PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki lahan budidaya ikan dan
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan antara
lain:
1. Apa persyratan yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya
udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) , udang windu (Penaeus
monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ?
2. Apa saja aspek yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi tambak
budidaya udang Vanamei (Litopenaeus vannamei) , udang windu (Penaeus
monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ?
3. Bagaimana kriteria dalam penentuan lokasi usaha budidaya udang
vannamei(Litopenaeus vannamei), udang windu (Penaeus monodon,
udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ?
4. Bagaimana sistem pengaturan dan konstruksi lokasi budidaya kolam untuk
pembudidayaan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), udang windu
(Penaeus monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii) ?
5. Bagaimana evaluasi kelayakan tambak untuk budidaya
Udang
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah :
1. Dapat mengetahui persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
lokasi budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), udang windu
(Penaeus monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
2. Mengetahui aspek-aspek yang berperan penting dalam pemilihan lokasi
tambak/kolam untuk budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei),
udang
windu
(Penaeus
monodon,
udang
galah
(Macrobrachium rosenbergii)
3. Dapat memahami kriteria aspek dalam penentuan atau pemilahan lokasi
usaha budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), udang windu
(Penaeus monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
4. Mengetahui dan memahami sistem konstruksi dan pengaturan dasar kolam
untuk budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), udang windu
(Penaeus monodon, udang galah (Macrobrachium rosenbergii)
2.1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
Udang
vannamei
termasuk
mampu
detritus
yang
ada
pada
kolom
air
sehingga
dapat
Udang Windu
2.2.1. Klasifikasi Udang Windu (Penaeus monodon)
Klasifikasi udang windu antaralain:
Kindong : Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Melacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Penaeidae
Genus
: Penaeus
Spesies
: Penaeus monodon
2.2.2. Karakteristik Udang Windu
Udang windu yang dikenal dalam Internasional dengan sebutan black
tiger dan nama latin Panaeus monodon merupakan salah satu jenis udang
yangmemiliki nilai jual tinggi dan merupakan primadona ekspor non
migas. Udangwindu merupakan salah satu bahan makanan sumber protein
hewani yang bermututinggi. Permintaan konsumen dunia terhadap udang
rata-rata naik 11,5% pertahun (Fast and Lester,1992).
Udang windu terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala yang
menyatudengan dada (chepalothorax ) dan bagian perut (abdomen).
5
2.3.
: Animalia
Filum
: Artrhopoda
Kelas
: Malascostraca
Subkelas
: Eumalacostraca
Ordo
: Decapoda
Famili
: Palaemonidae
Genus
: Macrobrachium
Spesies
Budidaya Tambak
Usaha budidaya tambak tersebar hampir diseluruh daerah pesisir
tambak
merupakan
kegiatan
pemeliharaan
untuk
Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksudkan untuk
menjamin keselarasan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha
budidaya dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di
lingkungan
sekitarnya. Pemilihan
lokasi
dilakukan
dengan
konstruksi
tambak
dan
operasionalnya,
mengidentifikasi
2.6.
bergelombang
otomatis
akan
membutuhkan biaya yang relatif besar dan waktu yang cukup lama
serta tingkat kesuburan yang tidak merata.
2. Elevasi
Elevasi, atau kemiringan lahan. Berkaitan dengan kemampuan
irigasi tanah.
10
1. Tidak berkarang
2. Elevasi yang
rendah
sehingga
pasang
cukup
air
dapat
b.
c.
d.
Lebar dan tinggi pematang serta dimensi saluran inlet dan outlet
Sumber air meliputi dua parameter yaitu kualitas air dan pasang surut.
Berikut ini persyaratan parameter kualitas air yang layak dalam masa
pemeliharaan berdasarkan SNI 01-7246-2006 (tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Parameter Kualitas Air petak tandon
11
PARAMETER AIR
SATUAN
KISARAN
O
1
2
3
4
5
6
7
8
Salinitas
Suhu
pH
DO, minimal
Alkalinitas
B.Organik, maksimal
Total padatan terlarut
Unsur hara
Ppm
C
mg/L
mg/L
mg/L
mg/L
OPTIMAL
10 40
28 30
7.5 8.5
3
100 200
55
150 200
Cu
mg/L
0 0.01
Pb
mg/L
0 0.3
Cd
mg/ L
0 0,01
PARAMETER AIR
SATUAN
KISARAN
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
OPTIMAL
Salinitas
Ppm
15 25
Suhu
C
28,5 31,5
pH
7.5 8.5
DO, minimal
mg/L
3.5
Alkalinitas
mg/L
100 150
B.Organik, maksimal
mg/L
55
Amoniak total, maksimal mg/L
0.01
Nitrit
mg/L
0.01
Nitrat
mg/L
0.5
Phosphat
mg/L
0.1
Ketinggian air
Cm
120 200
Kecerahan air
Cm
30 45
Jenis perairan baik itu payau atau tawar tergantung dari jenis kultivan
(udang) yang akan di pelihara, untuk daerah pertambakan yang cocok adalah
daerah pasang surut dengan fluktuasi pasang surut 2 -3 meter. Seperti yang
diketahui bahwa lebih dari 75% dari planet bumi terdiri dari air, khususnya air
laut. Dan pasang surut di pengaruhi oleh 3 planet besar yakni = matahari-bumibulan. Adapun tipe Pasang Surut
12
5. Tanah
Tekstur tanah berkaitan dengan kemampuan tanah untuk dibentuk dan
dijadikan tanggul sehingga mampu menahan tekanan air sampai ketinggian yang
diinginkan. Tekstur tanah yang ideal untuk kegiatan usaha budidya udang adalah
tanah liat berpasir (sandy clay) atau liat berlumpur (clay loam) karena tanah
tersebut baik untuk pematang karena kompak, kuat, dapat menahan air dan tidak
pecah pecah.
Tekstur tanah dasar terdiri dari lumpur liat berdebu/ lumpur berpasir
dengan kandungan pasir tidak lebih dari 20 % dan tidak porous. Tanah dengan
kandungan pasir tinggi akan sangat porus dan sulit ditumbuhi pakan
alami/plankton.Sedangkan tanah dengan kandungan debu tinggi kurang kompak
dalam keadaan kering sehingga mudah longsor.
Selain itu konstruksi petakan yang akan digunakan untuk berbudidaya
harus kedap air hal ini untuk memudahkan kegiatan produksi dan meminimalkan
penularan penyakit. Kutty 2006 menjelaskan bahwa :
1)
Tekstur tanah Liat diameter 0.05 0.002 mm (terasa lembut seperti bedak).
2)
3)
Warna Tanah
Senyawa
KET
O
1
2
3
Coklat
Hitam
Abu-abu
- 100
< - 200
- 100 s/d 200
Fe(OH)3
FeS
FeS2
Dekomposisi Oxic
Dekomposisi anoxic
Dekomposisi terhambat
PARAMETER TANAH
Ph
B.Organik, maksimal
Potensial redoks,maksimal
Nitrit
H2S
Phosphat
Tekstur
SATUAN
mg/L
mV
mg/L
mg/L
mg/L
%
KISARAN OPTIMAL
5.5 7
57
50
0.03 0.05
0.05 0.10
0.30 0.50
Liat
20 50
Pasir
50 70
Lempung
Unsur Hara tanah*)
10 20
Nitrogen
0.21
Kalium
mg/L
500
Kalsium
mg/L
700
Magnesium
mg/L
300
14
Total besi
mg/L
<1
Berdasarkan SNI 01-7246-2006 dan *) Ditjenkan 2003
6.
Iklim
Indonesia
merupakan
daerah
dengan
iklim
(penghujan
dan
15
dengan
bahan-bahan
kimia.
Salah
satunya
dengan
16
b. Amati apa yang terjadi, apakah kompak ataukah ambyar. Jika mudah
pecah berarti tanah kurang kompak jadi kurang cocok untuk di jadikan
tambak.
Untuk mengetahui tingkat bau tanah secara organoleptik dengan di
cium aroma tanahnya Untuk mengetahui kecocokan lahan menggunakan
indera perasa (lidah) bila terasa ada yang menggelitik maka tanah tersebut
cocok untuk udang
a. Evaluasi Kelayakan Lahan
Evaluasi kesesuaian perairan adalah suatu proses pendugaan potensi
perairan
yang
telah
dipertimbangkan
menurut
kegunaannya
dan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.
Penentuan Lokasi Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei)
3.1.1. Lokasi Pembudidayaan
Budidaya udang vannamei sangat dipengaruhi oleh faktor internal atau
eksternal lingkungan tambak. Kualitas benih, persiapan tambak, manajemen
kualitas air, manajemen pakan, maupun cuaca sangat menentukan. keberhasilan
budidaya udang. Manipulasi manajemen budidaya sangat diperlukan untuk
meningkatkan produksi udang putih, salah satunya adalah dengan manipulasi
kepadatan tebar (Wardiyanto 2008).
Pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha budidaya udang vaname akan
menentukan tingkat keberhasilan produksi. Elevasi atau tingkat kemiringan lokasi
dan karakter pasang surut air laut perlu dipertimbangkan Hal ini berkaitan dengan
17
Pengairan, pergantian air dan pengeringan tambak. Begitu juga dengan jarak area
pertambakan dengan daerah pantai, karena areal tambak yang jauh dari pantai
akan kesulitan dalam penyediaan air laut bahkan membutuhkan dana yang besar
untuk operasional.
3.1.2. Kriteria Aspek Dalam Penentuan Atau Pemilahan Lokasi Usaha
Budidaya Udang Vannamei
1. Aspek Tanah
Persyaratan tanah memegang peranan penting dalam menentukan baik
tidaknya tanah untuk usaha budidaya. . Kualitas tanah tambak berperan penting
dalam usaha budidaya tambak, bukan hanya karena pengaruhnya terhadap
produktivitas maupun kualitas air yang berada diatasnya, namun juga karena
faktor kesesuaiannya untuk konstruksi pematang dan selokan disekitar tambak.
Sifat fisik tanah harus diketahui sebelum pembangunan areal tambak agar
tambak yang dibangun tidak bocor dan kuat. Sifat fisik tanah dapat diketahui dari
teksturnya yaitu perbandingan kandungan butir-butir pasir, debu dan tanah liat
dalam tambak tersebut. Jenis tanah untuk tambak vaname sebaiknya liat berpasir
(untuk menghindari kebocoran). Dimana liat (60-70%) dan pasir ( 30-40%).
Usaha budidaya tambak vanname sebaiknya memilih lokasi yang datar dan
tidak lebih tinggi dari pasang tertinggi atau lebih rendah dari surut terendah. Hal
tersebut berkaitan dengan kemudahan dalam penggalian dan perataan tanah,
pergantian air tambak dan pengeringan serta menghindari kesulitan dalam
pengelolaan air. Pada tanah bergelombang dimungkinkan terjadinya penggalian
tanah yang banyak dan menyebabkan lapisan tanah yang subur terbuang. Tanah
yang datar umumnya memiliki tingkat kelerengan sekitar 0 3%.
Dalam pemilihan lokasi pertambakan vanname pH tanah juga penting
untuk di cek dan diketahui karena pH tanah mempengaruhi pH air. pH yang baik
untuk lokasi pertambakan vanname adalah 6.00 8.00. karena pada pH tersebut
tanah kaya akan unsure hara.
2. Aspek Ekologi
Daerah yang ideal untuk dijadikan lahan tambak vanname adalah daerah
dengan curah hujan 2000 mm/ tahun dengan bulan kering 2 -3 bulan. Apabila
18
curah hujan melebihi 2000 mm/ tahun dan tidak terdapat bulan kering atau hujan
sepanjang tahun, maka akan menimbulkan masalah besar. Kondisi seperti ini
sangat penting untuk diperhatikan, agar tambak dapat berproduksi lebih baik dan
stabil, untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan
organik, dan menghilangkan bahan toksik seperti H2S, serta untuk menumbuhkan
pakan alami dalam tambak, maka perlu dilakukan pengeringan dasar tambak
secara rutin menjelang penebaran benur, yang mana semua hal tersebut
memerlukan bulan kering.
Salah satu faktor yang menunjang kelangsungan usaha tambak udang
adalah sumber air laut. Laut adalah sumber utama pemasok air bagi pertambakan
air payau. Pasokan air tawar untuk tambak dapat diperoleh dari aliran sungai,
saluran irigasi untuk sawah, dan sumur air tanah. Tambak dibangun dipinggir
pantai untuk kemudahan pengairan, yakni pengisian dengan air laut atau air
payau. Tambak udang biasanya dikembangkan di kawasan intertidal, pada area
terlindung dekat sungai, muara sungai, dan area mangrove. Selain sebagai sumber
pasokan air, kedekatan tambak dengan pantai bertujuan untuk mencapai
kesempurnaan pengeluaran air limbah. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap
proses pengeringan dasar tambak yang lebih baik, dengan catatan bahwa lokasi
disepanjang pantai tidak berlumpur karena proses siltasi.
Dua hal yang berkenaan dengan pasang surut adalah proses pemasukkan
dan pembuangan air dalam proses produksi tambak. Kisaran fluktuasi pasang
surut air laut yang dianggap memenuhi persyaratan untuk tambak adalah 1,7 2
meter. Jika suatu daerah memiliki fluktuasi pasang surut lebih dari dua meter,
maka daerah tersebut membutuhkan pematang ekstra kuat untuk menahan air
pasang. Daerah dengan tunggang pasut lebih rendah dari 1,7 meter menyebabkan
kurangnya suplai air untuk memenuhi kebutuhan tambak, namun masih dapat
dijadikan sebagai tambak, dengan memanfaatkan pompa untuk membantu
mengalirkan air dari dan ke dalam tambak.
3. Aspek Biologis
Udang
vaname
mempunyai
karakteristik
budidaya
yang
sangat
bagus. Udang tumbuh dengan cepat sampai ukuran 20 gram, dengan laju
pertumbuhan 3 gram per minggu dalam kepadatan 100 ekor /m 2 . Setelah 20
19
gram, udang tumbuh lambat yaitu 1 gram per minggu dan betina tumbuh lebih
cepat dari pada jantan. Udang mempunyai toleransi salinitas yang cukup lebar
yaitu 2 40 ppt, tetapi akan tumbuh lebih cepat pada salinitas rendah, ketika
terjadi isoosmotic antara lingkungan dan darah. Pada salinitas 33 ppt larva udang
vaname
tumbuh
sangat
bagus. Temperatur
juga
sangat
mempengaruhi
pertumbuhan. Udang akan mati jika berada pada suhu dibawah 15C atau diatas
33C dalam waktu 24 jam atau lebih. Sub letal stres terjadi pada 15-22C dan 3033C. Temperatur
optimum
untuk
udang
vaname
adalah
antara
23
20
KB.550/264/Kpts/4/1984
dan
Nomor
082/Kpts-II/1984,
yang
menyebutkan bahwa lebar sabuk hijau mangrove adalah 200 m. Surat Keputusan
tersebut kemudian dijabarkan melalui Surat Edaran Nomor 507/IV-BPHH/1990
tentang penentuan lebar sabuk hijau hutan mangrove, yaitu sebesar 200 meter di
sepanjang pantai dan 50 m disepanjang tepi sungai. Keputusan tersebut diperkuat
dengan Keputusan Presiden No.32 tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan
lindung, yakni lebar jalur hijau (m) adalah 130 x rata- rata tunggang air pasang
purnama (tidal range).
Persyaratan non teknis pemilihan lokasi untuk tambak udang vaname :
a. Dekat dengan daerah pantai dengan fluktuasi pasang surut 2 3m
b. Sumber air tawar harus cukup
c. Lokasi tambak harus memiliki green-belt (hutan mangrove) agar terhindar
d.
e.
f.
g.
h.
i.
maupun panen
Dekat dengan sumber tenaga kerja
Dekat dengan daerah pemasaran termasuk cold storage
Jauh dari pabrik maupun daerah pemukiman penduduk yang padat
Terdapat sumber listrik dan sarana komunikasi
Dekat dengan sumber benih vaname
3.2.
jenis
tanah
dan
adanya
air
mengalir. Secara
lengkap
21
pH : 7-8
22
tetap tinggi selama pemeliharaan. Ukuran kolam yang ideal adalah lebar
maksimum 20 m dan panjang 50 m atau luas maksimal 1000 m2. Ukuran
lebar ideal akan memudahkan dalam pemberian pakan, karena pakan
udang dapat ditebar secara merata dari pinggir sampai ke tengah kolam.
Hal tersebut sangat penting agar pendistribusian pakan dapat optimal
karena udang galah hidup merayap dan tersebar ke seluruh dasar kolam.
Selain itu, kolam mudah dikeringkan pada saat pemanenan.
Dasar kolam sebaiknya tanah berpasir dan diusahakan agar jumlah
lumpur
sesedikit
mungkin.
Hal
ini
untuk
mencegah
terjadinya
pembusukan bahan organik sisa pakan atau kotoran udang yang dapat
menimbulkan racun dan menyebabkan udang yang dipelihara mabuk atau
stress.
2. Parit / Caren
Dasar kolam hendaknya dibuat miring ke arah pembuangan
(Outlet) air dan dibuat parit (caren) yang menghubungkan pintu air masuk
dan pintu pembuangan air. Caren ini merupakan parit yang berfungsi
untuk mempermudah saat dilakukan panen / seleksi. Ukuran caren adalah
memanjang dengan lebar 50cm dan kedalaman 30-40 cm. Diujung caren
bisa juga dibuat lubang penangkapan, lubang penangkapan ini bisa dibuat
dekat saluran pemasukan air atau pengeluaran air. Lubang penangkapan
luasnya bisa disesuaikan dengan luas kolam, umumnya sekitar 2 x 2 meter
dengan kedalaman 75 cm.
3. Pemasukan Air
Untuk membantu ketersediaan oksigen, hendaknya saluran masuknya
dibuat dengan system air terjun. Tetapi jika budidaya dilakukan secara intensif
dengan padat tebar yang sangat tinggi (diatas 25 ekor/meter persegi), maka
bisa juga dilengkapi dengan kincir.
23
24
8. Tanah
Tanah yang baik untuk dasar kolam udang galah adalah tanah yang
terdiri dari lumpur dan pasir dengan perbandingan Lumpur : Pasir = 80 : 20 .
Jika tanah dasar kebanyakan adalah tanah liat hendaknya diberikan pasir.
9. pH ( keasaman )
PH tanah yang paling ideal adalah antara 6,8 - 7,5 untuk menjaga agar
tidak terjadi goncangan keasaman maka tanah harus diberikan kapur.
Kebutuhan kapur disesuaikan dengan kondisi pH tanah, dapat dilihat sbb:
Kebutuhan Kapur untuk berbagai keasaman dan tekstur kolam
pH
(ton)
Lempung liat
3,5 4,0
4,0
4,1 4,5
2,0
4,6 5,0
1,5
5,1 5,5
1,0
5,6 6,0
0,5
6,1 6,5
0,5
www.viternaplus.com
Pasir berlumpur
2,0
1,25
1,0
0,5
0,25
0,25
25
10. Pupuk
Untuk melengkapi kebutuhan ekosistem atau lingkungan kolam, maka
sebelum air dimasukkan sebaiknya diberikan pupuk. Pupuk untuk tanah 1000
meter persegi kebutuhan adalah 2 - 4 botol yang diberikan 1 minggu setelah
tanah dikapur atau 1 hari sebelum air dimasukkan setinggi 10 cm . Caranya
dengan dicampur air secukupnya dan kemudian disiram secara merata di
permukaan tanah kolam dan dinding tanggulnya.
3.2.3. Kualitas Air
Syarat utama agar udang galah bisa tumbuh dengan baik adalah
kondisi lingkungan air yang berkualitas baik. untuk itu harus benar-benar
diperhatikan dalam pengaturan air ini. Air yang dimasukkan harus benar-benar
air yang bersih, bebas pencemaran, cukup sepanjang tahun. Kualitas air
hendaknya memenuhi standar :
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Kecerahan air merupakan ukuran dari kepadatan plankton, jika kondisi warna
air hijau kecoklatan dengan kecerahan antara 25 cm - 40 cm, maka
planktonnya sangat baik untuk pertumbuhan udang galah.
pH air menunjukkan tingkat keasaman air, umumnya air dikolam /
tambak cenderung asam, sehingga setiap minggu sekali atau dua kali
hendaknya diberikan kapur / dolomite (paling baik jika setelah turun hujan)
sebanyak 10-20 ppm atau 10-20 kg/1000 m2 lahan.
Kesadahan merupakan ukuran untuk menyangga goncangan keasaman.
Biasanya untuk lahan-lahan baru atau awal budidaya kesadahanya sangat
rendah, sehingga pemberian dolomite sangat membantu, selain untuk
membantu pH seperti diatas.
26
Oksigen terlarut harus dalam jumlah yang ideal. jika terlalu kecil
berarti tandanya terjadi perombakan bahan organik yang tinggi didasar kolam
oleh mikro organisme yang menggunakan oksigen sebagai sumber energi
dalam jumlah banyak. Jika terlalu tinggi maka planktonnya terlalu padat yang
berarti akan terjadi perubahan / goncangan kualitas air yang besar yang
berakibat udang akan mudah stress.
Amoniak dan nitrit yang tinggi menandakan kondisi dasar tambak dan
air yang sangat busuk dan terlalu tingginya endapan organik di dasar tambak.
Jika sudah terlalu tinggi hendaknya dilakukansiphon (pengangkatan lumpur
dasar).Untuk mendukung kualitas air yang optimal dan ideal, maka diperlukan
unsur-unsur atau nutrisi yang cukup.
3.3.
Penentuan Lokasi Budidaya Udang Windu
3.3.1. Lokasi Budidaya
Pantai merupakan daerah terendah dari suatu aliran sungai. Akibatnya,
kualitas air tawar di daerah hilir atau di lokasi tambak menjadi rawan terhadap
pengaruh negatif dari daerah hulu, seperti endapan sedimen, hanyutan
peptisida, dan
polutan
rumah
tangga.
Dengan
kata lain, pengelolaan air yang tidak baik di daerah hulu dapat berakibat buruk
pada daerah hilir. Persoalan ini menunjukkan bahwa pengelolaan daerah
pantai tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan daerah hulu.
3.3.2. Syarat Penentuan Lokasi
Pembangunan tambak budidaya udang windu hendaknya didukung
oleh persyaratan seperti berikut ini.
1. Tambak dibangun di luar wilayah padat penduduk dan industri
2. Lokasi tambak bukan kawasan hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
produksi.
3. Tambak memiliki sumber air yang memadai, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
4. Tambak memiliki saluran irigasi yang memenuhi syarat agar air
tersedia secara teratur, memadai, dan terjamin.
5. Sumber air tawar tidak berasal dari air tanah (sumur bor) karena
penggunaan air tanah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian,
27
yakni terjadinya instrusi air laut (peresapan air laut ke perairan tawar) yang
menyebabkan terjadinva penurunan permukaan tanah.
3.3.3. Aspek Budidaya Udang Windu di Tambak
Dalam aspek budidaya udang windu di tambak faktor teknis yang perlu
dan menjadi tinjauan umum adalah sebagai berikut :
1. Topografi dan elevasi Tanah
Menurut Ibnu Dwi Buwono (1993) dan Anonim (2007a) Pemilihan
lokasi untuk lahan pertambakan diusahakan sepanjang jalur pantai atau
daerah pasang surut yang idealnya adalah elevasi terendam air sedalam 0,5
sampai 1,0 m selama periode rata-rata pasang tinggi dan dapat dikeringkan
tuntas waktu air rendah rata-rata. Menurut Purnomo (1988), lokasi
pertambakan sebaiknya jangan ditempat tanahnya yang bergelombang atau
curam, sebab akan memerlukan banyak biaya dan penggalian dan
peralatan tanah, selain itu lokasi tambak sebaiknya dipilih yang
mempunyai elevasi tertentu agar memudahkan pengelolaan air sehingga
tambak cukup mendapatkan air pada saat terjadi pasang harian dan dapat
dikeringkan pada surut harian lahan yang hanya dapat diairi pada saat
pasang tertinggi kurang baik untuk dijadikan tambak.
Selanjutnya menurut Ibnu Dwi Buwono (1993) arti penting elevasi
yang dihubungkan dengan pasang surut air laut di lokasi setempat ialah
agar usaha tambak bisa dikelola secara ekonomis terutama menyangkut
pekerjaan pengairan, penggantian air tambak serta pengeringan dasar
tambak menjelang musim tanam. Pada budidaya tambak udang windu
yang berpola tradisional atau ekstensif, lokasi yang ideal dianjurkan
berada di daerah wilayah pasang surut terendah 1,5 m dan tertinggi 2,5 m.
2. Kualitas Air.
Air sebagai tempat hidup udang yang dipelihara harus memenuhi
persyaratan kualitas dan kuantitas sehingga udang windu dapat hidup dan
berkembang dengan baik. Parameter minimal yang harus diperhatikan
menurut Adiwijaya 2003, Purnomo 1988, Ibnu Dwi Buwono (1993) dan
Suyanto dkk 2001, adalah Salinitas, Suhu, Kecerahan, Oksigen, pH, NH3,
NO2 dan H2S.
28
29
30
a. Kondisi Iklim
Iklim dinyatakan sebagaia rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu
yang cukup lama (Ance Gunarsih Kartasaputra, 2004). Untuk
menentukan tipe iklim di suatu wiayah di Indonesia dapat digunakan
analisis menurut Shcmitd dan Ferguson, Mohr, dan lain-lain dimana
dasar analisis ini menggunakan pembagian bulan basah, bulan lembab
dan bulan kering dalam siklus waktu tertentu (Handoko, 1995).
b. Curah Hujan dan Hari Hujan
Hari hujan diartikan sebagai satu hari dimana curah hujan kurang dari
0,5 mm/hari. Selanjutnya intensifikasi hujan diartikan sebagai
banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu terten. Bila intensitas
besar berarti hujan lebat dan kurang baik bagi tanaman serta
peternakan (perikanan) karena dapat menimbulkan erosi dan banjir
c. Kelembaban
Menurut Ance Gunarsih Kartasaputra (2004), kelembaban merupakan
suatu ukuran dari banyaknya uap air yang ada di udara dalam. Ada
beberapa peristilahan dalam pengukuran kelembabab yaitu :
Kelambaban mutlak yang merupakan massa uap air yang
berada dalam satu satuan udara, yang dinyatakan dalam
gram/m3 .
Kelembaban spesifik yang merupakan perbandingan massa uap
air di udara dengan satuan massa udara yang dinyatakan dalam
gram/kg.
Kelembaban relatif yang merupakan perbandingan jumlah uap
air di udara dengan jumlah maksimal uap air yang dikandung
udara pada temperatur tertentu yang dinyatakan dalam persen
(%).
d. Suhu Udara
Menurut Ance Gunarsih Kartasaputra (2004), Suhu udara adalah
merupakan ukuran panas atau dingin udara, yang diukur berdasarkan
skala tertentu dengan menggunakan termometer, satuan suhu yang
digunakan adalah celcius (to C). Adapun faktor yang mempengaruhi
suhu udara adalah :
Jumlah radiasi yang diterima pertahun, perhari dan permusim
Pengaruh daratan dan lautan
Pengaruh ketinggian tempat
31
Pengaruh angin
Pengaruh panas laten
Penutupan tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi dimana
tanah yang ditutupi vegetasi suhu udara disekitarnya lebih
32
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Ada kesimpulan dari penyusunan makalah ini, antara lain:
1. Pemilihan lokasi usaha budidaya udang dimaksudkan untuk menjamin
keselarasan lingkungan antara lokasi pengembangan usaha budidaya
dengan pembangunan wilayah di daerah dan keadaan sosial di lingkungan
sekitarnya.
2. Pemilihan lokasi dilakukan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi kelayakan suatu lahan untuk konstruksi tambak dan
operasionalnya, mengidentifikasi kemungkinan dampak negatif dari
pengembangan
lokasi
dan
akibat
sosial
yang
ditimbulkannya,
33
4.2.
Saran
1. Sebelum melakukan usaha budidaya udang terlebih dahulu harus
memperhatikan aspek-aspek penting dalam penentuan lokasi diantaranya
yaitu aspek tanah, aspek ekologis, aspek biologis dan aspek sosial
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwijaya.D, I.K. Ariawan, A. Maswardi, Sutikno E, Sulistinarto. D, 2003.
Produktifitas Tambak Sistem Tertutup pada Budidaya Udang Windu.
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau. Dirjen Perikanan
Budidaya. DKP. Jepara.
Adiwidjaya, D, Murdjani. 2006. Good Aquaculture Practise (GAP) Pada
Budidaya Udang.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2003. Perkembangan produksi udang nasional pada
tahun 1997-2001. Badan Pusat Statistik : Jakarta
Ibnu Dwi Purnomo, 1993. Tambak Udang Windu Sistem Pengelolaan Berpola
Intensif. Kanisius. Yogyakarta.
Idha Wijaya, Nirmalasari.2007.Analisis Kesesuaian Lahan dan Pengembangan
Kawasan Perikanan Budidaya di wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur.
Institut Pertanian Bogor.
Iskandar Dadang. 1986. Bagaimana Memilih Lokasi Tambak yang Baik. Dirjen
Perikanan Budidaya.
Kutty, et.al. 2006. Aquaculture Principles and Practise. Second Edition.
Marlia Chandra M. 2009. Bahan Ajar Pelatihan PPTK. Jepara.
Nastiti, A.S, Krismono, Kartamihardja E.S. 2001. Dampak Budidaya Ikan
dalamKaramba jaring Apung terhadap Peningkatan Unsur N dan P di
PerairanWaduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur. Jurnal Penelitian
PerikananIndonesia, 7(2) : 22-30.
Purnomo, A., 1988. Faktor Lingkungan Dominan Pada Budidaya tambak Intensif.
Makalah Seminar Aerasi. Dirjen Perikanan Departemen Pertanian.
Jakarta.a
SNI Budidaya Udang Vaname SNI 01-7246-2006
34
Muna
Bagian
Barat
Tenggara.http://afatarulis81.blogspot.com/p/proposal-thesis.html.
Sulawesi
Diakses
35