PENDAHULUAN
ultraviolet luar ruangan biasanya lebih mudah mengalami pterygium yang berat dibandingkan
dengan orang biasanya meluangkan waktunya didalam ruangan. Menariknya penelitian ini
tidak menunjukkan adanya hubungan antara disfungsi kelenjar Meibomian dan pterygium.
Penelitian Tongg et al (2009) pada populasi yang sama juga tidak ditemukan hubungan antara
mata kering dan pterygium.
Menurut penelitian Gazzard et al. (2002) di Indonesia (Kepulauan Riau) , orang yang
mempunyai riwayat pekerjaan 5 jam per hari di luar ruangan selama 10 tahun (12,3 %)
memiliki prevalensi dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan orang yang bekerja di luar
ruangan yang hanya 5 tahun (7,7 %). Penelitian ini sejalan dengan pathogenesis dari
pterygium yang berhubungan dengan teori ekspresi gen p53 onkogen dimana paparan sinar
ultraviolet terlibat dalam mutasi gen p53 (Detorakis & Spandidos, 2009; Dushku et al, 1997 )
Menurut data riset kesehatan dasar pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013) Prevalensi
pterygium di Indonesia 8,3%, prevalensi tertinggi ditemukan di Bali (25,2%), diikuti Maluku
(18,0%), dan Nusa Tenggara Barat (17,0%). DKI Jakarta memiliki prevalensi terendah, yaitu
3,7%, diikuti oleh Banten 3,9%. Prevalensi tertinggi juga didapat pada kelompok pekerja
petani (15,8%) dibandingkan dengan kelompok pekerja lainnya dan cenderung lebih tinggi
pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan yang dikaitkan dengan resiko lamanya
paparan sinar matahari.
Palembang secara geografis terletak antara 2052 sampai 305 Lintang Selatan dan
104037 sampai 104052 Bujur Timur. Palembang merupakan kota dengan paparan sinar
matahari tinggi, dan resiko terjadinya pterygium akan lebih tinggi karena termasuk daerah
tropis dan dekat dengan khatulistiwa. Prevalensi pterygium menurut hasil sensus rawat jalan
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan periode Juni 2014 sampai Juni 2015
berkisar 2,4% dan merupakan salah satu dari 10 kasus terbanyak. Pterygium merupakan
penyakit yang membahayakan karena dapat menyebabkan kebutaan. Oleh karena itu, penulis
tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan lamanya paparan sinar matahari
dengan angka kejadian pterygium.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah ada hubungan antara paparan sinar matahari dengan kejadian pterygium
di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan ?
2. Apakah ada hubungan antara lamanya paparan sinar matahari dengan derajat
penderita pterygium Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan ?
3. Apakah ada hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian pterygium di Rumah
Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan ?
Tujuan Umum
1. Menganalisis hubungan antara paparan sinar matahari dengan kejadian pterygium
di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi angka kejadian pterygium di Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi
Sumatera Selatan.
2. Menganalisis hubungan antara lamanya paparan sinar matahari dengan derajat
pterygium.
3. Menganalisis hubungan antara jenis pekerjaan dengan kejadian pterygium di
Rumah Sakit Khusus Mata Provinsi Sumatera Selatan.