ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan untuk merencanakan bangunan pengendali banjir sepanjang
sistem Sungai Alopohu yang diharapkan nantinya dapat mengurangi kerugian akibat banjir
yang terjadi di aliran Sungai Alopohu. Adapun manfaatnya adalah diperolehnya suatu
usaha penanggulangan banjir yang bisa mengurangi dampak negatif banjir sungai tersebut
terhadap wilayah studi khususnya dampak negatif terhadap masyarakat setempat..
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui daerah yang mengalami banjir yaitu
Sungai Alopohu, Pohu dan Reksonegoro. Maka direncanakan tanggul pada Sungai
Reksonegoro dengan tinggi bervariasi antara 1-2,8 meter dan kemiringan lereng 1:1,5.
Pada Sungai Pohu tanggul direncanakan dengan tinggi bervariasi antara 1-2,5 meter dan
kemiringan lereng 1:1,5. Pada Sungai Alopohu tanggul direncanakan dengan tinggi
bervariasi antara 1-4 meter dan kemiringan lereng 1:1,5. Setelah dilakukan upaya
pengendalian banjir seperti pembuatan tanggul, maka kapasitas tampungan Sungai
Reksonegoro, Pohu, dan Alopohu mampu menampung debit banjir rancangan sampai
dengan kala ulang 25 tahun. Untuk analisis stabilitas lereng tanggul di software GeoStudio
2007 digunakan dengan metode Bishop. Dari analisa tersebut didapatkan angka keamanan
yang memenuhi persyaratan teknis untuk keamanan tubuh tanggul.
Kata kunci : Sistem Sungai Alopohu, Gorontalo, HEC-RAS 4.1.0, stabilitas lereng.
ABSTRACT
This study aims to design flood control buildings along Alopohu River System in
order to minimize losses due to floods. As for the benefit from the study is to obtain a flood
mitigation that minimizes the negative impacts of the floods within the study area,
particularly negative impact on local communities. Based on HEC-RAS analysis, some
existing cross sections was overflowed on Alopohu, Pohu dan Reksonegoro Rivers. The
Embankment is chosen to prevent the overflow, with the height varies between 1-2,8 metres
on Reksonegoro River, 1-2,5 metres on Pohu River, and 1-4 metres on Alopohu River. The
embankment slope factor is designed on 1:1. Based on river simulation in HEC-RAS after
the embankment is designed, it was found that the storage capacity of Reksonegoro, Pohu,
dan Alopohu River were able to accomodate the designed flood discharge until Q25.
SLOPE/W GeoStudio 2007 was used for embankment slope stability analysis with Bishop
method to find the safety factors that meet the technical requirements for embankment
construction safety.
Keywords : Alopohu River System, Gorontalo, HEC-RAS 4.1.0, Slope stability.
1. PENDAHULUAN
Sungai Alopohu terletak di Kabupaten
Gorontalo Propinsi Gorontalo. Banjir yang
sering terjadi di Sungai Alopohu merupakan
salah satu dampak yang terjadi akibat
kerusakan yang terjadi morfologi Sungai
Alopohu. Jika hujan turun cukup deras maka
aliran sungai ini bisa meluap dan membanjiri
atau menggenangi daerah yang terdapat di
sekitar sungai tersebut.
R t 3
Rt 24 .
t T
dengan:
Rt = intensitas curah hujan dalam T jam
(mm/jam)
R24 = curah hujan efektif dalam 1 hari
(mm/hari)
T
= waktu hujan dari awal sampai jam
ke T (jam)
t
= waktu konsentrasi hujan (jam)
a. Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu
variabel yang didasarkan pada kondisi daerah
pengaliran dan karakteristik hujan yang jatuh
di daerah tersebut. Berdasarkan analisa tata
guna lahan pada daerah aliran sungai
tersebut,
maka
koefisien
pengaliran
didapatkan sebesar 0,70.
b. Hidrograf
Banjir Rancangan Satuan
Sintetik Nakayasu
Untuk memperkirakan debit banjir yang
akan terjadi dapat dilakukan analisis Rainfall
(Runoff
Model) dengan metode HSSNakayasu. Persamaan umum Hidrograf
Satuan sintetik Nakayasu adalah sebagai
berikut (Soemarto,1987):
A * Ro
QP
3,6 * (0,3 * TP T0.3 )
dengan:
QP = debit puncak banjir (m3/det),
R0 = hujan satuan (mm),
TP = tenggang waktu dari permulaan
hujan sampai puncak banjir (jam),
T0,3 = waktu yang diperlukan dari debit
puncak sampai menjadi 30% dari
debit puncak.
2. KAJIAN PUSTAKA
Analisa Debit Banjir Rancangan
Dalam
menentukan
debit
banjir
rancangan, perlu didapatkan harga suatu
intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan
adalah ketinggian yang terjadi pada suatu
kurun
waktu
dimana
air
tersebut
2
Qk=U1Ri+U2Ri-1+U3Ri-2++UnRi-n+1+Bf
dengan :
Qk
= Ordinat hidrograf banjir pada jam ke k
Un
= Ordinat hidrograf satuan
Ri
= Hujan netto (efektif) pada jam ke I
Bf
= Aliran dasar (base flow)
2.4
dengan:
Qa
= limpasan sebelum mencapai debit
puncak (m3/dtk),
T
= waktu,
Qp
= debit puncak (m3/dtk).
Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika diperlukan untuk
mengetahui karakteristik maupun profil
muka air yang terjadi di saluran rencana pada
daerah studi. HEC RAS 4.1 digunakan untuk
mempermudah menghitung profil muka air,
kecepatan aliran air, maupun bilangan
Froude dalam studi ini. Hasil analisa HEC
RAS ini dapat digunakan untuk mengetahui
daerah yang kapasitas debit atau alirannya
terlimpas sehingga terjadi banjir.
Qd QP 0,3
Untuk, 0,3.Qp > Qd > 0,32Qp
t TP 0, 5T0.3
1, 5T0.3
Qd QP 0,3
Untuk, 0,32Qp > Qd
t TP 1.5T0.3
2T0.3
Qd QP 0,3
T0.3 = . Tg
dengan ketentuan:
- untuk daerah pengaliran biasa = 2,
- untuk bagian naik hidrograf yang lambat
dan bagian menurun yang cepat = 1,5
- untuk bagian naik hidrograf yang cepat
dan bagian menurun yang lambat = 3.
Tanggul
Tanggul merupakan bangunan yang
berada diantara aliran sungai yang bertujuan
untuk menahan aliran air sungai agar tidak
menuju ke wilayah permukiman ataupun
lahan yang tidak memerlukan pengaliran air
sungai. Dalam hal ini tanggul berfungsi
menjaga lingkungan dari limpasan air sungai
yang melebihi aliran normal.
Tenggang waktu,
Tp = tg + 0,8 tr
Untuk:
L < 15 km
tg = 0,21 L0.7
L > 15 km
tg = 0,4 + 0,058 L
dengan:
L
= panjang sungai (km),
Tg
= waktu konsentrasi (jam),
tr
= 0,5 tg sampai tg.
Stabilitas Tanggul
a. Formasi Garis Depresi
Bila tedapat aliran rembesan di dalam
tubuh tanggul, maka untuk menganalisa
aliran rembesan diperlukan suatu formasi
garis depresi dengan menggunakan metode
Casagrande. (Sosrodarsono, 1981 :156)
Metodologi
Adapun langkah-langkah penyusunan
kajian ini adalah sebagai berikut:
Mulai
Data Topografi,
Luas DAS, Tata
Guna Lahan
Data Hujan
Stasiun
Curah Hujan
Rerata Daerah
Data Karakteristik
Sungai & Geologi
Curah Hujan
Rancangan
Distribusi
Lainnya
Alternatif
Kapasitas Tidak
Pengendalian
Sungai
Banjir
Mencukupi
Ya
Uji
Tidak
Frekuensi
Ya
Hidrograf
Satuan Sintetis
Nakayasu
Analisa Profil
Aliran Kondisi
Rencana
Tidak
Kapasitas
Sungai Rencana
Ya
Debit Banjir
Rancangan
Kesimpulan dan saran
Selesai
Tabel 3. Rekapitulasi
Debit
Rancangan HSS Nakayasu
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
CH Rancangan
Xt
(mm)
2
5
10
25
50
100
Sumber : Hasil Perhitungan
83.16
101.68
114.02
129.73
141.58
153.59
Sungai
2
Alo Hulu
234.9
Alo Hilir
256.7
Pulubala hulu
34.4
Pulubala Hilir
42.2
Alo 1 Hilir
245.1
Reksonegoro Hulu
95.3
Reksonegoro Inflow 1 23.8
Reksonegoro Inflow 2 36.9
Reksonegoro Hilir
109.6
Alo 2 Hilir
260.3
Pohu Hulu
163.7
Pohu Hilir
170.0
Alopohu Inflow
5.8
5
283.9
310.6
41.3
50.7
296.1
115.0
28.6
44.7
132.2
314.0
197.6
205.2
6.9
Debit
10
25
316.6 358.1
346.4 392.1
45.9 51.7
56.4 63.7
330.1 373.4
128.2 145.0
31.9 36.0
49.9 56.4
147.3 166.5
349.9 395.5
220.1 248.9
228.7 258.6
7.7
8.7
Banjir
50
389.5
426.6
56.1
69.1
406.1
157.6
39.1
61.4
181.0
429.9
270.6
281.2
9.4
100
421.3
461.5
60.6
74.7
439.2
170.4
42.2
66.5
195.6
464.8
292.5
304.0
10.1
22
17 7
14
Pulubala
50
47
44
39
23
20 Alo 1
17
15
13
10
11 Alo 2
5
47
9
46
50
4
44
2
43
7
41
12
Reksonegoro
31
17
22
14
16
20
22
Legend
41
39
35 Alo
32
29
26
25
24
Pohu
25
WS Q25th
Ground
Bank Sta
37
36
34
32
31
29
28
30
32
36
39
Alopohu
27
25
22
20
18
16
14
12
10
8
pada
Sistem
Rksonegoro S Reksonegoro
Legend
28
WS Q25th
36
LOB
24
ROB
22
Ground
30
28
LOB
26
ROB
24
22
20
18
WS Q25th
32
Ground
26
Legend
34
Elevation (m)
Elevation (m)
20
0
200
400
600
800
18
1000
1000
2000
30
Legend
30
Legend
28
WS Q25th
28
WS Q25th
Elevation (m)
Elevation (m)
5000
Ground
26
LOB
24
ROB
22
20
18
Ground
26
LOB
24
ROB
22
20
200
400
600
800
18
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Alo S Alo2
Alopohu S Alopohu
28
20
Legend
26
WS Q25th
LOB
22
ROB
20
Ground
14
12
LOB
10
ROB
8
6
18
16
WS Q25th
16
Ground
24
Legend
18
Elevation (m)
Elevation (m)
4000
4
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1000
2000
3000
4000
5000
Perencanaan Tanggul
Sebelum merencanakan tanggul terlebih
dahulu harus diperhatikan dengan teliti
situasi sungai, sehingga dalam perencanaan
pembuatan tanggul terutama penempatan
tanggul akan sesuai dengan situasi sungai
sesungguhnya dan juga tidak mengganggu
masyarakat sekitar.
Pulubala S Pulubala
Elevation (m)
3000
30
Legend
28
WS Q25th
Ground
26
LOB
24
ROB
22
20
18
500
1000
1500
2000
2500
3000
.022
.022
28
Legend
27
Elevation (m)
WS Q25th
26
Ground
25
Levee
24
Bank Sta
23
22
21
20
40
60
80
100
120
140
160
Station (m)
.022
.022
26
Legend
Elevation (m)
25
WS Q25th
24
Ground
23
Levee
22
Bank Sta
5. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada kondisi eksisting banyak penampang
Sistem Sungai Alopohu terutama pada
daerah hilir sudah tidak dapat menampung
debit banjir yang terjadi sehingga
diperlukan upaya perbaikan untuk
mengendalikan luapan air sungai yang
akan mengakibatkan banjir. Untuk
perencanaan digunakan debit dengan kala
ulang 25 tahun. pada debit ini patok di
yang mengalami luapan akibat tidak
mampunya menampung debit yaitu:
a. Sungai Reksonegoro Patok P.1 sampai
P.25, P.27, P.29, P.31 sampai P.37,5
b. Sungai Pohu P1 sampai P.24,5
c. Sungai Alopohu Patok P.11 sampai
P.17, P.19, P.20, P.22 sampai P.35,
P.36 sampai P.45, dan P.49
2. Berdasarkan analisa awal, perencanaan
Tanggul direncanakan:
a. Pada Sungai Reksonegoro untuk
pembuatan tanggul kiri direncanakan
dengan tinggi bervariasi antara 1-2,6
meter dan kemiringan talud 1:1,5.
Tanggul tertinggi terletak pada patok
P.14 dengan tinggi 2,6 meter. Untuk
pembuatan tanggul kanan direncanakan
dengan tinggi bervariasi antara 1-2,8
meter dan kemiringan talud 1:1,5.
Tanggul tertinggi terletak pada patok
P.10 dengan tinggi 2,8 meter
b. Pada Sungai Pohu untuk pembuatan
tanggul kiri direncanakan dengan
tinggi bervariasi antara 1-2,5 meter dan
21
20
19
10
20
30
40
50
60
70
80
Station (m)
Elevation (m)
.022
.022
.022
16
Legend
14
WS Q25th
Ground
12
Levee
10
Bank Sta
8
6
20
40
60
80
100
120
Station (m)
Timbunan
No Parameter
Material Timbunan
1 g sat
1.929 g/cm = 18.918
2 g dry
1.492 g/cm = 14.632
3 C
0.321 kg/cm = 31.479
4
1750'18"
= 17.8
Sumber : Data Mekanika Tanah
kN/m
kN/m
kPa
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Hydraulic Reference Manual
HEC-RAS 4.1.0. California: U.S.
Army Corps of Engineers.
Chow, Ven Te. 1989. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Das, Braja M . 1994. Mekanika Tanah.
Jakarta: Erlangga.
Harto Br, Sri. 1993. Analisis Hidrologi.
Jakarta: Penerbit Gramedia.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Sosrodarsono, Suyono dan K. Takeda. 1977.
Bendungan Type Urugan. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita
Sosrodarsono, S. dan K. Takeda. 1980.
Hidrologi
untuk
Pengairan.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, S. dan M. Tominaga. 1985.
Perbaikan dan Pengaturan Sungai.
Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
LEMBAR PERSETUJUAN
KAJIAN PENGENDALIAN BANJIR SISTEM SUNGAI ALOPOHU
KABUPATEN GORONTALO PROPINSI GORONTALO
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T)
Disusun Oleh :