagal ginjal kronis (Acute Kidney
Injury) terjadi penurunan EPO sehingga manifestasi klinis penyakit ini salah satunya
adalah ditemukan anemia terlihat pada konjuntiva yang pucat.
Hemoglobin memiliki bentuk Hemoglobin yang terdiri dari rantai polipeptida dan grup
heme yang terdiri dari empat atom besi, sehingga setiap hemoglobin dapat mengikat
empat molekul oksigen, karena tiap atom besi dapat mengikat satu molekul oksigen.
81
HHb + O2
(deoksiHb)
paru-paru
HbO2 + H+
jaringan (oksiHb)
Reaksi akan bergerak ke kiri di jaringan karena tekanan parsial O2 (pO2) rendah dan
reaksi akan bergerak ke kanan di paru-paru karena tekanan parsial O2 (pO2) tinggi akan
membentuk oksihemoglobin.
82
Alat untuk mendeteksi saturasi oksigen pada manusia dengan pulse oxymetry dimana
alatnya diletakkan pada jari tangan atau kaki.
83
Bila pO2 darah turun sekali akan menyebabkan perbedaan tekanan parsial oksigen alveoli
dan kapiler darah meningkat, sehingga kecepatan difusi juga meningkat ditandai dengan
Respiration Rate (RR) meningkat.
84
Hal yang sama juga terjadi di jaringan, dimana pO2 jaringan sangat rendah sehingga
perbedaan pO2 arteri dan jaringan sangat tinggi sehingga difusi oksigen ke jaringan aktif
akan semakin cepat (ikatan oksihemoglobin lebih cepat dilepaskan/oksigen unloading
meningkat). Hubungan tekanan parsial oksigen dan saturasi hemoglobin yang dijelaskan
diatas digambarkan sebagai kurva disosiasi oksigen-hemoglobin berikut ini :
85
Ketinggian juga berpengaruh pada saturasi oksigen. Seperti yang sudah kita
ketahui sebelumnya bahwa atmosfir di dataran tinggi seperti pegunungan lebih
tipis, sehingga pO2 menurun dari 159 mmHg menjadi 92 mmHg. Tekanan pO2
alveolar juga akan menurun dari 105 mmHg menjadi 80 mmHg sehingga
kecepatan difusi oksigen menurun dan konsekuensinya saturasi oksigen dalam
darah juga menurun yaitu dari 100 mmHg menjadi 95%. Namun demikian,
saturasi oksigen 95% masih efektif dalam delivery oksigen ke jaringan karena Hb
masih hampir tersaturasi penuh. Akan tetapi bila pO2 atm sangat turun sekali
karena ketinggian yang amat sangat seperti di gunung Himalaya maka
menyebabkan penurunan saturasi yang drastis dan menyebabkan hipoksia. Hanya
pendaki gunung profesional, sudah teraklimatisasi (adaptasi penuh) dan terlatih
yang dapat bertahan pada kondisi ekstrim tersebut.
86
2) pH
Berdasarkan fakta, saat O2 berikatan dengan Hb, maka molekul asam amino Hb
akan melepaskan ion H+, sehingga bila kadar H+ meningkat (penurunan pH)
mendorong reaksi kurva ke kiri, menyebabkan O2 mengalami disosiasi dari Hb.
Hal ini disebabkan karena ikatan Hb terhadap O2 berkurang ketika ion H+
berikatan dengan Hb sehingga O2 akan terlapas dari ikatan Hb.
Pada keadaan latihan olahraga, asam laktat banyak diproduksi sehingga
mengakibatkan pH yang mengakibatkan kurva bergeser ke kanan akibat ion
hidrogen (H+) meningkat. Bila pH turun maka jumlah oksigen yang terikat oleh
Hb juga akan turun. Hal ini disebabkan karena banyak H+ akan berikatan pada
protein yang terdapat pada Hb sehingga afinitas Hb terhadap oksigen. Sebaliknya
kenaikan pH akan menaikkan afinitas Hb terhadap oksigen. Pengaruh pH
terhadap disosiasi oksigen-Hb disebut sebagai efek Bohr.
87
3) pCO2
Kenaikan
adanya efek CO2 terhadap pH. Di dalam sel eritrosit, enzim carbonic anhydrase
mengkatalisis reaksi pembentukan asam karbonat.
Ketika kadar CO2 naik maka makin banyak ion hidrogen diproduksi, dan pH akan
turun. Bila CO2 turun, maka reaksi akan berjalan sebaliknya, ion H+ juga akan
turun dan pH akan naik. Ketika darah memasuki kapiler jaringan, CO2 berdifusi
ke dalam darah sehngga kadar CO2 meningkat dan pada saat yang sama Hb
memiliki afinitas yang rendah terhadap O2 di dalam kapiler jaringan. Pada saat
darah kembali ke paru-paru, CO2 dalam darah akan berdifusi ke alveoli sehingga
kadar CO2 menurun sedangkan afinitas Hb terhadap O2 meningkat.
Peningkatan kadar CO2 dalam darah akibat aktivitas sel yang meningkat dalam
respirasi seluler dimana oksigen dipakai dalam proses glikolisis dan pembakaran
lemak. Hal ini menyebabkan terjadinya produksi H+ (penurunan asam) sehingga
menyebabkan asidosis.
88
4) BPG
Sel eritrosit tidak memiliki mitokondria, sehingga tidak bisa melakukan
respirasi
aerobik.
Oleh
karena
proses
menghasilkan
glikolisis
produk
yang
intermediat
89
itu
Produksi BPG meningkat juga terjadi pada saat olahraga sehingga menggeser
kurva disosiasi ke kanan dimana oksigen banyak dilepaskan ke jaringan.
90
5) Suhu
Suatu kenaikan suhu juga menurunkan ikatan oksigen dan Hb. Kenaikan suhu
sebagai akibat naiknya metabolisme akan menambah oksigen yang dilepaskan
Hb. Hal ini terjadi pada saat olahraga sehingga meningkatkan suhu tubuh maka
akan menggeser kurve disosiasi oksihemoglobin ke sebelah kanan. Bila
metabolisme jaringan turun, suhu juga turun, makin sedikit oksigen yang akan
dilepaskan Hb seperti pada kondisi cuaca di pegunungan sehingga menggeser
kurve disosiasi oksihemoglobin ke sebelah kiri.
91
Selama istirahat, hampir 5 mL oksigen untuk 100 mL darah ditransport ke jaringan, dan isi
sekuncup jantung mencapai 5000 mL/menit sehingga 250 mL oksigen dikirimkan ke jaringan
setiap menitnya. Saat olahraga akan meningkat sampai 15 kali lipat, dan transport oksigen
meningkat sampai 5 kali sebab isi sekuncup jantung meningkat. Jadi, volume oksigen yang
dikirim ke dalam jaringan dapat mencapai 3750 mL/menit (15 x 250 mL/menit), dan pada
atlet terlatih, volume ini dapat meningkat sampai 5000 mL/menit.
6.3 MIOGLOBIN
Mioglobin merupakan protein pengikat oksigen yang ditemukan dalam otot. Mioglobin
dapat ditemukan dalam darah bila terjadi luka jaringan otot. Mioglobin hanya memiliki satu
globin dan satu molekul heme (yang mengandung Fe-porfirin) yang mengikat satu molekul
oksigen.
92
Darah fetus mengalir melalui plasenta, O2 dilepaskan darah ibi ke dalam darah fetus dan
CO2 dilepaskan dari darah fetus ke dalam darah ibu. Darah fetus sangat efisien dalam hal
mengambil oksigen dari darah ibu karena:
93
94
6.5 HIPOKSIA
Hipoksia adalah keadaan kekurangan O2 di dalam jaringan. Berdasarkan
penyebabnya, dibuat klasifikasi hipoksia sebagai berikut:
karena O2 di udara rendah contonya di tempat yang sangat tinggi, obstruksi saluran
pernafasan, ada cairan dalam paru-paru.
2. Hipoksi Anemia, keadaan ini terjadi karena jumlah Hb yang harus mengikat oksigen
menurun misalnya perdarahan, anemia, gangguan Hb untuk mengangkut oksigen
seperti keracunan CO.
95
Plasma darah, CO2 akan larut dalam plasma hanya sebanyak 7%,
96
Hemoglobin (Hb), di dalam sel darah merah CO2 akan terikat dengan hemoglobin
sebesar
23%.
(karbaminoHb).
Ikatan
Hb
dengan
CO2
membentuk
karbaminohemoglobin
Hb + CO2
HbCO2
PCO2
(karbominohemolobin)
Pembentukan
karbaminohemoglobin
ini
karbaminoHb
karena
pCO2
CO2
membentuk
karbaminoHb, artinya
reaksi
97
berikatan
dengan
CO2
O2,
Hb
lebih
mudah
melepaskan CO2.
98
Dengan
demikian,
transportasi
CO2
yang
paling
efektif
dan
dominan
adalah
Di dalam jaringan pCO2 tinggi sehingga CO2 akan terikat dengan H2O membentuk asam
karbonat, oleh enzim karbonik anhidrase berdisosiasi membentuk ion hidrogen dan ion
bikarbonat. Jadi reaksi bergeser ke sebelah kanan. Akibat rekasi ini terjadi peningkatan ion
hidrogen (H+) yang menyebabkan pH turun oleh karena itu ion hidrogen terikat dengan
hemoglobin (HHb) karena Hb adalah protein yang bermuatan negatif (anion) agar pH tetap
dalam keadaan netral, ikatan ini akan menyebabkan pelepasan O2 dari ikatan Hb (70%). Seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa interaksi ini disebut efek Bohr dan pada saat yang
sama pelepasan ikatan oksihemoglobin di jaringan meningkatkan ikatan karbaminohemoglobin
(23%) yang disebut efek Haldane.
Pada gambar di atas dapat dijelaskan bahwa semakin rendah saturasi oksigenhemoglobin maka
semakin tinggi daya angkut CO2 yang dapat ditransport oleh darah.
99
mempertahankan
dalam
sel
tetap
berperan
bufer
untuk
mengatur pH darah.
Di dalam paru-paru ion karbonat akan berdifusi kembali dengan ditukarkan dengan ion klorida
dengan sistem Reverse Chloride Shift. Ion hidrogen dilepaskan dari ikatan hemoglobin akan
berikatan dengan ion bikarbonat membentuk asam bikarbonat, kemudian akan dipecah oleh
enzim karbonik anhidrase membentuk CO2 dan H2O.
Pada saat yang sama oksigen
dari paru-paru larut dalam
plasma dan sebagian besar
berdifusi ke dalam sel darah
merah dan membentuk ikatan
oksihemoglobin
sehingga
yang
dijelaskan
Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa ikatan dan pelepasan CO2 dari Hb berkaitan
dengan:
1) pCO2, semakin tinggi tekanan parsial CO2 maka semakin banyak ikatan
karbaminohemoglobin (terutama di jaringan)
2) pO2, semakin tinggi tekanan parsial O2 maka semakin rendah ikatan CO2. Hal ini
terjadi di paru-paru, sehingga CO2 akan dibuang melalui paru-paru.
3) Saturasi oksihemoglobin, deoksihemoglobin lebih mampu membawa CO2
dibandingkan oksihemoglobin. Jadi ikatan oksigen dengan Hb menurunkan
afinitas Hb terhadap CO2.
101
102
GANGGUAN SIRKULASI:
Pasien ini mengalami gangguan sirkulasi ditandai dengan takikardia dan saturasi menurun.
Gangguan sirkulasi sehingga menyebabkan saturasi menurun dan akhirnya perfusi jaringan
menurun bisa disebabkan oleh syok karena perdarahan dan syok bukan karena perdarahan seperti
berikut ini:
1. Syok Hemorhagik, adalah syok karena keluarnya darah dalam jumlah yang banyak
(perdarahan)
2. Syok Non Hemorhagik, adalah syok yang bukan disebabkan karena perdarahan
seperti Sepsis (infeksi sistemik), Neurogenik (kehilangan respon syaraf simpatis),
Tamponade jantung (lapisan pelindung jantung/perikardium terisi darah sehingga
mengalami gangguan kontraksi jantung), Tension penumothoraks.
Pada kasus ini, tanda-tanda syok yang terlihat lebih disebabkan tension pneumothoraks, karena
tidak ada sumber perdarahan yang terlihat. Syok artinya perfusi jaringan menurun sehingga
oksigenisasi berkurang dilevel sel. Bila sel mengalami penurunan oksigen maka akan
menyebabkan hipoksia sel metabolisme yang terjadi bersifat anaerobik peningkatan asam
laktat + kehabisan sumber energi peningkatan pH + kegagalan fungsi sel asidosis enzim
lisis pecah melarutkan organel sel sel mati. Tension pneumothoraks akan mengakibatkan
suplai darah menurun akibat pendorongan mediastium sehingga terjadilah hipotensi dan
hipoperfusi. Hal inilah yang menyebabkan saturasi oksigen menurun. Oleh karena itu saturasi
oksigen harus dipertahankan di level 90%, karena pada level ini pO2 60 mmHg. Pada tekanan
oksigen >60 mmHg maka proses difusi oksigen (respirasi eksternal) dan transport oksigen ke
jaringan dapat berlangsung dengan cukup baik sehingga oksigenisasi jaringan (respirasi internal)
tercukupi.
103
Pertanyaan
1. Jelaskan transport oksigen dalam darah!
2. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi transport oksigen!
3. Jelaskan transport karbondioksida dalam darah!!
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang delivery oxygen!
104
105
Pusat Inspirasi
Ritme dasar respirasi ditentukan oleh impuls saraf yang berasal dari pusat inspirasi.
Impuls dari pusat inspirasi berakhir sekitar dua detik dan berjalan menuju otot-otot
inspirasi.
Pusat Ekspirasi
Pada respirasi normal, hanya pusat inspirasi yang diaktifkan karena proses ekspirasi
bersifat pasif. Pusat ekspirasi terkaktivasi pada saat respirasi aktif (kedalaman pernafasan
meningkat) akibat rangsang yang dikirimkan oleh pusat inspirasi untuk memulai proses
ekspirasi Neuron dari ventral medula oblongata menstransmisikan impuls ke otot
ekspirasi yaitu interkostal internal dan otot abdominal.
106
2. Area Pneumotaksik
Area pneumotaksik berfungsi mengkoordinasikan transisi antara inspirasi dan ekspirasi.
Area ini terletak di
inspirasi, sehingga waktu inspirasi dihentikan sebelum paru-paru berisi udara terlalu
penuh. Hal ini akan membatasi lamanya inspirasi dan menfasilitasi untuk mulainya
ekspirasi. Bila area pneumotaksik lebih aktif, maka ritme respirasi menjadi lebih cepat
dan dangkal dan bila rangsangan menurun sehingga pola pernafasan lambat dan dalam.
Pusat ini mengatur pola pernafasan saat tidur, berbicara, dan olahraga.
3. Area Apneustik
Area apneustik merupakan pusat respirasi yang juga berfungsi untuk
mengkoordinasikan
transisi
antara
inspirasi
dan
ekspirasi
yang
terletak
di
inferior
pons.
Neuronnya
akan
mengirim
impuls
ke
inspirasi
pusat
untuk
mengaktivasi
dan
memperlama
waktu
sama
menghambat
akan
proses
108
pada
ventrikel
respirasi.
Karbondioksida
larut
dapat
mudah
melewati
dengan
berdifusi
sawar
otak
kanan
sehingga
pH.
109
memonitor pCO2, pH, pO2 dan asam laktat. Bila terjadi perubahan dalam darah
maka, badan aorta
dan karotis komunis
akan
mengirimkan
sinyal
melalui
n.Vagus
(badan
aorta)
dan
n.Glosofaringeus
(badan
karotis
komunis)
menuju
asam
menahan
nafas
(akumulasi
CO2)
asidosis
metabolik
maka
kompensasi
tubuh
adalah
pH
menaikkan
dengan
membuang
cara
CO2
yaitu meningkatkan
ventilasi.
110
Badan aorta dan badan karotis komunis juga akan berespon dengan pO2 alveolar
yaitu bila kadar pO2
alveolar
menurun
sampai dibawah 60
mmHg. Contohnya
bila
mendaki
gunung,
akibat
merangsang
pusat
inspirasi
untuk meningkatkan
ventilasi.
111
HIPERVENTILASI
Hiperventilasi atau peningkatan ventilasi disebabkan karena pO2, menurun, pCO2 yang
meningkat dan pH yang menurun. Perubahan ini ditangkap oleh kemoreseptor pusat
(70%) dan perifer (30%) sehingga merangsang pusat respirasi untuk mengirimkan
impuls ke otot-otot pernafasan agar melakukan kontraksi sehingga terjadi peningkatan
ventilasi sampai pH menjadi normal.
112
HIPOVENTILASI
Bila hiperventilasi terus berlanjut akan menyebabkan kadar pO2 meningkat, pCO2
turun dan pH meningkat (lebih alkalis). Kondisi dapat terjadi pada gangguan
psikologis akibat kecemasan. Konsentrasi kimiawi ini akan ditangkap kemoresptor
pusat dan perifer untuk menginhibisi pusat respirasi sehingga kontraksi otot-otot
pernafasan berkurang, hasilnya adalah hipoventilasi sampai pH menjadi normal
kembali.
4. Refleks inflasi
Di dinding bronkus dan bronkiolus terdapat reseptor yang sensitif terhadap regangan
yang disebut reseptor regang (stretch receptor). Ketika reseptor regang terangsang
selama pengembangan paru akibat masuknya udara, maka impuls inhibisi dikirimkan
sepanjang n.X (nervus vagus) ke pusat inspirasi dan area apneustik. Hasilnya adalah
dimulainya waktu ekspirasi. Pada saat udara keluar dari paru ke atm selama ekspirasi,
reseptor regang tidak terangsang lagi. Refleks ini disebut refleks inflasi (Hering-Breuer
reflex). Fakta menunjukkan bahwa refleks ini merupakan mekanisme proteksi untuk
mencegah overinflasi paru.
113
5. Pengaruh lain
tekanan darah, sinus aortikus dan sinus karotikus sangat berdekatan dengan badan
aorta dan badan karotis.
hipotalamus dan sistem limbik akam mempengaruhi emosi sehingga perubahan mood
dapat mengganggu respirasi,
suhu, peningkatan suhu tubuh seperti pada saat demam, olahraga akan meningkatkan
kecepatan pernafasan. Sebaliknya penurunan suhu akan menurunkan kecepatan
pernafasan. Stimulus suhu dingin yang tiba-tiba, seperti terjun ke dalam air dingin
bisa menyebabkan apneu.
nyeri, rasa nyeri yang sangat dan mendadak akan menimbulkan apneu, akan tetapi rasa
nyeri yang berkepanjangan memicu proses adaptasi dan menambah kecepatan
pernafasan.
regangan pada sfingter anal, hal ini akan menambah kecepatan pernafasan dan kadangkadang dapat merangsang waktu respirasi pada seseorang yang sedang menahan
nafas.
Iritasi saluran pernafasan. Iritasi mekanik atau kimiawi pada faring atau laring
menimbulkan suatu penghentian pernafasan tiba-tiba yang diikuti oleh batuk atau
bersin.
Pertanyaan
1. Sebutkan pusat respirasi!
2. Apa perbedaan fungsi regulasi perifer dan pusat?
3. Bagaimana proses hiperventilasi dan hipoventilasi?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan kontrol Respirasi!
114
Bila terjadi kontraksi otot-otot saat olahraga, maka otot-otot ini mengkonsumsi sejumlah besar
oksigen dan menghasilkan sejumlah besar CO2. Selama olahraga berat maka konsumsi O2
meningkat dan ventilasi pulmonal dapat naik sampai 30 kali daripada saat istirahat.
Kenaikan ventilasi pulmonal yang sangat cepat pada permulaan olahraga disebabkan oleh
perubahan saraf yang mengirimkan impuls saraf ke pusat inspirasi di medula oblongata. Hal ini
meliputi:
Selanjutnya, tubuh secara berangsur-angsur akan beradaptasi terhadap perubahan fisik dan
kimiawi yang meliputi:
1) Turunnya pO2, akibat bertambahnya konsumsi O2.
2) Meningkatnya produksi pCO2, akibat meningkatnya produksi CO2
3) Peningkatan suhu, akibat meningkatnya mentabolisme otot,
Pada olahraga berat, maka akan menghasilkan asam laktat. Ion H+ yang dihasilkan akibat
produksi asam laktat akan dinetralisir oleh HCO3-. Bila peningkatan asam baik akibat
peningkatan CO2 ataupun asam laktat belum dapat menaikkan konsentrasi H+ secara signifikan
disebut anaerobik threshold.
115
Pada akhir olahraga, terjadi penurunan ventilasi pulmonal yang sangat cepat yang berlangsung
secara perlahan-lahan. Penurunan tersebut disebabkan karena perubahan-perubahan faktor-faktor
saraf ketika gerakan berhenti atau melambat. Hal ini juga merefleksikan juga pengembalian
kimiawi dan suhu darah yang kembali pada kondisi istirahat.
Pada seorang atlet profesional, kemampuan respirasi dan kardiovaskuler semakin efisien.
Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya VO2 maks yang disebut juga sebagai kapasitas
daya tahan jantung-paru dimana ambilan oksigen sangat efisien dan efektif. Kapasitas vital
bertambah sedangkan volume residual menurun
Pertanyaan
1. Sebutkan pengaruh olahraga terhadap fungsi paru?
2. Mengapa kapasitas paru seorang atlet lebih besar dari orang biasa?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang kapasitas aerobik atlet!!
116
Semakin tua umur, maka volume residu semakin meningkat karena diameter duktus alveoli dan
bronkiolus bertambah. Dengan demikian ruang percuma anatomis dan ruang anatomis fisiologis
meningkat. Selain daripada itu, akan terjadi akumulasi lendir (mukus) di saluran pernafasan
karena gerakan silia dan jumlah silia berkurang juga diikuti menurunnya aktivitas makrofag
alveolar, sehingga orang tua akan rentan terkena penyakit saluran pernafasan seperti pneumonia,
bronkitis, emfisema, dan sebagainya. Sehingga hal yang logis dan baik, apabila orangtua kita
berikan vaksinasi/imunisasi seperti vaksin influensa, dll. Sehingga dapat mengurangi waktu
perjalanan penyakit.
Pertanyaan
1. Bagaimana pengaruh proses penuaan terhadap fungsi paru?
2. Vaksin apa saja yang dapat diberikan pada orangtua?
Tugas
Carilah satu jurnal yang berkaitan tentang hubungan fungsi paru
dengan penuaan!
117
Kadar normal oksigen transpor adalah 900-1100 mL/menit dengan faktor pengalinya cardiac
output dan 550-650 mL O2/menit/m2 jika faktor pengalinya adalah Cardiac Index (CI).
Kadar oksigen arterial adalah jumlah seluruh oksigen yang terkandung dalam 100 mL darah
(oksigen yang larut dalam plasma, dan hemoglobin) yang ditentukan oleh konsentrasi
hemoglobin dan saturasi oksigen seperti dalam rumus berikut:
dengan
kadar
pO2
dan
dan
apabila
kadar
Hb
VO2 maks (Oxygen Comsumption) adalah kapasitas tubuh kita dalam mengkonsumsi oksigen
dalam satu menit.
119
120
Kita harus dapat mengenali urutan iga dan sela iga (intercostal space/ICS) dengan tepat.
Sebagai patokan dapat digunakan adalah:
Angulus sternalis (sternal angle) yang disebut juga sebagai angulus ludovici,
terletak setinggi iga kedua. Letakkan jari anda pada suprasternal notch dan
gerakkan jari anda menyusuri angulus sternalis kira-kira sepanjang 5 cm, tempat
pertemuan manubrium dan korpus sternalis. Kemudian jari anda menyusuri ke
arah lateral untuk menemukan tulang iga kedua. Dibawah iga kedua adalah, sela
iga kedua yang memisahkan sela iga ke-2 dengan ketiga. Dari iga ke-2,
selanjutnya kita dapat mengidentifikasi iga lainnya dengan cara melangkahkan jari
ke ICS selanjutnya seperti pada gambar. Pada wanita, geser payudara ke lateral
atau palpasi lebih ke medial.
121
Sebagai catatan bahwa tujuh tulang rawan iga pertama berartikulasi (membentuk
sendi) dengan tulang sternum. Sedangkan tulang rawan iga 8,9, dan 10
berartikulasi dengan tulang rawan iga diatasnya (tulang rawan ke tujuh).
Sedangkan tulang iga 11 dan 12 terletak melayang di rongga toraks.
Iga 12, pada daerah dinding dada bagian posterior, kita dapat menggunakan
patokan iga ke-12 bila pada pendekatan secara anterior tidak memuaskan.
Temukan iga ke-12, kemudian identifikasi iga lainnya dengan cara yang sama
yaitu melangkahkan jari ke ICS selanjutnya seperti pada gambar .
122
Angulus inferior scapula, bagian tulang lainnya yang dapat digunakan sebagai
patokan (bony landmark) adalah angulus inferior skapula kira-kira setinggi kosta
ke-7 atau ICS 7.
Garis imajiner pada dinding dada yang juga dijadikan sebagai patokan dalam
pemeriksaan pada bagian anterior antara lain:
garis aksilaris media (midaksilaris) : garis vertikal dari apeks aksila yang sejajar
garis aksilaris anterior
123
garis aksilaris posterior : garis vertikal sepanjang lipatan aksila posterior yang
dibentuk oleh otot latisimus dorsi dan teres mayor
Garis imajiner pada dinding dada pada bagian posterior antara lain:
Pada saat melakukan pemeriksaan dinding dada, pikirkan lokasi lobus dan fisura paru yang ada
dibawahnya. Proyeksi paru pada dinding dada, digunakan patokan sebagai berikut :
Kedua paru dibagi oleh fissura obliqua. Pada bagian posterior, fissura obliqua berupa
garis kira-kira setinggi prosesus spinosus vertebra torakalis 3 yang berjalan miring ke
bawah lateral menuju bagian anterior dan berakhir di iga ke-6 garis midklavikula.
Paru kanan juga terdapat fissura horizontal. Fissura horizontal berupa garis dari iga ke-5
garis midaksilaris kanan melintas ke anterior setinggi iga ke-4.
125
Bifurcatio trakea (percabangan trakea) kira-kira setinggi angulus sternalis atau setinggi
prosesus spinosus vertebra thorakalis 4.
126
Setelah melakukan inspeksi, maka anda harus melaporkan yang telah dilihat baik
anterior maupun posterior yaitu meliputi:
Deformitas atau adanya asimetris bentuk dada
Bentuk dada yang normal seperti pada gambar dibawah ini:
Bentuk
dada
disebelah
pada
ditemukan
gambar
pada
tong).
Diameter
ini
dapat
bersifat
127
Bentuk
dada
disebelah
pada
disebut
gambar
pectus
Dada
burung
(pectus
128
bentuk
abnormal
deformitas
pemeriksaan
paru.
Kesimetrisan gerakan dinding dada saat inspirasi, apakah ada bagian dada yang tertinggal
seperti
pada
trauma
dada
yang
gerakan
Sehingga
pada
paradoksikal.
saat
inspirasi,
129
Kecepatan respirasi per menit (RR: respiration rate). Jumlah pernafasan harus dihitung
selama satu menit dengan melihat gerakan dinding dada dari arah kaudal (ujung kaki).
Normal frekuensi nafas pada dewasa 8-16 kali/menit.
2. Palpasi,
a. Identifikasi adakah nyeri tekan, tumor/massa.
b. Menilai ekspansi pernafasan
- Lakukan palpasi dada setinggi costa ke-10 dengan
meletakkan ibu jari berdekatan dengan tulang
belakang, jari menyebar rata di dada. Dengan tetap
pada posisi tersebut, gerakkan ibu jari ke medial
sehingga membentuk lipatan kulit.
- Minta pasien untuk bernafas dalam.
- Lihat gerakan ibu jari. Apakah gerakan tiap sisi
berjalan secara sinkron. Dan rasakan ekspansi dan
kesimetrisan dinding dada saat respirasi
130
Minta pasien untuk mengucapkan kata tujuh-tujuh atau one-one-one. Jika fremitus
teraba lemah, minta pasien untuk mengucapkannya dengan lebih keras atau dengan nada
rendah.
Palpasi dan bandingkan secara simetris pada kedua paru. Letakkan masing-masing
tangan pada daerah kanan dan kiri dari dinding dada menggunakan kedua telapak tangan
(yaitu bagian tulang pada pangkal jari) atau permukaan ulnar kedua tangan.
131
Identifikasi, lukiskan dan lokalisasi area dengan peningkatan atau penurunan fremitus.
Fremitus cenderung lebih jelas pada daerah interskapula daripada daerah dibawah
skapula. kadang juga lebih jelas pada paru kanan daripada paru kiri. Pada daerah
dibawah difragma fremitus menghilang.
Fremitus meningkat jika transmisi meningkat yaitu pada konsolidasi paru pneumonia
lobaris.
Fremitus menurun atau hilang jika suara terlalu pelan atau ada penghalang transmisi
suara dari laring ke permukaan dinding dada. Antara lain pada obstruksi bronkus,
penyakit paru obstruksi kronik, efusi pleura, fibrosis pleura,pneumothoraks, infiltrasi
tumor ataupun dinding dada yang tebal.
Taktil fremitus adalah penilaian secara kasar. Dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan
lainnya.
3) Perkusi, perkusi membantu menilai apakah jaringan di bawah area perkusi berisi udara,
cairan atau padat. Hanya dapat membantu sampai kedalaman 5-7 cm dinding dada, pada
lesi yang lerlalu dalam sulit terdeteksi.
Tehnik :
-
Jari tengah dari tangan kiri, diletakkan pada permukaan yang akan diperkusi. Jari tersebut
dalam sikap ekstensi. Tekankan persendian kedua interfalang pada permukaan yang akan
diperkusi dan dihindarkan kontak antara permukaan
yang diperkusi dengan bagian lain dari tangan kiri
tersebut. Sebaiknya diletakkan secara mantap di atas
kulit dan tidak di atas tonjolan tulang.
132
Ketuklah secara ringan jari tengah tangan kiri (dorsal falang) yang menempel pada bidang
yang diperiksa dengan jari tengah kanan. Gunakan ujung jari dengan posisi yang sedapat
mungkin tegak lurus.
Pada setiap posisi lakukan ketukan minimal dua kali yang sama kuat berturut-turut. Buatlah
ketukan seringan mungkin yang dapat menghasilkan suara yang jelas
Lakukan perkusi secara sistematis dari apek paru ke basal dan bandingkan setiap sisi kanan
dengan sisi kiri. Lakukan perkusi dengan teknik yang benar, ringan jangan terlalu keras dan
konstan.
133
Pada wanita, geserlah payudara dengan lengan anda atau mintalah pada pasien untuk
menggesernya,
Identifikasikan suara yang terdengar. Apakah pekak (seperti suara perkusi pada paha), redup
(seperti suara perkusi pada hepar), sonor (suara perkusi paru normal), hipersonor (terdengar
pada emfisematous lung), timpani (seperti suara perkusi pada lambung)
134
Redup terdengar bila jaringan paru/pleura terdapat cairan atau jaringan padat.
Identifikasikan daerah redup diafragma. Lakukan perkusi ke bawah sampai terjadi perubahan
suara dari sonor ke redup. Diaphragmatic excurtion adalah selisih level daerah redup
diafragma saat inspirasi penuh dan ekspirasi penuh, normal 5-6 cm. level redup diafragma
meninggi dapat menunjukkan adanya efusi pleura atau diafragma letak tinggi karena
ateletaksis, paralisis diafragma.
4) Auskultasi
Pada pernafasan normal terdengar tenang. Suara respirasi berasal dari saluran nafas yang
ditransmisikan melalui jaringan paru ke dinding dada, yang dapat didengar dengan
stetoskop. Jaringan paru yang normal akan menyaring komponen higher-pitched. Suara yang
terdengar pada sebagian besar paru adalah halus, low pitched. Suara tersebut dinamakan
suara nafas Vesikuler. Walaupun suara ekspirasi terdengar lebih pendek pada telinga
manusia, pada kenyataaannya ekpirasi tetap berlangsung.
Pada daerah didekat trakea yaitu daerah manubrium sterni atau diantara skapula, akan
terdengar suara nafas yang lebih keras, higher pitched dimana terdengar lebih jelas pada
ekpirasi. Apabila suara seperti ini terdengar pada daerah yang jauh dari saluran nafas yang
135
besar maka hal tersebut adalah abnormal dan dinamakan suara nafas bronkial. Suara
bronkial normal terdengar pada daerah dekat trakea dan cabang besar bronkus.
Suara ketika kita berbicara juga ditransmisikan ke dinding dada. Kita dapat memeriksanya
dengan cara palpasi (fremitus) atau dengan stetoskop (suara vokal).
Minta pasien utuk bernafas dalam. Dengarkan minimal satu respirasi penuh pada
satu lokasi. Lakukan secara sistematis dari atas ke bawah dan bandingkan dengan
paru sisi lainnya . Lokasi auskultasi sama dengan pada saat perkusi.
Dengarkan pitch, intensitas dan durasi saat nafas inspirasi dan ekspirasi.
136
Identifikasi suara nafas dasar dan suara nafas tambahan. Suara nafas tambahan
seperti ronki, wheezing.
137
Apabila ditemukan suara abnormal pada taktil fremitus, perkusi dan auskultasi.
Lanjutkan pemeriksaan dengan vokal fremitus.
138
CHECKLIST
NAMA :
NIM
NO
KRITERIA
1
1.
2.
3.
4.
5.
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menerangkan cara dan tujujuan pemeriksaan
Dinding dada depan
a. menentukan incisura jugularis sterni
b. gerakkan jari 5 cm atau lebih kea rah kaudal
sampai menemukan angulus ludovici sterni
c. gerakkan jari ke lateral untuk menemukan iga II
d. dari sela iga II gunakan jari untuk menyusuri sela
iga berikutnya
Dinding dada belakang
Dengan jari- jari pada satu tangan, tekan dan telusuri
dinding dada belakang dari daerah lumbal ke kranial
samapai teraba sisi inferior iga XII
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
: tidak dilakukan
: dilakukan salah
: dilakukan kurang benar
: dilakukan dengan benar
139
SKOR
2
3
2. PALPASI
NO
KRITERIA
1
1.
2.
3.
4.
5.
Palpasi trakea
a. menempatkan ujung jari II dan jari III
membentuk huruf V atau
b. menentukan kedudukan gelang- gelang trakea
dalam hubungannnya dengan sternum
Menilai pergerakan dinding dada
a. anterior
meletakkan kedua ibu jari di
prosessus xipoideus dan jari- jari di
arcus costa
menggerakkan kedua ibu jari sedikit
kea rah medial
meminta penderita melakukan
inspirasi maksimal
memperhatikan pergerakan kedua ibu
jari apakah simetris atau tidak
b. posterior
meletakkan kedua ibu jari di garis
mid spinal setinggi T 10 dan jari- jari
lain di arcus costae
menggerakkan kedua ibu jari sedikit
kea rah medial
meminta penderita melakukan
inspirasi maksimal memperhatikan
pergerakan kedua ibu jari apakah
simetris atau tidak
Menentukan daerah nyeri
Menentukan adanya tumor, peradangan, abses, fraktur
iga
Menilai fremitus taktil
a. Meletakkan kedua sisi ulnar tangan secara
simetris di sela iga penderita
b. Meminta penderita mengucapakan satu-duatiga atau tujuh-puluh-tujuh dengan suara
yang dala dan kuat
c. Memindahkan tangan dari atas ke bagian
bawah dinding dada
d. Membandingkan getaran yang dihasilkan oleh
suara tersebut
140
SKOR
2
3
3. PERKUSI
NO
KRITERIA
1
1.
2.
3.
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
: tidak dilakukan
: dilakukan salah
: dilakukan kurang benar
: dilakukan dengan benar
141
SKOR
2
3
4. AUSKULTASI
NO
KRITERIA
1
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
SKOR
2
3
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
: tidak dilakukan
: dilakukan salah
: dilakukan kurang benar
: dilakukan dengan benar
Tugas
Lakukan bersama temanmu pemeriksaan paru secara lengkap
142
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C & Hall, J.E. 2006. Textbook of Medical Physiology. The 11th edition. Philadelphia:
Elsevier-Saunders: 471-551.
Marieb, E.N., and Hoehn, K. 2007. Human Anatomy and Physiology. The 7th edition. USA:
Benjamin Cummings, Pearson Educaton, Inc.
Silverthorn, Dee Unglaub. 2010. Human Physiology an Integrated Approach. The 5th edition.
USA: Pearson Education, Inc.
Tortora, Gerrard J. 2009. Principles Of Anatomy And Physiology. USA: John Wiley & Sons,
Inc.
Brooks, G.A. & Fahey, T.D. 1985. Exercise Physiology. Human Bioenergetics and Sts
Aplications. New York : Mac Millan Publishing Company.
Foss, M.L. & Keteyian, S.J. 1998. Foxs Physiological Basis for Exercise and Sport. 4th ed. New
York : W.B. Saunders Company.
Astrand, P.O. and Rodahl, K. 1986. Textbook of Work Pysiology, Physiological Bases of
Exercise. New York : McGrawHill.
Ganong, M. Wiliiam. 2003. Review of Medical Physiology. The 21st edition. USA: McGraw
Hill Companies.
Banerjee, Ashis. 2005. Clinical Physiology. Cambridge: Cambridge University Press.
Fox. 2003. Human Physiology . The 6the dition. New York : McGrawHill
McPhee, S.J, and Ganong, W.F. 2006. Pathophysiology of Disease: An Introduction to Clinical
Medicine. The 5th edition. USA: McGrawHill.
Premkumar, Kalyani. 2004. The Massage Connection: Anatomy and Physiology. The 2nd
edition. USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Vander et al. 2001. Human Physiology: The Mechanism of Body Function. The 8th edition.
USA: McGrawHill.
Corwin, Elizabeth J. 2008. Handbook of Pathophysiology. The 3rd edition. USA: Lippincott
Williams & Wilkins.
143